Kondisi :
PT. AAA mempunyai hubungan afiliasi dengan PT. BBB yaitu hubungan antara induk
dan anak perusahaan.
PT. AAA menghandle management dan administratif PT. BBB di Head Office. PT. BBB
hanya memiliki karyawan operasional di Pabrik.
Oleh karena itu PT. AAA menagih management fee kepada PT. BBB dengan
menerbitkan Invoice dan Faktur Pajak kepada PT. BBB .
PT. BBB memotong PPh 23 Jasa Management atas tagihan PT. AAA.
Saat ini PT. BBB sedang menghadapi pemeriksaan pajak tahun 2016 untuk menguji kepatuhan
Wajib Pajak. Pemeriksa pajak menemukan transaksi afiliasi atas transaksi afiliasi management
fee tersebut dan menganggap transaksi tersebut tidak wajar. PT. BBB tidak membuat Transfer
Pricing Document (TP Doc) untuk tahun pajak 2016 dimana PMK No.213/PMK.03/2016 telah
mewajibkan bagi Wajib Pajak yang memiliki transaksi hubungan istimewa untuk membuat TP
Doc sebagai kelengkapan penyampaian SPT Tahunan Badan.
Pemeriksa pajak ingin menaikkan temuan ini ke bukti permulaan (buper) penyidikan pajak
dimana ada indikasi transfer pricing. Pemeriksa pajak memberi solusi jika tidak ingin dinaikkan
ke buper maka Wajib Pajak harus melakukan pengungkapan ketidakbenaran sesuai Pasal 8 ayat
(3) UU KUP atas biaya management tersebut dan mengoreksi biaya tersebut sehingga akan
terjadi kurang bayar Pajak Penghasilan tahun 2016 ditambah sanksi kenaikan 50%.
Apa yang bisa dilakukan Wajib Pajak ? Berikan pendapat saudara beserta dasar hukumnya.
Kasus II
Sama dengan kondisi kasus I, tahun 2016 PT. BBB menerima pinjaman dalam bentuk US Dollar
dari PT. AAA. Tingkat suku bunga pinjaman yang disepakati berdasarkan LIBOR (London Inter
Bank Offered Rate) yaitu sebesar 3% . Pemeriksa pajak menganggap transaksi ini tidak wajar.
Pemeriksa pajak menetapkan bunga pinjaman berdasarkan suku bunga pinjaman Rupiah di
Indonesia yaitu 10%. Pemeriksa melakukan koreksi atas selisih tingkat bunga tersebut sehingga
menimbulkan kurang bayar pajak Withholding Tax PPh Pasal 23. Menurut pemeriksa pajak jika
lokasi perusahaan berada dalam wilayah Indonesia maka transaksi harus menggunakan Rupiah
begitu juga dengan suku bunganya dengan menggunakan dasar hukum Peraturan Bank Indonesia
Nomor 17/3/PBI/2015 tanggal 31 Maret 2015 tentang Kewajiban Penggunaan Rupiah di
Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sebagai informasi tambahan PT. AAA telah selesai dilakukan pemeriksaan pajak tahun 2016
dimana tidak ada koreksi pemeriksa terhadap pendapatan bunga PT. AAA yang diterima dari PT.
BBB.
Apa yang harus dilakukan Wajib Pajak ? Menerima atau menolak koreksi tersebut ? Jika
menolak seberapa besar peluang menang keberatan dan banding? Berikan pendapat saudara
beserta dasar hukumnya.
