Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PROPOSAL PENELITIAN
Disusun Oleh :
YUSRIN JAELANI
18 660 010
PROPOSAL PENELITIAN
Disusun Oleh :
YUSRIN JAELANI
18 660 010
SEMINAR PROPOSAL
EFISIENSI PENGOLAHAN ASPAL AGAR TARGET DAPAT
TERCAPAI DI PT. KARYA MEGAH BUTON
Disusun Oleh :
YUSRIN JAELANI
NIM : 18 660 010
Program Studi : Teknik Pertambangan
Ir. H. LM. Sjamsul Qamar, M.T.,IPU. LM, Hilman Kurnia, S,T., M,T.
NIDN. 0911016101 NIDN. 0916019003
Mengetahui :
Ketua Program Studi Teknik Pertambangan
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal
Penelitian Tugas Akhir yang berjudul “Efisiensi Pengolahan Aspal Agar Target
Produksi Dapat Tercapai Di PT. Karya Megah Buton”. Adapun tujuan dari
penulisan proposal ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan jenjang program strata satu ( S-1) pada Program Studi Teknik
Pertambangan Universitas Dayanu Ikhasanuddin Baubau. Penulis sangat
menyadari bahwa banyak kendala yang dihadapi dalam menyelesaikan Proposal
Penelitian Tugas Akhir ini, namun berkat dorongan, dukungan, bimbingan, arahan,
serta motivasi yang besar yang diberikan sehingga penyusunan Proposal
Penelititan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan dengan baik. Ucapan terima kasih
serta penghargaan yang setinggi-tingginnya penulis sampaikan kepada semua pihak
yang telah banyak membantu dan mendukung, terutama kepada :
1. Bapak Ir. H. LM Sjamsul Qamar, M.T.,IPU Selaku Rektor Universitas
Dayanu Ikhasanuddin dan Sebagai Pembimbing I, yang selama ini sudah sabar,
dan tulus membimbing, dan memberikan banyak masukan dan dukungan.
2. Bapak Hilda Sulaiman Nur, S.T., M.T. Selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Dayanu Ikhsanuddin.
3. Bapak Sarman, S.T.,M.T. Selaku Ketua Program Studi Teknik Pertambangan,
yang selama ini turut membantu dalam kelengkapan berkas hal-hal yang
berhubungan Administrasi perkuliahan dan kegiatan Akademik.
4. Bapak LM, Hilman Kurnia, S,T., M,T. Selaku Dosen Pembimbing II yang
selama ini sudah sabar, tulus, dan ikhlas karena telah membimbing saya, dan
terima kasih atas motivasi dan dukungannya.
5. Terima kasih untuk Dosen Penguji I, II, dan III yang telah memberikan masukan
dan dukugan serta saran.
iii
6. Terima kasih untuk Tata Usaha Prodi Teknik Pertambangan, karena sudah
banyak membantu dalam hal yang berhubungan dengan kelengkapan
administrasi dan lain- lain.
7. Terima kasih untuk Dosen-dosen Program Studi Teknik Pertambangan, yang
telah banyak membantu, memberikan motivasi dan dukungan
8. Terkhusus untuk Orang Tua tercinta, yang tidak pernah lelah memberikan do’a,
kasih sayang serta dukungannya selama penulis menempuh pendidikan yang
baik.
9. Rekan-rekan penulis khususnya mahasiswa strata-1 (S1) Teknik
Pertambangan Unidayan yang mendukung baik dari moral, materi, seta
dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini.
Akhir kata dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari masih
banyak kekurangan, sehingga penulis mengaharapkan adanya saran dan kritikan
yang bersifat membangun demi kesempurnaan ini. Semoga Allah SWT
melimpahkan nikmat-nya bagi kita semua. Jazakallahu khairan, Semoga kebaikan
menyertai kita semua.
Aamiin.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...........................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN ...................................................................................... ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................iii
DAFTAR ISI........................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................vii
DAFTARTABEL ..........................................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan ................................................................................ 2
1.3 Rumusan Masalah .................................................................................. 3
1.4 Batasan Masalah ..................................................................................... 3
1.5 Manfaat Penelitian.................................................................................. 3
v
3.4.1 Langkah Kerja.............................................................................21
3.4.2 Metode.........................................................................................21
3.4.3 Bagan Alir ...................................................................................22
3.4.4 Waktu Penelitian .........................................................................23
3.5 Penutup .................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................24
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam.
