MPN : 2010070130018
Prodi : Kebidanan
Pendidikan agama merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam
meyakini,memahami,meghayati dan mengamalkan ajaran agama melalui kegiatan
bimbingan,pengajaran dan atau pelatihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama
lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan
nasional.
Jika kita memandang islam dari satu sudut pandang saja,maka yang akan terlihat hanya satu dimensi
saja dari gejalanya yang bersegi banyak.Mungkin kita berhasil melihatnya secara tepat ,namun tidak
cukup bila kita ingin memahami secara keseluruhan . Buktinya al-qur an sendiri.Kitab ini memiliki banyak
dimensi ,sebagiannya telah dipelajari oleh sarjana-sarjana besar sepanjang sejarah.
Untuk memahami islam secara benar ,terdapat empat cara yang tepat yaitu sebagai berikut :
1.Islam harus dipelajari dari sumbernya yang asli ,yaitu al-qur an dan sunnah rasul.
3.Islam harus dipelajari dari kepustakaan yang ditulis oleh para ulama besar,kaum zu ama,dan sarjana
islam.
4.Islam hendaknya dipelajari dari ketentuan nomatis teologis dalam al-qur an kemudian dihubungkan
dengan kenyataan historis,empiris,dan sosiologis.
Agama sebagai piñata social berperan sangat penting dalam mempengaruhi perilaku para penganutnya
dalam kehidupan sehari-hari.Peranan penting agama dan nilai-nilai agama ini antara lain terlihat dalam
mata kuliah pendidikan agama.
MPN : 2010070130018
Prodi : Kebidanan
Metode adalah suatu ilmu yang member pengajaran tentang system dan langkah yang harus ditempuh
dalam mencapai suatu penyelidikan keilmuawan.
Metode dalam memahmi islam harus dilihat dari berbagai dimensi.metode lain untuk memahami islam
adalah metode tipologi.Metode ini oleh banyak ahli sosiologi dianggap objektif berisi klasifikasi topik
dan tema sesuai dengan tipenya ,lalu dibandingkan dengan topic dan tema yang mempunyai tipe yang
sama.Dalam hal agama islam juga agama-agama lain yaitu:
a. Aspek ketuhanan
b. Aspek kenabian
c. Aspek keadaan waktu munculnya nabi,orang-orang yang didakwahinya ,dan individu-individu
terpilih yang dihasilkan oleh agama itu.
1.Metode komparasi,yaitu metode memahami islam dengan membandingkan seluruh aspek islam
dengan agama lainnya agar tercapai pemahaman islam yang objektif dan utuh.Intinya islam
mengajarkan kesederhanaan dalamkehidupan dan dalam berbagai bidang.
2.Metode sitesis,yaitu metode memahami islam dengan memadukan metode ilmiah dengan metode
logis normative.
Manusia merupakan makhluk hidup yang paling sulit dimengrti meskipun oleh dirinya sendiri.Dalam al-
qur an ada beberapa konsep berkenaan dengan manusia .Dari ayat-ayat yang berkenaan dengan
manusia,al-qur an menyebut manusia dalam beberapa nama,yaitu:
a. Konsep al-Basyr
Manusia tidak jauh berbeda dengan makhluk biologis lainnya.Dengan demikian kehidupan manusia
terikat kepada kaidah prinsip kehidupan biologi seperti berkembangbiak.
b. Konsep al-Insan
Kata insane bila dilihat asal kata al-nas,berarti melihat,mengetahui,dan mintak izin.Atas dasar ini ,kata
tersebut mengandung petunjuk adanya kaitan substansial antara manusia dengan kemampuan
penalarannya.Tampak bahwa manusia mempunyai potensi untuk di didik.
c. Konsep al-Nas
Dalam konsep al-nas pada umumnya dihubungkan dengan fungsi manusia sebagai makhluk
social.Sebagai makhluk social manusia harus mengutamakan keharmonisan bermasyarakat.Manusia
harus hidup social artinya tidak boleh sendiri-sendiri.Karena manusia tidak bisa hidup sendiri.
Manusia dilihat dari asal keturunannya.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia dalam
konsep bani adam ,adalah sebuah usaha pemersatu (persatuan dan kesatuan)tidak ada perbedaan
sesamanya yang juga mengacu pada nilai penghormatan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
e. Konsep al-Ins
Manusia selalu diposisikan sebagai lawan dari kata jin yang bebas,bersifat halus dan tidak biadap.
M.Quraish Shihab dalam jalaluddin,seluruh makluk yang memiliki potensi dan berkehendak adalah abd
allah dalam arti dimiliki allah.Dengan kata lain manusia merupakan hamba yang seyogyanya
merendahkan diri kepada allah,yaitu dengan mentaati segala aturan-aturan allah.
Jadi manusia merupakan makluk yang luar biasa komplek.Sedemikian rupa manusia diciptakan oleh sang
pencipta dan manusia tidak selalu diam karena dalam setiap kehidupan manusia selalu ambil bagian.
Manusia itu tidak sepenuhnya sempurna,dalam kehidupan yang kita jalani pasti selalu ada masasalah
yang tidak bisa kita selesaikan,oleh karena itu juga membutuhkan bantuan dari orang lain,karana
manusia adalah makhluk social.Dalam hal agama kita juga harus saling menghargai dan mengasihi
karena kita sama-sama makhluk yang diciptakan tidak ada bedanya.
Resume 3
MPN : 2010070130018
Prodi : Kebidanan
Agama Islam
Agama adalah peraturan, pedoman, ajaran, atau sistem yang mengatur tentang keyakinan, keimanan
atau kepercayaan. Islam adalah agama samawi yang diturunkan oleh Allah SWT. kepada Nabi Muhamad
SAW sebagai Rasul utusan Allah dan Allah menjadikan Islam sebagai agama yang Rahmatal lil
‘aalamiin (rahmat bagi seluruh alam).
Islam adalah agama rahmatan lil ’alamin sebagai bentuk rahmat dan rasa kasih sayang Allah SWT,
karunia dan nikmat yang diberikan kepada makhluknya di seluruh alam semesta.Di dalamnya
menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia, menjaga hak binatang dan tumbuh-tumbuhan. Memahami
Islam rahmatan lil ‘alamin sebagai konsep dasar dalam agama Islam, akan memunculkan kembali
keindahan Islam yang sudah lama meredup.
