Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keselamatan pada dasarnya adalah kebutuhan setiap manusia dan menjadi
naluri dari setiap manusia dan menjadi naluri setiap makhluk hidup. Sejalan
dengan perkembangan peradaban manusia, tantangan dan potensi bahaya yang
dihadapi semakin banyak dan beragam termasuk bahaya yang timbul akibat
perbuatan manusia itu sendiri (man made hazard). Berbagai alat dan teknologi
buatan manusia di samping bermanfaat juga menimbulkan bencana atau
kecelakaan. Hal serupa juga terjadi di tempat kerja. Penggunaan mesin, alat kerja,
material dan proses produksi telah menjadi sumber bahaya yang dapat
mencelakakan (Ramli, 2015).
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu permasalahan yang
banyak menyita perhatian berbagai organisasi saat ini karena mencakup
permasalahan segi perikemanusiaan, biaya dan manfaat ekonomi, aspek hukum,
pertanggung jawaban serta citra organisasi itu sendiri. Semua hal tersebut
mempunyai tingkat kepentingan yang sama besarnya walaupun disana sini
memang terjadi perubahan perilaku, baik di dalam lingkungan sendiri maupun
faktor lain yang masuk dari unsur eksternal industri (Ervianto, 2005).
Di sektor Industri salah satu yang memiliki potensi bahaya yaitu pekerjaan
konstruksi,pekerjaan konstruksi sendiri contohnya pembangunan gedung. Proses
pembangunan proyek konstruksi gedung pada umumnya merupakan kegiatan
yang banyak mengandung unsur bahaya. Situasi dalam lokasi proyek
mencerminkan karakter yang keras dan kegiatannya terlihat sangat kompleks dan
sulit dilaksanakan sehingga dibutuhkan stamina yang prima dari pekerja yang
melaksanakannya. Namun tidak dapat di pungkiri bahwa pekerjaan konstruksi ini
merupakan penyumbang angka kecelakaan yang cukup tinggi. Banyaknya kasus
kecelakaan kerja serta penyakit akibat kerja sangat merugikan banyak pihak
terutama tenaga kerja yang bersangkutan (Ervianto, 2005).
Riset yang dilakukan badan dunia International Labour Organization
(ILO)menghasilkan kesimpulan,setiap hari rata-rata 6.300 orang meninggal, setara

1
dengan satu orang setiap 15 detik atau 2,3 juta orang per tahun akibat sakit atau
kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan mereka dan 317 juta kecelakaan
terjadi di tempat kerja setiap tahun. Berdasarkan data International Labour
Organization(ILO) tahun 2017 bahwa setiap tahun lebih dari 1,1 juta orang
meninggal karena kecelakaan kerja atau penyakit terkait pekerjaan di Asia dan
Pasifik. Kecelakaan dan penyakit akibat kerja tidak hanya berdampak pada
kehidupan pekerja individu tetapi juga pada produktivitas dan keuntungan
perusahaan.Pemerintah, pekerja dan pengusaha di Asia dan Pasifik meningkatkan
usaha mereka untuk mencegah kecelakaan dan penyakit di tempat kerja (ILO,
2017).
Kasus yang pernah terjadi di industri konstruksi khususnya pada pekerjaan
ketinggian adalah kasus kecelakaan kerja yang terjadi pada proyek pembangunan
Apartment North Land Ancol, Pademangan Barat, Jakarta Utara pada Desember
2013. 3 orang pekerja tewas setelah terjatuh dari lantai 25, saat itu para pekerja
sedang memindahkan material dari atas truk ke lantai 25 dengan crane dan
ketiganya terperosok kemudian terjatuh ke lantai dasar (Detik News, 2013).
Kasus kecelakaan kerja di ketinggian terjadi juga di Cilegon pada Agustus
2018. Kecelakaan kerja terjadi di kawasan PT. Indoferro yang menewaskan
seorang pekerja yang sedang melakukan pekerjaan pemasangan atap dan terjatuh
dari ketinggian sekitar 6 meter. Pihak perusahaan menduga pihak subkontraktor
tidak menerapkan Standard Operating Procedure (SOP) perusahaan (Banten
News, 2018).
Kasus kecelakaan kerja yang terjadi pada pekerjaan bekisting yaitu
kecelakaan kerja terjadi di areal pembangunan Bandara Syamsuddin Noor
Banjarbaru, Sabtu 9 Maret 2019 sekitar pukul 04.15 Wita. Satu pekerja
dikabarkan tewas. kecelakaan kerja tersebut terjadi ketika Pengerjaan pengecoran
plat lantai di area Pier Lantai II oleh PT.PP Wika Kso.Dalam informasi yang di
terima BPost dalam pengecoran melibatkan enam orang dari tim mandor
wisnu.kemudian pada pukul 04.00 WITA. Pengerjaan cor telah selesai dan
memasuki tahap penggosokan. Tak lama kemudian terjadi keruntuhan bekisting di
area pengecoran, sehingga tiga orang ketiban jatuh ke dalam runtuhan bekisting.
Dugaan sementara Kecelakaan kerja tersebut terjadi dikarenakan pergeseran tanah

