1.laporan Kegiatan Pengabdian Masyarakat 2017 Dinda Dinda
1.laporan Kegiatan Pengabdian Masyarakat 2017 Dinda Dinda
Pengabdian Masyarakat
PENYULUHAN
Oleh :
MOJOKERTO
2017
i
ii
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan kesempatan sehingga
kegiatan pengabdian masyarakat tentang “Meningkatkan Kinerja Guru Melalui Etos Kerja
Spiritual” dapat terlaksana. Kegiatan ini dapat terlaksana atas bantuan dan dukungan berbagai
pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Al-Anwar, Ketua Program Studi Manajemen dan
Ketua LPPM, yang telah memberikan kesempatan dan ijin untuk melakukan kegiatan
pengabdian masyarakat
2. Ketua Yayasan dan Kepala Sekolah Kepala Sekolah, dewan guru dan staf karyawan di
lingkungan Yayasan Pendidikan Islam Fajar Shodiq atas partisipasi dan antusiasmenya
terhadap penyuluhan ini
3. Keluarga atas segala dukungan selama ini
Penulis menyadari bahwa selama masa pengabdian dan penyusunan laporan ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon saran dan kritik dari berbagai
pihak yang bersifat membangun sebagai bahan perbaikan di masa yang akan datang. Semoga
laporan ini bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR LAMPIRAN
v
BAB 1
PENDAHULUAN
1
1.2 Permasalahan Mitra
Mengacu pada uraian analisis situasi persoalan prioritas pada lembaga pendidikan
Yayasan Pendidikan Islam Fajar Shodiq adalah Dalam beberapa kasus pada lembaga
pendidikan Yayasan Pendidikan Islam Fajar Shodiq masih ada guru yang tidak mempunyai
kinerja yang cukup dalam tugas mereka, ini sangatlah berdampak pada kinerja mereka dalam
bekerja.
2
BAB II
SOLUSI YANG DITAWARKAN
3
BAB III METODE PELAKSANAAN
Kegiatan ini dilakukan dalam dua materi, yaitu materi pertama tentang penyuluhan
terkait dengan peningkatkan Kinerja Guru Melalui Etos Kerja Spiritual. Materi kedua adalah
berlatih secara mandiri
Proses dilakukan dengan pembelajarn kelas dalam bentuk ceramah, diskusi dan Tanya
jawab. Setelah tatap muka dilakukan konsultasi mandiri bagi guru yang masih kurang
memahami.
4
BAB IV
JADWAL KEGIATAN
5
BAB V
PELAKSANAAN KEGIATAN
6
BAB VI
PENUTUP
7
Lampiran 1: Daftar Hadir Peserta
8
Lampiran 2: Bukti Surat Penugasan
9
Lampiran 3: Bukti Surat Permohonan
10
Lampiran 4: Bukti Materi Kegiatan
MENINGKATAN KINERJA GURU MELALUI ETOS KERJA
SPIRITUAL
Materi Pelatihan pada Guru Yayasan Islam Fajar Shodiq Mojokerto
Kamis, 16 Pebruari 2017
Oleh
Hj. Dinda FAtmah, S.Ag., M.Pd.I.
Dosen STIE Al-Anwar Mojokerto
Tantangan persaingan yang semakin tajam pada era globalisasi menuntut peningkatan
kualitas profesi dan efisiensi secara terus menerus, sehingga kemampuan daya saing
profesibisa lebih kompetetif. Era globalisasi mengubah hakekat kerja dari amatiran menuju
kepada profesionalisasi di segala bidang dan aspek kehidupan. Termasuk di dalam perubahan
global adalah profesi guru. Sesuai dengan tuntutan perubahan masyarakat global, tugas guru
juga dituntut profesionalismenya. Guru yang profesional bukan sekedar sebagai alat untuk
transmisi kebudayaan akan tetapi mentransformasikan kebudayaan itu ke arah budaya yang
dinamis dan menuntut penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, produktifitas yang tinggi
pemanfaatan sumber daya yang dimilikinya, antara lain: manusia, modal (uang), bahan baku,
mesin, dan metode yang akhir-akhir ini lebih mengarah kepada perkembangan teknologi.
Sumber daya organisasi tersebut lebih dikenal dengan lima M (5 M): man, money, material,
machine, dan method (Dharmestha dan Sukotjo, 1993:14). Walaupun keberhasilan organisasi
tidak terlepas dari aktivitas dan efektivitas dari kelima sumber daya tersebut, faktor yang
sumber daya yang lain, baik yang bersifat strategis maupun yang bersifat operasional dan taktis.
