Anda di halaman 1dari 13

Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aswaja

Dosen Pengampu : lu’luatul Maktumah, M.Pd.

Disusun oleh:

Farhatul Kamiliyah

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT KARIMAN WIRAYUDHA SUMENEP

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islamisasi di Indonesia merupakan suatu proses sejarah yang sangat
penting. Ricklefs menyebutkan bahwa ada dua kemungkinan proses
penyebaran agama Islam di Indonesia. Pertama, penduduk pribumi
berhubungan dengan agama Islam dan kemudian menganutnya. Kedua, orang-
orang asing Asia (Arab, India, Cina, dll.) yang telah memeluk agama Islam
bertempat tinggal secara permanen di suatu wilayah di Indonesia, melakukan
perpernikahanan campuran dan mengikuti gaya hidup lokal sampai
sedemikian rupa, sehingga mereka sudah menjadi orang Jawa atau Melayu
ataupun sudah termasuk dalam anggota suku-suku tertentu.1
Penyebaran Islam di Indonesia membutuhkan proses yang sangat
panjang dan melalui saluran-saluran Islamisasi yang bermacam-macam,
seperti perdagangan, perpernikahanan, tarekat (tasawuf), pendidikan, kesenian
dan politik.2 Dengan masuknya agama Islam dari negara Arab, maka
dimulailah peradaban Islam di Indonesia. Peradaban Islam yang ditandai
dengan bermunculanya kerajaan-kerajaan Islam yang berusaha mematahkan
dominasi kerajaan-kerajaan Hindu, Budha, kepercayaan animisme dan
dinamisme, yang terbukti dengan semakin banyaknya bangunan-bangunan
bercorak Islam, yang diantara lain seperti masjid-masjid, madrasah-madrasah
dan juga pesantren-pesantren yang mempunyai semangat perjuangan didalam

1
M.C. Ricklefs, “Sejarah Indonesia Modern, terj. Dharmono Hardjowidjono”, (Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press, 1994), h. 3.
2
Nor Huda, “Islam Nusantara; Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia”, (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2007), h. 44.
dunia pendidikan yang sampai pada hari ini masih terus berkembang, baik
dari segi kuantitas maupun kualitasnya.3
Islam di Indonesia baik secara historis maupun sosiologis sangat
kompleks, terdapat banyak masalah, misalnya tentang sejarah dan
perkembangan awal Islam. Harus di akui bahwa penulisan sejarah Indonesia
di awali oleh golongan orientalis yang sering ada usaha untuk
meminimalisasi peran Islam, disamping usaha para sarjana muslim yang ingin
mengemukakan fakta sejarah yang lebih jujur. Suatu kenyataan bahwa
kedatangan Islam ke indonesia dilakukan secara damai. Berbeda dengan
penyebaran Islam di timur tengah yang dalam beberapa kasus disertai dengan
pendudukan oleh wilayah militer. Islam dalam batas tertentu disebarkan oleh
para pedagang, kemudian dilanjutkan oleh para Da’i dan para pengenbara
sufi. Orang yang terlibat dalam dakwah pertama itu tidak bertendensi apapun
selain bertanggung jawab menunaikan kewajiban tanpa pamrih, sehingga
nama mereka berlalu begitu saja. Karena wilayah Indonesia sangat luas dan
perbedaan kondisi dan situasi maka wajar kalau terjadi perbedaan pendapat
tentang kapan, dari mana, dan dimana pertama kali Islam datang ke
Indonesia.4

B. Rumusan Masalah
1. Bagimana masuknya islam ke Indonesia?
2. apa saja teori masuknya islam ke Indonesia?
C. Tujuan
1. Menjelaskan sejarah masuknya islam ke Indonesia
2. Menjelaskan teori masuknya islam ke Indonesia

3
Haidar Putra Daulay, “Dinamika Pendidikan Islam di Asia Tenggara”, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009),
h. 11.
4
Fahmi Irfani, “Jawara Banten,” Hikamanua Journal (No. 1 Vol. 2 Tahun 2017), h. 30.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Permulaan Masuknya islam di Indonesia
Pertanyaan tentang kapan tepatnya agama Islam masuk dan siapa orang yang
pertama kali membawa misi dakwah agama ini ke kepulauan Nusantara
merupakan pertanyaan yang tidak mudah dijawab. Terdapat berbagai
pendapat yang berbeda tentang permasalahan ini. Satu hal yang lazim diakui
bahwa Islam masuk dan tersebar di kepulauan Nusantara melalui rute
perdagangan.5
Istilah masuknya Islam yang oleh beberapa kalangan terkadang disebut
“Islamisasi”, apabila kita mengacu kepada teori yang dikembangkan oleh
Noorduyn seperti yang dikutip oleh Ahmad M. Sewang bahwa proses
masuknya Islam ke Indonesia pada umumnya meliputi tiga tahapan: (a) tahap
kedatangan Islam, (b) tahap penerimaan Islam dan (c) tahap penyebaran Islam
lebih lanjut.6 Sementara itu menurut Mukti Ali seperti yang dikutip oleh
Kamaruddin Hidayat bahwa proses masuknya Islam ke Nusantara meliputi
aspek-aspek: (a) kontak pertama Islam dengan berbagai wilayah Nusantara,
(b) Penerimaan Islam oleh penduduk atau raja-raja setempat, (c) penyebaran
Islam secara meluas, dan (d) pertumbuhan kerajaankerajaan Islam.7
Kedatangan Islam di berbagai daerah Indonesia tidaklah bersamaan. Demikian
pula kerajaan-kerajaan dan daerah-daerah yang didatanginya mempunyai
situasi politik dan sosial budaya yang berlainan. Proses masuknya Islam ke
Indonesia memunculkan beberapa pendapat. Para Tokoh yang mengemukakan
pendapat itu diantaranya ada yang langsung mengetahui tentang masuk dan

5
Kamaruddin Hidayat dan Ahmad Gaus Af, “Menjadi Indonesia, 13 Abad Eksistensi Islam di Bumi
Nusantara”, (Cet. I, Jakarta: Mizan, 2006), h. 76.
6
Ahmad M. “Sewang, Islamisasi Kerajaan Gowa (Abad Ke XVI-XVII)”, (Jakarta: Yayasan
OborIndonesia, 2007), h. 80.
7
Kamaruddin Hidayat, Menjadi Indonesia………….. h. 75.
tersebarnya budaya serta ajaran agama Islam di Indonesia, ada pula yang
melalui berbagai bentuk penelitian seperti yang dilakukan oleh orang-orang
barat (eropa) yang datang ke Indonesia karena tugas atau dipekerjakan oleh
pemerintahnya di Indonesia. Tokohtokoh itu diantaranya, Marcopolo,
Muhammad Ghor, Ibnu Bathuthah, Dego Lopez de Sequeira, Sir Richard
Wainsted.8
Fuad Amsyary menjelaskan bahwa pada awal Islam masuk ke Indonesia
melalui pedagang muslim dari luar negeri yang memasukkan Islam melalui
komunikasi verbal/lisan dan tingkah laku/akhlak Islam yang dibawanya.
Mereka mengajarkan akidah, ibadah dan perilaku sosial Islam sebagai yang
mereka pahami dari negri asalnya yang pertama. Masuknya Islam ke
Indonesia diperkirakan sudah terjadi pada masa kekhalifaan Umar bin
Khattab, walau ada pula yang berpendapat bahwa Islam masuk pada masa
Daulah Abbasyiah. Oleh karena itu pemahaman Islam pada masa itu
diperkirakan sebagai pemahaman yang relatif utuh, yakni Islam sebagai acuan
aktifitas ritual, sosial bahkan kenegaraan. Itulah sebabnya Islam pada masa itu
mengilhami terbentuknya negara Islam Demak yang secara gradual
menggeser dominasi kekuasaan Majapahit sebagai kekuatan sosial
kemasyarakatan.9
Mengenai masuknya Islam ke Indonesia, ada satu kajian yakni seminar ilmiah
yang diselenggarakan pada tahun 1963 di kota Medan, yang menghasilkan
hal-hal sebagai berikut:
1. Pertama kali Islam masuk ke Indonesia pada abad 1 H/7 M, langsung dari
negeri Arab.

