Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM

A. DEFINISI
Post partum adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali pada keadaan sebelum hamil, masa post partum berlangsung selama 6 minggu
(Wahyuningsih, 2019).
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas (puerperium)
yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pemulihan kembali alat kandungan yang
lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi sampai kembali keadaan normal sebelum hamil (Bobak, 2017).
Primipara adalah wanita yang telah melahirkan bayi aterm sebanyak satu kali. Multipara
(pleuripara) adalah wanita yang telah melahirkan anak hidup beberapa kali, dimana persalinan
tersebut tidak lebih dari lima kali. Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan janin
aterm lebih dari lima kali (Manuaba, 2012).

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI


Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ interna, yang terletak di dalam rongga pelvis
dan ditopang oleh lantai pelvis, dan genetalia eksterna, yang terletak di perineum. Struktur
reproduksi interna dan eksterna berkembang menjadi matur akibat rangsang hormon estrogen dan
progesteron (Arma, 2015).
a. Struktur Interna

1) Mons Veneris (Mons Pubis)


Mons pubis adalah jaringan lemak subkutan berbentuk lunak dan padat serta
mengandung banyak kelenjar sebasea (minyak) yang ditumbuhi rambut berwarna hitam, kasar,
dan ikal pada masa pubertas, mons berperan dalam sensualitas dan melindungi simfisis pubis
selama koitus
2) Labia Mayora
Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi lemak dan
jaringan ikat yang menyatu dengan mons pubis. Sensitivitas labia mayora terhadap sentuhan,
nyeri dan suhu tinggi, hal ini di akibatkan adanya jaringan saraf yang menyebar luas yang juga
berfungsi selama rangsangan seksual. Pada wanita yang belum pernah melahirkan anak
pervaginam, kedua labia mayora terletak berdekatan di garis tengah, menutupi stuktur-struktur di
bawahnya. Setelah melahirkan anak dan mengalami cedera pada vagina atau pada perineum,
labia sedikit terpisah dan bahkan introitus vagina terbuka.
3) Labia Minora
Labia minora adalah lipatan kulit panjang, sempit dan tidak berambut yang memanjang
ke arah bawah klitoris dan menyatu dengan fourchette, terdapat banyak pembuluh darah sehingga
tampak kemerahan, dan memungkankan labia minora membengkak, bila ada stimulus emosional
atau stimulus fisik. Kelenjar-kelenjar di labia minora juga melumasi vulva. Suplai saraf yang
sangat banyak membuat labia minora sensitif, sehingga meningkatkan fungsi erotiknya.
4) Klitoris
Klistoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan erektil, mengandung banyak
pembuluh darah dan saraf sensoris sehingga sangat sensitive. Fungsi utama klitoris adalah
menstimulasi dan meningkatkan ketegangan seksual.
5) Vestibulum
Vestibulum merupakan rongga yang berada diantara bibir kecil (labia minora) dibatasi
oleh klitoris dan perinium. Vestibulum terdiri dari muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan
kelenjar paravagina. Permukaan vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh
bahan kimia. Kelenjar vestibulum mayora adalah gabungan dua kelenjar di dasar labia mayora,
masing-masing satu pada setiap sisi orifisium vagina.
6) Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan tranversal yang pipih dan tipis, terletak pada
pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis tengah di bawah orifisium vagina.
7) Perineum
Perineum adalah daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus vagina dan anus,
panjangnya kurang lebih 4 cm.
b. Struktur Interna
1) Vagina
Vagina merupakan suatu tuba berdinding tipis yang dapa melipat dan mampu meregang
secara luas. Mukosa vagina berespon dengan cepat terhadap stimulai esterogen dan progesteron.
sel-sel mukosa tanggal terutama selama siklus menstruasi dan selama masa hamil. Cairan vagina
berasal dari traktus genetalis atas ataum bawah. Cairan sedikit asam, interaksi antara laktobasilus
vagina dan glikogen mempertahankan keasaman. Apabila pH naik diatas lima, insiden infeksi
vagina meningkat. Cairan yang terus mengalir dari vagina mempertahankan kebersihan relatif
vagina.
2) Uterus
Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular, pipih, cekung yang tampak mirip buah
pir yang terbalik. Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila di tekan, licin dan teraba
padat. Uterus terdiri dari tiga bagian, fudus yang merupakan tonjolan bulat di bagian atas dan
insersituba fallopi, korpus yang merupakan bagian utama yang mengelilingi cavum uteri, dan
istmus, yakni bagian sedikit konstriksi yang menghubungkan korpus dengan serviks dan dikenal
sebagai sekmen uterus bagian bawah pada masa hamil. Tiga fungsi uterus adalah siklus
menstruasi dengan peremajaan endometrium, kehamilan dan persalinan
3) Tuba Falopii
Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uterus. Tuba ini memanjang ke arah lateral,
mencapai ujung bebas legamen lebardan berlekuk-lekuk mengelilingi setiap ovarium. Panjang
tuba ini kira-kira 10 cm dengan berdiameter 0,6 cm. Tuba fallopi merupakan jalan bagi ovum.
4) Ovarium
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dandi belakang tuba falopi. Dua
ligamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian mesovarium ligamen lebar uterus, yang
memisahkan ovarium dari sisi dinding pelvis lateral kira-kira setinggi krista iliaka antero
superior, dan ligamentum ovari proprium, yang mengikat ovarium ke uterus. Dua fungsi ovarium
adalah menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi hormon.

