Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Dosen Pengampu :
Di Susun Oleh :
1. Sya’roni : 1610120009
JURUSAN TARBIYAH
TAHUN 2018
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1) Jelaskan pengertian Khulafaur Rasyidin !
2) Bagaimana peradaban Islam pada Masa Pemerintahan Abu Bakar Ash-
Shidiq ?
3) Bagaimana peradaban Islam pada Masa Pemerintahan Umar Bin Khatab ?
4) Bagaimana peradaban Islam pada Masa Pemerintahan Utsman Bin Affan ?
5) Bagaimana peradaban Islam pada Masa Pemerintahan Ali Bin Abi Thalib ?
6) Bagaimana peristiwa Tahkim yang terjadi pada Masa Ali Bin Abi Thalib ?
C. Tujuan
1) Agar mahasiswadapat memahami pengertian khulafaur Rasyidin
2) Agar mahasiswa dapat memhami peradaban Islam Pada Masa Pemerintahan
Abu Bakar Ash-Shidiq
3) Agar mahasiswa dapat memhami peradaban Islam Pada Masa Pemerintahan
Umar Bin Khatab
4) Agar mahasiswa dapat memhami peradaban Islam Pada Masa Pemerintahan
Utsman Bin Affan
5) Agar mahasiswa dapat memhami peradaban Islam Pada Masa Pemerintahan
Ali Bin Abi Thalib
6) Agar mahasiswa memahami peristiwa tahkim yang terjadi pada masa Ali
Bin Abi Thalib.
BAB II
PEMBAHASAN
1
Salabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam (Jakarta: pustaka Al husna, 1983) hal: 226
Kemajuan yang telah dicapai pada masa pemerintahan Abu Bakar selama kurang
lebih dua tahun, antara lain:
1. Perbaikan sosial (masyarakat).
Perbaikan sosial yang dilakukan Abu Bakar ialah usaha untuk
menciptakan stabilitas wilayah Islam dengan berhasilnya mengamankan tanah
Arab dari para penyeleweng (orang-orang murtad, nabi-nabi palsu dan orang-
orang yang enggan membayar zakat).
2. Perluasan dan pengembangan wilayah Islam.
Adapun usaha yang ditempuh untuk perluasan dan pengembangan wilayah
Islam Abu Bakar melakukan perluasan wilayah ke luar Jazirah Arab. Daerah yang
dituju adalah Irak dan Suriah yang berbatasan langsung dengan wilayah
kekuasaan Islam. Kedua daerah itu menurut Abu Bakar harus ditaklukkan dengan
tujuan untuk memantapkan keamanan wilayah Islam dari serbuan dua adikuasa,
yaitu Persia dan Bizantium
3. Pengumpulan ayat-ayat Al Qur’an.
Sedangkan usaha yang ditempuh untuk pengumpulan ayat-ayat Al Qur’an
adalah atas usul dari sahabat Umar bin Khattab yang merasa khawatir kehilangan
Al Qur’an setelah para sahabat yang hafal Al Qur’an banyak yang gugur dalam
peperangan, terutama waktu memerangi para nabi palsu. Alasan lain karena ayat-
ayat Al Qur’an banyak berserakan ada yang ditulis pada daun, kulit kayu, tulang
dan sebagainya. Hal ini dikhawatirkan mudah rusak dan hilang.
4. Sebagai kepala negara dan pemimpin umat Islam.
Kemajuan yang diemban sebagai kepala negara dan pemimpin umat Islam,
Abu Bakar senantiasa meneladani perilaku rasulullah SAW. Bahwa prinsip
musyawarah dalam pengambilan keputusan seperti yang dilakukan oleh Nabi
Muhammad SAW selalu dipraktekkannya. Ia sangat memperhatikan keadaan
rakyatnya dan tidak segan-segan membantu mereka yang kesulitan. Terhadap
sesama sahabat juga sangat besar perhatiannya.
