Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN PELATIHAN DAN BIMTEK

IMPLEMENTASI PROGRAM PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA DALAM SNARS

HOTEL NOVOTEL SAMATOR SURABAYA, 16-18 Maret 2018

I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Resistensi Antimikroba saat ini menjadi masalah kesehatan global, dengan
berbagai dampak merugikan yang dapat menurunkan mutu pelayananan kesehatan.
Muncul dan berkembangnya resistensi antimikroba terjadi karena tekanan seleksi yang
sangat berhubungan dengan penggunaan antimikroba kurang bijak, dan penyebaran
mikroba resisten. Tekanan seleksi resistensi dapat dihambat dengan cara menggunakan
antimikroba secara bijak, sedangkan proses penyebaran mikroba resisten dengan cara
mengendalikan infeksi secara optimal. Berbagai cara perlu dilakukan untuk
menanggulangi masalah resistensi antimikroba ini terutama di fasilitas pelayanan
kesehatan yaitu rumah sakit. Menanggapi hal tersebut setiap rumah sakit diharapkan
mempunyai dan mampu melaksanakan program pengendalian resistensi antimikroba.
Dengan mengikuti pelatihan dan bimbingan teknis implementasi program pengendalian
resistensi antimikroba diharapkan tim pengendalian resistensi antimikroba dapat lebih
memahami kegaiatan-kegiatan pengendalian resistensi antimikroba sehingga program
tersebut dapat terlaksana dengan baik dan continuous diruumah sakit.

B. TUJUAN UMUM
Terlaksananya program pengendalian resistensi antimikroba di rumah sakit
sehingga angka resistensi antimikroba dapat menurun.

C. TUJUAN KHUSUS
a. Mensosialisasikan program pengendalian resistensi antimikroba
b. Meningkatkan pemahaman dan kompetensi civitas hospitalia dalam hal pengendalian
resistensi antimikroba
c. Memahami dan mampu mengimplementasikan program pengendalian resistensi
antimikroba dirumah sakit.

II. JADWAL KEGIATAN


- Hari : Jumat – Minggu
- Tanggal : 16 – 18 Maret 2018
- Waktu : 08.00 – 17.30 WIB

III. MATERI KEGIATAN


1. Kebijakan nasional program pengendalian resistensi antimikroba, hasil capaian dan target
ke depan
2. Peran pimpinan rumah sakit dalam penyelenggaraan PPRA dirumah sakit
3. Prinsip penggunaan antibiotik untuk terapeutik secara bijak dan simulasi kasus
4. Prinsip penggunaan antibiotik profilaksis pada pembedahan secara bijak dan simulasi
kasus
5. Layanan mikrobiologi klinik dan membuat pola kuman yang sederhana dan informatif
6. Surveilans pola resistensi antimikroba sesuai indikator bakteri MDRO
7. Surveilans penggunaan antibiotika secara kuantitatif dan simulasi/ latihan
8. Surveilans audit penggunaan antibiotik secara kualitatif dan simulasi kasus
9. Mengembangkan forum kajian kasus infeksi terintegrasi dan simulasi kasus sulit
10. Dasar penyusunan kebijakan dan panduan penggunaan antibiotik dirumah sakit
11. Plan of action implementasi PPRA-SNARS
12. Diskusi kelompok dan paparan POA

IV. KESIMPULAN
1. Program pengendalian resistensi antimikroba harus dipahami oleh semua tenaga
kesehatan dirumah sakit.
2. Harus terbentuk tim pengendalian resistensi antimikroba di suatu rumah sakit dengan
kriteria anggota seperti yang tercantum dalam peraturan perundang undangan yang
berlaku.
3. Regulasi terkait program pengendalian antimikroba dibuat berdasarkan perundang
undangan yang berlaku.
4. Panduan penggunaan antibiotik profilaksis dan terapi harus dibuat bersarkan literature dan
Antibiogram yang ada, apabila belum punya antibiogram bisa melihat antibiogram rumah
sakit disekitarnya.
5. Prinsip penggunaan antibiotik terapi harus dilakukan memalui 7 langkah berikut:
- tetapkan diagnosis klinis terhadap suatu penyakit
- Tentukan severitas penyakit
- Tentukan jenis infeksi
- Tentukan apakah pasien yang menderita termasuk imunokompromise
- Tentukan kemungkinan bakteri penyebab infeksi
- Tetapkan jenis antibiotik
- Tetapkan durasi pemberian antibotik
6. Antibiotik profilaksis digunakan hanya untuk operasi bersih dan bersih terkontaminasi
dengan lama pemakaian 1 x 24 jam setelah itu antibiotik yang digunakan adalah antibiotik
terapetik.
7. Peran labolatorium mirkobiologi dalam PPRA yaitu mendukung diagnosa penyakit infeksi,
penentuan tatalaksana terutama penggunaan antibiotik, dan pembuatan antibiogram.
8. Evaluasi penggunaan antibiotika dapat dilakukan dengan 2 metode yaitu kualitatif (metode
gyssens) dan kuantitatif (DDD), untuk melakukan evaluasi antibiotik dapat dilakukan untuk
skala pilot terlebih dahulu.
9. Indikator mutu PPRA dalam akreditasi SNARS ada 4 yaitu perbaikan pola penggunaan
antibiotik, perbaikan pola sensitifitas antibiotik dan penurunan resistensi antimikroba,
penurunan insiden infeksi kuman MDRO, dan peningkatan mutu penanganan infeksi
secara multidisiplin ilmu. Sebagai program baru indikator mutu PPRA dapat dipenuhi
secara bertahap.

V. PENUTUP
Demikian laporan mengenai pelatihan dan bimtek implementasi program pengendalian
resistensi antimikroba dalam standard nasional akreditasi rumah sakit (SNARS) semoga dapat
menambah wawasan dan pengetahuan, serta menjadi penggerak dalam program
pengendalian resistensi antimikroba di rumah sakit.

Nganjuk, 30 Maret 2018


Yang Membuat Laporan

Armila Fatma Setyaningrum., S. farm, Apt

Anda mungkin juga menyukai