Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. karena berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan proposal penelitian ini. Tujuan dari
laporan penelitian ini adalah untuk melengkapi persyaratan yang harus dipenuhi
dalam syarat kelulusan.
1. Ibu Ir. Wiwik Indrawati, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Teknik Kimia.
2. Bapak Budhi Indrawijaya S.T, M.Si selaku Koordinator Penelitian.
3. Bapak Dr. Joni Prasetyo, S.T., M.T selaku Pembimbing Penelitian.
4. Seluruh dosen beserta jajaran staf tata usaha Teknik Kimia Universitas
Pamulang.
5. Kedua orang tua penulis yang selalu memberikan dukungan baik moril
maupun materi.
6. Teman satu kelompok sekaligus seperjuangan yang membantu dalam
menyusun Laporan Penelitian ini.
Hasil penelitian ini disusun dalam bentuk Laporan Penelitian. Penulis menyadari
masih banyak kesalahan dalam segi materi maupun penyajiannya. Semoga Laporan
Penelitian ini bisa dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya. Atas perhatian dan
kerja sama yang diberikan kami ucapkan terima kasih.
Penyusun
ii Universitas Pamulang
ABSTRAK
PENAPISAN MIKROBA YANG MAMPU MENANGKAP H2S DALAM BIOGAS
DARI AIR KOLAM, KOTORAN SAPI DAN LIMBAH SCRIBBER UNTUK PLT
BIOGAS
Biogas merupakan energi alternative terbarukan yang dapat diproduksi dari POME
(Limbah cair kelapa sawit). Kandungan senyawa didalam biogas pada umumnya
terdiri dari metana (CH4), karbon dioksida (CO2) dan sejumlah kecil hydrogen sulfida
(H2S) adaapun nitrogen (N2) dan oksigen (O2) biasanya dari sisa komposisi udara
yang teranalisa dalam sampel. Kandungan H2S dalam biogas umumnya bersifat
korosif sehingga sering menjadi masalah di lingkungan sekitar karena dapat merusak
peralatan. Salah satu cara meminimalkan senyawa H2S yaitu dengan proses
mikrobiologi menggunakan mikroorganisme seperti Thiobacillus, Mikroalga, dan
lainnya. Sampel yang digunakan yaitu air kolam, kotoran sapi, limbah scrubber.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui proses screening dan isolasi mikroba
yang mampu mengikat H2S dan dapat digunakan pada pemurnian biogas. Hasil dari
penelitian ini menunjukan adanya penurunan pH pada sampel air kolam, dan terdapat
endapan pada sampel kotoran sapid an limbah scrubber. Terjadinya endapan dan
penurunan pH pada sampel dapat diprediksi hidupnya mikroba yang kemungkinan
dapat mengikat sulpur/H2S pada biogas.
Kata kunci : Biogas, air kolam, kotoran sapi, limbah scrubber, hydrogen sulfida
(H2S), isolasi, screening, Thiobacillus, Mikroalga.
i Universitas
DAFTAR ISI
i Universitas
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian......................................................19
3.2 Variabel Penelitian.......................................................................19
3.3 Alat dan Bahan.............................................................................19
3.4 Cara Kerja....................................................................................20
3.4.1
Pengujian Mikroba Pengikat H2S.......................................20
3.4.2 Isolasi Pada Media Agar .............................................. 20
3.4.3 Media Pertumbuhan ………………………………… 22
3.4.4 Media Seleksi …………………………………........... 23
3.4.5 Diagram Alir ................................................................ 24
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 25
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA
v Universitas
DAFTAR
Tabel 2.1 Komposisi Biogas ........................................................................... 3
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian....................................................................16
v Universitas
DAFTAR
Gambar 2.1 Subtrat Dari Pome Dan Produk Dalam Sebuah Proses Konversi Biologis
Anaerobik......................................................................................................................4
v Universitas
BAB
PENDAHULUAN
1 Universitas
2
Universitas
3
Universitas
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4 Universitas
5
Subtract :
Konversi Biologis Anaerobik. Produk :
Limbah Cair Kelapa Sawit (POME)
Gas
POME.
