Anda di halaman 1dari 2

Sejumlah fakta baru terus terungkap terkait kasus kematian 

Brigadir J alias
Nofriansyah Yoshua Hutabarat dalam baku tembak di rumah dinas Kadiv Propam
nonaktif, Irjen Ferdy Sambo. Tabir gelap kematian Brigadir J perlahan menemui
titik terang setelah tim khusus Polri melakukan penyidikan dengan memeriksa
puluhan saksi.
Tercatat 43 saksi termasuk 25 anggota polisi dari tingkat Polres, Polda Metro,
Propam, hingga Bareskrim sudah diperiksa oleh Irsus Timsus Polri di bawah
pimpinan Inspektur Pengawasan Umum (Irwasum) Komjen Pol. Agung Budi
Maryoto. 25 polisi itu diperiksa untuk membuka rangkaian konstruksi kasus
kematian Brigadir J yang sebelumnya disebutkan terlibat baku tembak dengan
Bharada E alias Richard Eliezer Pudihang Lumiu.

Bharada E sendiri sebelumnya ditetapkan sebagai tersangka pembunuhan


Brigadir J dalam insiden baku tembak di Kompleks Perumahan Polri Duren
Tiga, Jakarta Selatan pada Jumat (8/7) sore tersebut. Bharada E dijerat Pasal 338
KUHP tentang pembunuhan Juncto 55 dan 56 KUHP dan langsung ditahan di
Rutan Bareskrim.
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengatakan, 25 polisi itu diperiksa terkait
dugaan tidak profesional dalam menangani kasus kematian Brigadir J. Puluhan
anggota korps bhayangkara tersebut diduga menghambat proses penyidikan dan
penanganan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) di rumah dinas Irjen Ferdy
Sambo.
BACA JUGA:
Fakta Baru yang Terungkap dari Kasus Pembunuhan Brigadir JLPSK: Bharada E Nembak
dari Jarak Dekat, Tak Butuh Keahlian

"Sebanyak 25 personel ini kami periksa terkait dengan ketidakprofesionalan dalam


penanganan TKP," kata Sigit di Mabes Polri, Jakarta, Kamis (4/8) malam.

Sigit menjelaskan, 25 polisi itu di antaranya tiga personel perwira tinggi (pati)
berpangkat jenderal bintang satu, lima personel berpangkat kombes polisi dan
tiga personel berpangkat AKBP. Kemudian dua personel berpangkat kompol, tujuh
personel perwira pertama (pama), serta lima personel bintara dan tamtama.

Sigit menegaskan, 25 polisi itu bakal dijerat pidana apabila dalam proses
pemeriksaan ditemukan pidana selain pelanggaran kode etik. Sigit bahkan
langsung mengeluarkan Telegram Rahasia (TR) untuk memutasi personel polisi
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai