Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rabies merupakan penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat (otak) yang

disebabkan oleh virus rabies. Penyakit ini merupakan kelompok penyakit zoonosa

(zoonosis) yaitu penyakit infeksi yang ditularkan oleh hewan ke manusia melalui

pajanan atau Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) yaitu anjing, kera, musang,

kucing dan satwa liar yang telah terinfeksi rabies (Kementerian Kesehatan RI,

2014)

Penyakit rabies endemik di semua benua, kecuali Antartika. Namun 95%

kasus rabies dilaporkan dari benua Asia dan Afrika. Menurut World Health

Organization (WHO) rabies terjadi di 92 negara dan bahkan bersifat endemik di 72

negara. Diperkirakan 55.000 orang di dunia meninggal akibat rabies setiap

tahunnya dan menurut WHO lebih dari 99% kasus rabies pada manusia terjadi

akibat dari gigitan anjing yang terinfeksi (WHO, 2016).

Di Indonesia sebanyak 86 orang meninggal karena rabies pada tahun 2016.

Saat ini terdapat sembilan provinsi di Indonesia dinyatakan sebagai daerah bebas

rabies, sedangkan sebanyak 24 provinsi lainnya masih endemis (Infodatin, 2016)

Berdasarkan data dari Ditjen P2P Direktorat Pengendalian Penyakit Tular

Vektor Zoonotik terdapat 64.774 kasus Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR)

yang dilaporkan. Pada tahun 2013 terjadi penurunan kasus GHPR dibandingkan

tahun 2012 dari 84.750 kasus menjadi 69.136 kasus, dan meningkat perlahan

selama dua tahun kemudian serta kembali menurun pada tahun 2016 menjadi

64.774 kasus GPHR. Sedangkan kasus kematian akibat rabies (Lyssa) cenderung
mengalami penurunan selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2016 terdapat kasus

Lyssa sebanyak 86 kasus dengan Sulawesi Utara menduduki peringkat pertama

sebanyak 21 kasus, diikuti dengan Kalimantan Barat dan Sumatera Utara.

Di Bali sendiri tercatat tahun 2014 sebanyak 2 jiwa mengalami kematian

akibat GHPR, kemudian pada tahun 2015 kasus kematian akibat GHPR mengalami

peningkatan sebanyak 15 jiwa kemudian pada tahun 2016 kembali mengalami

penurunan sebanyak 5 jiwa. Hal ini menunjukkan Indonesia belum lah bebas dari

rabies, masih adanya kematian yang diakibatkan oleh GHPR (Infodatin, 2016).

Profil Kesehatan Provinsi Bali tahun 2015 menyatakan kasus rabies di Bali

pada tahun 2013 pernah menurun dan hampir hilang, namun tahun 2015 penyakit

rabies tiba-tiba merebak kembali. Jumlah kasus GHPR tahun 2015 sebanyak 42.630

kasus, angka ini memang sedikit menurun dari tahun 2014 yang mencapai 46.877

kasus. Namun bila dilihat dari jumlah kasus Lyssa, terjadi peningkatan yang sangat

pesat yaitu sebanyak 15 orang di tahun 2015, sedangkan tahun 2014 hanya

sebanyak 2 orang (Dinas Kesehatan Provinsi, 2016). Kasus kematian akibat rabies

pada tahun 2015 ini terjadi hampir di seluruh kabupaten di Bali, salah satunya

terjadi di Kabupaten Bangli yang menyebabkan satu korban meninggal.

Faktor risiko yang dimiliki Kabupaten Bangli terhadap kejadian rabies ini

salah satunya adalah tingginya populasi anjing dan cakupan vaksin yang kurang.

Populasi anjing di Kabupaten Bangli pada tahun 2018 mencapai 6.823 ekor. Jumlah

ini merupakan jumlah tertinggi ketiga setelah Kabupaten Buleleng dan Kabupaten

Karangasem (Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Bali 2018). Tingginya

populasi anjing menyebabkan semakin tinggi pula risiko terjadinya kasus gigitan.

Di Kabupaten Bangli sendiri jumlah kasus gigitan hewan pembawa rabies (HPR)

2
dilaporkan dari tahun 2016 sebanyak 2.401 kasus , tahun 2017 sebanyak 1.885

kasus dan tahun 2018 sebanyak 1.623 kasus (Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli,

2018). Hal ini menunjukkan setiap tahunnya mengalami penurunan, namun kasus

tersebut masih terjadi dan belum bebas dari risiko terjadinya rabies. Kecamatan

Bangli menempati kedudukan ketiga kasus gigitan hewan pembawa rabies (HPR)

setelah Kecamatan Kintamani dan Kecamatan Tembuku yakni sebanyak 169 kasus

(Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli, 2018), sedangkan berdasarkan jumlah kasus

gigitan hewan pembawa rabies (HPR) yang dicatat dan dilaporkan di UPT

Puskesmas Bangli dari tahun 2017 sebanyak 11 kasus dan tahun 2018 sebanyak 42

kasus yang salah satunya positif mengalami rabies. Banjar di kelurahan Bangli

dengan kasus GHPR tertinggi tercatat terjadi di Banjar Dadia Tamanbali (Bangli,

2018).