Sumber daya alam merupakan nikmat yang sangat besar dan berharga dari Tuhan
yang diberikan kepada umat manusia. Sumber daya alam juga menjadi salah satu
modal utama dalam pembanguan nasional. Kegiatan penambangan merupakan
kegiatan pengambilan bahan galian berharga yang berada di bawah permukaan
bumi. Salah satu bahan galian yang terdapat di Indonesia adalah aspal.
Aspal adalah senyawa hidrokarbon berwarna coklat gelap atau hitam pekat
yang dibentuk dari unsur-unsu asphalthenes, resins, dan oils. Dalam lapis
perkerasan jalan aspal berfungsi sebagai bahan ikat antara agregat untuk
membentuk suatu campuran yang kompak, sehingga akan memberikan kekuatan
masing-masing agregat, Aspal batu Buton (Asbuton) merupakan aspal alam yang
terdapat di pulau Buton, jenisnya adalah rock asphalt, yaitu batuanyang
terimpegnasi oleh aspal dengan batuan induknya adalah batu gamping. Partikel
asbuton terdiri dari mineral, bitumen, dan air. Asbuton yang terekstraksi dapat
dipisahkan antara mineral dengan bitumennya (Tobing, 2003).
1
Pengolahan aspal Buton merupakan kegiatan lanjutan dari kegiatan
penambangan. Pengolahan aspal buton dilakukan untuk meningkatkan nilai jual
dari aspal itu sendiri. Pengolahan aspal terdiri dari beberapa tahap-tahap penting,
sebelum menjadi aspal yang telah siap digunakan. (Hendrajaya,2016)
2
1.2 Maksud dan Tujuan
Dalam tugas akhir ini peneliti membatasi masalah yang mengarah pada.
Evisiensi Pengolahan aspal di PT. Karya Megah Buton
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Direktur utama dari PT. Karya Mega Buton saat ini adalah Robin Setyono,
serta Kepala Teknik Tambang yaitu Daniel Joseph yang juga merangkap jabatan
sebagai Manager site. PT Karya Mega Buton memiliki 3 lokasi penambangan
pertama (ST.1) berada di Desa Lawele, lokasi penambangan ke dua (ST.2) berada
didesa Nambo, dan lokasi plan berada di Desa Suandala. Ketiga lokasi tersebut
masih berada di Kecamatan Lasalimu, Kabupaten Buton, Provinsi Sulawesi
Tenggara.
5
berlapis tebal hingga massif, sisipan kalkarenit pada bagian tengah dan atas formasi,
berumur Miosen Atas-Pliosen Awal, tebal formasi bervariasi mulai dari 30 meter
hingga lebih dari 1000 meter (Davidson, 1991); Formasi Wapulaka (Qpw) tersusun
oleh batugamping terumbu ganggang dan koral, memperlihatkan undak-undak
pantai purba dan topografi karst, endapan hancuran terumbu, batukapur,
batugamping pasiran, batupasir gampingan, batulempung dan napal kaya
foraminifera plangton, tebal satuan diperkirakan 700 m; dan Alluvium (Qal)
tersusun oleh kerikil, kerakal, pasir, lumpur, dan gambut, hasil endapan sungai,
rawa, dan pantai (Gambar 1 dan Gambar 2).
6
Gambar 1. Peta Geologi Pulau Buton (Sikumbang, 1995 dalam Hadiwisastra,
2009)
7
Gambar 2. Urutan stratigrafi Pulau Buton (Sikumbang, 1995)
8
2.3 Iklim dan Curah Hujan
9
asphalt). Aspal danau salah satu contohnya adalah aspal yang ditemukan di
Trinidad, sedangkan aspal yang ditemukan di Pulau Buton merupakan jenis aspal
batu.
Aspal alam atau juga sering disebut sebagai bitumen alam, tergolong pada
minyak mentah yang sangat kental dengan kekentalan lebih dari 10.000 cP.
Kebanyakan minyak berat dan bitumen alam diperkirakan keluar dari batuan induk
sebagai minyak ringan atau sedang dan kemudian bermigrasi ke batuan perangkap.
Jika batuan perangkap tersebut kemudian terangkat ke zona oksidasi, beberapa
proses dapat mengubah minyak ke minyak berat. Proses yang dimaksud adalah
water washing, bacterial degradation, dan evaporation (Meyer, dkk., 2007).