Dijelaskannya, pada saat penciptaan alam semesta, Allah menciptakan rahmat itu 100. Tapi yang ada
dan ditinggalkan di bumi hanya satu, yaitu rahmatan wa hidatan. Untuk dinikmati bersama – sama oleh
semua mahkhluk hidup. Termasuk bagi non muslim.
Islam adalah agama wahyu taraf terakhir dari proses evolusi agama sejak dari Nabi Adam AS. Agama-
agama yang diturunkan Allah sesuai dengan tingkat kecerdasan manusia yang menerimanya. ...
Adapun agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang disebut Islam adalah agama untuk
tingkat manusia dewasa.Dengan kata lain, agama Nabi Muhammad SAW bersifat tegas, jelas, nyata,
lengkap dan sempurna, tidak bisa dikurangi dan ditambah, berlaku sampai akhir zaman.
Dengan demikian, bagaimana pun bentuk masalah baru yang muncul, sudah ada solusinya dalam Islam.
Atas dasar itulah, umat Islam tidak akan mau mengubah agamanya, karena sebagai umat peringkat
dewasa, ia memahami seutuhnya bahwa Islam inilah agama untuk kebahagiaan seluruh makhluk dan
alam semesta.
Ta’kid, Artinya menegaskan kembali ajaran yang pernah dibawa oleh para Rasul sebelumnya,
tanpa perubahan atau perbedaan sama sekali. Terkait dengan ini adalah hal-hal menyangkut
masalah aqidah/keyakinan.
Tabdil, artinya menggantikan atau membatalkan syariat yang pernah dibawa oleh para Rasul
sebelumnya.
Tausik, artinya meluaskan jangkauan dakwah yang pernah dilakukan oleh para Rasul terdahulu.
Muhammad untuk seluruh umat manusia (QS, Saba: 28; al-Ambiya’: 107); sedangkan Rasul-rasul
sebelumnya hanya untuk kaum tertentu saja (Ar-Rum: 47).
Islam adalah satu-satunya agama samawi (wahyu) yang bersumber dari Allah, dzat yang paling benar
dan mengetahui kebenaran. Islam sebagai agama wahyu telah diturunkan oleh Allah kepada umat-Nya
melalui nabi dan rasul-Nya, dari sejak nabi Adam sampai nabi terakhir kita, yaitu nabi Muhammad saw.
Hubungan antara wahyu dengan akal pikiran, akal merupakan kunci untuk mendapatkan pengetahuan,
baik pengetahuan yang bersumber dari fenomena penciptaan (al-ayat kauniyah) maupun yang
bersumber dari fenomena wahyu (al-ayat qawliyah). Di samping berfikir dengan akalnya, manusia harus
pula mendengarkan (yasma’u) wahyu yang diajarkan oleh para nabi dan rasul. Dengan demikian akal
(aql) dan naql harus diperlakukan sebagai dua kekuatan yang saling mengisi dalam memahami
kebenaran.
Resume 4
MPN : 2010070130018
Ajaran Islam memberi gambaran dan pedoman yang jelas agar seorang muslim menjalankan dengan
teguh prinsip yang terkait husnul hayat yaitu; prinsip akidah, prinsip ibadah, dan prinsip akhlak.
Pertama, prinsip akidah. Akidah secara bahasa berasal dari kata arab “a-q-d” yang berarti ikatan. Secara
istilah adalah keyakinan hati atas sesuatu. Prinsip akidah merupakan prinsip dasar yang harus diyakini
dan diimani oleh setiap muslim. Prinsip ini memberi gambaran bahwa Islam melalui Alquran dan Sunnah
Rasul telah memberi petunjuk yang jelas bagi manusia untuk beriman kepada Allah, Malaikat, kitabullah,
nabiyullah, yaumul akhir serta Qadha dan Qadar Allah. Prinsip akidah merupakan prinsip dasar bagi
manusia, bahkan sejak sebelum ia dilahirkan ke muka bumi, dimana manusia telah merajut “aqad”
dengan Allah untuk melaksanakan akidah murni tersebut. Allah berfirman: “Dan (ingatlah), ketika
Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian
terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul
(Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu
tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini
(keesaan Tuhan)". (Q.s. al-A’raaf: 172).
Secara hakikat, akidah bagi seorang muslim merupakan ikatan yang harus kuat dan erat. Ibarat tali
kekang, akidah mengendalikan seorang muslim agar ikatan tersebut tidak dilonggarkan, apalagi sampai
lepas ikatannya yang akhirnya akan menjerumuskannya pada kemusyrikan. Maka dari itu, sesungguhnya
akidah wajib menjadi motor penggerak dan otak dalam kehidupan muslim agar tidak terdapat keraguan
dan kebimbangan dalam mengimani dan meyakini eksistensi dan kesempurnaan Allah Swt.
Kedua, prinsip Ibadah. Pengertian Ibadah menurut bahasa Ibadah artinya patuh dan tunduk, sedangkan
menurut istilah ibadah adalah segala amal atau perbuatan yang dicintai dan diridhai Allah baik berupa
perkataan, perbuatan atau tingkah laku. Prinsip ibadah merupakan tindak lanjut terhadap rajutan
“aqad” manusia kepada Allah sebelumnya. Dalam hal ini, manusia harus tahu tugasnya dalam
kehidupan, yakni beribadah kepada Allah Swt. Rajutan “aqad” yang telah dilakukan manusia sebelum ia
dilahirkan, harus diimplementasikan dengan ibadahnya kepada Allah dalam kehidupan. seluruh aktifitas
ibadahnya semata-mata karena Allah Swt. Allah berfirman: “dan aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. (Q.s. adz-Dzariyat: 56). Maka dari itu, setiap ketaatan
kepada Allah dengan penuh tunduk dan merendahkan diri merupakan suatu ibadah. Terkait dengan
implementasinya, menurut Yusuf al-Qardhawi, ibadah seseorang harus memiliki dua hal: pertama,
komitmen dengan apa yang disyariatkan Allah dan diserukan oleh rasul-Nya baik perintah maupun
larangan yang penuh ketaatan dan ketundukan kepada Allah. Kedua, komitmen ibadah keluar dari hati
yang mencintai Allah dengan pemahaman tiada di kehidupan ini yang lebih pantas dari Allah untuk
dicintai.
Ketiga, prinsip akhlak. Kalimat akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu bentuk jamak dari pada “al-khuluq”
yang berarti perangai. Pemaknaan akhlak akan mencakup budi pekerti, adab, perangai, tingkah laku,
pegangan, sikap ataupun tabiat. Prinsip akhlak merupakan cerminan seorang manusia terhadap segala
bentuk perbuatan yang ia sajikan dalam kehidupan. Prinsip akhlak tak kalah penting dengan prinsip
akidah dan prinsip ibadah. Sekiranya prinsip akidah dan prinsip ibadah lebih mengutamakan hal-hal yang
bersifat vertikal, maka prinsip akidah lebih mengutamakan hal-hal yang bersifat horizontal. Penerapan
prinsip akhlak seringkali bersinggungan dengan kehidupan orang lain, hal ini dikarenakan akhlak
seseorang diketahui saat ditunjukkan eksistensi dirinya dalam bentuk kebaikan dan keburukan pada
orang lain. Maka pada akhirnya akan muncul argumen bahwa seseorang yang berakhlak baik selalu
melaksanakan kewajiban-kewajibannya, memberikan hak yang harus diberikan kepada yang berhak,
melakukan kewajibannya terhadap dirinya sendiri yang menjadi hak dirinya, begitu juga terhadap
makhluk lain dan terhadap sesama manusia yang menjadi hak mahluk hidup lainnya yang menjadi
haknya. Dan sebaliknya seorang yang disebut tidak berakhlak tatkala melanggar norma-norma
kehidupan, bergelimang dalam keburukan dengan penyelewengan dan pelanggaran terhadap norma-
norma yang berlaku, yang seharusnya ditaati penuh dengan sifat-sifat tercela, merusak hak orang lain
dan tidak memberikan hak bagi yang sudah melaksanakan kewajibannya.
Sumber ajaran Islam pertama dan kedua (Al-Quran dan Hadits/As-Sunnah) langsung dari Allah SWT dan
Nabi Muhammad Saw.
Sedangkan yang ketiga (ijtihad) merupakan hasil pemikiran umat Islam, yakni para ulama mujtahid (yang
berijtihad), dengan tetap mengacu kepada Al-Quran dan As-Sunnah.
Secara harfiyah, Al-Quran artinya “bacaan” (qoroa, yaqrou, quranan), sebagaimana firman Allah dalam
Q.S. 75:17-18:“Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengum-pulkannya dan ‘membacanya’. Jika
Kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah ‘bacaan’ itu”.
Al-Quran adalah kumpulan wahyu atau firman Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad Saw,
berisi ajaran tentang keimanan (akidah/tauhid/iman), peribadahan (syariat), dan budi pekerti (akhlak).
Al-Quran adalah mukjizat terbesar Nabi Muhammad Saw, bahkan terbesar pula dibandingkan mukjizat
para nabi sebelumnya. Al-Quran membenarkan Kitab-Kitab sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum
yang telah ditetapkan sebelumnya.“Tidak mungkin Al-Quran ini dibuat oleh selain Allah. Akan tetapi ia
membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang ditetapkannya. Tidak
ada keraguan di dalamnya dari Tuhan semesta alam” (Q.S. 10:37).“Dan apa yang telah Kami wahyukan
kepadamu yaitu Al-Quran itulah yang benar, membenarkan kitab-kitab sebelumnya...” (Q.S. 35:31).
Al-Quran dalam wujud sekarang merupakan kodifikasi atau pembukuan yang dilakukan para sahabat.
Pertama kali dilakukan oleh shabat Zaid bin Tsabit pada masa Khalifah Abu Bakar, lalu pada masa
Khalifah Utsman bin Affan dibentuk panitia ad hoc penyusunan mushaf Al-Quran yang diketuai Zaid.
Karenanya, mushaf Al-Quran yang sekarang disebut pula Mushaf Utsmani.
Hadits disebut juga As-Sunnah. Sunnah secara bahasa berarti "adat-istiadat" atau "kebiasaan"
(traditions). Sunnah adalah segala perkataan, perbuatan, dan penetapan/persetujuan serta kebiasaan
Nabi Muhammad Saw. Penetapan (taqrir) adalah persetujuan atau diamnya Nabi Saw terhadap
perkataan dan perilaku sahabat.Kedudukan As-Sunnah sebagai sumber hukum Islam dijelaskan Al-Quran
dan sabda Nabi Muhammad Saw.
“Demi Tuhanmu, mereka pada hakikatnya tidak beriman sehingga mereka menjadikanmu (Muhammad)
sebagai hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, lalu mereka tidak merasa berat hati
terhadap putusan yang kamu berikan dan mereka menerima sepenuh hati” (Q.S. 4:65).“Apa yang
diberikan Rasul (Muhammad) kepadamu maka terimalah dan apa yang dilarangnya maka tinggalkanlah”
(Q.S. 59:7).“Telah kutinggalkan untuk kalian dua perkara yang (selama kalian berpegang teguh dengan
keduanya) kalian tidak akan tersesat, yaitu Kitabullah (Al-Quran) dan Sunnah-ku.” (HR. Hakim dan
Daruquthni).“Berpegangteguhlah kalian kepada Sunnahku dan kepada Sunnah Khulafaur Rasyidin
setelahku” (H.R. Abu Daud).
Sunnah merupakan “penafsir” sekaligus “juklak” (petunjuk pelaksanaan) Al-Quran. Sebagai contoh, Al-
Quran menegaskan tentang kewajiban shalat dan berbicara tentang ruku’ dan sujud. Sunnah atau Hadits
Rasulullah-lah yang memberikan contoh langsung bagaimana shalat itu dijalankan, mulai takbiratul
ihram (bacaan “Allahu Akbar” sebagai pembuka shalat), doa iftitah, bacaan Al-Fatihah, gerakan ruku,
sujud, hingga bacaan tahiyat dan salam.