Upaya penanggulangan rabies telah dilakukan oleh pemerintah dan

masyarakat dengan melakukan tindakan vaksinasi rabies masal pada anjing,

eliminasi anjing yang tidak bertuan, dan melakukan penyuluhan perihal bahaya

rabies kepada masyarakat, namun upaya yang telah dilakukan pemerintah nyatanya

tidak berpengaruh signifikan dalam mencegah kasus rabies. Kasus rabies masih saja

terjadi dan risiko terjadinya rabies semakin meningkat dengan dibuktikanya masih

banyak kasus gigitan anjing pada manusia.

Berdasarkan hasil penelitian menurut Matibag et al (2007) tentang Survei

Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Rabies dalam komunitas di Sri Lanka dengan

1.570 responden didapatkan hasil bahwa sekitar 58% dari populasi sampel adalah

pemilik hewan peliharaan. Di antara semua responden, ada tingkat kesadaran yang

tinggi (90%) bahwa anjing adalah reservoir rabies yang paling umum, bahwa

3
penyakit ini fatal (79%), dan rabies dapat dicegah dengan vaksinasi (88%).

Sebagian besar subyek (96%) akan mencari perawatan dari dokter atau rumah sakit

setelah digigit anjing. Meskipun 76% responden mengatakan bahwa anjing

peliharaan mereka divaksinasi, hanya setengahnya yang dapat menunjukkan

sertifikat vaksinasi berdasarkan permintaan. Subjek dari daerah perkotaan akan

menyerahkan kepala hewan untuk evaluasi rabies (69%) dibandingkan dengan yang

dari daerah pedesaan (57%). Pemilik hewan peliharaan (93%) lebih sadar bahwa

vaksin rabies anjing tersedia di kantor resmi daripada pemilik non-hewan

peliharaan (87%). Hasil ini dapat disimpulkan bahwa kemudahan akses terhadap

fasilitas dan layanan dapat tercemin dalam sikap dan tindakan responden yang akan

memungkinkan partisipasi masyarakat dalam pengendalian rabies. Misalnya

seseorang yang sudah tahu penyakit rabies itu berbahaya, maka dia memiliki niat

(sikap) untuk menjaga kesehatan anjingnya.

Menurut penelitian yang dilakukan Wattimena dan Suharyo tahun 2010 di

Ambon dengan 65 responden yang diambil secara acak didapatkan hasil bahwa

responden dengan pengetahuan baik 52,3% ada hubungan antara pengetahuan

tentang perawatan anjing rabies dengan anjing. Responden dengan sikap yang baik

adalah 51,4% tidak ada hubungan antara sikap perawatan anjing rabies dengan

anjing. Responden dengan praktik buruk 50,8% dan ada hubungan antara praktik

perawatan anjing dengan rabies. Hal ini dapat disimpulakan bahwa sikap terhadap

pencegahan penyakit rabies salah satunya adalah sikap terhadap cara pemeliharaan

anjing yang baik (Wattimena & Suharyo, 2010)

Langkah untuk meningkatkan kualitas kontrol penyebaran rabies melalui

pendidikan kesehatan ini. Menurut Green (2016), dengan pendidikan kesehatan

4
diharapkan dapat memudahkan perubahan sikap atau perilaku kesehatan. Sehingga

dikatakan bahwa pendidikan kesehatan merupakan upaya meningkatkan kesehatan

(Notoatmodjo,2007). Dalam penelitian ini pemberian pendidikan kesehatan

menggunakan metode ceramah. Media penyuluhan dapat dibagi menjadi beberapa

kelompok yaitu media cetak (leaflet, kalender, poster, bookleat), media papan

(billboard), dan media elektronik seperti video. Media penyuluhan tersebut

mempunyai peran penting dalam melakukan kegiatan pendidikan kesehatan salah

satunya adalah media kalender. (Notoatmodjo,2007).

