Anda di halaman 1dari 7

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

TATALAKSANA KASUS KATARAK

Jl. Raya Surabaya - Malang Km 54


Desa Lemahbang Kecamatan Sukorejo - Pasuruan
1
website : www.rs-primahusada.com
email : info@rs-primahusada.com
Katarak
(H25.0)

Pengertian Kekeruhan pada lensa yang menyebabkan penurunan tajam penglihatan


(visus) yang paling sering berkaitan dengan proses degenerasi lensa
pada pasien usia di atas 40 tahun (katarak senilis). Penyebab lain
katarak adalah glaukoma, uveitis, trauma mata, serta kelainan sistemik
seperti Diabetes Mellitus, riwayat pemakaian obat steroid dan lain-lain.
Katarak biasanya terjadi bilateral, namun dapat juga pada satu mata
(monokular).
Hasil Anamnesis 1. Pasien datang dengan keluhan penglihatan menurun secara perlahan
(Subjective) seperti tertutup asap/ kabut.
2. Keluhan disertai ukuran kacamata semakin bertambah, silau dan sulit
membaca.
Hasil 1. Visus menurun.
Pemeriksaan 2. Refleks pupil dan Tekanan Intra Okular normal.
Fisik 3. Tidak ditemukan kekeruhan kornea.
4. Terdapat kekeruhan lensa yang tampak lebih jelas setelah dilakukan
dilatasi pupil dengan tetes mata tropikamid 0.5%.
5. Pemeriksaan iris shadow test positif.
Hasil 1. USG untuk menyingkirkan adanya kelainan lain pada mata selain
Pemeriksaan katarak
Penunjang 2. Biometri untuk mengukur power IOL jika pasien akan dioperasi
katarak
3. Retinometri untuk mengetahui prognosis tajam penglihatan setelah
operasi
Penegakan 1. Kriteria diagnosis
Diagnosis Diagnosis penyakit ini ditegakkan berdasarkan hasil yang didapat dari
(Assessment) anamnesis dan pemeriksaan ofthamologi. Kriteria lensa katarak
antara lain:
1. Perubahan protein
2. Edema
3. Nekrosis
4. Serabut robek

2. Diagnosis Kerja
Katarak

3. Diagnosis Banding
Kelainan refraksi Komplikasi Glaukoma
Penatalaksanaan Tatalaksana
komprehensif 1. Penatalaksanaan non bedah untuk visus lebih baik atau sama
(Plan) dengan 6/12, yaitu pemberian kacamata dengan koreksi terbaik.
2. Jika visus masih lebih baik dari 6/12 tetapi sudah mengganggu untuk
melakukan aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan pasien atau
ada indikasi medis lain untuk operasi, pasien dapat dilakukan
operasi katarak
3. Tatalaksana pasien katarak dengan visus terbaik kurang dari 6/12
adalah operasi katarak berupa EKEK + IOL atau fakoemulsifikasi +
IOL dengan mempertimbangkan ketersediaan alat, derajat
kekeruhan katarak dan tingkat kemampuan ahli bedah
4. Operasi katarak dilakukan menggunakan mikroskop operasi dan
peralatan bedah mikro, dimana pasien dipersiapkan untuk
implantasi IOL
5. Ukuran IOL dihitung berdasarkan data keratometri serta pengukuran
biometri A --scan
6. Apabila tidak tersedia peralatan keratometri dan biometri ukuran IOL
dapat ditentukan berdasarkan anamnesis ukuran kacamata yang
selama ini dipakai pasien. IOL standar power +20.00 dioptri, jika