11
Tanpa manusia, kinerja organisasi akan bersifat otomatisasi dan robotisasi. Meskipun
Dalam hubungannya dengan kinerja guru di lembaga pendidikan, secara makro hal
tersebut pada hakekatnya memiliki peran strategis dalam pengembangan guru. Oleh karena
dapat menjadi alternatif untuk mengatasi berbagai hal kelemahan dalam kinerja guru di
mempunyai hubungan yang baik dengan kinerja guru secara langsung maupun tidak langsung
telah berdampak pada kinerja dan yang tidak langsung kompetensi kerja berpenaruh pada
kinerja guru melalui etos kerja spiritual. Dalam beberapa kasus di lembaga pendidikan banyak
guru yang tidak mempunyai kemampuan yang cukup baik dalam tugas mereka, ini sangatlah
berdampak pada kinerja mereka dalam bekerja. Keterbatasan ini seharusnya bisa diperbaiki
dengan melakukan beberapa cara, suatu misal: dengan memperbaiki etos kerja spiritual guru
melalui pembinaan, training ataupun pelatihan baik di dalam lembaga maupun di luar lembaga.
Penelitian yang dilakukan Asror (2000), yang bertujuan untuk membuktikan ada tidaknya spirit
agama dan etos kerja dalam pengembangan usaha dengan melakukan penelitian yang
mengambil subyek dan obyek penelitian di perusahaan Surabaya Inn Grup. Paradigma yang
digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma definisi sosial yang mempunyai aspek
penting dalam menganalisis terhadap tindakan sosial dimana nilai (agama) turut dilihat dalam
fungsinya memotivasi tindakan subyek. Instrument kunci dalam penelitian ini adalah peneliti
sendiri yang berperan serta dalam menemukan data di lapangan oleh karena itu penelitian ini
Penelitian Luk (1996) yang menemukan variabel penting penentu keberhasilan kerja di
Hongkong yaitu: kemauan untuk berkerja keras, kemauan keras dalam mencapai tujuan,
keterampilan membuat keputusan yang baik, keterampilan hubungan pribadi yang baik,
12
keterampilan analitik yang baik, yang disebut personal faktors; keterampilan mengelola produk
yang baik dapat memotivasi tenaga kerja yang disebut management faktors; kemauan mencapai
terget, dapat merespon perubahan pasar, dan keterampilan melayani langganan dengan baik,
yang disebut produck and market, and company factors. Karena berbagai aspek temuan Luk
Dengan mempunyai etos kerja spiritual yang memadai, pemahaman akan apa yang
menjadi wewenang dan tanggungjawabnya, serta dibarengi adanya dorongan yang kuat dari
dalam diri seorang guru untuk melakukan kegiatan proses belajar mengajar, mereka akan tekun
dalam bekerja, bekerja keras, penuh inisiatif dan kreativitas serta bertanggungjawab dalam
melakukan tugas dan kewenangannya. Dengan kondisi seperti ini akan cenderung
meningkatkan kepuasan para siswa, yang pada gilirannya menuju kearah keberhasilan sekolah.
Dengan keadaan tersebut berarti etos kerja spiritual memiliki peranan yang penting
terhadap kinerja guru. Namun kempat indikator etos kerja spiritual (shiddiq, amanah, fathonah
dan tabligh) harus berjalan bersama. Seorang guru yang memiliki ketrampilan/fathonah
memadai sulit untuk bisa meningkatkan kinerjanya, tanpa memiliki sifat amanah, shiddiq dan
tabligh. Begitu juga seorang guru yang memiliki sifat amanah, shiddiq dan tabligh tinggi, sulit
untuk meningkatkan kinerjanya tanpa memilki ketrampilan dan pengetahuan (fathonah) untuk
berkerja dan tahu apa yang harus dikerjakan sesuai tugas dan kewenangannya.
