Anda di halaman 1dari 19

ANALISIS SISTEM PROTEKSI DAN KOORDINASI RELAY

PLTP PATUHA UNIT 1 55 MW

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memenuhi syarat akademik pada program


Strata-1 Jurusan Teknik Elektro
Universitas Jenderal Achmad Yani

Oleh :
DIKY RIZKI RAMDANI
NIM : 2212202003

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................ii
DAFTAR TABEL..................................................................................................iii
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................................1
1.3 Batasan Masalah........................................................................................2
BAB II TEORI PENUNJANG................................................................................3
2.1 Tinjauan Pustaka.......................................................................................3
2.2 Landasan Teori..........................................................................................4
2.2.1 Sistem Tenaga Listrik............................................................................5
2.2.2 Sistem Proteksi......................................................................................7
2.2.3 Saklar Pemutus Tenaga (PMT)..............................................................8
2.2.3 Over Current Relay (OCR)....................................................................8
2.2.4 Setting Relay........................................................................................10
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................12
3.1 Bahan Penelitian......................................................................................12
3.2 Alur Penelitian.........................................................................................13
3.3 Jadwal Kegiatan......................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15

i
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Siklus PLTP (Alyssa,2008).................................................................5


Gambar 2. 2 Proses Penyaluran Energi Listrik........................................................6
Gambar 2. 3 Singgle Line Diagram Sistem Tenaga Listrik [8].................................6
Gambar 2. 4 Contoh Wiring OCR & Ground fault Relay.......................................7
Gambar 2. 5 Wiring OCR (Over Current Relay).....................................................8
Gambar 3. 1 Single Line Eksisting Sistem Kelistrikan PLTP PATUHA [4]...........12
Gambar 3. 2 Diagram Alur Penelitian...................................................................13

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Nilai variable a dan n berdasarkan kurva karakteristik [7].....................11

iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sumber daya energi panas bumi di Indonesia diperkirakan mencapai sekitar 28,5
GWe yang terdiri dari resources 11.073 MW dan reserves 17.453 MW, hal ini
menjadikan Indonesia menjadi salah satu negara dengan sumber daya panas bumi
terbesar di dunia. Keberadaan sumber energi ini erat kaitannya dengan posisi
Indonesia yang berada pada kerangka tektonik dunia. Sebagai salah satu sumber
energi terbarukan yang sangat potensial, Pemerintah terus berupaya mendorong
peningkatan pemanfaatan panas bumi di Indonesia.

PLTP Patuha Unit 1 PT Geo Dipa Energi (persero) dengan kapasitas


pembangkitan listrik terpasang sebesar 55 MW, terhubung dengan jaringan
transmisi interkoneksi Jawa-Madura-Bali dan melalui saluran 150 kV dari trafo
generator 52/72 MVA. Trafo ini menaikan tegangan dari tegangan output
generator 15 kV menjadi 150kV. Untuk utilitas pembangkit terdapat trafo 8,5
MVA untuk beban house load pembangkit, trafo ini menurunkan tegangan dari 15
kV menjadi 6,3 kV.

Suatu pembangkit yang terhubung pada suatu sistem dituntut bukan hanya
kontinuitas operasi dari pembangkitan saja, tetapi diwajibkan dapat terintergrasi
dengan baik dengan sistem tersebut. Saat ini kondisi PLTP Patuha belum
memiliki fasilitas synchronize pada sistem internal. Sehingga ini dapat
menghambat proses synchronize dan Houseload operation apabila terjadi
gangguan disisi eksternal. Tidak tersedianya fasilitas synchronize pada instalasi
pembangkit tersebut maka diperlukan kajian teknis pada power sytem dan relay
proteksi

1.2 Tujuan
1. Melakukan simulasi pada sistem tenaga.
2. Mendapatkan solusi dari permasalahan tidak tersedianya fasilitas
synchronize.
3. Mendapatkan kalkulasi / perhitungan relay-relay apabila fasilitas
synchronize ditambahkan pada sistem.

1
1.3 Batasan Masalah
1. Pengambilan data hanya pada ruang lingkup generator, transformator
hingga saluran transmisi 150 kV.
2. Simulasi dilakukan hanya pada sistem yang direncanakan dianalisa.
3. Simulasi dilakukan dengan menggunakan software engineering.

