Anda di halaman 1dari 5

1.

Mengenal & Memahami Tri Dharma Perguruan Tinggi


Masa depan bangsa ditentukan oleh perguruan tinggi dalam pelaksanaan Tridharma dimana
mahasiswa dibekali pendidikan berkualitas oleh dosen dan aktif dalam menjawab tantangan
bangsa.
Melalui Tridharma, mahasiswa diharapkan mampu menjadi kaum intelektual yang bergagasan,
berpikir kritis, dan bercita-cita membawa perubahan pada negeri tercinta kita ini ke arah yang
lebih baik.
Dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 pasal 1, disebutkan bahwa Tridharma Perguruan
Tinggi yang selanjutnya disebut Tridharma adalah kewajiban Perguruan Tinggi untuk
menyelenggarakan Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian kepada masyarakat.
Tridharma inilah yang menjadi 3 pilar perguruan tinggi yang harus dijalankan oleh dosen dan
terutama mahasiswa sebagai agen perubahan.

1. Pendidikan
Sudah tidak terbantahkan, pendidikan merupakan prioritas negara dalam membangun mahasiswa
yang cerdas dan berkualitas.
Disebutkan dalam Undang-Undang Dasar, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, sertaketerampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara.
Dengan pendidikan, mahasiswa diharapkan lebih siap dalam menghadapi zaman yang modern
dan penuh tantangan ini, lebih peduli dan mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan
yang terjadi pada bangsa dan negara.
Mahasiswa juga diharapkan untuk mendalami bidang keilmuan yang diambilnya dan
mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat bermanfaat untuk
masyarakat.

2. Penelitian
Sebagai insan yang cerdas, mahasiswa diharapkan mampu menerapkan bidang keilmuan yang
didalaminya yaitu dengan melalui penelitian.
Jadi, mahasiswa tidak hanya sekedar tau tetapi mampu mengembangkan ilmu yang didapatinya
sesuai dengan arus zaman.
Dengan adanya penelitian, mahasiswa diharapkan mampu menyampaikan sikap dan solusi untuk
isu-isu yang terjadi secara nasional maupun global, mengembangkan pemikiran yang kritis dan
bijak, dan melahirkan ide-ide yang kreatif dan inovatif untuk kepentingan bangsa dan negara.
Salah satu contoh penelitian adalah melihat potensi-potensi bidang keilmuan supaya bisa
diterapkan lebih luas dalam kehidupan bermasyarakat.
Unsur Tridharma kedua ini sangatlah penting. Perguruan tinggi tanpa adanya penelitian akan
dianggap sebagai perguruan tinggi yang tidak produktif dan tertinggal.

3. Pengabdian Masyarakat
Mahasiswa merupakan penghubung antara masyarakat dan pemerintah.
Mahasiswa memiliki hak untuk menyampaikan aspirasi rakyat kepada pemerintah, mengkritisi
kebijakan-kebijakan pemerintah yang dianggap tidak adil terhadap rakyat, dan membela
kepentingan rakyat dengan menjunjung tinggi moral, etika, dan nilai-nilai luhur pendidikan.
Selain itu, pengabdian masyarakat juga dapat berupa sosialisasi, bakti sosial, mengajar di
sekolah-sekolah pedalaman, dan penyelenggaraan acara-acara lainnya yang dapat meningkatkan
kesejahteraan rakyat.
Pola pikir yang kritis diperlukan bagi mahasiswa untuk melakukan pengabdian masyarakat.
Unsur-unsur di dalam Tridharma saling berkaitan dan jika salah satu unsur tidak dijalankan,
maka unsur-unsur lain mungkin juga tidak bisa berjalan dengan lancar.
Ilmu yang didapat melalui proses pendidikan digunakan untuk kebutuhan penelitian.
Ilmu yang dikembangkan melalui penelitian kemudian digunakan untuk kebutuhan pengabdian
kepada masyarakat sehingga ilmu-ilmu tersebut dapat membawa masyarakat menjadi lebih
sejahtera, maju, dan modern.

2. Implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam


membangun motivasi dan kreativitas berwirausaha
Peranan perguruan tinggi dalam memotivasi mahasiswa menjadi seorang wirausahawan
muda sangat penting dalam menumbuhkan jumlah wirausahawan. Dengan meningkatnya
wirausahawan dari kalangan sarjana akan mengurangi pertambahan jumlah pengangguran
bahkan menambah jumlah lapangan pekerjaan. Pertanyaannya adalah bagaimana pihak
perguruan tinggi dapat mencetak wirausahawan muda. Pendidikan kewirausahaan di
Indonesia masih kurang memperoleh perhatian yang cukup memadai, baik oleh dunia
pendidikan maupun masyarakat. Banyak pendidik yang kurang memperhatikan penumbuhan
sikap dan perilaku kewirausahaan sasaran didik, baik di sekolah-sekolah menengah, maupun
di pendidikan tinggi. Orientasi mereka, pada umumnya hanya pada menyiapkan tenaga kerja.
Program penguatan untuk mendorong aktivitas berwirausaha dan percepatan pertumbuhan
wirausaha baru telah di canangkan pemerintah direktorat jendral pendidikan tinggi telah
mengembangkan beragam program kewirausahaan. Pada tahun 2009 telah dikenalakan
Program Mahasiswa wirausaha ( PMW ) untuk menjembatani para mahasiswa memasuki
dunia bisnis rill melalui fasilitas – fasilitas bisnis yang ada. Di sisi lain aktifitas ekstra
kurikuler mahasiswa yang sistematik juga dapat membangun motivasi dan sikap mental
kewirausahaan. Pembinaan mahasiswa dalam berbagai kegiatan minat dan bakat keilmuan
kesejahteraan atau keorganisasian lainnya mampu memberikan keterampilan untuk
berwirausaha. Sebagai para tokoh politik, CEO atau dalam unit pers ( koran kampus) juga
sukses menjadi wirausaha dalam industri penerbitan. Pembinaan tersebut mampu melahirkan
kreatifitas dan inovasi sebagai energi utama kewirausahaan. Pengalaman dan manfaat
ekonomi bisnis tersebut digunakan untuk mengembangkan jiwa kewirausahaan yang ada
dikalangan mahasiswa. Banyak dari alasan para mahasiswa yang menghindari berwirausaha
adalah dikarenakan kurangnya tuntunan dan pengertian tentang cara mengelola usaha.
Pendidikan oleh perguruan tinggi mempunyai peran yang penting dalam pembentukan
kewirausahaan. Kewirausahaan bukan dimulai dari seseorang yang mengetahui apa-apa,
melainkan dari seseorang yang memiliki pendidikan yang cukup. Tidak harus pendidikan
formal dan setinggi-tingginya, tetapi pendidikan dari pengalaman yang menunjang
kemampuan seorang wirausaha untuk memulai bisnisnya. Namun, Churchill (1987) memberi
sanggahan terhadap pendapat ini, menurutnya masalah pendidikan sangatlah penting bagi
keberhasilan wirausaha. Bahkan dia mengatakan bahwa kegagalan pertama dari seorang
wirausaha adalah karena dia lebih mengandalkan pengalaman daripada pendidikan.
Namun, dia juga tidak menganggap remeh arti pengalaman bagi seorang
wirausaha.Baginya, sumber kegagalan kedua adalah jika seorang wirausaha hanya
bermodalkan pendidikan tapi miskin pengalaman lapangan. Oleh karena itu perpaduan antara
pendidikan dan pengalaman adalah faktor utama yang menentukan keberhasilan wirausaha.
Diharapkan dengan peran aktif perguruan tinggi dalam mengembangkan atmosfer
entrepreneurship di kalangan mahasiswa kelak mahasiswa lulusan perguruan tinggi
mempunyai jiwa entrepreneurship yaitu berupa soft skill yang tentunya akan berguna dalam
dunia kerja. Bila kita berbicara entrepreneurship, maka akan ada proses untuk
mengembangkan jiwa-jiwa seorang entrepreneur yang harus dimiliki oleh mahasiswa. Inilah
poin penting yang harus menjadi acuan perguruan tinggi. Soft skill inilah yang harus
dikembangkan dalam setiap lulusan perguruan tinggi, karena skill teknis berdasarkan nilai
akademis hanya berpengaruh 10 % untuk karir, sebaliknya karir lebih mengutamakan soft
skill. Entrepreneurship adalah hal penting yang harus dipersiapkan dalam setiap lulusan
perguruan tinggi agar sumber daya manusia yang tercipta adalah sumber daya yang unggul.
Semakin baik perguruan tinggi menyiapkan soft skill lulusannya, semakin siap pula mereka
menghadapi dunia kerja, bahkan wirausaha. Soft skill ini seperti kemampuan berbicara di
muka umum,kemampuan memecahkan konflik, melihat peluang yang ada untuk dapat
dimanfaatkan, rasa percaya diri, interaksi yang baik dengan sesama manusia, dan lain-lain.
Hal ini juga bermanfaat dalam menyiapkan sumber daya manusia yang handal dan berdaya
saing tinggi untuk dapat mengejar ketertinggalan dengan dunia lain, karena globalisasi dunia
yang terjadi di dunia membuat semua negara berlomba-lomba untuk mempersiapkan diri.
Selain itu diharapkan akan semakin menumbuhkan wirausaha-wirausaha baru yang inovatif
dan kreatif baik sesuai dengan jurusan yang digelutinya atau di luar dari itu, dengan
entrepreneurship mungkin ke depannya akan ditemukan berbagai produk barang dan jasa
yang dapat menjawab kebutuhan dan permasalahan yang ada di masyarakat.
Peranan perguruan tinggi dalam mengembangkan jiwa kewirausahaan di kalangan
mahasiswa adalah :
1. Kurikulum Entrepreneurship dan pengembangan minat mahasiswa.
Saat ini peran perguruan tinggi yang menjadikan entrepreneurship sebagai program studi
kewirausahaan adalah Mata kuliah entrepreneurship dapat disesuaikan dengan program
studi atau jurusan setiap mahasiswa sehingga diharapkan ke depannya mahasiswa dapat
menciptakan karya-karya inovatif baru yang menjadi penjawab kebutuhan
masyarakat dan disesuaikan dengan kebutuhan lokal. Kurikulum pengembangan minat dan
bakat juga perlu diterapkan untuk pelatihan otak kanan,karena selama satu semester
mahasiswa dibekali ilmu utama sesuai dengan jurusannya, perguruan tinggi perlu
mengadakan kurikulum sesuai minat dan bakat mahasiswa yang kelak dari sini dapat
memunculkan produk-produk inovatif dan kreatif .
2. Ajang kreativitas mahasiswa.
Ajang ini bertujuan pengembangan kreativitas mahasiswa. Setelah mahasiswa mendapatkan
materi-materi yang berhubungan dengan entrepreneurship seperti manajemen sumber daya
uang, manajemen sumber daya keuangan, time management, business plan, dan lain-lain.
Kini saatnya mahasiswa saling membuktikan kreativitasnya berwirausaha melalui ajang
kreativitas mahasiswa. Saat ini DIKTI telah mengadakan program seperti PKM, co-opt, dan
PMW. Yang menjadi kendala adalah DIKTI mempunyai aturan baku mengenai adminstratif,
prosedur penulisan proposal, dan lain-lain. Sehingga karya mahasiswa yang tergolong bagus
sering tidak lolos seleksi DIKTI karena hal sepele dalam administratif. Perguruan tinggi
dapat membuat ajang kreativitas mahasiswa serupa PKM dan PWM dalam tingkat
univeristas. Dalam ajang ini PT tetap mempunyai standar penulisan proposal yang wajib
diikuti oleh semua mahasiswa, tapi unsur ketidaklolosan proposal dibuat dalam tingkatan
maksimal kesalahan proposal. Misalnya, bila suatu proposal terdapat kesalahan pada
administratif baiknya dibuat skala presentasinya. Jadi tidak otomatis proposal yang hanya
sedikit terdapat kesalahan administarif langsung tidak lolos tapi mempertimbangkan juga hal
hal lain dalam proposal tersebut.
3. Kelompok studienterpreneurship :
Perguruan tinggi dapat menstimulasi mahasiswa yang sudah bergerak dalam
entrepreneurship atau tertarik dalam entrepreneurship untuk tergabung dalam kelompok studi
ini.
4. Penggalakan event kreatifitas mahasiswa.
Perguruan tinggi dapat menstimulasi mahasiswa untuk mengadakan event yang memicu dan
merangsang kreativitas mahasiswa dalam usaha pengembangan soft skill. Misalnya diadakan
festival kebudayaan yang rutin diadakan setiap bulannya dan event ini dapat merangkul
semua mahasiswa untuk turut berrpartisipasi dan berkontribusi.
5. Training/workshop softskill.
Dengan diadakannya training/workshop, mahasiswa dapat mengasah kemampua soft skill
mereka.Training/workshop diikuti wajib oleh semua mahasiswa.
KESIMPULAN

Demi kemajuan dan kesejahteraan bangsa. Perguruan tinggi dalam perannya mencetak lulusan
lulusan yang mempunyai kemampuan hard skill perlu diimbangi dengan kemampuan soft skill.
Soft skil adalah kemampuan yang diperoleh melalui sebuah proses. Perguruan tinggi penting
untuk dapat menenekankan pentingnya soft skill kepada mahasiswa. Karena soft skill adalah
salah satu permasalah mengapa masih tingginya angka pengangguran di Indonesia.
Kewirausahaan adalah salah satu alternative solusi untuk memecahkan masalah pengangguran.
Dengan kewirausahaan akan membuka lapangan pekerjaan yang baru, memunculkan karya karya
dan inovasi yang menjawab kebutuhan masyarakat dan menciptakan manusia mandiri dan
bersoft skill kuat.

Anda mungkin juga menyukai