Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

DASAR-DASAR KEFARMASIAN
KELOMPOK 1
“ANTIBIOTIK”

Oleh:
1. Salsabila Aulia Putri
2. Siti Handayani
3. Anggini
4. Zahra Septiana Putri
5. Irma Purnama
6. M. Alvin Assaid

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Antibiotika pertama kali ditemukan oleh Paul Ehlrich pada 1910, sampai saat ini, masih
menjadi andalan dalam penanganan kasus-kasus penyakit infeksi. Pemakaiannya selama 5
dekade terakhir mengalami peningkatan yang luar biasa, hal initidak hanya terjadi di
Indonesia tetapi juga menjadi masalah di negara maju seperti Amerika Serikat.
The Center For Disease Control and Prevention in USA menyebutkan terdapat 50 juta
peresepan antibiotik yang tidak diperlukan (unnescecery) dari 150 juta peresepan setiap tahun
(Akalin,2002). Menurut Menteri Kesehatan sekitar 92% masyarakat di Indonesia tidak
menggunakan antibiotik secara tepat.
Ketika digunakan secara tepat, antibiotik memberikan banyak manfaat yang tidak perlu
diragukan lagi. Namun bila dipakai atau diresepkan secara tidak tepat dapat menimbulkan
kerugian yang luas dari segi kesehatan, ekonomi bahkan untuk generasi mendatang.
Munculnya kuman-kuman patogen yang kebal terhadap satu atau beberapa jenis
antibiotika tertentu sangat menyulitkan proses pengobatan. Pemalaikan antibiotik lini pertama
yang sudah tidak bermanfaat harus diganti dengan obat-obatan lini kedua atau bahkan lini
ketiga. Hal ini jelas akan merugikan pasien, karena antibiotika lini kedua maupu lini ketiga
masih sangat mahal harganya. Sayangnya, tidak tertutup kemungkinan juga terjadi kekebalan
kumn terhadap antibiotika lini kedua dan ketiga
Disisi lain, banyak penyakiy infeksi yang merebak karena pengaruh komunitas, baik
epidemi yang berdiri sendiri di masyarakat maupun sumber utama penularan di rumah sakit.
Apabila resistensi terhadap pengobatan terus berlanjut tersebar luas, dunia yang sangat maju
dan canggih ini akan kembali ke masa-masa kegelapan kedokteran sebelum ditemukannya
antibiotika.

2
B. Rumusan Masalah
1) Apakah yang dimaksud antibiotik?
2) Bagaimana mekanisme kerja antibiotik?
3) Apa saja golongan obat antibiotik?
4) Apa saja efek samping antibitoik?
5) Apa kontraindikasi antibiotik?
6) Bagaimana cara penyimpanan antibiotik dengan benar?

C. Tujuan
1) Untuk mengetahui lebih dalam tentang antibiotik
2) Untuk mengetahui cara mekanisme kerja antibiotik
3) Untuk mengetahui golongan obat antibiotik
4) Untuk mengetahui efek samping antibiotik
5) Untuk mengetahui kontraindikasi antibiotik
6) Untuk mengetahui cara penyimpanan antibiotik

3
BAB II
ISI

A. PENGERTIAN ANTIBIOTIK
Antibiotik merupakan segolongan senyawa baik alami maupun sintetik yang mempunyai
efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme khususnya
dalam proses infeksi oleh bakteri. Antibiotik memeliki pengertian dari kata “Anti” yang
berarti melawan dan “Biotikos” yang berarti hidup.
Istilah antibiotik pertama kali dipakai oleh Waksman (1924) yang mengandung
pengertian suatu zat yang bersifat menghambat atau menghancurkan, atau membunuh
kehidupan organisme. Antibiotik dihasilkan oleh mikrooganisme (golongan bakteri dan
jamur), yang dalam konsentrasi rendah dapat menghambat atau membunuh mikrooganisme
lainnya.
Antibiotik biasanya diberikan kepada pasien dalam tiga bentuk, yaitu: oral (biasanya
berbentuk tablet, kapsul, maupun sirup), topikal (salep, lotion, semprotan atau tetes), suntikan
jenis antibiotik ini diberikan melalui suntikan langsung maupun lewat infus.

