BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Prinsip Pengoperasian EAF (Electric Arc Furnace)
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Prinsip Pengoperasian EAF (Electric Arc Furnace)
TINJAUAN PUSTAKA
EAF untuk peleburan baja terdiri dari bejana dilapisi bahan refraktori untuk
penampungan cairan besi, tutup yang dilapisi bahan refraktori dengan pendingin air,
panel pendingin air dan elektoda grafit. Bahan refraktori adalah material non-metalik
yang tahan terhadap temperatur lebih besar dari 538oC dan kekuatan strukturnya
tidak berubah. Secara umum konstruksi EAF dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu:
1) Dinding pelindung (shell), terdiri dari dinding samping (sidewall) dan mangkuk
3) Tutup (roof), terdiri dari bahan refraktori dan panel pendingin air
7
Universitas Sumatera Utara
8
Gambar 2.1 [4] adalah penampang EAF memperlihatkan model fisik EAF dengan
3 buah elektroda grafit yang bisa digerakkan vertikal ke atas dan ke bawah oleh
aktuator hidrolik. Pada saat elektroda mengenai besi tua, akan timbul busur listrik
dengan panas tinggi yang dapat melebur besi tua. Pengoperasian EAF untuk melebur
besi tua akan melalui 3 perioda yang diperlihatkan pada Gambar 2.2 [4] dan Gambar
1) Perioda mengebor (boring) yaitu proses mengebor besi tua pada permulaan
peleburan
Gambar 2.2 EAF yang sedang beroperasi (perioda mengebor dan melebur)
1) Panas peleburan diperoleh dari busur listrik antara ketiga elektroda grafit
3) Transformator tanur dilengkapi dengan OLTC (On Load Tap Changer) untuk
6) Arus peleburan dan jatuh tegangan adalah akibat berbagai faktor yaitu
panjang busur listrik, level ionisasi dan interaksi gaya elektromagnetik [2]
Sumber tegangan rendah berkisar beberapa ratus volt diperoleh dari transformator
tanur model OLTC dengan busbar pada sisi sekundernya yang dihubungkan ke
elektroda memakai kabel berpendingin air. Gambar 2.4 [3] memperlihatkan tipikal
level daya dan tahapan perioda peleburan untuk 1 siklus peleburan. Tampak bahwa
setelah perioda mengebor & melebur pada permulaan operasi, tanur akan diisi dengan
besi tua berikutnya dan perioda mengebor & melebur diulangi hingga proses refining.
Beban EAF dapat berubah dari suatu rangkaian terbuka 3 fasa menjadi rangkaian
hubung singkat 3 fasa. Pada kondisi operasi normal, fluktuasi tegangan yang tidak
beraturan selalu terjadi sebagai konsekuensi dari perubahan panjang busur listrik.
Fluktuasi tegangan yang berulang pada sistem tenaga perlu diatasi agar tidak
Perioda mengebor & melebur adalah penyebab utama fluktuasi tegangan dan
flicker yang dikarakterisasikan oleh besarnya perubahan daya aktif dan daya reaktif
yang disebabkan variasi stokastik pada panjang busur listrik akibat permukaan besi
tua yang tidak teratur. Perioda refining dikarakterisasikan oleh arus peleburan yang
relatif stabil.
Secara praktis, faktor daya peleburan dijaga berkisar 0.7 ÷ 0.8 untuk mendapatkan
kestabilan pengoperasian, dalam arti bahwa daya reaktif berkisar sama dengan daya
aktif [2], [5]. Konsumsi daya reaktif ini menyebabkan jatuh tegangan pada PCC
selama pengoperasian EAF dan transformator tanur akan bekerja pada tegangan
nominal yang lebih rendah sehingga konversi daya peleburan juga menjadi lebih
sangat non-linear dari busur listrik pada setiap siklus daya, sedangkan fluktuasi
tegangan disebabkan oleh perubahan panjang busur listrik selama peleburan [1].