terhadap seorang guru. Nilai-nilai itu antara lain adalah kejujuran (shiddiq), kepercayaan
(amanah), kecerdasan (fathonah), penyampaian kebenaran (tabligh) (Asror, 2000: 34). Nilai-
nilai moral-spiritual ini jika dipahami dan diimplementasikan dalam kegiatan kerja guru, maka
akan dapat memicu dan memacu maksimalisasi kinerjanya. Sementara itu, lingkungan kerja
yang kondusif ternyata mampu melahirkan nilai-nilai (persepsi-persepsi) yang menjadi daya
dorong bagi etos kerja guru. Kenyataan ini mengindikasikan pentingnya etos kerja bagi guru
13
agar ia memiliki kinerja yang baik dan maksimal serta mampu mengantarkan lembaga
Kinerja
Dalam kinerja (Job Performance) tercakup sejumlah hasil yang tidak lain merupakan
manifestasi kerja yang dilakukan oleh seseorang atau organisasi yang biasanya digunakan
sebagai dasar penilaian atas pekerjaan atau organisasi kerja. Simamora (1997:327)
menyatakan bahwa kinerja merupakan suatu pencapaian persyaratan pekerjaan tertentu yang
akhirnya secara langsung dapat tercermin dari keluaran yang dihasilkan kemudian ditegaskan
oleh Lawler dan Porter yang menyatakan bahwa kinerja adalah “succesfull role achievement”
(1997;234) mengistilahkan kinerja sebagai karya, yaitu suatu hasil pelaksanaan suatu
Kinerja merupakan perilaku yang ditampakkan oleh individu atau kelompok, yang
menurut Siagian (1997: 136-137) dikatakan bahwa “ditinjau dari segi keperilakuan,
kepribadian seseorang sering menampakkan dirinya dalam berbagai bentuk sikap, cara berpikir
dan cara bertindak berbagai hal yang mempengaruhi kepribadian seorang manusia
organisasional yang tercermin dalam perilakunya, yang pada gilirannya akan berpengaruh pada
kinerjanya.” Sedang Soeprihanto (2000: 7) mengatakan bahwa kinerja atau prestasi kerja
seseorang pada dasarnya adalah hasil kerja seseorang selama periode waktu tertentu dibanding
dengan berbagai kemungkinan, misalnya standart/target atau kriteria lain yang telah ditentukan
14
Etos berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos yang berarti sikap, kepribadian, watak,
karakter, dan keyakinan atas sesuatu. Etos tidak hanya dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh
kelompok bahkan masyarakat (Tasmara, 2003: 15-16). Sedangkan, kerja adalah kegiatan yang
dilakukan untuk mencapai suatu tujuan, sehingga kegiatan tersebut mempunyai arti. Kerja
menunjukkan suatu aktivitas yang dilakukan dengan sengaja dan terrencana karena adanya
dorongan untuk mewujudkan sesuatu (Tasmara, 2003: 24). Dengan demikian, etos kerja dapat
diartikan sebagai sikap, kepribadian, watak, karakter, dan keyakinan yang dijadikan sebagai
dasar bagi suatu kegiatan yang dilakukan oleh individu maupun kelompok guna tercapainya
tujuan yang diinginkannya. Abdullah (1986: 75) mengartikan Etos sebagai sikap mendasar
yang dimiliki seseorang dalam memandang hidup. Dengan demikian, jika dihubungkan dengan
kerja, maka dapat dikatakan sebagai identitas mendasar dalam diri yang menjadi ciri khas
dalam berbuat dan berusaha. Sejalan dengan karakteristik, sikap, kebiasaan, dan kepercayaan
atau lebih khusus dalam agama disebut akhlak, yaitu kualitas esensial seorang atau kelompok.
Etos kerja dibentuk dari berbagai kebiasaan, pengaruh budaya, dan sistem nilai yang diyakini
oleh sekelompok masyarakat. Etos kerja mempunyai hubungan yang erat dengan moralitas
(etika/akhlak) yang menjelaskan nilai-nilai atau norma-norma yang berkaitan dengan baik-
buruk. Sedangkan Spiritual artinya spirit atau murni (Agustian, 2003: 51).
mengembangkan kebiasaan moral baik ialah cocok untuk tempat kerja. Jika spiritualitas
mengarah ke kerjasama dan kompetensi yang diperoleh dari kebiasaan moral baik dan sifat
baik pada diri seseorang, maka spiritualitas itu bisa dianggap cocok. Bila spiritualitas
memungkinkan seseorang mengembangkan kebiasaan moral baik, hal ini memberikan tolak
ukur atau pengujian (tes) yang positif untuk tingkat kecocokan spiritualitas itu.
Spiritual merupakan pemandangan dunia plus jalur/jalan setapak, dimana hampir setiap
orang mempunyai spiritualitas, dengan pandangan dunia yang bisa berasal dari apa saja
15
termasuk keimanan seseorang (Schneiders, 2000, 198). Pertanyaan yang penting kemudian
menjadi apakah spiritualitas itu cocok, atau untuk tujuan khusus kita, apakah spiritual itu cocok
untuk tempat kerja. Ada banyak spiritualitas yang jelas berbeda, ada spiritualitas religius dan
non religius. Spiritualitas memberikan arti kepada individual dan dunianya orang itu. Jadi
memandang seseorang sebagai makhluk yang positif dan berhasil berhubungan untuk orang
Kejujuran adalah komponen ruhani yang memantulkan berbagai sikap terpuji (honorable,
respectable, creditable, maqamam mahmudah). Mereka berani menyatakan sikap secara transparan,
terbebas dari segala kepalsuan dan penipuan (free from fraud or deception). Hatinya terbuka dan
selalu bertindak lurus (openminded and straight forwardness). Sehingga mereka memiliki keberanian
Amanah merupakan dasar dari tanggung jawab, kepercayaan, dan kehormatan serta prinsip-
prinsip yang melekat pada mereka yang cerdas secara rohani. Seorang yang memiliki kecerdasan
rohani adalah sikapnya yang selalu ingin menampilkan sikap yang bisa dipercaya (credible),
menghormati, dan dihormati (honorible). Sikap hormat dan dipercaya hanya dapat tumbuh apabila
kita menyakini sesuatu yang kita anggap benar sebagai prinsip yang tidak dapat diganggu gugat
(Tasmara, 2003)
dan terutama spiritual. Seorang yang memiliki sikap fathanah, tidak saja menguasai bidangnya,
16
kemahiran seorang profesional yang didasarkan pada sikap moral atau akhlak yang luhur.
Seorang yang fathanah itu tidak saja cerdas, tetapi juga memiliki kebijakan atau kearifan dalam
Nilai tabligh telah memberikan muatan yang mencakup aspek kemampuan berkomunikasi
daya insani (human resources development) dan kemampuan diri untuk mengelola sesuatu
Hasil penyajian ini diharapkan memberikan dampak yang akan memperkaya teori
manajemen pendidikan agama Islam maupun teori perilaku pondok pesantren, khususnya yang
terkait dengan etos kerja spiritual dalam meningkatkan kinerja guru. Disamping itu diharapkan
kinerja gurunya. Selain itu dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik, 1986, Agama, Etos Kerja dan Perkembangan Ekonomi. Jakarta: LP3ES.
Agustian, Ary Ginanjar, 2003, Emotional Spiritual Quotient, Rahasia Sukses Membangun
Kecerdasan Emosi dan Spiritual Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam. Cetakan
Pertama, Jakarta, Penerbit Arga
Asror Moh, 1995, Psikologi Industri, Edisi Ke-empat, Cetakan Kedua, Yogyakarta, Penerbit
Liberty
Asror, Ahidul, 2000, Spirit Agama dan Etos Kerja dalam Pengembangan Usaha: Studi Kasus
Surabaya Inn Grup, Tesis, Surabaya, Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri
Sunan Ampel
Dharmestha dan Sukotjo Ibnu, 1993, Pengantar Bisnis Modern, Edisi Ketiga, Cetakan Ketiga,
Yogyakarta, Liberty
Luk, S. T. K., 1996. Succes in Hongkong: Faktors Self Reported by Successful Small Business
Owners, Journal of Business Management, Vol. 34, July P. 68- 74
17
Nawawi, H. Hadari, 1997, Manajemen Sumber Daya Manusia: Untuk Bisnis Yang Kompetitif,
Cetakan Pertama, Yogyakarta, Gajah Mada University Press
Schneider, Benjamin, Gunnarson, Sarah K, Niles-Jolly, Kathryn., 2000, Creating the climate
and culture of success, Organizational Dynamics. New York: Summer 1994. Vol. 23,
Iss. 1; pg. 17, 13 pgs
Siagian, SP, 1997, Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan Keenam, Jakarta, Bumi Aksara
Simamora, Henry, 1997, Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan Pertama, Yogyakarta,
STIE YKPN
Soeprihanto, John, 2000, Penelitian Kinerja Dan Pengembangan Karyawan, Edisi Pertama,
Yogyakarta, BPFE
Tasmara, Toto, 2003, Membudayakan Etos Kerja Islami, Jakarta, Gema Insani Press.
18