Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

Dunia kedokteran saat ini sangat maju dengan pesat terutama dengan
perkembangan dan aplikasi komputer bidang kedokteran sehingga ilmu radiologi
turut berkembang pesat mulai dari pencitraan organ sampai ke pencitraan selular
atau molekular. Di Indonesia perkembangan kedokteran terutama dalam bidang
radiologi masih banyak dilakukan serta perlu dukungan pemerintah.

Wilhelm Conrad Roentgen seorang ahli fisika di Universitas Wurzburg,


Jerman, pertama kali menemukan sinar Roentgen pada tahun 1895 sewaktu
melakukan eksperimen dengan sinar katoda. Kemudian ditemukanlah sinar yang
disebutnya sinar baru atau sinar X. Baru di kemudian hari orang menamakan
sinar tersebut sinar Roentgen sebagai penghormatan kepada Wilhelm Conrad
Roentgen. Penemuan Roentgen ini merupakan suatu revolusi dalam dunia
kedokteran karena ternyata dengan hasil penemuan itu dapat diperiksa bagian-
bagian tubuh manusia yang sebelumnya tidak pernah dapat dicapai dengan cara-
cara konvensional.

Pada keadaan penyakit yang berhubungan dengan abdomen (traktus


gastrointestinal maupun traktus urinarius), pemeriksaan fisik saja tidak cukup
dalam menunjang diagnosa, dan untuk memastikannya dapat dilakukan
pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan radiologis. Pada pemeriksaan
radiologis untuk pemeriksaan abdomen dapat dilakukan dengan berbagai teknik
pengambilan foto, antara lain foto polos abdomen, foto abdomen 3 posisi, USG
abdomen, tomografi komputerisasi, maupun dengan menggunakan media kontras
seperti colon in loop maupun IVP. Hal pemeriksaan radiologis abdomen yang
paling mendasar dan paling mudah adalah teknik pemeriksaan foto polos
abdomen.

Pemeriksaan abdomen dikelompokkan menjadi dua yaitu pemeriksaan


abdomen dengan persiapan dan pemeriksaan abdomen tanpa persiapan.
Pemeriksaan abdomen dengan persiapan dilakukan setelah pasien melakukan

Pemeriksaan Radiologi Foto Abdomen 3 Posisi Page 1


persiapan khusus sebelum pemeriksaan, oleh karena diharapkan dengan persiapan
tersebut rongga dari pada abdomen dapat terhindar dari bayangan feses dan udara.
Sehingga dapat memberikan gambaran foto abdomen yang lebih informatif sesuai
dengan diagnosa klinis. Namun pada keadaan – keadaan tertentu seperti telah
terjadinya akut pada abdomen, foto abdomen polos tidak dapat ditunda dengan
dilakukannya persiapan kepada pasien terlebih dahulu. Oleh karena pada pasien
dalam keadaan tersebut memerlukan tindakan diagnosa dan penanganan dengan
segera.

Untuk beberapa kasus akut abdomen, pemeriksaan foto abdomen 3 posisi


(supine, erect, left lateral decubitus) sangat dianjurkan untuk melihat ada
tidaknya perforasi, gangguan pasase usus (ileus) secara mekanik maupun
paralitik, cairan didalam rongga peritoneum, batu radioopak dan sebagainya.

Pemeriksaan Radiologi Foto Abdomen 3 Posisi Page 2


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Anatomi Traktus Gastrointestinal & Traktus Urinarius