Tabel 2.1 memperlihatkan tipikal harmonisa tegangan pada pengoperasian EAF untuk
Gambar 2.4 Tipikal level daya dan tahapan perioda untuk 1 siklus peleburan
Tabel 2.1 Tipikal tegangan harmonik pada perioda melebur dan refining
Harmonik ke: Perioda Melebur Perioda Refining
2 5.0% 2.0%
3 20.0% 10.0%
4 3.0% 2.0%
5 10.0% 10.0%
6 1.5% 1.5%
7 6.0% 6.0%
8 1.0% 1.0%
9 3.0% 3.0%
11 2.0% 2.0%
13 1.0% 1.0%
Analisa harmonisa dan flicker EAF pada sistem tenaga [1], [7] merumuskan
C (2.1)
V a = V at (l ) +
D + Ia
di mana:
Vat (l) = nilai ambang di mana tegangan mulai berubah bila arus meningkat
Dengan referensi panjang busur listrik yang memberikan Vat (l ) = 200V , nilai
dI a
> 0, ⇒ C = 190 KW , D = 5 KA
dt
dI a
< 0, ⇒ C = 39 KW , D = 5 KA
dt
tidak akan menimbulkan flicker, tetapi hanya akan menimbulkan harmonisa karena
persamaan:
Va (I a ) = KVa0 (I a ) (2.2)
di mana Va0 adalah tegangan busur listrik dengan referensi panjang busur listrik
C
Va0 ( I a ) = Vat (l0 ) + (2.3)
D + Ia
Hubungan antara tegangan ambang Vat dengan panjang busur listrik l adalah:
di mana:
l adalah panjang busur listrik dalam cm, bervariasi pada rentang yang lebar
40 V ≤ V at ≤ 240 V [7])
Parameter K pada persamaan (2.2) dapat dievaluasi melalui rasio antara tegangan
ambang pada panjang busur aktual Vat (l ) terhadap tegangan ambang pada panjang
Vat (l ) A + Bl
K= = (2.5)
Vat (l0 ) A + Bl0
Perubahan arus EAF yang cepat pada proses peleburan erat kaitannya dengan
variasi panjang busur listrik yang tergantung kepada komposisi besi tua, pemakaian
oksigen, gaya elektrodinamis dan posisi dari elektroda grafit. Panjang busur listrik
di mana:
r (t ) adalah sinyal derau putih (white noise signal) pada rentang frekuensi 5 ÷ 20Hz di
dihitung dari pembagian tegangan busur listrik yang dievaluasi Va (t ) dengan arus
V a (t )
R f (t ) = (2.7)
I a (t )
di mana:
Gambar 2.6 [8] adalah aktual karakteristik dan model linear tegangan-arus dari
EAF di mana tegangan busur pengapian vig dan tegangan busur pemadaman vex
1) Perioda pertama, jalur OA, tegangan busur listrik mulai menyala dari
tegangan pemadaman -vex dan mencapai tegangan nyala vig . Saat tegangan
sebagai rangkaian terbuka dan arus busur listrik naik dari 0 menuju i1 .
2) Perioda kedua, jalur AB, adalah permulaan proses peleburan di mana busur
listrik terjadi dan tegangan jatuh secara eksponensial dari vig ke vex yang
3) Perioda ketiga, jalur BO, tegangan busur listrik mulai jatuh dan busur listrik
mulai padam.
Gambar 2.6 Aktual karakteristik dan model linear tegangan-arus dari EAF
untuk 1 siklus daya
Pada Gambar 2.6 jalur OA adalah perioda di mana arus lebih rendah mengalir
pada siklus peleburan. Jalur AB adalah perioda di mana bagian aktif dari siklus
peleburan dengan lebih banyak arus melalui elektroda grafit dan panjang busur listrik
berubah sehingga menimbulkan flicker yang lebih banyak. Model dinamis EAF
Untuk itu kemiringan dari kurva tegangan-arus pada Gambar 2.6 dirubah ke fungsi
sinusoidal dan resistansi busur listrik variasi waktu diberikan oleh persamaan:
R f (t ) = R f (l + m sin(ω f t )) (2.8)
di mana:
Rf adalah tahanan konstan dari EAF saat busur padam dan EAF dalam kondisi
Dengan demikian model beban dinamis dikaitkan terhadap efek tegangan ambang
ekivalen satu fasa EAF dengan sistem sumbernya seperti pada Gambar 2.7 [3].
Walaupun model ini adalah penyederhanaan dari EAF sebenarnya dan menyatakan
akurat dengan rata-rata kuantitas seperti diperlihatkan pada hasil pengukuran. Titik 1
pada Gambar 2.7 adalah terminal primer transformator tanur dan merupakan titik
hubung singkat dari jaringan sumber ditambah reaktansi transformator tanur, busbar
mengatur tegangan U0
Daya yang diberikan kepada beban sebagaimana Rf bervariasi, dibatasi oleh nilai
E2
Pmax1 ph = (2.10)
2X
RP max = X (2.11)
E
I P max = (2.12)
2X
Tegangan busur listrik adalah sama dengan jatuh tegangan pada X, keduanya
E
adalah sama dengan (2.13)
2
X 1 , X 2 dan SCVD (Short Circuit Voltage Depression). SCVD adalah rasio depresi
tegangan hubung singkat yang menyatakan pengaruh flicker yang ditimbulkan pada
pengoperasian EAF di mana nilai 0.02 ÷ 0.025 berada dalam acceptable zone, 0.03 ÷
0.035 berada dalam borderline zone, dan di atas 0.035 adalah objectionable [9].
Perumusan SCVD diberikan oleh persamaan (2.14) dan Gambar 2.8 [9], [10] adalah
2 xMWMaxRatingEAF
SCVD = (2.14)
MVAFaultPCC
Gambar 2.8 SCVD sebagai fungsi dari daya MWmax nominal EAF
Bila ketiga buah elektroda dicelup ke dalam cairan besi, beban akan menjadi 3
fasa hubung singkat yang ekivalen dengan menjadikan R f = 0 seperti pada Gambar
2.7. Pada kondisi ini tegangan dan arus tiga fasa diukur pada titik 1. Pengujian
U 0 − U cc
X1 = Ω
I cc (2.15)
U cc
X2 = Ω
I cc (2.16)
U L2
S sc = MVA
X1 (2.17)
U 0 − U cc
S scf = S sc MVA
U0 (2.18)
Dengan parameter yang diperoleh dan berdasarkan rangkaian ekivalen satu fasa
EAF pada Gambar 2.7, dapat digambarkan karakteristik pengoperasian EAF yaitu
daya aktif & faktor daya sebagai fungsi dari daya kompleks. Gambar 2.9 adalah plot
hasil perhitungan teoritis karakteristik EAF kapasitas 8Ton, 2.5MW yang diperoleh
dari persamaan (2.10) s/d (2.18) dan dibandingkan dengan hasil pengukuran lapangan
penglihatan dan memberikan efek psikologis pada manusia [11]. Fenomena flicker
perubahan yang cepat dari intensitas cahaya lampu pijar, menyebabkan sakit kepala
dan lelah, dan akan dapat menimbulkan keluhan pelanggan listrik lain yang
waktu yang diizinkan standar IEEE 519-1992 [13]. Standar IEC 61000-4-15 [14]
mana hasil ukur tegangan sebuah bola lampu 60W, 230V ditapis dan diusahakan
untuk menyamai fungsi transfer mata / otak manusia. Nilai flicker meter Pst=1
menyebabkan 50% dari sekumpulan orang terganggu oleh flicker [5]. Maksimum
sensitivitas untuk fluktuasi pencahayaan adalah pada 8.8Hz. Fluktuasi tegangan yang
lebih lambat tidak terlalu mengganggu dan fluktuasi tegangan yang lebih cepat akan
ΔV
%Flicker = x100% (2.10)
Vbase
Pada pengoperasian EAF, flicker berubah dari satu siklus ke siklus lainnya dan
cukup tinggi selama perioda melebur, akan berkurang pada perioda refining
tergantung kepada beberapa parameter seperti misalnya kualitas dan jumlah besi tua,
referensi operasi, jumlah oksigen yang diinjeksi, longsor besi tua dan lainnya [6].
