Anda di halaman 1dari 16

JENIS-JENIS PONDASI, MATERIAL, DAN PERMASALAHAN YANG

TERJADI PADA BANGUNAN JALAN DAN JEMBATAN

HANDOUT
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Edu Construction
Yang diampu oleh bapak Muhammad Aris Ichwanto, S. Pd., MA, Ph. D.

Disusun oleh:
Fanny Iga Widiastuti (190521648886)
Febe Widyawati (190521648883)
Ida Ayu Sulistyoningsih (190521648890)
Lindiani Santika (190521648802)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
MARET 2022
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga kami diberikan kesehatan dan
kelancaran dalam menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Jenis-jenis Pondasi,
Material, dan Permasalahan yang terjadi pada Bangunan Jalan dan Jembatan”
dengan baik dan tepat waktu.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Muhammad
Aris Ichwanto S. Pd., MA, Ph. D selaku dosen pengampu mata kuliah edu
construction yang memberi tugas makalah ini kepada kami, agar kami dapat lebih
memahami materi yang telah disampaikan sebelumnya. Selain itu, kami
mengucapkan terima kasih juga kepada kelompok yang sangat kompak dalam
pengerjaan makalah ini dengan baik.
Makalah yang kami susun masih jauh dari kata sempurna, namun kami
berharap dengan tersusunnya makalah ini, diharapkan dapat memberi manfaat
seluas-luasnya bagi para pembaca. Apabila terdapat kesalahan dalam penulisan
maupun kata-kata pada makalah ini, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Terimakasih.

Malang, 12 Maret 2022

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i


KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... iv
I. PEMBAHASAN JALAN ............................................................................... 1
A. Jalan Raya ................................................................................................. 1
B. Jalan Rel Kereta Api ................................................................................. 3
C. Bandara ..................................................................................................... 4
II. PEMBAHASAN JEMBATAN ...................................................................... 6
A. Konstruksi Jembatan ................................................................................. 6
B. Jenis Pondasi pada Jembatan .................................................................... 7
C. Jenis Material pada Jembatan ................................................................... 10
D. Permasalahan pada Jembatan .................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 11

iii
DAFTAR ISI

Gambar 1.1. Lapisan Jalan .................................................................................. 2


Gambar 1.2. Penulangan Pondasi Cakar Ayam ................................................... 5
Gambar 1.3. Potongan Pondasi Cakar Ayam runway ......................................... 5
Gambar 1.4. Potongan Melintang ........................................................................ 6
Gambar 2.1. Tiang Pancang Beton Bertulang Pracetak ...................................... 8
Gambar 2.2. Tiang Pancang Pipa Baja ................................................................ 9
Gambar 2.3. Pengeboran Tiang Bor .................................................................... 9
Gambar 2.4. Pengecoran Tiang Bor .................................................................... 9

iv
I. PEMBAHASAN JALAN
A. Jalan Raya
Pada jalan raya ini dibedakan berdasarkan jenis perkerasannya, yaitu
perkerasan kaku dan juga perkerasan lentur. Perkerasan jalan kaku (rigid
pavement) menggunakan PC/semen sebagai pengikatnya. Selain itu pula
menggunakan plat (slab) beton dengan tulangan atau tidak sama sekali. Plat
beton berada di atas tanah dasar yang difungsikan sebagai lapis pondasi
bawah, namun dapat pula ditemukan tidak ada. Lapis pondasi bawah
apabila berada di bawah plat (slab) akan menghindari timbulnya butiran
halus tanah yang bercampur dengan air di daerah sambungan, mengontrol
pada sistem drainase, mengontrol kembang susut yang terdapat pada tanah
dasar juga dapat untuk lantai kerja untuk pekerjaan kontruksi. Pondasi pada
perkerasan lentur yaitu lapis pondasi bawah (sub base), yang mana hanya
berfungsi untuk pendukung saja bagi pelat beton serta untuk mencegah erosi
akibat beban kendaraan dan lingkungan sekitar. Bahan dari lapis pondasi
dapat bermacam-macam, diantaranya berupa:
1. Batu pecah yang besarnya tidak lebih dari 5%, bahan pengikatnya dapat
semen, kapur, dan fly ashI.
2. Campuran aspal yang bergradasi rapat
3. Lantai kerja yang kuat tekan 28 hari diantara 80 dan 110 kg/cm2
Umumnya tebal plat yang diizinkan berkisar antara 200mm-300mm.
Kekuatan daripada perkerasan kaku didapat dari modulus elastisitas yang
tinggi. Beban kendaraan yang melaju akan disebarkan ke tanah dasar yang
luas. Sehingga menjadikan plat beton sebagai struktur perkerasan yang
menopang kapasitas beban paling besar. Berbeda dengan perkerasan lentur,
kekuatannya bergantung pada tebal lapis pondasi bawah, lapis pondasi atas,
dan lapis permukaan. Maka dari itu unsur yang paling penting saat
merencanakan perkerasan kaku harus perhatikan kekuatan betonnya.
Permasalahan kerusakan perkerasan kaku yang disebabkan oleh pondasi
bawah (subbase) antara lain:

1
1. Keretakan, keretakan seperti meluas dan retak setempat pada perkerasan
kaku dapat disebabkan karena lapis pondasi yang tidak cukup besar serta
adanya penyusutan strukur dan lapis pondasinya.
2. Patahan, disebabkan karena saat proses pemadatan lapis pondasi tidak
merata dan kurang baik.
3. Material kontruksi yang kurang baik/tidak sesuai standar
mengakibatkan kualitas perkerasan menjadi berkurang.
4. Iklim di Indonesia tropis, sangat berpengaruh terhadap perkerasan kaku
Tidak jauh berbeda dengan jalan perkerasakaku, pada jalan
perkerasan lentur ini struktur pondasinya menggunakan lapisan pondasi atas
(base course) dan pondasi bawah (subbase course).

Gambar 1.1. Lapisan Jalan


Pada struktur pondasi lapisan bawah, komponen yang digunakan
berupa agregat kelas B. Agregat kelas ini merupakan campuran antara sirtu
dan juga batu pecah degan ukuran yang berbeda. Perysaratan pada pondasi
ini ialah CBR minimal 60%,, untuk mendapatkan data ini maka perlu
dilakukan pengujian dengan cara melakukan tes sandcone.
Selanjutnya pada lapisan pondasi atas, lapisan pondasi ini langsung
terhubung dengan perkerasan lentur (aspal). Komponen yang digunakan
pada struktur ini ialah Agregat dengan kelas A yang terdiri dari material
batu pecah yang disertai dengan abu batu, dimana komponen ini ditata
sedemikian rupa sesuai dengan standart yang ada dengan persyaratan CBR
minimal untuk LPA ialah 90%, untuk mendapatkan hasil CBR sekian
pengujian yang digunakan tetap tes sandcone.
Beberapa kerusakan yang terjadi pada pondasi jalan ini ialah adanya
retakan, amblas dan gelombang. Beberapa faktor yang menyebabkan
terjadinya keruskan ini ialah pada saat penyusunan lapisan pondasi,
pemadatan yang dilakukan tidak sesuai dengan persyaratan yang sudah

2
ditentukan. Oleh karena itu, hendaknya dilakukan pemeriksaan ulang
terhadap pemadatan sebelum memasaki tahapan selanjutnya. Selain itu
kerusakan dapat juga dipicu oleh beban kendaraan yang melintas di atas
jalan melebihi desain perencanaan hal ini biasa disebut dengan
overtonase/overloading. Dan penyebab yang terakhir ialah bencana alam
serta kondisi lapisan tanah dasar pada jalan tidak stabil. Dengan adanya
kerusakan pada pondasi ini, maka akanberimbas pada perkerasan di atasnya.
Baik itu perkerasan lentur maupun kaku. Yang mana hal ini tentunya akan
mengganggu lalu lintas kendaraan serta kenyamanan dan keamanan
pengendara.

B. Jalan Rel Kereta Api


Rel kereta api merupakan prasarana yang paling utama dimana
digunakan untuk kereta api. Kereta api memanfaatkan tenaga gerak yang
berjalan sendiri yang mana roda besinya dapat bergerak di rel. Rel kereta
api terbuat dari batang besi. Jumlah batang besi pada rel kereta api
disesuaikan dengan jenis rel yang akan digunakan. Jika menggunakan rel
konvensional/sederhana, maka dipakai dua batang besi diletakkan di
bantalan. Sedangkan jika menggunakan monorel, maka hanya dipakai satu
batang besi saja. Dalam kontruksi jalan kereta api diharuskan sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan demi keamanan dan kenyaman pengendara
dan penumpang. Spesifikasi materialnya berdasar persyaratan antara lain:
1. Terdiri dari campuran agregat kasar atau batu split dan pasir
2. Kandungan materialnya dibawah 5%
3. Minimal kandungan agregat pecah 30%
Permasalahan kerusakan rel kereta api yang disebabkan oleh lapis fondasi
yakni balas dan sub balas antara lain:
1. Terjadi lendutan di sambungan yang menyebabkan timbul hentakan
pada roda kereta api jika di lewati. Hal tersebut terjadi dikarenakan saat
pemadatan balas di sambungan mengalami ambles.
2. Lidah gantung akibat balas tidak padat atau dapat pula karena bantalan
telah lapuk.

3
3. Alinemen yang rusak akibat balas tidak padat dan tipis.
4. Kecrotan diakibatkan balas yang tipis dan diperkirakan terdapat
campuran tanah pada balas.
5. Timbul genjotan akibat pemadatan balas tidak baik dan terdapat rongga
di bawah bantalannya.

C. Bandara (Runway)
Landasan pacu pesawat atau yang biasa disebut dengan Runway
merupakan area jalan yang terdapat di dalam bandara. Fungsi dari landasan
pacu itu sendiri yaitu untuk pesawat udara lepas landas maupun pendarata.
Struktur jalan pada landasan pacu pesawat ini tidak jauh beda dengan jalan
biasanya, pada jalan ini juga terdapat pondasi bawah (subbase course) yang
terdiri dari hamparan agregat sirtu lalu dipadatkan dengan ketentuan nilai
CBR minimum 20% serta Indeks Plastisitas (PI) <10% dan juga lapisan
pondasi (base course). Pondasi pondasi ini berfungsi sebagai penahan beban
roda dan juga perletakan lapisan permukaan, bahan penyusun pondasi ini
diantaranya adalah batu pecah, kerikil pecah dan stabilisasi tanah dengan
semen atau kapur dengan ketentuan (CBR > 50%, PI < 4%).
Disamping itu, dikarenakan landasan pacu ini dilintasi pesawat yang
notabenya beban pesawat lebih besar jika dibandingan dengan kendaraan
yang melintas di jalan raya pada umumnya. Maka dari itu, pondasi pada
landasan pacu terdapat penambahan pondasi khusus untuk memperkuat
struktur jalan ini, biasanya pondasi cakar ayam atau pondasi dalam (tiang
pancang).
1. Pondasi Dangkal
Pondasi yang digunakan pada landasan pacu maupun hanggar di
bandara adalah pindasi dangkal jenis cakar ayam ini. Pondasi ini dapat
diaplikasan di beberapa daerah, bahkan di tanah dengan tekstur yang
lembek. Fungsi utama dari pondasi ini ialah menopang bangunan/beban
di atasnya dengan kokoh dan tahan lama. Pondasi cakar ayam banyak
digunakan untuk membangun suatu struktur yang besar dengan
kekokohan yang tahan lama, salah satunya adalah landasan pesawat ini.

4
Gambar 1.2. Penulangan Pondasi Cakar Ayam
Salah satu bandara yang menerapkan pondasi cakarayam untuk
dijadikan pondasi runway adalah bandara Internasional Yogyakarta
yang terletak di kabupaten Kulonprogo Yogyakarta. Sebelum dilakukan
pemasangan pondasi cakar ayam ini terlebih dahulu tanah di area
runway dilakukan pemadatan kurang lebih sedalam dua meter.
Perencanaan lebar pemasangan pondasi cakar ayam disesuaikan dengan
area perencanaan runway.

Gambar 1.3. Potongan Pondasi Cakar Ayam Runway


Struktur dari pondasi cakar ayam ini secara umum terdiri dari
beton bertulang tebal 10-15 cm. Beton bertulang ini didukung oleh pipa
bertulang yang dipasang vertikal. Komponen-Komponen ini disatukan
dengan plat beton. Dimensi dari pipa beton ini biasanya kisaran tebal 8
cm dan diameter 120 cm. Dikarenakan konstruksi pondasi ini
merupakan beton bertulang, maka kerusakan yang terjadi pada pondasi
ini ialah adanya retak atau amblas yang diakibatkan apabila beban
pesawat yang melintas di atas runway ini melebihi beban yang
direncanakan
2. Pondasi Dalam
Berbeda dengan kodisi bandara yang dibangun di lokasi daerah
rawa-rawa, tanah jenis lempung dengan tekstur sangat lunak dan juga
tanah gambut. Daya dukung tanah pada lokasi pembangunan bandara

5
ini sangat. Oleh karena itu, diberikan solusi berupa perencanaan
pondasi yang kuat atau perkuatan lapisan tanah dasar terutama yang
berada dibawah konstruksi landasan pacunya. Pondasi yang digunakan
pada area runway ini adalah pondasi dalam berupa tiang pancang.

Gambar 1.4. Potongan Melintang


Kerusakan yang terjadi pada pondasi tiang pancang ini beberapa
permasalahan dipicu oleh kualitas beton kurang baik, atau dalam
penggunaan drop hammer pada proses pengerjaan kurang tepat.
Selanjutnya ialah pemotongan yang tidak tepat sehingga mengakibatkan
dinding tiang menjadi sangat tipis dan tidak mampu menahan beban
pukulan yang terjadi, terjadi retakan pada saat gempa. Tiang pancang
akan mengalami keruntuhan apabila komponen pada tiang pancang ini
tidak dilakukan perencanaan untuk menahan beban geser serta beban
aksial yang terlalu besar.

II. PEMBAHASAN JEMBATAN


A. Konstruksi Jembatan
Jembatan merupakan suatu bangunan yang dibuat untuk
menghubungkan antara dua bagian jalan dan dapat memungkinkan suatu
jalan menyilang melalui sungai atau saluran air, lembah yang dalam, jalan
kereta api, waduk dan juga dapat menyilang jalan lain yang tidak memiliki
tinggi permukaan yang sama. Bangunan jembatan akan menjadi suatu
bangunan yang kokoh apabila memiliki konstruksi bangunan yang tepat dan
benar. Konstruksi bangunan pada jembatan yakni terdiri dari enam bagian
yakni sebagai berikut:
1. Bangunan atas jembatan yang terdiri dari bagian struktur jembatan
bagian atas yang mana berfungsi untuk menerima dan menyalurkan
beban dari kendaraan ke bangunan bawah.

6
2. Landasan merupakan bagian ujung dari struktur jembatan bagian atas
yang fungsinya menyalurkan beban atau gaya dari bangunan atas ke
bawah.
3. Bangunan bawah jembatan yang merupakan struktur yang berada di
bawah struktur atas jembatan yang mana fungsinya untuk menerima dan
menyalurkan beban ke pondasi.
4. Pondasi merupakan struktur terakhir yang menerima beban dan
menyalurkan beban ke tanah.
5. Oprit merupakan penghubung antara jalan dan jembatan berupa tanah
atau pile slab yang terletak dibelakang abutment.
6. Pengaman jembatan merupakan struktur jembatan yang berfungsi
mengamankan jembatan dari pengaruh sungai secara langsung atau
tidak langsung.

B. Jenis Pondasi pada Jembatan


Pada pembangunannya konstruksi jembatan yang memiliki peran
penting yakni pondasi, dengan pondasi yang kuat maka jembatan akan dapat
berfungsi secara maksimal dan dapat menahan beban dengan baik karena
pondasi memegang peran untuk menahan seluruh beban pada jembatan.
Pada bangunan jembatan terdapat beberapa jenis pondasi yang dapat
digunakan, yakni sebagai berikut:
1. Pondasi Langsung
Pondasi langsung merupakan pondasi berupa plat setempat atau plat
menerus yang dibuat langsung berdiri diatas tanah. Pondasi langsung
termasuk dalam jenis pondasi dangkal yang digunakan apabila tanah
pondasi memiliki kondisi yang keras dan padat dengan daya dukung
tanah > 2,0 kg/cm2. Pondasi langsung ini umumnya dipergunakan untuk
abutment jembatan tipe grafitasi. Kedalaman pondasi ini relatif dangkal
yakni tidak lebih dari 2 meter.
2. Pondasi Sumuran
Pondasi Sumuran merupakan pondasi yang digunakan pada struktur
jembatan yang mana pondasi ini dibuat dalam bentuk silinder yang

7
menyerupai sumur. Pondasi ini termasuk dalam pondasi dangkal yang
mana digunakan apabila tanah pondasi cukup keras dan memiliki daya
dukung tanah >3 kg/cm2. Pondasi sumuran ini digunakan untuk
kedalaman antara 2-5 meter.
3. Pondasi Dalam
Pondasi tiang pancang merupakan suatu konstruksi dari berbagai
bahan yaitu beton atau baja yangmana berfungsi untuk mentransmisikan
atau menyalurkan beban dari permukaan ke dalam lapisan tanah.
Pondasi tiang pancang ini digunakan apabila tanah dangkal tidak stabil
dan kurang keras dan tanah dasar tidak memiliki kapasitas daya dukung
yang memadai. Pondasi tiang pancang memiliki beberapa jenis dalam
konstruksi pondasi, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Pondasi Tiang Pancang Beton Bertulang Pracetak
Pondasi tiang pancang beton bertulang pracerak ini dibuat
dari beton tulangan yang dicetak lalu dicor menggunakan bekisting
(acuan beton), lalu kemudian setelah dirancang dan dicor boeton
perlu dirawat untuk mendapat kekuatan yang baik dan sesuai agar
didapatkan beton yang kuat dan tahan terhadap pengangkutan saat
pengiriman dan tahan kuat terhadap tekanan akibat pemancang atau
beban beban yang di dukung tanpa kerusakan.

Gambar 2.1. Tiang Pancang Beton Bertulang Pracetak


b. Pondasi Tiang Pancang Baja Struktur/Tiang Pancang Pipa Baja
Pondasi tiang pancang baja struktur pada umumnya berupa
profil baja gilas, pipa baja dan kotak. Apabila pada pondasi tiang
pancang baja struktur menggunakan pipa baja atau kotak, maka
didalam pipa tersebut akan diisi dengan beton dengan mutu

8
minimum yaitu fc’= 20 Mpa atau K-250. Pada bagian dari tiang
pancang baja umumnya akan ada resiko mengalami korosi. Untuk
menangani hal tersebut maka pada bagian atau seluruh bagian tiang
pancang yang memiliki kemungkinan akan dapat mengalami korosi
harus dilindungi menggunakan lapisan pelindung dengan cara
pengecatan.

Gambar 2.2. Tiang Pancang Pipa Baja


c. Pondasi Tiang bor Beton
Pondasi Tiang Bor Beton merupakan pondasi yang dipasang
dengan mengebor tanah dengan kedalaman dan diameter yang telah
ditentukan lalu memasukan tulangan baja yang telah dirakit dan
kemudian dilanjutkan dengan pengecoran beton. Sebelum
pengecoran, didalam lubang bor harus dibersihkan terlebih dahulu
dengan mengeluarkan air bekas pengeboran, memompa keluar
seluruh air yang ada di dalam lubang. Pengecoran beton harus
dilakukan pada lubang yang telah dibor sudah dalam keadaan kering
dan bersih.

Gambar 2.3. Pengeboran Tiang Bor

Gambar 2.4. Pengecoran Tiang Bor

9
C. Jenis Material pada Jembatan
1. Pondasi Langsung
Pondasi langsung terbuat dari pasangan batu kali dan beton struktural.
2. Pondasi Sumuran
Pada pondasi sumuran dibagian dinding sumuran terbuat dari beton
bertulang sedangkan pengisi pondasi di dalam dinding sumuran tersebut
diisi dengan beton siklop yang harus memenuhi syarat spesifikasi.
Pengerjaan pada isi dari pondasi sumuran ini dilakukan dengan cara
pengecoran ditempat menggunakan komponen beton dan batu belah.
3. Pondasi Dalam
Pondasi dalam seperti tiang pancang ini dapat terbuat dari beberapa jenis
materiaal seperti baja dan beton.

D. Contoh Permasalahan pada Jembatan


Kerusakan pada Jembatan Keduang.
Kerusakan pada jembatan tersebut disebabkan oleh faktor alam yaitu
banjir. Tekanan banjir mengakibatkan struktur bawah jembatan mengalami
penambahan gaya lateral, sehingga apabila tekanan tersebut melebihi
kapasitas struktur pilar maka hal tersebut dapat mengakibatkan keruntuhan
struktur jembatan keduang. Namun, apabila tekanan melebihi kapasitas daya
dukung tanah, maka hal tersebut mengakibatkan terjadinya settlement dan
apabila lapisan struktur tanah mengalami gerusan (scouring) hal tersebut
dapat memperparah terjadinya settlement.

10
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (1986). Perencanaan Kontruksi Jalan Rel (Peraturan Dinas No.10).

Apriliansyah, A., & Gugun, G. (2019). Pelaksanaan Pekerjaan Jalan Perkerasan


Kaku (Rigid Pavement) Untuk Akses Masuk Bendungan Cipanas. IKRA-
ITH TEKNOLOGI Vol 3 No. 3, 33.

Asyiffa, T. D., Wahyudi, H., & Y., L. (2021). Alternatif Perencanaan Pondasi
Dangkal pada Runway dan Gedung Terminal dengan Memperhatikan
Pengaruh Likuifaksi (Studi Kasus: Bandara Internasional). Jurnal Teknik
ITS, 9(2), 118-123.

Balamba, J. O., Sompie, O. B., & Sarjar, A. N. (2013). Analisis Kestabilan Pondasi
Jembatan Studi Kasus ; Jembatan Essang-Lalue. Jurnal Teknik Sipil, 1(11),
730-744.

Bobie. (2018). Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) Pada Ruas Jalan Posing
Kabupaten Murung Raya. Buletin Profesi Insinyur 1(2), 56-61.

Hamdani, D., Kristiawan, S., & Ikhsan, C. (2009). Penilaian Kondisi Jembatan
Keduang Pasca Banjir. Media Teknik Sipil, IX, 41-56.

Indonesia, K. P. (2012). Peraturan Menteri Perhubungan No.60 Tahun 2012


Tentang Persayaratan Teknis Jalur Kereta Api. Jakarta: Kemenhub RI.

Karim, A. M. (2017). Identifikasi Risiko dalam Pembangunan Jembatan Bentang


Panjang (Studi Kasus: Pembangunan Jembatan Selat Sunda). 3(01), 70-82.

Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Badan Pengembangan


SUmber Daya Manusia Pusta Pendidikan dan Pelatihan Jalan, Perumahan,
Permukimakan dan Pengembangan Infrastruktur Wilayah. (2017).
Perkerasan Kaku. Konsep Dasar dan Konstruksi Perkerasan Kaku, 10-12.

Kristian, Y., & Roesdiana, T. (2016). Analisis Kerusakan Jalan Rel Wilayah UPT
Resor Jalan Rel 3.13 Tanjung Berdasarkan Hasil Kerata Ukur. Jurnal
Kontruksi, 95-109.

11
Zahera, N., Mochtar, I. B., & Satrya, T. R. (2021). Pemecahan Masalah Stabilitas
Abutment dan Oprit Jembatan di Atas Tanah Lunak Menggunakan
Relieving Platform. Jurnal Aplikasi Teknik Sipil, 19(3), 311-322.

12

Anda mungkin juga menyukai