Gambar 2.1 Subtrat Dari Pome Dan Produk Dalam Sebuah Proses
Konversi Biologis Anaerobik
2.1.2 Mikroalga
Mikroalga merupakan organisme air fotoautropik uniseluler atau
multiseluler (Biondi and Tredici, 2011). Secara umum mikroalga dikenal
sebagai organisme mikroskopik yang hidup dari nutrien anorganik dan
Universitas
6
Universitas
7
Universitas
8
2.1.4 Bioscrubber
Teknologi bioscrubber merupakan modifakasi teknologi biofilter. Udara
terkontaminasi ditarik ke dalam tangka dan disemburkan (spray) dengan aliran
liquid yang mengandung suspense mikroorganisme. Liquid tersebut secara terus
menerus disirkulasi dari spray chamber dan unit proses lumpur aktif dimana oada
unit tersebut biodegradasi terjadi.
Limbah bioscrubber merupakan hasil buangan bioscrubber system. Biogas
yang sudah dihasilkan dari reactor biogas kemudian dialirkan menuju
bioscrubber system, yang memiliki fungsi untuk menghilangkan kandungan gas
H2S dalam biogas dihilangkan hingga mencapai < 200 ppm. Sebelum menuju
bioscrubber
Universitas
9
treated POME ysng berasal dari reactor biogas dialirkan menuju Weir Tank dan
sebagian lainnya ditampung dalam buffer tank. Hasil buangan dari bioscrubber
system dialirkan menuju final effuluent.
1. NO- →
3
NO →
2
N (dilepas keudara)
2. H2S → S + O2 → H2SO4
Universitas
1
Universitas
1
dan sebagai spesies dominan dalam penghapusan nitrat dalam berbagai aplikasi.
Thiobacillus denitrificans mampu mengurangi tidak hanya nitrat, tetapi juga
nitrit. Thiobacillus denitrificans juga sedang
dipertimbangkan untuk menghilangkan sulfida, di sumber
limbah kaya sulfida seperti di gas asam dan air, dan dalam caustic borosulfik.
Senyawa belerang di lingkungan yang tidak diinginkan karena toksisitas
mereka, bau tidak menyenangkan, sifat korosif, dan permintaan oksigen yang
tinggi. Penghilangan belerang lengkap dicapai dengan oksidasi parsial sulfida
menjadi unsur belerang yang diikuti oleh pemisahan fasa. Oksidasi aerobik
sulfida adalah metode yang disukai untuk menghilangkan sulfida dalam air
limbah industri, tetapi jika kedua nitrat dan sulfida hadir, seperti yang umum
dalam industri makanan, denitrifikasi autotrofik lebih disukai. Rasio sulfida
/ nitrat untuk T. denitrificans dapat dimanipulasi untuk mengendalikan nasib
oksidasi sulfida menjadi sulfur unsur atau sulfat. Ada kekhawatiran tentang jejak
logam dan sulfat yang dihasilkan dalam oksidasi sulfida Thiobacillus
denitrificans
, karena oksidasi dapat menyebabkan peningkatan motilitas logam berat dan
potensi toksisitas, dan sulfat dapat berkontribusi terhadap eutrofikasi.
Universitas
1
Universitas
1
Universitas
1
Isolasi mikroba dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara penggoresan
dan penaburan (Meryandini,dkk, 2009). Tingkat dimana selulosa
dimetabolisme diatur oleh sejumlah lingkungan dan tanah yang bervariasi
dalam karakteristik fisik dan kimia proses kapasitas selulotik sangat berbeda.
Lingkungan utama, faktor yang mempengaruhi transformasi adalah tingkat
ketersediaan nitrogen, air, suhu, aerasi, kelembaban, pH, kehadiran
karbohidrat lainnya dan proporsi relatif dari lignin dalam residu tanaman
(Nur, dkk, 2008). Teknik isolasi adalah suatu teknik yang menggunakan
media yang disterilisasikan (dihilangkan dari berbagai jenis mikroba) dan
peralatan dikenal aseptic (tidak terkontaminasi Mikroorganisme). Ada dua
metode umum untuk
isolasi dan pemisahan mikroorganisme :
1. Metode penggoresan agar (streak plate)
2. Metode penuangan agar (pour plate).
Adapun metode yang digunakan, mikroba-mikroba tersebut dipisahkan
dari yang berkelompok diatas cawan yang sudah diinkubasi. Kemudian
populasi tersebut membentuk koloni. Koloni tersebut merupakan sel tunggal
yang disebut klon (Vanadiningrum, 2008).