Gambar 2.13 Hasil pengukuran flicker Pst selama satu minggu pada steelwork
busbar EAF 8Ton, 2.5MW
Gambar 2.13 [3], [15] memperlihatkan contoh hasil pengukuran flicker Pst
selama satu minggu pada steelwork busbar EAF 8Ton, 2.5MW dan statistik hasil
pengukuran flickernya diperlihatkan pada Tabel 2.2. Batas emisi flicker diperlihatkan
pada Tabel 2.3 menuruti standar ENRE 99/97 [16]. Gambar 2.14 [17]
Gambar 2.14 Perubahan daya reaktif dan fluktuasi tegangan yang ditimbulkan
Menurut standar Eropa CENELEC EN 50160 [18], flicker yang ditimbulkan oleh
pengoperasian EAF dapat diestimasi dengan memakai formula empiris [3], [15]
yaitu:
S scf
Pst 95% ≈ K st x (2.20)
S sc
di mana:
Kst = 40 menyatakan kondisi tanur yang panas dengan campuran besi tua ataupun
Kst = 70 menyatakan kondisi terburuk yaitu tanur beroperasi pada kondisi dingin
Sscf adalah kapasitas hubung singkat EAF yang biasanya adalah dengan faktor 2
atau 2 kali lebih besar dari daya nominal transformator tanur [19]
Menurut standar IEC 61000-4-15 [14], rancangan flicker meter adalah berdasarkan
pengaruh fluktuasi tegangan dari cahaya sebuah bola lampu pijar 60W pada tegangan
230VAC. Keluaran dari flicker meter mengandung dua nilai dasar yaitu:
1) Pst (keparahan flicker jangka pendek) yang diperoleh setiap rentang 10 menit.
Dengan demikian dalam satu hari terdapat 144 buah nilai sampel Pst. Nilai pu
dari Pst menyatakan keparahan flicker yang mendekati sama dengan flicker
2) Plt (keparahan flicker jangka panjang) yang dihitung dari 12 buah nilai Pst
1 12
Plt = 3 ∑
12 j =1
Pst 3j (2.21)
tegangan konverter yang dibangkitkan lebih besar dari tegangan sistem, maka akan
mengalir arus kapasitif dari DSTATCOM ke sistem dan menghasilkan daya reaktif
kapasitif (disebut pembangkit daya reaktif). Sebaliknya bila tegangan konverter lebih
rendah dari tegangan sistem, maka akan mengalir arus induktif dari sistem ke
DSTATCOM dan menghasilkan daya reaktif induktif (disebut penyerap daya reaktif).
walaupun tegangan sistem turun ke level yang sangat rendah. Dengan kata
lain, arus keluaran dapat dijaga tanpa ada ketergantungan terhadap tegangan
sistem.
dapat dirancang untuk respons yang lebih cepat dan dapat memberikan
Diagram satu garis DSTATCOM untuk suplai daya reaktif ke sistem distribusi
diperlihatkan pada Gambar 2.16 [20] di mana U adalah tegangan pada steelwork
busbar dan Ec adalah tegangan keluaran konverter yang dapat diatur. Pertukaran daya
aktif dan daya reaktif pada jaringan [20], [21] adalah (Lampiran B):
U .E c
PDSTATCOM = sin(δ ) (2.22)
X
U
QDSTATCOM = (U − E c cos(δ )) (2.23)
X
di mana:
•
Bila amplitudo Ec dari phasor tegangan keluaran ( E c ) dinaikkan lebih besar dari
•
amplitudo U dari tegangan sistem AC (U ) , maka phasor arus mendahului phasor
tegangan dan arus mengalir dari konverter ke sistem AC. Pada kondisi ini konverter
•
tegangan keluaran ( E c ) diturunkan sehingga lebih kecil dari amplitudo U dari
•
tegangan sistem AC (U ) , maka phasor tegangan mendahului phasor arus dan arus
mengalir dari sistem AC ke konverter. Pada kondisi ini konverter menyerap daya
reaktif (induktif) dari sistem. Operasi ini diillustrasikan pada Gambar 2.17 [20].