8
Uka Tjandrasasmita (Ed.), “Sejarah Nasional Indonesia III”, (Jakarta: PN Balai Pustaka, 1984), h.
122
9
Fuad Amsyary, “Islam Kaafah Tantangan Sosial dan Aplikasinya di Indonesia”, (Cet. I, Jakarta:
Gema Insani Press, 1995), h. 154.
2. Daerah pertama yang dimasuki Islam adalah pesisir sumatera Utara.
Setelah itu masyarakat Islam membentuk kerajaan Islam Pertama yaitu
Aceh
3. Para dai yang pertama, mayoritas adalah para pedagang. Pada saaat itu
dakwah disebarkan secara damai.10

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa awal masuknya Islam ke


Indonesia belum diketahui dengan pasti. Yang jelas bahwa Islamisasi di
Nusantara telah berlangsung sejak abad-abad pertama hijriah dan
berlangsung terus hingga masa kini dan juga masa yang akan datang.
Dalam proses Islamisasi terjadi interaksi antara budaya lokal sehingga
corak Islam dibeberapa tempat berjalan sesuai dengan tradisi dan budaya
setempat tanpa mengurangi nilai Islam yang sesungguhnya.

B. Teori_teori Masuknya Islam di Indonesia


Kebanyakan teori yang ada dalam segi-segi tertentu gagal menjelaskan
kedatangan Islam, konversi agama yang terjadi, dan proses-proses Islamisasi
yang terlibat di dalamnya.6Setidaknya, ada tiga teori yang dikembangkan para
ahli mengenai masuknya Islam di Indonesia: “Teori Gujarat”, “Teori Persia”,
dan “Teori Arab.11

Teori-teori itu selalu dikaitkan dengan jalur pelayaran dan perdagangan antara
Dunia Arab dengan Asia Timur. Pulau Sumatera misalnya, karena letak
geografisnya, sejak awal abad pertama Masehi telah menjadi tumpuan
perdagangan antarbangsa dan pedagang-pedagang yang datang ke
Sumatera.7Berikut dianalisa tentang teori-teori yang ada:
10
Ahmad Al-Usairy, “Sejarah Islam, Sezak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX”, (Jakarta: Akbar
Media, 2003), h. 336.
11 6
Azyumardi Azra, “ Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad
XVII dan XVIII”, (Bandung: Mizan, 1998), h. 24.
1. Teori Anak Benua India

Teori Anak Benua India ini menyebutkan bahwa asal mula Islam di
Nusantara adalah Anak Benua India. Teori ini salah satunya diusung oleh
Snouck Hurgronje,yang mengatakan Islam masuk ke Indonesia dari
wilayah-wilayah anak benua India. Snouck Hurgronje, mengatakan teori
ini didasarkan pada pengamatan tidak terlihatnya peran dan nilai-nilai
Arab yang ada dalam Islam pada masa-masa awal, yakni pada abad ke 12
atau 13. Selain itu Snouck Hurgronje, beralasan bahwa begitu Islam
berpijak kokoh di beberapa kota pelabuhan Anak Benua India, Muslim
Deccan, banyak di antara mereka tinggal di sana sebagai pedagang
perantara dalam perdagangan Timur Tengah dan Nusantara, mereka
datang ke Indonesia sebagai penyebar Islam pertama. Teori ini
dikembangkan oleh Snouck Hurgronje, yang lebih menitikberatkan
pandangannya ke Gujarat, dengan berbagai alasan sebagai berikut:
Pertama, kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam
penyebaran agama Islam ke Indonesia. Kedua, hubungan dagang
Indonesia-India telah lama terjalin. Ketiga, inskripsi tertua tentang Islam
yang terdapat di Sumatera memberikan gambaran hubungan antara
Sumatera dengan Gujarat.

Analisa teori Islam berasal dari India dipahami bahwa para


pedagang yang berasal dari Arab berhenti di India. India sebagai jalur
perdagangan yang menghubungkan Arab dan Nusantara merupakan jalur
yang logis dilalui sebagai lintasan perdagangan. Pada awalnya orang-orang
Arab yang singgah di India bertujuan untuk mempersiapkan perbekalan
untuk melakukan perjalanan ke tujuan berikutnya. Akan tetapi, mereka
menetap di India untuk beberapa waktu yang relatif lama. Selain karena
menetap, di India dikenal sebagai tempat yang memiliki barang dagang
untuk dibawa ke berbagai tempat.12

2. Teori Benggali
Berbagai teori dan kesimpulan yang diajukan oleh Moquette
mendapatkan sanggahan keras dari Fatimi, yang berargumen bahwa keliru
mengaitkan seluruh batu nisan di Pasai, termasuk batu nisan al-Malik as-
Saleh, dengan batu nisan di Gujarat. Menurutnya, bentuk dan gaya batu
nisan Malik as-Saleh berbeda sepenuhnya dengan batu nisan yang terdapat
di Gujarat dan batu-batu nisan lain yang ditemukan di Nusantara. Fatimi
berpendapat, bentuk dan gaya batu nisan itu justru mirip dengan batu
nisan yang terdapat di Bengal. Karena itu, seluruh batu nisan itu pastilah
didatangkan dari daerah ini. Ini menjadi alasan utamanya untuk
menyimpulkan bahwa Islam datang ke Nusantara adalah dari wilayah
Bengal. Dalam kaitannya dengan “teori batu nisan” ini, Fatimi mengritik
para ahli yang kelihatannya mengabaikan batu nisan Siti Fatimah
(bertanggal 475/1082) yang ditemukan di Leran, Jawa Timur.

Sementara itu, Bernard H. M. Vlekke dalam bukunya Nusantara:


A History of Indonesia, mengatakan bahwa nisan al-Malik al-Saleh selain
mempunyai kesamaan dengan yang ada di Cambay, juga diimpor dari sana
pula, karena Cambay merupakan pusat perdagangan Islam abad ke-13.
Pendapat tersebut diperkuat dengan kenyataan sejarah yang lain yaitu
persamaan ajaran mistik Islam di Indonesia dengan yang berkembang di
India.
Teori bahwa Islam berasal dari Benggali tentu saja bisa
dipersoalkan lebih lanjut, misalnya berkenaan dengan adanya perbedaan
mazhab yang dianut kaum Muslim Nusantara dan mazhab yang dianut
oleh kaum Muslim Benggali. Tetapi terlepas dari masalah ini, teori Fatimi

12
Asfiati, “Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia”,jurnal Thariqah Ilmiah, (vol. 01. No. 02,
2014), h. 14.
yang dikemukakannya dengan begitu bersemangat gagal meruntuhkan
teori Moquette, karena sejumlah sarjana lain telah mengambil alih
kesimpulannya; yang paling terkenal di antara mereka ini adalah R.A.
Kern, R.O. Winstedt, G.H. Bousquet, B.H.M. Vlekke, J. Gonda, B.J.O
Schrieke, dan D.G.E. Hall.13
3. Teori Arab
Teori ini menyatakan bahwa Islam dibawa dan disebarkan ke
Nusantara langsung dari Arab pada abad ke 7 M saat Kerajaan Sriwijaya
mengembangkan kekuasaannya. Argumen teori ini sangat kuat. Pada abad
ke 7/8 Selat Malaka sudah ramai dilintasi para pedagang muslim dalam
pelayaran dagang ke negeri-negeri Asia Tenggara dan Asia Timur. Di
perkampungan-perkampungan ini diberitakan, orang- orang Arab
bermukim dan menikah dengan penduduk lokal, lalu membentuk
komunitas-komunitas Muslim.

Hubungan Muslim Timur Tengah dan Muslim di wilayah


Nusantara ini banyak dikisahkan oleh pengembara Cina, ITsing, yang
pernah menumpang kapal Arab atau Persia dari Kanton yang berlabuh di
pelabuhan sungai Bogha (Musi) di masa kekuasaan kerajaan Sribuza atau
Siriwijaya. Kenyataan bahwa penduduk Sriwijaya dijuluki “Abu” juga
memperkuat adanya kontak Muslim Timur Tengah dengan Muslim di
Nusantara pada sejak abad ke 7 M.
Dari teori Islamisasi oleh Arab dan China, Hamka dalam
bukunya Sejarah Umat Islam Indonesia, mengaitkan dua teori Islamisasi
tersebut. Islam datang ke Indonesia pada abad ke-7 Masehi.
Penyebarannya pun bukan dilakukan oleh para pedagang dari Persia atau
India, melainkan dari Arab. Sumber versi ini banyak ditemukan dalam
literatur-literatur China yang terkenal, seperti buku sejarah tentang China