Anatomi dan mekanisme sistem pencernaan mulai dari makanan masuk ke
rongga mulut (cavum oris) yang dicerna secara mekanik serta kimiawi. Kemudian
melewati faring, lalu esofagus. Esofagus merupakan saluran muskuler dengan
panjang ±25cm dibagi menjadi 2 bagian (pars torakalis & pars abdominalis),
menembus diafragma (hiatus esofagus) pada vertebrae torakal 10. Kemudian
melewati gaster untuk mencerna bolus secara mekanik dan kimiawi. Terdapat 3
bagian yaitu pars cardiac, corpus dan pylorica. Setelah itu menuju ke usus halus
(intestinum tenue) yang dibagi menjadi 3 bagian yaitu duodenum (pars
descendens, transversum, ascendens) dengan panjang ±24cm dan memiliki
papilla duodeni mayor / ampulla vateri yang merupakan muara duktus koledokus
& duktus pankreatikus. Kemudian dibatasi ligamentum treitz menuju jejunum
(dinding tebal, banyak vaskularisasi) lalu ileum (dinding tipis, sedikit
vaskularisasi). Setelah melewati ileum terminalis, terdapat usus besar (intestinum
crassum) dengan panjang ±1,5m dan memiliki bagian khas yaitu taenia coli,
haustrae dan appendices epiploica. Sekum merupakan muara ileum (orifisium
ileosekalis) dan appediks vermiformis. Usus besar terdiri dari 4 bagian yaitu
colon ascendens (12-20cm, memiliki valva ileocaecalis & fleksura coli dextra /
fleksura hepatica), colon transversum (40-50cm, memiliki fleksura coli sinistra /
fleksura hepatica dan fleksura coli dextra / fleksura lienalis, dengan penggantung
mesocolon transversum), colon descendens (fleksura coli sinistra / fleksura
lienalis), dan colon sigmoid (berbentuk huruf “S” memiliki panjang 15-80cm
dengan penggantung mesocolon sigmoideum). Rektum dan kanalis analis,
panjang ±12cm, tidak mempunyai penggantung usus (mesenterium), terdapat
ampulla recti (bagian yang melebar), pada rektum terdapat pleksus
hemorhoidalis, berakhir sebagai anus pada perineum (m. sfingter ani internus dan
eksternus).
Hepar terletak pada regio hipokondria dextra dan epigastrium. Terdiri atas 2
lobus (dextra & sinistra). Memiliki penggantung yaitu ligamentum falsiforme

Pemeriksaan Radiologi Foto Abdomen 3 Posisi Page 3


hepatis, ligamentum teres hepatis, ligamentum triangulare dextra & sinistra, serta
ligamentum hepatorenal. Memiliki kantong empedu (vesica fellea) yang
berfungsi memekatkan empedu dengan daya tampung 30-60ml dan terbagi atas
fundus, corpus dan collum yang kemudian akan menuju duktus sistikus dan
duktus koledokus.
Pankreas terletak pada regio epigastrium dan hipokondria sinistra dengan
panjang 12-15cm dan terbagi atas caput, collum, corpus, cauda.

Gambar 1. Traktus Gastrointestinal


Sedangkan traktus urinarius terdiri dari ginjal (ren / kidney) terletak di
abdomen posterior. Tepi atas ginjal kiri berada setinggi columna vertebrathorakal
11-12, tepi bawah ginjal kanan berada setinggi columna vertebra lumbal 3.
Panjang ginjal 10-12cm, lebar 5-7cm dan tebal ±5cm.
Ureter merupakan 2 saluran yang membawa urine dari 2.ginjal
Gambar Regioke vesika
Abdomen
urinaria, dengan panjang 25-30cm. Terdapat 3 penyempitan ureter yaitu: pelvic-
ureteric junction, saat ureter menyilang arteri iliaca komunis (saat melewati
pinggir panggul) dan uretero-vesico junction.
Vesika urinaria pada laki-laki terletak antara simfisis pubis dan rektum,
sedangkan pada perempuan terletak agak dibawah uterus dan di depan vagina.
Uretra merupakan saluran akhir traktus urinarius. Pada laki-laki dibagi
menjadi beberapa bagian yaitu untuk uretra posterior (pars prostatika dan pars
membranasea) dan uretra anterior (pars bulbosa, pars pendulare dan fosa
navikulare) dengan panjang ±20cm. Pada wanita, panjang uretra ±3,5cm.