Ketika Nabi Muhammad Saw masih hidup, beliau melarang para sahabatnya menuliskan apa yang
dikatakannya. Kebijakan itu dilakukan agar ucapan-ucapannya tidak bercampur-baur dengan wahyu (Al-
Quran). Karenanya, seluruh Hadits waktu itu hanya berada dalam ingatan atau hapalan para sahabat.
Kodifikasi Hadits dilakukan pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz (100 H/718 M), lalu disempurnakan
sistematikanya pada masa Khalifah Al-Mansur (136 H/174 M). Para ulama waktu itu mulai menyusun
kitab Hadits, di antaranya Imam Malik di Madinah dengan kitabnya Al-Mutwaththa, Imam Abu Hanifah
menulis Al-Fqhi, serta Imam Syafi’i menulis Ikhtilaful Hadits, Al-Um, dan As-Sunnah.
Berikutnya muncul Imam Ahmad dengan Musnad-nya yang berisi 40.000 Hadits. Ulama Hadits terkenal
yang diakui kebenarannya hingga kini adalah Imam Bukhari (194 H/256 M) dengan kitabnya Shahih
Bukhari dan Imam Muslim (206 H/261 M) dengan kitabnya Shahih Muslim. Kedua kitab Hadits itu
menjadi rujukan utama umat Islam hingga kini. Imam Bukhari berhasil mengumpulkan sebanyak 600.000
hadits yang kemudian diseleksinya. Imam Muslim mengumpulkan 300.000 hadits yang kemudian
diseleksinya.Ulama Hadits lainnya yang terkenal adalah Imam Nasa'i yang menuangkan koleksi haditsnya
dalam Kitab Nasa'i, Imam Tirmidzi dalam Shahih Tirmidzi, Imam Abu Daud dalam Sunan Abu Daud, Imam
Ibnu Majah dalam Kitab Ibnu Majah, Imam Baihaqi dalam Sunan Baihaqi dan Syu'bul Imam, dan Imam
Daruquthni dalam Sunan Daruquthni.
3. Sumber Ajaran Islam: Ijtihad
Secara bahasa, ijtihad artinya usaha sungguh-sungguh yang dilakukan para ahli agama (ulama) untuk
mencapai suatu putusan (simpulan) hukum syara' (syariat Islam) mengenai kasus yang penyelesaiannya
belum tertera dalam Alquran dan Sunah.Ijtihad juga berarti pendapat atau tafsiran (KBBI).Ijtihad adalah
berpikir keras untuk menghasilkan pendapat hukum atas suatu masalah yang tidak secara jelas
disebutkan dalam Al-Quran dan As-Sunnah.Pelaku atau orang yang melakukan ijtihad disebut Mujtahid.
Kedudukan Ijtihad sebagai sumber hukum atau ajaran Islam ketiga setelah Al-Quran dan As-Sunnah,
diindikasikan oleh sebuah Hadits (Riwayat Tirmidzi dan Abu Daud) yang berisi dialog atau tanya jawab
antara Nabi Muhammad Saw dan Mu’adz bin Jabal yang diangkat sebagai Gubernur Yaman.
“Dan jika di dalam Kitabullah Anda tidak menemukan sesuatu mengenai soal itu?”
“Dan jika Anda tidak menemukan sesuatu mengenai hal itu dalam Sunnah Rasulullah?”
“Hamba akan mempergunakan pertimbangan akal pikiran sendiri (Ijtihadu bi ra’yi) tanpa bimbang
sedikit pun.”
“Segala puji bagi Allah yang telah menyebabkan utusan Rasulnya menyenangkan hati Rasulullah!”
Hadits tersebut diperkuat sebuah fragmen peristiwa yang terjadi saat-saat Nabi Muhammad Saw
menghadapi akhir hayatnya. Ketika itu terjadi dialog antara seorang sahabat dengan Nabi Muhammad
Saw.
“Ya Rasulallah! Anda sakit. Anda mungkin akan wafat. Bagaimana kami jadinya?”“Kamu punya Al-
Quran!”
“Ya Rasulallah! Tetapi walaupun dengan Kitab yang membawa penerangan dan petunjuk tidak
menyesatkan itu di hadapan kami, sering kami harus meminta nasihat, petunjuk, dan ajaran, dan jika
Anda telah pergi dari kami, Ya Rasulallah, siapakah yang akan menjadi petunjuk kami?”
“Berbuatlah seperti aku berbuat dan seperti aku katakan!”“Tetapi Rasulullah, setelah Anda pergi
peristiwa-peristiwa baru mungkin timbul yang tidak dapat timbul selama hidup Anda. Kalau demikian,
apa yang harus kami lakukan dan apa yang harus dilakukan orang-orang sesudah kami?”
“Allah telah memberikan kesadaran kepada setiap manusia sebagai alat setiap orang dan akal sebagai
petunjuk. Maka gunakanlah keduanya dan tinjaulah sesuatu dan rahmat Allah akan selalu membimbing
kamu ke jalan yang lurus!”
Ijtihad adalah “sarana ilmiah” untuk menetapkan hukum sebuah perkara yang tidak secara tegas
ditetapkan Al-Quran dan As-Sunnah.Pada dasarnya, semua umat Islam berhak melakukan Ijtihad,
sepanjang ia menguasai Al-Quran, As-Sunnah, sejarah Islam, juga berakhlak baik dan menguasai
berbagai disiplin ilmu pengetahuan.Lazimnya, Mujtahid adalah para ulama yang integritas keilmuan dan
akhlaknya diakui umat Islam. Hasil Ijtihad mereka dikenal sebagai fatwa. Jika Ijtihad dilakukan secara
bersama-sama atau kolektif, maka hasilnya disebut Ijma’ atau kesepakatan .
Resume 5
MPN : 2010070130018
Prodi : Kebidanan
Aqidah Islamiah
“Al-‘Aqdu” (ikatan) lawan kata dari al-hallu(penguraian, pelepasan). Dan kata tersebut diambil dari kata
kerja: ” ‘Aqadahu” “Ya’qiduhu” (mengikatnya), ” ‘Aqdan” (ikatan sumpah), dan ” ‘Uqdatun Nikah”
(ikatan menikah). Allah Ta’ala berfirman, “Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu
yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah
yang kamu sengaja …” (Al-Maa-idah : 89).
Jadi, aqidah Islamiyyah adalah iman yang teguh dan terikat kepada Allah dengan semua
pelaksanaan kewajiban, tauhid dan menaati-Nya, percaya pada malaikat-Nya, rasul, buku-buku
mereka, nasib baik dan buruk dan percaya seluruh tidak memiliki prinsip-prinsip Authentic
Agama (Teologi Islam), kasus yang tak terlihat, iman dalam apa yang ijma ‘(konsensus) dari
Salafush Shalih, dan semua qath’i berita (pasti), baik secara ilmiah dan amaliyah yang telah
ditentukan sesuai dengan Al Qur’an dan otentik Sunnah dan ijma ‘Salaf as-Salih.
Iman, yaitu: sesuatu yang diyakini di dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan
anggota tubuh.
Fiqh Akbar, artinya: fiqh besar. Istilah ini muncul berdasarkan pemahaman bahwa tafaqquh
fiddin yang diperintahkan Allah dalam surat At-Taubah ayat 122, bukan hanya masalah fiqih,
tentu dan lebih utama masalah aqidah. Dikatakah fiqh akbar, adalah untuk membedakannya
dengan fiqh dalam masalah hukum.
Pembagian Aqidah Tauhid
Meskipun membuat masalah ‘dan Qadar menjadi sengketa antara Muslim, tetapi Allah telah membuka
hati hamba-Nya yang beriman, bahwa Salaf Shalih bahwa mereka selalu mengikuti jalan kebenaran
dalam pemahaman dan pendapat. Menurut mereka membuat Qadar termasuk rububiyah Allah bagi
ciptaan-Nya. Kemudian masalah ini termasuk dalam salah satu dari tiga jenis tauhid menurut pembagian
ulama:
1. Tauhid Al-Uluhiyyah, (al-Fatihah ayat 4 dan an-Nas, ayat 3)
Keesaan Allah dalam ibadah, ibadah hanya Tuhan dan karena itu saja.
MPN : 2010070130018
Prodi : Kebidanan
Syariah Islam
Syariah adalah ketentuan-ketentuan agama yang merupakan pegangan bagi manusia di dalam hidupnya
untuk meningkatkan kwalitas hidupnya dalam rangka mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Syariah
Islam adalah tata cara pengaturan tentang perilaku hidup manusia untuk mencapai keridhoan Allah SWT
yang dirumuskan dalam Al-Qur’an, yaitu :
Artinya : “Dia telah mensyariahkan bagi kamu tentang agama yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh
dan apa yang telah kamu wahyukan kepadamu dan apa yang telah kami wasiatkan kepada Ibrahim,
Musa dan Isa yaitu : Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat
bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya.Allah menarik kepada agama itu
orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-
Nya).“(Quran surat Asy-Syura ayat 13).
Artinya : Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariahkan untuk
mereka agama yang tidak diijinkan Allah ? sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah
tentukanlah mereka dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu akan memperoleh azab
yang pedih. (Qur’an Surat Asy-Syura Ayat : 21).
Artinya : Kemudian kami jadikan kamu berada di atas syariah (peraturan) dari urusan (agama) itu, maka
ikutilah syariah itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.(Qur’an
Surat Al-Jatsiyah ayat : 18)
Adapun pengertian syariah secara etimologis kata Syari’ah berakar kata syara’a yang berarti “sesuatu
yang dibuka secara lebar kepadanya”.Dari sinilah terbentuk kata syari’ah yang berarti “sumber air
minum”.Kata ini kemudian dikonotasikan oleh bangsa Arab dengan jalan yang lurus yang harus
diikuti.Secara terminologis, Muhammad Ali al-Sayis mengartikan syari’ah dengan jalan “yang lurus”.
Kemudian pengertian ini dijabarkan menjadi: “Hukum Syara’ mengenai perbuatan manusia yang
dihasilkan dari dalil-dalil terperinci”. Syekh Mahmud Syaltut mengartikan syari’ah sebagai hukum-
hukum dan tata aturan yang disyariahkan oleh Allah bagi hamba-Nya untuk diikuti.
1. Ibadah, yaitu peraturan-peraturan yang mengatur hubungan langsung dengan Allah SWT (ritual), yang
terdiri dari :
a. Rukun Islam : mengucapkan syahadat, mengerjakan shalat, zakat, puasa, dan haji.
1.Badani (bersifat fisik) : bersuci meliputi wudlu, mandi, tayamum, pengaturan menghilangkan najis,
peraturan air, istinja, adzan, qomat, I’tikaf, do’a, sholawat, umroh, tasbih, istighfar, khitan, pengurusan
mayit, dan lain-lain.
2. Mali (bersifat harta) : qurban, aqiqah, alhadyu, sidqah, wakaf, fidyah, hibbah, dan lain-lain.
2. Muamalah, yaitu peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan yang lainnya dalam hal
tukar-menukar harta (jual beli dan yang searti), diantaranya : dagang, pinjam-meminjam, sewa-
menyewa, kerja sama dagang, simpanan, penemuan, pengupahan, rampasan perang, utang-piutang,
pungutan, warisan, wasiat, nafkah, titipan, jizah, pesanan, dan lain-lain.
3. Munakahat, yaitu peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan orang lain dalam hubungan
berkeluarga (nikah, dan yang berhubungan dengannya), diantaranya : perkawinan, perceraian,
pengaturan nafkah, penyusunan, memelihara anak, pergaulan suami istri, mas kawin, berkabung dari
suami yang wafat, meminang, khulu’, li’am dzilar, ilam walimah, wasiyat, dan lain-lain.
4. Jinayat, yaitu peraturan yang menyangkut pidana, diantaranya : qishsash, diyat, kifarat, pembunuhan,
zinah, minuman keras, murtad, khianat dalam perjuangan, kesaksian dan lain-lain.
6. Akhlak, yaitu yang mengatur sikap hidup pribadi, diantaranya : syukur, sabar, tawadlu, (rendah hati),
pemaaf, tawakal, istiqomah (konsekwen), syaja’ah (berani), birrul walidain (berbuat baik pada ayah ibu),
dan lain-lain.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang
bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu.Dan
janganlah kamu membunuh diri kamu sekalian, sesungguhnya Allah adalah maha penyayang
kepadamu.” (QS. An-Nisa’: 29)
c. Muamalah dilakukan atas dasar pertimbangan mendatangkan manfaat dan menghindari mudharat
dalam bermasyarakat.
