WAHAM
Dosen pembimbing : Ns Ririn Afrian Sulistyawati M.Kep
DISUSUN OLEH :
AULIA HANIFFIAH
S17062
A. MASALAH UTAMA
Perubahan Proses Pikir: Waham
B. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Waham merupakan suatu keyakinan klien yang tidak sesuai dengan
kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapatdiubah secara logis oleh
orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang sudah
kehilangan control (Direja, 2011). Gangguan isi pikiran adalah
ketidakmampuan individu memproses stimulus internal dan eksternal secara
akurat. Gangguannya adalah berupa waham yaitu keyakinan individu yang
tidak dapat divalidasi atau dibuktikan dengan realitas.
Keyakinan individu tersebut tidak sesuai dengan tingkat intelektual dan
latar belakang budayanya, serta tidak dapat diubah dengan alasan yang logis.
Selain itu keyakinan tersebut diucapkan berulang kali (Kusumawati, 2010).
Jadi, waham merupakan ide yang salah dan bertentangan atau berlawanan
dengan semua kenyataan dan tidak ada kaitannya dengan latar belakang
budaya.
2. Etiologi
Menurut Direja (2011), Etiologi dibagi menjadi 2 faktor predisposisi dan
faktor presipitasi yaitu:
a) Faktor Predisposisi
a. Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan menganggu hubungan interpersonal
seseorang. Hal ini dapat meningkatkan stres dan ansietas yang berakhir
dengan gangguan persepsi, klien menekan perasaannya sehingga
pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak efektif.
b. Faktor sosial budaya
Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan
timbulnya waham.
c. Faktor psikologis
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda atau bertentangan, dapat
menimbulkan ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap
kenyataan.
d. Faktor biologis
Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran vertikel di
otak, atau perubahan pada sel kortikal dan limbic.
e. Faktor genetic
b) Faktor Presipitasi
a. Faktor sosial budaya
Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang berarti
atau diasingkan dari kelompok.
b. Faktor biokimia
Dopamine, norepineprin, dan zat halusinogen lainnya diduga dapat menjadi
penyebab waham pada seseorang.
c. Faktor psikologis
Kecemasan yang memandang dan terbatasnya kemampuan untuk mengatasi
masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk menghindari
kenyataan yang menyenangkan.
3. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala waham menurut Kusumawati (2011), yaitu:
a. Gangguan fungsi kognitif (perubahan daya ingat)
Cara berfikir magis dan primitif, perhatian, isipikir, bentuk dan
pengorganisasian bicara (tangensial, neologisme, sirkumtansial).
b. Fungsi persepsi
Depersonalisasi dan halusinasi.
c. Fungsi emosi
Afek tumpul kurang respon emosional, afek datar, afek tidak sesuai,
reaksi berlebihan, ambivalen.
d. Fungsimotorik.
Impulsif gerakan tiba-tiba dan spontan, manerisme, stereotipik gerakan
yang diulang-ulang, tidak bertujuan, tidak dipengaruhi stimulus yang
jelas, katatonia.
e. Fungsi sosial kesepian.
Isolasi sosial, menarik diri dan harga diri rendah.
f. Dalam tatanan keperawatan jiwa respon neurobiologis yang sering
muncul adalah gangguan isi pikir : waham dan PSP : halusinasi.
Tanda dan gejala pada klien dengan waham, yaitu: terbiasa menolak makan,
tidak ada perhatian pada perawatan diri, ekspresi wajah sedih dan ketakutan,
gerakan tidak terkontrol, mudah tersinggung, isi pembicaraan tidak sesuai
dengan kenyataan dan bukan kenyataan, menghindar dari orang lain,
mendominasi pembicaraan, berbicara kasar, menjalankan kegiatan
keagamaan secara berlebihan (Direja, 2011).
