Anda di halaman 1dari 12

BAB 5

MASA KEJAYAAN ISLAM

DISUSUN OLEH:

1. BAYU AJI TRISNAWAN (03/XI B)


2. LENA PURNAMASARI (14/XI B)
3. SYAHIA LUTHFIANA SALSABILA (21/XI B)

SMK EMPAT LIMA SURAKARTA


Masa Kejayaan Islam

A. Periodesasi Sejarah Islam


Harun Nasution dan Nourouzaman Shidiqi membagi sejarah islam menjadi 3 periode,
yaitu periode klasik (650 M-1250 M), periode pertengahan (1250 M-1800 M), dan
periode modern (1800 M-sekarang).

1. Periode Klasik
Periode klasik dibagi ke dalam dua fase, yakni fase ekspansi, integrasi, dan kemajuan
(650 M–1000 M) dan fase disintegrasi (1000 M–1250 M). Pada fase kemajuan, Islam
mengalami internasionalisasi. Pada masa Bani Umayyah, Islam mulai masuk ke Eropa
melalui Spanyol. Pengaruh Islam kemudian meluas dari Afrika Utara sampai Spanyol di
belahan Barat. Lebih lanjut, perluasan ini menyentuh Persia hingga ke India di belahan
Timur.
Sejumlah ulama besar bermunculan di fase ini, yaitu Imam Malik, Imam Abu Anifah,
Imam Syafi’i, dan Imam Ibn Hambal dalam bidang fikih. Adapun dalam bidang teologi
muncul Imam al-Asya’ri, Imam al-Maturidi, Wasil ibn ‘Ata’, Abu Huzail, Al-Nazzam,
dan Al-Jubba’i.
Pada masa ini, perubahan bahasa administrasi dari bahasa Yunani dan bahasa Pahlawi
ke Bahasa Arab dimulai oleh Abdul Malik. Orang–orang bukan Arab pada waktu itu
telah mulai pandai berbahasa Arab. Untuk menyempurnakan pengetahuan mereka
tentang bahasa Arab, terutama pengetahuan pemeluk–pemeluk Islam baru dari bangsa–
bangsa bukan Arab, perhatian kepada bahasa Arab, terutama tata bahasanya
mulai diperhatikan. Inilah yang mendorong Imam Sibawaih untuk menyusun al–
Kitab, yang selanjutnya menjadi pegangan dalam masalah tata bahasa Arab.

2. Periode Pertengahan

Pada fase ini juga dunia Islam terbagi dua. Bagian Arab yang berpusat di Mesir terdiri
atas Arabia, Irak, Suriah, Palestina, Mesir dan Afrika Utara. Sementara bagian Persia
yang berpusat di Iran terdiri atas Balkan, Asia kecil, Persia dan Asia tengah. Pada fase
tiga kerajaan besar (1500 M–1700 M), perhatian terhadap ilmu pengetahuan sangat
kurang. Hasilnya, umat Islam semakin mundur saat tiga kerajaan besar mendapat
banyak tekanan. Kekuatan militer dan politik pun menurun. Kerajaan Safawi
dihancurkan oleh serangan-serangan bangsa Afghan, Kerajaan Mughal diserang raja-
raja India, Kerajaan Usmani terpukul di Eropa, sementara Mesir dikalahkan oleh
Napoleon Bonaparte dari Prancis.

3. Periode Modern

Periode modern (1800 M–sekarang) merupakan zaman kebangkitan umat Islam yang
mulai sadar bahwa di Barat telah timbul peradaban baru yang lebih tinggi. Ekspedisi
Napoleon di Mesir yang berakhir pada tahun 1801 M membuka mata dunia Islam,
terutama Turki dan Mesir, akan kemunduran dan kelemahan umat Islam. Raja-raja dan
para pemuka Islam mulai memikirkan cara meningkatkan mutu dan kekuatan umat
Islam kembali. Kontak Islam dengan Barat sejak masa ini berlainan sekali dengan
kontak Islam dengan Barat periode klasik. Pada waktu itu, Islam sedang naik dan Barat
sedang dalam kegelapan. Sekarang sebaliknya, Islam tampak dalam kegelapan dan
Barat tampak gemilang.