di mana:
antara flicker yang terjadi dengan batas nilai flicker yang diizinkan
Gambar 2.18 [21] adalah rangkaian dasar DSTATCOM yang merupakan suatu
VSC yang terdiri dari satu atau lebih unit konverter, kapasitor dc, reaktor,
lainnya.
transformator kopling diperlihatkan pada Gambar 2.19 [21] di mana saklar GTO
diganti dengan transistor IGBT. Saklar transistor IGBT berfungsi sebagai inverter dan
dioda antiparalel diperlukan sebagai jalur transfer energi dari sisi ac ke dc untuk
mengisi kapasitor. Ada perioda penyearah dan inversi pada setiap perioda. Proses
Penyaklaran inverter dapat dilakukan pada konduksi 120o atau 180o. Untuk
konduksi 180o ada tiga buah saklar yang nyala pada setiap waktu, memiliki utilisasi
saklar yang lebih baik dan lebih disukai dibandingkan dengan metode konduksi 120o.
Pada konduksi 180o ada 6 mode operasi dalam satu siklus dengan durasi setiap mode
adalah 60o dan saklar dinomori dengan urutan penyaklarannya yaitu 123, 234, 345,
456, 561 dan 612 [22]. Pada peralihan cepat di mana saat saklar bekerja, praktisnya
tegangan dc pada kapasitor harus dijaga konstan. Gambar 2.20 [22] dan Gambar 2.21
[22] memperlihatkan metode konduksi 180o pada inverter 6 pulsa dan bentuk
(PWM) pada sumber tegangan dc konstan, kemudian diambil rata-rata dari bentuk
harmonisa orde rendah berkurang sehingga akan mengurangi jumlah harmonisa dan
fundamental maka semakin sedikit harmonisa orde rendah yang muncul. Tetapi hal
1) Single-pulse-width modulation
2) Multiple-pulse-width modulation
4) Modified SPWM
5) Phase-displacement control
Untuk metode single-pulse-width modulation hanya ada satu pulsa diberikan pada
setiap setengah siklus dan lebar pulsa divariasi untuk mengatur tegangan keluaran
Ar
M = (2.30)
Ac
Dengan merubah nilai Ar dari nol hingga Ac, lebar pulsa δ dapat berubah dari 0o
hingga 180o dan tegangan rms keluaran Vo bervariasi dari nol hingga Vs yaitu:
1/ 2
⎡ 2 ( π +δ ) / 2 ⎤ δ
Vo = ⎢ ∫(π −δ ) / 2 V d (ωt )⎥⎦ = Vs
2
(2.31)
⎣ 2π π
s
Gambar 2.22 [22] adalah inverter satu fasa jembatan penuh yang terdiri dari 4
buah transistor dengan sumber tegangan Vs, dan Gambar 2.23 [22] adalah sinyal
gating dan tegangan keluaran Vo. Urutan penyaklaran transistor adalah 12, 23, 34 dan
41. Harmonina yang dominan muncul pada tegangan keluaran adalah harmonisa
ketiga.
setiap setengah siklus. Gambar 2.24 [22] memperlihatkan bahwa sinyal gating
terhadap sinyal segi-tiga pembawa beramplitudo Ac. Frekuensi dari sinyal referensi
pengaturan dan disebut indeks modulasi M, menentukan tegangan keluaran Vo. Tipe
modulasi ini juga disebut uniform-PWM (UPWM). Jumlah pulsa p untuk setiap siklus
adalah:
fc mf
p= = (2.32)
2 fo 2
fc
di mana m f = adalah rasio frekuensi modulasi.
fo
Bila δ adalah lebar dari setiap pulsa maka tegangan rms keluaran Vo adalah:
1/ 2
⎡ 2 p ( π / p +δ ) / 2 2 ⎤ pδ
Vo = ⎢ ∫ Vs d (ωt )⎥ = Vs (2.33)
⎣ 2π ( π / p −δ ) / 2
⎦ π
Berbeda dengan teknik UPWM, pada SPWM lebar pulsa sinyal gating
segitiga pembawa berfrekuensi fc yang diperlihatkan pada Gambar 2.25 [22]. Teknik
SPWM sangat umum dipergunakan pada aplikasi industri. Frekuensi sinyal referensi
Jumlah pulsa untuk setiap setengah siklus tergantung pada frekuensi pembawa.
