Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KEBUTUHAN AFILIASI DAN PERSAHABATAN

Dosen pengampuh : Nur Hasanah Ismatullah, M.Pd, M.Si

Disusun Oleh :

1. Ade Julia Ningsih Pua Dawe (21010221)


2. Fakhry Muhammad Zilan (21010217)
3. Syarif Hidayatullah (21010182)

PRODI ILMU ADMINISTRASI NEGARA


SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
“SYAMSUL ULUM”
2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini dengan lancar sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Sholawat
serta salam senantiasa kami haturkan kepada junjungan alam Nabi besar
Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya hingga akhirul zaman.

Adapun topik dari makalah ini adalah membahas tentang “KEBUTUHAN


AFILIASI DAN PERSAHABATAN” yang dibuat sebagai tugas kelompok dari
mata kuliah Psikologi Sosial.

Pada kesempatan ini tidak lupa kami mengucapkan banyak terimaksih


kepada dosen pengampuh yang telah memberikan kesempatan berpikir kepada
kami, dan semua pihak yang telah mendukung penulisan makalah ini sehingga
makalah ini dapat dijadikan referensi bagi para pembaca.

Akhirnya dengan penuh kesadaran bahwa susunan makalah ini tentunya


masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang
bersifat konstruktif sangat dibutuhkan demi penyempurnaan dan juga menjadi
acuan dalam karya-karya ilmiah berikut.

Demikianlah makalah ini kami buat, semoga bermanfaat bagi pembaca.

Kelompok 10

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………… i

KATA PENGANTAR ................................................................................. ii

DAFTAR ISI .............................................................................................. iii

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. Latar belakang ............................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................... 2

C. Tujuan ........................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................3

A. KEBUTUHAN AFILIASI ..............................................................3

1. Definisi kebutuhan Afiliasi .......................................................3


2. Perbedaan Disposisional dalam Kebutuhan Afiliasi.................4
3. Efek dari Kebutuhan Afiliasi Terhadap Tingkah Laku Sosial...5

B. PERSAHABATAN ........................................................................6

1. Definisi Persahabatan ................................................................6

2. Persahabatan dan Hubungan Pertemanan .................................7

3. Persahabatan VS Pertemanan ..................................................7-8

4. Ciri Persahabatan .......................................................................9

BAB III PENUTUP ......................................................................................10

A. KESIMPULAN ............................................................................10
B. DAFTAR PUSTAKA .................................................................11

3
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap individu tidak akan pernah dapat hidup sendirian, mereka selalu
membutuhkan orang lain untuk dapat diajak berteman ataupun bercerita dalam
kehidupan sehari hari (berinteraksi) dengan orang lain, seperti kebutuhan akan
hubungan Afiliasi dan Persahabatan. Afiliasi merupakan pembentukan kontak
sosial yang menghasilkan sebuah hubungan atau pertalian. Seseorang yang
memiliki kebutuhan seperti ini tentu mereka memiliki motivasi untuk
persahabatan, menanggung dan bekerja sama daripada sebagai ajang kompetisi
di dalam suatu organisasi. Sahabat sangat berharga untuk setiap orang seperti
membantu dalam menghadapi masalah, menemani melakukan aktivitas, dll tak
terkecuali bagi pelajar. Pelajar tentunya lebih membutuhkan sahabat dalam
berbagai hal seperti dalam hal Pendidikan, komunikasi, rekreasi dll. Ketika
mereka hidup sendiri maka mereka juga akan merasa kesepian tanpa adanya
teman cerita, terlebih lagi pada remaja yang cenderung untuk mencari teman
sepermainannya. Disini, bagaimana remaja tersebut dapat dengan mudah menjalin
hubungan dengan orang lain dikarenakan adanya jejaringan social yang semakin
canggih seperti Facebook,Instagram, dan aplikasi pertemanan lainnya. Dengan
adanya hubungan tersebut, maka remaja biasanya akan berusaha untuk
memelihara dan mempertahankan hubungan pertemananya dengan cara membuat
lawan bicaranya merasa nyaman dengan kehadirannya dalam merespon apa yang
lawannya ungkapkan walaupun lewat jejaringan social. Semakin dekat hubungan
mereka ketika berinteraksi lewat dunia maya ataupun dunia nyata maka akan
semakin mudah remaja melakukan keterbukaan diri, yang mana keterbukaan diri

4
yang dilakukan oleh remaja dengan cara menceritakan tentang dirinya seperti
yang mereka alami dalam kehidupan sehari harinya.

