Anda di halaman 1dari 4

Nama kelompok : 1.

Arief Fajri Muharram

2. Rahamat Permata

3. Muhammad Fiddy Syaputra

Kelas : Reguler Sore MAN4B

Mata Kuliah : Ekonomi Pembangunan

1. Jelaskan apa UU Cipta kerja dan apa tujuannya?


2. Bagaimana perubahan aturan ketenagakerjaan, dari keluarnya UU Cipta Kerja?
3. Bagaimana dampaknya terhadap kondisi ketenagakerjaan di Indonesia?

1. Cipta Kerja merupakan omnibus law yang mengatur perubahan peraturan beragam
sektor dengan tujuan memperbaiki iklim investasi dan mewujudkan kepastian hukum.
tujuan utama dari UU Cipta Kerja adalah mendorong investasi, mempercepat
transformasi ekonomi, menyelaraskan kebijakan pusat-daerah, memberi kemudahan
berusaha, mengatasi masalah regulasi yang tumpang tindih, serta menghilangkan ego
sektoral.
2. Ada 9 yang berubah dari keluarnya UU cipta kerja
1.  pelatihan kerja, UU Ketenagakerjaan mengatur lembaga pelatihan kerja swasta
wajib memperoleh izin atau mendaftar ke instansi yang bertanggung jawab di
bidang ketenagakerjaan di kabupaten/kota. UU Cipta Kerja tak banyak mengubah
ketentuan ini, hanya menambah kewajiban untuk memenuhi perizinan berusaha
yang diterbitkan pemerintah pusat jika terdapat penyertaan modal asing.
2. penempatan tenaga kerja. UU Ketenagakerjaan mengatur pelaksanaan
penempatan tenaga kerja terdiri dari instansi pemerintah bidang ketenagakerjaan
dan lembaga swasta berbadan hukum yang memiliki izin dari menteri
ketenagakerjaan atau pejabat yang ditunjuk. UU Cipta Kerja memperjelas
lembaga penempatan tenaga kerja swasta harus memenuhi perizinan berusaha
dengan memenuhi norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh
pemerintah pusat.
3. penggunaan tenaga kerja asing (TKA). Desy menjelaskan UU Ketenagakerjaan
mewajibkan pemberi kerja yang memperkerjakan TKA untuk memiliki izin
tertulis. UU Cipta Kerja mengubah kewajiban itu dan sekarang pemberi kerja
yang mempekerjakan TKA wajib memiliki rencana penggunaan tenaga kerja
asing (RPTKA) yang disahkan pemerintah pusat.
4. perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT). Desy menyebut UU Ketenagakerjaan
mengatur sanksi berupa peralihan PKWT menjadi perjanjian kerja waktu tidak
tertentu (PKWTT) jika terjadi pelanggaran terkait jenis pekerjaan, jangka waktu
dan perpanjangan atau pembaharuan PKWT. UU Cipta Kerja hanya membuka
peluang peralihan PKWT menjadi PKWTT untuk pelanggaran terkait jenis
pekerjaan. PKWT didasarkan atas 2 hal yaitu jangka waktu atau selesainya suatu
pekerjaan tertentu.
5. alih daya (outosurcing). Desy menyebut UU Cipta Kerja menghapus sejumlah
pasal alih daya yang sebelumnya diatur dalam UU Ketenagakerjaan yakni soal
pemborongan pekerjaan dan penyedia jasa pekerja. UU Cipta Kerja mengatur
lebih tegas soal tanggung jawab perusahaan alih daya terhadap perlindungan
pekerja baik upah, kesejahteraan, syarat kerja, dan perselisihan yang timbul.
Ketentuan alih daya dalam UU Cipta Kerja mengadopsi putusan MK yang intinya
pengalihan perlindungan hak pekerja jika terjadi pergantian perusahaan alih daya
dan selama objek pekerjaannya tetap ada.
6. waktu kerja, waktu istirahat, dan cuti. Menurut Desy perubahan yang paling
signifikan dalam UU Cipta Kerja yakni jam kerja lembur yang tadinya dilakukan
paling banyak 3 jam dalam 1 hari dan 14 jam dalam 1 minggu menjadi 4 jam per
hari dan 18 jam per minggu. UU Cipta Kerja tidak mengatur soal waktu istirahat
panjang dan diserahkan pengaturannya dalam perjanjian kerja, peraturan
perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.
7. upah. UU Cipta Kerja masih mengatur upah minimum provinsi dan upah
minimum kabupaten/kota, tapi menghapus upah minimum sektoral. UU Cipta
Kerja juga mengatur upah minimum untuk usaha mikro dan kecil ditetapkan
berdasarkan kesepakatan pengusaha dan pekerja. Soal struktur dan skala upah,
UU Cipta Kerja mengatur pengusaha wajib menyusun struktur dan skala upah di
perusahaan dan melakukan peninjauan upah secara berkala dengan
memperhatikan kemampuan perusahaan dan produktivitas.
8. PHK. Desy mengatakan UU Ketenagakerjaan mengatur PHK dapat dilakukan
setelah memperoleh penetapan dari lembaga penyelesaian hubungan industrial.
Tapi dalam UU Cipta Kerja pemberi kerja harus memberitahukan maksud dan
alasan PHK kepada pekerja dan/atau serikat pekerja. Jika pekerja tidak menolak
pemberitahuan itu, maka PHK itu bisa dilakukan. Tapi jika pekerja menolak maka
dilakukan perindingan bipartit dan jika tidak mencapai kesepakatan, maka
berlanjut sesuai mekanisme penyelesaian perselisihan hubungan industrial.
9. sanksi pidana dan administratif. Desy mencatat ada beberapa perubahan terkait
sanksi pidana dan administratif UU Cipta Kerja yang sebelumnya diatur UU
Ketenagakerjaan. Misalnya, UU Ketenagakerjaan mengatur sanksi pidana berupa
penjara 1 sampai 4 tahun atau denda Rp10 juta sampai Rp400 juta dikenakan
terhadap setiap pihak yang melanggar ketentuan terkait mogok kerja.

