Disusun oleh:
1. M. Hasbi Assidiqi
2. ............................
3. ............................
4. ............................
5. ............................
6. ............................
7. ............................
8. ............................
KELAS IX F
MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI (MTsN) 4 CIANJUR
KATA PENGANTAR
Allhamdulillah segala puji bagi Allah, marilah senantiasa kita ucapkan atas
rahmat dan nikmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
diberikan kepada kami.
Tujuan utama penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam semester genap, adapun judul dari makalah
ini adalah “ Islam dan budaya Indonesia ”
Kami ucapkan terimakasih kepada bapak Irfan selaku guru mata pelajaran
SKI, dan kepada semua pihak yang sudah membantu dalam penulisan makalah
dari awal hingga selesai.
Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah, dan
kami juga sangat mengharapkan kritik serta saran dari para pembaca untuk bahan
pertimbangan perbaikan makalah.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................iii
A. LATAR BELAKANG...............................................................................iii
B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................1
C. TUJUAN......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
A. KESIMPULAN..........................................................................................14
B. SARAN.......................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sejarah Kebudayaan Islam atau SKI adalah salah satu ilmu pengetahuan yang
membahas atau memplajari ilmu tentang kejadian-kejadian yang berhubungan dengan
agama Islam, baik awalnya ataupun perkembangannya.
Sejarah merupakan ilmu pengetahuan yang berusaha melukiskan tentang peristiwa
masa lampau umat manusia yang disusun secara kronologis untuk menjadi pelajaran
bagi manusia yang hidup sekarang maupun yang akan datang. Itulah sebabnya,
dikatakan bahwa sejarah adalah guru yang paling bijaksana. Sebagai umat Islam, tentu
merupakan sebuah keharusan untuk mempelajari dan memahaminya.
Pemerintah secara langsung juga mendukung lembaga pendidikan Islam (Madrasah
Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah) untuk menerapkan mata pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam. Hal ini dapat dilihat dengan dikeluarkannya permendiknas
RI No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah,
dan dengan munculnya berbagai perubahan yang sangat cepat dalam kehidupan
berbangsa, bernegara dan bermasyarakat, maka disusunlah kurikulum Sejarah
Kebudayaan Islam secara Nasional.
Sejarah Kebudayaan Islam sering diartikan oleh siswa sebagai mata pelajaran yang
terkesan membosankan dan tidak penting. Disinilah peranan guru sangat diperlukan
untuk memberikan pemahaman kepada siswa betapa pentingnya mempelajari Sejarah
Kebudayaan Islam. Supaya tidak terkesan membosankan, guru harus bijak dalam
menentukan media, metode dan strategi yang harus digunakan dalam pembelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam supaya siswa tidak merasa bosan. Kebijakan guru dalam
memilih media, metode maupun strategi tentunya disesuaikan dengan materi dan
keadaan pada saat pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam berlangsung. Tugas dan
tanggung jawab utama seorang guru
iii
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun beberapa masalah yang dirumuskan adalah sebagai berikut:
1. Apa Saja Kearifan lokal yang bernuansa Islami di Indonesia?
2. Bagaimana peranan Walisanga dalam penyebaran Islam di Indonesia ?
3. Siapa Tokoh ulama besar, sekaligus pendiri organisasi Islam terbesar di
Indonesia ?
C. TUJUAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam dan menjawab pertanyaan pada rumusan masalah.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Kearifan lokal atau bisa disebut juga Local Wisdom atau merupakan budaya
masyarakat yang tidak dapat dipisahkan dari bahasa amasyarakat itu sendiri, biasanya
diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya, melalui praktik langsung
maupun dari cerita mulut ke mulut yang disampaikan oleh masyarakat itu sendiri,
misalnya adat istiadat dan hukum adat.
1. Penerapan Nilai – Nilai Islam di Indonesia
Berbagai macam pengejawantahan nilai-nilai Islam dalam masyarakat di
Indonesia mengalami proses sejarah yang panjang. Usaha “membumikan” nilai-
nilai Islam melalui dakwah jejaknya masih tampak jelas sampai saat ini.
Wujud dari “membumikan” nilai-nilai Islam ini di antaranya penyesuaian
ajaran Islam yang menggunakan idiom-idiom bahasa Arab menjadi bahasa
setempat dan atau menggunakan bahasa lokal untuk menggantikan istilah berbahasa
Arab. Nilai-nilai ajaran Islam tercermin dalam kehidupan sehari-hari,
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
2
penyebar Islam akan menelaah terlebih dahulu apakah hal tersebut sesuai
dengan Islam atau tidak.
A. JAWA
Masuknya Islam dan penerimaan islam di pulau jawa, membuat perubahan pola
tingkah laku dan kebiasaan masnyarakat di pulau jawa. Setelah islam masuk dan diterima
banyak bermunculan kearifan lokal baru yang lebih dapat diterima oleh ajaran islam
Tahlilan
Sekaten
B. MADURA
Rakat Tase
Kearifan lokal ini dilakukan untuk mensyukuri karunia serta nikmat yang
diberikan oleh Sang Maha Pencipta, yaitu Allah Swt sekaligus agar
diberikan keselamatan dalam bekerja dan kelancaran rezeki
3
C. SUNDA
Salah satu fase sejarah yang paling penting adalah proses Islamisasi Suku
Sunda. Proses ini, sampai saat ini merupakan proses yang memberikan kesan
paling penting dam mendalam bagi masyarakat Sunda.
Paling tidak, secara nominal, mayoritas suku Sunda menganut Islam. Islam
bahkan hampir menjadi bagian dari identitas kesundaan. Dengan kata lain, kalau
tidak Islam, agak aneh bahwa dia adalah orang Sunda, sekalipun pada
kenyataannya ada saja orang Sunda yang tidak Islam.
Reuneuh Mundingeun
Upacara ini diselenggarakan agar perempuan yang hamil tua atau hamil
lebih dari Sembilan bulan, segera melahirkan (jangan sampai seperti
kerbau) serta agar terhindar dari sesuatu yang membahayakan.
Cucurak
Kearifan lokal ini biasanya dilakukan oleh kaum ibu yang memasak
makanan yang berbeda-beda. Setelah itu, makanan dikumpulkan di masjid
terdekat untuk dibagikan dan dimakan bersama. Namun demikian, cucurak
tidak selalu dilakukan dengan cara seperti itu. Orang-orang yang makan
bersama dengan niat menyambut datangnya bulan Ramadhan juga sudah
dapat dikatakan sebagai cucurak.
D. MELAYU
4
Petang Megang
Balimau Kasau
E. BUGIS
Masyarakat suku Bugis dengan segala kebudayaan dan adat istiadat juga
memiliki sistem kepercayaan. Kepercayaan suku Bugis yang banyak dianut sejak
abad ke-17 adalah Islam. Islam dibawa oleh para pesyiar dari daerah
Minangkabau.
Upacara ammateung
5
orang-orang tertentu yang memang biasa memandikan mayat atau oleh
anggota keluarganya sendiri. Hal ini masih sesuai ajaran Islam dalam tata
cara mengurus jenazah dalam hal memandikan sampai menshalatkan.
F. MINANG
Shalawat Dulang
Tokoh-tokoh Walisanga sebagai waliyullah, yaitu orang yang dekat dengan Allah
serta mulia. Walisanga juga berkedudukan sebagai waliyul amri, yaitu orang yang
memegang kekuasaan atas hukum kaum muslimin serta pemimpin masyarakat yang
berwenang menentukan dan memutuskan urusan masyarakat, baik dalam bidang
keduniawian maupun keagamaan. Wali yang dimaksud adalah Waliyullah yang
mempunyai makna orang yang mencintai dan dicintai Allah. Adapun kata songo berasal
6
dari bahasa Jawa yang bermakna “sembilan”. Jadi, Walisanga berarti “wali sembilan”
yang mencintai dan dicintai Allah. Mereka dipandang sebagai pemimpin dari sejumlah
Da’i di Nusantara.