2
yang menyebabkan tiang perancah penopang plat lantai bergeser sehingga
menyebabkan lantai yang dicor ambruk (banjarmasin.tribunnews 2019).
Salah satu perusahaan yang menyelenggarakan kegiatan usaha di sektor
konstruksi terutama pekerjaan bekisting yaitu PT Beton Konstruksi Wijaksana
merupakan perusahaan Sub Kontraktor Bekisting terbesar di Indonesia yang
didukung tenaga-tenaga profesional yang berpengalaman dibidang bekisting dan
dilengkapi dengan Sistem Manajemen Operasional yang tertata rapih dalam upaya
menjamin kepastian waktu penyelesaian proyek serta mencapai mutu permukaan
beton yang disyaratkan. Potensi bahaya dapat bersumber dari manusia,alat dan
lingkungan yang berkaitan dengan kegiatan di PT. Beton Konstruksi
Wijaksana.Dengan bahaya yang sangat tinggi dan lingkungan kerja sangatlah
rentan terhadap kesehatan dan keselamatan.
Angka kejadian kecelakaan kerja di PT. Beton Konstruksi Wijaksana
menurut data insiden kecelakaan, kategori ringan terjadi sebanyak 67%(4),
kategori sedang terjadi sebanyak 33%(2), kejadian yang disebabkan oleh Unsafe
Action dimana tindakan-tindakan yang tidak aman dan berbahaya bagi pekerja
seperti bekerja tidak melaksanakan prosedur kerja dengan baik, mengerjakan
pekerjaan yang tidak sesuai skill dan lain-lain, dan juga disebabkan oleh Unsafe
Condition kondisi-kondisi yang tidak aman dan berbahaya bagi pekerja seperti
APD tidak sesuai Standar, kebisingan, waktu dan jam kerja yang berlebihan,
kondisi lingkungan yang tidak memenuhi standar dan lain-lain.
Unsafe action dan Unsafe condition dapat dikendalikan dengan suatu
metode sistematis yaitu dengan metode HIRARC(Hazard Identification Risk
Assessment and Risk Control). HIRARC diperlukan sebagai langkah awal untuk
melakukan pekerjaan atau kegiatan. Metode ini dapat memudahkan untuk
mengidentifikasi bahaya dan menilai tingkat risiko yang ada di tempat kerja serta
menentukan pengendalian dimulai dari tingkat risiko yang tertinggi.
Metode ini terdiri dari serangkaian implementasi Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) dimulai dengan perencanaan yang baik meliputi
identifikasi bahaya, memperkirakan risiko, dan menentukan langkah-langkah
pengendalian berdasarkan data yang dikumpulkan dalam rangka untuk
memperoleh model HIRARC komprehensif untuk kekuatan studi (Budiono,