Pemeriksaan Radiologi Foto Abdomen 3 Posisi Page 4


Gambar 3. Traktus Urinarius

II. Definisi foto abdomen 3 posisi


Foto abdomen 3 posisi merupakan prosedur pemeriksaan radiografi tanpa
kontras pada daerah abdomen khususnya untuk memperlihatkan kelainan yang
terjadi pada traktus digestivus / gastrointestinal yang dilakukan dalam 3 posisi
pemotretan yaitu posisi supine, posisi erect dan posisi left lateral decubitus.

III. Indikasi foto abdomen 3 posisi


Suatu foto abdomen diperuntukkan bagi penderita-penderita yang secara klinis
mencurigakan adanya keadaan-keadaan sebagai berikut:
 Obstruksi usus (ileus) atau ileus paralitik
 Perforasi organ intra-abdominal
 Nyeri renal atau bilier dengan kolik yang khas
 Perdarahan Intra-abdominal
IV. Teknik pemeriksaan
Sebaiknya pemotretan dibuat dengan memakai kaset film yang dapat
mencakup seluruh abdomen beserta dindingnya. Perlu disiapkan ukuran kaset dan
film ukuran 35 x 43 cm.
Foto polos abdomen dapat dilakukan dalam 3 posisi, yaitu :
1. Tiduran telentang (supine), sinar dari arah vertikal dengan proyeksi
anteroposterior (AP).
 Tujuan proyeksi ini adalah, untuk menampakkan adanya gambaran
distribusi udara dalam usus dan kemungkinan adanya distensi usus
(pelebaran usus).
 Penderita diminta untuk melepaskan pakaian dan perhiasan untuk
menghindari terjadinya artefak pada film dan memakai
perlindungan untuk daerah gonad, terutama untuk pria

Pemeriksaan Radiologi Foto Abdomen 3 Posisi Page 5


 Pasien tidur terlentang, lengan pasien diletakkkan di samping
tubuh, garis tengah badan terletak tepat pada garis tengah
pemeriksaan, kedua tungkai ekstensi.
 Posisi obyek : bagian tengah kaset setinggi krista iliaka dengan
batas tepi bawah setinggi simfisis pubis, tidak ada rotasi pelvis dan
bahu. Pusat sinar pada bagian tengah film dengan jarak minimal
102 cm.

Gambar 4. Posisi Supine, proyeksi AP

Pemeriksaan Radiologi Foto Abdomen 3 Posisi Page 6


Gamba
r 5. Gambaran radiografi normal posisi supine proyeksi AP

Kriteria hasil foto polos abdomen yang baik antara lain :

 Tampak diafragma sampai dengan tepi atas simphisis pubis


 Alignment kolom vertebra di tengah, densitas tulang costae, pelvis
dan panggul baik.
 Processus spinosus terletak di tengah daan crista iliaca terletak
simetris
 Pasien tidak bergerak saat difoto yang ditandai dengan tajamnya
batas gambar costae dan gas usus
 Foto dapat menggambarkan batas bawah hepar, ginjal, batas lateral
muskulus psoas dan procesus transversus dari vertebra lumbal.
 Marker yang jelas untuk mengindikasi posisi pasien saat
pemeriksaan.

2. Duduk atau setengah duduk atau berdiri kalau memungkinkan, dengan


sinar horizontal proyeksi AP.

Pemeriksaan Radiologi Foto Abdomen 3 Posisi Page 7


 Tujuan proyeksi ini adalah, untuk memperlihatkan adanya udara
bebas di dalam rongga abdomen dibawah diafragma dan
menampakkan adanya cairan di abdomen bagian bawah.
 Pasien dapat dengan posisi duduk atau berdiri kalau
memungkinkan, dengan sinar horizontal proyeksi AP 90o dari film.
 Posisi pasien dalam posisi anteroposterior dengan bagian belakang
tegak. Pastikan punggung tidak rotasi. Letakan lengan dan tangan
dalam posisi anatomi. Pasien tidak boleh bergerak. Point sentral
terletak pada garis tengah tubuh dengan garis tengah film.

