Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PENGELOLAAN LIMBAH CAIR B

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DENGAN PROSES FISIKA

` Disusun Oleh : Kelompok 3


Ananda Putri Andrina (P23133117005)
Fikih Prihantoro (P23133117014)
Irfan Maulana (P23133117019)
Ria Shania (P23133117031)
Salma Irbah Qonitah (P23133117034)
Wahyu Komala Dewi (P23133117039)

Dosen Pembimbing :
Syarifuddin, S. KM., M. Kes.
Zulfiah Maharani, ST, M.SI

Program Studi : 2 - D IV A, KesehatanLingkungan

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II


Jln. Hang Jebat III/F3, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
2019
A. Pengertian Pengolahan Air Limbah Secara Fisika
Pengolahan limbah bertujuan untuk menetralkan air dari bahan-bahan
tersuspensi dan terapung, menguraikan bahan organik biodegradable,
meminimalkan bakteri patogen, serta memerhatikan estetika dan lingkungan.
Pengolahan air limbah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : secara alami
dan secara buatan.
 Secara Alami
Pengolahan air limbah secara alamiah dapat dilakukan dengan
pembuatan kolam stabilisasi. Dalam kolam stabilisasi, air limbah diolah
secara alamiah untuk menetralisasi zat-zat pencemar sebelum air limbah
dialirkan ke sungai. Kolam stabilisasi yang umum digunakan adalah kolam
anaerobik, kolam fakultatif (pengolahan air limbah yang tercemar bahan
organik pekat) dan kolam maturasi (pemusnahan mikroorganisme
patogen). Karena biaya yang dibutuhkan murah, cara ini
direkomendasikan untuk daerah tropis dan sedang berkembang.
 Secara Buatan
Pengolahan air limbah dengan buantan alat dilakukan pada
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Pengolahan ini dilakukan
melalui tiga tahapan, yaitu primary treatment (pengolahan pertama),
secondary treatment (pengolahan kedua), dan tertiary treatment
(pengolahan lanjutan).
1. Primary treatment merupakan pengolahan pertama yang bertujuan
untuk memisahkan zat padat dan zat cair dengan menggunakan filter
(saringan) dan bak sedimentasi. Beberapa alat yang digunakan adalah
saringan pasir lambat, saringan pasir cepat, saringan multimedia,
percoal filter, mikrostaining, dan vacum filter.
2. Secondary treatment merupakan pengolahan kedua, bertujuan untuk
mengkoagulasikan, menghilangkan koloid, dan menstabilisasikan zat
organik dalam limbah. Pengolahan limbah rumah tangga bertujuan
untuk mengurangi kandungan bahan organik, nutrisi nitrogen, dan
fosfor. Penguraian bahan organik ini dilakukan oleh makhluk hidup
secara aerobik (menggunakan oksigen) dan anaerobik (tanpa oksigen).
Secara aerobik, penguraian bahan organik dilakukan mikroorganisme
dengan bantuan oksigen sebagai electon acceptor dalam air limbah.
Selain itu, aktivitas aerobik ini dilakukan dengan bantuan lumpur aktif
(activated sludge) yang banyak mengandung bakteri pengurai. Hasil
akhir aktivitas aerobik sempurna adalah CO2, uap air, dan excess
sludge. Secara anaerobik, penguraian bahan organik dilakukan tanpa
menggunakan oksigen. Hasil akhir aktivitas anaerobik adalah biogas,
uap air, dan excess sludge.
3. Tertiary treatment merupakan lanjutan dari pengolahan kedua, yaitu
penghilangan nutrisi atau unsur hara, khususnya nitrat dan posfat, serta
penambahan klor untuk memusnahkan mikroorganisme patogen.
Agar dapat memenuhi baku mutu, industri harus menerapkan
prinsip pengendalin limbah secara cermat dan terpadu baik di dalam
proses produksi (in-pipe pollution prevention) dan setelah proses produksi
(end-pipe pollution prevention). Pengendalian dalam proses produksi
bertujuan untuk meminimalkan volume limbah yang ditimbulkan, juga
konsentrasi dan toksisitas kontaminannya. Sedangkan pengendalian
setelah proses produksi dimaksudkan untuk menurunkan kadar bahan
pencemar sehingga pada akhirnya air tersebut memenuhi baku mutu yang
sudah ditetapkan

B. Pengolahan Fisika
Proses pengolahan yang termasuk pengolahan fisika antara lain
pengolahan dengan menggunakan screen, sieves, filter flotasi, adsorbsi, dan
stipping. Dalam pembuangan air limbah, pada umumnya perlu dilakukan
pengurangan laju alir dan bahan organik. Prinsip yang penting adalah
mengurangi emisi dan mengembalikan bahan-bahan yang berguna kedalam
sumbernya. IPAL yang baik hanya membutuhkan sedikit perawatan, aman
dalam pengoperasian, dan menghasilkan sedikit produk sampingan (misal:
lumpur).
Pemisahan padatan-padatan dari cairan atau air limbah merupakan
tahapan  pengolahan yang sangat penting untuk mengurangi beban dan
mengembalikan bahan-bahan yang bermanfaat serta mengurangi risiko
rusaknya peralatan akibat adanya kebuntuan (clogging) pada pipa, valve, dan
pompa. Proses ini juga mengurangi abrasivitas cairan terhadap pompa dan
alat ukur, yang dapat berpengaruh secara langsung terhadap biaya operasi dan
perawatan peralatan.

Pengolahan air limbah secara fisik merupakan pengolahan awal


(primary treatment) air limbah sebelum dilakukan pengolahan lanjutan,
pengolahan secara fisik  bertujuan untuk menyisihkan padatan-padatan
berukuran besar seperti plastik, kertas, kayu, pasir, koral, minyak, oli, lemak,
dan sebagainya. Pengolahan air limbah secara fisik dimaksudkan untuk
melindungi peralatan-peralatan seperti pompa, perpipaan dan proses
pengolahan selanjutnya.

C. Macam-macam Proses Pengolahan Air Limbah Secara Fisika


1. Screening
Pada umumnya setiap sistem pengolahan limbah cair mempunyai
unit alat penyaring awal/pendahuluan. Proses penyaringan awal ini disebut
screening dan tujuannya adalah untuk menyaring atau menghilangkan
sampah/benda padat yang besar agar proses berikutnya dapat lebih mudah
lagi menanganinya. Dengan hilangnya sampah-sampah padat besar maka
transportasi limbah cair pasti tidak akan terganggu, misalnya bila proses
transportasi limbah cair diakomodasikan dalam sebuah saluran terbuka
ataupun tertutup yang mengalir secara grativasi, maka tidak akan dijumpai
penyumbatandi sepanjang jalan saluran. Disamping itu bila limbah cair
perlu dipindahkan menggunakan pompa, maka proses screening sungguh
berfungsi menghilangkan bahan atau benda-benda yang dapat
membahayakan atau merusak pompa limbah cair tersebut. Jadi proses
screening melindungi pompa dan peralatan lainnya.

Perangkat pemproses penyaringan kasar yang biasa digunakan


dikenal pula dengan sebutan bar screen atau bar racks. Alat ini biasanya
digunakan pada intake bak penampung limbah cair untuk mencegah
masuknya material besar seperti kayu atau daun-daunan. Umumnya jarak
antara bar yang tersusun pada rack bervariasi antara 20 mm – 75 mm,
bergantung pada tingkat kapasitasdan performance unit pompa yang
dipakai. Pada keadaan tertentu biasa digunakan pula microstrainer dengan
ukuran 15-64 micrometer dengan tujuan untuk menyaring organism
plankton. Microstrainer terdiri dari bingkai berbentuk silinder yang ditutup
dengan jala terbuat dari kawat tahan karat. Pada saat silinder berputar
partikel tersuspensi menempel pada bagian dalam dari permukaan silinder
yang kemudian dibersihkan dengan semburan jet air.Berdasarkan teknik
pengoperasian, screening diklasifikasi menjadi dua klasifikasi,yaitu :

 Screening yang dioperasikan secara manual, screen yang dibersihkan


secara manual (mempergunakan tangan).
 Screening yang dioperasikan secara automatis,screen dengan
pemisahan padatan berlangsung secara kontinyu, pemisahan padatan
dapat dilakukan secara mekanik atau dengan aliran air limbah itu
sendiri. 

