Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu sifat unsur transisi adalah mempunyai kecenderungan untuk

membentuk ion kompleks atau senyawa kompleks. Ion-ion dari unsur logam transisi

memiliki orbital-orbital kosong yang dapat menerima pasangan elektron pada

pembentukan ikatan dengan molekul atau anion tertentu membentuk ion kompleks.

Ion kompleks terdiri atas ion logam pusat dikelilingi anion-anion atau

molekul-molekul membentuk ikatan koordinasi. Ion logam pusat disebut ion pusat

atau atom pusat. Anion atau molekul yang mengelilingi ion pusat disebut ligan.

Banyaknya ikatan koordinasi antara ion pusat dan ligan disebut bilangan koordinasi.

Salah satu senyawa yang dapat digunakan dalam sintesis kompleks adalah

ligan yang berasal dari basa Schiff. Sintesis senyawa kompleks dibuat dari turunan

ligan basa Schiff 1,5 diphenilkarbahidrazid dan anilina dalam medium etanol.

Logam-logam transisi seperti Cu(II) merupakan asam yang baik dalam

pembentukan senyawa kompleks dengan ligan basa Schiff.

Senyawa kompleks yang terbentuk dari ligan basa Schiff dan ion logam

transisi merupakan katalisator, dan dalam prosesnya terjadi hibridisasi yang berbeda-

beda untuk tiap logam. Struktur senyawa kompleks dapat dijelaskan melalui teori

ikatan valensi, teori medan kristal dan teori orbital molekul.

Pada percobaan kali ini, dilakukan sintesis suatu senyawa kompleks dengan

menggunakan atom pusat tembaga (II) dan ligan basa Schiff yang diperoleh dari

turunan ligan basa Schiff 1,5 diphenilkarbahidrazid dan anilina dalam medium etanol.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah untuk mempelajari dan memahami sintesis

senyawa kompleks dengan ligan basa Schiff.

1.2.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini ialah :

1. Mengetahui sintesis ligan basa Schiff dari 1,5 diphenilcarbahydrazid dan anilin.

2. Mengetahui sintesis kompleks Cu(II) dengan ligan basa Schiff dari 1,5

diphenilcarbahydrazid dan anilin.

1.3 Prinsip Percobaan

Prinsip dari percobaan ini adalah mensintesis ligan basa Schiff dari 1,5

diphenilcarbahydrazid dengan anilina yang direfluks selama 2 jam kemudian disaring

dan dikeringkan. Kemudian untuk mensintesis kompleks Cu(II) dengan ligan basa

Schiff dengan perbandingan mol 1:1 yang direfluks selama 2 jam, kemudian disaring

dan ditimbang kompleksnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Senyawa kompleks adalah senyawa yang molekul atau ionnya membentuk

ikatan koordinat dengan atom atau ion logam. Kompleks dapat merupakan ion positif

(misalnya [Cu(H2O)6]2+), ion negatif (misalnya Fe(CN)6]3-, atau molekul netral

PtCl2(NH3)2). Pembentukan kompleks terkoordinasi seperti ini merupakan ciri logam

transisi. Kompleks yang terbentuk sering berwarna dan memiliki elektron yang tidak

berpasangan (jadi bersifat paramagnetik) (Dainthith, 1994).

Banyak ion logam, khususnya logam peralihan, mempunyai kemampuan

membentuk ikatan dengan gugus penyumbang elektron (ligan). Jumlah ligan yang

terkoordinasi da penyebaran geometris ligan ini di sekitar logam merupakan ciri yang

membedakan sebuah ion kompleks dari ion kompleks lainnya (Petrucci, 1998).

Tembaga adalah logam merah-muda, yang lunak, dapat ditempa, dan liat. Ia

melebur pada 1038oC. Karena potensial elektroda standarnya positif, (+0,34 V untuk

pasangan Cu/Cu2+), ia tak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun

dengan adanya oksigen ia bisa larut sedikit. Asam nitrat yang sedang pekatnya (8 M)

dengan mudah melarutkan tembaga :

3Cu + 8HNO3 → 3Cu2+ + 6NO3- + 2NO↑ + 4H2O

Asam sulfat pekat panas juga melarutkan tembaga :

Cu + 2H2SO4 → Cu2+ + SO42- + SO2↑ + H2O

Tembaga mudah pula larut dalam air raja (Svehla, 1990):

2Cu + 6HCl + 2HNO3 → 3Cu2+ + 6Cl- + 2NO↑ + 4H2O

Senyawa ion logam yang berkoordinasi dengan ligan disebut dengan senyawa

kompleks. Sebagian besar ligan adalah zat netral atau anionik tetapi kation, seperti

kation tropilium juga dikenal. Ligan netral, seperti amonia, NH 3, atau karbon
monoksida, CO, dalam keadaan bebas pun merupakan molekul yang stabil, sementara

ligan anionik, seperti Cl- atau C5H5-, distabilkan hanya jika dikoordinasikan ke atom

logam pusat. Ligan dengan satu atom pengikat disebut ligan monodentat, dan yang

memiliki lebih dari satu atom pengikat disebut ligan polidentat, yang juga disebut

ligan khelat. Jumlah atom yang diikat pada atom pusat disebut dengan bilangan

koordinasi (Saito, 1997).

Ligan adalah spesies yang memiliki atom (atau atom-atom) yang dapat

menyumbangkan sepasang elektron pada ion pusat pada tempat tertentu dalam

lengkung koordinasi. Sehingga, ligan merupakan basa Lewis dan ion logam adalah

asam Lewis. Jika ligan hanya dapat menyumbangkan pasangan elektron (misalnya

NH3 melalui atom N) disebut ligan unidentat. Ligan ini mungkin merupakan anion

monoatomik (tetapi bukan atom netral) seperti ion halide, anion poliatomik seperti

NO2-, molekul sedehana seperti NH3, atau molekul kompleks seperti piridin, C5H5N.

beberapa ligan mempunyai lebih dari satu pasangan elektron untuk disumbangkan,

yang disebut ligan multidentat. Ligan multidentat ini dapat terikat secara serentak

pada dua posisi atau lebih dalam lengkung koordinasi ion logam pusat. Pengikatan

berganda ini menghasilkan ion kompleks dengan bentuk cincin yang terdiri dari 5

atau 6 anggota yang disebut khelat (Pettrucci, 1998).

Reaksi pengkompleksan dengan suatu ion logam, melibatkan penggantian satu

molekul pelarut atau lebih yang terkoordinasi, dengan gugus-gugus nukleofilik lain.

Gugus-gugus yang terikat pada ion pusat, disebut ligan, dan dalam larutan air, reaksi

dapat dinyatakan oleh persamaan:

              M(H2O)n + L = M (H2O)(n-1) L + H2O

Disini ligan (L) dapat berupa sebuah molekul netral atau sebuah ion bermuatan,

dengan penggantian molekul-molekul air berturut-turut selanjutnya dapat terjadi,


sampai terbentuk kompleks MLn; n adalah bilangan koordinasi dari logam itu, dan

menyatakan jumlah maksimum ligan monodentat yang dapat terikat padanya.

(Firdaus, 2009)

Basa Schiff adalah senyawa yang dibentuk melalui reaksi kondensasi antara

amina aromatic dengan aldehida atau keton, misalnya :

RNH2 + R’CHO → RN:CHR’ + H2O

Senyawa ini sering kali membentuk kristalin dan digunakan dalam kimia organik

untuk mencirikan amina aromatik (dengan membuat basa Schiff dan mengukur titik

lelehnya). Namanya berasal dari kimiawan Jerman Hugo Schiff (1834-1915)

(Daintith, 1994).

Suatu kompleks dikatakan labil bila ligannya dapat diganti dengan ligan lain

secara cepat, disebut inert, bila penggantian ini berlangsung secara lambat. Batas ini

menurut Hendry Taube untuk larutan 0,1 molar pada suhu 25 0 C ialah satu menit,

artinya kompleks disebut bila ligannya dapat diganti dengan ligan lain dalam waktu

kurang dari satu menit (Sukardjo, 1992).

Beberapa ligan beratom banyak memiliki lebih dari satu pasangan elektron

yang dapat diberikanya, etilendiamin misalnya merupakan ligan bergigi dua karena

senyawa ini dapat memberikan dua pasangan elektron sekaligus, sehingga dapat

membentuk dua ikatan koordinasi dengan ion logam pusat (Svehla, 1985).

Pada medan ligan yang lemah atau week ligand field, elektron-elektron akan

mengisi kelima orbital d tanpa berpasanan lebih dahulu. Hal ini disebabkan karena

perbedaan energi orbital t 2 g dan e g sangat kecil. Memang elektron keempat dapat

mengisi orbital e g yang energinya lebih tinggi atau dapat berpasangan dengan

elektron di orbital t 2 g (Svehla, 1985).


Pada senyawa koordinasi, ligan teratur di sekeliling atom pusat dalam bentuk

geometri seperti oktahedral, tetrahedral, atau segiempat. Banyak senyawa kompleks

yang berwarna. Beberapa bersifat paramagnetik karena memiliki elektron tak-

berpasangan, namun ada juga senyawa kompleks yang tidak bersifat paramagnetik.

Diagram tingkat energi orbital molekul adalah kunci untuk menjelaskan sifat-sifat

senyawa kompleks. Hibridisasi logam yang membentuk oktahedral ialah d2sp3. Jika

sumbu ikatan dilambangkan x, y, dan z, dua orbital d yang digunakan untuk

hibridisasi adalah yang berada di sepanjang sumbu, dz2 dan dx2-y2. Masing-masing

menghasilkan enam orbital hibrid yang bergabung dengan sumbu ikatan pada ligan,

seperti p atau sebuah hibrid tetrahedral, untuk membentuk orbital molekul σ dan σ*.

Tiap ikatan orbital σ ditempati sepasang elektron (Rosenberg, 1997).

Medan listrik dari ion-ion pusat akan memberi pengaruh pada ligan-ligan

sekelilingnya, sedang medan gabungan dari ion pusat. Pengaruh ligan ini terutama

mengenai elektron “d” dari ion pusat dan seperti yang diketahui ion kompleks dari

logam-logam transisi. Pengaruh ligan tergantung dari jenisnya, terutama pada

kekuatan medan listrik kedudukan geometri ligan-ligan yang kompleks (Cotton dan

Wilkinson, 1995).
BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan

Ion logam Cu (II), akuades, 1,5- diphenylcarbahydrazid (C 13H14N4O), larutan

anilin, etanol, asam sulfat, es batu, tissue roll dan kertas saring Whatman No. 42.

3.2 Alat

Gelas kimia 250 mL, gelas kimia 100 mL, gelas ukur 10 mL, gelas ukur

50 mL, erlenmeyer 100 mL, labu alas bulat, kondensor, selang, elektromantel,

stopper, corong, termometer 100 oC, batang pengaduk, neraca analitik.

3.3 Prosedur Kerja

a. Sintesis Senyawa Kompleks

Ditimbang basa Schiff sebanyak 0,5 gr kemudian dilarutkan dalam 20 mL

etanol. Ditimbang logam Cu (II) sebanyak 0,4 gr kemudian dilarutkan dalam 20 mL

etanol. Dicampurkan larutan tadi, lalu dimasukkan ke dalam labu alas bulat.

Campuran direfluks selama 2 jam pada suhu 75-80 oC. Larutan disaring. Hasil residu

dicuci dengan akuabides sebanyak dua kali untuk mendapatkan kompleks yang

murni, kemudian dikeringkan.

b. Rekristalisasi

Kompleks yang terbentuk tadi dimasukkan ke dalam gelas kimia. Lalu

dimasukkan 10 mL H2SO4 pekat ke dalam gelas kimia, kemudian diaduk. Sambil

diaduk, ditambahkan aquabides sebanyak 250 mL secara perlahan-lahan sampai

terbentuk kristal. Kristal disaring dan dibiarkan hingga kering. Kristal ditimbang.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Perlakuan Pengamatan dan Warna

Basa Schiff + etanol (larutan I) Merah muda

Logam Cu + etanol (larutan II) Orange tua

Larutan I + larutan II Merah muda

Setelah direfluks Merah muda

Setelah disaring Endapan merah, filtrat merah muda

Setelah direkristalisasi Endapan merah

Bobot kertas saring : 1,22 g

Bobot kertas saring + kristal garam kompleks : 2,6050 g

4.2 Perhitungan

4.2.1 Berat Teori

+ Cu2+

C19H19N5 + Cu2+ C19H19N5Cu

Mol C19H19N5Cu = mol C19H19N5 = mol Cu2+ = 0,0017 mol


Massa C19H19N5Cu = mol C19H19N5Cu x Mr C19H19N5Cu

= 0,0017 x 380,55 g/mol

= 0,6469 gram

4.2.2 Berat Rendamen

Berat Praktek
Berat Rendamen = x 100 %
Berat Teori

Bobot kristal garam kompleks = (Bobot kertas saring + kristal garam kompleks)

– bobot kertas saring

= 2,6050 – 1,22 gram

= 1,3850 gram

Berat Praktek
Berat Rendamen = x 100 %
Berat Teori

1,3850
= x 100 %
0,6469

= 2,1409 x 100 %

= 214,09 %

4.3 Pembahasan

Percobaan sintesis senyawa kompleks ini dilakukan dengan sintesis senyawa

Cu(II) dengan derivat ligan basa Schiff 1,5-dimetilkarbazid dan anilin. Pada

percobaan ini, yang pertama kali disintesis adalah basa Schiff dari 1,5

dimetilkarbahidrazid dan anilin sebagai ligan dalam sintesis senyawa kompleks. Pada

percobaan ini, karena telah tersedia serbuk basa Schiff yang telah disintesis pada

percobaan sebelumnya, maka tahap sintesis basa Schiff ini tidak perlu dilakukan.

Namun ada baiknya jika dibahas pula mengenai sintesis basa Schiff ini. Untuk

sintesis ini, ligan basa Schiff dilarutkan dalam etanol. Etanol digunakan sebagai

pelarut nonpolar. 1,5 dimetilhidrakarbazid tidak hanya dapat larut dalam etanol tetapi
dapat pula dalam pelarut organik lainnya seperti aseton. Pada percobaan ini dipilih

etanol sebagai pelarut karena dengan etanol, anilin tidak akan bereaksi membentuk

basa Schiff lain, berbeda jika dilarutkan dalam aseton yang memiliki gugus karbonil,

anilin dapat bereaksi dengan aseton bukan dengan dimetilhidrakarbazid, untuk

kemudian terbentuk basa Schiffnya.

Setelah pencampuran antara anilin dengan 1,5 dimethylkarbahidrazid dalam

etanol larutan kemudian direfluks pada suhu antara 70-80 oC. Tujuan dari refluks ini

adalah agar reaksi dapat terjadi pada suhu tersebut dan pelarutnya tidak menguap.

Selain itu reaksi antara 1,5 dimethylkarbahidrazid hanya dapat berlangsung sempurna

jika dipanaskan.

Basa Schiff yang terbentuk berwarna merah muda memiliki reaksi sebagai

berikut:

Setelah basa Schiff terbentuk, senyawa kompleks disintesis dengan

mencampur ligan basa Schiff tersebut dengan ion Cu 2+. Basa Schiff dilarutkan dalam

etanol sedangkan serbuk tembaga dilarutkan dalam akuades. Untuk dapat membentuk

kompleks, maka perlu didukung dengan pemanasan. Oleh karena itu, kedua senyawa

tersebut direfluks selama kurang lebih 2 jam.


Strukrtur kompleks yang terbentuk adalah :

Cu

Setelah direfluks, larutan kemudian didiamkan hingga terbentuk endapan

kompleks yang dihasilkan, kemudian disaring dan ditimbang.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan percobaan ini, maka dapat disimpulkan bahwa sintesis

basa Schiff dari 1,5 diphenilcarbahydrazid dan anilin menghasilkan serbuk berwarna

merah muda.

Sintesis garam kompleks Cu(II) dengan ligan basa Schiff menghasilkan kristal

berwarna merah.sejumlah 1,385 gram dan rendamen sebesar 214,09 %.

5.2 Saran

Saran pada percobaan ini yaitu agar dalam pengerjaannya, setiap mereaksikan

zat dilakukan dalam ruang asam.


DAFTAR PUSTAKA

Cotton, F, A., dan Wilkinson, G., 1989, Kimia Anorganik Dasar, UI-Pres, Jakarta

Daintith, John, 1994, Kamus Lengkap Kimia, Erlangga, Jakarta.

Firdaus, I., 2009, (online) Pengertian Senyawa Kompleks, ( http://www.chem-is-


try.org/artikel/kompleksometri/pengertian-senyawa-kompleks/), diakses pada
tanggal 27 Maret 2010.Petrucci, R.H., 1999, Kimia Dasar Prinsip dan Terapan
Modern, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Petrucci, R.H., 1998, Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern, Erlangga, Jakarta.

Rosernberg, J.L., 1997, College Chemistry, McGraw Hill Inc., New York.

Saito, T., 1996, Kimia Anorganik, Iwanami Shoten Publishers, Tokyo.

Sukardjo, 1992, Kimia Koordinasi edisi revisi, Rineka Cipta, Jakarta.

Svehla, G., 1985, Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Makro dan Semimikro, PT.
Kalman Media Pustaka, Jakarta.
LEMBAR PENGESAHAN

Makassar, 1 Juni 2010

Asisten

A. Nur Amalia

Praktikan

Syadza Firdausiah Anita Nur Ramadhani Rifa’atul Mahmudah


LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ANORGANIK

SINTESIS GARAM RANGKAP


KALIUM ALUMINIUM SULFAT DODEKAHIDRAT
(KAl(SO4)2 . 12H2O)

OLEH :

KELOMPOK VII
SYADZA FIRDAUSIAH (H31108276)
ANITA NUR RAMADHANI(H31108281)
RIFA’ATUL MAHMUDAH (H31108272)

HARI/TGL PERC. : SELASA, 17 MEI 2010


ASISTEN : INDRAYATI SUKIMAN

LABORATORIUM KIMIA ANORGANIK


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGEAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2010
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ANORGANIK

SINTESIS SENYAWA KOMPLEKS Cu(II) DENGAN DERIVAT


LIGAN BASA SCHIFF 1,5 DIPHENILKARBAHIDRAZID
DENGAN ANILINA

NAMA : SYADZA FIRDAUSIAH (H31108276)


ANITA NUR RAMADHANI (H31108281)
RIFA’ATUL MAHMUDAH (H31108272)
KELOMPOK : VII (TUJUH)
HARI/TGL PERC. : JUM’AT, 20 MEI 2010
ASISTEN : A. NUR AMALIAH

LABORATORIUM KIMIA ANORGANIK


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2010

Anda mungkin juga menyukai