2.1.7 Media
Media adalah suatu substrat dimana mikroorganisme dapat tumbuh yang
disesuaikan dengan lingkungan hidupnya. Media kultur berdasarkan
konsistensinya dibedakan atas tiga macam, yaitu, media cair (liquid medium),
media semi padat (semi solid medium), dan media padat (solid medium).
Contoh dari media cair yaitu seperti NB (Nutrient Broth ), Lactose Broth (LB)
dan kaldu sapi. Contoh dari media semi padat yaitu agar dengan konsentrasi
rendah 0,5%, dan SIM (Sulfida Ino Motil) dan contoh dari media padat yaitu
Nutrient Agar (NA), Plate Count Agar (PCA), Potato Dextrose Agar
(PDA), gelatin, silika gel dan beberapa limbah pertanian berbentuk padat.
Salah satu syarat media yang baik ialah media harus mempunyai tekanan
osmotik, tegangan permukaan, dan pH yang sesuai dengan kebutuhan
mikroba.
Universitas
1
Universitas
1
2.1.8 Suhu
1. Suhu Pertumbuhan Mikroba
Pertumbuhan mikroba memerlukan kisaran suhu tertentu suhu
minimum : suhu terendah tetapi mikroba masih dapat hidup. Suhu
optimum: suhu paling baik untuk pertumbuhan mikroba. Suhu maksimum :
suhu tertinggi untuk kehidupan mikroba.
Berdasarkan tingkat suhu dapat dikelompokkan yaitu :
a. Psikrofil : kelompok mikroba yang dapat tumbuh pada suhu 0°C -
30°C dengan suhu optimum sekitar 15°C.
Universitas
1
Bakteri yang hidup di dalam tanah dan air, umumnya bersifat mesofil,
tetapi ada juga yang dapat hidup diatas 50°C (termotoleran). Contoh bakteri
mesofil yang termotoleran (dapat hidup diatas 50°C) adalah Methylococcus
capsulatus. Contoh bakteri termofil adalah Bacillus, Clostridium, Sulfolobus,
dan bakteri pereduksi sulfat/sulfur. Contoh bakteri psikrofil adalah bakteri
yang hidup di laut (fototrof) dan bakteri besi (Gallionella).
2. Pengaruh Suhu tinggi
Apabila mikroba dihadapkan pada suhu tinggi diatas suhu maksimum, akan
memberikan beberapa macam reaksi: Titik Kematian Termal adalah suhu yang
dapat mematikan spesies mikroba dalam waktu 10 menit pada kondisi tertentu.
Waktu Kematian Termal adalah waktu yang diperlukan untuk membunuh
suatu spesies mikroba pada suatu suhu yang tetap. Faktor-faktor yang
mempengaruhi Titik kematian termal ialah :
a. Waktu e. Umur mikroba
Universitas
1
b. Kelembaban f. pH
c. Suhu g. Komposisi medium
d. Spora
Universitas
2
Universitas
BAB 3
METODE PENELITIAN
2 Universitas
2
Universitas
2
Universitas
2
c. Air 800 mL
2. Panaskan dalam oven selama 30 menit dalam suhu 1200C
3. Tiriskan, pisahkan kedalam dua buah erlenmeyer masing-masing 150
mL, dan kedalam botol plastic sebanyak 100 mL.
4. Tambahkan dengan sampel yang sudah ada, Erlenmeyer 1 (media + 50
mL kotoran sapi), Erlenmeyer 2 (media + 50 mL bioscruber), botol
plastik (100 mL media + 50 mL air kolam dan aerasi).
5. Amati dan catat pH nya selama beberapa hari.
Mulai
Isolasi mikroba
Potensi Media Mengandung Sulfur
Catat Hasil
Selesai
Universitas
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hal ini dapat di identifikasi bahwa endapan sulfur tidak terbentuk diakibatkan
oleh perlakuan aerasi setiap hari. Dan diduga bahwa garam sulfur berubah
menjadi asam dengan ditunjukkan pada perubahan pH yang berubah semakin
asam.
2. Isolasi pada media agar yang dilakukan setelah sampel diaerasi selama 2
minggu, terlihat pertumbuhan mikroba pada media agar, yang ditandai
dengan bintik putih seperti gambar berikut 4.2 berikut ini.
2 Universitas
2
Pada media agar yang telah diolesi dengan sampel terlihat bahwa seluruh
sampel dterdapat bintik putih yang diindikasi merupakan mikroba.