2. Pemecah/Grinding (comminution) 
Pemecah atau grinding (comminution) merupakan unit operasi yang
diaplikasikan untuk memecah padatan yang berukuran besar menjadi
partikel yang mempunyai ukuran yang kecil dan seragam. Pada umumnya
unit operasi ini dipergunakan untuk memecah padatan yang tertahan pada
screen dan padatan ini dapat dikembalikan kedalam aliran air limbah atau
dibuang.
3. Penyeragaman (Equalization)
Kualitas dan kuantitas air limbah yang dihasilkan suatu industri
bervariasi setiap waktu, hal ini dapat mempengaruhi perancangan instalasi,
kebutuhan bangunan, mesin, lahan, biaya operasional, dan kualitas hasil
pengolahan. Dalam rangka mengatasi permasalahan kualitas dan kuantitas
air limbah, dibutuhkan suatu unit operasi seperti “equalisasi
(equalization)”. 

Equalisasi berfungsi untuk penyeragaman kondisi air limbah, dan


pengendali aliran, dalam equalisasi dapat dilakukan proses pengadukan
untuk menjaga homoginitas, injeksi udara yang bertujuan agar limbah
tidak bersifat septik atau anaerobik. Kemiringan atau slope bak equalisasi
pada umumnya mempergunakan perbandingan 3 : 1 atau 2 : 1.
Pembangunan bak equalisasi di beberapa industri biasanya dibangun
berbentuk persegi empat panjang atau rectangular dengan kedalaman 1,5 –
2 m.

4. Mixing
Pencampuran diperlukan apabila ada suatu materi harus bercampur dengan
materi lain secara sempurna. Disamping itu proses pencampuran
diperlukan apabila dalam suatu reactor harus dijaga konsentrasi atau
temperature yang merata. Proses mixing digunakan pada pencampuran
bahan koagulan dengan air dan pada penambahan khlor untuk disinfeksi.
5. Adsopsi
Adsorpsi adalah penumpulan materi pada interface antara dua fase. Pada
umumnya zat terlarut terkumpul pada interface. Proses adsorpsi
memanfaatkan fase ini untuk menghilangkan materi dari cairan. Banyak
senkali absorbent yang digunakan di industry, namun karbon aktif
merupakan bahan yang sering dan sifatnya nonpolar.

6. Sedimentasi (Sedimentation)

Sedimentasi merupakan unit operasi yang sering dipergunakan


dalam proses pengolahan air atau air limbah seperti pemisahan partikel
tersuspensi pada awal proses pengolahan air limbah, proses pemisahan
partikel flok pada proses pengolahan air limbah secara kimia, dan proses
pemisahan mikroorganisme (sludge) pada proses pengolahan air limbah
secara biologi.

Proses sedimentasi partikel dapat diklasifikasikan menjadi empat


peristiwa,yaitu :

