Kelompok 10
Di susun oleh:
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat dan hidayah nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul MAQAMMAT,HAL
DAN MAHABBAH ini.tepat waktunya,adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas Bapak. JONI PUTRA,S.Pd.I.,M.Pd.I pada Bahasa Indonesia.
Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga
bagi penyusun makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak. JONI
PUTRA,S.Pd.I.,M.Pd.I yang telah memberikan tugas ini sehingga kami dapat menambah
pengetahuan dan wawasan, kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna oleh karena itu,kritik dan saran kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL..................................................................................................1
KATA PENGANTAR...................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian dan macam-macam muqamat............................................................5
............................................................................................................................ 5
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
B. Pengertian dan macam-macam Hal.....................................................................8
C. Pengerian Muhabbah.........................................................................................10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................................12
B. Saran.................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................13
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tasawuf adalah bagian dari ilmu Islam yang penting. Dalam Islam, ada tiga ilmu
dasar yang harus dipahami umatnya. Ilmu ini adalah ilmu tauhid, fiqih, dan tasawuf.
Tasawuf adalah perwujudan dari ihsan dalam syariat Islam. Tasawuf adalah ilmu yang
berfokus pada membangun diri untuk menjauhi hal duniawi. Tasawuf adalah ilmu yang
memiliki berbagai versi asal sejarahnya. Beberapa pendapat mengungkapkan tasawuf adalah
yang lahir di luar Islam.
Sebagai umat Islam, tasawuf adalah ilmu yang penting diketahui. Tasawuf adalah
salah satu ilmu yang mengajarkan tentang upaya untuk tetap hidup sederhana, jauh dari hal-
hal duniawi.Tasawuf atau yang juga dikenal dengan sufisme adalah ajaran bagaimana
menyucikan jiwa, menjernihan akhlak, membangun dhahir dan batin serta untuk memperoleh
kebahagian abadi. Tasawuf berasal dari kata sufi.
Bila dilihat dari segi asal kata saja, arti istilah tasawuf memiliki berbagai macam
pendapat. Ada yang mengatakan bahwa kata tersebut berasal dari suffah, suffu, safa sophos
dan suf. Suffah yaitu sebuah serambi dalam mesjid Nabawi di Madinah, tempat berkumpul
sekelompok sahabat nabi yang mengkhususkan dirinya untuk beribadah dan berjihad di jalan
Allah. Ada juga yang berpendapat bahwa ia berasal dari suffu, yang berarti barisan depan
dalam beribadah kepada Allah. Pendapat lain mengatakan bahwa tasawuf berasal dari safa
yaitu bersih, suci dan bening, yaitu dari kekotoran jiwa. Bahkan ada pendapat yang
mengatakan berasal dari kata suf, bulu domba, kain kasar yang dipakai para sufi untuk
menunjukkan kesederhanaan dalam hidup.
Tinjauan analitis terhadap tasawuf menunjukkan bahwa para sufi dengan berbagai
aliran yang dianutnya memiliki suatu konsepsi tentang jalan (thariqat) menuju Allah. Jalan ini
dimulai dengan latihan-latihan rohaniah (riyadah), lalu secara bertahap menempuh berbagai
fase, yang dikenal dengan maqam (tingkatan) dan hal(keadaan), dan berakhir dengan
mengenal (ma’rifat) kepada Allah. Tingkat pengenalan (ma’rifat) menjadi jargon yang
umumnya banyak dikejar oleh para sufi. Kerangka sikap dan perilaku sufi diwujudkan
melalui amalan dan metode tertentu yang disebut thariqat, atau jalan untuk menemukan
pengenalan (ma’rifat) Allah. Lingkup perjalanan menuju Allah untuk memperoleh
pengenalan (ma’rifat) yang berlaku di kalangan sufi sering disebut sebagai sebuah kerangka
‘Irfani.
Perjalanan menuju Allah merupakan metode pengenalan (ma’rifat) secara rasa
(rohaniah) yang benar terhadap Allah.
B. Rumusan Masalah
4
C. Tujuan
.1. Untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah Akhlak dan Tasawuf
2. Untuk menambah wawasan tentang Maqamat,hal dan mahabbah
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Maqamat
Maqamat adalah bentuk jamak dari kata maqam, yang secara bahasa berarti pangkat atau
derajat. Dalam bahasa Inggris, maqamat disebut dengan istilah stations atau stages.
Sementara menurut istilah ilmu tasawuf, maqamat adalah kedudukan seorang hamba di
hadapan Allah, yang diperoleh dengan melalui peribadatan, mujahadat dan lain-lain, latihan
spritual serta (berhubungan) yang tidak putus-putusnya dengan Allah swt. atau secara teknis
maqamat juga berarti aktivitas dan usaha maksimal seorang sufi untuk meningkatkan kualitas
spiritual dan kedudukannya (maqam) di hadapan Allah swt. dengan amalan-amalan tertentu
sampai adanya petunjuk untuk mengubah pada konsentrasi terhadap amalan tertentu lainnya,
yang diyaini sebagai amalan yang lebih tinggi nilai spirituanya di hadapan Allah swt.
Maqam dilalui seorang hamba melalui usaha yang sungguh-sungguh dalam melakukan
sejumlah kewajiban yang harus ditempuh dalam jangka waktu tertentu. Seorang hamba tidak
akan mencapai maqam berikutnya sebelum menyempurnakan maqam sebelumnya.
2. Macam-macam Maqamat
Tentang berapa jumlah tangga atau maqamat yang harus ditempuh oleh seorang sufi
untuk sampai menuju Tuhan, di kalangan para sufi tidak sama pendapatnya. Muhammad al-
Kalabazy dalam kitabnya al-Ta’arruf li Mazhab ahl al-Tasawwuf, sebagai dikutip Harun
Nasution misalnya mengatakan bahwa maqamat itu jumlahnya ada sepuluh, yaitu al-taubah,
al-zuhud, al-shabr, al-faqr, al-tawadlu’, al-taqwa, al-tawakkal, al-ridla, al-mahabbah dan al-
ma'rifah.
a. Al-Taubah
Maqamtobat (al-taubah) merupakan maqam pertama yang harus dilewati setiap salik
dan diraih dengan menjalankan ibadah, mujahadah, dan riyadhah. Hampir semua sufi
sepakat bahwa tobat adalah maqam pertama yang harus dilalui setiap salik. Istilah
tobat berasal dari bahasa Arab, taba, yatubu, tobatan, yang berarti kembali, dan
disebut Alquran sebanyak 87 kali dalam berbagai bentuk.Muhammad fu'ad 'abd al-
baqi menyebutkan bahwa istilah tobat disebut Alquran berulang kali dengan beragam
bentuk kata, seperti tâbâ, tâbu, tubtu, tubtum, atubu, tatuba, yabtu, yatûbu, yatûbû,
yatûbûn, tub, tûbû, al-taubi,taubah, taubatuhum, ta'ibat, al-ta'ibun, tawwab, tawaba, al-
tawabin, matab dan mataba.
Istilah tobat diartikan sebagai berbalik dan kembali kepada Allah dari dosa
seseorang untuk mencari pengampunannya.Seorang ulama, al-husain al-maghazili,
membedakan tobat kepada dua macam, yaitu: taubat al-Inabat dan taubat al-Istijabat.
5
Taubat yang pertama karena didorong oleh rasa takut kepada Allah swt. Sedang yang
kedua karena merasa malu kepada-Nya.
b. Al-Zuhud
Secara etimologis, zuhud berarti ragaba ‘ansyai’in wa tarakahu, artinya tidak tertarik
terhadap sesuatu dan meninggalkannya. Zuhada fi al-dunya,berarti mengosongkan diri
dari kesenangan dunia untuk ibadah.Mengenai pengertian zuhd ini terdapat berbagai
variasi. Al-Junaidi berkata: “Zuhd ialah keadaan jiwa yang kosong dari rasa memiliki
dan ambisi menguasai.” Ali bin Abi Talibketika ditanya tentang zuhd, menjawab:
“Zuhd berarti tidak peduli, siapa yang memanfaatkan benda-benda duniawi ini, baik
seorang yang beriman atau tidak.”
c. Al-Shabr
Sabar, secara harfiah , berarti tabah hati. Secara terminologi, sabar adalah suatu
keadaan jiwa yang kokoh, stabil dan konsekuen dalam pendirian. Sedangkan menurut
pandangan Dzun Nun al-Misri, sabar berarti menjauhkan diri dari hal-hal yang
bertentangan dengan kehendak Allah, tetap tenang ketika mendapat cobaan dan
menampakkan sikap cukup, walaupun sebenarnya berada dalam kefakiran.
d. Al-Fakr
Secara harfiah fakir biasanya diartikan sebagai orang yang berhajat, butuh atau orang
miskin. Sedangkan dalam pandangan sufi fakir adalah tidak meminta lebih dari apa
yang telah ada pada diri kita.
e. Al-Tawadlu
Secara harfiah tawakkal berarti menyerahkan diri. Menurut Sahal bin Abdullah bahwa
awalnya tawakkal adalah apabila seorang hamba di hadapan Allah seperti bangkai di
hadapan orang yang memandikannya, ia mengikuti semaunya yang memandikan,
tidak dapat bergerak dan bertindak. Hamdun al-Qashshar mengatakan tawakkal
adalah berpegang teguh pada Allah.
f. Al-Ridho
Ridha, secara harfiah, berarti rela, senang dan suka. Sedangkan pengertiannya secara
umum adalah tidak menentang qadha dan qadar Allah, menerima qadha dan qadar
dengan hati senang.
Menurut Abdullah bin Khafif, ridha dibagi menjadi dua macam: ridha dengan
Allah dan ridha terhadap apa yang datang dari Allah. Ridha dengan Allah berarti
bahwa seorang hamba rela terhadap Allah sebagai pengatur jagad raya seisinya,
sedangkan ridha terhadap apa yang datang dari Allah yaitu rela terhadap apa saja yang
telah menjadi ketetapan Allah Swt.
g. Al-Mahabbah
Menurut Al-Ghazali, al-mahabbah adalah maqam sebelum rida. Kaum sufi mendasari
ajaran mereka tentang cinta dengan Alquran, hadis, dan atsar (perkataan,tindakan, dan
ketetapan sahabat). Antara lain dalilnya adalah Q. S. Al-Maidah 5: 54; Q. S. Al-Shaff
61: 4; dan Q. S. Ali Imran 3:31. Dalam Q. S. Ali Imran/3:31, Allah swt. Berfirman
Artinya:
6
“Katakanlah: jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.”
Menurut Ibn Qudamah, tanda cinta kepada Allah swt. adalah senantiasa berzikir
kepada Allah; gemar mengasingkan diri hanya untuk bermunajat kepada-Nya seperti
membaca Alquran dan tahajud, merasa rugi bila meewatkan waktu tanpa menyebut
nama-Nya; dan menyayangi semua hamba Allah, mengasihani mereka dan bersikap
tegas terhadap musuhnya.
h. Al-Ma’rifat
Ma’rifat berasal dari kata ‘arafa-ya’rifu-irfan-ma’rifat yang berarti pengetahuan atau
pengalaman. Ma’rifat dapat pula berarti pengetahuan rahasia hakikat agama, yaitu
ilmu yang lebih tinggi daripada ilmu yang didapat pada umumnya, dan merupakan
pengetahuan yang objeknya bukan hal-hal yang bersifat zhahir, tetapi bersifat batin,
yaitu pengetahuan mengenai rahasia-rahasia Tuhan melalui pancaran cahaya Ilahi.
7
B. Pengertian dan macam-macam Hal
1. Pengertian Hal
Menurut Harun Nasution, hal merupakan keadaan mental, seperti perasaan senang, sedih,
takut dsb. Hal yang dapat di sebut sebagai hal adalah takut (al-Khauf), rendah hati (al-
Tawadhu), patuh (al-Taqwa), ikhlas (al-Ikhlas), rasa berteman (al-uns), gembira hati (al-
wajd), rasa trimakasih (al-Syukr).
Dan secara bahasa, hal berarti keadaan sesuatu (keadaan rohani). Menurut Syeikh Abu
Nashr as-Sarraj, hal adalah sesuatu yang terjadi secara mendadak yang bertempat pada hati
nurani dan tidak mampu bertahan lama. Sedangkan menurut al-Ghazali, hal adalah
kedudukan atau situasi kejiwaan yang dianugerahkan Allah kepada seseorang hamba pada
suatu waktu, baik sebagai buah dari amal saleh yang mensucikan jiwa atau sebagai pemberian
semata.
2. Macam-macam Hal
a. Muqarrabah
Muraqabah artinya merasa selalu diawasi oleh Allah SWT sehingga dengan kesadaran
ini mendorong manusia senantiasa rajin melaksanakan perintah dan menjauhi
larangan-Nya.
Syeikh Ahmad bin Muhammad Ibnu Al Husain Al Jurairy mengatakan, “Jalan
kesuksesan itu dibangun di atas dua bagian. Pertama, hendaknya engkau memaksa
jiwamu muraqabah (merasa diawasi) oleh Allah SWT. Kedua, hendaknya ilmu yang
engkau miliki tampak di dalam perilaku lahiriahmu sehari-hari”.
Menurut al-Qusyairi, takut kepada Allah berarti takut terhadap hukumnya. Al-
khauf adalah suatu sikap mental merasa takut kepada Allah karena kurang sempurna
pengabdiannya atau rasa takut dan khawatir jangan sampai Allah merasa tidak senang
kepadanya. Ibn Qayyim memandang khauf sebagai perasaan bersalah dalam setiap
tarikan nafas. Perasaan bersalah dan adanya ketakutan dalam hati inilah yang
menyebabkan orang lari menuju Allah.
b. Raja’
Raja’ bermakna harapan. Al-Gazali memandang raja’ sebagai senangnya hati karena
menunggu sang kekasih datang kepadanya. Sedangkan menurut al-Qusyairi raja’
adalah keterpautan hati kepada sesuatu yang diinginkannya terjadi di masa akan
datang. Sementara itu, Abu Bakar al-Warraq menerangkan bahwa raja’ adalah
kesenangan dari Allah bagi hati orang-orang yang takut, jika tidak karena itu akan
binasalah diri mereka dan hilanglah akal mereka.
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan ahli sufi diatas dapat dipahami
bahwa raja’ adalah sikap optimis dalam memperoleh karunia dan nikmat Allah SWT
yang disediakan bagi hambaNya yang saleh dan dalam dirinya timbul rasa optimis
yang besar untuk melakukan berbagai amal terpuji dan menjauhi perbuatan yang
buruk dan keji.
8
c. Musyahadah
Musyahadah secara harfiah adalah menyaksikan dengan mata kepala. Secara
terminologi, tasawuf adalah menyaksikan secara jelas dan sadar apa yang dicarinya
(Allah) atau penyaksian terhadap kekuasaan dan keagungan Allah
d. Shauq
Syauq bermakna lepasnya jiwa dan bergeloranya cinta. Para ahli syauq dalam
tasawuf adalah suasana kejiwaan yang menyertai mahabbah. Rasa rindu ini
memancar dari kalbu karena gelora cinta yang murni. Untuk menimbulkan rasa rindu
kepada Allah maka seorang salik terlebih dahulu harus memiliki pengetahuan dan
pengenalan terhadap Allah. Jika pengetahuan dan pengenalan terhadap Allah telah
mendalam, maka hal tersebut akan menimbulkan rasa senang dan gairah. Rasa senang
akan menimbulkan cinta dan akan tumbuh rasa rindu, rasa rindu untuk selalu bertemu
dan bersama Allah.
e. Mahabbah
Cinta (mahabbah) adalah pijakan atau dasar bagi kemuliaan hal. Seperti halnya taubat
yang menjadi dasar bagi kemuliaan maqam. Al-Junaid menyebut mahabbah sebagai
suatu kecenderungan hati. Artinya, hati seseorang cenderung kepada Allah dan
kepada segala sesuatu yang datang dari-Nya tanpa usaha.
Tokoh utama paham mahabbah adalah Rabi’ah al-Adawiyah (95 H-185 H).
Menurutnya, cinta kepada Allah merupakan cetusan dari perasaan cinta dan rindu
yang mendalam kepada Allah. Konsep mahabbahnya banyak tertuang dalam syair-
syairnya
f. Yaqin
Al-yaqin berarti perpaduan antara pengetahuan yang luas serta mendalam dan rasa
cinta serta rindu yang mendalam pula sehingga tertanamlah dalam jiwanya
perjumpaan secara langsung dengan Tuhannya. Dalam pandangan al-Junaid yaqin
adalah tetapnya ilmu di dalam hati, ia tidak berbalik, tidak berpindah dan tidak
berubah. Menurut al-Sarraj yaqin adalah fondasi dan sekaligus bagian akhir dari
seluruh ahwal. Dapat juga dikatakan bahwa yaqin merupakan esensi seluruh ahwal
g. Tuma’ninah
Secara bahasa tuma’ninah berarti tenang dan tentram. Tidak ada rasa was-was atau
khawatir, tak ada yang dapat mengganggu perasaan dan pikiran karena ia telah
mencapai tingkat kebersihan jiwa yang paling tinggi. Menurut al-Sarraj tuma’ninah
sang hamba berarti kuat akalnya, kuat imannya, dalam ilmunya dan bersih ingatannya.
Seseorang yang telah mendapatkan hal ini sudah dapat berkomunikasi langsung
dengan Allah SWT
9
C. MAHABBAH
1. Pengertian Mahabbah
Mahabbah secara bahasa berasal dari kata ahabba, yuhibbu, mahabbatan, yang secara
harpiah berarti mencintai secara mendalam, atau kecintaan atau cinta yang mendalam. Dalam
mu’jam al-falsafi, jamil shaliba mengatakan mahabbah adalah lawan dari al-baghd, yakni
cinta lawan dari benci. Al-mahabbah dapat berarti juga al-wadud, yakni yang sangat pasih
atau penyayang. Selain itu mahabbah dapat pula berarti kecenderungan kepada sesuatu yang
sedang berjalan, dengan tujuan untuk memperoleh kebutuhan yang bersifat material maupun
spiritual.
Pengertian menurut istilah mahabbah adalah kecintaan yang mendalam secara ruhiah
kepada Tuhan. Pengertian mahabbah secara tasawuf al-mahabbah adalah merupakan hal
(keadaan) jiwa yang mulia yang bentuknya adalah disaksikannya (kemutlakan) Allah SWT,
oleh hamba, selanjutnya yang dicintainya itu juga menyatakan cinta kepada yang dikasihinya
dan yang seeorang hamba mencintai Allah SWT.
Mahabbah berbeda dengan al-raghbah, karena mahabbah adalah cinta yang tanpa
dibarengi dengan harapan pada hal-hal yang bersifat duniawi, sedangkan al-ragbah cinta yang
disertai perasaan rakus, keinginan yang kuat dan ingin mendapatkan sesuatu, walaupun harus
mengorbankan segalanya.
Menurut Harun Nasution mahabbah adalah cinta dan yang diimaksud ialah cinta
kepada tuhan. Harun Nasution mengatakan bahwa pengertian yang diberikan kepada
mahabbah antara lain sebagai berikut, pertama memeluk kepatuhan kepada Tuhan dan yang
membenci sikap melawan kepadanya. Kedua, menyerahkan seluruh diri pada yang dikasihi.
Ketiga, mengosongkan hati dari segala-galanya kecuali dari yang dikasihi yaitu Tuhan.
2. Tujuan Mahabbah
Tujuan mahabbah yaitu untuk memperoleh kesenangan batiniah yang sulit dituliskan
dengan kata-kata tetapi hanya dapat dirasakan oleh jiwa. Serta mencintai tuhan dan berharap
dicintai oleh tuhan.
3. Kedudukan Mahabbah
Dibandingkan dengan ma’rifat, roh mahabbah lebih tinggi tingkatannya dari ma’rifah.
Karena ma’rifah merupakan tingkat pengetahuan pada tuhan melalui mata hati (al-qolb)
sedangkan mahabbah adalah perasaan kedekatan dengan tuhan melalui cinta . Oleh karena itu
menurut Al-Gazali mahabbah merupakan manifestasi ma’rifah kepada tuhan.
Para ahli tasawuf menggunakan pendekatan psikologi yaitu pendekatan yang melihat
adanya potensi rohaniah yang ada dalam diri manusia. Menurut Harun Nasution alat untuk
mencapai mahabbah ada tiga alat yang dapat dipergunakan untuk berhubungan dengan
Tuhan.
Al-qolb, yaitu hati sanubari, sebagai alat untuk mengetahui sifat-sifat tuhan.
Roh, yaitu sebagai alat untuk mencintai Tuhan.Sir, yaitu alat untuk melihat Tuhan. Sir lebih
halus dari pada roh dan roh lebih halus dari pada qolb.
10
Menurut Harun Nasution bahwa alat untuk memperoleh ma’rifah oleh sufi disebut sir.