RESISTENSI ANTIBIOTIK
Bagaimana jika suatu hari antibiotik tidak lagi efektif melawan bakteri? Hal itu sunggub
mengkhawatirkan. Mengingat selama ini antibiotik merupakan obat yang andalan dalam
mengobati berbagai jenis penyakit yang disebabkan bakteri.
Bakteri mampu berkembang dengan sangat cepat. Bakteri juga mampu beradaptasi dan
bertahan terhadap efek antibiotik. Ini yang disebut dengan resistensi antibiotik, yaitu ketika
bakteri antibiotik tidak mampu memusnahkan bakteri yang sebelumnya dapat ditangani.
Penggunaan antibiotik berlebihan dan secara tidak tepat merupakan masalah yang dapat
mendorong resistensi, sekaligus berpotensi menimbulkan efek samping dan reaksi alergi.
Resistensi antibiotik kini disebut sebagai masalah kesehatan global, termasuk di Indonesia.
Tidak seperti obat lain, penggunaan antibiotik memiliki konsekuensi yang lebih luas. Ketika
seseorang menyalahgunakan antibiotik, hal tersebut turut membantu terciptanya kuman yang
kebal, dengan kemungkinan menyebabkan infeksi baru dan sulit diobati baik pada diri sendiri
maupun orang disekitarnya.

B. MEKANISME KERJA ANTIBIOTIK


Antibiotik bekerja dengan cara menghalangi proses penting yang dilakukan oleh bakteri, s
ehingga sebagai hasil akhirnya antibiotik dapat membunuh bakteri atau menghentikannya unt
uk membelah diri. Ketika bakteri lemah dan tidak berkembang biak, maka ini akan membant

4
u system kekebalan alami tubuh untuk melawan infeksi bakteri dengan tuntas. Mekanisme ke
rja antibiotik dalam membunuh bakteri terjadi lewat beberapa cara yaitu:
 Menghancurkan dinding tubuh bakteri
 Mengganggu proses reproduksi bakteri
 Menghentikan produksi protein dari bakteri
Mekanisme kerja antibiotik berlangsung ketika mulai mengonsumsinya. Namun, kapan g
ejala atau rasa sakit bisa membaik sangat bergantung pada kondisi tubuh setiap orang dan kar
akteristik dari bakteri yang menyerangnya. Biasanya, antibiotik diresepkan untuk diminum ha
bis selama 7-14 hari.
Dalam beberapa kasus, antibiotik juga bisa habis dalam waktu beberapa hari saja. Ketika
tubuh sudah merasa lebih sehat, direkomendasikan untuk tetap menghabiskan seluruh antibiot
ik yang diresepkan agar bakteri benar-benar mati secara keseluruhan. Selain itu menuntaskan
konsumsi antibiotik bisa mencegah resistensi bakteri dari antibiotik kedepannya.