10
Terdapat tiga hal utama yang mengontrol pembentukan aspal alam, yaitu
(Hadiwisastra, 2009) :
a. Batuan induk (source rock)
b. Batuan perangkap (trap rock), dan
c. Batuan penutup (cap rock)
a. Batuan induk
` Batuan induk adalah batu sedimen yang mengandung bahan organik yang
cukup untuk membuat hidrokarbon melalui proses pemanasan. Hidrokarbon
berbentuk cair, berbentuk uap dalam kondisi biasa dan berbentuk padatan. Dalam
hidrokarbon terdapat dua komponen dasar, yaitu karbon (C) dan hidrogen (H),
sisanya adalah sulfur (S), nitrogen (N), oksigen (O) dan dalam campuran tertentu
juga berupa logam. Mengingat komponen karbon adalah bahan organik, pada
dasarnya dapat diterima bahwa minyak terbentuk sebagai asal organik, meskipun
ada juga yang berpendapat bahwa minyak dibentuk oleh bahan asal anorganik.
Perubahan seluruh bahan organik dari hewan dan tumbuhan yang terkandung dalam
lapisan sedimen menjadi minyak, gas, dan batubara dibentuk dalam kondisi umum
yang serupa, yaitu waktu, lingkungan, dan tektonik. Perbedaan dalam pembentukan
minyak, gas dan batubara terjadi pada material dengan kondisi lingkungan yang
berbeda (North, 1985 dalam Hadiwisastra, 2009). Sulit untuk menemukan jenis-
jenis batuan Tersier sebagai batuan induk di Pulau Buton, karena hampir semuanya
tersusun dari batugamping, batupasir, napal, dan konglomerat yang tidak mungkin
untuk menghasilkan minyak. Kemungkinannya bahwa batuan induk berasal dari
batuan Pra-Tersier (Hadiwisastra, 2009).
b. Batuan Perangkap
11
untuk menjebak hidrokarbon adalah lapisan batupasir dan batugamping, dimana
batupasir memiliki porositas (pori-pori) antar butir, sedangkan batugamping yang
berperan sebagai batuan perangkap dijukkan oleh porositas yang dibentuk oleh
proses pelarutan. Selain kedua jenis batu ini, perangkap yang lainnya adalah
perangkap yang berbentuk rekahan yang pada dasarnya terbentuk oleh tekanan dan
regangan. Porositas dan permeabilitas karena tekanan umumnya dijumpai pada
batuan yang telah mengalami deformasi. Batuan tersier yang ditemukan di kawasan
Buton memang layak untuk dijadikan sebagai batuan reservoir, misalnya batupasir
dan batugamping yang tersebar luas. Hal ini juga dapat dilihat dari ketebalan lapisan
aspal yang ditemukan secara keseluruhan yang diidentikkan dengan Formasi
Sampolakosa dan Formasi Tondo (Hadiwisastra, 2009).
c. Batuan Penutup
12
c. Terdapat di sepanjang zona batas antar Formasi Tondo dan Formasi
Sampolakosa Asbuton ditemukan mengisi antar butir, berbentuk lensa ataupun
tersebar tidak teratur dalam lapisan batuan.
d. Asbuton yang terdapat di Pulau Buton memiliki cadangan yang sangat besar dan
merupakan endapan aspal alam terbesar di dunia. Deposit Asbuton tersebar dari
Teluk Sampolawa hingga Teluk Lawele sepanjang 75 km dengan lebar 12 km
ditambah wilayah Enreke yang termasuk wilayah kabupaten Muna (Gompul,
1991 dalam Departemen PU, 2006). Gambaran lokasi deposit asbuton,
diperlihatkan pada Gambar 3.
13
Gambar 3. Peta lokasi sebaran Asbuton (Sutyana dkk., 2013)
14
BAB III
METODE PENELITIAN
15
dengan bahan galian lainnya sehingga tahapan kegiatan yang dilalui suatu bahan
galianakan berbeda dengan bahan galian lainnya. Perbedaan tahapan ini akan
mempengaruhi peralatan yang akan digunakan.
3.2.2 Sampling
16
mineral-mineralnya, sifat-sifat fisik mineralnya seperti berat jenis, kemagnetan,
konduktivitas listrik, sifat-sifat permukaan mineral dan sebagainya.