B. Masa Kejayaan Islam

Pada periode ketiga Pendidikan Islam mengalami masa kejayaan. Masa Kejayaan ini
di bawah kekuasaan Bani Abbasiyah yang berkuasa sejak Tahun 750 M – 1258 M/
132H – 656 M). Masa ini  ditandai dengan berkembang pesatnya lembaga-lembaga
pendidikan baik formal maupun informal. Bermunculannya lembaga-lembaga
pendidikan ini mendominasi dalam dunia Islam sehingga mempengaruhi pola hidup dan
budaya masyarakat Islam. Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan budaya
Islam pada masa kejayaan Islam menggungguli dan bahkan mempengaruhi peradaban
dunia. Wilayah kekuasaan Islam menjadi pusat-pusat pendidikan yang diminati buhkan
hanya kalangan Islam tetapi juga kalangan non-Islam. Harun al Rasyid (170-193 H)
yang merupakan khalifah ke-7 Dinasti Bani Abbasiyah, pada masa pemerintahannya
Pendidikan Islam mencapai puncak kejayaan. Masa masa kepemimpinan beliau sangat
memberi motivasi dan perhatian penuh terhadap perkembangan ilmu pengetahuan.
Hal ini dilakukan bukan tanpa alasan, Harun Al-Rasyid merupakan seorang  yang cerdas
dan mencintai ilmu pengetahuan. Negara di bawah kendalinya aman, tentram, makmur,
damai dengan dukungan sarana dan prasarana pembangunan sehingga dunia Islam
menjadi pusat ilmu pengetahuan. Umat Islam yang cinta ilmu melakukan rihlah
ilniyah.  Perjalanan yang dilakukan mencari ilmu dari wilayah pusat ilmu pengetahuan.
Sistem pendidikan masa Dinasti Abbasiyah memberi keleluasaan para pencari ilmu
untuk mencari guru-guru mereka sesuai dengan bidang kajian yang diminati. Demikian
pula para guru melakukan perjalanan selain untuk belajar juga mengajar. Mencermati
sistem ini dapat disebut dengan learning society yaitu proses pembelajaran non-formal
dengan menjadikan masyarakat/orang lain sebagai pendidik.

Nicholson menjelaskan sebagaimana yang dikutip Syalabi bahwa melakukan perjalanan


ilmiah laksana lebah mencari bunga ke tempat yang jauh kemudian mereka kembali ke
kota kelahirannya dengan membawa madu yang manis. Proses culture
contact berlangsung terus menerus hingga menimbulkan adanya dinamika sosial baik
antar masyarakat Islam maupun masyarakat non-Islam. Dinamika sosial akan
melahirkan ilmu-ilmu baru.

Lembaga-lembaga Pendidikan Islam 

Pelaksanaan pendidikan pada masa Dinasti Bani Abbasiyah melalui lembaga-lembaga


pendidikan. Lembaga pendidikan tersebut melakukan proses pendidikan sesuai dengan
kurikulum dan tujuan pembelajarannya.

  Kutab

Sejarah khuttab telah ada sebelum Islam. Kutab merupakan lembaga pendidikan dasar.
Kurikulum sesuai makna kata dasar kattaba yang berarti menulis atau tempat menulis.
Lembaga ini tetap menjadi lembaga awal dalam pendidikan Islam. Pada akhir abad
pertama hijriyah, kutab selain mengajarkan menulis dan membaca, materi ajar ditambah
dengan pembelajaran membaca al Qur`an  serta pokok ajaran Islam serti tauhid, aqidah,
dan akhlak.

  Pendidikan di Istana
Pendidikan anak di istana berbeda dengan pendidikan di kutab pada umumnya. Di istana
orang tua murid membuat rencana pelajaran yang selaras dengan anaknya. Guru yang
mengajar disebut Mu`addib, karena berfungsi mendidik budi pekerti dan mewariskan
kecerdasan serta pengetahuan. Pendidikan ini bertujuan untuk menyiapkan calon-calon
pemimpinan yang berkahlak.

 Rumah-Rumah Para Ulama (Ahli Ilmu Pengetahuan)

Pada masa kejayaan perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam, rumah-
rumah para ulama dan ahli ilmu pengetahuan menjadi tempat belajar dalam
pengembangan ilmu pengetahuan. Di antaranya, rumah Ibnu Sina, al Ghazali, Ali Ibnu
Muhammad al Fashihi, Ya`qub Ibnu Killis, Wazir Khalifah, dan al Aziz Billah al
Fathimy.