Gambar 6. Posisi Erect, Posisi AP

Pemeriksaan Radiologi Foto Abdomen 3 Posisi Page 8


Gambar 7. Gambaran radiografi normal posisi erect, proyeksi AP

 Pengambilan foto dengan posisi ini dipengaruhi oleh gravitasi,


sehingga yang paling utama nampak adalah: udara bebas, fluid
sinks, kidneys drop, transverse colon drops, small bowel drops,
breasts drop, lower abdomen bulges dan penambahan densitas
pada X-ray dan diaphragm descends.
 Posisi erect ditandai dengan T11
 Berdasarkan posisis dari payudara, menyebabkan penambahan
densitas pada kuadran kanan dan kiri.
 Gas di fundus gaster- khas pada posisi erect dan kuantitas yang
kecil pada gas yang terjebak di perut
 Letak film di tengah atas akan menunjukan dasar paru tetapi tidak
dapat melihat bagian dari pelvis.
 Posisi kolon akan jatuh mengikuti gravitasi dan memenuhi
abdomen bagian bawah anterior, menyebabkan penambahan
densitas pada abdomen bagian bawah.
3. Tiduran miring ke kiri (Left Lateral Decubitus = LLD), dengan sinar
horizontal, proyeksi AP.

Pemeriksaan Radiologi Foto Abdomen 3 Posisi Page 9


 Tujuan proyeksi untuk menampakkan adanya udara bebas pada
sisi kanan atas abdomen. Miller merekomendasikan bahwa posisi
penderita tetap pada posisi miring (LLD) selama 10-20 menit
sebelum dilakukan eksposi untuk memberikan kesempatan udara
bebas agar naik hingga daerah permukaan atas rongga peritoneum.
 Pasien tidur miring ke kiri, tekuk lengan melingkari kepala. Film
diletakan di depan atau belakang perut pasien. Mengikuti area
simphisis pubis pada film. Titik tengah terletak pada garis tengah
film.
 Arah sinar horizontal 90o dengan film dengan proyeksi AP untuk
melihat air fluid level dan kemungkinan perforasi organ intra-
abdominal (udara bebas subdiafragma).

Gambar 8. Posisi LLD, Proyeksi AP

Pemeriksaan Radiologi Foto Abdomen 3 Posisi Page 10


Gambar 9. Gambaran radiografi normal posisi LLD, proyeksi AP

V. Interpretasi pemeriksaan
Densitas pada x-ray:

Gas Hitam
Lemak Abu-abu gelap (dark grey)
Cairan / Soft tissue Abu-abu terang (light grey)
Tulang / Kalsifikasi Putih
Logam Intense white

Pola pengamatan:
 Memeriksa semua tulang, terutama vertebra lumbalis dan pelvis. Apakah
terdapat perubahan densitas tulang baik peningkatan maupun
pengurangan. Apakah ada vertebra yang kolaps atau alignment yang
abnormal. Kemudian memeriksa sendi sakro-iliaka apakah berselubung
atau tidak.
 Bila terdapat trauma baru, mencari apakah ada fraktur pada iga-iga dan
prosesus transversus vertebra lumbalis. Pastikan bahwa tidak ada fraktur
pada pelvis, terutama pada simfisis pubis dan sekitar sendi panggul.
 Melihat apakah ada udara bebas di bawah diafragma dan membedakannya
dengan udara pada gaster / colon. Bila ada foto thoraks, konfirmasi
dengan foto thoraks.
 Mencari garis musculus psoas. Bila terlihat, garis psoas harus lurus,
simetris dengan tepi lateral sedikit konkaf. Penonjolan yang asimetris atau
adanya tambahan garis lain bisa merupakan suatu petunjuk adanya
perdarahan, abses atau tumor (limfoma) retroperitoneal.
 Mengidentifikasi bayangan hepar. Tepi inferior hepar berbatas tegas,
khususnya bagian lateral.
 Mencari apakah ada batu radioopak dan kalsifikasi abnormal, terutama di
daerah kandung empedu, pankreas dan sepanjang daerah traktus urinarius.
Hati-hati dengan phlebolith vena pelvis yang dapat menyerupai batu.
Phlebolith berbentuk oval, terdapat bayangan lusen kecil didalamnya.
Sedangkan batu tampak padat dengan tepi irreguler. Kalsifikasi pankreas
berbentuk titik-titik dan aksis oblik. Kalsifikasi vaskular sering ditemukan
di aorta pada pasien usia lanjut.
 Periksa bayangan ginjal, seharusnya memiliki panjang normal 10-12cm
atau panjang longitudinal sepanjang 3,5 verterbra.

Pemeriksaan Radiologi Foto Abdomen 3 Posisi Page 11


 Melihat pola gas usus. Bila mengalami distensi, lihat adakah fluid-level
yang mendatar akibat transudasi cairan didalam usus yang mengalami
distensi (step ladder appearance). Identifikasi antara gaster, usus halus
(plika sirkularis) dan kolon (haustrae yang saling mengunci / interdigitasi
dan tidak menyilang diameter kolon). Melihat apakah terdapat herring
bone appearance akibat penebalan dinding usus halus yang saling
menempel membentuk gambaran vertebra dari ikan dan muskulus yang
sirkuler menyerupai kostanya. Pastikan terdapat gas di dalam rektum. Air
fluid level juga dapat dijumpai pada lumen usus besar, dan tiga sampai
lima fluid levels dengan panjang kurang dari 2,5 cm masih dalam batas
normal serta sering dijumpai di daerah kuadran kanan bawah. Dua air
fluid level atau lebih dengan diameter lebih dari 2,5 cm panjang atau
kaliber merupakan kondisi abnormal dan selalu dihubungkan dengan
pertanda adanya ileus baik obstruktif atau paralitik. Coilling appearance
terjadi pada kondisi intusepsi / invaginasi yang menggambarkan
masuknya segmen proksimal usus (intusiseptum) ke dalam lumen usus
distal (intususepiens) namun hanya dapat dilihat dengan menggunakan
kontras.
 Usus halus yang normal, diameternya jarang yang lebih dari 3 cm. Kolon
yang normal, diameternya ±4cm. Diameter sekum <8cm.
 Melihat ada tidaknya pengumpulan cairan bebas intraperitoneum. Garis
lemak (peritoneal fat line) akan bergeser ke arah lateral oleh cairan bebas.

Pemeriksaan Radiologi Foto Abdomen 3 Posisi Page 12


Gambar 10. Keadaan patologis menurut regio abdomen

VI. Gambaran patologis


1. Ileus obstruktif & Ileus paralitik
Ileus merupakan suatu kondisi dimana terdapat gangguan pasase (jalan
makanan) di usus.
Berdasarkan penyebab:
1) Ileus karena obstruksi mekanik berupa sumbatan
a) Letak tinggi: duodenum, jejunum, ileum.
 Dilatasi usus di proksimal sumbatan dan kolaps
usus bagian distal sumbatan.
 Herring bone appearance (+)
 Air fluid level (+) atau step ladder appearance (+)
yang pendek.

Pemeriksaan Radiologi Foto Abdomen 3 Posisi Page 13


Gambar 11. Gambaran distensi usus dan herring bone
appearance pada ileus obstruktif letak tinggi

Gambar 12. Gambaran step ladder appearance pada ileus


obstruktif letak tinggi
b) Letak rendah: kolon dan rektum
 Dilatasi usus di proksimal sumbatan dan kolaps
usus bagian distal sumbatan.
 Herring bone appearance (+)

Pemeriksaan Radiologi Foto Abdomen 3 Posisi Page 14


 Air fluid level (+) atau step ladder appearance (+)
yang panjang.

Gambar 13. Gambaran distensi usus pada ileus obstruktif letak


rendah

Gambar 14. Gambaran step ladder appearence pada ileus


obstruktif letak rendah

2) Ileus karena sebab neurogenik


Ileus paralitik/adinamik (kelumpuhan saraf yang
menyebabkan otot tidak dapat kontraksi)
 Dilatasi usus menyeluruh
 Herring bone appearance (+)
 Air fluid level (+) atau step ladder appearance (+)

Pemeriksaan Radiologi Foto Abdomen 3 Posisi Page 15


Gambar 15. Gambaran step ladder appearance pada ileus paralitik

Gambar 16. Gambaran distensi seluruh usus pada ileus paralitik

2. Udara bebas di dalam cavum peritoneal (pneumoperitoneum)


Penyebab tersering gambaran ini adalah perforasi usus akibat ulkus
peptikum, trauma, karsinoma gaster atau kolon. Dapat juga terjadi karena
infeksi (tifoid, divertikulitis atau amebiasis).
Bila curiga perforasi, penderita harus di foto dengan berdiri / duduk.
Bila tidak bisa berdiri/duduk, buatlah foto lateral dengan penderita
berbaring / LLD.
Pada foto toraks tegak, udara berbentuk bulan sabit tampak dibawah
diafragma. Udara subdiafragmatik harus dibedakan dengan pneumotoraks

Pemeriksaan Radiologi Foto Abdomen 3 Posisi Page 16


subpulmonal. Bila tidak yakin apakah terdapat udara bebas
intraperitoneum atau tidak, foto dekubitus kiri pada abdomen bagian atas
akan menunjukkan udara bebas dalam bentuk bulan sabit dengan densitas
rendah disebelah lateral dari tepi lateral lobus kanan hati. Pada foto
terlentang abdomen, udara bebas sulit dideteksi. Ada dua tanda yang dapat
membantu: tanda Rigler, yaitu adanya gas di dinding usus sisi manapun,
dan tanda garis ligamentum falsiform hepatis yang terbentuk di kuadran
kanan atas oleh udara bebas.

Gambar 17. Riggler’s sign pada pneumoperitoneum

Pemeriksaan Radiologi Foto Abdomen 3 Posisi Page 17


Gambar 18. Tanda garis ligamentum falsiform hepatis yang terbentuk di
kuadran kanan atas oleh udara bebas.

Gambar 19. Gambaran udara bebas subdiafragma pada


pneumoperitoneum

3. Batu radioopak
Foto polos abdomen dapat menentukan besar, macam dan lokasi batu
radioopak. Penilaian batu ginjal pada foto polos abdomen yang penting
diperhatikan adalah: jumlah, densitas, bayangan batu, lokasi, komplikasi
(obstruksi, parut ginjal, atau pembentukan striktur), terjadinya anomali,
dan nefrokalsinosis.
Batu pada traktus urinarius biasanya bersifat multilayer dan
permukaannya dapat kasar atau halus. Batu pada vesica urinaria lebih
bulat dengan permukaan regular sedangkan batu pada ureter atau uretra
biasanya berbentuk irregular. Kadang-kadang dijumpai batu yang mengisi
dan menyerupai pelvicalices ginjal yang disebut staghorn stone. Batu
kecil dan halus yang dijumpai pada calices minores kedua ginjal dijumpai
pada kelainan yang disebut nephrocalcinosis.

Pemeriksaan Radiologi Foto Abdomen 3 Posisi Page 18


Gambar 20. Gambaran radioopak
pada pelvicalices ginjal (Staghorn
stone)

Gambar 21. Gambaran radioopak


pada ureter (batu ureter)

Pemeriksaan Radiologi Foto Abdomen 3 Posisi Page 19


Gambar 22. Gambaran radioopak
pada vesica urinaria (batu buli-
buli)

Batu pada kandung empedu dan salurannya biasa dijumpai pada


kuadran kanan atas dan biasanya berbentuk poligonal. Foto polos
abdomen biasanya tidak memberikan gambaran yang khas karena hanya
sekitar 10-15% batu kandung empedu yang bersifat radioopak. Kadang
kandung empedu yang mengandung cairan empedu berkadar kalsium
tinggi dapat dilihat dengan foto polos. Pada peradangan akut dengan
kandung empedu yang membesar atau hidrops, kandung empedu kadang
terlihat sebagai massa jaringan lunak di kuadran kanan atas yang menekan
gambaran udara dalam usus besar, di fleksura hepatica.