a) Partikel Diskrit, sedimentasi partikel terjadi pada konsentrasi padatan


rendah dimana partikel mengendap secara individu serta tidak terjadi
interaksi dengan partikel yang lainnya. Peristiwa ini terjadi pada
pemisahan partikel pasir pada air limbah.
b) Partikel Flokulan, sedimentasi partikel dimana partikel mengalami
interaksi dengan partikel lainnya, pada peristiwa interaksi terjadi
penggabungan antar partikel yang mempercepat kecepatan
sedimentasi. Peristiwa ini terjadi pada pemisahan partikel yang telah
mengalami proses koagulasi/flokulasi.
c) Partikel Hindered, sedimentasi partikel terjadi karena partikel
berinteraksi dengan partikel lainnya pada posisi yang sama, dan
partikel mengendap terhambat oleh pertikel yang berada
disekelilingnya dan tampaknya terjadi pengendapan secara massal.
Persitiwa ini dapat terjadi pada konsentrasi padatan yang cukup tinggi.
Peristiwa ini seperti terjadi pada pemisahan mikroba (activated sludge)
pada pengolahan air limbah secara biologi.
d) Partikel kompresi, sedimentasi partikel terjadi karena partikel
mengalami penekanan oleh partikel yang berada diatasnya, peristiwa
ini terjadi pada konsentrasi padatan yang sangat tinggi. Peristiwa ini
terjadi pada pemisahan mikroba (activated sludge) pada pengolahan air
limbah secara biologi.

Peristiwa sedimentasi partikel activated sludge (lumpur mikroba)


pada suatutabunggelas ukur dapat dijelaskan melalui gambar 4.5.
berikut  Jenis Tangki Pengenda: Pengendapan padatan dalam pipa.

Tabel 2.1 Data Perancangan Sedimentasi Silinder dan Rectangular


Rectangular sedimentation tanks Circular sedimentation tanks

Kedalaman 3 - 5 m (umumnya 3,6 m) 3 - 5 m (umumnya 4,5 m)

Lebar Diameter 3,6 – 60 m (umumnya


3 – 24 m (umumnya 6-10 m)
12-45 m)
Panjang 15 - 90 m (umumnya 25-40 m) -------------

Flight speed 0,6 – 1,2 m/menit (umumnya Scraper’s speed 0.02-0.05/min


1.0 m/menit (umunya 0.03 Rev/min)

Bottom Slope 60-160 mm/m (umumnya 80


1 in/ft atau 0.9m/m
mm/m)

Tabel 2.2 Data Perancangan Sedimentasi Silinder


Primary settling (secondary treatment) Activated sludge
Waktu tinggal 1,5 – 2,5 jam
1,5-2,5 jam (umumnya2jam )
(umumnya 2 jam )

Laju alir
limpahan (over 32 – 48 m3/m2.hari 24 – 32 m3/m2.hari
flow rate)

7. Filtrasi (Filtration)
Filtrasi merupakan unit operasi yang dioperasikan dalam
pengolahan air dan air limbah. Dalam pengolahan air limbah filtrasi
dioperasikan untuk pemisahan partikel (padatan) pada effluen
(pengeluaran) pengolahan air limbah secara kimia maupun biologi serta
dapat diaplikasikan pada awal pengolahan air limbah.Pemisahan padatan
dilakukan dengan mempergunakan media yang disebut “Media Filter”
merupakan bahan padat seperti pasir, batu bara, kerikil dan sebagainya
yang tersusun sedemikian rupa, padatan yang dipisahkan tertahan pada
permukaan dan sela-sela (porositas) media filter.

a) Mekanisme Filtrasi
1. Sedimentasi (sedimentation), filtrasi terjadi karena partikel
yang akan dipisahkan mengalami gaya gravitasi dan kecepatan
pengendapan partikel sehingga partikel mengendap dan
berkumpul pada permukaan media filter.
2. Intersep (interception), filtrasi terjadi karena partikel dalam
aliran air berukuran besar sehingga akan terperangkap,
menempel dan dapat menutupi permukaan media filter
3. Difusi brownian (brownian diffusion), filtrasi terjadi pada
partikel yang berukuran kecil seperti virus, partikel dalam
aliran air bergerak secara random (gerak brown),  karena
terdapat perbedaan kecepatan maka partikel tersebut
bergesekan dan menempel dalam media filter. Mekanisme ini
hanya terjadi untuk partikel berdiameter <1 mikron.
4. Inersia (inertia), filtrasi terjadi karena partikel mempunyai
ukuran dan berat jenis yang berbeda sehingga kecepatan
partikel dalam aliran air berbeda-beda, akibatnya partikel akan
menempel pada permukaan media karena gaya inersia,
mekanisme ini terjadi jika partikel yang berukuran lebih besar
bergerak cukup cepat dan berbenturan serta menempel dalam
media filter.