C. KLASIFIKASI
Klasifikasi Masa Ibu Post Partum Menurut Hadijono (2008) Masa ibu post partum dibagi
menjadi 3 bagian yaitu :
1. Puerperium dini adalah kondisi kepulihan dimana seorang ibu sudah diperbolehkan
berdiri dan berjalan
2. Puerperium Intermedial adalah kondisi kepulihan organ genital secara 6-8
minggumenyeluruh dengan lama
3. Remote Puerperium waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama
bila saat hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi. Waktu yang diperlukan untuk sehat
sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan ataupun tahunan.

D. ETIOLOGI
Penyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa teori menghubungkan dengan
faktor hormonal,struktur rahim,sirkulasi rahim,pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah,
2011)
a. Teori penurunan hormone
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone progesterone dan estrogen.
Fungsi progesterone sebagai penenang otot –otot polos rahim dan akan menyebabkan
kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila progesterone turun.
b. Teori placenta menjadi tua
Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan kekejangan pembuluh
darah yang menimbulkan kontraksi rahim.
c. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-otot rahim
sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
d. Teori iritasi mekanik
Di belakang servik terlihat ganglion servikale (fleksus franterrhauss). Bila ganglion ini
digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus.
e. Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan dalam
kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser, amniotomi
pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin menurut tetesan
perinfus.

E. MANIFESTASI KLINIK
Menurut Hafiffah ,(2011) post partus di tandai oleh :
a. Sistem reproduksi
1) Uterus di tandai dengan kembalinya uterus ke kondisi normal setelah hamil
2) Keluarnya lochea, komposisi jaringan endometrial, darah dan limfe.

Tahapannya:
- Rubra(merah) : 1-3 hari
- Sanguinolenta: warna merah kekuningan , berisi darah dan lendir terjadi pada
hari ke 3-7
- Lochea serosa : berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi pada hari
ke 7-14 pasca persalinan
- Lochea alba: cairan putih yang terjadinya pada hari setelah 2 minggu pasca
persalinan
- Lochea purulenta: ini terjadi karena infeksi, keluar cairan seperti nanh berbau
busuk
- Lochiotosis: lochea tidak lancar keluarnya
3) Siklus menstruasi
Siklus menstruasi akan mengalami perubahan saat ibu mulai menyusui
4) Serviks
Setelah lahir servik akan mengalami edema , bentuk distensi untuk beberapa
hari , struktur interna akan kembali setelah 2 minggu
5) Vagina
Nampak berugae kembali pada 3 minggu
6) Perinium
Akan terdapat robekan jika di lakukan episiotomi yang akan terjadi masa
penyembuhan selama 2 minggu
7) Payudara
Payudara akan membesar karena vaskularisasi dan engorgemen (bengkak
karena peningkatan prilaktin.