B.Rumusan Masalah

1. Jelaskan definisi dari Kebutuhan Afiliasi

2. Jelaskan Perbedaan Disposisional dalam Kebutuhan Afiliasi

3. Jelaskan efek dari Kebutuhan Afiliasi terhadap tingkah laku Sosial

4. Jelaskan definisi dari Persahabatan

5. Jelaskan Bagaimana Hubungan Persahabatan dan Hubungan Pertemanan

6. Persahabatan VS Pertemanan

7. Ciri ciri Persahabatan

C. Tujuan

1. Mengetahui definisi dari Kebutuhan Afiliasi

2. Mengetahui Perbedaan Disposisional dalam Kebutuhsn Afiliasi

3. Mengetahui efek dari Kebutuhan Afiliasi terhadap tingkah laku Sosial

4. Mengetahui defenisi dari Persahabatan

5. Mengetahui bagaiamana hubungan Persahabatan dan hubungan Pertemanan

6. Mengetahui perbedaan Persahabatan VS Pertemanan

7. Mengetahui Ciri-ciri dari Persahabatan

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kebutuhan Afiliasi
1. Definisi Kebutuhan Afiliasi

Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu merasa kekurangan, tidak


sempurna, dan sebagainya, sehingga merusak kesejahteraannya. Keadaan yang
dirasakan tersebut merupakan suatu bentuk kebutuhan yang ingin dipenuhi oleh
setiap individu selama rentang waktu tersebut. Perasaan yang dirasakan dapat
bersifat fisiologis, seperti kebutuhan akan, atau yang bersifat psikologis seperti
harga diri dan yang bersifat fisiologis, seperti aktualisasi diri dan makanan
sosiologis. Kebutuhan Afiliasi menurut (Chaplin,2002), adalah suatu bentuk
kebutuhan akan pertalian dengan orang lan, pembentukan persahabatan, ikut serta
dalam kelompok kelompok tertentu, kerja sama dan koperasi. Menurut
McClelland, kebutuhan afililiasi merupakan kebutuhan akan kehangatan dan
sokongan dalam hubungannya dengan orang lain. Kebutuhan ini mengarahkan
hubungan secara akrab dengan orang lain.

Maslow (1992) mengatakan bahwa manusia sebagai makhluk yang pernah


berada dalam keadaan sepenuhnya luas. Bagi manusia kepuasan itu sementara,
jika suatu kebutuhan telah terpuaskan yang lain akan muncul mentut kepuasan,
begitu seterusnya. Berdasarkan ciri yang demikian, Maslow mengajukan gagasan
bahwa kebutuhan pada manusia adalah harga bawaan, tersusun menurut tingkat
atau bertingkat, dengan kebutuhan dasar fisiologis sebagai kebutuhan pertama,lalu
gkdiikuti oleh kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan cinta dan
memiliki,kebutuhan akan rasa diri, dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Menurut

6
Murray (dalam baron & byrne, 1997) kebutuhan Afiliasi juga merupakan
kebutuhan untuk menjalin pertemanan dan bersosialisasi, untuk berinteraksi
secara dekat dengan orang lain, untuk bekerja sama dan berkomunikasi dengan
orang lain dengan cara bersahabat, dan untuk jatuh cinta.

