Anda di halaman 1dari 5

Kisah ini bermula dari Si Putih yang bukan merupakan hewan biasa.

Si Putih merupakan
hewan kuno yang lahir di peradaban panjang klan Polaris. Klan Polaris adalah klan yang
kerap diserang oleh pandemi. Di sana terdapat puluhan miliar makhluk hidup yang mana
pada ribuan tahun lalu sejarah menuliskan bahwa tidak sedikit penduduknya dapat
berkomunikasi dengan hewan, bahkan dapat saling memahami dan itu merupakan
kemampuan yang jarang ditemukan.

Penduduk klan Polaris sudah tergiurkan akan ilmu pengetahuan dan teknologi sebab
peradaban yang mereka miliki sudah melesat jauh, lebih canggih, dan modern. Akan
tetapi, sudah sejak lama mereka telah melupakan satu hal. Hal itu adalah kemampuan
unik dari bangsa klan Polaris asli yang dapat berbicara dengan hewan. Bahkan, kode
genetik itupun masih tersisa dan sesekali diturunkan pada peredaran tertentu saja.

N-ou, salah satu anak yang bisa dikatakan beruntung. N-ou yang saat itu berusia enam
tahun terpaksa terpisahkan dari kedua orang tuanya sebab dirinya tidak lolos seleksi
saat pemeriksaan di portal menuju klan Polaris bagian kedua. N-ou yang saat itu
terdeteksi bahwa di dalam tubuhnya terdapat virus yang mengharuskan dirinya kembali
ke daerah asalnya, yakni kota E-um.

Kota E-um, kota di mana ia berasal dan tempati sudah berantakan, hancur, tidak ada
yang bisa diselamatkan akibat adanya pandemi yang terjadi. Semua orang histeris
meminta untuk dibantu dan diselamatkan dengan benda terbang. Namun, sayangnya
mereka yang ditubuhnya terinfeksi virus, terpaksa ditolak dan malah menimbulkan
kerusuhan di tengah kesusahan yang melanda.

Saat N-ou diletakkan di dalam sebuah gedung yang sudah berantakan itu, ia bertemu
dengan Si Putih, yakni seekor kucing yang rela membantu N-ou, memberinya makan,
menyelimutinya, mencarikannya air sehingga anak kecil berusia enam tahun itu dapat
kembali beraktivitas dan pulih dari virus yang meradang tubuhnya.

N-ou memiliki tekad dan ambisi untuk menemui kedua orang tuanya dengan mencari
berbagai cara supaya dapat menerobos dinding kuat tebal itu. Selama lima tahun ia
mencari cara, ditemani pula oleh Si Putih, tetapi hasil yang didapat tidaklah ada alias
nihil.

Sejak saat itu, N-ou membatalkan semua tekad dan keinginannya itu, ia memutuskan
untuk berjelajah mempelajari klan Polaris ditemani oleh Si Putih. Mereka berdua
mendapati kapsul canggih yang sedang terparkir rapi, tak ada pemilik. Penjelajahan dan
petualangan dimulai dengan melewati hutan yang selama ini ia menyangka bahwa tidak
akan berpenghuni, tetapi nyatanya N-ou mendapati rumah kecil tua.

N-ou yang sedari awal menyadari bahwa akan ada bahaya yang menerjang rumah kecil
tua itu (baca: gubuk tua) maka dengan segera ia menyelamatkan seorang laki-laki tua
yang berada di gubuk tua. Namun, ternyata orang tua itu sangatlah banyak bicara alias
cerewet sehingga sukar untuk dilakukan evakuasi.

Dari peristiwa tersebut, anggota dari petualangan N-ou menjadi bertambah, yakni
bersama laki-laki tua itu yang bernama B-rham atau Pak Tua. Petualangan dan
penjelajahan mereka pun bertambah menyenangkan, menegangkan, sekaligus
menyeramkan. Titik tertinggi dari petualangan mereka adalah saat N-ou beserta
rombongannya dengan tidak sengaja bertarung melawan pengendali hewan yang
kemudian mereka berhasil menaklukkannya.