F. PATOFISIOLOGI
Pada kasus post partus spontan akan terjadi perubahan fisiologis dan psikologis
,pada perubahan fisiologis terjadi proses involusi menyebabkan terjadi peningkatan
kadar ocytosis , peningkatan kontraks uterus sehingga muncul masalah keperawatan
nyeri akut, dan perubahan pada vagina dan perinium terjadi ruptur jaringan terjadi
trauma mekanis ,personal hygine yang kurang baik ,pembuluh darah rusak
menyebabkan genetalia menjadi kotor dan terjadi juga perdarahan sehingga muncul
masalah keperawatan resiko infeksi . perubahan laktasi akan muncul struktur dan
karakter payudara. Laktasi di pengaruhi oleh hormon estrogen dan peningkatan
prolaktin, sehingga terjadi pembentukan asi, tetapi terkadang terjadi juga aliran darah
dipayudara berurai dari uterus (involusi) dan retensi darah di pembuluh payudara maka
akan terjadi bengkak dan penyempitan pada duktus intiverus. Sehingga asi tidak keluar
dan muncul masalah keperawatan menyusui tidak efektiv. Pada perubahan psikologis
akan muncul taking in (ketergantungan ), taking hold (ketergantungan kemandirian ),
leting go (kemandirian) . pada perubahan taking in pasien akan membutuhkan
perlindungan dan pelayanan , ibu akan cemderung berfokus pada diri sendiri dan
lemas , sehingga muncul masalah keperawatan gangguan pola tidur, taking hold pasien
akan belajar mengenai perawatan diri dan Bayi, akan cemderung utuh informasi
karena mengalami perubahan kondisi tubuh sehingga muncul masakalh keperawatan
kurang pengetahuan. Leting go ibu akan mulai mengalami perubahan peran , sehingga
akan muncul masalah keperawatan resiko perubahan peran menjadi orang tua.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik dilakukan umutk pemantauan janin terhadap kesehatan
janin seperti pemantauan EKG, JDL dengan diferensial, elektrolit, hemoglobin/
hematokrit, golongan darah, urinalisis, amniosentesis terhadap maturitas paru janin
sesuai indikasi, pemeriksaan sinar X sesuai indikasi, dan ltrasound sesuai pesananan
(Jitowiyono & Kristiyanasari, 2015).

H. PENATALAKSANAAN
Penanganan ruptur perineum diantaranya dapat dilakukan dengan cara
melakukan penjahitan luka lapis demi lapis, dan memperhatikan jangan sampai terjadi
ruang kosong terbuka kearah vagina yang biasanya dapat dimasuki bekuan-bekuan
darah yang akan menyebabkan tidak baiknya penyembuhan luka. Selain itu dapat
dilakukan dengan cara memberikan antibiotik yang cukup.
Prinsip yang harus diperhatikan dalam menangani ruptur perineum adalah :
a. Bila seorang ibu bersalin mengalami perdarahan setelah anak lahir, segera
memeriksa perdarahan tersebut berasal dari retensio plasenta atau plasenta lahir tidak
lengkap.
b. Bila plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi uterus baik, dapat dipastikan
bahwa perdarahan tersebut berasal dari perlukaan pada jalan lahir, selanjutnya
dilakukan penjahitan.
Dalam menangani asuhan keperawatan pada ibu post partum spontan,
dilakukan berbagai macam penatalaksanaan, diantaranya :
a. Monitor TTV Tekanan darah meningkat lebih dari 140/90 mungkin
menandakan preeklamsi suhu tubuh meningkat menandakan terjadinya infeksi, stress,
atau dehidrasi.
b. Pemberian cairan intravena Untuk mencegah dehidrasi dan meningkatkan
kemampuan perdarahan darah dan menjaga agar jangan jatuh dalam keadaan syok,
maka cairan pengganti merupakan tindakan yang vital, seperti Dextrose atau Ringer
c. Pemberian oksitosin Segera setelah plasenta dilahirkan oksitosin (10 unit)
ditambahkan dengan cairan infuse atau diberikan secara intramuskuler untuk
membantu kontraksi uterus dan mengurangi perdarahan post partum.
d. Obat nyeri Obat-obatan yang mengontrol rasa sakit termasuk sedative,
alaraktik, narkotik dan antagonis narkotik. Anastesi hilangnya sensori, obat ini
diberikan secara regional/ umum
1. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
2. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan
kiri
3. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar
dan perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas,
pemberian informasi tentang senam nifas.
4. Hari ke- 2 : mulai latihan duduk
5. Hari ke- 3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan

I. KOMPLIKASI
Semua wanita hamil beresiko komplikasi obstetric. Komplikasi yang
mengancam jiwa kebanykan terjadi selama persalinan, dan ini tidak dapat di prediksi.
Prenatal screening tidak mengidentifikasi semua wanita yang akan mengembangkan
komplikasi. Perempuan tidak diidentifikasi sebagai “beresiko tinggi” dapat
mengembangkan komplikasi obstetric. Kebanyakan komplikasi obstetrik terjadi pada
wanita tanpa faktor resiko (Walyani et al, 2015).
Berikut komplikasi yang mungkin terjadi pada persalinan normal :
a. Perdarahan post partum Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari
500 cc yang terjadi setelah bayi lahir pervaginam atau lebih dari 1.000 mL setelah
persalinan abdominal. Perdarahan post partum dibagi menjadi :
1) Perdarahan Post Partum Dini (early postpartum hemorrhage), perdarahan
post pasrtum dini adalah perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama setelah kala
III.
2) Perdarahan pada Masa Nifas (late postpartum hemorrhae), perdarahan pada
masa nifas adalah perdarahan yang terjadi pada masa nifas (puerperium) tidak
termasuk 24 jam pertama setelah kala III (Oktarina M, 2016).
b. Atonia uteri Atonia uteri adalah kegagalan serabut – serabut otot
miometrium uterus untuk berkontraksi dan memendek. Hal ini merupakan penyebab
perdarahan post partum yang paling penting dan bisa terjadi segera setelah bayi lahir
hingga 4 jam setelah persalinan. atonia uteri dapat menyebabkan perdarahan hebatdan
dapat mengarah pada terjadinya syok hipovolemik (Oktarina M, 2016).
c. Retensio plasenta Retensio Plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya
plasenta hingga atau lebih dari 30 menit setelah bayi lahir. Hampir sebagian besar
gangguan pelepasan plasenta disebabkan oleh gangguan kontraksi uterus. Retensio
plasenta terdiri dari beberapa jenis yaitu :
1) Plasenta adhesiva, adalah implantasi yang kuat dari jonjot
korion plasenta sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi
fisiologis.
2) Plasenta akreta, adalah implantasi jonjot korion plasenta
hingga mencapai sebagian lapisan miometrium.
3) Plasenta inkreta, adlah implantasi jonjot korion plasenta
hingga mencapai/melewati lapisan miometrium.
4) Plasenta pekreta, adalah implantasi jonjot korion plasenta
yang menembus lapisan miometrium hingga mencapai lapisan serosa
dinding uterus.
5) Plasenta inkarserata, adalah tertahannya plasenta di dalam
kavum uteri, disebabkan oleh kontriksi ostium uteri (Oktarina M,
2016).
d. Laserasi jalan lahir Ruptura perineum dan robekan dinding vagina
tingkat
perlukaan perineum dapat dibagi dalam :
1) Derajat pertama : laserasi mengenai mukosa dan kulit perineum,
tidak perlu dijahit.
2) Derajat kedua : laserasi mengenai mukosa vagina, kulit dan jaringan
perineum (perlu dijahit).
3) Derajat ketiga : laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan
perineum dan spinkter ani.
4) Derajat empat : laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan
perineum dan spinkter ani yang meluas hingga ke rektum . rujuk segera.
J. DAFTAR PUSTAKA

Apriyani, W. (2018). Aplikasi Teori Ramona T Mercer : Maternal Role


Attainment – Becoming a Mother. 1–21.
https://id.scribd.com/document/396538941/Aplikasi-Ramona-t-Mercer
Arma, N. (2018). Bahan Ajar Obstetri Fisiologi.
https://books.google.co.id/books?id=Gwo2DwAAQBAJ&lpg=PR1&dq=asu han
keperawatan antenatal intranatal dan bayi baru lahir fisiologis dan
patologis&hl=id&pg=PR5#v=onepage&q&f=false
Bararah, T. (2017). Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap Menjadi Perawat
Profesional. Prestasi Pustaka.
Bobak. (2016). Konsep Post Partum.
Fatimah. (2017). BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN.
Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah.
https://doi.org/10.1111/j.1467-8683.2009.00753.x
Heryani, R. (2012). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Dan Ibu
Menyusui. CV. Trans Info Media.
Manuaba, I. B. G. F. (2012). Pengantar Kuliah Obstetri. Kedokteran EGC.
Pitriani, R. (2014). Panduan Lengkap Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Normal
(Askeb III).
Potter, P. (2011). Fundamental Keperawatan (ECG).
Prahardani, R. F. (2019). Characteristics of Pregnant Women with Premature
Rupture of the Membranes at Assalam Hospital, Gemolong, Sragen. Jurnal Biometrika
Dan Kependudukan, 8(1), 93. https://doi.org/10.20473/jbk.v8i1.2019.87-93
Reeder, S. (2011). Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi, &
Keluarga Ed.18 Vol.2. EGC.
f. Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan dalam
kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser, amniotomi
pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin menurut tetesan
perinfus.

Anda mungkin juga menyukai