3.2.3 Kominusi
a. Crushing
Suatu proses yang bertujuan untuk meliberisasi mineral yang di
inginkan agar terpisah dengan mineral pengotor yang lain.Dimana proses
ini bertujuan juga untuk reduksi ukuran dari bahan galian/bijih yang
langsung dari tambang ROM (Rum of mine) dan berukuran besar-besar
(diameter sekitar 100 cm) mencapai ukuran 30-50 cm bahkan bisa sampai
ukuran 2,5 cm.
b. Fine crushing,
17
Merupakan lanjutan dari proses primary crushing dan secondary
crushing. Proses penghancuran pada milling menggunakan shearing stress.
Alat yang digunakan adalah hammer mill. Berikut ini adalah beberapa alat
peremuk yang digunakan pada proses kominusi :
Hammermill
Hammermill adalah sebuah alat peremuk yang mempunyai rotor
yang dapat berputar dan mempunyai alat pemecah berbentuk palu yang palu-palu
tersebut digantung pada suatu piringan/silinder yang dapat berputar dengan
cepat.Alat ini juga dilengkapi dengan ayakan yang juga berfungsi sebagai penutup
lubang tempat keluarnya produk. Tingkat putaran bergantung pada keras lunaknya
material yang akan diremuk. Hammermill bekerja dengan prinsip material yang
masuk akan dihancurkan dengan diremuk. Alat ini terdiri dari sejumlah pemukul
yang berbentuk palu-palu yang terletak pada poros dan plat pemecah, umpan masuk
melalui atas dan akan dipecah oleh palu-palu yang berputar dengan kecepatan tinggi
ditekan terhadap plat pemecah. Palu-palu pemukul akan memukul material berkali-
kali yang ditahan terhadap plat pemecah, sehingga material tersebut hancur menjadi
ukuran kecil-kecil.
Untuk menentukan kapasitas teoritis hammer mill didasarkan pada perhitungan
dengan rumus :
TA = TC x C x M x F x
G…………….........................………..……….(3.1)
Keterangan :
TA = Kapasitas teoritis hammer mill (ton/jam)
T = Kapasitas desain hammer mill (ton/jam)
C = Faktor untuk jenis batuan
M = Faktor untuk kandungan air
F = Faktor distribusi butir
G = Densitas
18
Roll Crusher
Roll crusher adalah mesin pereduksi ukuran yang menjepit dan meremuk
material antara dua permukaan yang keras. Pemukaan yang digunakan biasanya
berbentuk roll yang berputar pada kecepatan yang sama dan arahnya berlawanan.
Untuk peremuk permukaan roll bisa berkerut atau bergerigi. Bentuk dari roll
crusher ada dua macam, yaitu (Winanto A dkk, 2001, 14):
a. Rigid Roll
Alat ini pada porosnya tidak dilengkapi dengan pegas sehingga
kemungkinan patah pada poros sangat memungkinkan. Roll yang berputar
hanya satu saja tetapi ada juga yang keduanya ikut berputar
b. Spring Roll
Alat ini dilengkapi dengan pegas, sehingga kemungkinan porosnya
patah sangat kecil sekali. Dengan adanya pegas maka roll dapat mundur
dengan sendirinya bila ada material yang sangat keras, sehingga tidak dapat
dihancurkan dan material itu akan jatuh. Untuk jenisnya, roll crusher ada yang
Single roll crusher dan ada yang double roll crusher. Singgle roll crusher
biasanya digunakan untuk penghancuran primer.Mesin peremuk ini terdiri
dari satu roll penghancur. Kebanyakan single roll crusher dipasang dengan
pin penjepit atau bentuk lainnya untuk melindungi sistem pengendali.
3.2.4 Sizing
Sizing merupakan proses pemilihan bijih yang telah melalui proses
kominusi sesuai ukuran yang dibutuhkan. Kegiatan sizing meliputi screening yaitu
salah satu pemisahan berdasarkan ukuran adalah proses penganyakan (screening).
Sizing dibagi menjadi dua yaitu;
a. Penyaringan (screening) adalah proses pemisahan secara mekanik
berdasarkan perbedaan ukuran partikel.sering juga disebut klasifikasi
mekanis,adalah sala satu operasi unit tertua dan digunakan banyak industri
diseluruh dunia.
19
b. Klasifikasi adalah proses pemisahan partikel berdasarkan kecepatan
pengendapannya dalam suatu media (udara atau air). Klasifikasi di
lakukan dalam suatu alat yang disebut classifer.
3.3.1 Hopper
Hopper terbuat dari baja yang tahan terhadap korosi, dengan sudut
sekitar 30°. Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan ketika mendesain
hoppeyang akan digunakan. Ada beberapa aspek penting yang dicatat di sini.
Untuk hopper simetrisada kecenderungan feeder harus menarik umpan dari
hopper untuk itu dibuatdesain hopper asimetris dengan dinding belakang
setengah sudut a dan dindingdepan dengan sudut a + (5° sampai 8°), atau
hopper simetris digunakan untuk umpan yang seragam dengan menggunakan
bahan lapisan kasar di bagian depan.
20
(A=Tampak Samping; B=Tampak Atas; C=Tampak Depan) Hopper
berbentuk gabungan dari balok dan limas sehingga perhitungan volume hopper
menggunakan rumus bangun ruang umum sebagai berikut (Trisna Suwaji,2008) :
V = x t x ( La + Lb +√ × ).............................................................(3.5)
Keterangan :
V = Volume bagian hopper berbentuk limas (m³)
t = Tinggi bagian hopper berbentuk limas (m)
La = Luas Atas = Luas bagian atas hopper berbentuk limas (m²)
Lb = Luas Bawah= Luas bagian bawah hopper berbentuk limas (m²)
Keterangan :
3.3.2 Kosentrasi
a. Pemilihan (sorting)
21
Bila ukuran bongkahannya cukup besar,maka pemisahan dilakukan dengan
tangan (manual), artinya yang terlihat bukan mineral berharga dipisahkan
untuk dibuang.
b. Kosentrasi grafitasi (Gravity concentration)
yaitu pemisahan mineral berdasarkan perbedaaan berat jenis dalam suatu media
fluida, jadi sebenarnya juga memanfaatkan perbedaan kecepatan pengedapan
mineral–mineral yang ada. Kendala yang sering dihadapi dari proses kosentrasi ini
yaitu sebagai berikut :
1. Hanya sesuai untuk proses konsentrasi dengan jumlah umpan yang tidak
terlalu besar.
2. Karena prosesnya harus kering,maka timbul masalah dengan debu yang
berterbangan .
3. Produk dari proses konsentrasi ini adalah antara lain;
Mineral-mineral konduktor sebagai kosentrat
Mineral-mineral non-konduktor sebagai ampan (tailing).
3.3.3 Flotasi
22
Keterapungan (Float ability) dari suatu mineral ditentukan dengan
kecenderungan untuk menempel pada permukaan gelembung udara, dan hal ini
dipengaruhi oleh sifat-sifat permukaan mineral. Dengan menggunakan berbagai
reagent flotasi, sifat-sifat permukaan mineral dapat diubah dan dikendalikan.
Keuntungan dari proses flotasi antara lain:
1. Hampir semua bahan galian dapat dipisahkan dengan proses flotasi
2. Sifat permukaaan dapat dikontrol dan berubah-ubah dengan reagent
flotasi. Sangat cocok digunakan untuk pemisahan mineral-mineral sulfida.
Kerugian dari proses flotasi antara lain:
Biayanya mahal
Metodenya rumit, karena harus diapungkan
Dipengaruhi oleh slime
3.3.4 Dewatering
23
f. Yaitu proses untuk membuang seluruh kandung air dari padatan yang
berasal dari kosentrat dengan cara penguapan
(evaporiziotion/evaporation).
1. Tahap Persiapan
24
3.4.2 Instrumen Penelitian
25
3.4.3 Bagan Alir
Mulai
Studi litelatur
Observasi Lapangan
Pengumpulan Data
Pembahasan
Kesimpulan
Selesai
26
3.4.4 Waktu Penelitian
3.5 Penutup
Dan apabila judul yang saya ambil tidak sesuai dengan keadaan
perusahaan saat ini ataupun ada permasalahan lain sehingga judul Tugas
Akhir saya tidak diterima, maka saya berharap agar perusahaan dapat
memberikan kami masukan-masukan lain untuk kegiatan Praktek Tugas
Akhir.
27
DAFTAR PUSTAKA