Kasus III
PT Sahabat Sejati merupakan Perusahaan perkebunan Kelapa Sawit dan pengolahan menjadi
CPO (Crude Pal Oil) memiliki Laporan Keuangan Tahun 2019 (Audited) sebagai berikut:
Tahun 2020 PT Sahabat Sejati dilakukan pemeriksaan pajak, dan berdasarkan hasil pemeriksaan,
ditemukan ada Indikasi “Other Income” sebesar $30.000.000,- yang belum dilaporkan oleh PT
Sahabat Sejati. Koreksi “Other Income” sebesar $30.000.000 diperoleh pemeriksa dari GL (buku
besar) milik PT Sahabat Sejati dan melakukan Uji arus uang. Berdasarkan data GL (Akun Bank
dan Kas) Pemeriksa mengambil semua transaksi yang ada diposisi Debit sebagai indikasi ada
penerimaan uang masuk, sehingga total Saldo Debit yang dikoreksi sebesar $30.000.000. Produk
hukum dari hasil pemeriksaan adalah telah diterbitkan SKPKB PPh Badan sebesar $30.000.000
X 25% (tarif PPh Badan Tahun 2019) = $7.500.000, ditambah denda sebesar $1.500.000,
sehingga total kurang bayar di SKPKB $ 9.000.000.,
Catatan Tambahan
1. Saat Pembahasan Akhir Pemeriksaan PT Sahabat Sejati tidak setuju atas Koreksi
Pemeriksa, dengan alasan karena pencatatan (saldo debit) tidak semua merupakan
indikasi uang masuk, bisa saja terjadi Jurnal koreksi atau ada transaksi harian yang
bukan merupakan penghasilan.
2. Selama Pemeriksaan Berlangsung, PT Sahabat Sejati telah menyerahkan data lengkap
berupa semua GL (Akun Buku Besar)
Pertanyaan:
1. Berdasarkan kasus diatas COba Saudara jelaskan Langkah-langkah yang harus dilakukan
oleh PT Sahabat Sejati untuk membantah koreksi Pajak atas Other Income.
SOAL KASUS
Berikut Ringkasan Beban Umum dan Administrasi PT Teman Baik dan Sejati (bergerak
dibidang Perkebunan Karet) yang dilaporkan dalam SPT Tahunan, Tahun Pajak 2016, Total
Beban Umum dan Adm sebesar $3.427.063.
Saat ini PT Teman Baik dan Sejati sedang dilakukan Pemeriksaan Pajak untuk menguji
Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan. Berdasarkan data diatas, pemeriksa meminta
bukti dan keterangan terkait Transaksi sewa Pesawat senilai $600.000,-.
Hasil Analisa yang diperoleh Pemeriksa Pajak terdapat keterangan sebagai berikut:
1. PT Teman Baik dan Sejati Tahun 2016, status Pajak kurang bayar sebesar $ 780.000
(telah dibayarkan sebelum Pelaporan SPT Tahunan)
2. Transaksi Sewa Pesawat/Jet merupakan penyewaan Helikopter untuk tindakan
pencegahan kebakaran Hutan.
3. Kontrak Sewa Pesawat/Jet sebesar $600.000 adalah untuk penggunan November 2016 s/d
Februari 2017.
4. Berdasarkan kontrak yang ada, pemeriksa Pajak mencari tahu jenis Helikopter yang
disewa, dan pemeriksa mendapatkan informasi bahwa jenis helikopter yang disewa
adalah jenis pesawat twin Otter bukan jenis Helikopter.
Berdasarkan data diatas, pemeriksa Pajak melakukan korkesi positif terhadap biaya sewa
pesawat/Jet sebesar $600.000, karena tidak berhubungan dengan proses bisnis wajib pajak
sehingga atas koreksi tersebut ditagihkan kekurangan Bayar Pajak dalam Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar (SKPKB) sebesar : Pokok Hutang $ 150.000 ditambah denda 48% sebesar :
$72.000 Total SKPKB $222.000,-
Pertanyaan:
Apa yang harus dilakukan Wajib Pajak terkait koreksi positif atas biaya sewa Pesawat/Jet?
1. Jika Wajib Pajak menerima koreksi positif tersebut, uraikan alasan mengapa harus
menerima koreksi tersebut (beserta dasar hukumnya).
2. Jika Wajib Pajak menolak koreksi positif tersebut mohon berikan penjelasan terkait
mengapa menolak koreksi, dan jika anda mengajukan Keberatan dan Banding,
seberapa besar kemungkinan bisa menang (sertakan dasar hukumnya).