Kalender merupakan sebuah media cetak yang masih bayak dipergunakan

masyarakat secara umum untuk pengingat hari, tanggal dan tahun baik dalam

bentuk kalender dinding maupun kalender duduk. Kelebihan kalender adalah

sebagai media promosi yang mudah di jangkau dan praktis, dapat dilihat berulang-

ulang oleh keluarga maupun penderita karena kebutuhan pembaca untuk melihat

waktu dan adanya daya tarik disertai gambar-gambar yang menarik (KBBI, 2018) .

Penelitian yang sejalan dengan teori tersebut sebagaimana penelitian Yudi Abdul

dan Evi Susanti (2018) menyatakan terdapat perbedaan yang bermakna

pengetahuan lansia mengenai tatalaksana rematik setelah pendidikan kesehatan

dengan media kalender (Abdul & Susanti, 2018) . Oleh karena itu peneliti tertarik

melakukan penelitian menggunakan media kalender sebagai salah satu alternatif

yang dapat dimanfaatkan untuk mengontrol penyebaran virus rabies dan

meningkatkan perilaku penanganan pertolongan pertama jika ada kasus tergigit

oleh GHPR (Gigitan Hewan Penular Rabies).

5
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan media

kalender terhadap perilaku pertolongan pertama gigitan hewan penular rabies di

Banjar Dadia Tamanbali wilayah kerja UPT Puskesmas Bangli ?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan media kalender

terhadap perilaku pertolongan pertama gigitan hewan penular rabies di Banjar

Dadia Tamanbali wilayah kerja UPT Puskesmas Bangli.

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi pengetahuan pertolongan pertama gigitan hewan penular

rabies (HPR) sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan

media kalender.

b. Mengidentifikasi sikap pertolongan pertama gigitan hewan penular rabies

(HPR) sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan media

kalender.

c. Mengidentifikasi tindakan pertolongan pertama gigitan hewan penular rabies

(HPR) sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan media

kalender.

d. Membuktikan pengaruh pendidikan kesehatan dengan media kalender terhadap

perilaku pertolongan pertama gigitan hewan penular rabies di Banjar Dadia

Tamanbali wilayah kerja UPT Puskesmas Bangli.

6
D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi ilmiah di bidang

keperawatan dalam pengembangan ilmu zoonosis pemberian pendidikan

kesehatan dengan media kalender untuk keluarga.

b. Sebagai dasar acuan bagi peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian

serupa mengenai pengaruh pendidikan kesehatan dengan media kalender

terhadap perilaku pertolongan pertama gigitan hewan penular rabies dengan

berlandaskan pada kelemahan diri penelitian ini dan dapat mengembangkan

dengan media kreatif yang lainnya.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Puskesmas

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman dalam pertolongan

pertama gigitan hewan penular rabies di Banjar Dadia Tamanbali wilayah kerja

UPT Puskesmas Bangli.

b. Bagi Masyarakat

Memberikan saran atau informasi kepada keluarga pada umumnya, pada

keluarga pada khususnya tentang pentingnya informasi dan perilaku dalam

pertolongan pertama gigitan hewan penular rabies di Banjar Dadia Tamanbali.

