BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rawat inap anak merupakan pengalaman yang menimbun stress dan berdampak
negative anakberdampak negative anakdan keluarganya. Perpisahan dengan orang tua,
kehilangan kontrol, luka tubuh (nyeri), lingkungandan keluarganya. Perpisahan dengan
orang tua, kehilangan kontrol, luka tubuh (nyeri), lingkunganyang asing dan tindakan
medis yang dijalankan menjadi (coyne, 2006 hocken berry dan Wilsonyang asing dan
tindakan medis yang dijalankan menjadi (coyne, 2006 hocken berry dan
Wilson2011).2011).
Dalam pelayanan keperawatan dalam rawat inap, standar keperawatan sangat
membantuDalam pelayanan keperawatan dalam rawat inap, standar keperawatan sangat
membantu perawat perawat untuk untuk mencapai mencapai asuhan asuhan yang yang
berkualitas berkualitas sehingga sehingga harus harus berfikir berfikir yang yang realistis
realistis tentangtentang pentingnya pentingnya yang yang sistematis sistematis terhadap
terhadap aspek aspek yang yang berkualitas berkualitas tinggi. tinggi. Namun Namun
keberhasilan keberhasilan dalamdalammengimplementasikan sangat tergantung pada
individu sendiri, usaha bersama dari semua staf sertamengimplementasikan sangat
tergantung pada individu sendiri, usaha bersama dari semua staf serta partisipasi dari
seluruh partisipasi dari seluruh anggota profesi. Pelayanan ranggota profesi. Pelayanan
rawat inap dirumah sakit awat inap dirumah sakit perlu ditingkatkan danperlu
ditingkatkan dandikembangkan secara kesinambungan dalam rangka memenuhi
kebutuhan pelayanan pengobatan,dikembangkan secara kesinambungan dalam rangka
memenuhi kebutuhan pelayanan pengobatan, perwatan kepasien baik dengan penyakit
menular atau tidak menular. perwatan kepasien baik dengan penyakit menular atau tidak
menular.
Standart praktek sangat diperlukan dalam pelayanan keperawatan dalam dirawat
inap. Standart praktek sangat diperlukan dalam pelayanan keperawatan dalam dirawat
inap. Standartsangat membantu keperawatan untuk mencapai asuhan yang berkualitas.
Standart digunakansangat membantu keperawatan untuk mencapai asuhan yang
berkualitas. Standart digunakan terutama pada tiga proses evaluasi yaitu menilai diri
sendiri inspeksi dan akreditasi.terutama pada tiga proses evaluasi yaitu menilai diri
sendiri inspeksi dan akreditasi.
B. Tujuan
1. Memberikan pelayanan kepada pasien rawat inap sesuai dengan standart asuhan
keperawatanyang tetap
2. Meningkatkan mutu pelayan, mutu pada pasien, serta mempunyai keinginan yang
terus menerus mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan dalam
memberikan pelayanan.
3. Memberikan asuhan keperawatan asuahn pada pasien untuk kesembuhan yang
optimal sehingga dapat memuaskan pasien.
4. Memberikan pelayanan pada pasien dengan senyum sopan dan serius sehingga
memberikan pesan yang positif.
5. Memberikan informasi kesehatan dengan tepat pada pasien dan keluarga sehingga
dapat memenuhi hak pasien dan keluarga
C. Ruang Lingkup
Memberikan pelayanan rawat inap di RSUD Sukadana pada pasien anak yang meliputi :
1. Pemeriksaan dan konsultasi oleh dokter
2. Pemeriksaan dan pengobatan oleh dokter spesialis
3. Perawatan dan akomodasi di ruang perawatan
4. Pemeriksaan penunjang diagnostic(laboratorium)
5. Tindakan medis yang bersifat diagnostic dan terapeutik
6. Pemberian obat–obatan pada pasien sesuai dengan catatan daftar obat pasien dan
instruksi dokter spesialis
7. Pelayan transfusi darah
8. Pemberian surat rujukan
9. Pemakaian peralatan yang tersedia seperti oksigen
D. Batasan Operasional
1. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan gawat darurat.
2. Pedoman dan panduan merupakan kumpulan ketentuan dasar yang memberikan arah
bagaimana sesuatu harus dilakukan dalam melakukan suatu kegiatan.
3. Standar operasional prosedur (SOP) adalah dokumen tertulis yang membuat prosedur
kerja secara rinci, tahap demi tahap dan sistematis yang terjadi di unit kerja, sebagai
sekumpulan instruksi atau kegiatan yang dilakukan seseorang guna menyelesaikan
pekerjaan secara aman, tanpa dampak yang merugikan baik dalam proses maupun
keluaran berupa jasa yang diberikan.
4. Format SPO adalah bentuk penuangan SPO yang berupa tulisan maupun diagram
alur
5. Verifikasi SPO adalah proses memeriksa kebenaran dan kesesuaian alur
6. Uraian prosedur adalah langkah sistematis dalammelaksanakan suatu pekerjaan
untuk mencapai hasil tertentu yang diharapkan.
7. Diagram alur adalah gambaryang menjelaskan alur proses, prosedur, atau kegiatan
menggunakan symbol-simbol atau berbentuk bidang tertentu, untuk lebih
memudahkan memperoleh informasi.
8. Hasil akhir adalah produk atau output dari suatu pekerjaan atau kegiatan yang
dilakukan
9. Penyempurnaan SPO adalah penyempurnaan Standar Operasional Prosedur adalah
serangkaian kegiatan dalam rangka meningkatkan kualitas standar operasional
prosedur yang terdiri dari melengkapi, membuat, menambah/mengurangi, menyusun,
dan mengevaluasi standar operasional prosedur.
10. Pelaksana adalah pegawai yang melaksanakan SOP dalam pekerjaannya.
11. Tingkatan unit kerja adalah unit kerja yang lebih rendah sebagai pendukung unit
kerja diatasnya.
12. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah perangkat
daerah pada pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota.
13. Unit kerja adalah satuan kerja pada sebuah SKPD.
E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
3. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan.
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan
konsumen.
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2009 tentang
Tata Naskah Dinas di Lingkungan Pemerintah Daerah
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2011 tentang Standar Operasional
Prosedur di Lingkungan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota.
7. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor
12 Tahun 2011 tentang Pedoman Penataan Tatalaksana.
8. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor
35 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Standar Operasional Prosedur
Administrasi Pemerintahan.
9. Komisi Akreditasi Rumah Sakit Tahun 2012 tentang Panduan Penyusunan Dokumen
Akreditasi.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
1. Kepala ruang
2. Ketua Tim
3. Perawat Pelaksana
C. Pengaturan Jaga
1. Selama satu minggu jadwal dokter jaga diatur bergantian
2. Selama 24 jam shift jaga perawat dibagi 3, yaitu :
• Dinas pagi : 08.00 – 14.00
• Dinas sore : 14.00 – 21.00
• Dinas malam : 21.00 – 08.00
3. Peraturan waktu jaga / libur diatur oleh ketua tim
Pengaturan tenaga kerja di ruang rawat inap anak:
a. Kepala ruangan senin s/d jumat jam 08.00 – 16.00
b. Karyawan shift senin s/d minggu
Shift Pagi jam 08.00 – 14.00
Shift Sore jam 14.00 – 21.00
Shift Malam jam 21.00 – 08.00
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruangan
B. Standar Fasilitas
1. Standart pelayanan minimal unit rawat inap anak
a. Pemberian pelayanan di rawat inap anak
b. Dokter penanggung jawab rawat inap anak
c. Ketersediaan pelayanan rawat inap anak
d. Jam praktek dokter spesialis
e. Pelaporan adanya kejadian pasien resiko jatuh berakibat kecacatan / kematian
f. Pelaporan dan mencatat kematian pasien > 48 jam setelah masuk rawat inap
anak
g. Pelaporan aneka kejadian infeksi nosocomial di rawat inap anak
12 Korentang 1
B. Tujuan
➢ Agar alat – alat dan obat – obat emergensi stock yang ada diruang rawt
inap
➢ Mencagah kesalahan dalam pemberian obat dengan cara 10 benar
➢ Tetap terjaga dalam segi kualitas dan kuantitas
➢ Memudahkan didalam penggunaan dan pengawasanya.
A. SASARAN I :
KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN
Elemen Penilaian SKP.I.
1. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh menggunakan
nomor kamar atau lokasi pasien
2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah.
3. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan
klinis
4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan / prosedur
5. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang konsisten pada
semua situasi dan lokasi
B. SASARAN II :
PENINGKATAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF
Elemen Penilaian SKP.II.
1. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil pemeriksaan
dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah
2. Perintah lengkap lisan dan telpon atau hasil pemeriksaan dibacakan kembali secara
lengkap oleh penerima perintah.
3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau yang
menyampaikan hasil pemeriksaan
4. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi keakuratan komunikasi
lisan atau melalui telepon secara konsisten.
C. SASARAN III :
PENINGKATAN KEAMANAN OBAT YANG PERLU DIWASPADAI (HIGH-
ALERT)
Elemen Penilaian SKP.III.
1. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan agar memuat proses identifikasi,
menetapkan lokasi, pemberian label, dan penyimpanan elektrolit konsentrat.
2. Kebijakan dan prosedur diimplementasikan.
3. Elektrolit konsentrat tidak boleh disimpan di unit pelayanan pasien kecuali jika
dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian yang
kurang hati-hati di area tersebut sesuai kebijakan.
4. Elektrolit konsentrat yang disimpan di unit pelayanan pasien harus diberi label yang
jelas, dan disimpan pada area yang dibatasi ketat (restrict access).
D. SASARAN IV :
KEPASTIAN TEPAT-LOKASI, TEPAT-PROSEDUR, TEPAT-PASIEN OPERASI
Elemen Penilaian SKP.IV.
1. Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang jelas dan dapat dimengerti untuk
identifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien di dalam proses penandaan.
2. Rumah sakit menggunakan suatu checklist atau proses lain untuk memverifikasi saat
praoperasi tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien dan semua dokumen serta
peralatan yang diperlukan tersedia, tepat, dan fungsional.
3. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur "sebelum insisi / time-
out" tepat sebelum dimulainya suatu prosedur / tindakan pembedahan.
4. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung keseragaman proses untuk
memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien, termasuk prosedur medis
dan tindakan pengobatan gigi / dental yang dilaksanakan di luar kamar operasi.
E. SASARAN V :
PENGURANGAN RISIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN KESEHATAN
Elemen Penilaian SKP.V.
1. Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene terbaru yang
diterbitkan dan sudah diterima secara umum (al.dari WHO Patient Safety).
2. Rumah sakit menerapkan program hand hygiene yang efektif.
3. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan secara
berkelanjutan risiko infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.
F. SASARAN VI :
PENGURANGAN RISIKO PASIEN JATUH
Elemen Penilaian SKP.VI.
1. Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal risiko pasien jatuh dan melakukan
asesmen ulang bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau pengobatan.
2. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka yang pada
hasil asesmen dianggap berisiko
3. Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik keberhasilan pengurangan cedera akibat
jatuh maupun dampak yang berkaitan secara tidak disengaja.
4. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan
berkelanjutan risiko pasien cedera akibat jatuh di rumah sakit.
BAB VII
KESELAMATAN KESEHATAN KERJA
Semua petugas di ruang rawat inap harus bebas dari penyakit yang menular
melalui pernafasan / udara dan bebas dari luka bakar. Kewaspadaan universal harus
dipatuhi dengan merujuk pada penularan lewat darah.
Sebelum melakukan tindakan petugas diharuskan selalu menggunakan 6 langkah
mencuci tangan dengan sabun antisebtic / handscrub setiap kali kontak dengan pasien,
dengan prinsip 5 moment cuci tangan dan menggunakan perlengkapan alat pelindung
diri (APD), meliputi :
Perlengkapan petugas saat melakukan tindakan asuhan keperawatan :
- Masker
- Alas kaki atau sepatu dalam ruang rawat inap anak
- Sarung tangan
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Rawat inap merupakan salah satu bentuk proses pengobatan atau rehabilitasi
oleh tenaga pelayanan pasien kesehatan professional pada pasien yang menderita
penyakit tertentu dengan cara opname di ruang rawat inap tertentu sesuai dengan
penyakit yang dialaminya. Maka dari itu diperlukan pedoman pelayanan ruang rawat
inap untuk memberikan pelayanan berkualitas kepada pasien saat sebelum, selama, dan
sesaat sesudah menjalani rawat inap.