Anda di halaman 1dari 11

BAB III

EKONOMI POLITIK SOSIALISME (MARXISME)

Walau sudah ada gagasan dan pemikiran tentang sosialisme, bahkan bahkan bahkan
sudah ada praktik hidup bersama dalam suatu komune sebelum mark. Mark memang sangat
gencar memngkeritik ekonomi pasar yang di kembangkan oleh adam smith. Mark melihat
banyak melihat kaun klasik keliru dan karena itu menyimpulkan bahwa hasil analisis model
klasik juga keliru. Karena uang dan kekayaan adalah segalanya membentuk kekuasaan.

Ekonomi Politik Marixme


Seperti halnya kaum liberal, Marx cenderung melihat negara dan proses politik secara
umum sebagai hal yang sekunder, begitu juga bauk klasik maupun marx cenderung
mengamsumsikan bahwa resolusi yang tepat bagi konflik eknomi akan mengakhiri konflik
politik. Penggunaan kata ekonomi politik dalam teori marxian tidak secara langsung menujuk
langsung pada studi tentang ilmu politik.
Inti pokok marixme adalah determinasi mekanistik politik dan sosial, ideiologi serta
budaya oleh suatu basis ekonomi lebih jelas bagi marx yang menentukan segalanya, apakah
itu politik, sosial, budaya bahkan juga moral dan falsafa dan juga ediologi, adalah ekonimi
yaitu materi

Pendekatan Politik Revolusioner


Pendekatan pertama yaitu politik revolusioner adalah jalan yang di anjurkan oleh
marx dalam pendekatan yang radikan ini politik tidak menunjuk pada kebiakan yang di
rancang untuk mengoprasikan keterbasaan masyarakat pasar seperti digunakan pada kaum
klasik, melainkan perubahan besar besaran dalam stuktur politik itu sendiri. Dari uraian
tentang kejatuhan sistem kapitalis di atas, dapat di lihat bagaimana teori politik revolusioner
marx menjelaskan mengapa kaptial berkembang bagai mana kapital berkonsentrasi di industri
dan perusahan perusahan tertentu bagaimana kapital tersebut mengeser labor dari
pekerjaannya dan bagaimana pula proses kembangnya kesadaran revolusioner kaum buruh.

Pendekatan Politik Kompromi Kelas


Dengan pendekatan politik kompromi kelas pratik politik memerlukan partisipasi
dalam institusi yang ada, kompromi serta strategi pemilihan umum dan sebagainya
Pertama, realitas bukanlah suatu keadaan tertentu, melainkan sebuah proses sejarah yang
terus berlangsung.
Kedua, karena realitas merupakan suatu proses sejarah yang terus berlangsung, kunci untuk
memahami realitas adalah memahami hakikat perubahan sejarah.
Ketiga, perubahan sejarah tidak bersifat acak, melainkan mengikuti suatu hukum yang dapat
ditemukan.
Keempat, hukum perubahan itu adalah dialektika, yakni pola gerakan triadik yang terus
berulang antara tesis, antitesis, dan sintesis.
Kelima, yang membuat hukum ini terus bekerja adalah alienasi-yang menjamin bahwa urutan
keadaan itu pada akhirnya akan dibawa menuju sebuah akhir akibat kontradiksi-kontradiksi
dalam dirinya.
Keenam, proses itu berjalan di luar kendali manusia, bergerak karena hukum-hukum
internalnya sendiri, sementara manusia hanya terbawa arus bersama dengannya.

Pendekatan Teori negara Marxian


Bagi kelompok marxian negara adalah bagian dari bungkus dari politik kaptitalisme
yang responsif terhadap kekuatan kekuatan ekonomi. Negara adalah sebuah organdominsasi
kelas dan operasi dari satu kelas terhadap yang lainya alah satu alasan mengapa Marxisme
merupakan sistem pemikiran yang amat kaya adalah bahwa Marxisme memadukan tiga tradisi
intelektual yang masi telah sangat berkembang saat itu, yaitu filsafat Jerman,
teori politik Prancis, dan ilmu ekonomi Inggris. Marxisme tidak bisa begitu saja dikategorikan
sebagai "filsafat" seperti filsafat lainnya, sebab marxisme mengandung
suatu dimensi filosofis yang utama dan bahkan memberikan pengaruh yang luar biasa terhadap
banyak pemikiran filsafat setelahnya. Itulah sebabnya, sejarah filsafat zaman modern tidak
mungkin mengabaikannya.

Pendekatan Instumentalis
Di kaitkan dengan politik, marxisme mewariskan tradisi intrumentaslis yang
melahirkan institusi sebagai instrumen dari kekuasaan kelas dan tradisi otonomis yang
Instrumentalis adalah salah satu contoh model ekonomis.
Pendekatan Strukturalisme
Masalah hubungan antara kaum borjuis dengan cara telah menarik perhatian
kelompok marxis lainya yang di sebut perndekatan strukuralis. Kelompok ini sangat krisis
terhadap pendekatan instrumentalis. Mereka keberatan dengan pendekatan instumentalis yang
cenderung dengan penggunaan kekuasaan dan membentuk kebijaksanaan negara. Kaum
truktural justru melihat negara bertindak bebas dari pengaruh kelas penguasa

Pendekatan Hegelian-Marxis

Baik secara instrumentalis maupun strukturalis tidak begitu memperhatikan pera dari
ide ide dan budaya secara umum. Untuk menutup kelemahan tersebut, kesadaran dan ideologi
agar penting untuk memahami baik konslidasi maupun kehancuran negara kapitalis.
Kepentingan kelas dilayani akan tetapi sebagian di lakukan untuk membujuk kaum proletar
bahwa konflik kelas tidak siknifikan atau mempecah belahdalam rangka kepentingan nasional

Catatan Tentang Ekonomi Politik Marxisme


Pada akhir tahun 80an, negara negara sosialis bekas uni soviet serta eropa timur dan
tengah mengalami pertumbuhan ekonomi sangat rendah dan sebagian mengalami
pertuhmbuhan negatif. Tigkat kesejahteraan masyarakat dalam semua sistem sosialis jauh
lebih rendah di banding dengan tingkat kesejahteraan masyarakat yang menganut mekanisme
pasar Menurut Karl Marx, hal paling mendasar yang harus dilakukan manusia agar dapat
terus hidup adalah mendapatkan sarana untuk tetap bertahan hidup. Apapun yang bisa
menghasilkan pangan, sandang, dan papan bagi mereka, serta untuk
memenuhi kebutuhan dasar. Tidak ada yang bisa menghindar dari tugas memproduksi hal-
hal itu. Namun, ketika cara-cara produksi berkembang dari tahap primitif, segera muncul
kebutuhan agar tiap individu dapat melakukan spesialisasi, karena menemukan bahwa
mereka akan lebih makmur dengan cara itu.[5] Lalu, orang menjadi bergantung satu dengan
yang lain. Produksi sarana hidup kini menjadi aktivitas sosial, bukan lagi aktivitas individu.
Dalam saling ketergantungan ini (masyarakat), setiap orang ditentukan hubungannya
dengan sarana produksi. "Apa yang kulakukan seorang diri untuk penghidupanku
menentukan sebagian besar hal pokok dalam cara hidupku, dan sekaligus merupakan
kontribusiku terhadap masyarakat secara keseluruhan."] Hubungan ini juga menentukan
siapa saja yang punya kepentingan sama denganku dalam pembagian produk sosial itu dan
siapa saja yang bertentangan dengan kepentinganku.
BAB V
EKONOMI POLITIK RADIKAL STUKTURALISME
DAN DEPENDENSIA

A. Masalah Keterbelakangan dan Ketergantungan di Dunia Ketiga

Masalah Ketergantungan dan Keterbelakangan di Dunia Ketiga Pakar-pakar aliran radikal


semuanya menolak pandangan liberalisme ortodoks, yang menurut mereka secara teoretis
keliru dan secara politik tidak lengkap. Walau dalam analisisnya, kaum radikal menerima arti
sebuah sistem kapitalisme global, mereka memiliki pandangan yang berbeda dalam
memahami dinamika dasar dari sistem ini, dan cara yang juga berbeda dalam menjelaskan
hubungan antara negara yang lebih maju dengan yang kurang maju dalam sistem kapitalisme
dunia (Ruccio dan Simon, 1988). Persepsi awal tentang keterbelakangan yang dialami
negara-negara Amerika Latin lebih disebabkan oleh faktor kelemahan sendiri, seperti watak
kemalasan, kesedihan, dan keangkuhan. Selanjutnya kecenderungan dari yang semula
menyalahkan diri sendiri berubah dengan mencari penyebab dari faktor luar (eksternal).
Kebetulan mereka
menemukan “kambing hitam” bahwa keterbelakanganya negara
-negara Amerika Latin ialah karena sudah sejak lama dieksploitasi oleh negara-negara
industri maju, erutama oleh Amerika Serikat (Thee Kian Wie, 1987) Dari segi terms of trade,
Prebish melihat ada hubungan yang tidak menguntungkan bagi negara-negara sedang
berkembang untuk bekerja sama dengan negara maju (negara donor).

B. Munculya Aliran Ekonomi Politik Radikal

Munculnya Aliran Ekonomi Politik Radikal Sebagai dampak dari hasil penelitian
ECLA yang dipimpin Prebisch, pada tahun
80’an muncul berbagai kritik terhadap teori
- teori dan konsep-konsep yang berasal dari Barat. Kritik terhadap teori-teori dari Barat
terseut paling terasa di Amerika Latin. Kritik-
kritik tersebut kemudian menghasilkan sebuah “paradigma baru” ekonomi politik radikal
yang mencakup berbagai pendekatan, termasuk pendekatan ekonomi strukturalisme dan
pendekatan ketergantungan atau lebih dikenal dengan pendekatan dependensia
(dependencia).

C. Ekonomi pendekatan Strukturalisme

Ekonomi Politik Pendekatan Strukturalisme Aliran ini muncul untuk merespon gagasan-
gagasan ECLAC mengenai sebab-sebab keterbelakangan di Amerika Latin dan
rekomendasinya untuk menghilangkan hambatan-hambatan struktural dalam negeri di
negara-negara terbelakang di Amerika Latin. Menurut Swasono (2003), strukturalis adalah
paham yang menolak ketimpangan-ketimpangan struktural sebagai sumber ketidakadilan
sosial ekonomi, sebagaimana dianut oleh neoklasik yang dilandaskan pada prinsip
kepentingan pribadi, mekanisme pasar bebas, persaingan ketat, dan pengutamaan
pertumbuhan pemerataan. Strukturalisme beroirentasi pada strukturisasi dan restrukturisasi
ekonomi disertai intervensi dan pengontrolan mekanisme pasar sehingga tidak saja
menghasilkan nilai tambah ekonomi,
tetapi juga nilai tambah sosiokultural yang menjangkau makna partisipasi dan emansipasi
kemartabatan.

D. Ekonomi Politik Pendekatan Depensia

Ekonomi Politik Pendekatan Depensia Pakar-pakar aliran dependensia menganggap


bahwa perekonomian semua negara dapat diurut mulai dari yang paling terbelakang hingga
yang paling maju, dan bahwa pembangunan dianggap sebagai sebuah proses yang unilinear.
Pendapat para pakar aliran dependensia terhadap aliran ekonomi politik radikal, yaitu : 1.

Paul Baran Menurut Baran pada dasarnya investasi asing tidak meningkatkan
kesejahteraan di Negara-negara miskin. Yang terjadi hanya perubahan kebiasaan sosial
masyarakat miskin serta perubahan orientasi dari kecukupan dan pemenuhan pasar dalam
negeri menjadi orientasi produksi untuk memenuhi pasar luar negeri. Baran menyimpulkan
bahwa kapitalisme telah gagal memperbaiki kesejahteraan masyarakat miskin, tetapi
sebaliknya sangat berhasil mengintroduksi semua ketimpangan ekonomi dan sosial yang
melekat dalam sistem kapitalis lebih dari itu kapitalisme juga telah mengubah orientasi
pertanian dari pola pemenuhan kebutuhan sendiri kearah pola produksi komoditas ekspor. 2.

Andre Gunder Frank Teori dependensia berusaha menjelaskan tentang ketergantungan.


Dalam hubungan ketergantungan ada dua pihak yang terlibat, yaitu pihak yang dominan dan
yang bergantung ( dependent). Frank mengumpamakan hubungan antara Negara-negara
industry barat dengan negara-negara non industri dunia ketiga laksana rangkaian hubungan
dominasi dan eksploitasi antara metropolis dan satelit. 3.

Samir Amin Dominasi perekonomian dunia dan rekayasa eksploitasi yang dilakukan
oleh negara-negara maju dipusat menjadikan negara-negara miskin semakin tergantung pada
pusat (negara maju). Samir Amin mengombinasikan sistem kapitalis dunia, artikulasi moda
produksi, dan internasionalisasi kapital dengan teori pertukaran yang tidak imbang
menghasilkan sebuah teori pembangunan dimana negara maju dan negara miskin saling
beroposisi dalam sebuah formasi sosial kapitalis dunia. 4.

Theotonio Dos Santos Dos Santos (1970) mendefinisikan ketergantungan sebagai suatu
situasi dimana perekonomian sekelompok negara dikondisikan oleh pembangunan dan
ekspansi dari kelompok negara lain. Titik berat proses ketergantungan tidak hanya
merupakan faktor eksternal semata melainkan juga dipengaruhi oleh faktor internal
sehubungan dengan faktor-faktor internal tersebut Dos Santos mengklasifikasikan tiga jenis
ketergantungan yaitu: (1). Ketergantungan kolonial. (2). Ketergantungan industrial-
finansial,dan (3). Ketergantungan teknoogi industry.
E. Pembangunan di Negara-negara Industri Baru

Pembangunan di Negara-negara Industri Baru Negara-negara industri baru bisa maju


sewaktu t erintegrasi ke dalam perdagangan bebas dunia dan berhasil melepaskan diri dari
keterbelakangan. Contohnya negara-negara di Asia Timur. Menurut negara-negara yang
sudah maju, persoalan yang dihadapi negara yang sedang berkembanng adalah soal
bagaimana negara-negara yang sedang berkembang ini bisa terintegrasi ke dalam pasar
global. Pemerintahan di negara berkembang saat ini mempunyai peranan lebih aktif dalam
melaksanakan pembangunan ekonomi dengan memendorong dan memajukan Industrialisasi.
Industrialisasi meliputi berbagai cara, yaitu strategi substitusi impor dan strategi promosi
ekspor . Keterbelakangan di negara-negara miskin bukan karena hubungan tak seimbang
antara negara-negara maju dan berkembang miskin, melainkan disebabkan oleh buruknya
manajemen dinegara miskin itu sendiri. Misalnya campur tangan pemerintah yang terlalu
besar dalam bidang ekonomi, adanya KKN, kesalahan dalam mengalokasikan sumber daya.
Pembangunan menurut Sumitro sebagai berikut : - Proses Pembangunan ekonomi harus
merupakan proses pembebasan dari belenggu ekonomi dunia. - Melekukan pembenahan di
bidang ekonomi, yaitu memperbesar kekuatan rakyat Indonesia dengan jalan memperluas
daras ekonomi dan melaksanakan usaha-usaha produktif yang sesuai dengan kebijakan
keuangan dan ekonomi yang tepat. F.

Pandangan Sumitro Tentang Pembangunan Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo


pembangunan ekonomi adalah usaha memperbesar pendapatan perkapita dan menikan
produktivitas perkapita dengan cara menambah modal dan keahlian
BAB VI
EKONOMI POLITIK KELEMBAGAAN

A. Kelemahan Pendekatan Ekonomi Murni

Dalam kenyataan, apa dan bagai mana pilihan di ambil, tidak bisa hanya bisa di
selesaikan oleh mekanisme pasar, sebab terkait dengan lembaga lembaga dan sistem politik
yang di atur . sistem politik menentukan hubungan antara mereka yang memiliki hubungan
politik dengan yang kurang atau yang tidak ada kekuatan dan menentukan hubungan antara
penguasa dengan masyarakat lebih jauh dari itu sistem politik tidak hanya membentuk
hubungan kekuasaan tetapi juga membentuk nilai nilai dan norma norma yang sedikit
banyak,
Pendekatan ekonomi murni adalah adanya kelangkaan dan pilihan. Model pendekatan ini
tidak mempertimbangkan faktor motivasi yang ada dibelakang aktor yang terkait dalam
proses atau peristiwa tertentu. Motivasi diasumsikan cateris paribus, dan semua faktor di luar
bidang ilmu ekonomi dianggap telah given. Dengan penjelasan yang terlalu
menyederhanakan persoalan, sehingga konsep-konsep ilmu ekonomi politik yang
dikembangkan oleh kaum Klasik dan Neo Klasik mengabaikan faktor-faktor lain yang
sebenarnya ikut menentukan bagaimana kegiatan ekonomi itu dilakukan.
Dari kelemahan model pendekatan yang dikembangkan oleh Klasik dan Neoklasik
tersebut mendorong pakar-pakar sosial politik untuk mengembangkan paradigma lain yang
disebut pendekatan ekonomi politik kelembagaan.

Ekonomi politik kelembagaan dapat dijadikan sebagai salah satu bentuk pemecahan
masalah politik dan masalah ekonomi. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa sebagian
besar persoalan ekonomi maupun persoalan politik justru berada di luar domain ekonomi dan
politik itu sendiri, yaitu dalam kelembagaan yang mengatur proses kerja suatu perekonomian
maupun proses-proses politik.

B. Perbedaan Ekonomi Murni Dengan Ekonomi Politik Kelembanggan


Perbedaan prinsipil antara ekonomi murni dengan ekonomi politik kelembagaan ialah
bahwa ekonomi murni, terutama Neoklasik, menganggap ekonomi sebagai cabang ilmu
tersendiri. Sedang aliran kelembagaan memanfaatkan hampir semua ilmu sosial dalam
membahas dan menganalisis masalah-masalah ekonomi.
Ekonomi murni, terutama dari aliran ekonomi positif, hanya membahas ekonomi
pasar (market economy) yang hanya peduli tentang "what is". Ekonomi politik kelembagaan
mengamati peristiwa "apa" saja yang telah terjadi, serta berusaha menjelaskan "mengapa"
dan "bagaimana" peristiwa ekonomi "seharusnya" terjadi.

Ekonom murni enggan membahas masalah yang terkait dengan kelembagaan dan
sistem ekonomi politik karena dianggap sering emosional dan kurang menggunakan rasio.
Ekonomi politik kelembagaan menganggapnya sebagai fenomena yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat.
Pada ekonomi murni, yang dianggap mampu mengubah seperangkat pilihan adalah
perubahan harga dan pendapatan. Dalam ekonomi politik kelembagaan justru perubahan
aransemen kelembagaan dianggap mampu mengubah seperangkat pilihan individu. Maka
ekonomi politik kelembagaan lebih banyak membahas sekumpulan aturan main bagi berbagai
pihak yang terlibat.

Ekonomi murni terlalu bersifat materialistik, sedangkan pendekatan kelembagaan


lebih bersifat idealistis.
Pendekatan ekonomi murni lebih banyak mengobservasi komoditas dan harga-harga,
sedangkan pendekatan kelembagaan lebih terfokus pada biaya transaksi dan kebijakan publik.
Pendekatan ekonomi murni mengasumsikan tujuan individu sebagai kepentingan pribadi,
sedang aliran kelembagaan beranggapan bahwa selain kepentingan pribadi harus juga
diperhatikan kepentingan masyarakat.