2
BAB II TEORI PENUNJANG

2.1 Tinjauan Pustaka

Berdasarkan permasalahan yang akan di teliti, maka memerlukan beberapa


referensi yang menjadi rujukan dalan tugas akhir ini. Salah satunya yaitu laporan
sistem proteksi & koordinasi relay yang sedang di pelajari di PLTP Patuha Unit 1
(55 MW). Kemudian ada pula referensi lain yaitu beberapa paper penelitian yang
bertema sistem proteksi yang menjadi masukan dalam menyusun tugas akhir ini.[4]

Yang pertama yaitu penelitian yang dilakukan oleh Nursaliw dkk, yang berjudul
“ANALISIS KOORDINASI DAN SETTING OVER CURRENT RELAY (OCR)
PADA PEMAKAIAN DAYA SENDIRI PLTU SMS ENERGI MENGGUNAKAN
SOFTWARE ETAP 12.6.0”,[9] dimana berisi mengenai analisa sistem proteksi di
PLTU SMS ENERGI menggunakan ETAP 12.6.0. Penelitian tersebut bertujuan
untuk mengetahui besaran settingan OCR Motor Pump, Grading Time OCR
Motor Pump, koordinasi OCR Motor Pump dan OCR auxiliary pada PLTU SMS
Energi di kawasan industri Bolok.

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Julda Faisal Bariq dengan judul
“ANALISIS PERENCANAAN KOORDINASI SISTEM PROTEKSI RELAY ARUS
LEBIH PADA JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK DI PUSDIKLAT
MIGAS CEPU”.[1] Pada penelitian ini dilakukan dengan mengambil data-data
yang diperlukan yang kemudian di simulasikan. Penelitian tersebut dilakukan
bertujuan untuk mengetahui setting relay yang akan digunakan.

Terakhir adalah penelitian yang dilakukan oleh Arbiantoko Permadi Purnomo


dengan judul “ANALISIS DAN PERENCANAAN SISTEM KOORDINASI
PROTEKSI SISTEM DISTRIBUSI KELISTRIKAN PADA PELABUHAN TELUK
LAMONG SURABAYA”.[5] Penelitian tesebut berisikan analisa dan perencanaan
koordinasi proteksi sistem distribusi kelistrikan di industri pelabuhan bongkar
muat dengan mengatur delay waktu trip, setting lowset dan highset relay dengan

3
mempertimbangkan perkembangan jumlah sumber dan penambahan jumlah
peralatan sehingga jika terjadi gangguan dapat trip dan berkoordinasi dengan baik
untuk mengamankan dan mengisolasi gangguan agar tidak meluas.

Dari referensi-referensei penelitian tersebut, penyusun mendapatkan beberapa


informasi yang mempermudah penelitian penyusun sehingga dapat melakukan
penelitian dengan baik.

2.2 Landasan Teori

Kondisi bentang alam Indonesia yang dilewati oleh cincin api pasifik atau yang
dikenal sebagai ring of fire, yaitu wilayah yang banyak terdapat gunung berapi
merupakan potensi besar untuk pemanfaatan panas bumi untuk pembangkit listrik.
Secara sederhana, Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) adalah
pembangkit listrik yang memanfaatkan energi panas bumi untuk dikonversikan
menjadi energi listrik. PLTP memiliki banyak kesamaan dengan pembangkit
listrik pada umumnya, seperti penggunaan turbin, generator dan komponen
lainnya. Akan tetapi, uap yang digunakan bukanlah uap yang didapat dengan
membakar bahan bakar fosil atau bahan bakar lainnya, melainkan dengan
mengalirkan uap yang terkandung dalam perut bumi dan digunakan untuk
menggerakan turbin yang selanjutnya menggerakan generator hingga
menghasilkan listrik. Kemudian berbeda dengan pembangkit listrik yang
menggunakan fosil, PLTP tergolong pembangkit yang ramah lingkungan dan
reneweble. Karena dalam prosesnya tidak menghasilkan polusi, walaupun terdapat
limbah kondensat hasil dari sisa operasi pembangkitan. Limbah kondensat itupun
tidak dibuang begitu saja melainkan diinjeksikan kembali kedalam perut bumi
atau kedalam reservoir yang terdapat dalam perut bumi yang nantinya akan me-
recharge air reservoir yang telah digunakan sehingga keberadaan uap panas bumi
tetap terjaga.

4
Gambar 2. 1 Siklus PLTP (Alyssa,2008)

Energi listrik yang dihasilkan oleh PLTP (Pembangkit Listrik Panas Bumi) akan
disalurkan ke suatu sistem tenaga listrik. Suatu sistem tenaga listrik terbagi dalam
seksi-seksi yang satu sama lain bisa dihubungkan atau dipisahkan melalui PMT
(CB). Setiap seksi diamankan oleh relay proteksi. Kawasan pengaman suatu relay
proteksi adalah bagian dari sistem yang menjadi tanggung jawab relay tersebut
untuk mendeteksi kondisi abnormal yang terjadi di dalamnya dan dengan bantuan
PMT akan memisahkan seksi bila kondisi abnormal itu sudah tidak dapat di
tolerir. Karena bagian yang terganggu telah terpisah, maka bagian yang lainnya
dapat beroperasi dan terselamatkan.

2.2.1 Sistem Tenaga Listrik


Sistem tenaga listrik adalah serangkaian proses yang dilakukan oleh alat untuk
pembangkitan listrik, pendistribusian tenaga listrik hingga listrik dapat digunakan
oleh konsumen. Energi listrik dihasilkan oleh pembangkit (Power Plant) dengan
beragam sumber energi contohnya batu bara (PLTU), air (PLTA), gas alam
(PLTG) dan lain-lain. Energi listrik tidak hanya dikonsumsi oleh beban rumah
tangga, namun juga perindustrian dan transportasi umum. Sehingga energi listrik
sangat berpengaruh pada segala sektor kehidupan sehari-hari. Pada proses
pendistribusaian energi listrik ini tidak selalu berjalan lancar dimana pada proses
pendistribusian bisa terjadi gangguan. Semakin Panjang jalur distribusinya maka
kemungkinan terjadi gangguan terutama gangguan eksternal akan semakin besar.
Oleh karena itu, diperlukan sistem proteksi yang baik untuk meningkatkan
kehandalan sistem tenaga listrik. [8]

5
Gambar 2. 2 Proses Penyaluran Energi Listrik

Gambar 2. 3 Singgle Line Diagram Sistem Tenaga Listrik [8]

6
2.2.2 Sistem Proteksi
Sistem Proteksi adalah segala bentuk tindakan yang dilakukan untuk melindungi
perlatan-peralatan listrik pada sebuah sistem tenaga seperti generator,
transformator jaringan dan lain-lain terhadap gangguan kondisi abnormal operasi
sitem itu sendiri. Sehingga proses penyaluran energi listrik dari sisi pembangkit
energi listrik hingga saluran distribusi dapat disalurkan sampai pada konsumen
pengguna listrik dengan aman. Sistem proteksi bekerja dengan cara melokalisir
gangguan agar jaringan yang lain tidak terkena gangguan.

Cara sistem proteksi untuk melokalisir gangguan adalah mendeteksi lalu


memerintahkan PMT (pemutus) untuk memutus jaringan. Pada sistem tenaga
listrik ada beragam peralatan proteksi seperti CB (Circuit Breaker), Over Voltage
Relay , OCR (OverCurrent Relay) dan lain-lain. Peralatan tersebut tidak hanya
berada pada sisi pembangkit ataupun beban. Namun juga berada pada sisi jaringan
distribusi atau transmisi.

Gambar 2. 4 Contoh Wiring OCR & Ground fault Relay

Gambar diatas merupakan salah satu contoh sistem proteksi, dimana didalamnya
terdapat Over Current Relay (OCR) dan juga Ground Foult Relay (GFR). Kedua
relay tersebut memiliki fungsi proteksi yang berbeda. OCR berfungsi
mengamankan jaringan apabila terjadi gangguan arus lebih sedangkan GFR
berfungsi apabila terjadi kontak antara fasa dengan tanah.

7
2.2.3 Saklar Pemutus Tenaga (PMT)
Berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan rangkaian pada saat berbeban
(pada kondisi arus beban normal atau pada saat terjadi arus gangguan). Pada
waktu menghubungkan atau memutus beban, akan terjadi tegangan recovery yaitu
suatu fenomena tegangan lebih dan busur api, oleh karena itu sakelar pemutus
dilengkapi dengan media peredam busur api tersebut, seperti media udara dan gas
SF6. Jenis-jenis PMT berdasarkan media insulator dan material dielektriknya,
terbagi menjadi empat jenis, yaitu: sakelar PMT minyak, sakelar PMT udara
hembus, sakelar PMT vakum dan sakelar dengan gas SF6. Selain itu PMT dapat
memutus arus hubung singkat dengan kecepatan tinggi agar arus hubung singkat
tidak sampai rusak.

2.2.3 Over Current Relay (OCR)


Over current relay merupakan sistem proteksi yang bekerja untuk mendeteksi
arus lebih yang terjadi antara fasa. Relay ini bekerja dengan cara membaca arus
input yang melewati relay dan membandingkannya dengan nilai setting nya.
Apabila nilai arus melebihi batas setpoint maka relay akan mengirimkan sinyal ke
PMT untuk memutus jaringan.

8
Gambar 2. 5 Wiring OCR (Over Current Relay)

Relay akan bekerja pada 2 keadaan yaitu :

1. Arus drop-off (Id) adalah nilai arus maksimum yang menyebabkan relai
berhenti bekerja. Sehingga kontak akan membuka kembali. Arus ini
disebut juga arus kembali.
2. Arus pick-up (Ip) adalah nilai arus minimum yang dapat menyebabkan
relai bekerja dan menutup kontaknya. Nilai arus ini disebut arus kerja.
Menurut British Standard kesalahan pick-up berkisar antara 1,05 - 1,5 dari
tiap setting arusnya.

Berdasarkan karakteristik waktu kerjanya Over Current Relay dapat digolongkan


menjadi 3 golongan yaitu:

1. Relay Waktu Seketika (Instantaneous relay), Relay yang bekerja seketika


(tanpa waktu tunda) apabila nilai arus yang mengalir melebihi nilai
settingnya. Maka relay akan bekerja dalam waktu beberapa mili detik (10
– 20 ms). Relai ini biasanya dikombinasikan dengan Over Current Relay
dengan karakteristik yang lain.
2. Relay arus lebih waktu tertentu (definite time relay), Relay ini akan
memberikan perintah pada PMT ketika terjadi short circuit dan besarnya
arus gangguan melampaui settingnya (Is), dan jangka waktu kerja relay
dari pick up sampai kerja relay ditambah dengan waktu tertentu, namun
tidak bergantung pada besarnya arus yang mengaktifkan relay.
3. Relay arus lebih terbalik (inverse), Relay ini bekerja dengan waktu tunda
yang bergantung pada besarnya arus secara terbalik (inverse time), makin
besar arus maka semakin kecil juga waktu tundanya. Karakteristik ini
beragam dan setiap pabrik dapat membuat karakteristik yang berbeda-
beda. Namun dilihat dari karakteristik waktunya dapat dikelompokkan
menjadi:
 Standard inverse
 Very inverse
 Extremely inverse

9
2.2.4 Setting Relay
Setting Relay terbagi menjadi dua yaitu setting nilai arus dan setting waktu.

A. Setting Nilai Arus


Batas pengaturan minimum menyatakan bahwa relai arus tidak boleh bekerja
ketika terjadi beban maksimum, sehingga :

Is = 𝐾𝑓𝑘 × 𝐾𝑑 × Imaks (2.1) [7]

Dimana :

Is : Penyetelan Arus.

𝐾𝑓𝑘 : Faktor kemanan, mempunyai nilai antar 1,1 – 1,2.

𝐾𝑑 : Faktor arus kembali, Id = 0,7-0,9 (relay definite), Ip = 1,0 (relay


inverse).

Imaks : Arus maksimum dari peralatan , dimana umumnya diambil arus


nominalnya.

Batas Pengaturan maksimum Over Current relay adalah bahwa relai harus bekerja
bila terjadi gangguan short circuit pada relai berikutnya. Batas penyetelan
maksimumnya adalah :

Is = Ihs 2 fasa pada pembangkitan minimum.

Cara penyetelan arus lebih definite. Penyetelan arus Is :

Is = k . I n

Dimana :
k : Nilai tergantung dari pembuatan relai, umumnya bernilai 0,6 –
1,4 atau 1,0 – 2,0
In : Arus nomninal. Merupakan 2 nilai kelipatannya, misalnya 2,5 A
atau 5,0 A

10
B. Setting Waktu

Untuk mendapatkan pengamanan yang selektif, maka penyetelan waktunya dibuat


secara bertingkat. Selain itu secara keseluruhan relai harus bekerja secepat
mungkin, namun tetap selektif.

a x Tms
Setting waktu relai arus lebih definite time t= n [7]
[¿Setting / Isc] −c

Dimana :

t paling ujung (hilir) : 0,1 – 0,5 detik

t berikutnya : t paling ujung + Δt

Δt : 0,3 – 0,5 detik

n : eksponensial

a : konstanta

t : waktu kerja relay (second /s)

Tms : waktu yang diinputkan pada relai agar relai bekerja

𝐼𝑛 : Arus nominal beban (A) 16

𝐼𝑛(𝑠𝑒𝑡𝑡𝑖𝑛𝑔) : Arus nominal setting pada relai (kA)

𝐼𝑠𝑐(𝑠𝑒𝑡𝑡𝑖𝑛𝑔) :Arus setting hubung singkat terendah (kA)

c :1 (standar relay)

Isc : : Arus hubung singkat terkecil (kA)

Tabel 2. 1 Nilai variable a dan n berdasarkan kurva karakteristik [7]

11
BAB III METODE PENELITIAN

1.1 Bahan Penelitian


Dalam penelitian “ANALISIS SISTEM PROTEKSI DAN KOORDINASI RELAY
PLTP PATUHA UNIT 1 55 MW” penyusun membutuhkan data-data yang
nantinya akan nantinya akan diolah, diantaranya :

1. Single line eksisting sistem eksisting menggunakan CVT 150 KV Bus 1 &
2 dan VT 15 KV untuk kebutuhan proses Synchron pada jaringan 150 kV
PLTP PATUHA UNIT 1.
2. Data Generator, Transformator, Relay, dan feeder PLTP PATUHA UNIT
1.
3. Software engineering untuk keperluan simulasi.

Gambar 3. 1 Single Line Eksisting Sistem Kelistrikan PLTP PATUHA [4]

4. Penulis mencoba melakukan study aliran daya dan hubung singkat pada
pada sistem tenaga PLTP PATUHA dengan memanfaatkan software
engineering.

12
1.2 Alur Penelitian

Perkiraan waktu yang akan digunakan untuk penelitian ini yaitu selama 3 bulan,
dan bertempat pada sistem tenaga listrik PLTP PATUHA Unit 1. Penelitian ini
bertujuan untuk mendapatkan setting dan koordinasi relay pada sistem feeding
PLTP Patuha Unit 1 55 MW. Berikut ini langkah-langkah penelitian yang akan
dilakukan.

Gambar 3. 2 Diagram Alur Penelitian

Dari langkah-langkah diatas, pada bagian permodelan dengan software


engineering akan coba dilakukan beberapa analisis yaitu diantaranya:

1. Load flow analisis


2. Short circuit analisis
3. Perhitungan setting relay

13
3.3 Jadwal Kegiatan
Berikut jadwal kegiatan tugas akhir yang akan dilakukan.

Tabel 3. 1 Jadwal Kegiatan Tugas Akhir

Bulan Ke
No. Jenis Kegiatan
1 2 3 4 5 6
1 Study Literatur            
2 Pengambilan Data            
Observasi & Permodelan
3            
dengan software engineering
4 Perhitungan & Analisa            
5 Penyusunan Laporan            

14
DAFTAR PUSTAKA
[1] Julda Faisal Bariq, Analisis Perencanaan Koordinasi Sistem Proteksi
Relay Arus Lebih Pada Jaringan Distribusi PUSDIKLAT MIGAS CEPU.
2016.
[2] Cecep, M. R, Perhitungan Arus Hubung Singkat dan Koordinasi Setting
Waktu Relay Ocr dan Gfr Pada Konfigurasi Jaringan Ring 3 Bus. 2015
[3] Ir. Komari. Proteksi Sistem Tenaga Listrik Filosofi, Strategi dan Analisa
Untuk Peningkatan Keandalan, 2001
[4] Syna Teknika, Laporan Study Proteksi dan Koordinasi Relay PLTP Patuha
55 MW, 2021
[5] ArbiantokoPermadi Purnomo, Analisis Perencanaan Sistem Koordinasi
Proteksi Sistem Distribusi Kelistrikan Pada Pelabuhan Teluk Lamong
Surabaya, 2017
[6] Hestikah Eirene Patoding & Matius Sau, Energi dan Operasi Tenaga
Listrik dengan Aplikasi ETAP, 2019

[7] M Refhan Nafari, Analisis Koordinasi Proteksi Overcurent Relay Pada


Jaringan Distribusi 70 KV PT.Makmur Sejahtera Wisesa, 2018.
[8] Wahyudin SN, Arus Hubung Singkat Diamankan Oleh Pengaruh
Kecepatan PMT, Jurnal SUTET, 2015.

[9] Nursaliw dkk,Analisis Koordinasi dan Setting Over Current Relay (OCR)
Pada Pemakaian Daya Sendiri PLTU SMS ENERGI Menggunakan
Software ETAP 12.6.0. Jurnal Media Elektro / Vol. VIII / No. 2. 2019.

[10] Saktya Hutami Pinastika, Analisis dan Evaluasi Sistem Koordinasi


Proteksi Pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) PAITON 1 DAN 2,
Fakultas Teknologi Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya ,2017.

15

Anda mungkin juga menyukai