 Majelis Kesusasteraan

Khalifah melakukan Majelis khusus yang dikenal dengan istilah majelis kesusasteraan.
Majelis ini dilaksanakn di Istana untuk membahas berbagai macam ilmu pengetahuan.
Pada masa kekuasaan khalifah Harun Arrasyid, majelis ini berkembang dengan pesat,
hal ini disebabkan keterlibatan langsung khalifah karena kecintaannnya terhadap ilmu
pengetahuan. Ulama-ulama yang terkenal yang memanfaatkan majelis ini untuk
berdiskusi, antara lain Sibawaih, Al-Kisa’I, Yahya bin Khalid Al-Barmaki.

 Toko-Toko Kitab

Toko-toko kitab bukan hanya sebagai tempat berjual beli saja, tetapi juga sebagai tempat
berkumpulnya para ulama, pujangga, dan ahli-ahli ilmu pengetahuan untuk berdiskusi,
berdebat, bertukar pikiran dalam berbagai masalah ilmiah atau sekaligus sebagai
lembaga pendidikan dalam rangka pengembangan berbagai macam ilmu pengetahuan
dan kebudayaan Islam.

 Badiah

Badiah merupakan wilayah padang pasir tempat tinggal orang-orang Badui. Wilayah ini
masih murni dari budaya Arab asli, tidak berasimilasi dengan budaya luar. Badiah
merupakan lembaga pendidikan non-formal digunakan sebagai untuk mempelajari
bahasa Arab yang fasih dan murni serta mempelajari syair-syair dan sastra Arab dari
penutur aslinya.

 Bimaristan (Rumah Sakit)

Pada masa Dinasti Abbasiyah yang mendirikan rumah sakit adalah Harun al Rasyid,
yang memerintahkan kepada dokter Jibrail bin Buhtaisu untuk mendirikan rumah sakit
di Baghdad. Di sebelah rumah sakit ada perpustakaan dan bilik untuk mengajarkan ilmu
kedokteran dan ilmu obat-obatan.

 Lembaga Perpustakaan

Lembaga Perpustakaan merupakan salah satu pusat pengembangan pendidikan Islam,


literatur-literatur, manuscript dari hasil karya ilmuan-ilmuan klasik menjadi bahan
kajian. Perpustakan bukan hanya tempat untuk membaca, tetapi dijadikan tempat untuk
mengkaji dan berdiskusi antara satu dengan lainnya. Hasil diskusi dan perdebatan ini
melahirkan ilmu-ilmu baru.

Khalifah Harun al-Rasyid mendirikan Khizanah Al-Hikmah atau dikenal juga dengan


nama baitul hikmah di Baghdad. Perpustakaan ini berisi ilmu-ilmu agama Islam dan
bahasa Arab dan ilmu umum yang diterjemahkan dari bahasa Yunani, Persia, India,
Qibty, dan Arami. Khizanah Al-Hikmah  dipimpin seorang Nasrani Yuhana bin
Maskawaih, selain mengelola perpustakaan juga menterjemahkan literatur asing ke
dalam bahasa Arab.

 Madrasah Nizamiyah

Nizam al Mulk, perdana menteri Saljuk pada tahun 1065 M – 1067 M. merupakan
pendiri Madrsah Nizamiyah Pada tiap kota kekuasaanya ia mendirikan satu madrasah
besar, di antaranya di Baghdad, Balkh, Naisabur, Harat, Asfahan, Basran, Marw, dan
Mausul.

Pendirian Madrasah Nizamiyah merupakan rintisan lembaga pendidikan formal pertama


yang menggunakan sistem manajeemen sekolah. Ini merupakan cikal bakal lahirnya
sekolah modern yang menjadi model pendidikan di Barat. Kemasyhuran madrasah
Nizamiyah sehingga kota-kota tempat madrasah ini didirikan menjadi pilihan para
pelajar dari berbagai daerah  untuk menuntut ilmu pengetahuan.
 Madrasah Nuruddin Zanki

 Kekuasaan Daulah Zankiyah ketika dipimpin Nuruddin Zanki (541H/1146 M)


melakukan gerakan pembangunan madrasah yang bertujuan mengukuhkan madzhab
Sunni untuk melawan madzhab Syi’ah. Pada masa kekuasaannya mendirikan madrasah
yaitu madrasah an Nuriyah al Qubra di Damaskus, Madrasah Al-Asruniyah di Aleppo,
Madrasah Shuabiyah di Aleppo, Madsarah Al-Halawiyah di Aleppo,  Madrasah al-
Imadiyah di Damaskus.

