NPM : 19230181
Kleas : 5F
A. Pengertian
Tolak peluru adalah salah satu cabang olahraga lempar dalam atletik yang dilakukan dengan cara
menolak atau mendorong peluru atau bola yang terbuat dari logam sejauh mungkin dari titik
lempar menuju titik pendaratan menggunakan teknik tertentu. Tidak seperti olahraga cabang
lempar lainnya, yaitu lempar cakram, lempar lembing, dan lempar martil, tolak peluru dapat
dilakukan di lapangan indoor maupun outdoor. Hal ini disebabkan tolak peluru tidak
membutuhkan area pendaratan yang luas, tidak lebih dari 25 meter.
Meski terlihat mudah dilakukan, tolak peluru tergolong olahraga berat yang tidak dapat
dilakukan sembarangan. Ada dua faktor yang menentukan dalam olahraga tolak peluru, yaitu
postur tubuh atlet dan penguasaan tekniknya. Atlet dengan postur tubuh besar cenderung
memiliki energi yang lebih besar pula sehingga cocok untuk olahraga ini. Baik laki-laki maupun
perempuan, para atlet juara dunia rata-rata memiliki postur tubuh besar dan energi yang kuat
untuk melakukan tolakan.
Meski demikian, ada juga atlet tolak peluru yang bertubuh sedang, bahkan kecil, tetapi mampu
melakukan tolakan dengan cukup jauh. Hal ini dimungkinkan jika atlet tersebut mampu
menguasai teknik-teknik dasar dengan baik dan memilih gaya tolak peluru yang paling tepat.
Tolak peluru (the shot put) telah dikenal sejak dua ribu tahun yang lalu, yaitu sejak masa
Kerajaan Yunani kuno, tetapi dengan tata cara dan peraturan yang berbeda. Menurut Homer,
pada zaman dahulu, tolak peluru dikenal dengan nama lempar beban atau weight throwing.
Sayangnya, tidak ditemukan catatan sejarah yang menjelaskan bentuk dan bahan yang digunakan
sebagai peluru pada waktu itu. Yang pasti, tolak peluru menjadi salah satu bentuk latihan perang
yang dilakukan para prajurit dari Troya dan kemudian dipertandingkan antar-prajurit. Catatan
sejarah tentang olahraga tolak peluru yang berhasil ditemukan adalah tentang diadakannya
kompetisi di Skotlandia pada abad pertama. Kemudian, pada abad ke-16, Raja Henry VII dari
Inggris menyelenggarakan pertandingan yang sama, yaitu lempar palu dan lempar beban.
Saat itu, kompetisi di kalangan masyarakat Inggris diadakan sebagai cara untuk menguji
kekuatan para pria. Peluru yang digunakan ketika itu masih terbuat dari batu, bukan logam
seperti sekarang. Pertandingan pertama yang menggunakan alat seperti tolak peluru masa kini
adalah kompetisi yang diadakan pada era pertengahan. Pertandingan tersebut diselenggarakan
oleh kalangan militer dan diikuti para prajurit perang. Mereka berlomba melempar bola besi
sejauh-jauhnya. Ide tersebut berawal dari kebiasaan para tentara perang yang sering mengadakan
lomba melempar cannon balls sejauh mungkin. Saat itu, meriam besi dan cannon balls (peluru
meriam) merupakan salah satu senjata yang paling mematikan. Pertandingan tolak peluru yang
berhasil didokumentasikan pertama kali adalah kompetisi yang diadakan pada tahun 1866 di
Skotlandia. Namun, kejuaraan yang diadakan pada tahun 1866 itu masih bersifat amatir dan
menjadi salah satu dari The British Amateur Championships.
Sejak saat itu, tolak peluru makin digemari di negara-negara di daratan Eropa. Tiga puluh tahun
kemudian, barulah tolak peluru diperlombakan secara resmi di Olimipade Athena, Yunani. Salah
satu catatan penting dari sejarah tolak peluru terjadi pada tahun 1950, yaitu ketika Parry O’Brien
memperkenalkan teknik lemparan tolak peluru. Pada metode O’Brien, pelempar memulai tolakan
dengan menghadap bagian belakang ring. Karena merupakan cabang olahraga atletik, induk
organisasi tolak peluru menjadi satu dengan induk olahraga atletik. International Amateur
Athletic Federation (IAAF) adalah wadah olahraga atletik (termasuk tolak peluru) seluruh dunia.
Indonesia mengenal olahraga tolak peluru melalui pemerintah kolonial Belanda yang
memasukkannya dalam kurikulum pelajaran di sekolah-sekolah milik Belanda. Namun, tolak
peluru hanya dimainkan oleh para siswa bagsawan Belanda sehingga kaum pribumi tidak terlalu
mengenal olahraga ini. Seiring waktu, tolak peluru kemudian juga menjadi bagian dari
kurikulum di sekolah-sekolah pribumi sehingga semakin dikenal di kalangan orang Indonesia.