ِ َض َر َر َوال
رواه أحمد وابن ماجة- .ض َرا َر َ َسلَّ َم ق
َ َضى َأنْ ال َ صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو
َ هللا ُ ت َأنَّ َر
ِ س ْو َل َ عَنْ عُبا َ َدةَ ا ْب ِن
ِ صا ِم
“Dari Ubadah bin Shamit; bahwasanya Rasulullah saw menetapkan tidak boleh berbuat kemudharatan
dan tidak boleh pula membalas kemudharatan”. (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
َّ اَل
ض َر ُر يُـ َزا ُل
279 :البقرة- . َس َأ ْم َوالِ ُك ْم الَ تَ ْظلِ ُم ْونَ َوالَ تُ ْظلَ ُم ْون ْ س ْولِ ِه َوِإنْ تُ ْبتُ ْم فَلَ ُك ْم ُر
ُ ُؤو ٍ فَِإنْ لَ ْم تَ ْف َعلُ ْوا فَْأ َذنُ ْوا بِ َح ْر
ُ ب ِمنَ هللاِ َو َر
“Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-
Nya akan memerangimu.Dan jika kamu bertaubat (dari mengambil riba), maka bagimu pokok hartamu;
kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya”. (QS. Al-Baqarah: 279)
Karakteristik syari’ah adalah sempurna (ta’amul), harmonis (wasathiyah), dan dinamis (harakah).
Muhammad Ali Al-Sayis31 mengatakan bahwa karakteristik syari’ah yang paling menonjol ada tiga hal,
yaitu:
Karakter-karakter di atas sesuai dengan prinsip-prinsip yang terkandung dalam surat al-‘Araf
ayat 157, yaitu tidak susah, sedikit beban, berangsur-angsur, ada kelonggaran dan sesuai dengan
kemaslahatan umum. Dalam beberapa kajian, paling tidak terdapat empat karakteristik yang menjadi
produk pemikiran syari’ah islam, yakni :
1. Fiqh
Fiqh adalah pemahaman terhadap syari’at menyangkut amal perbuatan manusia.Pemahaman
tersebut diambil dari dalil-dalil terperinci melalui kaidah-kaidah ushul fiqh. Dari sini lahirlah konsep-
konsep fiqh yang terhimpun dalam kitab-kitab yang masing-masing memiliki cara dan karakteristik
tersendiri berdasarkan metode ijtihad penyusunnya.
2. Fatwa
Fatwa adalah hasil ijtihad seorang mufti sehubungan dengan peristiwa hukum yang diajukan
kepadanya44.Fatwa bersifat dinamis, karena merupakan respon terhadap perkembangan baru yang
dihadapi masyarakat. karena itu, setiap muncul persoalan yang sifatnya asing dan dia merupakan
aktivitas baru yang belum jelas kedudukan hukumnya, diperlukan fatwa.45 Fatwa sebagai salah satu
karakteristik dari produk syari’ah, bersifat kasuistik, karena merupakan respon atau jawaban
terhadap pertanyaan yang diajukan oleh peminta fatwa.
3. Yurisprudensi
Yurisprudensi adalah putusan hakim atau Pengadilan Agama yang merupakan salah satu dari
karakteristik produk syari’ah. Putusan hakim, diambil atau ditetapkan berdasarkan pemeriksaan
perkara di depan sidang pengadilan, atau ketetapan hukum syar’i yang disampaikan melalui
seorang qadhi atau seorang hakim yangdiangkat untuk itu.
4. Tujuan Syariat Islam
Tujuan syariat islam yang paling utama dalah untuk membangun kehidupan manusia atas dasar
ma’rufat ( kebaikan – kebaikan ) dan membersihkan dari munkarat ( keburukan – keburukan ).
1. Ma’rufat adalah nama untuk semua kebajikan atau sipat – sipat yang baik. Yang sepanjang
masa telah di terima sebagai sesuatu yang baik bagi hati manusia.
2. Munkarat adalah nama untuk segala dosa dan kejahatan yang sepanjang masa telah di
kuntuk oleh watak manusia sebagai watak yang jahat. Kemanusian yang hakiki pada
dasarnya adalah kemaslabatan yang ditentukan syariat, bukan yang ditentukan oleh akal
yang serba relatif. Dalam hal ini, penting untuk dipahami, bahwa syariat pasti mengandung
maslahat. Artinya, diamana ada syariat, disitu pasti ada maslahat. Demikian sebagaimana
yang di nyatakan oleh kaedah ushul berikut : dengan arti dimana pun ada syariat, disitu pasti
ada maslahat.
Resume 7
MPN : 2010070130018
Prodi : Kebidanan
Ketika Rasulullah bersabda, “Yang disebut dengan al-birr (kebaikan) adalah akhlak yang baik.” (HR.
Muslim, no. 2553) Allah telah menamakan iman dengan kebaikan dalam firman-Nya: “Bukanlah
menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya
kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi.” (Al-
Baqarah: 177). Kata “al-birr” merupakan nama bagi semua jenis kebaikan, mulai dari akhlak, perkataan
dan perbuatan. Karenanya, Nabi Muhammad
: “Iman itu mempunyai enam puluh cabang lebih. Cabang yang paling utama adalah kalimat bahwa tidak
ada Tuhan selain Allah dan yang paling bawah adalah membersihkan gangguan dari jalan dan malu
merupakan bagian dari iman.” (HR. Muslim, no. 35) Masalah akhlak ini semakin lebih jelas dalam sebuah
sabda Nabi Muhammad “Iman itu mempunyai enam puluh cabang lebih. Cabang yang paling utama
adalah kalimat bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan yang paling bawah adalah membersihkan
gangguan dari jalan dan malu merupakan bagian dari iman.” (HR. Muslim, no. 35)
Maka Anda dapat saksikan, bahwa setiap kali Allah memerintahkan suatu ibadah, Dia juga mengingatkan
pada tujuan akhlaknya dan pengaruhnya bagi jiwa dan masyarakat. Contohnya sangat banyak, antara
lain:
Shalat: “Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan
mungkar.” (Al-‘Ankabut: 45)
Zakat: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka.” (At-Taubah: 103). Walaupun hakikat zakat adalah berbuat kebaikan bagi manusia
tetapi tujuan lainnya adalah mendidik jiwa dan membersihkannya dari akhlak yang buruk.
Puasa: bersabda, “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan jahat dan melakukannya maka tidak
ada bagi Allah keperluan darinya untuk meninggalkan makan dan minumnya (yakni Allah tidak
menerima puasanya).” (HR. Al-Bukhari, no. 1804). Barangsiapa yang puasanya tidak mengubah
akhlaknya terhadap manusia maka berarti puasanya belum mencapai target yang
sesungguhnya. “Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum
kamu agar kamu bertakwa.” (Al-Baqarah: 183). Jadi tujuan dari puasa adalah agar bertakwa kepada
Allah dengan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Karena itu Nabi Muhammad
bersabda, “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan jahat dan melakukannya maka tidak ada
bagi Allah keperluan darinya untuk meninggalkan makan dan minumnya (yakni Allah tidak menerima
puasanya).” (HR. Al-Bukhari, no. 1804). Barangsiapa yang puasanya tidak mengubah akhlaknya terhadap
manusia maka berarti puasanya belum mencapai target yang sesungguhnya.
Resume 8
MPN : 2010070130018
Prodi : Kebidanan
Pendidikan agama Islam adalah Suatu usaha untuk menumbuhkan, mengembangkan, mengawasi dan
memperbaiki seluruh potensi fitrah manusia secara optimal dengan sadar dan terencana menurut
hukum-hukum Allah yang ada di dalam semesta maupun di dalam Al-Quran.
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang melatih sensibilitas individu sedemikian rupa, sehingga dalam
perilaku mereka terhadap kehidupan, langkah-langkah dan keputusan begitu pula pendekatan mereka
terhadap semua ilmu pengetahuan diatur oleh nilai-nilai etika Islam yang sangat dalam dirasakan.
Dengan pendidikan Islam itu mereka akan terlatih dan secara mental sangat berdisiplin sehingga mereka
ingin memiliki pengetahuan bukan saja untuk memuaskan rasa ingin tahu intelektual atau hanya
manfaat kebendaan yang bersifat duniawi, tetapi juga untuk tumbuh sebagi makhluk yang rasional,
berbudi dan menghasilkan kesejahteraan spiritual, moral dan fisik keluarga mereka, masyarakat dan
umat manusia.
Tujuan akhir dari pendidikan agama Islam adalah agar dapat menjadi insan kamil untuk mencapai
kebahagiaan dunia dan akhirat, sebab pendidikan agama tidak hanya mengajarkan pengetahuan agama
dan melatih keterampilan dalam melaksanakan ibadah, akan tetapi jauh lebih luas dari pada itu. Agama
Islam bertujuan membentuk kepribadian anak yang sesuai dengan ajaran agama.
1. Aspek Aqidah
Menurut bahasa Aqidah berarti ikatan atau angkutan. Sedangkan aqidah menurut teknisi berarti
kepercayaan atau keyakinan. Berbicara mengenai aqidah sangatlah luas objek pembahasannya, akan
tetapi disini penulis cukup menguraikan pokok-pokok pembahasannya saja. Pembahasan mengenai
aqidah Islam pada umumnya berkisar pada arkanul iman (rukun iman yang enam), diantaranya:
2. Aspek Syariah
a.Ibadah
Ibadah adalah segala sesuatu yang dilakukan hanya semata-mata karena Allah dan tidak terlepas dari
tempat, waktu, dan juga tidak dipengaruhi oleh perkembangan zaman. Allah menciptakan manusia di
dunia ini bukanlah semata-mata hidup untuk makan, minum, beranak pinak, lalu mati. Akan tetapi
manusia diciptakan melainkan untuk menyembahNya.
b.Muamalah
Muamalah artinya ialah tata aturan Ilahi yang mengatur hubungan manusia sesama manusia dan
hubungan manusia dengan benda. Muamalah dapat juga dibagi kedalam dua garis besar yaitu:
2. Munakahah (pernikahan)
3. Waratsah (waris)
3. Aspek akhlak
Akhlak secara etimologi (bahasa) berasal dari kata khalaka yang kata asalnya khuluqun, yang artinya
perangai, tabiat, adat atau khaqun, yang berarti kejadian, buatan, ciptaan. akhlak secara etimologi
diartikan perangai, tabiat atau sistim prilaku yang di buat.
Akhlak dapat juga diartikan dengan suatu sikap mental dan tingkah laku perbuatan yang luhur,
mempunyai hubungan dengan zat yang maha kuasa. Akhlak Islam adalah berasal dari keyakinan dalam
jiwa, tauhid manusia itu sendiri.Akhlak juga merupakan implementasi dari iman dalam segala bentuk
perilaku, baik yang berhubungan dengan sesama manusia maupun dengan tuhanNya.
Pada garis besar akhlak mencakup 3 hal diantaranya:
MPN : 2010070130018
Prodi : Kebidanan
ilmu-ilmu islam di sini berperan dan mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam menghadapi
tantangan globalisasi ini. Ilmu merupakan pengetahuan yang sifatnya umum dan sistematis, yang mana
pengetahuan dari mana dapat disimpulkan keterangan tertentu menurut kaidah-kaidah umum. Ilmu
ilmu islam adalah ilmu yang menggunakan kaidah kaidah keislaman, dari tata cara berhubungan secara
vertikal terhadap sesama manusia, ataupun secara horizontal yaitu terhadap Allah Swt. Ilmu ilmu islam
ini bersumber dari Al Quran dan Al Hadits. Manusia di ciptakan oleh Allah Swt dengan akal dan pikiran,
yang dimana akal dan pikiran tersebut digunakan untuk berfikir mana yang baik dan yang buruk, maka
dari itulah ilmu ilmu islam ada untuk dipelajari dari segi keilmuan agar kita menjadi pribadi dan
mendapatkan tatanan kehidupan yang sesuai anjuran Allah dan Rosulnya. Tujuannya adalah agar
menjadikan masyarakat muslim khusunya mewujudkan nilai-nilai Islam pada pribadi manusia, sehingga
menjadi sosok yang berkepribadian muslim yang baik, beriman, bertakwa, berilmu pengetahuan, dan
berakhlak mulia, mempunyai intelektual yang mumpuni dan juga menanamkan dan membangun
pandangan hidup bagi seorang muslim, agar mendapat arah yang lurus, tidak goyah dengan westernisasi
yang menjerumuskan.
