Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM KIMIA KOMPUTASI


REAKSI RADIKAL BEBAS PADA ALKENA
ROTASI AMIDA
AROMATISITAS TIOFEN

Oleh:
Muhammad Ahan Kurniawan
15/383301/PA/16961

Rabu, 24 April 2019


Asisten Pembimbing: Herlina Rasyid

LABORATORIUM KIMIA KOMPUTASI


DEPARATEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2019
REAKSI RADIKAL BEBAS PADA ALKENA
ROTASI AMIDA
AROMATISITAS TIOFEN

I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Beakang
Pembelajaran lebih mendalam mengenai sifat, karakter, dan stabilitas enrgi yang
menyertai pmbentukan maupun pemutusan suatu ikatan kimia semakin masif dilakukan.
Dengan mempelajari ikatan kimia hingga ke bagian yang tak mampu dijangkau oleh
kegiatan di eksperimen laboraturium, yaitu menggunakan perhitungan Komputasi
terbukti memberikan kemajuan yang luar biasa pada perkembangan ilmu kimia di dunia.
Pada percobaan kali ini akan dilakukan tiga percobaan yang meliputi pecobaan “Reaksi
Radikal Bebas pada Alkena”, “Rotasi Amida”, dan “Aromatisitas Tiofen”. Ketiga
percobaan ini menggunakan pendekatan kimia komputasi untuk menyelidiki reaksi
radikal bebas, rotasi ikatan, dan energi pembentukan ikatan.

II.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang
regioselektifitas dari reaksi radikal bebas dalam hal stabilisasi zat antara radikal bebas
dengan menguji distribusi kerapatan spin dari radikal bebas, mendapatkan informasi
tentang rotasi ikatan C-N pada amida dengan menggunakan metode semiempiris PM3,
dan meneliti energi dari hidrogenasi bertahap dari benzena dan tiofena menggunakan
perhitungan semiempiris AM1 dan menginterpretasikan hasilnya ditinjau dari stabilitas
aromatis.

I.3 Manfaat
1. Memberikan pengetahuan mengenai reaksi radikal bebas, rotasi ikatan dan energi
hidrogenasi.
2. Sebagai referensi pengaplikasian program HyperChem khususnya metode semi
empirik AM1 dan PM3 dalam menganalisis sifat senyawa.

II. TINJAUAN PUSTAKA


II.1 Radikal Bebas
Radikal bebas merupakan suatu atom atau gugus atom yang memiliki satu atau
lebih elektron yang tidak berpasangan, bersifat sangat reaktif dan mempunyai energi yang
tinggi. Simbol dari suatu radikal bebas adalah sebuah titik yang menggambarkan elektron
yang tidak berpasangan. Radikal bebas adalah bentuk radikal yang sangat reaktif dan
mempunyai waktu paruh yang sangat pendek. Jika radikal bebas tidak diinaktivasi,
reaktivitasnya dapat merusak berbagai tipe molekul (Fessenden, 1986).

Mekanisme reaksi radikal bebas dapat dibagi menjadi 3, yaitu:


1. Inisiasi
Tahap inisiasi adalah pembentukan awal dari radikal-radikal bebas (Fessenden,
1986).

2. Propagasi
Pembentukan radikal bebas akan mengakibatkan terbentuknya radikal baru
dengan suatu reaksi yang disebut reaksi rantai (Fessenden, 1986).

Secara teoritis, proses ini akan berlangsung terus menerus karena sebuah Cl •
akan mengalami reaksi yang menyebabkan terbentuknya sebuah Cl • yang lain
(Fessenden, 1986).
3. Terminasi
Reaksi rantai yang terjadi akan berhenti pada tahap terminasi yaitu ketika radikal
bebas bergabung dengan radikal bebas yang lain sehingga tidak membentuk radikal bebas
yang baru (Fessenden, 1986).

Regioselektivitas merupakan referensi dimanai reaki pembentukan ikatan atau


pemutusanikatan pada sebuah molekul yang akan terjadi. Hal ini dapat diterapkan pada
sebuah molekul dimanasebuah (reagen) subtituen menyerah/masuk pada molekul
tersbebut. Misalnya pada reaksi asilasipada senyawa thiofena akan masuk posisi dua dari
cincin tersebut (March, 1992).

II.2 Amida
Amida memiliki geometri planar. Walaupun ikatan karbon-nitrogen normalnya
dituliskan sebagai ikatan tunggal, rotasi pada ikatan ini terbatas karena adanya resonansi.
Adapun struktur resonansi dari amida adalah sebagai berikut:
Penyumbang dipolar begitu penting sehingga ikatan karbon-nitrogen
berperilaku seperti ikatan rangkap. Akibatnya, nitrogen dan karbon karbonil, dan dua
atom yang melekat pada masing-masing atom tersebut terletak pada bidang yang sama,
dan rotasi pada ikatan C-N terbatas. Memang, panjang ikatan C-N pada amida hanya 1,32
Å, jauh lebih pendek dibandingkan panjang ikatan tunggal karbon-nitrogen biasa.sebagi
tersirat dari penyumbang resonansi dipolar, amida sangat polar dan membentuk ikatan
hidrogen yang kuat. Oleh karena itu amida lebih kurang asam (basa) dibandingkan
dengan asam karboksilat (Chang, 2003).

II.3 Hidrogenasi Alkena


Reaksi adisi adalah reaksi penjenuhan atau pemutusan ikatan rangkap menjadi
ikatan tunggal. Jadi pada reaksi adisi, ikatan rangkap pada suatu molekul atau senyawa
menerima atom atau gugus atom sehingga ikatan rangkapnya berubah menjadi ikatan
tunggal. Jadi reaksi adisi terjadi pada molekul-molekul yang memiliki ikatan rangkap.
Contoh: Reaksi adisi hidrogen ( Hidrogenasi ) pada etena dengan katalis logam Ni.
Hidrogenasi merupakan reaksi hidrogen dengan senyawa organik, Reaksi ini terjadi
dengan penambahan hidrogen secara langsung pada ikatan rangkap dari molekul yang
tidak jenuh sehingga dihasilkan suatu produk yang jenuh. Proses hidrogenasi merupakan
salah satu proses yang penting dan banyak digunakan dalam pembuatan bermacam-
macam senyawa organik. Proses ini umumnya terdiri dari adisi sepasang atom hydrogen
ke sebuah molekul. Reaksi dilakukan pada suhu dan tekanan yang berbeda tergantung
pada substrat dan aktivitas katalis (Fessenden, 1986). Pada sikloheksena hidrogenasi
mempengaruhi kestabilan dari senyawa karena terjadinya pemutusan ikatan rangkap
seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut :
III. METODE PERCOBAAN
Prosedur Umum
1. Reaksi radikal bebas pada alkena
4

2 3

a. Gambarkan 1-butena
b. Dengan menu select, pili H-1 dan selanjutnya tekan delete
c. Pilih setup, AM1 kemudian options, atur total charge 0 dan spin multiplicity 2
d. Lakukan optimasi geometri
e. Catat panas pembentukannya
f. Selanjutnya pilih compute, contour plot, dan total spin dencity pilih 2D, klik
OK untuk melihat peta kerapatan elektron.
g. Lakukan kembali dengan menghapus atom H-2 hingga H-5.
2. Rotasi amida
a. Gambar dimetilformamida dan lakukan optimasi geometri menggunakan
setup semiempiris PM3 dengan total charge 0 dan spin multiplicity 1
b. Pilih 4 atom yang akan diputar atau dirotasi.
c. Lakukan perhitungan singgle point energy dengan variasi sudut torsi 20-180˚
dengan interval 20˚. Pilih menu edit, set bond torsion dan ubah sudut torsi
menjadi 20˚ dan seterusnya.
d. Ulangi langkah tersebut untuk senyawa benzamida
3. Aromatisitas tiofen
a. Gambarlah senyawa benzena
b. Lakukan optimasi geometri menggunakan semiempiris AM1
c. Catat panas pembentukannya
d. Ulangi langkah tersebut pada senyawa 1,3-sikloheksadiena, Sikloheksena,
Sikloheksana, Tiofena, Dihidrotiofena, dan Tetrahidrotiofena

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


IV.1 Hasil
Tabel IV.1 Hasil pengamatan panas pembentkan radikal 1-butena
Radikal Bebas Panas Pembentukan Perkiraan Energi Disosiasi Ikatan
(kkal/mol) (kkal/mol)
1 50,480 102,822
2 50,480 102,823
3 45,702 98,044
4 27,458 79,794
5 37,190 89,794

Tabel IV.2 Hasil pengukuran energi ikat rotasi ikatan amida


Molekul Sudut Torsi (˚) Energi Ikat (kkal/mol)
Dimetilformamida 20 -1091,299
40 -1087,865
60 -1083,602
80 -1080,498
100 -1080,176
120 -1083,817
140 -1088,168
180 1092,943
Benzamida 20 -1747,563
40 -1747,879
60 -1748,114
80 -1748,056
100 -1748,081
120 -1748,199
140 -1748,169
180 -1747,964

Tabel IV.3 Hasil pengukuran panas pembentukan hidrogenasi benzena dan tiofena
Molekul Panas pembentukan (kkal/mol)
Benzena 21,87
1,3-sikloheksadiena 17,30
Sikloheksena -10,27
Sikloheksana -38,78
Tiofena 27,32
Dihidrotiofena 12,52
Tetrahidrotiofena -16,68

IV.2 Pembahasan
Percobaan ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang regioselektifitas
dari reaksi radikal bebas dalam hal stabilisasi zat antara radikal bebas dengan menguji
distribusi kerapatan spin dari radikal bebas, mendapatkan informasi tentang rotasi ikatan
C-N pada amida dengan menggunakan metode semiempiris PM3, dan meneliti energi
dari hidrogenasi bertahap dari benzena dan tiofena menggunakan perhitungan
semiempiris AM1 dan menginterpretasikan hasilnya ditinjau dari stabilitas aromatis.
Percobaan ini terdiri dari tiga analisis komputasi kimia, yaitu analisis panas
pembentukan senyawa radikal bebas, analisis energi ikat pada amida dan analisis panas
pembentukan hidrogenasi benzena dan tiofen. Percobaan yang pertama adalah
percobaan reaksi radikal bebas pada alkena. Pengamatan dilakukan dengan
menggambarkan senyawa 1-butena yang kehilangan satu atom H. Butena yang
kehilangan satu atom H ini kemudian diptimai menggunakan metode semiempiris AM1
dan dilihat panas pembentukannya. Variasi dilakukan dengan menghilangkan beberapa
jenis atom H dan dilihat kestabilannya.
Terdapat 5 posisi atom H yang dihilangkan dan dihitung panas pembentukannya
yang kemudian disebut radikal 1-5 sesuai dengan posisi atom yang telah dijelaskan
dalam metode percobaan. Radikal 1 dan radikal 2 memberikan nilai panas yang hampir
sama dengan perbedaan yang sangat kecil. Karena nilai panas pembentukan yang sangat
mirip ini, radikal 1 dan radikal 2 dapat dikatakan sama atau identik dan dapat
dipertukarkan apakah kehilangan atom H1 ataupun atom H2.
Panas pembentukan merupakan nilai energi untuk membentuk suatu ikatan.
Dengan data panas pembentukan ini kita dapat memperkirakan kemudahan suatu
senyawa untuk terbentuk. Semakin tinggi panas pembentukan maka semakin sulit suatu
senyawa terbentuk dan sebaliknya semakin rendah panas pembentukan makan akan
semakin rendah senyawa tersebut terbentuk. Pada 5 senyawa radikal yang dimodelkan
terlihat bahwa radikal 4 memiliki panas pembentukan yang paling rendah, hal ini
menunjukkan bahwa radikal 4 memiliki kemungkinan terbentuk yang paling tinggi
karena membutuhkan energi yang rendah. Hal tersebut dijelaskan dimana pemutusan
pada hidrogen alilik yaitu hidrogen yang terikat pada C3 lebih disukai, karena radikal
bebas alilik tersebut menghasilkan resonansi yang terstabilisasi.
Perkiraan energi disosiasi ikatan C-H dapat dicari dengan persamaan (ER1 +
ER2)– ERIR2 ) Dengan menggunakan ER1 = ΔH˚ 1-butena sebesar 0.2499 kkal/mol
dan ER2 yang telah dihitung = 52.0921 kkal/mol dan masing-masing panas
pembentukan radikal, dapat dihitung perkiraan energi disosiasi ikatan dengan tabel IV.1.
Dengan adanya NBS, Br akan masuk ke atom C3 dari 1 butena. Mekanisme yang
terjadi dapat dituliskan sebagai berikut:

Radikal bromida menyerang pada karbon berkerapatan tinggi pada radikal 4,


karena radikal 4 dapat membentuk resonansi sebagai berikut:

Maka senyawa yang dihasilkan berupa campuran Isomerik


Percobaan kedua adalah percobaan rotasi amida. Percobaan ini dimaksudkan
untuk mendapatkan informasi tentang rotasi ikatan C-N pada amida. Oleh karena itu
duajenis senyawa amida diasiapkan untuk simulasi rotasi ikatan amida. Dua
senyatersebut adalah dimetilformamida dan benzamida. Kedua senyawa ini dirotasikan
dari sudut 20 hingga 180 derajat dengan interval 20 derajat dan dicatat energi ikatnya.

0˚dan 120˚ 20˚dan 100˚ 40˚dan 80˚ 60˚dan 180˚


Grafik energi ikat dimetilformamida

Grafik energi ikat benzamida


Dari data grafik diatas terlihat bahwa energi minimum dan maksimum masing-
masing terjadi pada sudut 180 dan 60 untuk senyawa dimetilformamida dan pada sudut
100 dan 20 untuk senyawa benzamida. Amida memiliki geometrik planar walaupun
ikatan nitrogen normalnya dituliskan sebagai ikatan tunggal, rotasi pada ikatan ini
terbatas karena adanya regonansi. amida memiliki sekitar 75-85 kj/mol hambatan rotasi
untuk interkonversi geometris isomer sedangkan Alkena memiliki hambatan rotasi sekitar
270 kj/mol. Sehingga alkena memiliki hambatan rotasi yang lebih besar. Hal ini
disebabkan karena ikatan alkena bersifat sterik dan tidak dapat berotasi (tidak fleksibel).
Percobaan terakhir adalah aromatisitas tiofena. Percobaan ini meneliti energi dari
hidrogenasi bertahap dari benzena dan tiofena. Pengamatan dilakukan dengan
menghitung energi panas reaksi hidrogenasi pada kedua senyawa tersebut. Panas reaksi
diperoleh dari rumus panas pembentukan produk dikurangi panas pembentukan reaktan.
Reaksi hidrogenasi terjadi pada benzena dan tiofen beserta panas reaksi secara berantai
terjadi sebagai berikut:

H2 H2 H2
0,63 kkal/mol -22,37 kkal/mol -23,31 kkal/mol

H2 H2
-9,6 kkal/mol -24 kkal/mol

Jika kita lihat dari reaksi diatas terlihat bahwa reaksi yang terjadi
mayoritas bersifat eksotermis dan spontan karena panas reaksi bernilai negatif namun
terdapat sau reaksi yang bersifat endotermis yaiutu, reaksi adsi pada benzena. Reaksi ini
bersifat endotermis karena bezena merupakan senyawa yang sangat stabil, sehingga
untuk memutus ikatan benzena yang stabil diperlukan energi yang lebih besar dari pada
reaksi adisi setelahnya. Dari data panas pembentkan pada tabel IV.3 terlihat bahwa
benzena memiliki kestabilan aromatis yang lebih tinggi dibandingkan dengan tiofen.
Terlihat dari panas pembentukan benzena yang lebih rendah dan reaksi adisi pada
benzena bersifat endotermis sedangkan pada tiofena bersifat eksotermis.
KESIMPULAN
Dalam percobaan reaksi radikal bebas pada alkena diperoleh senyawa radikal dengan
stabilitas tertinggi pada radikal 4. Pada percobaan rotasi amida diperoleh energi minimum
dan maksimum masing-masing terjadi pada sudut 180 dan 60 untuk senyawa
dimetilformamida dan pada sudut 100 dan 20 untuk senyawa benzamida. Sedangkan pada
percobaan aromatisitas tiofena diketahui bahwa benzena memiliki kestabilan aromatis
yang lebih tinggi dibandingkan dengan tiofen. Terlihat dari panas pembentukan benzena
yang lebih rendah dan reaksi adisi pada benzena bersifat endotermis sedangkan pada
tiofena bersifat eksotermis.

V. DAFTAR PUSTAKA
Chang, R., 2003, Kimia Dasar: Edisi Ketiga, Erlangga, Jakarta.
Fessenden, R. J., dan Fessenden, J. S., 1986, Kimia Organik, Edisi Ketiga, Jilid 2,
Erlangga, Jakarta.
March, J., 1992, Advanced Organic Chemistry. Reaction, Mechanism and Structure, 4th
Ed., John Wiley & Sons Inc., New York
LAMPIRAN
RADIKAL 1

RADIKAL 2
RADIKAL 3

RADIKAL 4
RADIKAL 5
DIMETILFORMAMIDA
BENZAMIDA
BENZENA

1,3-SIKLOHEKSADIENA
SIKLOHEKSENA

SIKLOHEKSANA
TIOFENA

DIHIDROTIOFENA
TETRAHIDROTIOFENA

Anda mungkin juga menyukai