Namun, tempat yang dijadikan destinasi petualangan mereka terbilang unik sebab kota-
kota tersebut adalah kota dengan tanpa teknologi, bisa dikatakan sangatlah primitif. Hal
itu dikarenakan kekuasaan mereka diatur oleh semacam pengendali hewan.

Dalam novel Si Putih, dikisahkan bahwa tokoh N-ou merupakan anak yang tumbuh dan
berkembang menjadi remaja pintar, cerdas, dan peduli dengan sesama, bahkan dirinya
rela bertarung melawan seorang penguasa, yakni Raja Gunung Timur. Hal itu dilakukan
N-ou hanya untuk menyelamatkan nyawa temannya yang pernah dikenalnya saat di
kota E-um.
Namun, akankah N-ou berhasil mengalahkan Raja Gunung Timur? Atas ketulusan dan
kebaikannya, N-ou dan Si Putih berhasil menaklukkan Raja penguasa Gunung Timur
yang bertindak laku sesukanya. Sampai akhirnya, pengendali hewan yang peduli pada
rakyat mengambil alih kekuasaan tersebut.
Terlepas dari itu, apakah N-ou masih memegang harapan agar dapat menerobos masuk
dinding tebal itu? Apakah N-ou sudah mendapatkan strateginya? Akankah dirinya
berhasil menuju lorong klan Polaris bagian kedua dan bertemu dengan orang tuanya?
Bagaimana dengan Si Putih?
Temukan jawabannya di novel Si Putih dan ikuti perjalanan kisah N-ou yang ditemani
oleh Si Putih.

Selena dan Nebula menceritakan siapa orangtua Raib dalam serial petualangan dunia


paralel. Dua buku ini sebaiknya dibaca berurutan.
Kedua buku ini juga bercerita tentang Akademi Bayangan Tingkat Tinggi, sekolah
terbaik di seluruh Klan Bulan. Tentang persahabatan tiga mahasiswa, yang diam-diam
memiliki rencana bertualang ke tempat-tempat jauh. Tapi petualangan itu berakhir
buruk, saat persahabatan mereka diuji dengan rasa suka, egoisme, dan pengkhianatan.

Dua buku ini bukan akhir. Justru awal terbukanya kembali portal menuju Klan
Aldebaran.

Hal yang Menarik dari Novel Si Putih karya Tere Liye


Dilihat dari cover novel Si Putih, tampak ilustrasi seekor kucing dan naga–yang mana di
dalam novel ini akan diceritakan pula pertarungan antara Si Putih dan naga. Dengan
kata lain, apabila ditelaah lebih jauh dan mendetail, cover-nya pun memvisualisasikan
petualangan dalam novel ini. Sungguh menakjubkan.
Selain itu, hal menarik lainnya di dalam novel Si Putih ini menciptakan cerita baru,
kemudian banyaknya karakter baru yang belum pernah dijumpai pada kesembilan buku
serial Bumi sebelumnya. Bilamana di novelnya pembaca akan diperlihatkan
petualangan Raib, Seli, Ali, dan Ily. Akan tetapi, di novel ini justru pembaca akan diajak
berpetualang bersama Si Putih, N-ou, dan Pak Tua menggunakan Paruh Lancip yang
mana petualangan mereka tak kalah menakjubkannya. Terlebih, petualangan mereka
juga tak kalah menghibur dengan Raib dan kawan-kawannya.
Novel Si Putih di dalamnya memuat konflik perebutan kekuasaan yang mana dengan itu
mampu memakan tidak sedikitnya korban jiwa. Kekuasaan yang diperebutkan berada di
tangan para pemegang kekuatan sehingga mengakibatkan munculnya konspirasi
pandemi agar setidaknya banyak manusia yang mati. Memangnya apa
tujuannya? Tujuannya hanyalah satu, yakni dengan harapan dapat menguasai dan
mengendalikan klan, bahkan dunia paralel sekalipun.
Berdasarkan cerita yang dimuat dalam Si Putih, Tere Liye selaku penulis mencoba
untuk mengilustrasikan kejadian yang serupa dengan isu kemunculan pandemi yang
dihadapi dunia saat ini. Namun, terlepas dari hal demikian, penulis sukses membuat kita
sebagai pembaca seakan berada di situasi pada cerita yang ada, salah satunya adanya
persamaan penderitaan yang dialami, yakni pandemi korona.
Selain itu, karakter Pak Tua, yakni Br-ham agak sedikit menonjol karena sikapnya yang
meskipun cenderung rewel, tetapi ia adalah sosok yang seru, sangat menyenangkan,
dan humoris. Maka bisa diibaratkan ia adalah sebagai sosok yang mewarnai
petualangan N-ou dan Si Putih, serta menghidupkan cerita.
Segala petualangan dan penjelajahan di dalam cerita yang menegangkan mampu
digambarkan secara apik dan luar biasa yang mana terdapat berbagai hal yang terlihat
mustahil terjadi, tetapi bisa menjadi sesuatu yang tampak nyata dalam novel ini. Hal itu
dapat ditemukan dalam novel ini, yakni dengan ad anya komunikasi dan interaksi antara
hewan dan manusia, bahkan tumbuhkan sekalipun yang dapat membuat imajinasi para
pembaca seakan diajak bermain–tanpa kesan ‘memaksa’.

