garis pantai, maupun waduk atau rawa. Sebagai bagian dari kawasan lindung maka
pengelolaan dan pemanfaatan kawasan hutan lindung dan kawasan perlindungan setempat
diatur dengan kebijakan publik. Pemegang hak terhadap kawasan lindung tidak dapat
memanfaatkan kawasan atau mengubah fungsi semaunya, namun harus mengikuti peraturan
perundang-undangan yang ada.
PERLINDUNGAN RUANG JELAJAH BANTENG DALAM KESENJANGAN SISTEM
KAWASAN KONSERVASI DI KABUPATEN BANYUWANGI PROPINSI JAWA
TIMUR
MUCH. TAUFIK TRI HERMAWAN, M. BAIQUNI, & M. ALIIMRON, 2012 Vol VI no 2
Juli- September 2012
Kegiatan pengelolaan hutan harus memandang hutan sebagai suatu kesatuan ekosistem sesuai
dengan karakteristik wilayah masing-masing. Secara alami, keberadaan suatu hutan memiliki
fungsi perlindungan dan fungsi ekonomi. Pemisahan kawasan produksi dan Perlindungan
sebenarnya hanya penekanan terhadap pengelolaan fungsi tersebut. Pengelolaan hutan
tersebut harus mampu memaksimumkan fungsi hutan sehingga dapat memberikan manfaat
yang optimal dari aspek ekologi, sosial, dan ekonomi, baik bagi perusahaan maupun
masyarakat.
Pengelolaan kawasan perlindungan tidak lepas dari penilaian Kondisi Kawasan Perlindungan
Setempat (KPS). tujuan pengelolaan KPS secara khusus menjelaskan dalam hubungan
dengan biodiversity berkaitan dengan jalur koridor sintasan bagi satwa, jenis tanaman sebagai
cadangan dan sumber pakan bagi satwa merupakan prioritas penanganan yang urgent serta
kawasan yang dapat menimbulkan erosi dan mengganggu kinerja sumber air sebagai dampak
penting untuk kelola lingkungan. Tujuan penilaian kualitas Kawasan Perlindungan Setempat
adalah:
Memperoleh gambaran mengenai kondisi Kawasan Perlindungan Setempat di setiap
kelompok sungai dan BKPH sehingga dapat menganalisa tingkat kekritisan lahan sebagai
dasar perencanaan perbaikan untuk tetap menjaga fungsi utamanya sebagai perlindungan
sistem penyangga kehidupan.
Menetapkan status fungsi konservasi petak/anak petak yang masuk ke dalam kawasan
Perlindungan Setempat.
Menilai dan memonitor keberadaan Kawasan Perlindungan Setempat dalam rangka
mengoptimalkan fungsi dan peran kawasan perlindungan, dan sebagai salah satu tempat
koridor sintasan satwa serta kesediaan pakan satwa terutama RTE dengan penanaman jenis
lokal yang diidentifikasi sebagai pakan satwa RTE sebagai salah satu bentuk pengelolaan di
kawasan biodiversity di seluruh BKPH dalam wilayah Perum perhutani KPH Kebonharjo.
Kegiatan ini berguna sebagai:
Bahan dasar dalam penyusunan rencana pengelolaan dan penataan kawasan perlindungan
setempat.
Bahan pertimbangan dalam implementasi pelaksanaan pengelolaan kawasan Perlindungan
Setempat.
http://sitrw.bappedapemalang.info/content.php?
query=kawasanlindung_perlindungan&top=rencana_polaruang
Kawasan perlindungan setempat diperuntukkan bagi kegiatan pemanfaatan lahan yang dapat
menjaga kelestarian jumlah, kualitas dan penyediaan tata air dan kelancaran serta ketertiban
pengaturan dan pemanfaatan air dari sumber-sumber air.
Pengendalian kegiatan yang ada disekitar sungai dengan memanfaatkan lahan di daerah
manfaat sungai dapat diperuntukan bagi kegiatan tertentu sebagai berikut :
Kegiatan budidaya pertanian dengan jenis tanaman yang diizinkan; namun lebih
diutamakan dilakukan penanaman tumbuhan/ pepohonan berakar dalam guna
mencegah terjadinya longsor;
Untuk pemasangan papan reklame, papan penyuluhan dan peringatan, rambu-rambu
pekerjaan/pengamanan, serta sarana bantu navigasi pelayaran;
Untuk pemasangan rentang kabel listrik, kabel telepon, dan pipa air minum;
Untuk pemancangan tiang atau pondasi prasarana jalan/jembatan umum; dan
Untuk pembangunan prasarana lalu lintas air dan bangunan pengambilan dan
pembuangan air.
Untuk menyelenggarakan kegiatan bagi masyarakat yang tidak menimbulkan dampak
merugikan bagi kelestarian dan fungsi sungai (dapat digunakan untuk olah raga,
rekreasi, parkir dan lain-lain).
Untuk pemanfaatan lain yang diatur melalui peraturan daerah sesuai dengan kondisi
sungai dan kondisi daerah, serta tetap mempertimbangkan kelestarian dan fungsi
sungai.
Pemanfaatan badan air sungai dapat diperuntukan bagi kegiatan tertentu sebagai berikut:
Pengelolaan kawasan lindung secara khusus diatur oleh Keputusan Presiden nomor 32
tahun 1990. Kebijakan tersebut disusun sebagai pedoman pengelolaan kawasan
lindung di dalam pengembangan pola tata ruang wilayah. Undang-undang No 26
tahun 2007 tentang Penataan Ruang juga menyebutkan keharusan penetapan kawasan
lindung selain kawasan budidaya.
Sempadan sungai merupakan kawasan sepanjang kiri kanan sungai, termasuk sungai
buatan/kanal/ saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat penting untuk
mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Berdasarkan Keppres 32/1990 lebar
minimal 100 meter untuk sungai besar dan 50 meter untuk sungai kecil. Di sekitar
pemukiman, lebar kawasan sempadan sekitar 10-15 meter. Sedangkan pada PP
47/1997, kriteria sempadan sungai yang bertanggul minimal 5 meter dari batas luar
tanggul, sedangkan yang tidak bertanggul ditentukan oleh pejabat berwenang
berdasarkan pertimbangan teknis dan sosial. Di dalam sektor kehutanan, melalui
Undang-Undang Kehutanan No 41/1999, kriteria sempadan sungai sesuai dengan
kriteria berdasarkan KepPres 32/1990.
Asisten Deputi Bidang Data dan Informasi Deputi Bidang Pembinaan Sarana Teknis
dan Peningkatan Kapasitas Kementerian Negara Lingkungan Hidup Desember 2007