C. GOLONGAN ANTIBIOTIK
Golongan antibiotik pada umumnya dikelompokkan berdasarkan sifat kimia dan
farmakologinya. Jika struktur kimianya mirip, maka obat dalam golongan yang sama
memiliki kemampuan untuk membunuh bakteri yang sama atau berhubungan.
1. Penicillin => nama lain dari penicillin adalah antibiotik beta-lactam. Penicillin terdiri
dari lima kelompok antibiotik, yaitu aminopenicillin, antipseudomonal penicillin,
penghambat beta-laktamase, penicillin alami,dan penicillin penghambat penicillinase.
Antibiotik umum dalam golongan penicillin meliputi: amoxicillin, ampicillin,
dicloxacillin, oxacillin, dan penicillin V kalium.
2. Tetrasiklin => tetrasiklon adalah antibiotik spektrum luas yang dapat ,membunuh
banyak bakteri, seperti bakteri penyebab jerawat, infeksi saluran kemih (ISK), infeksi
usus, infeksi mata, penyakit infeksi menular seksual (IMS), periodontitis, dan infeksi
bakteri lainnya. Golongan tetrasiklin meliputi obat: demeclocycline, doxycycline,
eravacycline, minocycline, omadacycline, dan tetracycline.
3. Sefalosporin (cephalosporin) => merupakan obat pembunuh bakteri (bacteridical) dan
bekerja mirip seperti penicillin. Sefalosporin biasa digunakan untuk mengatasi
berbagai jensi infeksi seperti sakit tenggorokan akibat bakteri streptococcus, infeksi
telinga, infeksi saluran kemih, infeksi kulit, infeksi paru, dan meningitis. Obat yang
umu ditemukan dalam golongan ini meliputi: cefaclor, cefdinir, cefotaxim,
ceftazidime,ceftriaxone, cefuroxime.
4. Fluoroquinolones => quinolon atau dikenal dengan fluoroquinolone, merupakan
golongan obat yang biasa digunakan untuk mengobati infeksi saluran kemih yang
sulit diobati saat pilihan obat lain sudah tidak efektif. Obat dalam golongan quinolon
mencakup: ciprofloxacin, levofloxacin, moxifloxacin.
5. Lincomycin => obat turunan lincomycin bisa digunakan untuk mengobati infeksi
serius seperti penyakit inflamsi pelvis, infeksi dalam lambung, infeksi saluran napas

5
bawah, infeksi tulang dan sendi. Beberapa juga digunakan untuk mengobati masalah
jerawat di kulit. Obat golongan ini yang umum ditemukan meliputi clindamycin dan
lincomycin.
6. Makrolida => makrolida dapat digunakan untuk menyembuhkan pneumonia,
pertusis,atau utnuk infeksi kulit ringan. Ketolida merupakan generasi obat baru dalam
golongan iniyang diciptakan untuk mengatasi resistensi bakteri. Obat yang paling
umum diresepkan meliputi: azithtromycin, clarithromycin, dan erythromycin.
7. Sulfonamida => efek untuk mengatasi infeksi saluran kemih (ISK), terapi atau
pencegahan pneumonia pneumocystis, atau infeksi telinga (otitis media). obat yang
umum ditemui, meliputi: sulfamethoxazole dan trimethoprim, sulfasalazine dan
sulfisoxazole.
8. Antibiotik glikopeptida => Obat dalam golongan ini digunakan untuk melawan
infeksi methicillinn-resistant staphylococcus aureus (MRSA), disre akibat C. difficile,
dan infeksi enterokokus. Obat yang umum ditemukan meliputi: dalbavancin,
oritavancin, telavancin, vancomycin,
9. Aminoglycosides => Bekerja dengan menghambat sintesis dan bekerja cepat saat
membunuh bakteri. Obat dalam golongan ini biasanya diberikan melalui infus intra
vena. Obat yang termasuk dalam golongan ini, yaitu: gentamicin, tobramycin,
amikacin.

D. EFEK SAMPING ANTIBIOTIK


Antibiotik memiliki banyak tipe dan golongan. Masing-masing tipe dan golongan dapat m
enimbulkan efek samping yang berbeda pada setiap orang. Efek samping yang muncul juga b
ias bersifat ringan hingga berat.
Berikut adalah beberapa efek samping antibiotik yang dapat terjadi:
1. Gangguan pencernaan => gangguan pencernaan merupakan efek samping antibiotik
yang paling sering terjadi. Gejala gangguan saluran cerna akibat penggunaan antibioti
c meliputi diare, mual, muntah, dan kram perut. Efek samping ini lebih sering terjadi
pada penggunaan antibiotic golongan penicillin, cephalosporin, dan fluoroquinolone.