Pada dasarnya ilmu ilmu islam mengajarkan tentang iman, islam dan ihsan yang kemudian melahirkan
ajaran aqidah, syariah dan akhlak. Kekeliruan dalam memahami ilmu ilmu ini juga akan berdampak pada
kerusakan. Bisa di bilang bahwa rusaknya suatu masyarakat, selalu di awali dengan rusaknya suatu ilmu.
Sebaliknya, bangkitnya umat islam karena pertumbuhan keilmuan di timur tengah. Jadi tergantung dari
seberapa besar kita menuntut ilmu tersebut dan menerapkan ilmu tersebut apakah akan menjadi
kebaikan atau menjadi kerusakan bagi kita. Bila konsep ilmu yang diterima benar, itu akan menjauhkan
kita dari "Rezim pengetahuan" karena kita sudah tau dasarnya dan kita mempunyai intelektual yang
mumpuni sehingga bisa tercegah dari sistem westernisasi. Tetapi sebaliknya jika konsep ilmu yang kita
terima salah, maka kita akan lebih muda terjerumus dalam sistem westernisasi, karena westernisasi
dilakukan dengan menyerang generasi terdidik. Kesimpulannya adalah di era globalisasi ini, dengan
keadaan teknologi yang sudah berkembang dengan sangat pesatnya, dan juga tidak ada batasan dalam
mencari inofmasi di manapun, kita perlu adanya peran dari ilmu ilmu islam, agar kita terhindar dari
sistem westernisasi. Karena dengan menambah intelektual pribadi kita yang didasari dengan Al Quran
dan hadits, mereka tidak apat menyerang generasi terdidik seperti kita, karena intelektyal kita
bedasarkan sumber Alquran dan Haidts dan juga kita bisa mendapatkan pandangan hidup yang
sebenarnya, yaitu, kita di dunia ini hidup sangat singkat, dan akan kembali kepada sang pencipta.
Resume 10
MPN : 2010070130018
Prodi : Kebidanan
Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, merupakan salah satu sosok revolusioner sekaligus
pejuang penegak HAM yang paling gigih se antero jagad. Ia tidak hanya sekedar membawa serangkaian
pernyataan HAM yang tertuang dalam kitab suci (Al-Qur’an), namun juga memperjuangkan dengan
penuh pengorbanan dan kesungguhan.Salah satu kegigihan Nabi dalam memperjuangkan HAM, yakni
memurnikan ajaran maupun kebiasaan yang ada pada zamannya, yakni tradisi masyarakat Arab Jahiliyah
di Makkah yang sangat bertentangan dengan konsep HAM.
Bukti lainnya berupa pidato Muhammad bin Abdullah pada tahun 632 Masehi, yang dikenal dengan
sebutan Deklarasi Arafah. Bahkan deklarasi tersebut disebut-sebut sebagai dokumen tertulis pertama
yang berisi tentang HAM.Secara sederhana dapat disimpulkan, jika dunia internasional baru mengenal
HAM ribuan tahun pasca adanya konsep HAM mempuni yang diprakarsai Islam pada zaman Nabi
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Secara konseptual, HAM dapat dilandaskan pada keyakinan bahwa hak tersebut ‘dianugerahkan secara
alamiah’ oleh alam semesta, nalar atau bahkan Tuhan. Mereka yang menolak penggunaan unsur
alamiah meyakini bahwa hak asasi merupakan pengejawantahan nilai-nilai yang disepakati oleh
masyarakat.Selain itu ada pula yang menganggap HAM sebagai perwakilan dari klaim-klaim kaum yang
tertindas, dan pada saat yang sama juga terdapat kelompok yang meragukan keberadaan HAM sama
sekali dan menyatakan bahwa HAM hanya ada karena manusia mencetuskan dan membicarakan konsep
tersebut.
Resume 11
MPN : 2010070130018
“Konsep ini memiliki relevansi dengan negara yang menggunakan sistem monarki konstitusional, salah
satunya Malaysia dengan status quo untuk kriteria pemimpinnya dan sistem pemerintahan
parlementernya. Prinsip penting yang menjadi esensi dari sistem pemerintahan yang diajukan Al
Mawardi ini adalah musyawarah, yang akan menjadi pemandu bagi Khalifah dalam bertindak. Karena
itu, ini sekaligus menjadi klarifikasi bahwa fenomena kerajaan di dunia Islam bukan bentuk dari khilafah,
karena kerajaan dipandu oleh kepentingan kelompok tertentu sedangkan khilafah dipandu oleh
musyawarah,” lanjutnya.
Selain itu, sosok pemimpin juga menjadi bagian integral dalam konsep yang diajukan Al Mawardi
tersebut. “Ada paradigma yang menyebutkan bahwa agama dan negara berhubungan secara simbiotik
yang saling memerlukan. Agama memerlukan negara sebagai wadahnya untuk berkembang secara
terjamin dan negara membutuhkan agama sebagai pembimbing dalam etika dan moral. Karena itu
kriteria pemimpin dalam konsep ini didasarkan pada agama, yaitu Quran dan Sunnah,” papar Rashda.
Rashda berharap penelitian yang dilakukannya dapat menjadi pemicu bagi masyarakat dan cendekiawan
untuk mengembangkan pemikiran Islam. “Harapannya nilai dan konsep politik Islam dapat berkontribusi
secara signifikan bagi peradaban dunia di masa mendatang. Kemudian saya juga berharap penelitian ini
dapat memberikan perspektif dalam merumuskan pemikiran mengenai pelembagaan politik negara
modern Al Mawardi di era globalisasi, terutama pada perspektif spiritual, etika dan nilai transendetal,”
tutupnya.