 Perguruan Tinggi Baitul Hikmah di Baghdad

Sebagaimana diketahui pada masa Harun al Rasyid (170-193 H) mendirikan baitul


hikmah. Kurikulum Baitul Hikmah antara lain: ilmu-ilmu agama Islam, ilmu alam,
kimia, falaq, dan lain-lain. Padan Baitul Hikmah dikumpulkan buku-buku ilmu
pengetahuan dalam bermacam-macam bahasa seperti bahasa Arab, Yunani, Suryani,
Persia, India, dan Qibtia yang menjadi bahan kajian. Pada perkembangannya al-
Mak`mun mendirikan peneropong bintang yang disebut peneropong al Ma`muni.

 Universitas Cordoba di Spanyol

Salah satu wilayah kekuasaan Islam di Eropa yang diawali pada masa kekuasaan Dinasti
Bani Umayyah telah memberi torehan sejarah di daratan Eropa. Pada masa kekuasaaan
Abdurrahman III didirikan Universitas Cordoba yang menjadi kebanggaan umat Islam.
Banyak mahasiswa dari kalangan non-muslim dari berbagai belahan dunia menempuh
pendidikan pada universitas tersebut. Bahkan menjadi inspirasi penulis Barat
menggambarkan bahwa Cordoba cikal bakal kemajuan barat. Cordoba merupakan the
greatest of learning di Eropa.

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Bukti Kejayaan

Bukti kejayaan dari aspek ilmu pegetahuan, baik naqliyah, maupun aqliyah dapat dilihat
bermunculannya ulama-ulama besar dengan kitab hasil karyanya, demikian pula ilmuan-
ilmuan yang memiliki karya besar yang memberi pengaruh pada perkembangan sains
dan teknologi di belahan dunia ini.
Ilmu-ilmu yang berkembang pada masa kejayaan sebagaimana berikut:

1. Ilmu Tafsir

Perkembangan ilmu tafsir melahirkan Ulama-ulama tafsir dan kitab-kitab tafsir seperti
tafsir Imam Salam al Basri (w.200 H), Abu Hayyan dengan karangannya tafsir al Bahr
al Muhit (masalah nahwu), al Roghib al as Fahani dengan karangannya tafsir Mufradat
al Qur`an (bahasa al Qur`an), tafsir al Fahr al Razi yang bernama Mafatih al Ghayb
yang menitik beratkan pada aspek intelektual, tafsir Abu Ishaq al Zajjaj, tafsir al
Kasysyaf (segi balaghah)oleh al Zamakhsyari, tafsir al Qurtubi (penentuan hukum-
hukum fiqh).

2. Ilmu Hadis

Penghimpunan hadis-hadis shahih yang dilakukan ulama antara lain,  Imam Malik bin
Anas (95-179 H) dengan kitabnya al Muwatha`, Imam Muhammad bin Ismail al Buhori
(259 H) dengan kitabnya Shahih Bukhar

3. ilmu fiqh

Bidang ilmu fiqh ulama yang terkenal antara lain Abu Hanifah al Nu`man bin Tabith
pendiri madzhab Hanafi (80 – 150 H), Malik bin Anas al Asbahi (95 – 179 H), Abu
Abdullah Muhammad bin Idris al Syafi`i (150-204 H), dan Imam Ahmad bin Hanbal al
Syaibani (164-241 H).

C. Tokoh Kejayaan Islam

1. AI-Kindi (188‒260 H)

Al-Kindi bernama lengkap Yakub bin Ishak AI-Kindi, lahir di Kufah (sekarang salah
satu kota di Irak) tahun 188 Hijriah dan wafat di Bagdad pada 260 H. Berkat
kontribusinya di bidang filsafat, Al-Kindi tersohor dengan julukan filsuf Arab. Selama
masa hidupnya, Al-Kindi terbilang ilmuwan yang produktif. Ia menulis banyak karya di
banyak sejumlah disiplin ilmu, mencakup metafisika, etika, logika, psikologi,
farmakologi, matematika, astrologi, optik, dan lain sebagainya. Di antara buku-buku
terkenal karangan Al-Kindi adalah Kitab Al-Kindi ila Al-Mu’tashim Billah Fi Al-
Falsafah Al-Ula, Kitab Al-Falsafah Ad-Dakhilat wa Al-Masa’il Al-Manthiqiyyah wa
Al-Muqtashah wa Ma Fawqa Al-Thabi’iyyah, Kitab fi An-Nahu La Tanalu Al-Falsafah
Illa Bi ‘ilm Al-Riyadhiyyah, dan lain sebagainya.
2. Al-Farabi (258‒339 H)