Terdapat salah satu adegan yang menakjubkan, yaitu saat mereka menghadapi
berbagai tokoh karakter antagonis, saat itu N-ou melakukan bonding dengan si Putih
sehingga kekuatan dan kemampuannya justru semakin bertambah. Selain itu, penulis
mampu memberikan gambaran yang apik saat N-ou, Si Putih, dan Pak Tua sedang
melakukan percakapan yang mana mereka bertiga jelas berbeda.
N-ou dan Pak Tua merupakan dua manusia, memiliki perbedaan usia yang terbilang
cukup jauh, sementara Si Putih adalah seekor hewan purba. Akan tetapi, perbedaan itu
justru digambarkan oleh penulis dengan sangat menakjubkan. Mereka mampu
berkomunikasi dan melakukan petualangan yang bersahabat.

Di akhir cerita, Tere Liye mencoba untuk mengakhiri kisah Si Putih dengan cukup
menarik sehingga menimbulkan kesan penasaran kepada para pembaca agar
melanjutkan kisah berikutnya. Halaman demi halaman disuguhkan kisah dan suatu
kerumitan yang dijelaskan melalui gaya bahasa penulisan dari Tere Liye. Bagi yang
sudah menggeluti berbagai novel Tere Liye tentu tahu bahwa dirinya mempunyai ciri
khas tersendiri. Dengan begitu, pembaca tidak akan timbul rasa jenuh saat membaca
karya tulisnya ini.

Pertarungan melawan si Tanpa Mahkota akan berakhir di sini. Siapa pun yang menang,
semua berakhir di sini, di Klan Komet Minor, tempat aliansi Para Pemburu pernah
dibentuk, dan pusaka hebat pernah diciptakan.

Dalam saga terakhir melawan si Tanpa Mahkota, aku, Seli, dan Ali menemukan teman
seperjalanan yang hebat. Bersama-sama kami melewati berbagai rintangan, memahami
banyak hal, berlatih teknik baru, dan bertarung bersama-sama.
Inilah kisah kami. Tentang persahabatan sejati, pengorbanan, ambisi, dan memaafkan.

Buku keenam dari serial “BUMI”

Kelemahan Novel Si Putih karya Tere Liye


Seperti yang sudah dijelaskan di atas, novel Si Putih memang menghadirkan tokoh baru
dan klan baru. Namun, bentuk petualangan yang digunakan cenderung tidak ada
pembaharuan alias itu-itu saja. 
Saat membaca, tidak menimbulkan efek yang begitu mendebarkan, mungkin hal itu
karena alurnya yang terbilang mudah ditebak dan tidak ‘mengejutkan’. Dengan kata lain,
jenis petualangan yang dihadapkan pada N-ou dan Si Putih bukanlah hal yang baru.

Barangkali hal yang baru dalam novel ini terletak pada klan yang dapat mengendalikan
hewan, tepatnya di kawasan Timur klan Polaris dengan penguasanya, yakni pengendali
hewan. Sebagai pembaca setia serial Bumi ini, tentu pembaca sudah dapat menebak
dan memprediksikan bahwa pada akhirnya N-ou berhasil menaklukkan sang Raja
Gunung Timur.
Istilahnya, ‘anak baru’ mampu menaklukkan lawannya–seorang raja yang bahkan sudah
berkuasa selama bertahun-tahun–dengan bantuan dan kemampuan yang hadir secara
tiba-tiba saat detik-detik penghabisan.

Selain itu, terdapat beberapa part yang sedikit membuat jenuh dalam novel Si Putih. Hal
itu tampak pada adegan Si Putih meminta makanan. Adegan itu terus-menerus diulang
sehingga menimbulkan efek jenuh dan membosankan bagi pembaca. Teruntuk
pengembangan karakternya juga terkesan sama saja, tidak ada yang baru. Hal itu
terbukti dalam novel bahwa N-ou yang tadinya seorang anak biasa, tumbuh dan
berkembang menjadi seorang remaja yang dipaksa bersikap dewasa sebab faktor
situasi dan kondisi yang ada.
Akhir dari novel ini sangat menggantung. Mengapa? Hal itu karena pembaca diharuskan
untuk membeli dan membaca novel setelah ini, yakni bertajuk Bibi Gil. Dalam novel ini
sosok Bibi Gil, yaitu guru dari Miss Selena pun ditampilkan.
Apabila dibandingkan dengan novel Selena dan Nebula, novel Si Putih ini cenderung
lebih membosankan. Hal itu karena dalam novel Selena dan Nebula mempunyai alur
cerita yang menarik bagi pembacanya, bernas akan intrik, dan sedikit plot twist. Akan
tetapi, hal-hal demikian tidak ditemukan dalam novel Si Putih. 

Pesan Moral Novel Si Putih karya Tere Liye


Terlepas dari kelemahan yang ada, novel Si Putih tentu memiliki berbagai nilai yang
dapat kita ambil dan pelajari. Salah satunya adalah kita harus paham betul bahwa di
dunia ini, segala kehidupan yang ada bukan hanya ditempati dan dijalani oleh manusia,
melainkan ada makhluk hidup lainnya, yakni hewan dan tumbuhan.
Dalam hal ini, kita sebagai pembaca akan mempelajari banyak hal terlebih mengenai
kehidupan yang mana pada kenyataannya selalu ada pihak yang ingin menang sendiri,
berbuat sewenang-wenangnya, serakah, dan menghalalkan segala cara agar dapat
menjadi seorang penguasa. Sementara, di sisi lainnya harus ada pihak yang tersakiti,
terasingkan, dan tertindas.
Akan tetapi, kita juga harus ingat, di balik kejahatan tentu kebenaranlah yang akan
selalu menang pada akhirnya. Dengan membaca novel ini, pembaca jadi terilhami dan
menyadari akan kehidupan di dunia berdasarkan perspektif yang berbeda.

Itulah Review Novel Si Putih karya Tere Liye. Apabila Grameds tertarik dan ingin


memperluas pengetahuan terkait bidang apapun atau ingin mencari novel dengan
berbagai genre, tentu kalian bisa temukan, beli, dan baca bukunya
di Gramedia.com  dan Gramedia Digital karena Gramedia senantiasa menjadi
#SahabatTanpaBatas bagi kalian yang ingin menimba ilmu.
Penulis: Tasya Talitha Nur Aurellia
Sumber: dari berbagai sumber

Namanya Seli, usianya 15 tahun, kelas sepuluh, dan dia salah satu teman baikku. Dia
sama seperti remaja yang lain. Menyukai hal yang sama, mendengarkan lagu-lagu yang
sama, pergi ke gerai fast food, menonton serial drama, film, dan hal-hal yang disukai
remaja.

Tetapi ada sebuah rahasia kecil Seli dan aku yang tidak pernah diketahui siapa pun.
Sesuatu yang kami simpan sendiri sejak kecil. Aku bisa menghilang dan Seli bisa
mengeluarkan petir. Dengan kekuatan itu, kami bertualang menuju tempat-tempat yang
menakjubkan.

Buku kedua dari serial “BUMI”

Anda mungkin juga menyukai