Anda di halaman 1dari 2

Teori struktural proses adalah bahwa jika masyarakat tidak setara, Maka manusia tidak hanya

dihambat oleh norma-norma dan nilai-nilai yang dipelajari melalui sosialisasi. Teori teori ini
berpendapat bahwa manusia juga dibatasi oleh kemudahan yang dia miliki oleh posisinya
dalam struktur ketidak setaraan dalam masyarakat mereka. Ini menekankan pengaruh
perilaku dari distribusi kemudahan yang tidak merata yang dalam masyarakat biasanya
dikaitkan dengan teori struktural konflik. Ada beragam struktur ketidak setaraan di
masyarakat. Kelompok etnik mungkin tidak setara, muda dan tua mungkin tidak setara, laki-
laki dan perempuan mungkin tidak setara, orang-orang yang berbeda agama bisa tidak setara,
dan seterusnya. Kemudahan yang tidak setara yang melekat pada kelompok tersebut juga
bermacam-macam. Berbagai kelompok bisa memiliki kekuasaan, wewenang, prestise,
kekayaan, atau kombinasi unsur-unsur tersebut dengan kemudahan lainnya.
Berbeda dengan berbagai pusat perhatian teori konflik berbasis ketidak setaraan, dan
bermacam kemudahan yang mereka anggap tersebar tidak merata, teori-teori tersebut
memiliki kesamaan aksioma bahwa asal-usul dan persistensi struktur ketidak setaraan terletak
pada dominan atas kelompok-kelompok yang tidak beruntung itu oleh kelompok-kelompok
yang beruntung. Disebut teori konflik demikian karena bagi teori-teori ini, yang melekat pada
masyarakat yang tidak setara adalah konflik kepentingan yang tidak terhindari antara yang
berpunya dan yang tidak berpunya.
Konflik menurut turner memiliki makna bipolaritas. Eksploitasi kelas sosial tertentu di bawah
situasi yang diciptakan oleh pertumbuhan ekonomi dengan eksistensinya yang senantiasa
menimbulkan kepentingan tertentu dan pada saat yang lain ia menciptakan revolusi dalam
wilayah organisasi politik dengan orientasi melawan kelompok dominan dan pemilik modal
dalam struktur kelas yang berjalan. Belakang titik yang muncul dan menentang asumsi dasar
ini keseluruhannya meneguhkan bahwa identitas masyarakat pada kependudukannya
melampaui daripada sekedar organisasi ekonomi dan pola dari pemilik modal, konflik sosial
jarang terpolarisasi sebagai bagian dari keseluruhan hidup masyarakat, dalam masyarakat
tidak selalu berpadu dengan kedudukan dalam kelas, hubungan yang erat dalam masyarakat
tidak selamanya menunjukkan ikatan yang erat pula dalam kepemilikan harta benda, dan
konflik dalam kehidupan sosial tidak selamanya bertujuan untuk perubahan sosial, dialektika
sosial, atau lainnya.
Kemunculan konflik dalam kehidupan sosial bertujuan untuk menciptakan fungsi sosial yang
ideal. Berpijak kepada kerangka dasar ilmiah plummer mengutarakan bahwa Thomas Hobbes
telah tenggelam dalam perdebatan mengenai perang sipil dan revolusi Ketika menulis buku
yang berjudul leviathan pada tahun 1651. Dalam pandangannya menjelaskan bahwa demi
menciptakan fungsi sosial yang ideal diperlukan adanya pemerintahan yang kuat. Tanpa
pemerintahan yang kuat dibiarkan dalam sebuah negara yang alami maka kehidupan mereka
akan terpencil, miskin, rapi, sarkoma dan tidak panjang umur. Meskipun jika kepentingan
pribadi masyarakat dapat ditekan, pemerintah yang kuat tetap dibutuhkan demi terciptanya
fungsi sosial ideal. Perdebatan munculnya hingga mencapai puncaknya pada konflik
berikutnya dalam revolusi Rusia dan Perancis, dan menciptakan keadaan yang banyak
menjadi perdebatan hingga sekarang, yaitu demokrasi.
Berbicara kepada analisis Turner bahwa Sejak tahun 1950 an, disaat pokok-pokok pemikiran
Talcott Parsons runtuh, tradisi kritik mulai mengambil peranan signifikan dalam bangunan
kajian sosial. Teori fungsional dalam kajian sosiologi sebagai varian pemikiran yang
dibangun oleh Parsons dianggap sebagai salah satu penyebab munculnya realitas alamiah
konflik dalam realitas sosial. Fakta ini pula yang dikemukakan oleh David Lockwood
sebagaimana dijelaskan oleh tanor bahwa perspektif yang dibangun oleh parsons dalam
rangka menciptakan keseimbangan sosial sosial equilibrium, pada sisi yang lain telah
menciptakan perseteruan konseptual dalam dunia sosial. Perspektif keseimbangan sosial
social equilibrium yang dibangun oleh persen per titik pijak pada beberapa prinsip dasar
teoritis. Dasar pemikiran yang dikembangkan pers menurut giddens dan Turner di tingkatan
Teori adalah integrasi antara metodologi ideografis, tipe ideal, nomologis dan
konstruktivistik. Dalam menyimpulkan terhadap analisis pemikiran parsons tersebut, giddens
dan Turner menjelaskan bahwa masing-masing dari bentuk prosedural tersebut dapat
dianalisis dengan varian positivistik maupun idealistik. Langkah-langkah yang perlu
diwujudkan sebagai kelanjutan dari kondisi ini adalah menempatkan penghubung antara
metode-metode kausal dan teleonomik positivistik, dengan metode-metode idealistik yang
menyoroti aspek normatif dan dunia kehidupan atau interpretasi rasional.
Idealistik terima dan integrasi teoritis yang dibangun oleh Parsons di atas pada tingkatan yang
berbeda ditolak eksistensinya oleh Marx. Marx berpendapat bahwa perubahan dalam
masyarakat politik tolak dari hatinya revolusi dalam kehidupan mereka. Fakta ini Senada
dengan pernyataan Nisbet dalam Ekeh Mengapa pada abad ke-19 terjadi Interaksi yang cukup
menekan terhadap realitas individualistik yang terjadi di Eropa. Para sosiolog dari Eropa
berpikir secara fundamental bahwa pokok pengetahuan yang bisa jelaskan terhadap masalah
kepentingan order dimulai dari runtuhnya rezim lama dan dihembuskannya semangat
revolutif dalam demokrasi. Perbuatan radikal yang muncul adalah timbulnya gerakan revolusi
industri di Perancis.

Anda mungkin juga menyukai