Al-Farabi bernama lengkap Abu Nashr Muhammad Ibnu Tarkhan Ibnu Uzlag AI-Farabi,
lahir di Farab, Transoxiana (Asia Tengah) pada 258 H dan wafat di Damaskus, Suriah,
pada tahun 339 H. Sejak kecil, Al-Farabi dianggap sebagai sosok berbakat istimewa. Ia
menguasai banyak bahasa, dengan konsentrasi Arab, Persia, Turki, dan Kurdi. Di bidang
filsafat, kontribusi pentingnya adalah dengan menggabungkan filsafat Yunani dan
filsafat Islam. Ia juga amat ahli di bidang matematika, pengobatan, musik, agama, dan
lain sebagainya. Saking ahlinya di bidang filsafat, ia mendapat julukan guru kedua,
setelah Aristoteles disebut guru pertama. Di antara karya-karya Al-Farabi yang terkenal
adalah Al-Musiqi Al-Kabir, Ihsha'u Al-Iqa, Ihsha'u Al-Ulum wa At-Ta'rif bi
Aghradhiha, dan lain sebagainya.

2. Ibnu Haitsam (354-430 H)

Ibnu Haitsam bernama asli Abu Ali Muhammad Al-Hasan bin Al-Haitsam lahir di
Basrah (Irak) pada 354 H dan meninggal dunia pada 430 H. Hingga sekarang, Ibnu
Haitsam dikenal sebagai Bapak Optik Modern. Di Barat, ia dikenal dengan nama
Alhazen. Ibnu Haitsam menjelaskan bagaimana cara kerja optik mata manusia dalam
menangkap gambar secara detail. Analisisnya mengenai cara kerja mata dan
pengobatannya masih dipelajari hingga saat ini. Karyanya yang terkenal adalah Kitab al-
Manazir (Buku Optik) yang hingga kini diakui sebagai rujukan ilmu optik di banyak
universitas di dunia.

3. Ibnu Sina (370-428 H)

Nama lengkapnya adalah Abu Ali Al-Husein Ibnu Abdullah Ibnu Sina, lahir di Desa
Afsyana dekat Bukhara, kini termasuk Uzbekistan, pada 370 H dan wafat pada 428 H di
Hamazan (kemungkinan berada di wilayah Persia atau Iran). Ibnu Sina menguasai
bahasa Arab, geometri, fisika, logika, ilmu hukum Islam, teologi, dan ilmu kedokteran.
Pada usia 17 tahun, ia menjadi amat terkenal dan dipanggil untuk mengobati Pangeran
Samani, Nuh bin Mansyur. Ibnu Sina menulis lebih dari 200 buku dan di antara
karyanya yang terkenal berjudul Al-Qanūn Fi At-Thibb, yang berisi ensiklopedia
tentang ilmu kedokteran. Ibnu Sina berhasil mengkodifikasi pemikiran kedokteran
Yunani dan Arab.
5. Al-Ghazali (450-505 H)

Al Ghazali lahir di Thus, Iran, pada 450 H dan wafat pada 505 H. Ia bernama asli Abu
Hamid al-Ghazali. Al-Ghazali dianggap sebagai filsuf dan teolog terkenal di abad
pertengahan. Di Barat, ia dikenal dengan sebutan Algazel. Al-Ghazali memperoleh
pendidikan di Madrasah Imam AI-Juwaeni. Ia belajar mazhab Syafi'i dan mendalami
teologi Islam dan tasawuf. Berkat pengetahuannya yang luas dan dalam, ia dipercaya
memimpin Universitas Nizamiyya di Bagdad dan sekaligus menjadi guru besarnya.
Bukunya yang berjudul Ihya Ulumuddin, Tahafut Al-Falasifah, dan lain sebagainya
terus dipelajari di berbagai belahan dunia hingga sekarang.

6. Ibnu Rusyd (520-595 H)

Ibnu Rusyd bernama lengkap Abu Al-Walid Muhammad Ibnu Rusyd, lahir di Spanyol
(Andalusia) pada 520 H dan wafat di Maroko pada tahun 595 H. Ibnu Rusyd
menguasai ilmu fikih, ilmu kalam, sastra Arab, matematika, fisika astronomi,
kedokteran, dan filsafat. Karya-karyanya yang terkenal adalah Kitab Bidayat Al-
Mujtahid, Kuliyat Fi At-Tib, Fasl al-Magal fi Ma Bain Al-Hikmat wa Asy-Syariat, dan
lain sebagainya. Ibnu Rusyd berpendapat antara filsafat dan Islam tidak bertentangan,
bahkan Islam menganjurkan para penduduknya untuk mempelajari ilmu filsafat.