13
. Asfiati, masuk dan berkembangnya islam di Indonesia………. h. 19
yang berjudul Chiu Thang Shu. Menurut buku ini, orang-orang Ta Shih,
sebutan bagi orang-orang Arab, pernah mengadakan kunjungan diplomatik
ke China pada tahun 651 Masehi atau 31 Hijriah. Empat tahun kemudian,
dinasti yang sama menerima delegasi dari Tan Mi Mo Ni’, sebutan untuk
Amirul Mukminin. Selanjutnya, buku itu menyebutkan, bahwa delegasi
Tan Mi Mo Ni’ itu merupakan utusan yang dikirim oleh khalifah yang
ketiga. Ini berarti bahwa Amirul Mukminin yang dimaksud adalah Khalifah
Utsman bin Affan
Teori bahwa Islam dibawa langsung dari Arab dipegang oleh
Crawfurd, walaupun ia menyarankan bahwa interaksi penduduk
Nusantara dengan kaum Muslim yang berasal dari pantai timur India
juga merupakan faktor penting dalam penyebaran Islam di Nusantara.
Sementara itu, Keizjer memandang Islam di Nusantara berasal dari
Mesir atas dasar petimbangan kesamaan mazhab yang dipegang oleh
penduduk Muslim di kedua wilayah tersebut. Teori Arab ini juga
dipegang oleh Niemann dan de Hollander, dengan sedikit revisi mereka
memandang bukan Mesir sebagai sumber Islam di Nusantara, melainkan
Hadramaut. Sebagian ahli sejarah Indonesia setuju dengan “teori Arab”
ini. Dalam seminar yang diselenggarakan pada 1969 dan 1978 tentang
kedatangan Islam ke Indonesia mereka menyimpulkan, Islam datang
langsung dari Arab, tidak dari India, tidak pada abad ke 12 atau 13
melainkan dalam abad pertama Hijriah atau abad ke 7 Masehi.14
4. Teori Persia
Teori Persia merujuk pada bukti-bukti sejarah adanya pengaruh
Persia di Nusantara pada abad ke-11. Bukti-bukti tersebut kebanyakan
mengacu pada pengaruh bahasa yang kemudian diteorikan bahwa Islam
datang ke Nusantara berasal dari Persia. Pengaruh bahasa Persia adalah
bahasa Arab yang dingunakan masyarakat Nusantara. Nurcholish Madjid
14
Asfiati, Masuk dan Berkembsngnya Islam di Idonesia…………… h. 23.
memberi contoh kata-kata asal Arab dengan akhiran ta’ marbuthah yang
dalam keadaan berhenti (wakaf) dibaca h, seperti shalat-un dibaca
shalah, zakatun dibaca zakah dan seterusnya, menunjukkan bahwa
bahasa-bahasa Nusantara tidak dipinjam langsung dari Arabtetapi dari
bahsa Persia dan bahsa Islam Asia daratan seperti bahasa Urdu, Pushto,
Turki, dan lain-lain. 15
5. Teori Turki
Teori islamisasi lain diajukan oleh Martin Van Bruinessen
mengungkapkan bahwa selain orang Arab dan Cina, Indonesia juga
diislamkan oleh orang-orang Kurdi dan Turki. Ia mencatat sejumlah data:
pertama, banyaknya ulama Kurdi yang berperan mengajarkan Islam di
Nusantara dan kitab-kitab karangan ulama Kurdi menjadi sumber-sumber
yang berpengaruh luas. Kedua, di antara ulama di Madinah yang
mengajari ulama-ulama Indonesia tarekat Syattariah yang kemudian
dibawa ke Nusantara adalah Ibrahim Al-Kurani. Ketiga, tradisi al-
barjanzi populer di Indonesia dibacakan setiap Maulid Nabi pada 12
Rabiul Awal. Keempat,Kurdi adalah istilah dan nama yang sangat
populer di Indonesia.Haji Kurdi, Jalan Kurdi. Berdasarkan fakta ini
beralasan apabila bahwa orang-orang Kurdi juga menggoreskan
peranannya dalam penyebaran Islam di Indonesia.16

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
15
Sumanto Al-Qurtuby, “Arus Cina-Islam Jawa Bongkar Sejarah atas Peranan Tionghoa dalam
Penyebaran Agama Islam di Nusantara Abad XV & XVI”, (Jakarta: Inspeal Press, 1993), h. 18.