4. Patofisiologi
Menurut (Direja, 2011) proses terjadinya waham dibagi menjadi enam yaitu:
1. Fase Lack of Human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhn-kebutuhan klien baik secara
fisik maupun psikis. Secar fisik klien dengan waham dapat terjadi pada
orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya
klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga
klien yang secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara
Reality dengan selft ideal sangat tinggi. Misalnya ia seorang sarjana tetapi
menginginkan dipandang sebagai seorang dianggap sangat cerdas, sangat
berpengalaman dn diperhitungkan dalam kelompoknya. Waham terjadi
karena sangat pentingnya pengakuan bahwa ia eksis di dunia ini. Dapat
dipengaruhi juga oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh kembang ( life
span history ).
2. Fase lack of self esteem
Tidak ada tanda pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara
self ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan
kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah
melampaui kemampuannya. Misalnya, saat lingkungan sudah banyak yang
kaya, menggunakan teknologi komunikasi yang canggih, berpendidikan
tinggi serta memiliki kekuasaan yang luas, seseorang tetap memasang self
ideal yang melebihi lingkungan tersebut. Padahal self reality-nya sangat
jauh. Dari aspek pendidikan klien, materi, pengalaman, pengaruh, support
system semuanya sangat rendah.
3. Fase control internal external
Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang
ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan
kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang
sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap
penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena
kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan
sekitar klien mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan
klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena
besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan hanya
menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan
dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan orang lain.
4. Fase environment support
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya
menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap
sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya
diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak
berfungsinya norma ( Super Ego ) yang ditandai dengan tidak ada lagi
perasaan dosa saat berbohong.
5. Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien
menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien lebih sering menyendiri
dan menghindar interaksi sosial ( Isolasi sosial ).
6. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu
keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul
sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang
tidak terpenuhi ( rantai yang hilang ). Waham bersifat menetap dan sulit
untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain.
Penting sekali untuk mengguncang keyakinan klien dengan cara konfrontatif
serta memperkaya keyakinan relegiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan
menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi sosial.
Resiko tinggi mencederai diri,
Kerusakan komunikasi orang lain dan lingkungan
verbal
Perubahan isi
pikir: waham Core problem
5. Pemeriksaan penunjang
Diagnosis waham ditegakkan berdasarkan wawancara klinis serta observasi
perilaku pasien mnggunakan kriteria Pedoman Praktis Diagnosis Gangguan
Jiwa III (PPDGJ-III) atau Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disordrs V (DSM-5) (Iskandar, 2015).
6. Pengobatan
a. Psikofarmakologi
Menurut Hawari (2013), jenis obat psikofarmaka, dibagi dalam 2 golongan
yaitu:
1) Golongan generasi pertama (typical)
Obat yang termasuk golongan generasi pertama, misalnya: Chorpromazine
HCL (Largactil, Promactil, Meprosetil), Trifluoperazine HCL (Stelazine),
Thioridazine HCL (Melleril), dan Haloperidol (Haldol, Govotil, Serenace).
2) Golongan kedua (atypical)
Obat yang termasuk generasi kedua, misalnya: Risperidone (Risperdal,
Rizodal, Noprenia), Olonzapine (Zyprexa), Quentiapine (Seroquel), dan
Clozapine (Clozaril).
b. Psikotherapi
Terapi kejiwaan atau psikoterapi pada klien, baru dapat diberikan apabila
klien dengan terapi psikofarmaka sudah mencapai tahapan dimana
kemampuan menilai realitas sudah kembali pulih dan pemahaman diri sudah
baik. Psikotherapi pada klien dengan gangguan jiwa adalah berupa terapi
aktivitas kelompok (TAK).
c.Terapi somatik
Terapi somatik adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan tujuan
mengubah perilaku yang maladaptif menjadi perilaku yang adaptif dengan
melakukan tindakan dalam bentuk perlakuan fisik (Riyadi dan Purwanto,
2019). Beberapa jenis terapi somatik, yaitu:
1) Restrain
Restrain adalah terapi dengan menggunakan alat-alat mekanik atau manual
untuk membatasi mobilitas fisik klien (Riyadi dan Purwanto, 2019).
2) Seklusi
Seklusi adalah bentuk terapi dengan mengurung klien dalam ruangan khusus
(Riyadi dan Purwanto, 2019).
3) Foto therapy atau therapi cahaya
Foto terapi atau sinar adalah terapi somatik pilihan. Terapi ini diberikan
dengan memaparkan klien sinar terang (5-20 kali lebih terang dari sinar
ruangan) (Riyadi dan Purwanto, 2019).
4) ECT (Electro Convulsif Therapie)
ECT adalah suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik dan
menimbulkan kejang pada penderita baik tonik maupun klonik (Riyadi dan
Purwanto, 2019).
d. Rehabilitasi
Rehabilitasi merupakan suatu kelompok atau komunitas dimana terjadi
interaksi antara sesama penderita dan dengan para pelatih (sosialisasi).
C. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Masalah keperawatan yang muncul
a. Perubahan isi pikir: waham (D.0105)
b. Gangguan konsep diri: harga diri rendah kronis (D.0086)
2. Diagnosa keperawatan
a) Waham (D.0105)
Definisi :
Keyakinan yang keliru tentang isi pikiran yang dipertahankan secara
kuat atau terus menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan.
Tanda mayor dan minor
Tanda mayor :
Subjektif :
Mengungkapkan isi waham
Objektif :
Menunjukan perilaku sesuai isi waham
Isi piker tidak sesuai realitas
Isi pembicaraan sulit dimengerti
Tanda minor :
Subjektif
Merasa sulit berkonsentrasi
Merasa kawatir
Objektif
Curiga belebihan
Waspada berlebihan
Bicara berlebihan
Sikap menentang atau permusuhan
Wajah tegang
Pola tidur berubah
3. Rencana Keperawatan
NO TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
1 TUM : SP 1
Pasien dapat mempunyai keyakinan yang
sesuai dengan kenyataan. 1. Bina hubungan saling percaya
• Salam terapeutik
TUK :
1. Klien dapat • Perkenalkan diri
membina hubungan
saling percaya • Jelaskan tujuan interaksi
• tenang
• Tepati waktu
dan yakin
mendukung
SP II
Wahamnya,dengarkan
sampai kebutuhan waham
tidak ada.
SP III
1. Berikan pendidikan
kesehatan tentang
menggunakan obat yang
teratur
4.Menyebutkan kegiatan yang sudah
dilakukan sebelumnya • Jelaskan manfaat penggunaan
SP IV
1. Bantu klien
mengidentifikasikan atau
keinginan yang berhasil
dicapainya.
dengan keberhasilannya
tersebut.
2 TUM : SP I
Pasien dapat mempunyai perasaan positif
terhadap diri sendiri atau kemampuan 1. Beri pujian pada penampilan
sebagai respon terhadap situasi saat ini dan
4. Daftar pustaka
Carpenito, Lynda Juall, 2017, BukuSakuDiagnosaKeperawatan, EGC,
Jakarta.
Direja, A. H, 2011, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa, Nuha Medika,
Yogyakarta.
Kusumawati, F & Hartono Y, 2010, Buku Ajar KeperawatanJiwa,
SalembaMedika, Jakarta.
Towsend, Mary C, 2018, Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan
Psikiatri, EGC, Jakarta.
Keliat, Budi Anna. (2016). Kumpulan Proses Keperawatan Masalah Jiwa.
Jakarta : FIK, Universitas Indonesia
Hawari, Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr.
Amino Gondoutomo. 2013
Riyadi dan Purwanto, 2019. Buku Keperawatan Jiwa . Jakarta :
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN.J
DENGAN MASALAH KEPERAWATAN
WAHAM DIRUMAH SAKIT
KUSUMA HUSADA
Dosen pembimbing :
Ns Ririn Afrian Sulistyawati M.Kep
Disusun oleh :
Aulia Haniffiah
S17062
V. PENGKAJIAN FISIK
1. Tanda Vital
a. Tekanan Darah : 130/90 mmHG
b. Nadi : 80x/m
c. Respiratory Rate : 18x/m
d. Suhu : 36,0
2. Antropometri
a. Tinggi Badan : 175 cm
b. Berat Badan : 75 kg
3. Keluhan Fisik : Tidak Ada
Jelaskan : -
Masalah Keperawatan : -
VI. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Keterangan :
: laki laki sudah meninggal
: perempuan sudah meninggal
: laki laki
: perempuan
: garis keturunan
: garis tinggal serumah
: pasien
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti : Orang Tua, Istri dan Anak
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat :
Pasien mengatakan selalu mengikuti kegiatan di masyarakat seperti pos kamling dan
gotong royong.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: Tidak ada
Masalah keperawatan :-
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : pasien mengatakan bahwa Tuhan selalu melindunginya.
b. Kegiatan ibadah : pasien mengatakan menjalankan sholat 5 waktu.
Masalah keperawatan :-
Tidak rapi :
Rambut pasien rapi tertata dengan pomade, kancing baju tepat, resleting terkunci, baju
juga selalu berganti.
Penampilan pakaian tidak sesuai :
Pakaian yang dipakai sesuai. Tidak terbalik
Cara berpakaian tidak seperti biasanya :
Pasien menganti pakaian dikamar mandi, berpakaian sesuai situasi dan kondisi. Juga
tepat waktu.
Jelaskan : pasien selalu berpakaian rapi, rambut ber pomade,
kancing
baju tepat, pakaian sesuai, tidak terbalik, pasien menganti
pakaian di kamar mandi, berpakaian sesuai kondisi dan
situasi
Masalah keperawatan :-
2. Pembicaraan
Cepat Keras Gagap Inkoheren
Apatis Lambat Membisu Tak mampu
memulai
pembicaraan
Jelaskan : Pasien berbicara dengan keras dan lantang bahwa apa
yang
ia katakan adalah kebenaran. Tetap mempertahankan apa
yang ia percaya.
Masalah keperawatan : Risiko Perilaku Kekerasan
3. Aktifitas motorik
4.Alam perasaan
5. Afek
Datar Tumpul Labil Tidak sesuai
(Datar= tidak ada perubahan roman muka saat ada stimulus yang menyenangkan atau
menyedihkan)
(Tumpul= hanya beraksi bila ada stimulus yamg kuat)
(Labil= emosi berubah – ubah)
(Tidak sesuai= emosi yang tidak sesuai atau bertentangan dengan stimulus yang ada)
Jelaskan: emosi pasien berubah ubah. Dari awalnya sangat senang berbicara tentang apa
yang ia yakini dan jika lawan bicara menyanggah atau tidak percaya dengan
apa
yang ia katakan akan emosi.
Masalah keperawatan
: Risiko Perilaku Kekerasan
7. Persepsi
8. Proses pikir
Sirkumstansial Tangensial Kehilangan asosiasi
Flight of idea Blocking Persevasari
(Sirkumstansial = pembicaraan berbelit – belit tapi sampai pada tujuan pembicaraan)
(Tangensial = pembicaraan berbelit – belit tapi tidak sampai tujuan pembicaraan)
(Flight of idea = pembicaraan yang melompat dari satu topik ke topik lainnya, tidak
sampai pada tujuan)
(Blocking = pembicaraan terhenti tiba – tiba tanpa pengaruh eksternal)
(Perseverasi = pembicaraan yang diulang berkali – kali)
Jelaskan : Pasien selalu melakukan pembicaraan secara berulang
ulang. Seperti mengaku bahwa ia kaya raya dan ia adalah
alberth einstens.
Masalah keperawatan : Waham
9. Isi pikir
VIII. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang
Gangguan daya ingat jangka pendek
Gangguan daya ingat saat ini
Konfabulasi : pembicaraan tidak sesuai, untuk menutupi gangguan daya ingatnya
Jelaskan : pasien masih mengingat data data atau memori saat ia
masih kecil, muda, dewasa sampai hari pengkajian di
lakukan.