2. Perbedaan Disposisional dalam Kebutuhan Afiliasi

Usaha usaha untuk mengukur kebutuhan Afiliasi telah melibatkan dua


pendekatan dimana keduanya menyentuh aspek yang juga berbeda dari kebutuhan
tersebut. Pengukuran pertama adalah melalui pengukuran lapor diri (self-report)
yang hanya menanyakan pertanyaan langsung mengenai keinginan dan aktivitas
yahng relevan dengan afiliasi. Pengukuran ini menyentuh motif Eksplisit untuk
Afiliasi. Adapun pengukuran yang kedua adalah pengukuran Proyektif yang
terdiri dari gambar gambar yang sifatnya ambigu. Pada pengukuran ini responden
diminta untuk menginterpretasikan apa yang sedang terjadi.Pendekatan ini
diarahkan pada kebutuhan yang lebih tidak disadari. Dengan demikian,
pengukuran ini menyentuh motif Implisit. Mahasiswa yang mendapatkan
pengukuran eksplisit tinggi diketahui sangat mudah bersosialisasi dan mereka
berinteraksi dengan beragam orang. Sedangkan mahasiswa yang mendaoatkan
pengukuran Implisit tinggi lebih cenderung berinteraksi pada situasi dua orang
yang sifatnya akrab. Pada titik ini tampak bahwa motif afiliasi Eksplisit
mendorong timbulnya interaksi pada konteks social, sedangkan motif Afiliasi
Implisit mendorong timbulnya interaksi pada konteks Interpersonal yang dekat.

Adapun konsep yang berbeda mengenai pengukuran akan kebutuhan afiliasi


disebutkan oleh Hill yang menyertakan empat konsep, yaitu;

1. Kebutuhan akan Stimulasi Positif (need for positive stimulation) untuk


motif Eksplisit
2. Kebutuhan akan dukungan Sosial (need for social support) untuk motif
Implisit

7
3. Kebutuhan akan perhatian perhatian (need for attention) yang
mendorong beberapa orang individu utuk bertingkah laku tertentu agar
memperoleh penerimaan dan pujian dari orang lan
4. Kebutuhan akan perbandingan Sosial (need for social comparison)
adalah kebutuhan yang berakibat pada interaksi yang dimotivasi
olehkeinginan untuk memperoleh Pengetahuan dan mengurangi
ketidakpastian.

3. Efek dari Kebutuhan Afiliasi terhadap Tingkah Laku Sosial

Beberapa hasil riset memperlihatkan fakta-fakta seperti di bawah ini;

1. Individu yang memiliki kebutuhan afiliasi yang tinggi cenderung


menulis lebih banyak surat dan lebih sering menelepon
2. Individu yang memiliki kebutuhan afiliasi yang tinggi cenderung
tertawa lebih banyak dan secara fisik tetap dekat dengan orang lain
3. Individu yang memiliki kebutuhan afiliasi yang tinggi cenderung
menghindari untuk berkomentar negatif kepada rekan kerja
4. Individu yang memiliki kebutuhan afiliasi yang tinggi cenderung
menginginkan kencan lebih banyak setiap minggunya dan lebih
mungkin
5. Individu yang memiliki kebutuhan afiliasi yang tinggi cenderung lebih
mungkin menyatakan keinginan untuk segera menikah setelah lulus
kuliah
6. Individu yang memiliki kebutuhan afiliasi yang tinggi cenderung lebih
sedikit terlibat dalam tindakan antisosial atau negati dengan rekan
kerja
7. Individu yang memiliki kebutuhan afiliasi yang tinggi cenderung
Meluangkan waktu lebih sedikit untuk dirinya sendiri
8. Individu yang memiliki kebutuhan afiliasi yang tinggi cenderung
lebih mungkin digambarkan oleh orang lain sebagai disukai, wajar dan
antusias

8
B. PERSAHABATAN
1. Definisi Persahabatan

Menurut Davis (dalam Santrock, 1995), persahabatan adalah suatu bentuk


hubungan dekat yang melibatkan rasa terima kasih, kepercayaan, rasa hormat,
saling membantu, menceritakan rahasia, mengerti, dan spontanitas. Sullivan
(dalam Santrock, 2003) menyatakan bahwa semua orang memiliki sejumlah
kebutuhan sosial, termasuk kebutuhan kasih sayang, teman yang menyenangkan,
penerimaan oleh lingkungan sosial, keakraban, dan hubungan seksual. Pada
perkembangan kepribadian seseorang, sahabat menjadi salah satu hal yang sangat
diandalkan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan tersebut. pada masa remaja
dan segala keberhasilan dan kegagalan dengan sahabat meningkatkan kondisi
kesejahteraan para remaja. Sebaliknya, jika remaja gagal untuk membentuk
persahabatan yang akrab maka akan mengalami perasaan kesepian diikuti dengan
rasa harga diri yang menurun.Persahabatan diartikan sebagai kesukarelaan,
hubungan pribadi, secara khas memberikan keintiman dan bantuan, dimana dua
orang tersebut menyukai dan memintanya untuk memintanya. menjadi teman.
Ahmadi (2007), membedakan persahabatan dengan hubungan pertemanan.