Berdasarkan mekanisme tersebut, efektivitas filtrasi akan


meningkat dengan meningkatnya ukuran partikel hal ini terjadi karena
dalam filtrasi terjadi mekanisme intersep dan sedimentasi, tetapi dapat
pula terjadi sebaliknya dimana efektivitas filtrasi akan meningkat dengan
menurunnya ukuran partikel hal ini dapat terjadi karena dalam filtrasi
terjadi proses difusi.
b) Jenis Filter
1. Filtrasi lambat (slow sand filter), pada filtrasi ini dipergunakan
media pasir halus (fine sand) dibagian atas dan dibawahnya kerikil,
pada filtrasi ini padatan yang tersisihkan berada dipermukaan atas
pasir yang mengakibatkan aliran air melewati media filter menjadi
lambat. Partikel menumpuk pada bagian atas pasir dan dibersihkan
dengan mensecrap lapisan atas pasir yang mengandung partikel.
2. Filtrasi cepat (rapid sand filter), pada filtrasi ini dipergunakan
media pasir berukuran besar dibagian atas dan dibawahnya kerikil,
pada filtrasi ini padatan yang tersisihkan berada disela-sela (pori-
pori) media filter yang dilaluinya. Pembersihan partikel dilakukan
dengan metode “backwashing” dengan air untuk mengeluarkan
partikel dalam media filter.
3. Multimedia fliter (multimedia filters) , pada filtrasi ini
dipergunakan dua atau lebih  jenis media yang tersusun sedemikian
rupa, media filter mempunyai berat jenis yang berbeda, biasanya
yang dipergunakan antrasit (batu bara), pasir, dan kerikil.
Penggunaan media filter yang berbeda memberikan hasil yang
lebih baik dibanding satu jenis media filter, dan berat jenis yang
berbeda akan menempatkan kembali media filter pada posisi yang
semula pada saat dilakukan pencucian dengan metode
backwashing.

Perbandingan operasional filtrasi lambat (slow sand filter) dengan


filtrasi cepat (rapid sand filter) seperti tercantum dalam table 2.3 berikut:
Rapid sand filter
Tabel 2.3 Perbandingan
Karakteristik Operasioanl
Slow Slow Sand Filter Terhadap Rapid Sand Filter
sand filter
Gravity pressure
Laju filtrasi 2-5 m3/m2.hari 120-360 m3/m2.hari
Ukuran unit filtrasi Besar (2000 m2) Kecil (100 m2)
Kerikil 300 mm Kerikil 500 mm,
Tinggi media
dan pasir  1,0 m pasir 0,7-1,0 m
Ukuran pasir efektif 0,35 mm 0,6 – 1,2 mm
Koefisien seragam 2-2,5 1,5-1,7
Hilang tekan <1m <3m
Waktu operasi 20-90 hari 1-2 hari
Scrap lapisan atas,
Metode pencucian dan Backwashing dengan
pembersihan pemasangan air dan udara
kembali
Kebutuhan air 0,2 – 0,6% dari air 3-6 % dari air yang
pencuci yang difilter difilter
Konstruksi pake
Tidak Tergantung/bebas ya
tutup
Kemudahan
Ya ya tidak
operasional
Biaya investasi Tinggi Tinggi Sedang
Biaya operasional Rendah Tinggi Tinggi
Kemampuan
Tidak Membutuhkan Membutuhkan
supervisi
Penyisihan bakteri 99,99& 90 – 99%
Pengoperasian filtrasi melibatkan dua (2) proses yaitu “Filtrasi dan
Backwashing (pencucian/pengeluaran padatan dari media filter). Perancangan
(design) unit operasi filtrasi dengan media filter padat diklasifikasikan
berdasarkan beberapa hal meliputi :

 Arah aliran
  Jenis dan susunan media filter
  gaya gerak
  Metode pengendalian laju aliran

