Kekurangan atau defisiensi sel darah merah dapat menyebabkan anemia. Kondisi
ini harus dicegah dan diobati karena bisa menghambat asupan oksigen ke
seluruh tubuh dan pembuangan karbondioksida dari dalam paru-paru. Jika tidak
segera ditangani, kinerja organ-organ tubuh bisa terganggu.
Saat defisiensi sel darah merah terjadi, gejala yang umumnya dirasakan adalah tubuh
lemas, lelah, pusing, dan napas terasa sesak. Meski demikian, terkadang kondisi ini
bisa saja tidak menimbulkan gejala apa pun.
Thalasemia
Anemia sel sabit
Anemia hemolitik
Penyakit defisiensi G6PD
Hipotiroid kongenital
Defisiensi atau kekurangan vitamin dan mineral, misalnya folat, vitamin B12, dan
zat besi
Gagal ginjal, penyakit autoimun, diabetes, penyakit Crohn, dan kanker
Infeksi, misalnya sepsis, tuberkulosis, dan malaria
Perdarahan kronis
Gangguan hormon, misalnya hipotiroidisme
Kelainan fungsi limpa
Kelainan pada sumsum tulang, misalnya karena leukemia atau anemia aplastik
Zat besi
Konsumsi makanan yang kaya zat besi dapat membantu meningkatkan produksi sel
darah merah dan hemoglobin. Agar kebutuhan zat besi harian terpenuhi dengan baik,
Anda perlu mengonsumsi beberapa makanan yang mengandung zat besi, seperti:
Daging
Hati ayam atau sapi
Ikan, misalnya salmon, tuna, tongkol, dan sarden
Seafood, misalnya kerang dan tiram
Sayuran hijau, seperti bayam dan kangkung
Kacang-kacangan, misalnya buncis, edamame, dan kacang polong
Tahu dan telur
Selain dengan mengonsumsi makanan tersebut, Anda juga bisa mencukupi kebutuhan
zat besi dengan mengonsumsi suplemen zat besi sesuai anjuran dokter. Penggunaan
suplemen zat besi umumnya lebih dianjurkan untuk kelompok tertentu, seperti ibu
hamil, penderita anemia defisiensi besi, atau malnutrisi.
Vitamin B12
Untuk mengatasi defisiensi sel darah merah, Anda juga disarankan mengonsumsi
vitamin B12. Selain dibutuhkan dalam pembentukan sel darah merah, vitamin ini juga
diperlukan untuk perkembangan saraf dan otak.
Ada beragam makanan tinggi vitamin B12 yang bisa dikonsumsi, seperti hati sapi, ikan,
daging, kerang, telur, susu, keju, dan yoghurt. Selain itu, Anda juga bisa mengonsumsi
suplemen vitamin B12 sesuai anjuran dokter untuk mencukupi kebutuhan vitamin B12.
Folat
Folat atau vitamin B9 juga memiliki peranan penting dalam pembentukan sel darah
merah. Oleh karena itu, Anda harus memenuhi kebutuhan folat atau asam folat dengan
baik sesuai usia.
Anak remaja membutuhkan asupan folat sebanyak 300−400 mikrogram (mcg) per hari,
sedangkan orang dewasa butuh sekitar 400 mcg folat per hari. Pada ibu hamil dan
menyusui, jumlah asupan folat yang direkomendasikan adalah sekitar 600 mcg per hari.
Asupan folat atau asam folat tidak hanya dapat diperoleh dari suplemen, tetapi juga dari
makanan, seperti seafood, brokoli, bayam, biji-bijian, kacang-kacangan, telur, serta roti
gandum dan sereal yang diperkaya folat.
Selain dengan mengonsumsi makanan bergizi yang kaya akan beragam nutrisi di atas,
defisiensi sel darah merah juga bisa ditangani dengan transfusi darah.
Prosedur ini biasanya ditujukan untuk menangani kondisi anemia berat, terutama bagi
pasien dengan talasemia, anemia sel sabit, atau leukemia. Tak hanya itu, transfusi
darah terkadang juga diperlukan ketika mengalami banyak perdarahan akibat
kecelakaan atau setelah operasi maupun melahirkan.
Sementara itu, untuk menangani defisiensi sel darah merah yang disebabkan oleh
gangguan fungsi ginjal, dibutuhkan terapi cuci darah dan pemberian hormon
eritropoietin.
Defisiensi sel darah merah yang disebabkan oleh kelainan genetik atau bawaan lahir
umumnya sulit untuk dicegah. Namun, defisiensi sel darah merah yang disebabkan oleh
kekurangan nutrisi bisa dicegah dan diatasi dengan pola makan bergizi dan bernutrisi
tinggi.
Jika Anda memiliki gejala defisiensi sel darah merah, seperti sering pusing, lemas,
pucat, keringat dingin, dan sulit konsentrasi, terlebih jika Anda memiliki pola makan
yang kurang sehat atau menderita penyakit tertentu sebelumnya, sebaiknya
konsultasikan ke dokter untuk mendapat pemeriksaan dan pengobatan yang tepat.
Referensi
Bowden, S.A. & Goldis, M. NCBI Bookshelf (2021). Congenital Hypothyroidism.
Turner, J., Parsi, M., & Badireddy, M. (2021). Anemia. NCBI Bookshelf.
da Silva Lopes, et al. (2018). Nutrition‐Specific Interventions for Preventing and
Controlling Anaemia Throughout the Life Cycle: An Overview of Systematic Reviews.
The Cochrane Database of Systematic Reviews. (8): CD013092.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia (2019). Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 28 Tahun 2019 Tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan
Untuk Masyarakat Indonesia.
World Health Organization. Anaemia.
Health Direct, Australian Government Department of Health (2021). Foods High in Iron.
National Institutes of Health (2021). U.S. National Library of Medicine Medline Plus.
Anemia.
National Institutes of Health (2016). National Heart, Lung, and Blood Institute. Anemia.
National Institutes of Health (2021). Office of Dietary Supplements. Vitamin B12.
National Health Service UK (2021). Blood Transfusion.
Victoria State Government Australia (2019). Better Health Channel. Anaemia.
Harvard T.H. Chan School of Public Health. Folate (Folic Acid) – Vitamin B9.
Cleveland Clinic (2020). Anemia.
Mayo Clinic (2021). Anemia.
Mayo Clinic (2021). Folate (Folic Acid).
Mayo Clinic (2021). Low Blood Cell Counts: Side Effect of Cancer Treatment.
American Kidney Fund. Anemia in Chronic Kidney Disease.
University of Rochester Medical Center. What Are Red Blood Cells?
Barrie, L. Everyday Health (2021). 10 Healthy Foods that Are Great Sources of Iron.
Dugga, N. Healthline (2018). How to Increase Your Red Blood Cell Count.
McDermott, A. Healthline (2017). Foods that Are Rich in Vitamin B-12 for Any Diet.
Petre, A. Healthline (2020). Who Should Take Iron Supplements?
Watson, S. WebMD (2011). What You Need to Know about Iron Supplements.
Web MD (2020). Iron-Rich Foods.
WebMD. Vitamin B12.