16
Sumanto Al-Qurtuby, Arus Cina-Islam Jawa Bongkar Sejarah………….. h. 20.
Sejarah masuknya Islam di Indonesia mempunyai beberapa
versi, diantara lain adalah teori dari Gujarat dan dari orang Arab yang
singgah dalam pelayaranya. Berkenaan dengan teori Arab ini, di
Indonesia sudah beberapa kali diadakan seminar tentang masuknya
Islam ke Indonesia. Seminar di Medan tahun 1963 dan seminar di
Aceh tahun 1978, kedua seminar itu menyimpulkan bahwa Islam
masuk ke Indonesia pada abad pertama Hijriyah dan langsung dari
Arab.

Islam datang ke Indonesia ketika masih ada pengaruh yang


kuat antara Hindu dan Buddha. Masyarakat Indonesia berkenalan
dengan agama dan kebudayaan Islam melalui jalur perdagangan, sama
seperti ketika berkenalan dengan agama Hindu dan Buddha.
Persebaran Islam pertama kali terjadi di masyarakat pesisir laut dimana
mereka lebih terbuka dengan budaya asing dan perdagangan. Setelah
itu, islam meyebar ke daerah pedalaman dan pegunungan melalui
aktivitas ekonomi, pendidikan, dan politik.
B. Saran
Demikian pembahasan makalah kami mengenai “Sejarah
Masuknya Islam ke Indonesia”. Penulis menyadari dalam penyusunan
makalah masih ada kesalahan dalam penulisan. Oleh karena itu, kritik
dan saran sangat kami harapkan untuk menyempurkan makalah ini.
dan selanjutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
untuk para pembacanya.

DAFTAR PUSTAKA
Ricklefs, M.C., “Sejarah Indonesia Modern, terj. Dharmono Hardjowidjono”,
(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1994)
Huda, Nor, “Islam Nusantara; Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia”,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007)
Daulay, Haidar Putra, “Dinamika Pendidikan Islam di Asia Tenggara”, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2009).
Hidayat, Kamaruddin dan Ahmad Gaus Af, “Menjadi Indonesia, 13 Abad Eksistensi
Islam di Bumi Nusantara”, (Cet. I, Jakarta: Mizan, 2006).
M, Ahmad. “Sewang, Islamisasi Kerajaan Gowa (Abad Ke XVI-XVII)”, (Jakarta:
Yayasan OborIndonesia, 2007).
Tjandrasasmita, Uka (Ed.), “Sejarah Nasional Indonesia III”, (Jakarta: PN Balai
Pustaka, 1984).
Amsyary,Fuad, “Islam Kaafah Tantangan Sosial dan Aplikasinya di Indonesia”, (Cet.
I, Jakarta: Gema Insani Press, 1995).
Al-Usairy, Ahmad, “Sejarah Islam, Sezak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX”,
(Jakarta: Akbar Media, 2003)
Azra, Azyumardi, “ Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan
Nusantara Abad XVII dan XVIII”, (Bandung: Mizan, 1998).

Al-Qurtuby, Sumanto, “Arus Cina-Islam Jawa Bongkar Sejarah atas Peranan


Tionghoa dalam Penyebaran Agama Islam di Nusantara Abad XV & XVI”,
(Jakarta: Inspeal Press, 1993).

Irfani, Fahmi, “Jawara Banten,” Hikamanua Journal (No. 1 Vol. 2 Tahun 2017).
Asfiati, “Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia”,jurnal Thariqah Ilmiah,
(vol. 01. No. 02, 2014)

Anda mungkin juga menyukai