Karena belum memiliki wadah sendiri, tolak peluru berada di bawah organisasi NIAU yang
bertanggung jawab mengadakan kejuaraan atletik.
Pada dasarnya, hakikat tolak peluru adalah memegang, lalu menolakkan peluru agar terlempar
jauh. Karena itu, untuk dapat melempar peluru sejauh mungkin, Anda harus memperhatikan
beberapa teknik dasar tolak peluru yang benar saat berlatih.
Teknik dasar tolak peluru sangat penting dikuasai para atlet tidak hanya agar bisa menghasilkan
lemparan yang jauh, tetapi juga untuk keselamatan atlet sendiri. Perlu diingat bahwa kesalahan
saat memegang dan melempar peluru besi yang berat dapat mengakibatkan cedera serius.
Ada tiga teknik dasar tolak peluru yang harus Anda kuasai sebelum melakukan olahraga yang
satu ini, yaitu teknik memegang peluru, teknik meletakkan peluru di leher, dan teknik melakukan
tolakan. Penjelasan masing-masing teknik tersebut dapat Anda simak di bawah ini.
1. Teknik Memegang Peluru
Peluru besi yang digunakan dalam olahraga tolak peluru memiliki bobot cukup berat, yaitu
antara 3 kg hingga 7 kg lebih. Karena itu, Anda harus menguasai cara memegang peluru dengan
benar agar jari tidak terluka atau bahkan patah. Teknik memegang peluru yang aman dapat
dilakukan dengan 3 cara berikut.
a. Letakkan peluru di telapak tangan. Pegang peluru dengan erat menggunakaan jari-jari
tangan dengan posisi jari-jari dikembangkan. Gunakan jari telunjuk, jari tengah, dan jari
manis untuk meletakkan peluru. Letakkan jari kelingking di bagian samping peluru dalam
posisi menekuk, sementara ibu jari berada pada posisi biasa untuk menjaga keseimbangan
peluru. Berikan tenaga lebih pada ibu jari agar bisa menahan peluru lebih kuat sehingga
tidak jatuh.
b. Rapatkan jari-jemari, termasuk kelingking, dan tempelkan pada bagian belakang peluru.
Letakkan ibu jari di bagian samping peluru agar seimbang.
c. Cara ketiga hampir sama dengan cara kedua, yaitu dengan merapatkan jari-jari, tetapi
dengan posisi sedikit lebih renggang. Teknik ini cocok untuk Anda yang memiliki
telapak tangan kecil.
Sebelum meletakkan peluru di leher, Anda harus sudah memutuskan teknik memegang peluru
yang paling disukai, nyaman, dan bisa menghasilkan tenaga tolakan yang paling besar.
Penggunaan tangan kanan sangat dianjurkan untuk memegang peluru, kecuali bagi Anda yang
kidal.
Setelah peluru dipegang dengan teknik yang benar, tempelkan peluru pada leher samping kanan.
Ibu jari menempel di atas tulang yang ada di bagian bahu atau tulang selangka. Posisikan siku
lurus dan sejajar dengan bahu dan miringkan kepala ke arah peluru supaya kedudukan peluru
lebih stabil dan mantap.
Selain teknik memegang peluru dan meletakkannya di leher, teknik melempar atau menolak
peluru juga perlu diperhatikan agar menghasilkan lemparan sejauh mungkin. Berikut
penjelasannya.
Dalam sejarahnya, dikenal tiga gaya tolak peluru, yaitu gaya meluncur (glide), gaya samping
atau klasik, dan gaya berputar (spin). Namun, hanya gaya meluncur dan berputar yang masih
tetap digunakan hingga saat ini.
Untuk awalan, posisikan tubuh sama seperti gaya glide, yaitu menghadap ke belakang,
tangan kanan memegang peluru dan menempelkannya ke leher kanan. Badan dalam
posisi tegak dan kepala miring.
Sejajarkan kedua kaki, jadikan kaki kiri sebagai tumpuan supaya kaki kanan bisa diayun
menuju tengah lingkaran.
Kaki kanan menuju area tengan lingkaran dengan tetap membelakangi area pendaratan
dan sudah bersiap menjadi poros.
Sebelum kaki kanan menapak tengah lapangan, kaki kiri yang sebelumnya menjadi poros
diangkat dan diayunkan dengan gerakan melingkar sehingga pada akhir putaran tubuh,
kaki kananlah yang menjadi poros.
Tapakkan kaki kiri di daerah belakang kaki kanan, sejajar dengan jarak sebahu lebih
sedikit dan posisi tubuh serong ke arah samping belakang.
Setelah kaki kiri menapak, tubuh dihadapkan ke sektor pendaratan, bersamaan dengan
tangan sebelah kanan melakukan tolakan ke arah depan dengan kekuatan penuh. Putaran
tumit, pinggul, lutut, dan dada ke arah depan akan memberikan tambahan daya dorong.
Setelah peluru terlempar, kemungkinan besar tubuh masih akan berputar karena energi
yang dilepaskan membentuk garis putaran tubuh.