1) Berasarkan arah aliran, filtrasi diklasifikasikan menjadi aliran ke bawah


(down flow), aliran keatas (up flow) dan aliran dua arah (biflow)
2) Berdasarkan jenis dan susunan media filter, jenis media filter yang
dipergunakan seperti pasir, batubara, dan kerikil dengan susunan media
filter satu lapisan media, dua lapisan media, dan tiga lapisan media. Proses
backwashing dilakukan dengan mekanisme “Fluidizing” (fluidisasi)
dengan arah aliran keatas.
3) Berdasarkan gaya gerak, filtrasi terjadi karena gaya gravitasi atau gaya
tekan untuk mengatasi tahanan gesek media filter yang terjadi pada
permukaan media filter.
4) Berdasarkan pengendalian laju aliran, filtrasi dioperasionalkan pada
laju aliran air limbah yang konstan (constant-rate filtration) atau berubah-
ubah (variable-rate filtration).

8. Flotasi (Flotation)

Flotasi (pengapungan) merupakan suatu unit operasi yang dipergunakan


untuk pemisahan padatan tersuspensi,  cairan (minyak dan lemak) dalam
fase cair (air atau air limbah). Peristiwa flotasi didasarkan atas adanya
gelembung gas, biasanya menggunakan udara yang diinjeksikan kedalam
air limbah. Dalam pengolahan air limbah, flotasi dipergunakan untuk
penyisihan padatan tersuspensi, minyak, lemak, flok pada proses
pengolahan air limbah secara kimia, dan lumpur (mikroba) pada proses
biologi. Keuntungan mendasar flotasi dibanding dengan sedimentasi
dalam hal pemisahan padatan tersuspensi yaitu flotasi dapat memisahkan
padatan tersupensi yang sangat kecil, ringan, dan sulit mengendap dalam
waktu relatif cepat. Pada proses flotasi, udara diinjeksikan ke dalam tangki
sehingga terbentuk gelembung yang berfungsi untuk mengapungkan
padatan sehingga mudah dipisahkan. Dengan adanya gaya dorong dari
gelembung tersebut, padatan yang berat jenisnya lebih tinggi dari air akan
terdorong ke permukaan. Demikian pula halnya dengan padatan yang berat
jenisnya lebih rendah dari air. Hal ini merupakan keunggulan teknik flotasi
dibanding pengendapan karena dengan flotasi partikel yang ringan dapat
disisihkan dalam waktu yang bersamaan.

Flotasi pada pengolahan air limbah mempergunakan udara sebagai


“Flotation Agent”, berdasarkan pemanfaatan udara ini, flotasi
diklasifikasikan menjadi tiga (3) kategori yaitu
 Dissolved-air flotation (DAF), proses flotasi dimana udara dilarutkan
kedalam air limbah, tekanan operasi untuk flotasi ini biasanya pada
tekanan lebih besar dari tekanan atmosfir.
 Air flotation, proses flotasi dimana udara diinjeksikan secara
langsung kedalam air limbah, tekanan operasi untuk flotasi ini
biasanya pada tekanan atmosfir.
 Vacumn flotation, proses flotasi dimana udara dilarutkan kedalam air
limbah hingga mencapai tingkat kejenuhan yang dapat diperoleh
dalam tekanan vacumn atau lebih kecil  dari tekanan atmosfir.

Kinerja sistem flotasi udara terlarut (dissolved-air flotation) pada awalnya


tergantung pada perbandingan jumlah udara (kg) terhadap jumlah partikel
(padatan) yang dibutuhkan untuk mencapai tingkat pemurnian. Besarnya
perbandingan Udara/padatan ini bervariasi untuk jenis padatan yang
tersuspensi.
DAFTAR PUSTAKA

http://kelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuLimbahCairIndustri/011fisik.pdf

http://ketutsumada.blogspot.com/2012/03/pengolahan-air-limbah-secara fisik.html?
m=1

Anda mungkin juga menyukai