2
pasien menggunakan kacamata, power IOL standar dikurangi
dengan ukuran kacamata. Misalnya pasien menggunakan kacamata
S -‐6.00 maka dapat diberikan IOL power +14.00 dioptri
7. Operasi katarak bilateral (operasi dilakukan pada kedua mata
sekaligus secara berturutan) sangat tidak dianjurkan berkaitan
dengan risiko pasca operasi (endoftalmitis) yang bisa berdampak
kebutaan. Tetapi ada beberapa keadaan khusus yang bisa dijadikan
alasan pembenaran dan keputusan Tindakan operasi katarak
bilateral ini harus dipikirkan sebaik-baiknya.
8. Perawatan pasca operasi (jika ada tindakan operasi)
a. Frekuensi pemeriksaan pasca bedah ditentukan berdasarkan
tingkat pencapaian visus optimal yang diharapkan
b. Pada pasien dengan risiko tinggi, seperti pada pasien dengan
satu mata, mengalami komplikasi intraoerasi atau ada
riwayat penyakit mata lain sebelumnya seperti uveitis, glaucoma
dan lain-lain, maka pemeriksaan harus dilakukan satu hari
setelah operasi
c. Pada pasien yang dianggap tidak bermasalah baik keadaan pre
operasi maupun intra operasi serta diduga tidak akan
mengalami komplikasi lainnya maka dapat mengikuti petunjuk
pemeriksaan lanjutan (follow up) sebagai berikut:
d. Kunjungan pertama:
Dijadwalkan dalam kurun waktu 24-48 jam setelah operasi
(untuk mendeteksi dan mengatasi komplikasi dini seperti
kebocoran luka yang menyebabkan bilik mata depan dangkal,
hipotonus, peningkatan tekanan intaraokular, edema kornea
ataupun tanda-tanda peradangan)
e. Kunjungan kedua:
Dijadwalkan pada hari ke 4-7 setelah operasi jika tidak dijumpai
masalah pada kunjungan pertama, yaitu untuk mendeteksi dan
mengatasi kemungkinan endoftalmitis yang paling sering terjadi
pada minggu pertama pasca operasi
f. Kunjungan ketiga:
Dijadwalkan sesuai dengan kebutuhan pasien dimana bertujuan
untuk memberikan kacamata sesuai dengan refraksi terbaik
yang diharapakan.
g. Obat-obatan yang digunakan pasien pasca operasi bergantung
dari keadaan mata serta disesuaikan dengan kebutuhan. Tetapi
penggunaan tetes mata kombinasi antibiotika dan steroid harus
diberikan kepada pasien untuk digunakan setiap hari selama
minimal 4 minggu pasca operasi.
Asuhan
Keperawatan
Konseling dan 1. Memberitahu keluarga bahwa katarak adalah gangguan penglihatan
Edukasi yang dapat diperbaiki.
2. Memberitahu keluarga untuk kontrol teratur jika sudah didiagnosis
katarak agar tidak terjadi komplikasi
Tingkat Evidens I untuk Tindakan No 1 & No 2
Tingkat
B
Rekomendasi
Penelaah Kritis SMF Mata
Prognosis Ad vitam : bonam

Jika dilakukan operasi:


Ad Sanationam : dubia ad bonam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam
Referensi 1. James, Brus. dkk. Lecture Notes Oftalmologi. Jakarta: Erlangga.
2005.
2. Riordan, P.E, Whitcher, J.P. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum.
Ed17.Jakarta: EGC. 2009.
3. Sidarta, I. Ilmu Penyakit Mata, Ed III. Cetakan V. Jakarta: Balai
Penerbit FK UI. 2008.

3
4. Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Cetakan I. Jakarta:
Widya Medika. 2000

4
PANDUAN ASUHAN GIZI (PAG)
KATARAK
Pengertian Asuhan
Gizi pada Katarak
Asesmen /
Pengkajian:
Antropometri
Biokimia
Klinis/Fisik
Riwayat Makan
Riwayat Personal
Diagnosis Gizi
(Masalah Gizi)
Intervensi Gizi
(Terapi Gizi)
a. Perencanaan

b. Implementasi

c. Edukasi

d. Konseling Gizi

e. Koordinasi
dengan tenaga
kesehatan lain
a.
Monitoring dan
Evaluasi

Re Asesmen
(Kontrol Kembali)

Indikator/ Outcome 1.

5
1.

Kepustakaan

6
PANDUAN ASUHAN KEFARMASIAN (PAKf)
PENGKAJIAN TERKAIT PERMASALAHAN OBAT (DRUG RELATED PROBLEM)
TATALAKSANA KASUS KATARAK

Pengertian
(Definisi)

Asesmen
1.
Kefarmasian

Identifikasi
DRP (Drug
1.
Related
Problem)

Intervensi
Farmasi

Monitoring
dan
Evaluasi
Edukasi dan
1.
Informasi
Penelaah
Kritis
Indikator •
Daftar
1.
Pustaka

Anda mungkin juga menyukai