7. Jabir Al-Hayyan (721-815 H)

Jabir Al-Hayyan bernama asli Abu Musa Jabir bin Hayyan. Ia disebut sebagai
ilmuwanmuslim pertama yang mengenalkan ilmu kimia. Hingga sekarang, ia diakui
sebagai Bapak Kimia Bangsa Arab. Jabir lahir di Kufah, Irak, pada 721 dan wafat pada
815 H. Ia memperoleh pendidikan dari Khalid bin Yazid bin Muawiyah dan Jakfar
Shadiq, serta Barmaki Vizier di Bagdad. Di antara kontribusi Jabir adalah ia
mengembangkan secara ilmiah dua operasi utama kimia, yaitu kalnikasi dan reduksi
kimia. Ia juga memperbaiki metode penguapan, sublimasi, peleburan, dan kristalisasi.
Beberapa buku hasil karangannya masih menjadi rujukan hingga sekarang mencakup
Kitab At-Tajmi', Az-Zi’baq As-Syarqi, Kitab Ar-Rahmah, dan lain sebagainya.

8. Ibn Khaldun (1332-1406)

Ibnu Khaldun adalah ilmuwan Islam yang dikenal sebagai sejarawan dan Bapak
Sosiologi. Selain itu, ia dikenal sebagai Bapak Ekonomi Islam karena pemikiran-
pemikirannya tentang teori ekonomi yang logis dan realistis jauh dikemukakan
sebelum Adam Smith dan David Ricardo. Dikutip Nu Online, Ibn Khaldun terlahir
dengan nama 'Abd al-Rahman bin Muhammad bin Muhammad al-Hassan bin
Muhammad bin Jabir bin Muhammad bin Ibrahim bin 'Abd al-Rahman bin Khaldun,
pada Ramadhan 732 H/1332 M. Sejak kecil Ibn Khaldun menjadi seorang pembelajar,
petualang yang haus ilmu dengan mencari banyak guru. Hingga, pada 748 H terjadi
wabah sampar yang merenggut nyawa warga-warga Tunisia dan beberapa gurunya.
Apalagi, gurunya al-Abili meninggalkan Tunisia untuk bergabung dengan Abu 'Inan di
Fez. Ibn Khaldun berada di puncak kebimbangan, antara tetap sebagai penasihat Raja,
atau mengejar ilmu untuk belajar dari Sang Guru. Karya-karya lain Ibnu Khaldun yang
bernilai sangat tinggi di antaranya, at-Ta’riif bi Ibn Khaldun (sebuah kitab autobiografi,
catatan dari kitab sejarahnya); Muqaddimah (pendahuluan atas kitabu al-’ibar yang
bercorak sosiologis-historis, dan filosofis); Lubab al-Muhassal fi Ushul ad-Diin
(sebuah kitab tentang permasalahan dan pendapat-pendapat teologi, yang merupakan
ringkasan dari kitab Muhassal Afkaar al-Mutaqaddimiin wa al-Muta’akh-khiriin karya
Imam Fakhruddin ar-Razi). Karya-karya Ibn Khaldun berada di pinggiran (marginal)
dalam struktur ilmu sosial modern. Bukan berarti diabaikan, namun belum
mendapatkan tempat pada perbincangan karya-karya ilmuan Eropa, semisal Marx,
Weber, Durkheim, dan ilmuan sosiologi dan disiplin ilmu sosial lainnya. Karya-karya
Ibn Khaldun juga memiliki kontribusi signifikan untuk ilmu sosial, yakni
perkembangan argumen-argumen alternatif untuk aplikasi pada topik-topik lama dalam
kajian Islam, Perkembangan sosiologi Khaldunian dalam konteks ilmu sosial modern.

D. Daftar Pustaka
1. https://tirto.id/sejarah-8-tokoh-pada-masa-kejayaan-islam-beserta-hasil-karyanya-
gawe
2. https://www.iainpare.ac.id/kejayaan-pendidikan-islam-pijakan-peradaban-manusia/
3. https://www.gramedia.com/literasi/fase-lengkap-dan-umum-periodisasi-
perkembangan-peradaban-islam/

Anda mungkin juga menyukai