Gambar 23. Gambaran radioopak


pada kandung empedu (batu
empedu)

Kalsifikasi lain yang bisa dikelirukan dengan batu empedu:

Pemeriksaan Radiologi Foto Abdomen 3 Posisi Page 20


a) Kalsifikasi pada pankreas biasanya multiple dan menyilang
vertebrae lumbalis kiri.

Gambar 24. Gambaran kalsifikasi pankreas

b) Kalsifikasi kelenjar limfe mesenterika sering terdapat di


sisi kanan bawah.

Gambar 25. Gambaran kalsifikasi kelenjar limfe


mesenterika

c) Kalsifikasi vertebrae biasanya bilateral dan meluas


melewati daerah kandung empedu. Tidak berubah dengan
perubahan posisi.
4. Cairan bebas di dalam cavum peritoneal
Akumulasi dari cairan bebas intraperitoneal di abdomen merupakan
tanda adanya suatu ascites. Penyebab ascites antara lain : hipoproteinemia,
sirosis hepatik, CHF, pankreatitis, keganasan dengan metastase peritoneal,
limfoma, dan sumbatan vena cava inferior.

Pemeriksaan Radiologi Foto Abdomen 3 Posisi Page 21


Gambar 26. Gambaran ground
glass appearance pada ascites

Pada
foto
polos
abdomen
dalam
posisi supine akan tampak gambaran usus yang tampak melayang di
dalam cairan ascites, abdomen berbentuk bulging, gambaran abu-abu
(ground-glass appearance) karena kontras berkurang dan warna abu-abu
yang disebabkan hamburan sinar radiasi dari cairan di dalam abdomen dan
bayangan hepar, garis psoas, ginjal tampak kabur karena adanya cairan di
sekitar organ tersebut, serta peningkatan hemidiafragma kanan dan kiri.

5. Psoas line asimetris


Bayangan garis otot psoas yang asimetris menunjukkan adanya suatu
abses iliopsoas. Abses iliopsoas biasanya berasal dari penyebaran
hematogen dari infeksi lokal pada tulang, seperti tulang-tulang columna
vertebralis, ileum, dan sendi sakroiliaka. Otot psoas kaya akan pembuluh
darah, sehingga sangat mudah terjadi infeksi akibat penyebaran
hematogen dari organ lain.
Otot psoas berawal dari prosesus transversus vertebra torakalis ke-12
sampai vertebra lumbalis kemudian meluas ke bawah dan bergabung
dengan otot iliaka pada level L5-S2, membentuk otot iliopsoas. Otot
iliopsoas berjalan melewati ligamen inguinal yang kemudian berinsersi di
trokanter minor dari tulang femur.

Pemeriksaan Radiologi Foto Abdomen 3 Posisi Page 22


Gambar 27. Gambaran psoas line
kanan yang menghilang

6. Apendisitis
Merupakan peradangan pada apendiks yang umumnya disebabkan oleh
agen obstruktif seperti fekalit / corpus alienum atau agen obstruktif ekstra
lumenar seperti hipertrofi folikel limfoid tela submukosa, apendiks
tertekuk.
Apendisitis akut Foto polos jarang bermanfaat kecuali terlihatnya
felkalith opaque (5% pasien) didapatkan pada kuadran kanan bawah
(terutama pada anak-anak).

Gambar 28. Gambaran


appendicolith yang mengalami
kalsifikasi pada apendisitis

Pemeriksaan Radiologi Foto Abdomen 3 Posisi Page 23


BAB III
KESIMPULAN

Pemeriksaan radiologis foto abdomen 3 posisi merupakan prosedur


pemeriksaan radiografi tanpa kontras pada daerah abdomen khususnya untuk
memperlihatkan kelainan yang terjadi pada traktus digestivus / gastrointestinal
yang dilakukan dalam 3 posisi pemotretan yaitu posisi supine, posisi erect dan
posisi left lateral decubitus.
Tujuan proyeksi supine adalah untuk menampakkan adanya gambaran
distribusi udara dalam usus dan kemungkinan adanya distensi usus (pelebaran
usus). Tujuan proyeksi erect adalah untuk memperlihatkan adanya udara bebas di
dalam rongga abdomen dibawah diafragma dan menampakkan adanya cairan di
abdomen bagian bawah. Sedangkan tujuan proyeksi left lateral decubitus adalah
untuk menampakkan adanya udara bebas pada sisi kanan atas abdomen. Miller
merekomendasikan bahwa posisi penderita tetap pada posisi miring (LLD)
selama 10-20 menit sebelum dilakukan eksposi untuk memberikan kesempatan
udara bebas agar naik hingga daerah permukaan atas rongga peritoneum.
Indikasi pemeriksaan foto abdomen 3 posisi yaitu obstruksi usus (ileus) atau
ileus paralitik, perforasi organ intra-abdominal, nyeri renal atau bilier dengan
kolik yang khas dan perdarahan intra-abdominal.
Gas/udara akan memberikan gambaran hitam (radiolusen). Lemak akan
memberikan gambaran abu-abu gelap (dark grey). Cairan/soft tissue akan
memberikan gambaran abu-abu terang (light grey). Tulang/kalsifikasi akan

Pemeriksaan Radiologi Foto Abdomen 3 Posisi Page 24


memberikan gambaran putih. Dan logam akan memberikan gambaran intense
white.
Interpretasi foto abdomen 3 posisi Menilai densitas/fraktur/kelainan lain pada
vertebrae dan pelvis, menilai ada tidaknya udara subdiafragma, menilai
kesimetrisan garis muskulus psoas, menidentifikasi bayangan hepar, menilai ada
tidaknya batu radioopak, menilai bayangan/kontur ginjal, menilai pola gas usus
apakah mengalami distensi atau tidak, menilai ada tidaknya pengumpulan cairan
bebas intraperitoneum dan garis lemak peritoneal.
Gambaran patologis yang dapat ditemukan pada foto abdomen 3 posisi antara
lain distensi usus, herring bone appearance, air fluid level / step ladder
appearance, udara bebas subdiafragma, rigler's sign, garis ligamentum falsiform
hepatis, batu radioopak (Staghorn stone), gambaran kalsifikasi, cairan bebas di
dalam cavum peritoneal (ground-glass apearence), psoas line asimetris,
terkadang dapat terlihat apendikolit.

DAFTAR PUSTAKA

Pemeriksaan Radiologi Foto Abdomen 3 Posisi Page 25


1. Palmer P.E. S, dkk. Petunjuk Membaca Foto Untuk Dokter Umum. 1990.
Cetakan IV. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
2. Sudarno P, Irdam A.I. Pemeriksaan Radiografi Polos Abdomen pada Kasus
Gawat Darurat. 2008. Vol 58. No 12. Hal 537-541. Jakarta: Majalah Kedokteran
Indonesia
3. Rasad, S. Radiologi Diagnostik. 2009. Ed 2. Jakarta: Balai Penerbit FK UI
4. Skucas J. Advance Imaging of The Abdomen. 2006. London: Springer-Verlag
5. Holmes E.J, Misra R.R. A-Z of Emergency Radiology. 2004. New York:
Greenwich Medical Media
6. Jong, W.D, Samsuhidayat. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed 3. Jakarta: EGC

Pemeriksaan Radiologi Foto Abdomen 3 Posisi Page 26

Anda mungkin juga menyukai