2. Reaksi alergi => reaksi alergi antibiotik terbilang jarang terjadi. Namun, ketika munc
ul, reaksi alergi antibiotic biasanya berat dan berbahaya. Sebagian orang yuang meras
akan reaksi alergi antibiotic dapat mengalami komplikasi berat berupa syok anafilakti
k dan sindrom Stevens-Johnson.

3. Infeksi jamur => penggunaan antibiotik dapat mengurangi jumlah bakteri dalam
tubuh. Ketika jumlah bakteri baik tersebut berkurang, maka jamur akan mudah
tumbuh. Penyakit infeksi jamur ini biasanya muncul berupa sariawan di mulut, yang
disebut kandidiasis oral. Pada wanita, efek samping antibiotik bisa berupa infeksi
jamur vagina yang menimbulkan keluhan gatal dan perih pada vagina, nyeri saat
berhubungan intim, anyang-anyangan, hingga keputihan dengan bau tidak sedap.

6
4. Sensitive terhadap cahaya => penggunaan antibiotik tertentu, terutama golongan tetr
asiklin, dapat menyebabkan pengguna lebih sensitive terhadap cahaya, termasuk caha
ya lampu dan sinar matahari.

5. Perubahan warna gigi => beberapa jenis antibiotik seperti tetrasiklin dan doksisklin,
juga dapat menyebabkan efek samping berupa perubahan warna pada gigi yang bersif
at permanen, jika diberikan pada anak yang berusia di bawah 8 tahun.

6. Resistensi antibiotik => penggunaan antibiotik yang terlalu sering atau tidak sesuai d
osisnya dapat menyebabkan kuman mengalami resistensi atau kekebalan. Hal ini mer
upakan salah satu efek samping antibiotik yang paling mengkhawatirkan. Ketika kum
an yang menyebabkan infeksi sudah kebal terhadap antibiotic, maka penyakit infeksi
bakteri akan susah disembuhkan. Karena kekebalannya, kuman juga beresiko tinggi m
enimbulkan infeksi berat, seperti sepsis.

Guna mengurangi resiko efek samping antibiotik, pastikan gunakan antibiotik sesuai rese
p hingga habis, dan hindari membeli antibiotik secara bebas tanpa resep dokter.
Konsumsi antibiotik tidak boleh dihentikan secara mendadak walau gejala infeksi yang di
rasakan sudah hilang. Jika antibiotik tidak habis, maka bakteri penyebab infeksi dapat menjad
i kebal terhadap antibiotik tersebut.

E. KONTRAINDIKASI
Kontraindikasi adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan kondisi, di mana obat
tersebut tidak disarankan atau tidak bisa digunakan pasien yang memiliki kondisi tertentu.
Berikut kontraindikasi golongan obat antibiotik:
 Kontraindikasi penggunaan penicillin V adalah adanya riwayat reaksi hipersensitivitas
terhadap obat ini atau obat golongan penicillin lainnya. Penggunaan bersamaan dengan
propranolol dan nadolol juga dikontraindikasikan. PERINGATAN: reaksi
hipersensitivitas sering terjadi pada pasien yang alergi dengan antibiotik golongan
penicillin, memiliki alergi terhadap banyak alergen, dan pasien asma.
 Kontraindikasi tetrasiklin adalah pada individu dengan riwayat hipersensitivitas
terhadap golongan obat ini. Tetrasiklin juga tidak dapat digunakan pada pasien dengan
gangguan fungsi ginjal berat atau pasien yang menyusui. Penggunaan tetrasiklin
bersamaan dengan methoxyflurane, vitamin A, dan retinoid juga dikontraindikasian.
 Kontraindikasi sefalosporin adalah pada pasien yang memiliki riwayat hipersensitif.
Karena mungkin ada reaktivitas silang, gunakan sefalospirin hati-hati pada paaien yang
didokumentasikan hipersensitif terhadap antibiotik bekta-laktam lain (penicillin,
cefamycins, carbapenems)
 Kontraindikasi makrolida adalah pasien dengan riwayat hipersensitivitas terhadap
spiramisin atau antibiotik makrolida lainnya.