Adapun nama-nama Walisanga sebagai berikut; Sunan Ampel, Sunan Gresik, Sunan
Giri, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Kudus, Sunan Kali Jogo, Sunan Muria dan
Sunan Gunung Jati.
Kesembilan wali ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam penyebaran
agama Islam di pulau Jawa pada abad ke-15. Adapun peranan walisongo dalam
penyebaran agama Islam antara lain:
Berkat kepeloporan dan perjuangan wali sembilan itulah, maka agama Islam
menyebar ke seluruh pulau Jawa bahkan sampai ke seluruh daerah di Nusantara.
Terlebih dalam dakwah pun para wali ini, juga mempunyai metode tertentu, secara
ringkas sejarah mencatat ada 3 metode dakwah yang di lakukan oleh para wali dalam
menyebarkan Islam di Indonesia. Adapun 3 metode tersebut yaitu:
Metode Al-Hikmah (kebijaksanaan)
7
Al-Hikmah merupakan kemampuan dan ketepatan dai dalam memilih,
memilah dan menyelaraskan teknik dakwah dengan kondisi objek dakwah,
sebagaimana yang dilakukan oleh Sunan Kudus.
8
Melalui gerakan – gerakan penyebaran islamnya tersebut Walisanga mampu
mengislamkan masyarakat dalam tempo yang sangat singkat. Dari perbuatan
Walisngo masyarakat bisa mencontoh atau meneladani perbuatan yang telah
diajarkan. Jejak yang ditinggalkan Walisongo itu terlihat dalam kumpulan nasihat
agama yang termuat dalam tulisan-tulisan para murid dan ahli waris Walisongo baik
yang berupa buku sejarah, nasab, silsilah, suluk, babad, manaqib dan lain-lain yang
menggambarkan hakikat aliran tasawuf dan dakwah yang mereka anut dan
kembangkan.
9
Pada tahun 1888 beliau kembali ke kampung halaman dan mengubah nama
beliau dari Muhammad Darwis menjadi Ahmad Dahlan. Beliau kembali ke Mekkah
dan menetap selama dua tahun di sana pada tahun 1903. Selama dua tahun di
Mekkah, beliau sempat berguru kepada Syeh Ahmad Khatib yang juga merupakan
guru dari K.H. Hasyim Asyari, pendiri NU.
Sekembalinya beliau dari Mekkah pada tahun 1912, beliau mendirikan
Muhammadiyah di kampung halamannya, Kauman, Yogyakarta. Baru pada tahun
1921 Muhammadiyah diberi izin oleh pemerintah untuk mendirikan cabangnya di
daerah lain. Selain mendirikan Muhammadiyah, beliau juga berjasa mendirikan
berbagai usaha yang bergerak di bidang pelayanan masyarakat. Beliau wafat pada
tanggal 23 Februari 1923.
10
Pada tahun 1892, KH Hasyim Asy'ari pergi ke Mekah untuk menimba ilmu
dari beberapa tokoh agama yang ada di sana. Pada awalnya, beliau belajar di
bawah bimbingan Syaikh Mafudz yang merupakan seorang ulama dari Indonesia
pertama yang mengajar Sahih Bukhori di Mekah.
Syaikh Mafudz merupakan seorang ahli hadis, hal tersebut membuat KH
Hasyim Asy'ari tertarik untuk belajar pada beliau. Selain belajar Hadis, beliau
juga belajar tassawuf (sufi) dengan mendalami Tarekat Qadiriyah dan
Naqsyabandiyah.
KH Hasyim Asy'ari juga pernah belajar pada ulama terkenal dari Banten
yang mukim di Mekah, yaitu Syaikh Nawawi al-Bantani. Bahkan, ada juga guru
yang bukan berasal dari Nusantara, yaitu Syaikh Shata dan Syaikh Dagistani,
mereka adalah seorang ulama yang terkenal pada masanya.
- Sang Pejuang Islam, KH Hasyim Asy'ari
Setelah mendirikan Pondok Pesantren Tebu Ireng pada tahun 1899, kemudian
pada 31 Januari 1926 beliau mendirikan sebuah organisasi bernama Nahdlatul
Ulama (NU), bersama beberapa ulama lainnya. Berdirinya NU pada saat itu
karena situasi dunia Islam yang sedang dilanda pertentangan pahan, tujuan
didirikannya NU pada saat itu adalah untuk membuat interaksi dan komunikasi
dunia Islam menjadi lebih mudah dipahami.
