1 Radioposisi
Prosedur Kerja
a) Posisi AP supine
1. Posisi obyek : bagian tengah kaset setinggi krista iliaka dengan batas tepi
bawah setinggi simfisis pubis, tidak ada rotasi pelvis dan bahu. Pusat sinar
pada bagian tengah film dengan jarak minimal 102 cm
Pasien tidur miring ke kiri, tekuk lengan melingkari kepala. Film diletakan di
depan atau belakang perut pasien. Mengikuti area simphisis pubis pada film.
Titik tengah terletak pada garis tengah film. Arah sinar horizontal 90o
dengan film dengan proyeksi AP untuk melihat air fluid level dan
kemungkinan perforasi usus.
c) Posisi Setengah Duduk/ berdiri
Pasien dapat dengan posisi duduk atau berdiri kalau memungkinkan, dengan
sinar horizontal proyeksi AP 90o dari film. Posisi pasien dalam posisi
anteroposterior dengan bagian belakang tegak. Pastikan punggung tidak
rotasi. Letakan lengan dan tangan dalam posisi anatomi. Pasien tidak boleh
bergerak. Point sentral terletak pada garis tengah tubuh dengan garis tengah
film.
3.1.2 Radioposisi Ultrasonografi
Peran endoskopi adalah masuk dan melihat bagian dalam gaster dan
duodenum dan peran flouroscopy adalah menginjeksikan zat radiokontras ke
dalam duktus biliaris dan pankreatikus agar bisa dilihat x-ray. Untuk kasus
tertentu seperti endoscopic sphincterotomy, pengangkatan batu, pemasangan
stent dan dilatation of stricture dilakukan ERCP Terapeutik (WHO, 1992).
Prinsip dari ERCP terapeutik adalah memotong sfingter papila Vateri dengan
kawat yang dialiri arus listrik sehingga muara papila menjadi besar
(spingterotomi endoskopik). Kebanyakan tumor ganas yang menyebabkan
obstruksi biliaris sering sekali inoperabel pada saat diagnosis ditegakkan.
Tindakan operasi yang dilakukan biasanya paliatif dengan membuat
anastomosis bilio-digestif. Pada penderita dengan usia lanjut atau dengan
penyulit operasi, drainase bilaer dapat dilakukan dengan ERCP terapeutik yaitu
memasang endoprostesis parendoskopik. Prinsip dari teknik ini adalah setelah
dilakukan small sphingterotomy kemudian dimasukkan prostesis yang terbuat
dari tenon dengan bantuan guide wire melalui papila Vateri ke dalam duktus
koledokus sehingga ujung proksimal prostesis terletak di bagian proksimal dari
lesi obstruksi dan ujung distal terletak di duodenum. Dengan cara ini akan
diperoleh drainase empedu internal melalui endosprotesis yang mempunyai
lubang-lubang di sampingnya (side holes) (WHO, 1992).
1. Posisi pasien
- Menggunakan coil abdomen
- Pasien supine pada meja MRI, dengan posisi feet first
- Memasang respiratory trigger
- Kedua tangan ke atas untuk menghindari artefak
- Landmark bagian bawah pada prosesus xiphoideus
2. Pengambilan Image
Sequence yang digunakan pada pemeriksaan MRCP antara lain Axial T2, 2D
MRCP (Thick slice) dan 3D MRCP (Thin slice) selain itu jika diperlukan
pada kasus-kasus keganasan/tumor diperlukan adanya sequence Axial T1.
1) Localizier
Parameter Localizier dijelaskan sebagai berikut:
SAT : Non
NEX : 1
FOV : 40 cm
Slice thicknes : 8 mm
Spacing : 0 mm
2) Axial T2 Weighted
Potongan yang dilakukan pertama kali untuk sistem billier adalah potongan
coronal melalui kaput pankreas, dengan besar penyudutan irisan sebesar 15°.
Teknik ini dapat mencegah terjadinya artefak misregistrasi dan artefak crosstalk
(Astina, 2006).
MRCP adalah tindakan non invasive, tidak membutuhkan kontras dan tidak
ada resiko untuk terkena radiasi. Hal-hal tersebut membuat MRC ideal untuk
digunakan pada wanita hamil, dan pada situasi dimana penggunaan kontras
meningkatkan resiko untuk terkena gagal ginjal. Pada MRC cairan berwarna
putih sehingga gambaran dari traktus biliaris dan duktus pankreatikus sebagus
gambaran sebenarnya (Norton, 2005).
3.3 RADIOPATOLOGI
3.3.1 Radiopatologi USG
Gambar 2. Kolangitis supuratif akut yang disebabkan oleh refluks duodenum setelah
anastomosis Billroth tipe I pada pria 72 tahun dengan nyeri perut, demam tinggi, dan
ikterus.
Gambar 2. Kolangitis supuratif akut yang disebabkan oleh refluks duodenum setelah
anastomosis Billroth tipe I pada pria 72 tahun dengan nyeri perut, demam tinggi, dan
ikterus.
Pada gambar 1 (a,b) CT scan fase arteri (lebar jendela, 200 HU;
tingkat jendela, 120 HU) menunjukkan peningkatan berbintik-bintik difus
pada seluruh parenkim hati. Perhatikan juga dilatasi saluran empedu
intrahepatik (panah di b). Dan pada gambar 1 (c) CT scan yang tidak
disempurnakan menunjukkan batu terkalsifikasi di saluran empedu distal
(panah) dan kandung empedu (panah kecil). Pada analisis gambar, subskor
untuk sejauh mana perbedaan redaman hati sementara, kehadiran dilatasi
bilier dan identifikasi lesi obstruktif adalah 4, 2 dan 2, masing-masing
untuk kedua pengulas. Diagnosa dari kolangitis akut dibuat atas dasar
adanya nyeri perut, demam dan penyakit kuning (triad Charcot).
Gambar 2. Wanita 77 tahun dengan cholangiocarcinoma
Pada gambar 1(A) terdapat striktur duktus hepatik umum (panah) dan
manik-manik duktus intrahepatic (panah). Pada gambar 1(B) terdapat striktur
dominan (panah) dan dilatasi duktus intrahepatik proksimal akibat striktur
distal (panah). Dan pada gambar 1(C) dapat dilihat area duktus intrahepatik
yang tidak terisi menunjukkan striktur ketat (panah) dan striktur duktus
hepatik umum (panah). Serta pada gambar 1(D) terdapat Pseudodivertikula.