Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI SEDIAAN SOLID

PEMBUATAN TABLET PARACETAMOL DENGAN


METODE GRANULASI BASAH

Disusun oleh :
Kelompok III

1. Melisa Putri H 12019028


2. Siti Aminah 12019050
3. Syarief Hidayatuloh 120190
4. Putri Nurul Yaasin 12019042

LAB TEKNOLOGI FORMULASI SOLID


FARMASI S1
STIKES PRIMA INDONESIA BABELAN – BEKASI
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................................1
BAB I......................................................................................................................................................2
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................2
A. LATAR BELAKANG.................................................................................................................2
B. RUMUSAN MASALAH.................................................................................................................2
C. TUJUAN FORMULASI..................................................................................................................2
D. MANFAAT FORMULASI..............................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................................................3
A. PRAFORMULASI.........................................................................................................................3
I. TINJAUAN FARMAKOLOGI BAHAN OBAT................................................................................5
II. TINJAUAN SIFAT FISIKOKIMIA BAHAN OBAT..........................................................................6
III. BENTUK SEDIAAN, DOSIS DAN CARA PEMBERIAN..................................................................8
B. FORMULASI................................................................................................................................9
C. PELAKSANAAN...........................................................................................................................9
1. Alat dan Bahan.......................................................................................................................9
2. Perhitungan Penimbangan...................................................................................................10
3. Prosedur Kerja......................................................................................................................10
4. Evaluasi Granul.....................................................................................................................10
5. Evaluasi Tablet......................................................................................................................11
BAB III..................................................................................................................................................12
HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................................................................12
A. HASIL........................................................................................................................................12
B. PEMBAHASAN..........................................................................................................................15
BAB IV..................................................................................................................................................18
PENUTUP.............................................................................................................................................18
I. KESIMPULAN............................................................................................................................18
II. SARAN......................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................19

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Saat ini, sediaan tablet sangat popular pemakaian dan merupakan sediaan yang paling
banyak diproduksi. Paracetamol dalam bentuk sediaan tablet beredar luas dipasaran antara lain
karena kelebihan tentang kemudahan pemakaian , dosis yang akurat, stabilitas yang bagus ,
mudah di produksi dan harga yang terjangkau. Tablet paracetamol tidak kurang dari 90% dan
tidak lebih dari 110% dari jumlah yang tertera pada etiket. Tablet paracetamol memiliki
kompaktibilitas yang buruk, sehingga untuk menghasilkan tablet dengan kualitas fisik yang
memuaskan maka pembuatan tablet paracetamol dibuat dengan metode granulasi. Granul dapat
meningkatkan fluiditas dan kompaktibilitas paracetamol dalam pengempaan.
Metode yang digunakan dalam pembuatan tablet parasetamol ini adalah metode granulasi
basah. Obat-obat dengan metode ini adalah obat yang tidak memiliki sifat alir yang baik .
karakteristik dari granulasi basah adalah pencampuran bahan aktif, bahan tambahan dan bahan
pengikat sehingga membentuk massa yang elastis selanjutnya diayak dengan ayakkan yang
sesuai sehingga terbentuk granul basah yang kemudian di keringkan

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu tablet ?
2. Bagaimana cara membuat tablet paracetamol dengan metode granulasi basah ?
3. Apa saja evaluasi yang granul dan tablet sediaan paracetamol ?

C. TUJUAN FORMULASI
1. Untuk mengetahui apa itu tablet.
2. Untuk mengetahui bagaimana cara pembuatan tablet paracetamol dengan metode granulasi
basah.
3. Untuk mengetahui evaluasi terhadap granul dan tablet paracetamol.

D. MANFAAT FORMULASI
1. Dapat mengetahui apa itu tablet.
2. Dapat mengetahui proses pembuatan tablet paracetamol dengan metode granulasi basah.
3. Dapat mengetahui evaluasi granul dan tablet paracetamol.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PRAFORMULASI
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat
dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai, (Ansel hal. 244). Sedangkan
menurut Farmakope IV (1995), tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahanobat
dengan atau tanpa bahan pengisi .

Beberapa diantara keunggulan sedian tablet, yaitu:

1. Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan kemampuan terbaik dari
semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang
paling rendah.
2. Tablet merupakan bentuk sediaan yang ongkos pembuatannya paling rendah.
3. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan paling kompak.
4. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan paling kompak
5. Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah ; tidak
memerlukanlangkah pekerjaan tambahan bila menggunakan permukaan pencetak yang
bermonogram atau berhiasan timbul.
6. Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal di
tenggorokan,terutama bila bersalut yang memungkinkan pecah/hancurnya tablet tidak
segera terjadi.
7. Tablet bisa dijadikan produk dengan profil pelepasan khusus, seperti pelepasan di usus
atau produk lepas lambat8. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah
untuk produksi besar-besaran.
8. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran kimia, mekanik
danstabilitas mikrobiologi yang paling baik(Lachman, hlm 645).

Diantara keunggulan, tablet juga memiliki kerugian yaitu:

1. Beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak, tergantung pada
keadaanamorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis.
2. Obat sukar dibasahkan, lambat melarut, dosisnya cukupan tau tinggi,
absorbsioptimumnya tinggi melalui saluran cerna atau setiap kombinasi dari sifat di atas,
akansukar atau tidak mungkin diformulasi dan dipabrikasi dalam bentuk tablet yang
masihmenghasilkan bioavalabilitas obat cukup.
3. Obat yang rasanya pahit, obat dengan bau yang tidak dapat dihilangkan, atau obat yang
peka terhadap oksigen atau kelembapan udara perlu pengapsulan atau penyelubungandulu
sebelum dikempa (bila mungkin) atau memerlukan penyalutan terlebih dahulu.(Lachman,
647-648).

3
Komponen formulasi tablet terdiri dari bahan berkhasiat (API) dan bahan pembantu
(eksipien)yaitu:

1. Pengisi/pengencer (diluents)Walaupun pengisi pada umumnya dianggap bahan yang


inert, secara signifikan dapat berpengaruh pada ketersediaan hayati, sifat fisika dan kimia
dari tablet jadi (akhir).
2. Pengikat (binders dan adhesive)Pengikat atau perekat ditambahkan ke dalam formulasi
tablet untuk meningkatkan sifat kohesiserbuk melalui pengikatan (yang diperlukan) dalam
pembentukan granul yang pada pengempaanmembentuk masa kohesif atau pemampatan
sebagai suatu tablet. Lokasi pengikat di dalamgranul dapat mempengaruhi sifat granul
yang dihasilkan.
3. Penghancur (disintegrants)Tujuan penghacur adalah untuk memfasilitasi kehancuran
tablet sesaat setelah ditelan pasien.Agen penghancur dapat ditambahkan sebelum
dilakukan granulasi atau selama tahaplubrikasi/pelinciran sebelum dikempa atau pada
kedua tahap proses.
4. Pelincir (lubricant)Fungsi utama pelincir tablet adalah untuk mengurangi friksi yang
meningkat pada antarmukatablet dan dinding cetakan logam selama pengempaan dan
penolakan/pengeluaran tablet dari cetakan. Pelincir dapat pula menunjukan sifat sebagai
antilengket (anti adherant) atau pelicin(glidan)Stickland mendeskripsikan:
 Pelincir menurunkan friksi di antara granul dan dinding cetakan kempa selama
proses pengempaan dan penolakan tablet dari lumpang.
 Antiadheran mencegah terjadinya pelengketan pada alu cetak dan selanjutnya
adadinding cetakan.
 Pelicin meningkatkan karakteristik aliran dari granul.
5. AntiadheranAntiadheran berguna dalam formulasi bahan yang menunjukan tendensi
mudahtersusun/terkumpul.
6. Pelicin (glidan)Glidan dapat meningkatkan mekanisme aliran granul dari hoper ke dalam
lobang lumpang.Glidan dapat meminimalkan ketidakmerataan yang sering
ditemukan/ditunjukan formula kempalangsung. Glidan meminimalkan kecenderungan
granul memisah akibat adanya vibrasi secara berlebihan.Hipotesis mekanisme kerja glidan
menurut beberapa penelitian :
a. Dispersi muatan elektrostatik pada permukaan granul.
b. Distribusi glidan dalam granul.
c. Adsorpsi preferensial gas pada glidan versus granul.
d. Meminimalisasi forsa v.d. Waals melalui pemisahan granul.Penurunan fraksi di antara
partikel dan kekerasan permukaan karena glidan teradhesi pada permukaangranul.
(Goeswin, hlm 288-291).

Kualitas TabletTablet yang dibuat secara baik haruslah menunjukan kualitas


sebagai berikut :

a. Harus merupakan produk menarik (bagus dilihat) yang mempunyai identitasnya


sendiriserta bebas dari serpihan, keretakan, pemucatan, kintaminasi, dan lain lain.
b. Harus sanggup menahan guncangan mekanik selama produksi dan pengepakan.
c. Stabil secara fisika, kimia.
d. Mampu melepas zat berkhasiat sesuai dengan yang diharapkan.
e. Bioavailibilitas

4
f. Memenuhi keseragaman ukurang.
g. Memenuhi keseragaman boboth.
h. Memenuhi waktu hancuri.
i. Memenuhi keseragaman isi zat berkhasiat
j. Memenuhi waktu larut (dissolution test)
k. Tablet mengandung bahan obat sesuai dengan pernyataan dosis pada label dan dalam
batas yang dizinkan (spesifikasi).
l. Tablet harus cukup kuat untuk menghadapi tekanan selama proses
manufaktur,transfortasi, dan penanganan hingga sampai kepada pasien yang akan
menggunakan.
m. Tablet harus menghantarkan dosi obat pada lokasi dan kecepatan yang dipersyaratkan.
n. Ukuran, rasa, dan tampilan tidak menurunkan penerimaan pasien. (Goeswin, hlm 304).

I. TINJAUAN FARMAKOLOGI BAHAN OBAT


1. Farmakokinetik
Farmakokinetik paracetamol cukup baik dengan bioavailabilitas yang tinggi.
Absorpsi
Paracetamol diabsorbsi dengan baik di usus halus melalui transport pasif pada
pemberian oral. Pemberian dengan makanan akan sedikit memperlambat absorpsi
paracetamol. Pada pemberian melalui rektum, terdapat variasi konsentrasi puncak di
plasma dan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai konsentrasi puncak di plasma
lebih lama.

Distribusi
Setelah pemberian oral, konsentrasi puncak pada plasma akan dicapai dalam waktu 10
– 60 menit pada tablet biasa dan 60 – 120 menit untuk tablet lepas-lambat.
Konsentrasi rata-rata di plasma adalah 2,1 μg/mL dalam 6 jam dan kadarnya hanya
dideteksi dalam jumlah kecil setelah 8 jam. Paracetamol memiliki waktu paruh 1 – 3
jam. Paracetamol memiliki bioavailabilitas yang tinggi. Sekitar 25% paracetamol
dalam darah diikat oleh protein.

Metabolisme
Metabolisme paracetamol terutama berada di hati melalui proses glukoronidasi dan
sulfasi menjadi konjugat non toksik. Sebagian kecil paracetamol juga dioksidasi
melalui enzim sitokrom P450 menjadi metabolit toksik berupa N-acetyl-p-benzo-
quinone imine (NAPQI). Pada kondisi normal, NAPQI akan dikonjugasi oleh
glutation menjadi sistein dan konjugat asam merkapturat. Ketika diberikan dosis
dalam jumlah yang besar atau terdapat defisiensi glutation, maka NAPQI tidak dapat
terdetoksifikasi dan menyebabkan nekrosis hepar akut.
Eliminasi
Sekitar 85% paracetamol diekskresi dalam bentuk terkonjugasi dan bebas melalui
urin dalam waktu 24 jam. Pada paracetamol oral, ekskresi melalui renal berlangsung
dalam laju 0,16 – 0,2 mL/menit/kg. Eliminasi ini akan berkurang pada individu
berusia > 65 tahun atau dengan gangguan ginjal. Selain ginjal, sekitar 2,6% akan
diekskresikan

5
melalui bilier. Paracetamol juga dapat diekskresikan dengan hemodialisa
(allomedika.2021).
2. Indikasi
Indikasi paracetamol adalah untuk meredakan gejala demam dan nyeri pada berbagai
penyakit seperti demam dengue, tifoid, dan infeksi saluran kemih. Pada pasien anak,
paracetamol digunakan saat suhu > 38,5 C. Paracetamol juga dapat digunakan pada
keluhan osteoarthritis, nyeri punggung belakang, nyeri kepala, nyeri pasca operasi,
dan nyeri pada gigi.. (allomedika.2021)
3. Kontraindikasi
Paracetamol tidak dapat digunakan pada pasien yang memiliki hipersensitivitas
terhadap paracetamol dan penyakit hepar aktif derajat berat.

Peringatan

Penggunaan paracetamol, terutama dalam jangka panjang, perlu


diperhatikan pada pasien dengan:
 Penyakit hepar kronis dekompensata
 Hipovolemia berat
 Malnutrisi kronis
 Defisiensi G6PD
 Fenilketonuria
 Konsumsi alkohol dalam jangka waktu lama
Pada pasien dengan hipovolemia berat seperti saat dehidrasi atau kehilangan
darah serta pasien dengan malnutrisi kronis, diperlukan pengurangan dosis
paracetamol karena akan meningkatkan risiko kerusakan hepar.
(allomedika.2021).
4. Efek samping
Efek samping pada paracetamol dapat dikelompokkan berdasarkan sistem organ.
Efek samping yang sering ditemukan adalah gangguan pada hepar. Hal ini ditemukan
pada 1 – 10% penggunaan paracetamol. Pada sistem gastrointestinal, mual dan
muntah dapat ditemukan sampai 15%. Efek samping lain seperti nyeri perut, diare,
konstipasi, dispepsia juga dapat ditemukan. (allomedika.2021).

II. TINJAUAN SIFAT FISIKOKIMIA BAHAN OBAT


1. Organoleptis Paracetamol
Warna : Putih
Bau : Tidak berbau
Rasa : Sedikit pahit ( FI. IV. 1995 )

6
2. Struktur kimia dan berat molekul paracetamol

3. Ukuran Partikel, bentuk, dan luas permukaan


paracetamol Bentuk : kristal hablur ( FI. IV. 1995 )
4. Kelarutan
Larut dalam air mendidih, dalam Natrium Hidroksida 1N, dan mudah larut dalam
etanol . ( FI. IV. 1995 )
5. Stabilitas
a. Stabilitas bahan padat
Terhadap suhu : stabil pada suhu 45◦C
Terhadap cahaya : stabil
Terhadap kelembapan : stabil
b. Stabilitas larutan
Terhadap pelarut : sangat stabil dalam air
Terhadap oksigen : relative stabil terhadap oksidasi kecuali bila
terhidrolisis menjadi p-aminofenol sebagai kontaminan dan bila terpapar
kondisi lembab p-aminofenol terdegradasi menjadi quinonimine dan akan
berwarna merah muda, coklat, hitam.
Terhadap Ph : hidrolisis minimum terjadi pada Ph 5-7 pada suhu
46◦C , t1/2 dari paracetamol pada ph 2,5:6,9
Terhadap cahaya : tidak stabil ( FI IV . 1995 )
6. Titik lebur
Titik lebur: 169°C
7. Hifroskopisitas
Paracetamol menyerap uap air dalam jumlah yang tidak signifikan pada suku 26°C,
pada kelembabpan relative meningkat sekitar 90%.
8. Inkompatibilitas
Inkompatibilitas terhadap permukaan nilon dan rayon

7
III. BENTUK SEDIAAN, DOSIS DAN CARA PEMBERIAN
No Bentuk sediaan Dosis pemberian
1. Tabet 1. Dewasa: 1-2 kaplet, 3-4 kali per hari. Penggunaan
maximum 8 kaplet per hari.
2. Anak 7-12 tahun : 0.5 - 1 kaplet, 3-4 kali per hari.
Penggunaan maximum 4 kaplet per hari.
(halodoc.2021)

2. Drops 3. Anak usia kurang dari 1 tahun : 3 sampai 4 kali


sehari sebanyak 0,6 ml drop.
4. Anak usia 1 sampai 2 tahun : dosisnya 0,6 sampai
1,2 ml drop diminum 3 kali atau 4 kali.
5. Anak usia 3 sampai 6 tahun : minum 3 kali atau bisa
4 kali dengan dosis 1,2 ml saja.
6. Anak 6 sampai 12 tahun : dosis 2,4 ml diminum
maksimal 4 kali. (lifepack.2021)
3. Syrup 1. Anak (1-2 tahun) : 3-4 kali sehari 1 sendok takar (@
5 mL).
2. Anak (2-6 tahun) : 3-4 kali sehari 1-2 sendok takar
(@ 5ml - 10 ml).
3. Anak (6-9 tahun) : 3-4 kali sehari 2-3 sendok takar
(@ 10 ml -15 ml).
4. Anak (9-12 tahun) : 3-4 kali sehari 3-4 sendok takar
(@ 15 ml- 20 ml). ( halodoc.2021)
4. Injeksi Infus intravena selama 15 menit.
1. Dewasa BB >50 kg: 1000 mg/pemberian, interval
minimal 4 jam, dosis maksimal 4 g/hari.
2. Anak & dewasa >33-50 kg: 15 mg/kgBB, interval
minimal 4 jam, dosis maksimal 60 mg/kgBB.
3. Anak 10-33 kg: 15 mg/kgBB, interval minimal 6
jam, dosis maksimal 60 mg/kgBB.
4. Bayi <10 kg: 7,5 mg/kgBB, interval minimal 6 jam,
dosis maksimal 30 mg/kgBB.
5. Dewasa dengan gangguan ginjal: Dosis sesuai BB,
interval minimal 6 jam. (kalbemed.2021)
5. Supostitoria PENGGUNAAN OBAT INI HARUS SESUAI
DENGAN PETUNJUK DOKTER.
1. Dosis anak 4-8 tahun 4 x sehari 250 mg, 2-4 tahun 4
x sehari 125 mg.

Cara pemberian : oral, intra vena dan anus.

8
B. FORMULASI
I. Formula Standar Berdasarkan Fornas Edisi 2

Tablet paracetamol Elixir paracetamol


Tiap tablet mengandung : Tiap 5ml mengandung :
Acetaminophen 500mg Acetaminophen 120mg
Zat tambahan yang cocok q.s Glycerolum 2,5ml
Propylenglikol 500μl
Sorbitol sol 70% 1,25ml
Aethanolum 500μl
Zat tambahan yang cocok q.s
Aqua dest ad 5ml

II. Formula yang Diajukan


R/ paracetamol 500mg
Laktosa 600mg
Pewarna q.s
Pvp 2% b/v
Ssg 500mg
Talk 1%
Mg stearate 1%

M.f tablet dtd no 100

C. PELAKSANAAN
1. Alat dan Bahan

No alat Bahan
1. Mesin cetak tablet Paracetamol
2. Motir dan stanfer Etanol 70%
3. Ayakkan mesh 10,20,40,60,80,100 Laktosa
4. Beaker glass 200ml Pewarna
5. Beaker glas 500ml Talk
6. Batang pengaduk Mg stearate
7. Spatel logam Ssg
8. Timbangan analitik Pvp
9. Hardness teaster -
10. Flow teaster -
11. Jangka sorong -
12. Fluid Bed Drye -
13. Oven -
14. Gelas ukur 100ml -
15. Push bussin -
16. Sarung tangan latex -

9
2. Perhitungan Penimbangan
Paracetamol = 500mg X 100 = 50.000mg
Laktosa = 600mg X 100 = 60.000mg
Pewarna = q.s
Pvp = 2% b/v X 100= 2gr dalam 100ml etanol
Ssg = 500mg X 100= 50.000mg
Talk = 1% X 100= 1gram
Mg stearate = 1% X 100= 1gram

3. Prosedur Kerja
1. Pembuatan larutan pengikat
a. Masukkan pvp kedalam beaker glass kemudian tambahkan etahol 100ml aduk
hingga terlarut merata
2. Pembuatan granulasi basah
a. Masukkan paracetamol kedalam pelastik klip ukuran besar
b. Kemudian tambahkan laktosa
c. Tambahkan pewarna merah secukupnya aduk hingga homogen selama 30 menit
d. Setelah semuanya tercampur merata masukkan larutan PVP dengan etanol70%
sedikit-sedikit sampai massa dapat di kepal
e. Kemudian ayakk dengan mesh 10, timbang granul basah
f. Keringkan dalam oven pada suhu 100◦C selama 1 jam
g. Kemudian timbang granul kering.

4. Evaluasi Granul
a. Pengukuran sudut diam dan laju alir
Masukkan kedalam mesin flowrate teaster, hitung laju alir menggunakan stopwatch
Ketika penutup dibuka, dan ukur sudut diam Ketika serbuk mengalir kemudian
membentuk kerucut
Rumus sudut diam Rumus laju alir :
Tan α = h/r Laju alir= bobot/ waktu
b. Pengujian ukuran partikel
 Susun ayakkan dari mesh 10 di paling atas hingga mesh 100 di paling bawah
 Masukkan granul kedalam ayakkan
 Kemudian goyangkan ayakkan hingga seluruh granul terayak
 Keluarkan hasil ayakan pada masing-masing pengayak, lalu timbang.
c. Pengukuran kadar air
 Sample dimasukan ke alat, lalu dicatat berat awal sample
 Sample akan dipanaskan hingga kelembaban menjadi hilang ketika proses
pemanasan
 Pada waktu yang bersamaan kehilangan berat sample dicatat terus menerus.
 Proses akan berakhir ketika massa sample tidak berkurang lagi.
d. Bulk density
 Sampel dimasukan kedalam gelas ukur 100mL dan diukur volumenya.
e. Tap density
 Sampel dimasukan kedalam gelas ukur 100mL dan diukur volumenya.

10
 Kemudian ketuk – ketuk permukaan gelas ukur pada meja datar.
 Catat volume setelah diketuk.
f. Cars Index = Tap density – bulk density x 100%
Tap density

g. Index Hausiners = Tap density


Bulk density

5. Evaluasi Tablet
a. Uji kekerasan tablet
 Diambil tablet paracetamol yang akan dievaluasi sesuai yang dibutuhkan.
 Pergunakan alat pengukur kekerasan tablet tersebut dengan menempatkan tablet
satu per satu pada bagian ujung alat, kemudian putar alat tersebut hingga tablet
pecah.
 Skala yang ditunjukkan sewaktu tablet tersebut pecah dicatat.
b. Keseragaman Bobot
 Diambil sebanyak 100 tablet paracetamol.
 Ditimbang dan dicatat nilai rata – ratanya.
 Kemudian masing – masing obat ditimbang satu per satu, bobot dicatat.
c. Keseragaman ukuran
 Diambil tablet paracetamol yang akan dievaluasi sesuai yang dibutuhkan.
 Kemuadian diukur tebal dan diameternya satu per satu menggunakan jangka
sorong dan dicatat nilainya.

11
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
1. Evaluasi Granul
a. Laju Alir
Laju alir = Berat Granul (gram)
Waktu (detik)
= 108,50
38,81
Laju alir = 2,79 gr/detik.
Laju alir yang didpat pada praktikum menghasilkan sifat alir yaitu sukar
b. Sudut Diam
Tan ɑ = h/r
r = 13,31
t = 3,57
Sudut diam = tan-1 α = tan-1 t
r
= tan-1 3,57
13,31
= tan-1 (0,26)
= 14,57°
c. LOD
% LOD = Bobot granul basah – Bobot granul kering x 100%

Bobot granul basah

% LOD = 4,60%
d. Kompresibilitas
Dik :
Volume bulk : 100 mL
Volume tap : 88 mL

Berat Granul (g) = g/mL

Volume (mL)

a) Bulk density : 108,50gr = 1,085 g/mL


100mL
b) Tap density : 108,50gr = 1,232 g/mL
88mL
c) Index carr’s : Tap density – Bulk density × 100%
Tap density
1,232 g/mL – 1,085 g/mL × 100%
1,232 g/mL

12
= 11,93%

d) Hausner ratio : Tap density


Bulk density
1,232 g/mL = 1,135 g/mL
1,085 g/mL

Uji Dispersi
Mesh Bobot
10 1,28
20 35,18
30 17,15
40 9,33
60 7,73
100 1,60
Hasil akhir 5,35

2. Evaluasi Tablet
a. Keseragaman Bobot

Tablet Bobot Paracetamol (gr) Tablet Bobot Paracetamol (gr)


1 1,16 51 1,22
2 1,15 52 1,16
3 1,25 53 1,19
4 1,20 54 1,18
5 1,24 55 1,23
6 1,24 56 1,21
7 1,21 57 1,18
8 1,15 58 1,19
9 1,15 59 1,22
10 1,25 60 1,21
11 1,22 61 1,16
12 1,19 62 1,15
13 1,23 63 1,23
14 1,21 64 1,20
15 1,18 65 1,24
16 1,23 66 1,23
17 1,16 67 1,21
18 1,25 68 1,15
19 1,19 69 1,15
20 1,25 70 1,19
21 1,26 71 1,22
22 1,22 72 1,19
23 1,16 73 1,23
24 1,23 74 1,21
25 1,20 75 1,18

13
26 1,23 76 1,20
27 1,22 77 1,22
28 1,20 78 1,20
29 1,18 79 1,18
30 1,15 80 1,15
31 1,19 81 1,19
32 1,20 82 1,22
33 1,20 83 1,16
34 1,24 84 1,24
35 1,24 85 1,19
36 1,19 86 1,24
37 1,22 87 1,26
38 1,14 88 1,22
39 1,17 89 1,16
40 1,20 90 1,19
41 1,20 91 1,20
42 1,23 92 1,17
43 1,20 93 1,20
44 1,21 94 1,21
45 1,22 95 1,19
46 1,14 96 1,14
47 1,14 97 1,14
48 1,22 98 1,24
49 1,21 99 1,22
50 1,20 100 1,23
Σ 120 gram
Rata – rata 1,2 gram

Penyimpangan Bobot
Bobot rata – rata = 1,2 gr = 1200 mg
1200 mg > 300 mg
 Kolom A 5% = +1,260; -1,140
 Kolom B 10% = +1,320; -1,080

Penyimpangan bobot rata – rata (mg)


Bobot
rata – A B
Tablet
rata Batas Batas Batas Batas
(mg) Penyimpangan Penyimpangan
atas bawah atas bawah
1200 1260 1140 1320 1080
Paracetamol mg ± mg mg ± mg mg

b. Kekerasan Tablet

Tablet Kekerasan (kg)


1 0,60 kg
2 81,3 N
3 2,07 kg

14
c. Keseragaman Ukuran

Tablet 1
Ketebalan (mm) Diameter (mm)
0,39 1,43

B. PEMBAHASAN
Menurut Farmakope IV (1995), tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan
obat dengan atau tanpa bahan pengisi .
Pada praktikum kali ini akan dibuat sediaan tablet dengan menggunakan bahan aktif
yaitu parasetamol atau asetominofen. Khasiat dari parasetamol yaitu sebagai analgetis dan
antipiretis, tetapi tidak antiradang (Obat – Obat Penting, hlm : 318).
Aksi dari parasetamol yaitu menghambat prostaglandin di SSP tetapi tidak Memiliki
efek anti-inflamasi diperifer; mengurangi demam melalui tindakan langsung pada
hipotalamus pengatur pusat panas. Parasetamol diindikasikan untuk menghilangkan nyeri
ringan sampai sedang ; pengobatan demam. Penggunaan berlabel (s): Nyeri dan demam
setelah vaksinasi profilaksis. (A to Z Drug fact). Pada metode granulasi basah, tiap bahan
tambahan dibagi kedalam 2 fase yaitu fase dalam dan fase luar. Fase dalam terdiri dari zat
aktif, pengikat, pengisi, dan 10% penghancur. Fase luar terdiri dari 5% penghancur, pelicin,
dan glidan. Fase dalam adalah campuran yang kemudian akan dibuat menjadi massa granul,
sedangkan fase luar adalah bahan yang membantu aliran granul fase dalam yang telah dibuat.
Pembuatan tablet dapat dilakukan dengan metode cetak langsung dan metode
granulasi. Granulasi merupakan proses peningkatan ukuran partikel dengan cara melekatkan
partikel-partikel sehingga bergabung dan membentuk ukuran yang lebih besar . Metode
granulasi ini terdiri dua metode yaitu metode granulasi basah dan metode granulasi kering.
Metode yang digunakan pada praktikum pembuatan sediaan tablet parasetamol yaitu dengan
metode granulasi. Pembuatan sediaan tablet dengan menggunakan prinsip granulasi basah
pada prinsipnya partikel bahan aktif yang terlebih dahulu dicampur dengan pengencer atau
pengisi akan bersatu/lengket dengan Adanya pengikat (adhesif) dengan pembawa pada
umumnya air (Goeswin Agoes halaman : 306).
Tahapan atau prosedur yang dilakukan pada pembuatan tablet parasetamol dengan
menggunakan metode granulasi basah yaitu :
1. Membuat larutan pengikat
Larutan pengikat yang digunakan dalam formula yaitu mucilage amili, dalam
praktikum ini digunakan pengikat mucilage amili sebanyak gram. Pembuatan larutan
pengikat ini dengan cara 20 gram musilago amili dimasukkan kedalam gelas piala (II)
kemudian ditambahkan aquadestilata sebanyak 20ml, aduk hingga homogenn, terbentuk
suspense, Kemudian masukaan gelas piala (II) yang sudah mendidih kedalam gelas piala
(1) yang telah berisi air mendidih 100ml , terus aduk sampai bening, kemudian ditimbang
kembali gelas piala (1), ad dengan air (sebagian sisa air digunakan untuk membilas gelas
piala II) sampai bobot total (+gelas piala I). Larutan pengikat yang dihasilkan berwarna
jernih dan transparan.
2. Mixing

15
Mixing dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan bertujuan untuk
menggabungkan dua atau lebih komponen, yang awalnya dalam keadaan tidak dicampur
atau sebagian campuran, sehingga masing-masing unit (partikel, molekul dll) dari
komponen terletak sedekat mungkin atau bercampur dengan unit atau partikel
masingmasing komponen lainnya. Tujuan dari proses mixing adalah untuk
mendapatkan/menjamin homogenitas campuran serbuk sehingga tablet yang dihasilkan
merupakan campuran homogen. Pada tahap ini dilakukan mixing terhadap fase dalam
bahan aktif yaitu parasetamol, pengisi laktosa sebanyak dan disintegrant 10% yaitu
amylum.
3. Granulasi
Granulasi merupakan proses peningkatan ukuran partikel dengan cara melekatkan
partikel-partikel sehingga bergabung dan membentuk ukuran yang lebih besar. Pada tahap
ini dilakukan pencampuran larutan pengikat dengan serbuk yang sudah di mixing pada
proses mixing untuk membentuk massa basah. Larutan pengikat kemudian ditambahkan
sedikit demi sedikit ke dalam campuran bahan sambil diaduk hingga massa dapat dikepal
dan dipatahkan.
4. Pengayakan
Granul yang telah terbentuk pada saat proses granulasi kemudian diayak dengan
menggunakan ayakan mesh 14. Pengayakan ini bertujuan untuk menyeragamkan ukuran
granul.
5. Pengeringan
Sesudah dilakukan proses granulasi, hasil granulasi berada dalam bentuk massa
basah di mana cairan (liquid) harus dihilangkan karena keberadaan air akan menimbulkan
masalah pada sifat aliran dan ketidakstabilan secara kimiawi. (Goeswin Agoes, halaman:
310). Pengeringan dilakukan pada oven bersuhu < 45C. Pemilihan suhu ini berdasarkan
pada stabilitas parasetamol yang dapat terurai pada suhu diatas 45’C.
6. Mixing
Dapat dihitung jumlah fase luar yang akan ditambahkan, proses mixing ini
dilakukan pencampuran granul yang sudah dikeringkan dengan fase luar yaitu talk
sebagai glidan, Mg Stearat sebagai lubrikan dan amylum sebagai disintegran.
Fungsi dari penambahan fase luar utamanya adalah untuk memperbaiki sifat alir
granul dan mencegah friksi antara serbuk dengan die dari mesin pencetak tablet.
Pengadukan pada fase luar tidak lebih dari 5 menit yaitu sekitar 2 – 3 menit. Hal itu
disebabkan karena salah satu zat yang merupakan fase luar yaitu magnesium stearate
sangat berpengaruh terhadap disolusi dari tablet di saluran cerna. Jika proses mixing
dilakukan terlalu lama, maka kehomogenitasan magnesium stearate dengan bahan lain
menjadi tinggi dan menyebabkan granul dilapisi oleh magnesium stearate yang memiliki
sifat hidrofob (suka minyak). Sifat hidrofob yang dihasilkan oleh magnesium stearate ini
akan menyulitkan tablet melarut di saluran cerna yang banyak mengandung air, sehingga
dapat menyebabkan disolusi tablet berkurang dan menyebabkan waktu mula kerja obat
lambat.
7. Evaluasi granul
Setelah diperoleh granul, langkah selanjurtnya yaitu dilakukan evaluasi granul.
Evaluasi granul yang dilakukan pertama kali adalah uji laju alir dan sudut diam granul
dan didapat laju alir granul 2,79 gr/detik dengan sudut diam granul a = 14,57° (mengalir).
Dari nilai laju alir yang didapat, granul yang dibuat sifat alirnya bersifat sukar, sedangkan
pada nilai sudut diam dapat diketahui bahwa granul yang dihasilkan memiliki sifat alir
yanga sangat baik yang menurut literatur sudut diam yang sangat baik berada dalam
nilai yang
<25. Evaluasi granul selanjutnya adalah uji kadar air granul dengan menggunakan alat
moisture analyzer dan didapat kadar air granul sebesar 4,60%. Kadar air yang diperoleh
ini sudah sesuai dengan syarat kadar air yang baik pada literatur yang terdapat pada
16
kisaran 2
– 5%. Uji granul terakhir yang dilakukan adalah uji kompresibilitas, dimana granul

17
dimasukan ke dalam gelas ukur kemudian dihitung massa yang didapat (bulk density),
lalu gelas ukur berisi granul diketuk-ketukan (tap density) dan setelah pengetukan selesai
dihitung kompresibilitasnya. Diperoleh kompresibilitasnya sebesar 11,93% (index carr’s),
kompresibilitas granul dengan nilai tersebut tergolong baik karena standar kompresibilitas
granul yang baik adalah < 20%. Setelah dihitung kompresibilitasnya, dicari nilai hausner
rationya yaitu didapatkan rasio 1,135 gr/mL yang berarti granul yang diuji memiliki laju
alir yang baik menurut syarat standar nilai hausner rationya (1,00 – 1.11 → sangat baik,
1,12 – 1,18 → baik, 1,35 – 1,45 → buruk).
8. Evaluasi tablet
Dari hasil pengamatan, untuk uji keseragaman bobot tablet paracetamol tidak ada
yang mengalami penyimpangan untuk syarat yang telah ditetapkan pada kolom A dan
kolom B. Pada uji keseragaman ukuran diameter yang diperoleh dari hasil pengamatan
adalah 1,43 mm dengan ketebalan sebesar 0,39 mm. Selanjutnya dilakukan uji kekerasan
tablet parasetamol yang hasilnya yaitu dari 3 tablet yang diuji, rangenya antara 0,60 –
2,07. Hasil tersebut dikatakan tidak baik karena tidak memenuhi kekerasan tablet yang
baik dengan rangenya antara 4 – 8 kg, kekerasan tablet kurang dari 4 kg masih dapat
diterima asalkan kerapuhannya tidak melebihi batas yang ditetapkan.

18
BAB IV

PENUTUP

I. KESIMPULAN
1. Berdasarkan hasil yang didapat dari praktikum ini, dapat disimpulkan bahwa Menurut
Farmakope IV (1995), tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan
atau tanpa bahan pengisi.
2. Dan berikut merupakan beberapa Tahapan atau prosedur yang dilakukan pada pembuatan
tablet parasetamol dengan menggunakan metode granulasi basah yaitu Membuat larutan
pengikat, mixing, granulasi, pengayakan, pengeringan, mixing, evaluasi granulasi dan
evaluasi tablet.
3. Dan selanjutnya evaluasi granul yang pertama yaitu uji laju alir dan sudut diam granul
dan didapat laju alir granul 2,79 gr/detik dengan sudut diam granul a = 14,57° (mengalir).
Dari nilai laju alir yang didapat, granul yang dibuat sifat alirnya bersifat sukar sedangkan
pada sudut diam terlihat sangat baik dan sesuai dengan literature. Dan selanjutnya uji
kadar air granul dan didapat kadar air granul sebesar 4,60%. Kadar air yang diperoleh ini
sudah sesuai dengan syarat kadar air yang baik dan sesuai dengan literature. Kemudian uji
kopretabilitas Diperoleh kompresibilitasnya sebesar 11,93% (index carr’s),
kompresibilitas granul dengan nilai tersebut tergolong baik. Setelah dihitung
kompresibilitasnya, dicari nilai hausner rationya yaitu didapatkan rasio 1,135 gr/mL yang
berarti granul yang diuji memiliki laju alir yang baik menurut syarat standar nilai hausner
4. Kemudian eveluasi tablet yaitu uji keseragaman bobot untuk uji keseragaman bobot tablet
paracetamol tidak ada yang mengalami penyimpangan untuk syarat yang telah ditetapkan
pada kolom A dan kolom B. dan selanjutnya uji keseragaman ukuran diameter yang
diperoleh dari hasil pengamatan adalah 1,43 mm dengan ketebalan sebesar 0,39 mm.
selanjutnya uji kekerasan tablet parasetamol yang hasilnya yaitu dari 3 tablet yang diuji,
rangenya antara 0,60 – 2,07. Hasil tersebut dikatakan tidak baik karena tidak memenuhi
kekerasan tablet yang baik

II. SARAN
Perlu di lakukan pengujian evaluasi tablet yang lain seperti uji waktu hancur untuk
mengetahui bahwa obat akan hancur pada cairan tubuh. sehingga obat dapat memenuhi syarat
pembuatan maupun evaluasi.

19
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Goeswin., 2008, Pengembangan Sediaan Farmasi, Edisi Revisi dan Perluasan, 206, 207, ITB,
Bandung
Alomedika. 2021. Farmakologi paracetamol. Https://www.alomedika.com/obat/analgesik/analgesik-
non-narkotik-antipiretik/paracetamol/farmakologi. Diakses pada tanggal 26 desember 2021
Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Diterjemahkan oleh Farida Ibrahim, Edisi IV,
244-271, Universitas Indonesia Press, Jakarta
Depkes RI. 1995. Farmakope edisi IV. Departemen kesehatan Republik Indonesi. Jakarta
Halodoc. 2021. Pamol supositoria. Https://www.halodoc.com/obat-dan-vitamin/pamol-suppositoria-
125-mg. Diakses pada tanggal 26 desember 2021
Halodoc. 2021. Paracetamol 500mg kaplet. Https://www.halodoc.com/obat-dan vitamin/paracetamol-
500-mg-10-kaplet. Diakses pada tanggal 26 desember 2021
Halodoc.2021. Paracetamol syrup 60ml. Https://www.halodoc.com/obat-dan-vitamin/paracetamol-
sirup-60-ml. Diakses pada tanggal 26 desember 2021
Kalbemed.2021. Paracetamol IV HJ. Https://www.kalbemed.com/product/id/71. Diakses pada tanggal
26 desember 2021
Lachman, L., Schwartz, J.B., and Lieberman H.A., 1989, Pharmaceutical Dosage Forms., Tablets, 2nd
Ed, 492, Marcell Dekker Inc., New York
Lifepack.2021. Paracetamol drops : manfaat, dosis, dan efek samping https://lifepack.id/paracetamol-
drop-manfaat-dosis-dan-efek-samping/. Diakses pada tanggal 26 desember 2021
Tjay, H.T., dan Rahardjo, K., 2015, Obat-Obat Penting, Edisi VII, PT.Gramedia, Jakarta

20

Anda mungkin juga menyukai