Dengan keterangan tersebut, dapat diketahui bahwa alat untuk mencintai tuhan adalah roh,
yaitu roh yang sudah dibersihkan dari dosa dan maksiat, serta dikosongkan dari kecintaan
kepada segala sesuatu, melainkan hanya diisi oleh cinta kepada tuhan.
Roh yang digunakan untuk mencintai tuhan itu telah dianugrahkan tuhan kepada
manusia sejak kehidupannya dalam kandunagn ketika berumur empat bulan.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Maqamat adalah jama' dari kata maqam, artinya tempat berpijak, pangkat mulia,
kedudukan atau tingkatan (station). Namun maqamat yang telah disepakati oleh seorang sufi
yang harus ditempuh untuk sampai menuju Tuhan itu berbeda-beda, maqam menurut ahli sufi
diantaranya Taubat, Zuhud, Wara, Fakr, Sabar, Tawakal dan Ridho. Ahwal bentuk jamak dari
kata hal, artinya keadaan atau suasana hati yang dialami seorang sufi dalam perjalan
spiritualnya. Sebagaimana maqam, hal juga terdiri dari beberapa macam. Diantaranya adalah
muraqabah, khauf, raja, syauq uns, tuma'ninah dan musyahadah.
Menurut Harun Nasution, hal merupakan keadaan mental, seperti perasaan senang, sedih,
takut dsb. Hal yang dapat di sebut sebagai hal adalah takut (al-Khauf), rendah hati (al-
Tawadhu), patuh (al-Taqwa), ikhlas (al-Ikhlas), rasa berteman (al-uns), gembira hati (al-
wajd), rasa trimakasih (al-Syukr).
Mahabbah secara bahasa berasal dari kata ahabba, yuhibbu, mahabbatan, yang secara
harpiah berarti mencintai secara mendalam, atau kecintaan atau cinta yang mendalam. Dalam
mu’jam al-falsafi, jamil shaliba mengatakan mahabbah adalah lawan dari al-baghd, yakni
cinta lawan dari benci. Al-mahabbah dapat berarti juga al-wadud, yakni yang sangat pasih
atau penyayang. Selain itu mahabbah dapat pula berarti kecenderungan kepada sesuatu yang
sedang berjalan, dengan tujuan untuk memperoleh kebutuhan yang bersifat material maupun
spiritual.
Pengertian menurut istilah mahabbah adalah kecintaan yang mendalam secara ruhiah
kepada Tuhan. Pengertian mahabbah secara tasawuf al-mahabbah adalah merupakan hal
(keadaan) jiwa yang mulia yang bentuknya adalah disaksikannya (kemutlakan) Allah SWT,
oleh hamba, selanjutnya yang dicintainya itu juga menyatakan cinta kepada yang dikasihinya
dan yang seeorang hamba mencintai Allah SWT.
Mahabbah berbeda dengan al-raghbah, karena mahabbah adalah cinta yang tanpa
dibarengi dengan harapan pada hal-hal yang bersifat duniawi, sedangkan al-ragbah cinta yang
disertai perasaan rakus, keinginan yang kuat dan ingin mendapatkan sesuatu, walaupun harus
mengorbankan segalanya.
B. Saran
Untuk memahami ilmu tasawuf khususnya dalam maqamat, Hal dan mahabbah
hendaknya tidak hanya tertumpu pada satu literatur saja. Oleh karena itu, makalah ini semoga
menjadi pemacu penyusun khususnya dan penyusun berikutnya pada umumnya untuk lebih
mendalami ilmu tasawuf, sehingga apa yang sudah dijelaskan dalam makalah ini bisa
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari menjadi lebih baik sesuai dari tujuan ilmu tasawuf
itu sendiri.
12
DAFTAR PUSTAKA
Sendari, Ayu Anugerah. 2020. "Tasawuf Adalah Ilmu Penting Dalam Islam, Kenali
Sejarah Dan Prinsipnya" https://m.liputan6.com/hot/read/4424520/tasawuf-adalah-ilmu-
penting-dalam-islam-kenali-sejarah-dan-prinsipnya
Miswar. 2017. " Maqamat Tahapan Yang Harus Ditempuh Dalam Proses Bertasawuf
: Jurnal ANSIRU PAI Vol.1 No 2. Medan.
Nata, M. A., Prof. Dr. H. Abuddin, Akhlak Tasawuf, (Jakarta; Rajawali pers, 2009).
13