5. Meningkatkan kesejahteraan umat.
Sedangkan kemajuan yang dicapai untuk meningkatkan kesejahteraan
umum, Abu Bakar membentuk lembaga “Baitul Mal”, semacam kas negara atau
lembaga keuangan. Pengelolaannya diserahkan kepada Abu Ubaidah, sahabat
Nabi SAW yang digelari “amin al-ummah” (kepercayaan umat). Selain itu
didirikan pula lembaga peradilan yang ketuanya dipercayakan kepada Umar bin
Khattab2Sebelum Abu Bakar Wafat, beliau sempat menunjuk Umar bin Khattab
sebagai khalifah yang berikutnya.
2. Khalifah Umar bin Khatthab ( 13-23 H/634 – 644 M )
Umar bin Khatthab memiliki nama lengkap Umar bin Khathab bin Nufail
bin Abd Al-Uzza bin Ribaah bin Abdillah bin Qart bin razail bin ‘Adi bin Ka’ab
bin Lu’ay, adalah khalifah kedua yang menggantikan Abu Bakar Ash-Shiddiq.[1]
Umar bin khattab lahir di Mekkah pada tahun 583 M, dua belas tahun lebih muda
dari Rasulullah Umar juga termasuk kelurga dari keturunan Bani Suku Ady (Bani
Ady).
Umar bin Khatthab adalah salah satu sahabat terbesar sepanjang sejarah
sesudah Nabi Muhammad SAW. Peranan umar dalam sejarah Islam masa
permulaan merupakan yang paling menonjol kerena perluasan wilayahnya,
disamping kebijakan-kebijakan politiknya yang lain. Adanya penaklukan besar-
besaran pada masa pemerintahan Umar merupakan fakta yang diakui
kebenarannya oleh para sejarahwan. Bahkan, ada yang mengatakan, bahwa jika
tidak karena penaklukan-penaklukan yang dilakukan pada masa Umar, Islam
belum tentu bisa berkembang seperti zaman sekarang.
Kekhalifahan Umar bin Khatthab
Masa kekhalifahan Umar bin Khatthab itu sepuluh tahun enam bulan,
yaitu dari tahun 13 H/634 M sampai dengan tahun 23 H/644 M, dan wafat karena
dibunuh diusia 63 tahun. Tragedi itu merupakan pembunuhan politik yang
pertama didalam sejarah Islam.
Masa pemerintahannya yang sepuluh tahun itu paling sibuk dan paling
menentukan bagi masa depan selanjutnya. Pada masa pemerintahannya itu
imperium Roma Timur (Byzantium) kehilangan bagian terbesar dari wilayah
kekuasaannya pada pesisir barat Asia dan pesisir utara Afrika. Pada masa
pemerintahannya kekuasaan Islam mengambil alih kekuasaan didalam seluruh
wilayah imperium Parsi sampai perbatasan Asia Tengah.
2
Maidir harun, Sejarah Peradaban Islam, (Padang : 2001), hal. 52
Seperti halnya dengan khalifah Abu Bakar, ia tinggal dirumah biasa dan hidup
sebagai rakyat biasa di Madinah al-Munawwaroh. Dengan kesederhanaannya itu
ia disegani oleh segala pihak dan ditakuti oleh lawan dengan sangat takzim.
Kemajuan yang diraih dimasa Umar
Selama pemerintahan Umar, kekuasaan Islam tumbuh dengan sangat
pesat. Islam mengambil alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti
Sassanid dari Persia (yang mengakhiri masa kekaisaran sassanid) serta mengambil
alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari kekaisaran Romawi
(Byzantium). Saat itu ada dua negara adi daya yaitu Persia dan Romawi. Namun
keduanya telah ditaklukkan Islam pada jaman Umar. Sejarah mencatat banyak
pertempuran besar yang menjadi awal penaklukan ini. Pada pertempuran Yarmuk,
yang terjadi di dekat Damaskus. 20 ribu pasukan Islam mengalahkan pasukan
Romawi yang mencapai 70 ribu dan mengakhiri kekuasaan Romawi di Asia Kecil
bagian selatan.
Umar melakukan banyak reformasi secara administratif dan mengontrol
dari dekat kebijakan publik, termasuk membangun sistem administratif untuk
daerah yang baru ditaklukkan. Ia juga memerintahkan diselenggarakannya sensus
di seluruh wilayah kekuasaan Islam. Tahun 638, ia memerintahkan untuk
memperluas dan merenovasi Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di
Madinah. Ia juga memulai proses kodifikasi hukum Islam. Umar dikenal dari gaya
hidupnya yang sederhana, alih-alih mengadopsi gaya hidup dan penampilan para
penguasa di zaman itu, ia tetap hidup sangat sederhana.
Pada sekitar tahun ke 17 Hijriah, tahun ke-empat kekhalifahannya, Umar
mengeluarkan keputusan bahwa penanggalan Islam hendaknya mulai dihitung
saat peristiwa hijrah. Secara garis besar seperti berikut ini :
1. Peletak dasar-dasar administrasi Negara atau pemerintahan Islam.
2. Industry dan pertanian mengalami kemajuan yg pesat.
3. Kemajuan dalam bidang keilmuan umat islam.
4. Ekspansi ke luar daerah islam besar-besaran.
5. Mengadakan baitul maal.
Kemudian setelah khalifah Umar wafat, Islam dipimpin oleh Khalifah Usman
dengan pemilihan yang dilakukan oleh dewan syuura yang dibentuk oleh Khalifah
Umar.
3. Khalifah Usman bin Affan ( 23 – 35 H/ 646 – 656 M )
Usman ibn ‘Affan ibn Abdillah ibn Umayyah ibn ‘Abdi Syams ibn Abdi
mannaf ibn Qushayi lahir pada tahun 576 M di Thaif. Ibunya adalah Urwah,
putrinya Ummu hakim al-Baidha, putri Abdul muttalib, nenek nabi SAW.
Ayahnya ‘Affan adalah seorang saudagar yang kaya raya dari suku Quraisy-
Umayyah. Usman ibn ‘Affan menikah dengan dua orang putri Rosulullah SAW,
yaitu Roqayyah dan Ummu kulsum, sehingga ia mendapat julukan Dzu al-Nurain.
Kekhalifahan Usman bin Affan
Dalam menjadi khalifah Usman ibn ‘Affan dipilih melalui majelis khusus
yang dibentuk oleh Umar ibn Khottob. Majelis atau panitia pemilihan itu terdiri
dari enam sahabat dari berbagai kelompok sosial yang ada. Mereka adalah Ali bin
Abi thalib, Usman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Zubair, Sa’ad bin Abi
waqas, dan Thalhah. Namun pada saat pemilihan berlangsung, Thalhah tidak
sempat hadir, sehingga lima dari enam anggota panitia yang melakukan
pemilihan.
Setelah kaum muslim bersepakat membaiat Usman bin Affan sebagai
khalifah ketiga setelah Abu Bakar al-shiddiq r.a. dan Umar bin Khattab r.a. ketika
ditinggalkan oleh Umar bin Khattab, umat islam berada dalam keadaan yang
makmur dan bahagia. Kawasan dunia muslimpun telah bertambah luas. Khalifah
Umar berhasil menciptakan stabilitas sosial politik didalam negeri sehingga ia
dapat membagi perhatiannya untuk memperluas wilayah islam.
Sejarah mencatat tidak seluruh masa kekuasaannya menjadi saat yang baik
dan sukses bagi beliau. Para pencatat sejarah membagi masa pemerintahan
menjadi dua periode. Enam periode pertama menjadi masa pemerintahan yang
baik dan masa pemerintahan yang enam tahun kedua menjadi pemerintahan yang
buruk.3
Periode pertama Usman menjabat sebagai khalifah, ia meneruskan
sebagian besar garis politik Umar. Ia melakukan berbagai Ekspedisi untuk
3
Al – Baladeuri, Futuhim Bul dan V, Maktabah an – Nahdah, al – Wisriyah, hlm. 25 - 26
mendapatkan wilayah-wilayah baru. Perluasan itu memunculkan situasi sosial
yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Periode kedua Ustman bin Affan muncul
perasaan yang tidak puas dan kecewa dari kalangan umat Islam. Hal ini
dikarenakan salah satunya telah tumbuh nepotisme dalam masa pemerintahnnya.
Ustman bin Affan kebijaksanaanya mengangkat keluarga dalam kedudukan tinggi.
Mungkin karena usia Ustman yang sudah tua, setelah banyak anggota keluarganya
yang duduk dalam jabatan – jabatan penting, Utsman laksana boneka, dia tidak
banyak komentar dan juga beliau tidak tegas terhadap orang – orang bawahan.
Jadi dengan tidak tegasnya Ustman dalam pemerintahannya akhirnya tidak
mampu membebaskan diri sepenuhnya dari pengaruh keluarga Umayyah yang
mengitari dirinya, sehingga dalam literatur politik pada masa pemerintahan
Ustman tidak terealisasi dengan baik.4
Kemajuan yang diraih dimasa Usman
1. Pembukuan Al-Quran pada akhir 24 H.
2. Penyatuan Qiraat Quraisy.
3. Ekspansi wilayah Islam.
4. Perluasan Masjid Nabawi dan Masjidil Haram.
Situasi politik pada masa akhir pemerintahan Utsman semain mencekam dan
timbul banyak pemberontakan – pemberontakan yang mengakibatkan
terbunuhnya Utsman bin Affan.
4. Ali bin Abi Thalib ( 36 – 41 H / 656 – 661 M )
Khlifah keempat adalah Ali bin Abi Thalib. Ali adalah keponakan dan menantu
Nabi. Ali adalah putra Abi Thalid bin Abdul Muthalib. Ali adalah seseorang yang
memiliki kelebihan, selain itu ia adalah pemegang kekuasaan. perumus kebijakan
dengan wawasan yang jauh ke depan. Ia adalah pahlawan yang gagah berani,
penasehat yang bijaksana, penasihat hukum yang ulung dan pemegang teguh
tradisi, seorng sahabat sejati, dan seorang lawan yang dermawan. Ia telah bekerja
keras sampai akhir hayatnya dan merupakan orang kedua yang berpengaruh
setelah Nabi Muhammad5
4
Dr. Fatah Syukur. Sejarah Peradaban Islam.hlm. 55
5
Samsul Munir Amin.Hlm. 109
Kekhalifahan Ali bin Abi Thalib.
Setelah Usman wafat, masyarakat beramai-ramai membaiat Ali bin Abi Thalib
sebagai khalifah. Ali memerintah hanya enam tahun. Selama masa
pemerintahannya, ia menghadapi berbagai pergolakan. Tidak ada masa sedikit pun
dalam pemerintahannya yang dapat dikatakan setabil. Setelah menduduki jabatan
khalifah, Ali memecat para gubernur yang di angkat oleh Usman. Dia yakin
bahwa pemberontakan-pemberontakan terjadi karena keteledoran mereka. Dia
juga menarik kembali tanah yang dihadiahkan Usman kepada penduduk dengan
menyerahkan hasil pendapatannya kepada negara, dan memakai kembali sistem
distribusi pajak tahunan dia antara orang-orang Islam sebagaimana pernah
ditetapkan Umar.
Kemajuan yang diraih dimasa Ali
Dikalangan kaum muslim dibeberapa daerah, terutama di Basrah, Mesir, dan
Kuffah, pada masa akhir kepemimpinan khalifah Utsman bin Affan terjadi fitnah
besar-besaran. Fitnah tersebut sengaja disebarkan oleh kaum munafik yang
dipimpin oleh Abdullah bin Saba. Fitnah tersebut berhasil menghasud beberapa
pihak untuk memberontak dan menuntut mundurnya khalifah Utsman bin Affan.
Suatu ketika para pemberontak berhasil menyerbu rumah khalifah Utsman bin
Affan dan membunuhnya. Saat Kejadian tersebut, khalifah Utsman bin Affan
sedang menjalani puasa sunah dan membaca Al-qur’an.
Muslimin dalam kesedihan yang sangat mendalam, dan dalam kebingungan
setelah kematian Utsman. Selama lima hari berikutnya mereka tanpa pemimpin.
Sejarah sedang kosong buat madinah, selain pemberontakan yang selama itu pula
membuat kekacauan dan menanamkan ketakutan di hati orang.
Kaum pemberontak mengadakan pendekatan kepada Ali bin Abi thalib dengan
maksud mendukungnya sebagai khalifah, dipelopori oleh Al-Gafiqi dari
pemberontakan mesir sebagai kelompok besar. Tetapi Ali menolak. Setelah
kematian khalifah Utsman tak ada lagi oarang yang pantas menjadi khalifah dari
pada Ali bin abi thalib. Dalam kenyataannya Ali memang merupakan tokoh yang
paling populer saat itu. Disamping itu, memang tak ada seorang pun yang
mengklaim atau mau tampil mencalonkan diri menjadi khalifah untuk
menggantikan Utsman bin Affan termasuk Mu’awiyah bin Abi Sofyan selain nabi
Ali bin Abi Thalib. Di samping itu mayoritas umat muslimin di madinah dan kota-
kota besar lainnya sudah memberikan pilihan kepada Ali, kendati ada juga
beberapa kalangan, kebanyakan dari Bani Umayyah yang tidak mau membai’at
Ali, dan sebagian dari mereka ada yang pergi ke suria6
Sepeninggal Usman bin Affan dalam kondisi kacau, kaum muslimin meminta Ali
bin Abi Thalib untuk menjadi khalifah. Akan tetapi Muawiyah menolak usulan
tersebut, karena keluarga besar khalifah Utsman bin Affan (Muawiyah bin Abi
Sofyan) menuntut pembunuh khalifah Usman bin Affan ditangkap terlebih
dahulu.
Sedangkan pihak Ali berpendapat bahwa masalah kepemimpinan sebaiknya
diselesaikan terlebih dahulu, setelah itu barulah pembunuh khalifah Usman bin
Affan dicari bersama-sama. Perbedaan pendapat tersebut menjadi awal pecahnya
persatuan kaum muslimin saat itu. Akhirnya Ali bin Abi Thalib tetap diangkat
sebagai khalifah.
Prestasi-prestasi khalifah Ali bin Abi Thalib adalah sebagai berikut7
1. Memajukan dalam bidang ilmu bahasa
Pemerintahan wilaya islam pada masa khalifah ali bin abi thalib sudah mencapai
india. Akan tetapi pada saat itu, penulisan huruf ijayyah belum dilengkapi dengan
tanda baca, seperti kasrah, fathah, dhammad dan syaddah, sehingga menyebabkan
banyaknya kesalahan-kesalahan bacaan teks Al-qur’an dan hadits di daerah-
daerah yang jauh dari jazirah Arab.
Untuk menghindari kesalahan fatal dalam membaca Al-qur’an dan hadits,
khalifah ali bin abi thalib memerintahkan abu aswad ad-duali untuk
mengembangkan pokok-pokok ilmu nahwu, yaitu ilmu yang mempelajari tata
bahasa Arab.
2. Membenahi keuangan negara (baitul mal)
6
Ali Audah, Ali bin Abi Thalib Sampai kepada Hasan dan Husen. Cet ke-6. (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 2008)
Hlm. 187
7
Ali Mahfudz, “Sejarah Kebudayaan Islam untuk Madrasah Tsanawiyah”(Surakarta: Udo Brother, 2013) hlm. 22-23
Harta pejabat yang diperolehnya dengan cara yang tidak benar disita oleh khalifah
ali bin abi thalib. Harta tersebut kemudian disimpan di baitul mal dan digunakan
untuk kesejahteraan rakyat.
3. Mengganti pejabat yang kurang konsisten
Para pejabat yang kurang konsisten dalam bekerja, semuanya diperbaiki dan
diganti oleh khalifah ali bin abi thalib. Akan tetapi, pejabat-pejabat yang diganti
tersebut banyak yang dari keluarga khalifah usman bin affan (bani umayyah).
Akibatnya makin banyak kalangan bani umayyah yang tidak menyukai khalifah
ali bin abi thalib.
4. Bidang pembangunan
Pembangunan kota Kuffah telah menjadi perhatian khusus bagi khalifah ali bin
abi thalib. Pada awalnya, kota Kuffah disiapkan untuk pusat pertahanan oleh
Mu’awiyah bin abi Sofyan. Akan tetapi kota Kuffah kemudian berkembang
menjadi pusat ilmu tafsir, ilmu hadits, ilmu nahwu, dan ilmu pengetaahuan
lainnya. Perselisihan antar pendukung khalifah ali bin abi thalib dan Mu’awiyah
bin abu Sofyan mengalami berakhirnya pemerintahan islam di bawah
Khulafaurrasyidin. Para ahli sejarah menyatakan bahwa pemerintah islam yang
paling mendekati masa pemerintahan Rasulullah saw.