Anda mungkin juga menyukai

  • Lembar Konsultasi Coach & Mentor
    Lembar Konsultasi Coach & Mentor
    Dokumen3 halaman
    Lembar Konsultasi Coach & Mentor
    UPTD Puskesmas Motoboi Kecil
    Belum ada peringkat
  • Penyuluhan KTR
    Penyuluhan KTR
    Dokumen3 halaman
    Penyuluhan KTR
    UPTD Puskesmas Motoboi Kecil
    Belum ada peringkat
  • Keluarga Sehat
    Keluarga Sehat
    Dokumen3 halaman
    Keluarga Sehat
    UPTD Puskesmas Motoboi Kecil
    Belum ada peringkat
  • Laporan Nifas Dan KB Pasca Salin
    Laporan Nifas Dan KB Pasca Salin
    Dokumen2 halaman
    Laporan Nifas Dan KB Pasca Salin
    UPTD Puskesmas Motoboi Kecil
    Belum ada peringkat
  • SK Indikator Kinerja Dan Sasaran Mutu
    SK Indikator Kinerja Dan Sasaran Mutu
    Dokumen2 halaman
    SK Indikator Kinerja Dan Sasaran Mutu
    UPTD Puskesmas Motoboi Kecil
    Belum ada peringkat
  • SK Struktur & Pemegang Program
    SK Struktur & Pemegang Program
    Dokumen14 halaman
    SK Struktur & Pemegang Program
    UPTD Puskesmas Motoboi Kecil
    Belum ada peringkat
  • SK Tuty
    SK Tuty
    Dokumen1 halaman
    SK Tuty
    UPTD Puskesmas Motoboi Kecil
    Belum ada peringkat
  • Sop KTR
    Sop KTR
    Dokumen1 halaman
    Sop KTR
    UPTD Puskesmas Motoboi Kecil
    Belum ada peringkat
  • Jadwal Jaga Perawat
    Jadwal Jaga Perawat
    Dokumen5 halaman
    Jadwal Jaga Perawat
    UPTD Puskesmas Motoboi Kecil
    Belum ada peringkat
  • NOTULEN MINLOK TW 1 - 2018
    NOTULEN MINLOK TW 1 - 2018
    Dokumen6 halaman
    NOTULEN MINLOK TW 1 - 2018
    UPTD Puskesmas Motoboi Kecil
    Belum ada peringkat
  • Laporan Panitia Pada Pelaksanaan Minlok TW 1
    Laporan Panitia Pada Pelaksanaan Minlok TW 1
    Dokumen2 halaman
    Laporan Panitia Pada Pelaksanaan Minlok TW 1
    UPTD Puskesmas Motoboi Kecil
    Belum ada peringkat
  • Sop Tuty
    Sop Tuty
    Dokumen1 halaman
    Sop Tuty
    UPTD Puskesmas Motoboi Kecil
    Belum ada peringkat
  • Surat Keterangan Hamil
    Surat Keterangan Hamil
    Dokumen1 halaman
    Surat Keterangan Hamil
    UPTD Puskesmas Motoboi Kecil
    Belum ada peringkat
  • Surat Rujukan Pasien
    Surat Rujukan Pasien
    Dokumen52 halaman
    Surat Rujukan Pasien
    UPTD Puskesmas Motoboi Kecil
    Belum ada peringkat
  • Absen Manual
    Absen Manual
    Dokumen23 halaman
    Absen Manual
    UPTD Puskesmas Motoboi Kecil
    Belum ada peringkat
  • BAB 1 KMP (Revisi 14 September)
    BAB 1 KMP (Revisi 14 September)
    Dokumen151 halaman
    BAB 1 KMP (Revisi 14 September)
    UPTD Puskesmas Motoboi Kecil
    Belum ada peringkat
  • Babi PDF
    Babi PDF
    Dokumen7 halaman
    Babi PDF
    UPTD Puskesmas Motoboi Kecil
    Belum ada peringkat
  • Surat Keterangan Bekerja
    Surat Keterangan Bekerja
    Dokumen2 halaman
    Surat Keterangan Bekerja
    UPTD Puskesmas Motoboi Kecil
    Belum ada peringkat
  • Sop Asi Eksklusif Barudocx
    Sop Asi Eksklusif Barudocx
    Dokumen2 halaman
    Sop Asi Eksklusif Barudocx
    UPTD Puskesmas Motoboi Kecil
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen9 halaman
    Bab 2
    UPTD Puskesmas Motoboi Kecil
    Belum ada peringkat
  • Surveilans
    Surveilans
    Dokumen4 halaman
    Surveilans
    UPTD Puskesmas Motoboi Kecil
    Belum ada peringkat
  • Daftar Hadir Kristen Mocil
    Daftar Hadir Kristen Mocil
    Dokumen1 halaman
    Daftar Hadir Kristen Mocil
    UPTD Puskesmas Motoboi Kecil
    Belum ada peringkat
  • Permohonan Cuti Bersalin
    Permohonan Cuti Bersalin
    Dokumen2 halaman
    Permohonan Cuti Bersalin
    UPTD Puskesmas Motoboi Kecil
    Belum ada peringkat
  • Makalah 1
    Makalah 1
    Dokumen30 halaman
    Makalah 1
    UPTD Puskesmas Motoboi Kecil
    Belum ada peringkat
  • Bab I Pendahuluan
    Bab I Pendahuluan
    Dokumen5 halaman
    Bab I Pendahuluan
    UPTD Puskesmas Motoboi Kecil
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen6 halaman
    Bab I
    UPTD Puskesmas Motoboi Kecil
    Belum ada peringkat
  • Unikom - Nurul Afifah Novianti - 9. Bab I
    Unikom - Nurul Afifah Novianti - 9. Bab I
    Dokumen4 halaman
    Unikom - Nurul Afifah Novianti - 9. Bab I
    UPTD Puskesmas Motoboi Kecil
    Belum ada peringkat
  • Atas Nama
    Atas Nama
    Dokumen1 halaman
    Atas Nama
    UPTD Puskesmas Motoboi Kecil
    Belum ada peringkat
  • Sop DBD
    Sop DBD
    Dokumen1 halaman
    Sop DBD
    UPTD Puskesmas Motoboi Kecil
    Belum ada peringkat