Setiap cabang olahraga tentu memiliki peraturan sendiri, termasuk tolak peluru. Ada sembilan
poin peraturan dalam cabang olah raga tolak peluru yang wajib ditaati para atlet.
Atlet diperbolehkan memasuki lingkaran tolakan dari arah mana saja. Biasanya, para atlet
memilih untuk memasuki lingkaran dari samping dan belakang.
Atlet tolak peluru hanya diberi waktu selama 60 detik untuk menyelesaikan pertandingan,
dihitung sejak namanya dipanggil. Jika dalam waktu 3 menit belum juga melakukan
tolakan, atlet dikenakan diskualifikasi.
Atlet dilarang menggunakan sarung tangan, tetapi boleh menggunakan pelindung ruas
jari (taping) selama pertandingan.
Atlet boleh memegang bagian dalam wilayah lemparan berupa lingkaran besi.
Atlet harus menahan peluru menggunakan leher selama melakukan gerakan tolakan.
Atlet akan didiskualifikasi jika meletakkan peluru tidak sesuai dengan peraturan,
misalnya dibelakang kepala atau di depan perut.
Peluru hanya boleh ditolak dengan menggunakan satu tangan dengan posisi lebih tinggi
dari bahu.
Gerakan tolakan hanya boleh dilakukan di dalam lingkaran. Sedikit saja kakinya berada
di luar batas lingkaran, atlet tersebut dinyatakan didiskualifikasi.
Peluru harus mendarat di sektor area pendaratan yang disediakan (34,92 derajat). Atlet
akan didiskualifikasi jika peluru jatuh di luar sektor pendaratan atau tiga kali melakukan
kegagalan.
Pengukuran dilakukan mulai dari lokasi tempat peluru pertama kali jatuh sampai ke
tengah lingkaran.
Setelah melakukan lemparan, atlet harus meninggalkan lingkaran melelui sisi belakang
lingkaran.
Atlet baru boleh meninggalkan lingkaran setelah peluru mendarat.
Sekilas, lapangan untuk tolak peluru mirip dengan lapangan untuk cabang olahraga lempar
cakram. Perbedaannya terletak pada papan batas tolakan yang terdapat pada lingkaran tolak
peluru. Adapun ketentuan untuk lapangan tolak peluru adalah sebagai berikut.
Lapangan tolak peluru terdiri dari dua bagian, yaitu lingkaran tolakan dan sektor pendaratan.
Lingkaran tolakan memiliki diameter 2,235 meter dan dikelilingi ring besi dengan ketebalan 66
mm dan tinggi 2 cm sebagai batas lingkaran. Bagian depan lingkaran tolakan dipasangi balok
atas tolakan dengan panjang 1,22 meter, tinggi 10 cm, dan tebal 11,4 cm.
Sektor pendaratan berupa tanah yang ditandai garis batas (sector line) sekaligus garis ukur
standar yang terletak di tengah sektor pendaratan. Panjang sektor pendaratan minimal 25 meter
dengan sudut 40 derajat.
Dalam sebuah pertandingan tolak peluru, diperlukan beberapa peralatan yang wajib disediakan
penyelenggara, yaitu
alat pengukur;
bendera;
peluit; dan
Bola Peluru
Untuk peluru yang digunakan, terdapat beberapa ketentuan sebagai berikut.
a) Peluru dapat dibuat dari besi, pasir, logam solid, stainless steel, material sintetis, atau
polivinil.
b) Ukuran peluru disesuaikan dengan jenis lapangan yang digunakan. Untuk pertandingan
yang diadakan di lapangan indoor, ukuran peluru yang digunakan sedikit lebih besar dari
pertandinga.
c) Ketentuan untuk berat peluru adalah sebagai berikut.
Untuk senior putra : 7,257 kg
Untuk senior putri : 4 kg
Untuk junior putra : 5 kg
Untuk junior putri : 3 kg
Deskripsi Tugas
Jawaban E
Jawaban B
3. Berikut ini yang tidak termasuk tahapan-tahapan tolak peluru adalah . . .
a. cara memegang peluru
b. sikap badan saat menolak peluru
c. cara menolakkan peluru
d. menjaga keseimbangan
e. sikap badan setelah menolakkan peluru
Jawaban D
Jawaban A
jawaban C
B. Soal Essay
1. Apakah fungsi saat melakukan putaran pada tolak peluru
2. Sebutkan berat peluru dari kelas junior dan senior putra/putri
3. Jelaskan urutan teknik spin secara berurutan
4. Bagaimana melakukan teknik pegangan yang benar
5. Jelaskan apa saja hal yang harus dihindari saat melakukan tolak peluru
Jawaban
4. Gunakan jari telunjuk, jari tengah, dan jari manis untuk meletakkan peluru. Letakkan
jari kelingking di bagian samping peluru dalam posisi menekuk, sementara ibu jari
berada pada posisi biasa untuk menjaga keseimbangan peluru.