3
2003). Metode HIRARC inilah yang menentukan arah penerapan K3 dalam
perusahaan sehingga perusahaan nantinya akan dapat menyelesaikan
permasalahan yang timbul,terutama masalah manajemen dalam perusahaan
tersebut. Tujuan dari HIRARC adalah untuk mengidentifikasi bahaya, untuk
menentukan tingkat keparahan dari risiko, serta memungkinkan pengusaha untuk
untuk merencanakan, memperkenalkan dan memantau langkah-langkah
pencegahan untuk memastikan bahwa risiko secara memadai dapat dikendalikan
setiap saat.
Maka apabila HIRARC tidak dilakukan perusahaan tidak dapat
mengidentifikasi bahaya yang berhubungan dengan proses pelaksanaan kerja,
kesulitan dalam mengidentifikasi pola pengendalian yang efektif sehingga angka
kecelakaan kerja tidak dapat dikontrol, (Departement of Occupational Safety and
Health Ministry of Human Resources Malaysia, 2008).
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan
pengamatan Implementasi Hazard Identification Risk Assessment and Risk
Control (HIRARC) pada pekerjaan bekisting di PT Beton Konstruksi Wijaksana.

1.2 Tujuan Magang


1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui implementasi Hazard Identification Risk Assessment and
Risk Control (HIRARC) pada pekerjaan bekisting di PT. Beton Konstruksi
Wijaksana Tahun 2019.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui profil perusahaan PT. Beton Konstruksi Wijaksana
Tahun 2019.
2. Untuk mengetahui gambaran departement Safety Health Quality di PT.
Beton Konstruksi Wijaksana Tahun 2019.
3. Untuk mengetahui gambaran input implementasi Hazard Identification Risk
Assessment and Risk Control (HIRARC) pada pekerjaan bekisting di PT.
Beton Konstruksi Wijaksana Tahun 2019.

4
4. Untuk mengetahui gambaran proses implementasi Hazard Identification
Risk Assessment and Risk Control (HIRARC) pada pekerjaan bekisting di
PT. Beton Konstruksi Wijaksana Tahun 2019.
5. Untuk mengetahui gambaran output implementasi Hazard Identification
Risk Assessment and Risk Control (HIRARC) pada pekerjaan bekisting di
PT. Beton Konstruksi Wijaksana Tahun 2019.

1.3. Manfaat Penelitian


1.3.1 Bagi Mahasiswa
1. Mengetahui profil perusahaan di PT. Beton Konstruksi Wijaksana Tahun
2019.
2. Mengetahui gambaran departemen Safety Health Quality di PT. Beton
Konstruksi Wijaksana tahun 2019.
3. Mengetahui gambaran input implementasi Hazard Identification Risk
Assessment and Risk Control (HIRARC) pada pekerjaan bekisting di PT.
Beton Konstruksi Wijaksana Tahun 2019.
4. Mengetahui gambaran proses implementasi implementasi Hazard
Identification Risk Assessment and Risk Control (HIRARC) di PT. Beton
Konstruksi Wijaksana Tahun 2019.
5. Mengetahui gambaran output implementasi Hazard Identification Risk
Assessment and Risk Control (HIRARC) pada pekerjaan bekisting di PT.
Beton Konstruksi Wijaksana Tahun 2019.
1.3.2 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Esa Unggul
1. Sebagai sarana menjalin kerja sama dan hubungan yang baik antara Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Esa Unggul dengan PT. Beton
Konstruksi Wijaksana.
2. Sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas lulusan serta meningkatkan
mutu pendidikan dengan terlibatnya tenaga lapangan dalam kegiatan
magang.

5
1.3.3 Bagi Perusahaan
1. Data hasil dapat menjadi bahan evaluasi dan masukkan di PT. Beton
Konstruksi Wijaksana.
2. Meningkatkan relasi dan terjalin kerjasama yang baik antara perusahaan
dengan pihak institusi pendidikan dalam peningkatan sumber daya manusia
sebagai sarana promosi bagi lingkungan pendidikan khususnya.

Anda mungkin juga menyukai