Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MANAJEMEN

DOSEN : Prof.Dr.Suhardi M.Anwar MM

PENGAWASAN

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 6 :
LUKMAN
UTARI KARLINDA SOPHIAN
NURAENI

PASCA SARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALOPO
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa
bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman Kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

Palopo, 17 Juli 2022

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses untuk menjamin bahwa tujuan-tujuan


organisasi dan manajemen tercapai. Ini berkenaan dengan cara- cara membuat kegiatan-
kegiatan sesuai yangdirencanakan. Pengertian ini menunjukkan adanya hubungan yang
sangat erat antara perencanaan dan pengawasan. Langkah awal proses pengawasan adalah
sebenarnya langkah perencanaan, penepatan tujuan, standar atau sasaran pelaksanaan
suatu kegiatan. Karena kadang-kadang sulit untuk membedakan antara rencana, standar
atau apa itu pengawasan, maka perlu dipahami terlebih dahulu pengertian-pengertian
tujuan sasaran, prosedur, dan sebagainya. Pengawasan membantu penilaian apakah
perencanaan, pengorganisasian, penyusunan per- sonalia, dan pengarahan telah
dilaksanakan secara efektif, serta fungsi pengawasan itu sendiri harus diawasi. Definisi
pengawasan yang dikemukan oleh Robert J. Mockler berikut ini telah memperjelas unsur-
unsur esensial proses pengawasan : “Pengawasan manajemen adalah suatu usaha
sistematik untuk menetapkan standart pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan,
merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kengiatan nyata dengan
standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-
penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin
bahwa sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan efesien
dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan”.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa konsep dasaar fungsi pengawasan?

2. Apa manfaat pengawasan?

3. Apa saja objek pengawasan?

4. Apa saja jenis-jenis pengawasan?


5. Apa saja pengawasan yang efektif?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui konsep dasar fungsi pengawasan

2. Untuk mengetahui manfaat pengawasan

3. Untuk mengetahui apa saja objek pengawasan

4. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis pengawasan

5. Untuk mengetahui apa saja pengawasan yang efektif


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep dasar fungsi pengawasan


2.1.1 Pengertian Pengawasan
Pengawasan dapat di definiskan sebagai proses untuk menjamin bahwa

tujuan-tujuan jorganisasi dan manajemen dapat tercapai. Ini berkenaan dengan


cara-cara membuat kegiatan- kegiatan sesuai yang direncanakan. Pengertian ini
menunjukkan adanya hubungan yang sangat erat antara perencanaan dan
pengawasan.
Kontrol atau pegawasan adalah fungsi di dalam manajemen fungsional

yang harus dilaksanakan oleh setiap pimpinan semua unit/satuan kerja terhadap
pelaksanaan pekerjaan atau pegawai yang melaksanakan sesuai dengan tugas
pokoknya masing-masing. Dengan demikian, pengawasan oleh pimpinan
khusunya yang berupa pengawasan melekat (built in control), merupakan
kegiatan manajerial yang dilakukan dengan maksud agar tidak terjadi
penyimpangan dalam melaksanakan pekerjaan. Suatu penyimpangan atau
kesalahan terjadi atau tidak selama dalam pelaksanaan pekerjaan tergantung
pada tingkat kemampuan dan keterampilan pegawai. Para pegawai yang selalu
mendapat pengarahan atau bimbingan dari atasan, cenderung melakukan
kesalahan atau penyimpangan yang lebih sedikit dibandingkan dengan pegawai
yang tidak memperoleh bimbingan

Pengertian pengawasan cukup beragam, di bawah ini adalah contoh


keberagaman pengertian tersebut :

1. Menurut Sondang P. Siagian pengawasan adalah proses pengamatan dari


pada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua
pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan.
2. Robert J. Mockler berpendapat bahwa pengawasan manajemen adalah suatu
usaha sitematik untuk menetapkan standart pelaksanaan dengan tujuan-
tujuan perencanaan, merancang sistem informasi, umpan balik,
membandingkan kegiatan nyata dengan standard yang telah ditetapkan
sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpanganpenyimpangan serta
mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa
semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara efektif dan
efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.
3. Pengawasan menurut Fahmi yang dikutip oleh Erlis Milta Rin Sondole dkk,
bahwa pengawasan secara umum didefinisikan sebagai cara suatu oganisasi
mewujudkan kinerja yang efektif dan efisien, serta lebih jauh mendukung
terwujudnya visi dan misi organisasi

Konsep pengawasan demikian sebenarnya menunjukkan pengawasan


merupakan bagian dari fungsi manajemen, dimana pengawasan dianggap
sebagai bentuk pemeriksaan atau pengontrolan dari pihak yang lebih atas
kepada pihak dibawahnya. Dalam ilmu manajemen, pengawasan ditempatkan
sebagai tahapan terakhir dari fungsi manajemen. Dari segi manajerial,
pengawasan mengandung makna pula sebagai pengamatan atas pelaksanaan
seluruh kegiatan unit organisasi yang diperiksa untuk menjamin agar seluruh
pekerjaan yang sedang dilaksanakan sesuai dengan rencana dan peraturan atau
suatu usaha agar suatu pekerjaan dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana
yang telah ditentukan, dan dengan adanya pengawasan dapat memperkecil
timbulnya hambatan, sedangkan hambatan yang telah terjadi dapat segera
diketahui yang kemudian dapat dilakukan tindakan perbaikannya.

Jelasnya pengawasan harus berpedoman terhadap hal-hal berikut:

a. Rencana (planning) yang telah ditentukan


b. Perintah (orders) terhadap pelaksanaan pekerjaan (performance)
c. Tujuan
d. Kebijakan yang telah ditentukan sebelumnya

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan, bahwa pengawasan


adalah proses untuk menjaga agar kegiatan terarah menuju pencapaian tujuan
seperti yang direncanakan dan bila ditemukan penyimpangan-penyimpangan
diambil tindakan koreksi.
2.2 Fungsi Pengawasan

Sebagai suatu pengendalian manajemen yang bebas dalam menyelesaikan


tanggung jawabnya secara efektif, maka fungsi pengawasan menurut Hanif,
(2007:89) adalah :

1. Untuk menilai apakah pengendalian manajemen telah cukup memadai dan


dilaksanakan secara efektif.
2. Untuk menilai apakah laporan yang dihasilkan telah menggambarkan kegiatan
yang sebenarnya secara cermat dan tepat.
3. Untuk menilai apakah setiap unit telah melakukan kebijaksanaan dan prosedur
yang menjadi tanggung jawabnya.
4. Untuk meneliti apakah kegiatan telah dilaksanakan secara efisien.
5. Untuk meneliti apakah kegiatan telah dilaksanakan secara efektif yaitu
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Dengan demikian fungsi pengawasan adalah membantu seluruh manajemen


dalam menyelesaikan tanggung jawabnya secara efektif dengan melaksanakan
analisa, penilaian, rekomendasi dan penyampaian laporan mengenai kegiatan yang
diperiksa. Oleh karena itu internal audit harus dapat memberikan pelayanan
kepada manajemen, sehingga manajemen dapat mengetahui apakah system
pengendalian yang telah diterapkan berjalan dengan baik dan efektif untuk
memperoleh keadaan sesungguhnya.

Griffin sebagaimana dikutip oleh Wibowo, (2010:156) menjelaskan bahwa


terdapat empat tujuan dari fungsi pengawasan. Keempat tujuan tersebut adalah
adaptasi lingkungan, meminimalkan kegagalan, me-minimumkan biaya, dan
mengantisipasi kompleksitas dari organisasi.

1. Adaptasi Lingkungan.

Tujuan pertama dari fungsi pengawasan adalah agar perusahaan


dapat terus ber-adaptasi dengan perubahan yang terjadi di lingkungan
perusahaan, baik lingkungan yang bersifat internal maupun lingkungan
eksternal. Sebagai contoh, ketika teknologi informasi dan komputer belum
secartggih saat ini, kualifikasi minimum tenaga kerja di sebuah perusahaan
barangkali hanya dibatasi pada kemampuan mengetik, atau kualifikasi
pendidikan minimum, seperti SMU dan lain-lain. Natnun saat ini, ketika
hampir seluruh perusahaan menggunakan komputer sebagai ujung tombak
kegiatan sehari- harinya, yaitu dari mulai pengetikan, pemrosesan data,
laporan keuangan, dan lain sebagainya, maka kualifikasi minimum untuk
tenaga kerja menjadi berubah. Saat ini, seseorang yang ingin bekerja di
perusahaan tertentu sudah dipersyaratkan untuk memiliki kernampuan
dalam mengoperasikan komputer. Dalam hal ini, perusahaan perlu
menyesuaikan diri dalam hal penggunaan tenaga kerjanya. Ketika kegiatan
perusahaan perlu menyesuaikan diri dengan penggunaan teknologi
komputer, maka perusahaan pun perlu melakukan pengawasan dan
evaluasi atas tenaga kerja yang di-milikinya. Standar kualifikasi tenaga
kerja akhirnya harus disesuaikan.

Pengawasan dan pengendalian perlu dilakukan agar perusahaan


tetap bisa beradaptasi terus dengan perubahan ling-kungan. Dengan
demikian, fungsi pengawasan tidak saja dilakukan untuk memastikan agar
kegiatan perusahaan berjalan sebagaimana rencana yang telah ditetapkan,
akan tetapi juga agar kegiatan yang dijalankan sesuai dengan perubahan
lingkungan, karena sangat memungkinkan perusahaan juga mengubah
rencana perusahaan disebabkan terjadinya berbagai perubahan di
lingkungan yang dihadapi perusahaan.

2. Meminimumkan Kegagalan

Tujuan kedua dari fungsi pengawasan adalah untuk meminimumkan


kegagalan. Ketika perusahaan melakukan kegiatan produksi misalnya,
perusahaan berharap agar kegagalan seminimal mungkin. Ketika
perusahaan memiliki target produksi sebanyak 10.000 unit, maka
perusahaan berharap bahwa bagian produksi dapat menghasilkan produk
sebanyak unit tersebut. Katakanlah, ketika bagian produksi ternyata hanya
mampu menghasilkan 9.000 unit yang memenuhi standar, dan 1.000 unit
yang tidak memenuhi standar, maka perusahaan mengalami 1.000 unit
kegagalan dalam produksi, dan hal tersebut akan sangat merugikan
perusahaan karena target tidak tercapai.
Oleh karena itu perusahaan perlu menjalankan fungsi pengawasan agar
kegagalan-kegagalan tersebut dapat diminimumkan.

3. Meminumkan Biaya

Tujuan ketiga dari fungsi pengawasan adalah untuk meminimumkan


biaya. Sebagai-mana contoh yang telah dikemukakan di atas, ketika
perusahaan mengalami kegagalan sebanyak 1.000 unit, maka akan ada
pemborosan biaya sebanyak 1.000 unit yang tidak memberikan keuntungan
bagi perusahaan. Oleh karena itu, fungsi pengawasan melalui penetapan
standar tertentu dalam meminimumkan kegagalan dalam produksi misalnya,
akan dapat meminimumkan biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan.
Sebagai contoh lain, pengawasan terhadap tenaga kerja dari kasus korupsi.
Korupsi dapat berupa korupsi jam kerja, penggunaan fasilitas perusahaan
bukan untuk kepentingan per-usahaan, hingga korupsi berupa penggelapan
uang. Fungsi pengawasan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan agar tidak
terjadi tindak korupsi ini. Bagaimana hat ini dapat meminimumkan biaya? Kita
dapat kalkulasikan, misalnya jika dalam sebuah perusahaan yang terdiri dari
1000 orang pegawai, katakanlah 10 persen dari pegawai menggunakan fasilitas
perusahaan, katakanlah menggunakan telepon untuk kepentingan pribadi per
harinya selama 10 menit, dan untuk setiap 10 menit tersebut biaya percakapan
via telepon adalah sebesar 5.000 rupiah (baik telepon biasa maupun selular),
berarti perusahaan harus mengeluarkan sekitar 500.000 rupiah untuk per
harinya (5.000 rupiah x 10% x 1000 pegawai) atau 10 juta rupiah per bulannya
(asumsi 20 hari kerja) untuk pengeluaran melalui percakapan telepon yang
tidak terkait dengan kegiatan perusaha-an. Dari contoh ini, kita dapat
memperkirakan berapa banyak biaya yang dapat dihemat sekiranya hat
tersebut di atas tidak terjadi melalui optimalisasi dari fungsi pengawasan.

4. Antisipasi Kompleksitas Organisasi

Tujuan terakhir dari fungsi pengawasan adalah agar perusahaan dapat


meng-antisipasi berbagai kegiatan organisasi yang kompleks.
Kompleksitas tersebut dari mulai pengelolaan terhadap produk, tenaga
kerja, hingga berbagai prosedur yang terkait dengan manajemen
organisasi. Oleh karena itu, jelas fungsi pengawasan memiliki peran
penting untuk merijamin bahwa kompleksitas tersebut dapat diantisipasi
dengan baik.

Agar keempat tujuan dari fungsi pengawasan tersebut dapat lebih dipahami,
maka berikut ini akan diuraikan langkah-langkah dari proses pengawasan sehingga
kaitan antara apa yang dikerjakan oleh perusahaan dengan fungsi pengawasan akan
lebih dapat dipahami.

2. 3 Manfaat Pengawasan

Adapun manfaat pengawasan yaitu:

1. Mengetahui sejauh mana kegiatan program sudah dilaksanakan oleh staf


2. Mengetahui adanya penyimpangan pada pemahaman staf dalam melaksanakan
tugasnya
3. Mengetahui waktu dan sumber daya telah dimanfaatkan secara efektif dan efisien
4. Mengetahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan
5. Mengetahui staf yang perlu diberikan penghargaanm dipromosikan atau diberikan
pelatihan

2.4 Objek Pengawasan dalam Manajemen

Terdapat lima jenis objek pengawasan dalam manajemen, diantaranya :

1. Kuantitas dan kualitas barang


2. Keuangan
3. Objek yang sifatnya strategis
4. Pelaksanaan program di lapangan
5. Pelaksanaan kerja sama dengan pihak lain

2.5 Jenis – jenis Pengawasan dalam Manajemen

Pengawasan bisa dibedakan berdasarkan jenisnya. Berikut tiga jenis pengawasan


dalam manajemen:

1. Pengawasan Intern dan Ekstern


Pengawasan intern dilakukan oleh pihak yang ada di dalam perusahaan.
Sementara pengawasan ekstern dilakukan oleh pihak yang ada di luar perusahaan

2. Pengawasan Preventif dan Represif

Pengawasan preventif dilakukan sebelum karyawan menjalankan tugas mereka


demi mencegah terjadinya penyelewengan.

Sementara pengawasan represif merupakan pengawasan yang dilakukan setelah


karyawan selesai menjalankan tugas mereka. Pengawasan ini biasanya dilakukan
akhir tahun melalui laporan

3. Pengawasan Aktif dan Pasif

Pengawasan aktif adalah pengawasan yang dilakukan langsung di tempat


karyawan bekerja, sementara pengawasan pasif dilakukan sebaliknya yaitu
berupa bukti penerimaan-pengeluaran, bukti surat izin kehadiran, dan lain
sebagainya

2.6 Tahap – tahap dalam proses pengawasan

Proses pengawasan biasanya terdiri dari paling sedikit lima tahap, yaitu:

1. Penetapan standar pelaksanaan


2. Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan
3. Pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata
4. Perbandingan pelaksanaan kegiatan dengan standar dan penganalisaan
penyimpangan-penyimpangan
5. Pengambilan tindakan koreksi bila perlu

Setiap tipe standar tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk-bentuk hasil yang dapat
dihitung. Ini memungkinkan manajer untuk mengkomunikan pelaksanaan kerja yang
diharapkan kepada para bawahan secara lebih jelas dan tahapan-tahapan lain dalam
proses perencanaan dapat ditangani dengan lebih efektif.
2.7 Pengawasan yang Efektif

Untuk menjadi efektif, sistem pengawasan harus memenuhi kriteria tertentu;

1. Mengawasai kegiatan-kegiatan yang benar.


2. Tepat waktu.
3. Dengan biaya yang efektif.
4. Tepat akurat.
5. Dapat diterima oleh yang bersangkutan.

Karakteristik pengawasan yang efektif dapat dirinci sebagai berikut:

1. Akurat. Informasi tentang pelaksanaan kegiatan harus akurat


2. Tepat waktu, informasi harus dikumpulkan, disampaikan dan dievaluasi secepatnya
bila kegiatan perbaikan harus dilakukan segera
3. Objektif dan menyeluruh. Informasi harus mudah dipahami dan bersifat objektif serta
lengkap
4. Terpusat pada titik-titik pengawasan strategik. System pengawasan harus memusatkan
perhatian pada bidang-bidang dimana penyimpangan dari standar paling sering terjadi
atau akan mengakibatkan kerusakan yang fatal
5. Realistic secara ekonomi. Biaya pelaksanaan system pengawasan harus lebih rendah
atau paling tidak sama, dengan kegunaan yang diperoleh dari system tersebut.
6. Realistic secara organisasional. System pengawasan harus cocok atua harmonis
dengan kenyataan organisasi
7. Terkoordinasi dengan aliran organisasi. Informasi pengawasan harus terkoordinasi
dengan aliran kerja organisasi
8. Fleksibel. Pengawasan harus mempunyai fleksibilitas untuk memberikan tanggapan
atau reaksi terhadap ancaman ataupun kesempatan dari lingkungan
9. Bersifat sebagai petunjuk dan operasional. System pengawasan efektif harus
menunjukkan baik deteksi atau deviasi dari standar, tindakan koreksi apa yang
seharusnya diambil
10. Diterima para anggoata organisasi. System pengawasan harus mampu mengarahkan
pelaksanaan kerja para anggota organisasi dengan mendorong perasaan otonomi,
tanggung jawab dan berprestasi
BAB III

KESIMPULAN

Pengwasan merupakan suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar


pelaksanaan tujuan dengan tujuan-tujuan perencanaan,merancang system informasi
umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan
sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan serta
mengambil tindakan koreksi yang di- perlukan. Tipe-tipe pengawasan yaitu ;
Pengawasan Pendahuluan (preliminary control),Pengawasan pada saat kerja
berlangsung (cocurrent control), Pengawasan Feed Back (feed back control). Tahap
Proses Pengawasan ; Menetapkan standar pelaksanaan (perencanaan), Penentuan
pengukuran pelaksanaan kegiatan, Pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan
standard dan penganalisa penyimpangan – penyimpangan, Pengambilan tindakan
koreksi.

Perancangan proses pengawasan diantaranya yaitu; Merumuskan hasil yang di


inginkan, Menetapkan penunjuk hasil, Menetapkan standar penunjuk dan hasil,
Menetapkan jaringan informasi dan umpan balik dan Menilai informasi dan
mengambil tindakan koreksi.

Pengawasan dirasa sangat dibutuhkan dalam suatu organisasi. Karena jika tidak
ada pengawasan dalam suatu organisasi akan menimbulkan banyaknya kesalahan-
kesalahan yang terjadi baik yang berasal dari bawahan maupun lingkungan.
Pengawasan menjadi sangat dibutuhkan karena dapat membangun suatu komunikasi
yang baik antara pemimpin organisasi dengan anggota organisasi. Serta pengawasan
dapat memicu terjadinya tindak pengoreksian yang tepat dalam merumuskan suatu
masalah. Pengawasan lebih baik dilakukan secara langsung oleh pemimpin organisasi.
Disebabkan perlu adanya hak dan wewenang ketegasan seorang pemimpin dalam
suatu organisasi. Pengawasan disarankan dilakukan secara rutin karena dapat merubah
suatu lingkungan organisasi dari yang baik menjadi lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Yohannes Yahya, Pengantar Manajemen (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), hlm. 133.
M. Kadarisman, Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia (Jakarta: Rajawali: 2013), hlm. 172.

Zamani, Manajemen (Jakarta: IPWI, 1998), hlm. 132.

Maringan Masry Simbolon, Dasar – Dasar Administrasi dan Manajemen (Jakarta: Ghalia Indonesia : 2004),
hlm. 61.

Maringan Masry Simbolon, Op.Cit, hlm. 65

Anda mungkin juga menyukai