6. Peristiwa Tahkim Pada Masa Ali Bin Abi Thalib
Konflik politik antara Ali Bin Abi Thalib dengan Muawiyah Bin Abi Sufyan
diakhiri dengan tahkim. Dari pihak Ali Bin Abi Thalib mengutus seorang ulama
yang terkenal dengan sangat baik dan jujur tetapi tidak cerdik dalam hal
politikyaitu Abu Musa Al Asyari, sebaliknya dari pihak Muawiyah Bin Abi
Sufyan mengutus seorang yang sangat terkenal dan sangat cerdik dalam berpolitik
yaitu Amr bin Ash.
Dalam Tahkim tersebut, pihak Ali bin Abi Thalib dirugikan oleh pihak
Muawiyah bin Abi Sufyan karena kecerdikan Amr bin Ash yang dapat
mengalahkan Abu Musa Al Asyari. Pendukung Ali bin Abi Thalib, kemudian
terpecah belah menjadi dua, yaitu kelompok pertama adalah mereka yang secara
terpaksa menghadapi hasil Tahkim dan mereka tetap setia kepada Ali bin Abi
Thalib, sedangkan kelompok yang kedua adalah kelompok yang menolak hasil
Tahkim dankecewa terhadap kepemimpinan Ali bin Abi Thalib yang kemudia
melakukan gerakan perlawanan terhadap semua pihak yang terlibat dalam
Tahkim, termasuk Ali bin Abi Thalib8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Islam dimasa Khulafaur Rasyidin mengalami berbagai macam kemajuan
di berbagai bidang. Meski ada beberapa permasalahan yang harus mereka hadapi.
Masa Khulafaur Rasyidin inilah yang mengawali kemajuan Islam dimasa
setelahnya.
Yang paling terkenal pada masa Ali bin Abi Thalib adalah peristiwa
Tahkim yaitu antara Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah bin Abi Sufyan. Dari pihak
Ali Bin Abi Thalib mengutus seorang ulama yang terkenal dengan sangat baik dan
jujur tetapi tidak cerdik dalam hal politikyaitu Abu Musa Al Asyari, sebaliknya
dari pihak Muawiyah Bin Abi Sufyan mengutus seorang yang sangat terkenal dan
sangat cerdik dalam berpolitik yaitu Amr bin Ash.
Dalam Tahkim tersebut, pihak Ali bin Abi Thalib dirugikan oleh pihak
Muawiyah bin Abi Sufyan karena kecerdikan Amr bin Ash yang dapat
mengalahkan Abu Musa Al Asyari. Pendukung Ali bin Abi Thalib, kemudian
terpecah belah menjadi dua, yaitu kelompok pertama adalah mereka yang secara
terpaksa menghadapi hasil Tahkim dan mereka tetap setia kepada Ali bin Abi
Thalib, sedangkan kelompok yang kedua adalah kelompok yang menolak hasil
Tahkim dankecewa terhadap kepemimpinan Ali bin Abi Thalib yang kemudia
melakukan gerakan perlawanan terhadap semua pihak yang terlibat dalam
Tahkim, termasuk Ali bin Abi Thalib.
B. Hikmah
1. Dengan melihat perjuangan para khulafaur Rasyidin kita sebagai calon
pemimpin umat baik masyarakat agama, bangsa dan negara kita bisa
mencontoh cara berjuang beliau semua, dan bisa menjadi tolak ukur
kepemimpinan beliau semua.
8
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam (Bandung : CV Pustaka Setia, 2008 )hal. 90-91
2. Dari kegagalan beliau kita semua dapat mengantisipasinya dan berusaha
supaya tidak terjadi pada masa sekarang.
3. Dari pengalaman masa khalifah Utsman bin Affan kita tidak mengulang
perilaku beliau yang nepotisme dalam pemerintahan.
4. Dari peristiwa Tahkim kita bisa lebih berhati terhadap orang yang licik dan
cerdik dalam berpolitik yang bermaksud ingin memecah belah agama islam
saja.
5. Dari peristiwa tahkim pula kita dituntut untuk belajar tidak hanya cerdas dalam
hal agama saja tetapi juga harus cerdas dalam hal politik juga.
DAFTAR PUSTAKA