Tegangan rms keluaran Vo dapat divariasi mengan merubah indeks modulasi M. Bila
δ m adalah lebar dari pulsa ke m, maka persamaan (2.33) dapat dikembangkan untuk
Gambar 2.25 Sinyal gating dan tegangan keluaran inverter SPWM 1 fasa
Pada SPWM Gambar 2.25c, lebar pulsa pada puncak gelombang sinus tidak
sinus. Teknik SPWM dimodifikasi sehingga sinyal pembawa hanya diberikan pada
Pembangkitan sinyal gating inverter SPWM 3 fasa diperlihatkan pada Gambar 2.27
[22]. Ada 3 sinyal referensi sinusoidal (vra, vrb, vrc) yang berbeda 120o. Sinyal
gating pada fasa tersebut. Sinyal pembawa vcr dibandingkan dengan sinyal referensi
fasa vra, vrb dan vrc menghasilkan sinyal gating berturutan g1, g3 dan g5. Tegangan rms
fasa-fasa keluaran inverter adalah fungsi dari tegangan dc bus dan indeks modulasi
M 3
V abrms = x xV s = Mx 0 . 612 xV s (2.35)
2 2
Gambar 2.27 Sinyal gating dan tegangan keluaran inverter SPWM 3 fasa
waktu. Fluktuasi tegangan karena kebutuhan daya reaktif diatasi dengan kompensasi
2.10 Model Matlab/Simulink PSB Untuk Sistem Distribusi Utiliti dan EAF
Gambar 2.29 Model Matlab/Simulink PSB sistem distribusi untuk utiliti, EAF
dan DSTATCOM
tegangan. Untuk mengatur tegangan pada kapasitor dc, perlu adanya aliran daya aktif
secukupnya dari sumber menuju inverter untuk mengisi kapasitor dc. Tanpa adanya
aliran daya aktif ini, tegangan kapasitor dc akan turun karena rugi-rugi penyaklaran
dan rugi-rugi daya aktif pada reaktansi kopling. Penyaklaran dapat dilakukan pada
komponen elektronika daya seperti GTO (Gate Turn Off thyristor), IGBT (Insulated
Gate Bipolar Transistor), IGCT (Integrated Gate Commutated Thyristor) dan lainnya.
tegangan ac keluaran inverter. Respons waktu pada strategi ini agak lambat
sebab dipengaruhi oleh nilai reaktansi kopling dan kapasitansi kapasitor dc.
DSTATCOM yang terdiri dari beberapa fungsional blok seperti diperlihatkan pada
abc_ dq0.
Keluaran regulator tegangan ac adalah arus referensi Iqref untuk regulator arus
Iq yaitu arus yang kuadratur terhadap tegangan untuk mengatur aliran daya
reaktif.
Keluaran dari regulator tegangan dc adalah arus referensi Idref untuk regulator
arus Id yaitu arus yang sefasa dengan tegangan untuk mengatur aliran daya
aktif
Sinyal error dari Id dan Idref melalui pengatur PI menghasilkan tegangan Vd.
Sinyal error dari Iq dan Iqref melalui pengatur PI menghasilkan tegangan Vq.
Regulator arus mengatur magnitudo dan fasa dari tegangan Vd dan Vq.
6) PWM modulator
Indeks modulasi (M) dan sudut fasa tegangan (phi) yang diperlukan oleh
rectangular ke polar dari komponen tegangan Vd dan Vq. Tegangan rms fasa-
fasa keluaran inverter adalah fungsi dari tegangan dc bus dan indeks modulasi