3. Pada media pertumbuhan yang telah dibuat, sampel dibuat menjadi tiga (air
kolam, kotoran sapi, dan bioscrubber). Sampel kotoran sapi dan air kolam
didapatkan dari hasil isolasi sebelumnya. ketiga sampel berikut kemudian
diaerasi kembali, untuk diamati pH dengan durasi aerasi dikurangi menjadi 2
Universitas
2
Universitas
2
Pada sampel kotoran sapi dan bioscrubber terbentuk endapan, endapan pada
sampel bioscrubber lebih banyak, yang kemudian diambil endapannya.
Universitas
BAB 4
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
Proses isolasi dan screening pada mikroba menggunakan metode isolasi
secara konvensional, dan dilakukan aerasi pada seluruh sampel. Setelah
dilakukan proses screening dengan aerasi didapat hasil pada sampel tidak
terbetuk endapan namun terjadi penurunan pH yang terindikasi terbentutknya
sulphur. Namun sulphur yang terbentuk tidak menjadi endapan melainkan
berubah menjadi H2SO4 atau asam sulfat terlarut. Pada tahap isolasi sampel
scrubber dan kotoran sapi tidak terjadi penurunan pH namun cenderung
mengalami kenaikan pH, tetapi terbentuk endapan pada kedua sampel.
Terjadinya penurunan pH dan terbentuk endapan diprediksi hidupnya mikroba
yang memungkinkan dapat mengikat sulphur/H2S dalam sampel.
B. Saran
Berdasarkan dari proses penelitian yang telah berlangsung selama ini terdapat
beberapa saran sebagai berikut:
1. Penelitian ini masih menggunakan metode secara konvensional, perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan metode lainnnya.
2. Penelitian ini hanya sebatas memprediksi terbentuknya mikroba yang
kemungkinan dapat mengurai H2S, namun perlu dilakukan pengujian lebih
lanjut.
3. Penelitian ini masih pada tahap prediksi terbentuknya sulphur yang
berdasarkan pada terbentuknya endapan, dan harus dilakukan pengujian
dan Analisa lebih lanjut.
2 Universitas
DAFTAR PUSTAKA
Nur, H. S., A. Meryandini, dan Hamim. 2008. Pemanfaatan Bakteri Selulotilik dan
Xilalotilik yang Polinase untuk Dekomposisi Jerami Padi. J. Tanah
Tropis Vol. 14 No. 1.
Universitas
Pelczar, M.J. and Chan, E.C.S. 2006, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Jilid I, Penerjemah:
Ratna Sri Hadioetomo, Teja Imas, S. Sutarmi Tjitrosomo, dan Sri
Lestari Angka, UI Press, Jakarta, 46, 117.
Peyruze Ozmen, Solmaz Aslanzadeh. 2009. Biogas Production from municipal waste
mixed with different proportion of orange peel. University of Boras :
Sweden.
Purwitasari, A.T., M.A. Alamsjah, and B.S. Rahardja. 2012. Pengaruh KOnsentrasi
zat Pengatur Tumbuh terhadapa Pertumbuhan Nanochloropis oculata.
Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga, Surabaya. 1
(2): 61-70.
Setyati, W. A. dan Subagiyo. 2012. Isolasi dan Seleksi Bakteri Penghasil Enzim
Ekstraseluler yang Berasal dari Sedimen Kawasan Manggrove. Ilmu
Kelautan Vol. 17 No. 3.
Sudarkoco, S. 1992. Penggunaan bahan Organik pada Usaha Budidaya
Tanaman Lahan Kering serta Penolahannya. Skripsi. Fakultas
Pertanian IPB. Bogor. 78 hlm.
Vanadianingrum, E. S. 2008. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Penghasil Enzim
Xilanase dari Cairan Rumen Kambing dan Domba sebagai Sumber
Panas di Cipanas. [Skripsi] Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Wahyono, E.H. dan Sudarno, N. 2012, Biogas Energi Ramah Lingkungan, Diktat
ITTO, Bogor, 2012.
Waluyo, Lud. 2005. Mikrobiologi Umu. Malang : UMM Press.
Waluyo, Lud. 2010. Teknik dan Metode Dasar dalam Mikrobiologi. UMM Press,
Malang.
Universitas
LAMPIRAN
Universitas
Pembuatan Nutrisi Untuk
Universitas
Pengambilan
Universitas