Anda di halaman 1dari 4

Sejuknya angin menerpa wajahku, dingin namun menenangkan raga yang

seakan tak berjiwa ini. Sinarnya mentari tak menyilaukan ku padahal

mentari dalam keadaan yang baik tidak sepertiku yang lelah dan ingin

mengakhiri. Pandangan ku mengarah ke depan, menatap tak bergairah

gedung-gedung tinggi yang dipikul bumi, terkadang terbersit dalam

pikiran apakah bumi tak lelah selama ini dijadikan banyak pijakan dan

tumpuan namun tak pernah di berikan kepastian, terkadang jika manusia

bosan justru ditinggalkan dalam keadaan menumpu beban.

Drrttt…drtttt..drttt

Ponselku bergetar sedari tadi, entahlah suah berapa kali ada yang

memanggil, rasanya aku tak peduli. Jika tak ingat betapa susahnya dapat

uang mungkin sudah kulempar ponsel dari atas gedung ini.

‘’hahh’’ kubuang nafas dengan berat. Rasanya lelah sekali, badanku hacur

setelah perjalanan jauh dari seberang meninggalkan segala pekerjaan

dan pulang kerumah untuk menghilangkan beban dipikiran ternyata

hanya menjadi bayangan ku saja. Jika tau seperti ini lebih baik tak

pulang dan tak pernah kembali, rasanya ingin mati. Andaikan bukan

karena ibu menyuruhku keluar dari rumah untuk mewakilinya pergi,

rasanya aku ingin mengiris nadi di kamar. Tak apalah, aku menemukan

spot terbaik untuk pergi, kurasa terjun bebas dari atas gedung ini akan
menyenangkan, merasakan angin terakhir kali dan menatap mentari lebih

asik dibanding menatap darah yang mengalir dari nadi.

‘’ Leen, lo pikir dengan mati lo bias tenang. Emang luka lo bakal sembuh

kalua lo terjun sekarang?’’ ujar seseorang yang mengagetkan lamunanku.

‘’ lo mati pun dia gak penduli leen, dia juga dah nikah sekarang’’

lanjutnya.

yahh karena cinta aku ingin mati saat ini, rasanya hidupku hancur karena

cinta yang awalnya kukira semanis madu dan semurni air. Aku terlena

akan manisnya kata-kata diawal hubungan namun lupa cerita luka diakhir

hubungan, rasanya menyesal pun terlambat, sudah terlenan dan terlalu

dalam. Istilahnya bucin, apa malah bulol, bucin tolol.

‘’ turun leen. Lo gak mau kan gue buatin berita tubuh seorang gadis

hancur berserakan karena terjun dari gedung perninkahan mantan

pacarnya’’ ucapnya dan menarik tanganku untuk turun dari pinggiran

gedung.

‘’ Apa sih Sat, ganggu lo. Gue lagi menggalau eh lo malah dateng’’ sahutku

kesal.

Dia menatapku dalam, tatapannya antara campuran kesal dan iba. Lama

dia menatapku hingga akhirnya membuang nafas dengan kasar.


‘’ ya lo sekalinya galau malah mau bundir. Gue dah bilang kan dari dulu,

gak usah kasih banyak hati. Makan ati kan lo sekarang.’’ Sahutnya kesal.

Yah bener, tolol kok emang gue, udah tau ldr-an tapi masih sepenuhnya

percaya. Rasanya gue emang bego banget,kayak gak guna gelar sarjana

gue, gak guna ijasah s-1 gue kalo sama cinta aja gue jadi bego gini.

Kayak udah tau selama ini chat jarang di bales, ketemuan gak pernah

kok masih positif thinking. Kayak percuma pacaran selama ini taunya gue

ditinggalin.

‘’AKHHHH, BEGO BANGET SIH GUE SATT’’

Airmata gue jatuh langsung, gue nangis bangsat. Gila banget dia buat

Aleena nangis kayak gini. Sekalinya jatuh cinta jadi pacar pertama

malah dibuat sakit kayak gini. Hati gue sakit bangsat, perih bangettt.

Tangis Aleena semakin keras, air matanya tak henti mengalir. Tubuhnya

jatuh ke lantai, membenamkan wajahnya dilipatan tangan. Lelaki yang

menariknya tadi mendekat, mendudukkan tubuhnya disamping Aleena.

Menemani Aleena menangis dengan diam, pikirnya setidaknya Aleena gak

nekat lagi.

**

‘’ Sat, kok lo tau gue disini?’’ ujar Aleena bertanya sembari menghapus

lelehan airmata nya. Dia sudah sedikit tengan saat ini.


‘’ insting doing, gue nyariin lo dinikahan gak ada. Ditelpon juga gak bisa.

Yahh gue kira lo butuh tempat tenang kan mangkanya gue ke atap.’’

Jawab nya. ‘’ Leen, bisa gak sih jangan panggil gue Sat, gue berasa

brengsek ke lo karna punya nama yang sama kayak dia. Maaf ya’’

lanjutnya.

Aleena menatapya lekat dan mendengus sebal.

‘’ ya lagian nama loh samaan kayak dia sih’’ sahut Aleena.

‘’ Satria’’ tegasnya. ‘’ Nama gue Satria Leen’’ lanjutnya berujar menatap

Aleena dengan serius.

Aleena menatapnya sekilas dan kembali menatap depan, sorot matanya

masih kosong penuh luka. Gimana sih rasanya pacaran 4 tahun semenjak

kuliah, 2 tahun harus ldr-an karena Aleena harus Intership di rumah

sakit di daerah dan ketika pulang pacar lo malah nikah sama temen

kerja yang lo kenal sebagi temen SMA lo. Sakitnya double cuy.

Anda mungkin juga menyukai