- Perjuangan KH Hasyim Asy'ari Pada Masa Penjajahan
Pondok Pesantren Tebu Ireng yang saat itu berdekatan dengan Pabrik Cukir
yang dibuat oleh kolonial Belanda pada tahun 1835, merupakan sebuah
perlawanan atas modernisasi dan industrialisasi penjajah untuk memeras rakyat,
beliau juga mengeluarkan fatwa haram bagi rakyat Indonesia, yang pergi haji
dengan fasilitas Belanda, karena sifatnya tersebut, KH Hasyim Asy'ari pernah
diancam akan dibunuh dan Pondok Pesantren miliknya, yaitu Tebu Ireng akan
dibakar habis, KH Hasyim Asy'ari berjuang untuk Indonesia dengan
mengeluarkan resolusi jihad yang berhasil memunculkan gerakan perlawanan
terhadap Belanda dan sekutu. Salah satunya adalah saat pertempuran yang
terjadi di Surabaya pada 10 November 1945.
11
- Karya Pemikiran KH Hasyim Asy'ari
12
- Akhir Hayat KH Hasyim Asy'ari
Menurut sejarah dari beberapa sumber, KH Hasyim Asy'ari menikah tujuh kali dan
semua istrinya adalah seorang putri dari ulama. Salah satu putranya yaitu, KH Abdul
Wahid Hasyim yang merupakan seorang Perumus Piagam Jakarta yang kemudian
menjadi Menteri Agama. Sedangkan cucunya yaitu, Abdurrahman Wahid atau biasa
dikenal dengan nama Gusdur, yang merupakan Presiden Indonesia.
KH Hasyim Asy'ari wafat pada 21 Juli 1947, kemudian jenazahnya dikebumikan di
Jombang, Jawa Timur. Lalu pada tahun 1964, beliau diberikan penghargaan sebagai
Pahlawan Pergerakan Nasional oleh Pemerintah Indonesia.
13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perkembangan islam di indonesia yang begitu pesat, tidak bisa lepas dari peranan
para tokoh ulama dan para wali, yang sangat berperan penting dalam upaya penyebaran
islam di indonesia, terlebih ajaran islam yang mudah diterima oleh masyarakat Indonesia,
Perkembangan dan proses penyebaran Islam di Nusantara, yang dibawa oleh para
pedagang dari Arab, India, Persia dan seterusnya disebarluaskan secara masif misalnya
oleh Wali Songo, sejatinya disadari penuh bahwa Islam sebagai ajaran dan kebudayaan,
adalah sesuatu yang baru dikenal oleh masyarakat Nusantara. Sementara itu, sebelum
masuknya Islam pun, masyarakat di Nusantara sesungguhnya telah mengenal ajaran dan
kebudayaan lain. Meskipun demikian, penyebaran Islam di Nusantara bisa dikatakan
relatif cepat dan mudah diterima. Hal ini disebabkan para penyebar Islam secara khusus
dan masyarakat di Nusantara pada umumnya, memiliki watak dan sikap terbuka dalam
menerima kebudayaan baru.
Hal ini pun berlaku ketika Hindu Buddha datang, dengan segala keterbukaanya,
masyarakat di Nusantara menerima segala hal yang baru dari Hindu Buddha untuk
kemudian dielaborasi dengan kekayaan kebudayaan khas local. Dengan memahami
begitu, para penyebar Islam menerapkan strategi dengan pendekatan kebudayaan yang
telah ada, mereka berusaha untuk mencampurkan urusan kebudayaan dari Islam dengan
kebudayaan lokal, tentu, tanpa menurunkan nilai-nilai Keislaman yang sesuai dengan
tuntunan syariat.
B. SARAN
Penulis mengharapkan kritik dan saran dalam penulisan makalah dikemudian hari.
14
DAFTAR PUSTAKA
15