Persahabatan adalah suatu hubungan antar pribadi yang akrab atau intim
yang melibatkan setiap individu sebagai suatu kesatuan, sedangkan hubungan
adalah suatu hasil dari suatu hubungan formal dan suatu tingkat yang berasal dari
perkembangan suatu persahabatan. Menurut Davis (dalam Santrock, 1995),
persahabatan adalah suatu bentuk hubungan dekat yang melibatkan kenikmatan,
penerimaan, kepercayaan, rasa hormat, saling membantu, menceritakan rahasia,
mengerti, dan spontanitas. Sementara itu, De Vito (1995) memaknai persahabatan
sebagai hubungan interpersonal di antara dua orang yang saling menghargai dan
memiliki karakteristik positif yang saling menghormati. Menurut De Vries (2000)
menyatakan bahwa seseorang yang dinilai menjadi sahabat adalah menghargai

9
seseorang dengan kesetiaan, kepercayaan, dan memiliki kesenangan yang sama.
Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa persahabatan adalah hubungan
yang menghargai seseorang dengan kepercayaan, dan memiliki definisi yang
sama. Persahabatan adalah suatu hubungan antara pribadi yang akrab atau intim
yang melibatkan setiap individu sebagai suatu kesatuan. Persahabatan
menggambarkan suatu hubungan yang melibatkan pengetahuan, penghargaan,
afeksi dan perasaan. selera mereka biasanya serupa dan mungkin saling bertemu,
dan mereka menikmati kegiatan-kegiatan yang mereka sukai. Mereka juga akan
terlibat dalam perilaku yang saling menolong, seperti tukar-menukar nasihat dan
saling menolong dalam kesulitan. Sahabat adalah orang yang memperlihatkan
perilaku yang berbalasan dan reflektif.

2. Persahabatan dan Hubungan Pertemanan

Persahabatan dan pertemanan adalah istilah yang menggambarkan perilaku


kerja sama dan saling mendukung antara dua individu. Dalam istilah persahabatan
menggambarkan suatu hubungan yang melibatkan pengetahuan, penghargaan, dan
afeksi (Hadipranoto, 2012). Hubungan pertemanan merupakan hasil dari suatu
hubungan formal dan suatu tingkat permulaan di dalam perkembangan suatu
persahabatan. Hubungan pertemanan dibutuhkan di dalam masyarakat kita.
Hubungan pertemanan dapat berkembang ke persahabatan. Di dalam
kenyataannya, berteman dengan seseorang biasanya merupakan tingkat permulaan
dari dikukuhkannya suatu persahabatan. Banyak waktu yang dihabiskan dalam
hubungan persahabatan ini.

3. Persahabatan VS Pertemanan

Persahabatan dan hubungan pertemanan memiliki beberapa perbedaan


Kualitatif yang penting, seperti:

 Keduanya memerlukan beberapa ukuran di mana interaksi disini bersifat


suka rela. Namun demikian, kesukarelaan lebih penting di dalam
persahabatan dibandingkan dalam hubungan pertemanan. Persahabatan
adalah suka rela. Padahal di dalam hubungan persahabatan, sepanjang kita

10
dapat bekerja samamaka kita dapat menjadi teman. Dengan kata lain,
kenginan kita untuk berteman dengan orang lain kadang-kadang tidak
sesuatu berada dalam konteks sukarela.
 Hubungan pertemanan tidak memiliki cita rasa keunikan dan individualitas
yang merupakan ciri persahabatan. Kita biasanya berteman dengan
seseorang atau beberapa orang walaupun belum tentu mereka menjadi
sahabat kita. Di dalam suatu organisasi sosial, meskipun semua terlibat
dalam hubungan pertemanan, hanya sedikit saja yang mungkin menjadi
teman dekat dan sahabat.
 Persahabatan dan hubungan pertemanan berbeda dalam hal keakraban dan
keintiman di antara anggotanya. Hubungan pertemanan menjadi akrab dan
dapat berubah bentuk menjadi persahabatan. Hubungan persahabatan
melibatkan suatu keintiman, sedangkan hubungan pertemanan tidak.
 Persahabatan harus dipelihara agar tetap hidup. Hubungan pertemanan
merupakan pendahuluan atau tit ik permulaan suatu persahabatan.

4. Ciri Persahabatan

Beberapa ciri Persahabatan yang dapat disebutkan antara lain adalah;

 Mereka menghargai satu sama lain lebih dalam secara pribadi daripada
keuntungan yang diperoleh dari persahabatan itu sendiri. Meskipun dari
persahabatan diperoleh beberapa keuntungan yang bersifat sekunder,
namun sebenarnya, timbulnya persahabatan dahulu bersumber dari rasa
saling menyukai dan saling memelihara hubungan, bukan karena saling
menguntungkan atau tidak.
 Persahabatan sebagai suatu hubungan antar pribadi lebih menekankan
pada kualitas yang objektif satu sama lain.
 Saling bertukar barang-barang antar teman tidak didasarkan nilai ekonomi,
tetapi pada ke sukaan, harapan, dan keinginan di antara mereka. Terdapat
pula kebiasaan saling memberi tanpa mengharapkan imbalan.

11
 Persahabatan terjadi karena keunikannya dan sulit digantikan orang lain
kerena keunikannya tersebut. Persahabatan tidak begitu saja diputuskan
hanya karena telah ditemukan teman lain yang lebih baik. Persahabatan
selalu memperlihatkan adanya keintiman, individualis dan kesetiaan

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Jadi, Kebutuhan Afiliasi merupakan pembentukan kontak sosial yang


menghasilkan sebuah hubungan atau pertalian. Seseorang yang memiliki
kebutuhan seperti ini tentu memiliki motivasi untuk berteman, berlatih dan
bekerja sama daripada sebagai ajang kompetisi di suatu organisasi. McClelland
dalam Nindyati (2014) menjelaskan bahwa karakter individu dengan Kebutuhan
Afiliasi yang tinggi cenderung menjaga hubungan sosial dengan baik, tidak bisa
berada dalam kondisi kompetitif, nyaman dalam norma dan harapan orang lain
serta cocok dalam pekerjaan yang membutuhkan kerja sama tim. Berdasarkan
pendapat para ahli, maka dapat dikatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kebutuhan berafiliasi adalah budaya atau nilai-nilai, kebiasaan-
kebiasaan, situasi yang bersifat psikologik serta perasaan dan kenyamanan.

Persahabatan antara lain bentuk emosional antara individu dengan individu


dalam komunitas sosial tertentu. Persahabatan sebagai aktualisasi bagi setiap
orang dalam upaya untuk mengatasi kebutuhan berafiliasi dengan orang lain
(DeVito, 2013). Seseorang bisa menjalin hubungan sosial dengan orang lain atau
ia bisa bergabung dalan komunitas sosial. Komunitas sosial adalah suatu wadah
berkumpulnya individu-individu yang memiliki kesamaan kepentingan,
kebutuhan atau tujuan tertentu. Persahabatan merupakan manifestasi pemenuhan
kebutuhan sosial bagi setiap orang sejak kecil. Awal persahabatan dapat terbentuk

12
dalam lingkungan keluarga.Seorang anak telah mengembangkan kelekatan emosi
yang nyaman dengan orangtuanya (Morry & Kito, 2009).

DAFTAR PUSTAKA

Daftar Pustaka Ahmadi, A. 1991. Psikologi sosial (edisi revisi) . Bandung: Rineka
Cipta.

Baron, RA, & Byrne, D. (2005). Psikologi sosial, jilid pertama (edisi ke sepuluh) .
Alih Bahasa: Ratna Djuwita, Melania

Meitty Parman, Dyah Yasmina, Lita P. Lunanta. Jakarta: Erlangga.

Ahmadi, A. 2007. Psikologi sosial. Jakarta: Rineka Cipta

Maxwell, JC 2001. Harta karun persahabatan. Alih Bahasa: Merry Sutedja.


Jakarta: Mitra Media.

Fauzial,Nailul.2014.”Empati,Persahabatan,dan Kecerdasan Adversitas, Pada


Mahasiswa yang Sedang Skripsi”, Jurnal Psikologi Undip , 13 (1), 84-86.

13
14

Anda mungkin juga menyukai