C. TOKOH-TOKOH EKONOMI POLITIK KELEMBAGAAN

Thorstein Veblen, (Peran Nilai-nilai dan Norma-norma)


Weber, Schumpeter, dan Myrdal (Peran Wirausahawan)
Commons, Coase, dan North (Peran Hukum)

D. Ekonomi Politik Kelembagaan Baru

Ekonomi politik kelembagaan baru dapat diartikan sebagai ilmu ekonomi politik
kelembagaan yang menerapkan konsep – konsep hukum dalam ekonomi. Setidaknya ada
hukum yang sudah ditranformasi oleh ekonom yaitu hukum tentang kelalaian, hukum
kriminal, dan hukum kepemilikan.
Hukum tentang kelalaian
Dalam ilmu ekonomi politik kelembagaan hukum tentang kelalaian didefinisan
menjadi tiga yaitu
1. Kemungkinan terjadinya kecelakaan (P)
2. Akibat atau kerugian karena kecelakaan (L)
3. Biaya untuk menghindari terjadinya kecelakaan (C)

E. Hukum Tentang Kelalaian

Namun, jika sebaliknya maka kebijakn tersebut dianggap gagal atau rugi. Kerena biaya
yang dikeluarkan lebih besar daripada manfaat yang diberikan.
3. Hukum kepemilikan
Ekonomi politik kelembagaan memasukkkan hukum kepemilikan dalam sub materi ekonomi
kelembagaan. Menurut Douglas North (1984) kepemilikan meliputi kekayaan fisik
(mencakup obyek – obyek konsumsi, tanah dan kapital) dan kekayaan nonfisik (mencakup
ide – ide, karya seni, formula, dan sebagainya).

10 Menurut Alchian (1993), ada tiga elemen utama hak kepemilikan, yaitu : 1. Hak
eksklusif untuk memilih penggunaan dari suatu sumber daya 2. Hak untuk menerima jasa –
jasa atau keuntungan dari sumber daya yang dimiliki 3. Hak untuk menukarkan sumber daya
yang dimiliki sesuai persyaratan yang disepakati.
F. Hukum Kriminal

Dengan demikian, secara matematis seseorang atau lembaga dapat dituntut jika
PxL>C

Ekonom Gary Becker mengaplikasikan konsep – konsep ekonomi marshallian kedalam


hukum kriminal. Dilihat dari segi ekonomi tedapat keuntungan dan kerugian dalam
penanganan tindak kejahatan. Menurut Becker ada dua variabel yang dianggap penting oleh
ekonom dalam penanganan kejahatan yaitu denda sebesar – besarnya dan hukuman fisik
seberat – beratnya. Dilihat dari segi ekonomi penaganan kejahatan harus dilihat dari segi
benefit (keuntungan) dan cost (kerugian). Jika kebijakan yang diberlakukan tersebut
memberikan efek jera bagi pelaku tindak kejahatan maka, kebijakan tersebut dianggap
memberikan keuntungan.

Tiga Lapisan Kelembagaan

Terdapat tiga lapisan kelembagaan yang terkait dengan ekonomi politik, yaitu :
1) Kelembagaan sebagai norma-norma dan konvensi
Kelembagaan bersifat konvensi lebih diartikan sebagai aransemen berdasarkan konsensus
atau pola tingkah laku dan norma yang disepakati bersama. Norma dan konvensi umumnya
bersifat informal, ditegakkan oleh keluarga,masyarakat,adat dan sebagainya.
2) Kelembagaan sebagai aturan main
Commons menjelaskan bahwa kelembagaan adalah suatu aturan yang sudah cukup lama
bercokol dalam masyarakat dan dikenal serta dikuti secara baik oleh mayoritas anggota
masyarakat.
Menurut Bogason ada tiga level aturan, yaitu :
a) Level aksi, dalam level ini aturan secara langsung mempengaruhi aksi nyata, biasanya
terdapat standar atau rules of conduct.
b) Level aksi kolektif, disini kita mendefinisikan aturan-aturan untuk masa yang akan
datang atau disebut juga kebijakan.
c) Level konstitusi, kita mendiskusikan prinsip-prinsip bagi pengambil keputusan kolektif
pada masa yang akan datang.
Institusi sebagai aturan main biasanya bersifat lebih formal dan bersifat tertulis.

3) Kelembagaan sebagai hubungan kepemilikan


Sebagai pengatur hubungan kepemilikan, kelembagaan dianggap sebagai aransemen
kepemilikan yang mengatur : (1) individu atau kelompok pemilik, (2) objek nilai bagi pemilik
orang lain (3) orang dan pihak lain yang terlibat dalam suatu kepemilikan.
Mathews (1986) mendefinisikan institusi sebagai perangkat-perangkat kepemilikan dan
kewajiban-kewajiban yang mempengaruhi kehidupan ekonomi masyarakat. Menurut Alchian
(1993), ada tiga elemen utama hak kepemilikan yaitu : (1) hak eksklusif untuk memilih
sumber daya, (2) hak untuk menerima jasa-jasa atau manfaat dari sumber daya yang dimiliki,
(3) hak untuk menukarkan sumber daya yang dimiliki sesuai persyaratan yang disepakati.
Kepemilikan dan Efesiensi Ekonomi
Dalam proses pendefinisian hak-hak kepemilikan, sistem ekonomi harus membuat dua
keputusan yang saling kait mengait. Tentang siapa yang semestinya berhak mililiki sumber-
sumber ekonomi dan pembuat keputusan ekonomi dalam sistem ekonomi.
Jenis-jenis Kepemilikan

Bromley (1989) mencatat 4 jenis kepemilikan, yaitu kepemilikan Negara, milik


bersama, milik pribadi dan bukan milik siapa-siapa. Dari jenis-jenis tersebut, hanya
kepemilikan pribadi yang dapat dikonsumsi secara eksklusif, sedangkan sumber daya milik
bersama dan Negara, tidak dapat di eksklusifkan penggunaannya.
· Kelemahan kepemilikan melalui warisan
Kelemahan kepemilikan ini adalah keraguan akan keabsahan kepelikan yang diperoleh
melalaui turun temurun karena batasan akuannya kurang jelas.
· Kaitan kepemilikan dengan efesiensi
Ada kaitan yang sangat kuat antara jenis kepemilikan dengan efesiensi. Menurut Ricahard
Posner ada tiga keretria hak-hak kepemiliakn yang efesien : universalitas,eksklusivitas dan
dapat ditransfer. Keretria dapat di transfer sangat erat kaitannya dengan efesien, sebab kalau
semua barang yang dimiliki tidak dapat ditransfer, kita tidak mungkin memindahkan
sumberdaya yang kurang produktif ke sumber daya yang produktif.
· Tragedy of the Commons
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa dasar kepemilikan untuk barang-barang milik bersama
adalah lemah, sebab barang milik bersama yang diperoleh dari warisan turun-temurun
dipertanyakan keabsahannya karena batasan-batasan akunnya kurang jelas.
Menurut Great Hardin ( dalam sebuah artikel The Tragedy of The Commons, 1968),
masyarakat rasional yang dalam setiap tindakanya selalu dilandaskan pada kepentingan
pribadi cenderung akan mengeksploitasi sumber daya milik bersama secara membabi-buta,
yang pada gilirannya akan mengancam kelangsungan kehidupan bersama. Oleh karena itu,
untuk mengantisipasi pengurasan sumber daya milik bersama, menurut Ostrom dalam
Governing the Commons: The Evolution of Institusion for Collective Action (1990), ada
beberapa alternatif yang dapat di tempuh diantarnya :
1. Berupaya menciptakan sebuah institusi untuk aksi kolektif yang dapat mengatur
penggunaan atau pemanfaatan sumberdaya milik bersama.
2. Mengubah sistem aturan dalam intitusi aturan dalam institusi yang ada untuk mengatur
pemanfaatan sumber daya milik bersama.
3. Mengubah status barang-barang milik bersama tersebutr dengan memberikan hak
pengelolaan pada orang-orang atau pihak tertentu.
BAB VII
EKONOMI POLITIK BARU

Latar Belakang Lahirnya Ekonomi Politik Baru

Setelah berpisah, akibat beberapa peristiwa tahun 60-an dan tahun 70-an memaksa
ilmu Ekonomi dan Politik rujuk kembali. Karena banyak saran yang dikemukakan oleh para
pakar Ekonomi murni yang tidak berjalan sewaktu diterapkan di Negara-negara berkembang
karena adanya perilaku “kalap rente” dari para penyelenggara Negara. Karena hal ini
menyangkut perilaku, pakar-pakar Ekonomi Politik Neoklasik mulai mempelajari tentang
teori perilaku seperti teori pertukaran dan teori perilaku birokratis. Selain itu juga karena
tuntutan-tuntutan Negara berkembang untuk menata ekonomi international yang lebih adil
telah memaksa ilmuwan sosial untuk memahami interaksi ekonomi dan politik.

Ilmu Ekonomi dengan ilmu Politik semakin rukun berkat karya-karya Kenneth
Arrow, Mancur Olson, William Riker, James Buchanan, dan Gordon Tullock. Mereka
mengembangkan apa yang disebut dengan Ekonomi Politik Baru dengan dua variasi : Teori
Pilihan Rasional dan Teori Pilihan Publik. Dilihat dari model Ekonomi Politik Baru dapat
disimpulkan bahwa terpisahnya ilmu Ekonomi dan Politik pada masa lalu karena pakar
ekonomi murni pada periode sebelumnya lebih sibuk dengan fenomena, transaksi, dan
penataan pasar, tetapi kurang mau terlibat dalam memperhatikan fenomena, transaksi, dan
non pasar. Padahal konsep non pasar dapat digunakan ekonom untuk menjelaskan dan
menganalisis berbagai kebijaksanaan publik

Teori Pilihan Rasional

Teori pilihan rasional, kadang disebut teori pilihan atau teori tindakan rasional, adalah
kerangka pemikiran untuk memahami dan merancang model perilaku sosial dan ekonomi.[1]
Asumsi dasar teori pilihan rasional adalah seluruh perilaku sosial disebabkan oleh perilaku
individu yang masing-masing membuat keputusannya sendiri. Teori ini berfokus pada
penentu pilihan individu (individualisme metodologis).

Teori pilihan rasional juga berasumsi bahwa seseorang memiliki preferensi di antara
beberapa pilihan alternatif yang memungkinkan orang tersebut menyatakan pilihan yang
diinginkannya. Preferensi tersebut dianggap lengkap (orang tersebut selalu dapat menentukan
alternatif yang mereka inginkan atau tak ada alternatif yang diinginkan) dan transitif (apabila
pilihan A lebih diinginkan daripada pilihan B dan pilihan B lebih diinginkan daripada pilihan
C, maka A lebih diinginkan daripada C). Agen rasional kemudian mempertimbangkan
informasi yang ada, kemungkinan peristiwa, dan potensi biaya dan keuntungan dari
menentukan pilihan, dan bertindak konsisten dalam memilih tindakan terbaik.

Rasionalitas sering dijadikan asumsi perilaku individu dalam model dan analisis
ekonomi mikro dan muncul di hampir semua penjelasan pembuatan keputusan manusia yang
ada di buku pelajaran ekonomi. Rasionalitas juga penting bagi ilmu politik modern,[2]
sosiologi,[3] dan filsafat. Versi turunan dari rasionalitas adalah rasionalitas instrumental yang
meliputi pencarian cara paling hemat biaya untuk meraih tujuan tertentu tanpa melihat
berharga atau tidaknya tujuan tersebut. Gary Becker adalah salah satu pendukung penerapan
model perilaku rasional secara luas.[4] Becker dianugerahi Hadiah Nobel Ekonomi tahun
1992 atas penelitiannya tentang diskriminasi, kejahatan, dan modal manusia.[5]

Anda mungkin juga menyukai