Masalah keperawatan :-
IX. Tingkat Konsentrasi dan berhitung
Mudah beralih
Tidak mampu konsentrasi
Tidak mampu berhitung sederhana
Jelaskan : pasien dapat berhitung dengan baik tetapi tidak bisa
berkonsentrasi karena ia hanya membicarakan apa yang
ia
percaya yaitu, bahwa ia kaya raya.
Masalah keperawatan : Waham
X. Kemampuan Penilaian
Gangguan ringan Gangguan bermakna
Jelaskan : pasien menilai bahwa yang a katakan adalah kebenaran,
padahal realitanya berbeda. Dan pasien juga menilai
bahwa orang lain percaya yang ia katakan.
Masalah keperawatan :Waham
A. ANALISA DATA
No Data Masalah
1 DS:
- Pasien mengatakan bahwa ia Waham (D.0105)
adalah alberth einstein
- Pasien mengatakan ia
mempunyai puluhan
perusahaan
- Pasien mengatakan bahwa ia
mempunyai harta yang
berlimpah
- Pasien mengatakan
mempunyai banyak rumah
yang besar.
DO:
- Pasien mengatakan hal yang
berbeda dengan kenyataan
secara berulang-ulang
- Pasien sulit di orientasi ke
realita
- Pasien tampak membangga
kan diri sambil mem
busungkan dada ketika
bercerita bahwa dia adalah
alberth eintein.
TD : 130/90 mmHG
S : 36,0
RR : 80 x/m
N : 18x/m
2 DS :
- Pasien mengatakan jika orang Risiko Perilaku Kekerasan (D.0146)
lain tidak menyetujui atau
tidak percaya bahwa dirinya
adalah alberth einstein,
memounyai rumah besar,
puluhan perusahaan, dan harta
berlimpah ia akan melempar
barang barang yang ada
didekatnya.
- Pasien mengatakan jika yang
dikatakannya tidak dipercayai
maka emosinya akan
meningkat dan ia tidak bisa
mengontrol emosinya
tersebut.
DO :
- Pasien mengancam orang
sekamarnya jika tidak percaya
dengan apa yang ia katakan.
- Ekspresi pasien terlihat marah
saat mengancam wajah
tampak tegang
TD : 130/90 mmHG
S : 36,0
RR : 80 x/m
N : 18x/m
SP II
2. Mengidentifikasi 1. Beri pujian pada
kemampuan yang penampilan dan
pasien punya.. kemampuan klien yang
realitas.
2. Diskusikan dengan
klien kemampuan
yang dimiliki pada
waktu lalu dan saat ini
yang realistis.
3. Jika klien selalu bicara
tentang
Wahamnya,dengarkan
sampai kebutuhan
waham tidak ada.
SP III
3. Pasien dapat meminum 1. Berikan pendidikan
obat dengan benar. kesehatan tentang
menggunakan obat
yang teratur
Jelaskan manfaat
penggunaan obat pada
pasien dengan
gangguan jiwa
Jelaskan akibat bila
tidak digunakan sesuai
program
Menyarankan pada
klien untuk melakukan
control jika obatyang
di berikan telah habis
SP IV
1. Bantu klien
4. Menyebutkan kegiatan mengidentifikasikan
yang sudah dilakukan atau keinginan yang
sebelumnya berhasil dicapainya.
2. Kaji bagaimana
perasaan klien dengan
keberhasilannya
tersebut.
Rabu, 1 2 Risiko TUM : SP 1
juli 2020 Perilaku Pasien tidak lagi beresiko 1. Bina hubungan saling
10.00 Kekerasan membahayakan secara percaya
(D.0146) fisik, emosi pada diri 2. Identifikasi penyebab
sendiri/orang lain. marah, tanda dan
gejala yang dirasakan,
TUK : kekerasan yang
1. Bina hubungan saling dilakukan, akibat
percaya perilaku kekerasan
3. Latih cara mengontrol
perilaku kekerasan
secara fisik
RTL :
- SP 2 KP : Melatih kelurga cara merawat
pasien.
- SP 3 KP : Membuat perencanaan pulang
bersama keluarga
- Follow up
- Rujukan