Ada setidaknya 3 dampak uu cipta kerja bagi ketenagakerjaan di indonesia

1. Beberapa waktu lalu masyarakat telah menunjukkan berbagai reaksi terhadap RUU
Cipta Kerja. Dari hasil survei Charta Politika yang dilakukan selama tanggal 6-12 Juli
2020, sebesar 55.5% responden menyatakan bahwa mereka setuju dengan pengesahan
RUU tersebut di Indonesia. Survei ini melibatkan 2.000 responden yang dipilih secara
acak dari 195.638 responden yang sebelumnya pernah mengikuti survei tatap muka
langsung selama dua tahun terakhir. Dari survei tersebut sebanyak 47,3% responden
menyebutkan pernah mendengar mengenai RUU Cipta Kerja namun tidak terlalu
memahami. Sementara 13,3% lainnya menyatakan pernah mendengar dan memahami.
Dari 13,3% ini, 55,5%-nya menyatakan setuju akan RUU tersebut. Lebih lanjut,
60,5% dari responden yang setuju akan pengesahan RUU memberikan alasan
mengapa mereka setuju terhadap opsi pengesahan tersebut, yakni karena RUU
diharapkan dapat menjadi stimulus ekonomi positif setelah adanya pandemi.
2. Salah satu pembahasan yang tercantum di dalam Rancangan Undang-Undang Cipta
Kerja adalah terkait kemudahan investasi di Indonesia demi mendukung pertumbuhan
usaha dan bisnis. RUU diharapkan dapat memberikan kemudahan untuk membuka
usaha serta investasi yang implikasinya adalah dapat menyerap lebih banyak tenaga
kerja. Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja juga mengatur mengenai
ketenagakerjaan. RUU ini membahas mengenai aturan jam kerja, pesangon, upah,
serta mekanisme pekerja kontrak yang ditujukan untuk dapat meningkatkan kepastian
dan kualitas pekerja di Indonesia. Oleh karena itu, diharapkan RUU tersebut dapat
menjadi solusi masalah pengangguran serta angkatan kerja baru yang belum
mendapatkan kesempatan bekerja.
3. Selain penyerapan tenaga kerja dan kemudahan dalam mendirikan badan usaha
maupun perusahaan, RUU Cipta Kerja juga memiliki tujuan positif lainnya untuk
mempermudah peningkatan investasi di Indonesia. Dalam hal ini, target investasinya
bukan hanya dari Penanaman Modal Asing (PMA) saja, tetapi juga Penanaman Modal
Dalam Negeri (PMDN). RUU akan mengatur ulang kebijakan-kebijakan yang
sebelumnya dinilai menghambat masuknya investasi ke Indonesia. Hal ini dilakukan
sebagai upaya untuk mewujudkan perekonomian Indonesia yang semakin kuat
sehingga dapat menjadi salah satu dari empat kekuatan ekonomi dunia pada 2030-
2035. Deregulasi peraturan dan kebijakan terdahulu diharapkan dapat menciptakan
iklim penanaman modal yang lebih mudah dan ramah. Perwujudan dari peraturan
dalam RUU Cipta Kerja terkait investasi di Indonesia salah satunya adalah
penyederhanaan proses perizinan investasi menjadi lebih sederhana dan cepat.
Seluruh proses terkait perizinan investasi akan diberikan kepastian peraturan dan
standar, sehingga implementasi kegiatan penanaman modal tidak lagi memakan waktu
yang panjang dan bertele-tele. RUU Cipta Kerja merupakan kebijakan yang dapat
menguntungkan masyarakat pada khususnya dan perekonomian Indonesia pada
umumnya. Proses perizinan investasi ke Indonesia akan lebih cepat dan mudah
sehingga perekonomian diharapkan dapat segera berputar. Investasi yang cepat juga
akan mendorong semakin bertumbuhnya usaha-usaha kecil, mikro, maupun menengah
untuk menyerap tenaga kerja.

Anda mungkin juga menyukai