7
 Kontraindikasi sulfonamida adalah pada individu dengan riwayat gangguan fungsi
ginjal berat, wanita hamil, neonatus dan diskrasia darah.
 Kontraindikasi lincomycin adalah pada pasien dengan riwayat hipersensitivitas
terhadap lincomycin dan clindamycin. Selain itu, pemberian lincomycin perlu
diperhatikan pada kondisi pasien dengan riwayat saluran cerna, asma, atau alergi.
 Kontraindikasi aminoglycosides adalah pada pasien yang memiliki riwayat
hipersensitivitas terhadap neomisin, komponen-komponen lain dalam formulasi atau
aminoglycosides lainnya.
 Kontraindikasi antibiotik glikopeptida => obat ini bersifat ototoksik sehingga dapat
menyebabkan gangguan pendengaran sementara atau permanen. Beritahu dokter jika
sedang mengalami hamil atau menyusui.

 Kontraindikasi fluoroquinolones => obat ini harus dugunakan dengan hati-hati pada
pasien dengan penyakit kardiovaskular atau gangguan elektrolit dan juga harus hati-hati
pada pasien epilepsi atau pada pasien dengan peningkatan resiko kejang.

F. CARA PENYIMPANAN ANTIBIOTIK


Dalam upaya pengobatan suatu penyakit, pasien akan diberikan beberapa jenis obat yang
berbeda baik bentuk, kandungan maupun kemasannya oleh dokter. Masalah muncul setelah
pasien dinyatakan boleh pulang dengan membawa obat tersebut ke rumah, maka perlu
dipikirkan cara penyimpanan obat yang baik dan benar di rumah agar tetap aman dikonsumsi
dalam janhka waktu tertentu.
Cara penyimpanan obat di rumah adalah sebagai berikut:
1. Jangan menyimpan obat yang telah kadaluarsa. Selalu periksa obat dalam kotak obat
secara berkala untuk menghindari pemakaian obat yang telah rusak atau kadaluarsa.
2. Jauhkan obat dari jangkauan anak-anak, pasalnya anak-anak kerap mengganggu obat-
obat yang menurutnya terlihat menarik karna warna obat yang unik.
3. Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat,
4. Simpan obat di tempat sejuk dan terhindar dari sinar matahari langsung atau ikuti aturan
pada kemasan. Kondisi seperti panas, terpapar udara, sinar matahari dan kelembapan
dapat merusak obat.
5. Jangan meninggalkan obat di dalam mobil dalam jangka waktu lama karena suhu yang
tidak stabil dalam mobil dapat merusak obat.
6. Letakkan obat pada lemari khusus untuk obat.
7. Hindari menyimpan di kamar mandi, menyimpan obat di kamar mandi tidak disarankan,
namun tak sedikit orang yang meletakkan kotak P3K di kamar mandi.

8
8. Jangan simpan obat di dalam freezer, untuk obat sirup sebaiknya simpan di tempat kering
dan terlindung dari sinar matahari.
9. Tutup botol dengan rapat, hal tersebut agar kualitas tetap terjaga dan tidak mudah
tumpah.
Simpanlah obat pada tempat yang bersih, kering, dan terlindung dari cahaya matahari
lansung dan pada suhu ruangan (sekitar 20-30C) namun, obat perlu ditempatkan di tempat
bersuhu dingin seperti di kulkas/lemari pendingin. Adapun obat yang membutuhkan suhu
dingin (di bawah 10 derajat celsius) untuk penyimpanannya.
Penyimpanan di suhu yang berbeda dapat menyebabkan kerusakan komposisi obat di
dalamnya. Oleh karena itu, sebaiknya konsultasi tempat penyimpanan obat pada apoteker saat
membeli obat.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai