Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ISLAM DAN BUDAYA INDONESIA

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran


Sejarah Kebudayaan Islam

Disusun oleh:
1. M. Hasbi Assidiqi
2. ............................
3. ............................
4. ............................
5. ............................
6. ............................
7. ............................
8. ............................

KELAS IX F
MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI (MTsN) 4 CIANJUR
KATA PENGANTAR

Allhamdulillah segala puji bagi Allah, marilah senantiasa kita ucapkan atas
rahmat dan nikmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
diberikan kepada kami.

Sholawat bersamaan dengan salam juga mari curah limpahkan kepada


baginda nabi kita Muhammad SAW, Semoga kita semua mendapat syafaat beliau
di Yaumul Mahsyar kelak. Amin ya Rabbal’Alamin.

Tujuan utama penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam semester genap, adapun judul dari makalah
ini adalah “ Islam dan budaya Indonesia ”

Kami ucapkan terimakasih kepada bapak Irfan selaku guru mata pelajaran
SKI, dan kepada semua pihak yang sudah membantu dalam penulisan makalah
dari awal hingga selesai.

Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah, dan
kami juga sangat mengharapkan kritik serta saran dari para pembaca untuk bahan
pertimbangan perbaikan makalah.

Cianjur, 23 Februari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................iii

A. LATAR BELAKANG...............................................................................iii

B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................1

C. TUJUAN......................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2

A. KEARIFAN BUDAYA LOKAL DAN ISLAM........................................2

B. PERANAN WALISANAGA DALAM PENYEBARAN ISLAM DI


INDONESIA.......................................................................................................6

C. PENDIRI ORGANISASI ISLAM TERBESAR DI INDONESIA..........9

BAB III PENUTUP..............................................................................................14

A. KESIMPULAN..........................................................................................14

B. SARAN.......................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sejarah Kebudayaan Islam atau SKI adalah salah satu ilmu pengetahuan yang
membahas atau memplajari ilmu tentang kejadian-kejadian yang berhubungan dengan
agama Islam, baik awalnya ataupun perkembangannya.
Sejarah merupakan ilmu pengetahuan yang berusaha melukiskan tentang peristiwa
masa lampau umat manusia yang disusun secara kronologis untuk menjadi pelajaran
bagi manusia yang hidup sekarang maupun yang akan datang. Itulah sebabnya,
dikatakan bahwa sejarah adalah guru yang paling bijaksana. Sebagai umat Islam, tentu
merupakan sebuah keharusan untuk mempelajari dan memahaminya.
Pemerintah secara langsung juga mendukung lembaga pendidikan Islam (Madrasah
Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah) untuk menerapkan mata pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam. Hal ini dapat dilihat dengan dikeluarkannya permendiknas
RI No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah,
dan dengan munculnya berbagai perubahan yang sangat cepat dalam kehidupan
berbangsa, bernegara dan bermasyarakat, maka disusunlah kurikulum Sejarah
Kebudayaan Islam secara Nasional.
Sejarah Kebudayaan Islam sering diartikan oleh siswa sebagai mata pelajaran yang
terkesan membosankan dan tidak penting. Disinilah peranan guru sangat diperlukan
untuk memberikan pemahaman kepada siswa betapa pentingnya mempelajari Sejarah
Kebudayaan Islam. Supaya tidak terkesan membosankan, guru harus bijak dalam
menentukan media, metode dan strategi yang harus digunakan dalam pembelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam supaya siswa tidak merasa bosan. Kebijakan guru dalam
memilih media, metode maupun strategi tentunya disesuaikan dengan materi dan
keadaan pada saat pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam berlangsung. Tugas dan
tanggung jawab utama seorang guru

iii
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun beberapa masalah yang dirumuskan adalah sebagai berikut:
1. Apa Saja Kearifan lokal yang bernuansa Islami di Indonesia?
2. Bagaimana peranan Walisanga dalam penyebaran Islam di Indonesia ?
3. Siapa Tokoh ulama besar, sekaligus pendiri organisasi Islam terbesar di
Indonesia ?

C. TUJUAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam dan menjawab pertanyaan pada rumusan masalah.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. KEARIFAN BUDAYA LOKAL DAN ISLAM

Kearifan lokal atau bisa disebut juga Local Wisdom atau merupakan budaya
masyarakat yang tidak dapat dipisahkan dari bahasa amasyarakat itu sendiri, biasanya
diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya, melalui praktik langsung
maupun dari cerita mulut ke mulut yang disampaikan oleh masyarakat itu sendiri,
misalnya adat istiadat dan hukum adat.
1. Penerapan Nilai – Nilai Islam di Indonesia
Berbagai macam pengejawantahan nilai-nilai Islam dalam masyarakat di
Indonesia mengalami proses sejarah yang panjang. Usaha “membumikan” nilai-
nilai Islam melalui dakwah jejaknya masih tampak jelas sampai saat ini.
Wujud dari “membumikan” nilai-nilai Islam ini di antaranya penyesuaian
ajaran Islam yang menggunakan idiom-idiom bahasa Arab menjadi bahasa
setempat dan atau menggunakan bahasa lokal untuk menggantikan istilah berbahasa
Arab. Nilai-nilai ajaran Islam tercermin dalam kehidupan sehari-hari,
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

2. Kearifan lokal dari berbagai daerah

Penduduk Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang masing-


masing daerahnya mempunyai corak seni, budaya, dan bahasanya masing-
masing. Berbagai perbedaan itulah yang membentuk keanekaragaman suku
bangsa di Indonesia. Keanekaragaman atau pluralitas inilah yang membuat
kekayaan suatu bangsa yang tidak ternilai harganya sehingga harus tetap
dipertahankan dan dilestarikan.

Dengan demikian, penyebaran Islam di Indonesia tidak serta merta


langsung memberikan gambaran hitam putih suatu agama, melainkan
berinteraksi dulu dan dikemas dengan cara halus tanpa ada pemaksaan di
dalamnya. Apa yang sudah menjadi tradisi masyarakat Indonesia, para

2
penyebar Islam akan menelaah terlebih dahulu apakah hal tersebut sesuai
dengan Islam atau tidak.

A. JAWA

Masuknya Islam dan penerimaan islam di pulau jawa, membuat perubahan pola
tingkah laku dan kebiasaan masnyarakat di pulau jawa. Setelah islam masuk dan diterima
banyak bermunculan kearifan lokal baru yang lebih dapat diterima oleh ajaran islam

 Tahlilan

Budaya tahlil mempunyai pemahaman bahwa rangkaian kalimat dari


bacaan tawasul, bacaan yang diambil dari ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits
sampai doa yang dibaca sendiri maupun dipimpin oleh seorang imam dan
diikuti oleh beberapa orang, baik untuk hajat sendiri maupun orang lain.

 Sekaten

Kegiatan ini merupakan upacara untuk memperingati Maulid Nabi


Muhammad Saw. (Maulud) di lingkungan Kraton Yogyakarta. Selain pada
momen Maulud, upacara Sekaten diselenggarakan pula pada bulan Besar
(Dzulhijjah). Dalam perayaan ini, gamelan Sekaten diarak dari keraton ke
halaman Masjid Agung Yogyakarta dan dibunyikan siang-malam sejak
seminggu sebelum tanggal 12 Rabi’ul Awal.

B. MADURA

Sejak awal Madura menjadi persinggahan pedagang-pedagang Muslim dari


Gujarat yang pernah singgah di plabuhan kalianget, Sumenep jauh sebelum
gencar-gencarnya walisongo menyebarkan Islam. Layaknya pulau jawa di Madura
juga terjadi perubahan budaya setelah Islam masuk

 Rakat Tase

Kearifan lokal ini dilakukan untuk mensyukuri karunia serta nikmat yang
diberikan oleh Sang Maha Pencipta, yaitu Allah Swt sekaligus agar
diberikan keselamatan dalam bekerja dan kelancaran rezeki

3
C. SUNDA

Salah satu fase sejarah yang paling penting adalah proses Islamisasi Suku
Sunda. Proses ini, sampai saat ini merupakan proses yang memberikan kesan
paling penting dam mendalam bagi masyarakat Sunda.

Paling tidak, secara nominal, mayoritas suku Sunda menganut Islam. Islam
bahkan hampir menjadi bagian dari identitas kesundaan. Dengan kata lain, kalau
tidak Islam, agak aneh bahwa dia adalah orang Sunda, sekalipun pada
kenyataannya ada saja orang Sunda yang tidak Islam.

 Reuneuh Mundingeun

Upacara ini diselenggarakan agar perempuan yang hamil tua atau hamil
lebih dari Sembilan bulan, segera melahirkan (jangan sampai seperti
kerbau) serta agar terhindar dari sesuatu yang membahayakan.

 Cucurak

Kearifan lokal ini biasanya dilakukan oleh kaum ibu yang memasak
makanan yang berbeda-beda. Setelah itu, makanan dikumpulkan di masjid
terdekat untuk dibagikan dan dimakan bersama. Namun demikian, cucurak
tidak selalu dilakukan dengan cara seperti itu. Orang-orang yang makan
bersama dengan niat menyambut datangnya bulan Ramadhan juga sudah
dapat dikatakan sebagai cucurak.

D. MELAYU

Pengaruh islam terhadap melayu ini sangat signifikan karena langsung


menghujam ke aspek yang sangat dalam, yaitu mempengaruhi kepercayaan dan
keagamaan. Aspek ini kemudian membawa pengaruh turunan ke pola hidup
keseharian bangsa melayu, termasuk kebudayaan adat dan istiadat.

4
 Petang Megang

Budaya masyarakat Melayu ini dilaksanakan di Sungai Siak. Hal ini


mengacu pada leluhur suku Melayu di Pekanbaru yang memang berasal
dari Siak. Kearifan lokal ini diawali dengan ziarah ke berbagai makam
pemuka agama dan tokohtokoh penting Riau.

 Balimau Kasau

Upacara tradisional ini khusus diadakan untuk menyambut bulan suci


Ramadhan. Acara ini biasanya dilaksanakan satu hari menjelang masuknya
bulan puasa. Selain sebagai ungkapan rasa syukur dan kegembiraan
memasuki bulan Ramadhan, upacara ini juga merupakan simbol penyucian
dan pembersihan diri.

E. BUGIS

Masyarakat suku Bugis dengan segala kebudayaan dan adat istiadat juga
memiliki sistem kepercayaan. Kepercayaan suku Bugis yang banyak dianut sejak
abad ke-17 adalah Islam. Islam dibawa oleh para pesyiar dari daerah
Minangkabau.

 Upacara ammateung

Budaya ini dalam adat Bugis merupakan upacara yang dilaksanakan


masyarakat Bugis saat seseorang di dalam suatu kampung meninggal
dunia. Keluarga, kerabat dekat, ataupun kerabat jauh, serta masyarakat
sekitar lingkungan rumah orang yang meninggal itu berbondong-bondong
menjenguknya. Pelayat yang hadir biasanya membawa sidekka
(sumbangan kepada keluarga yang ditinggalkan) berupa barang seperti
sarung atau kebutuhan untuk mengurus mayat. Selain itu, ada juga yang
membawa passolo (amplop berisi uang sebagai tanda turut berduka cita).
Mayat belum mulai diurus seperti dimandikan dan seterusnya sebelum
semua anggota keluarga terdekatnya hadir. Baru setelah semua kerabat
terdekat hadir, mayat mulai dimandikan, di mana umumnya dilakukan oleh

5
orang-orang tertentu yang memang biasa memandikan mayat atau oleh
anggota keluarganya sendiri. Hal ini masih sesuai ajaran Islam dalam tata
cara mengurus jenazah dalam hal memandikan sampai menshalatkan.

F. MINANG

Etnis Minangkabau dikenal sebagai komunitas yang kuat memegang identitas


sebagai muslim dan pemegang teguh aturan-aturan adat. Ajaran Islam sangat
merasuk dalam kehidupannya, sehingga Islam dapat menjadi parameter dalam
lingkup sosial-budaya mereka.

 Shalawat Dulang

Salawat dulang adalah cerita memuji kehidupan Nabi Muhammad Saw.


dan atau yang berhubungan dengan persoalan agama Islam diiringi irama
bunyi ketukan jari pada dulang atau piring logam besar. Pertunjukan
salawat dulang biasanya dilakukan dalam rangka memperingati hari-hari
besar agama Islam dan alek nagari. Pertunjukan ini tidak dilakukan di
kedai (lapau) atau lapangan terbuka. Biasanya, salawat dulang hanya
dipertunjukkan di tempat yang dipandang terhormat, seperti masjid atau
surau. Pertunjukan juga biasanya dimulai selepas Shalat Isya’. Sifat
pertunjukan adalah bertanya jawab dan saling melontarkan shalawat.
Dalam pertunjukannya, kedua tukang salawat duduk bersebelahan dan
menabuh talam secara bersamaan. Keduanya berdendang secara
bersamaan atau saling menyambung larik-lariknya.

B. PERANAN WALISANAGA DALAM PENYEBARAN ISLAM DI


INDONESIA

Tokoh-tokoh Walisanga sebagai waliyullah, yaitu orang yang dekat dengan Allah
serta mulia. Walisanga juga berkedudukan sebagai waliyul amri, yaitu orang yang
memegang kekuasaan atas hukum kaum muslimin serta pemimpin masyarakat yang
berwenang menentukan dan memutuskan urusan masyarakat, baik dalam bidang
keduniawian maupun keagamaan. Wali yang dimaksud adalah Waliyullah yang
mempunyai makna orang yang mencintai dan dicintai Allah. Adapun kata songo berasal

6
dari bahasa Jawa yang bermakna “sembilan”. Jadi, Walisanga berarti “wali sembilan”
yang mencintai dan dicintai Allah. Mereka dipandang sebagai pemimpin dari sejumlah
Da’i di Nusantara.
Adapun nama-nama Walisanga sebagai berikut; Sunan Ampel, Sunan Gresik, Sunan
Giri, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Kudus, Sunan Kali Jogo, Sunan Muria dan
Sunan Gunung Jati.
Kesembilan wali ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam penyebaran
agama Islam di pulau Jawa pada abad ke-15. Adapun peranan walisongo dalam
penyebaran agama Islam antara lain:

1. Sebagai pelopor penyebarluasan agama Islam kepada masyarakat yang belum


banyak mengenal ajaran Islam di daerahnya masing-masing.
2. Sebagai para pejuang yang gigih dalam membela dan mengembangkan agama
Islam di masa hidupnya.
3. Sebagai orang-orang yang ahli di bidang agama Islam.
4. Sebagai orang yang dekat dengan Allah SWT karena terus-menerus beribadah
kepada-Nya, sehingga memiliki kemampuan yang lebih.
5. Sebagai pemimpin agama Islam di daerah penyebarannya masing-masing, yang
mempunyai jumlah pengikut cukup banyak di kalangan masyarakat Islam.
6. Sebagai guru agama Islam yang gigih mengajarkan agama Islam kepada para
muridnya.
7. Sebagai kiai yang menguasai ajaran agama Islam dengan cukup luas.
8. Sebagai tokoh masyarakat Islam yang disegani pada masa hidupnya.

Berkat kepeloporan dan perjuangan wali sembilan itulah, maka agama Islam
menyebar ke seluruh pulau Jawa bahkan sampai ke seluruh daerah di Nusantara.

Terlebih dalam dakwah pun para wali ini, juga mempunyai metode tertentu, secara
ringkas sejarah mencatat ada 3 metode dakwah yang di lakukan oleh para wali dalam
menyebarkan Islam di Indonesia. Adapun 3 metode tersebut yaitu:

 Metode Al-Hikmah (kebijaksanaan)

7
Al-Hikmah merupakan kemampuan dan ketepatan dai dalam memilih,
memilah dan menyelaraskan teknik dakwah dengan kondisi objek dakwah,
sebagaimana yang dilakukan oleh Sunan Kudus.

 Metode Al-Mau’izhah al-Hasanah (nasihat yang baik)


Mau’izhah hasanah bermakna memberi nasihat kata-kata yang masuk ke
dalam hati dengan penuh kasih sayang, dan yang masuk ke perasaan dengan
kelembutan, dengan tidak membongkar ataupun membeberkan kesalahan
orang lain. Karena kelembutan dalam menasihati seringkali mampu
meluluhkan hati yang keras. Metode ini lebih mudah melahirkan kebaikan
daripada ancaman dan larangan.

 Metode Al-Mujadalah billati Hiya Ahsan (Berbantah dengan cara sebaik-


baiknya)
Maksud metode ini ialah tukar pendapat yang dilakukan oleh kedua belah
pihak secara sinergis, yang tidak bermaksud pada permusuhan, bertujuan
supaya lawan bisa menerima pendapat yang diajukan dengan memberikan
argumentasi dan bukti yang kuat. Masing-masing pihak harus saling
menghargai dan menghormati pendapat, berpegang pada kebenaran,
menghargai kebenaran orang lain dan menerima hukuman kebenaran itu
secara ikhlas. Metode ini diperlakukan secara personal dan dihubungi secara
istimewa, langsung bertemu secara pribadi sambil diberikan keterangan dan
pemahaman tentang Islam. Metode dakwah ini seperti dilakukan oleh Sunan
Ampel kepada Adipati Aria Damar dan Sunan Kalijaga kepada Adipati
Pandanarang. Metode ini mereka khususkan untuk para pemimpin, orang
terpandang dan bangsawan. Selain itu juga mereka mempunyai 4 metode
yaitu hujjah balighah (argumen yang kuat), usluh hakimah  (metode yang
bijak), adabus samiyah (adab yang tinggi), dan siyasah samiyah (siasat yang
toleran).

8
Melalui gerakan – gerakan penyebaran islamnya tersebut Walisanga mampu
mengislamkan masyarakat dalam tempo yang sangat singkat. Dari perbuatan
Walisngo masyarakat bisa mencontoh atau meneladani perbuatan yang telah
diajarkan.  Jejak yang ditinggalkan Walisongo itu terlihat dalam kumpulan nasihat
agama yang termuat dalam tulisan-tulisan para murid dan ahli waris Walisongo baik
yang berupa buku sejarah, nasab, silsilah, suluk, babad, manaqib dan lain-lain yang
menggambarkan hakikat aliran tasawuf dan dakwah yang mereka anut dan
kembangkan.

C. PENDIRI ORGANISASI ISLAM TERBESAR DI INDONESIA

Terdapat dua Organisasi islam terbesar di Indonesia bahkan dunia, kedua


Organisasi Islam tersebut adalah Muhammadiyah dan Nahdlatul ulama atau yang sering
kita dengar sebagai NU, Kedua pendiri dari organisasi islam ini memiliki hubungan yang
sangat dekat dan erat. Adapun berikut adalah biografi dari kedua tokoh pendiri kedua
organisasi tersebut yang kini namanya masih terkenang sampai sekarang.

1) KH. Ahmad Dahlan (Pendiri Muhammadiyah)


K.H. Ahmad Dahlan adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia yang lahir di
daerah bernama Kauman, yogyakarta pada tanggal 1 Agustus 1868. Pria yang lahir
dengan nama kecil Muhammad Darwis ini adalah putra keempat dari tujuh
bersaudara dengan ayah bernama K.H. Abu Bakar. Ibu beliau bernama Siti Aminah
yang merupakan putri dari H. Ibrahim yang pada masa itu menjabat sebagai
penghulu Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Beliau adalah generasi ke-12
dari salah seorang walisongo yang terkemuka dalam mendakwahkan Islam di
daerah Gresik yang bernama Maulana Malik Ibrahim.
Sejak kecil, K.H Ahmad Dahlan memang sangat antusias untuk berdakwah. Ia
menunaikan haji ketika beliau masih berusia 15 tahun dan menetap di kota Mekah
selama 5 tahun. Selama di Mekah, beliau memperdalam ilmu agama dan juga
berinteraksi dengan Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha, dan Ibnu
Taimiyah yang memiliki pemikiran-pemikiran pembaharu dalam Islam.

9
Pada tahun 1888 beliau kembali ke kampung halaman dan mengubah nama
beliau dari Muhammad Darwis menjadi Ahmad Dahlan. Beliau kembali ke Mekkah
dan menetap selama dua tahun di sana pada tahun 1903. Selama dua tahun di
Mekkah, beliau sempat berguru kepada Syeh Ahmad Khatib yang juga merupakan
guru dari K.H. Hasyim Asyari, pendiri NU.
Sekembalinya beliau dari Mekkah pada tahun 1912, beliau mendirikan
Muhammadiyah di kampung halamannya, Kauman, Yogyakarta. Baru pada tahun
1921 Muhammadiyah diberi izin oleh pemerintah untuk mendirikan cabangnya di
daerah lain. Selain mendirikan Muhammadiyah, beliau juga berjasa mendirikan
berbagai usaha yang bergerak di bidang pelayanan masyarakat. Beliau wafat pada
tanggal 23 Februari 1923.

2) KH. Hasyim Asy’ari (Pendiri Nahdlatul Ulama )


KH Hasyim Asy'ari lahir pada 14 Februari 1871 di Gedang, Kecamatan Jombang,
Jawa Timur. Beliau merupakan putra ketiga dari 10 bersaudara.KH Hasyim Asy'ari
merupakan putra dari pasangan Kyai Asy'ari dan Haliman. Ayah beliau merupakan
seorang pemimpin Pondok Pesantren yang berada di Jombang bagian selatan.Beliau
merupakan pendiri salah satu pesantren terbesar dan terpenting di Jawa pada tahun
1899, yaitu Pondok Pesantren Tebu Ireng. Kemudian, pada tahun 1926, berdiri sebuah
organisasi bernama Nahdlatul Ulama (NU) yang artinya kebangkitan ulama. KH
Hasyim Asy'ari merupakan salah satu tokoh penting dalam berdirinya organisasi
tersebut.
KH Hasyim Asy'ari merupakan keturunan dari Sultan Pajang Jaka Tingkir dan juga
keturunan Raja Hindu Majapahit, Raja Brawijaya V. Garis keturunan tersebut
merupakan silsilah dari sang ibu.Beliau banyak menimba ilmu agama dari sang ayah
dan juga kakeknya, yaitu Kyai Utsman yang merupakan pemimpin Pondok Pesantren
Nggedang di daerah Jombang. Tidak berhenti belajar di situ saja, KH Hasyim Asy'ari
juga banyak mempelajari ilmu agama dari beberapa pesantren. Berikut adalah beberapa
Pondok Pesantren yang pernah beliau datangi dan mempelajari ilmunya.

Pondok Pesantren Wonokoyo Probolinggo, Pondok Pesantren Siwalanpanji


Sidoarjo, Pondok Pesantren Kademangan, Bangkalan, Pondok Pesantren
Langitan Tuban, Pondok Pesantren Trenggilis Semarang.

10
Pada tahun 1892, KH Hasyim Asy'ari pergi ke Mekah untuk menimba ilmu
dari beberapa tokoh agama yang ada di sana. Pada awalnya, beliau belajar di
bawah bimbingan Syaikh Mafudz yang merupakan seorang ulama dari Indonesia
pertama yang mengajar Sahih Bukhori di Mekah.
Syaikh Mafudz merupakan seorang ahli hadis, hal tersebut membuat KH
Hasyim Asy'ari tertarik untuk belajar pada beliau. Selain belajar Hadis, beliau
juga belajar tassawuf (sufi) dengan mendalami Tarekat Qadiriyah dan
Naqsyabandiyah.
KH Hasyim Asy'ari juga pernah belajar pada ulama terkenal dari Banten
yang mukim di Mekah, yaitu Syaikh Nawawi al-Bantani. Bahkan, ada juga guru
yang bukan berasal dari Nusantara, yaitu Syaikh Shata dan Syaikh Dagistani,
mereka adalah seorang ulama yang terkenal pada masanya.
- Sang Pejuang Islam, KH Hasyim Asy'ari
Setelah mendirikan Pondok Pesantren Tebu Ireng pada tahun 1899, kemudian
pada 31 Januari 1926 beliau mendirikan sebuah organisasi bernama Nahdlatul
Ulama (NU), bersama beberapa ulama lainnya. Berdirinya NU pada saat itu
karena situasi dunia Islam yang sedang dilanda pertentangan pahan, tujuan
didirikannya NU pada saat itu adalah untuk membuat interaksi dan komunikasi
dunia Islam menjadi lebih mudah dipahami.
- Perjuangan KH Hasyim Asy'ari Pada Masa Penjajahan
Pondok Pesantren Tebu Ireng yang saat itu berdekatan dengan Pabrik Cukir
yang dibuat oleh kolonial Belanda pada tahun 1835, merupakan sebuah
perlawanan atas modernisasi dan industrialisasi penjajah untuk memeras rakyat,
beliau juga mengeluarkan fatwa haram bagi rakyat Indonesia, yang pergi haji
dengan fasilitas Belanda, karena sifatnya tersebut, KH Hasyim Asy'ari pernah
diancam akan dibunuh dan Pondok Pesantren miliknya, yaitu Tebu Ireng akan
dibakar habis, KH Hasyim Asy'ari berjuang untuk Indonesia dengan
mengeluarkan resolusi jihad yang berhasil memunculkan gerakan perlawanan
terhadap Belanda dan sekutu. Salah satunya adalah saat pertempuran yang
terjadi di Surabaya pada 10 November 1945.

11
- Karya Pemikiran KH Hasyim Asy'ari

 Risalah Ahlis-Sunnah Wal Jama'ah: Fi Hadistil Mawta wa Asyrathis-sa'ah wa baya


Mafhumis-Sunnah wal Bid'ah (Pembahasan tentang orang-orang mati, tanda-tanda
zaman, dan penjelasan tentang Sunnah dan Bid'ah).
 Al-Nuurul Mubiin fi Mahabbati Sayyid al-Mursaliin (Cahaya yang terang tentang
kecintaan pada utusan Tuhan, Muhammad SAW).
 Adab al-alim wal Muta'allim fi maa yahtaju Ilayh al-Muta'allim fi Ahwali Ta'alumihi
wa maa Ta'limihi (Etika pengajar dan pelajar dalam hal-hal yang perlu diperhatikan
oleh pelajar selama belajar).
 Al-Tibyan: fin Nahyi 'an Muqota'atil Arham wal Aqoorib wal Ikhwan (Penjelasan
tentang larangan memutus tali silaturrahmi, tali persaudaraan dan tali persahabatan).
 Muqaddimah al-Qanun al-Asasi li Jam’iyyat Nahdlatul Ulama. Dari kitab ini para
pembaca akan mendapat gambaran bagaimana pemikiran dasar tentang NU. Di
dalamnya terdapat ayat dan hadits serta pesan penting yang menjadi landasan awal
pendirian Jam’iyah NU. Boleh dibilang, kitab ini menjadi “bacaan wajib” bagi para
pegiat NU.
 Mawaidz. Adalah kitab yang bisa menjadi solusi cerdas bagi para pegiat di masyarakat.
Saat Kongres NU XI tahun 1935 di Bandung, kitab ini pernah diterbitkan secara
massal. Demikian juga Prof Buya Hamka harus menterjemah kitab ini untuk
diterbitkan di majalah Panji Masyarakat, edisi 15 Agustus 1959.
 Arba’ina Haditsan Tata’allaqu bi Mabadi’ Jam’iyyat Nahdlatul Ulama. Hidup ini tak
akan lepas dari rintangan dan tantangan. Hanya pribadi yang tangguh serta memiliki
sosok yang kukuh dalam memegang prinsiplah yang akan lulus sebagai pememang.
Kitab ini berisikan 40 hadits pilihan yang seharusnya menjadi pedoman bagi warga
NU.
 Al-Tanbihat al-Wajibat liman Yushna’ al-Maulid bi al-Munkarat. Kitab ini menyajikan
beberapa hal yang harus diperhatikan saat memperingati maulidur rasul.

12
- Akhir Hayat KH Hasyim Asy'ari
Menurut sejarah dari beberapa sumber, KH Hasyim Asy'ari menikah tujuh kali dan
semua istrinya adalah seorang putri dari ulama. Salah satu putranya yaitu, KH Abdul
Wahid Hasyim yang merupakan seorang Perumus Piagam Jakarta yang kemudian
menjadi Menteri Agama. Sedangkan cucunya yaitu, Abdurrahman Wahid atau biasa
dikenal dengan nama Gusdur, yang merupakan Presiden Indonesia.
KH Hasyim Asy'ari wafat pada 21 Juli 1947, kemudian jenazahnya dikebumikan di
Jombang, Jawa Timur. Lalu pada tahun 1964, beliau diberikan penghargaan sebagai
Pahlawan Pergerakan Nasional oleh Pemerintah Indonesia.

13
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Perkembangan islam di indonesia yang begitu pesat, tidak bisa lepas dari peranan
para tokoh ulama dan para wali, yang sangat berperan penting dalam upaya penyebaran
islam di indonesia, terlebih ajaran islam yang mudah diterima oleh masyarakat Indonesia,
Perkembangan dan proses penyebaran Islam di Nusantara, yang dibawa oleh para
pedagang dari Arab, India, Persia dan seterusnya disebarluaskan secara masif misalnya
oleh Wali Songo, sejatinya disadari penuh bahwa Islam sebagai ajaran dan kebudayaan,
adalah sesuatu yang baru dikenal oleh masyarakat Nusantara. Sementara itu, sebelum
masuknya Islam pun, masyarakat di Nusantara sesungguhnya telah mengenal ajaran dan
kebudayaan lain. Meskipun demikian, penyebaran Islam di Nusantara bisa dikatakan
relatif cepat dan mudah diterima. Hal ini disebabkan para penyebar Islam secara khusus
dan masyarakat di Nusantara pada umumnya, memiliki watak dan sikap terbuka dalam
menerima kebudayaan baru.

Hal ini pun berlaku ketika Hindu Buddha datang, dengan segala keterbukaanya,
masyarakat di Nusantara menerima segala hal yang baru dari Hindu Buddha untuk
kemudian dielaborasi dengan kekayaan kebudayaan khas local. Dengan memahami
begitu, para penyebar Islam menerapkan strategi dengan pendekatan kebudayaan yang
telah ada, mereka berusaha untuk mencampurkan urusan kebudayaan dari Islam dengan
kebudayaan lokal, tentu, tanpa menurunkan nilai-nilai Keislaman yang sesuai dengan
tuntunan syariat.

B. SARAN

Penulis mengharapkan kritik dan saran dalam penulisan makalah dikemudian hari.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Diakses melalui https://www.islampos.com/sunda-dan-islam-16935/


2. Diakses melaui
https://www.islampos.com/sunda-dan-islam-16935/https://www.islampos.com/
sunda-dan-islam-16935/
3. Diakses melalui https://multazam-einstein.blogspot.com/2013/05/makalah-
peran-walisongo-dalam.html
4. Diakses melalui https://tarbiyahislamiyah.id/minangkabau-dan-islam-nusantara/

15

Anda mungkin juga menyukai