Anda di halaman 1dari 482

Asuhan Keperawatan

Jiwa Komunitas
UU No 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta

Fungsi dan sifat hak cipta Pasal 4


Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a merupakan hak eksklusif yang terdiri
atas hak moral dan hak ekonomi.
Pembatasan Pelindungan Pasal 26
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, Pasal 24, dan Pasal 25 tidak berlaku
terhadap:
i. Penggunaan kutipan singkat Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait untuk pelaporan
peristiwa aktual yang ditujukan hanya untuk keperluan penyediaan informasi aktual;
ii. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk kepentingan penelitian
ilmu pengetahuan;
iii. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk keperluan pengajaran,
kecuali pertunjukan dan Fonogram yang telah dilakukan Pengumuman sebagai bahan ajar;
dan
iv. Penggunaan untuk kepentingan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan yang
memungkinkan suatu Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait dapat digunakan tanpa izin
Pelaku Pertunjukan, Produser Fonogram, atau Lembaga Penyiaran.
Sanksi Pelanggaran Pasal 113
1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana
dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak
Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial
dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Asuhan Keperawatan
Jiwa Komunitas

Ns. Nofrida Saswati, M.Kep.

Ns. Isti Harkomah, M.Kep.

Ns. Riska Amalya Nasution, M.Kep., Sp.Kep.J.

Editor:

Prof. Dr. Budi Anna Keliat, S.Kp., M.App.Sc.


ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS

Nofrida Saswati, Isti Harkomah, & Riska Amalya Nasution

Editor :
Budi Anna Keliat

Desain Cover :
Dwi Novidiantoko

Sumber :
https://www.shutterstock.com/

Tata Letak :
Amry Rasyadany

Proofreader :
Avinda Yuda Wati

Ukuran :
x, 470 hlm, Uk: 17.5x25 cm

ISBN :
978-623-02-2711-0

Cetakan Pertama :
April 2021

Hak Cipta 2021, Pada Penulis


Isi diluar tanggung jawab percetakan
Copyright © 2021 by Deepublish Publisher
All Right Reserved

Hak cipta dilindungi undang-undang.


Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau
memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa izin tertulis dari Penerbit.

PENERBIT DEEPUBLISH
(Grup Penerbitan CV BUDI UTAMA)
Anggota IKAPI (076/DIY/2012)
Jl.Rajawali, G. Elang 6, No 3, Drono, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman
Jl.Kaliurang Km.9,3 – Yogyakarta 55581
Telp/Faks: (0274) 4533427
Website: www.deepublish.co.id
www.penerbitdeepublish.com
E-mail: cs@deepublish.co.id
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan
rahmatNya sehingga buku Asuhan Keperawatan Jiwa Komunitas ini dapat
diterbitkan. Buku ini berisi panduan dalam melaksanakan asuhan keperawatan
pada klien sehat dengan perkembangan psikososial, klien dengan masalah
psikososial, dan klien yang mengalami gangguan jiwa.
Ucapan terimakasih sebesar-besarnya kepada tim penulis, editor dan
kontributor sehingga buku ini bisa diterbitkan untuk melengkapi berbagai
literatur/sumber tentang asuhan keperawatan jiwa komunitas di Indonesia
sehingga dengan hadirnya buku ini diharapkan bisa menjadi rujukan bagi
mahasiswa keperawatan dan seluruh perawat jiwa dalam memberikan asuhan
keperawatan jiwa kepada klien, keluarga dan masyarakat.
Demikianlah kata pengantar ini, kami berharap buku asuhan
keperawatan jiwa komunitas ini dapat digunakan untuk meningkatkan
pelayanan keperawatan kesehatan jiwa komunitas. Aamiin yaa Rabbal
alaamiin..
Wassalamu‟alaikum wr. wb

Penulis

v
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... v


DAFTAR ISI ....................................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................ix
BAB I KEBIJAKAN DAN STRATEGIS KESEHATAN
JIWA ............................................................................................ 1
A. UNDANG-UNDANG KESEHATAN JIWA ............................... 1
B. KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS
KESEHATAN JIWA .................................................................... 4
C. PERAN RUMAH SAKIT JIWA, RUMAH SAKIT
UMUM DAN PUSKESMAS DALAM KESEHATAN
JIWA ............................................................................................. 5
D. PROGRAM KESEHATAN JIWA ............................................... 6
BAB II KONSEP KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
MASYARAKAT ......................................................................... 9
A. KONSEP SEHAT-SAKIT DALAM KEPERAWATAN
JIWA ........................................................................................... 10
B. KONSEP KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
MASYARAKAT ........................................................................ 11
C. PELAYANAN KEPERAWATAN KOMPREHENSIF ............. 12
D. PROSES KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA ................... 17
BAB III KOMUNIKASI DALAM PELAYANAN
KEPERAWATAN JIWA ......................................................... 21
A. KONSEP KOMUNIKASI KEPERAWATAN ........................... 22
B. PENERAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK
PERAWAT-KLIEN (INDIVIDU) .............................................. 23
C. PENERAPAN KOMUNIKASSI TERAPEUTIK PADA
KELUARGA .............................................................................. 26
D. PENERAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA
KELOMPOK .............................................................................. 27
E. PENERAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA
MASSA ...................................................................................... 28
F. PENERAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA
TIM KESEHATAN .................................................................... 30

vi
BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DIAGNOSIS
GANGGUAN JIWA ................................................................. 33
A. RISIKO PERILAKU KEKERASAN ......................................... 33
B. PROSES KEPERAWATAN RISIKO PERILAKU
KEKERASAN ............................................................................ 38
C. HALUSINASI ............................................................................ 52
D. WAHAM .................................................................................... 69
E. HARGA DIRI RENDAH KRONIK ........................................... 83
F. ISOLASI SOSIAL ...................................................................... 99
G. DEFISIT PERAWATAN DIRI ................................................ 114
H. RISIKO BUNUH DIRI............................................................. 134
I. HAMBATAN KOMUNIKASI VERBAL................................ 151
J. KETIDAKEFEKTIFAN MANAJEMEN KESEHATAN ........ 165
BAB V ASUHAN KEPERAWATAN RISIKO ................................. 175
A. ANSIETAS ............................................................................... 175
B. PEMBAGIAN TINGKAT ANSIETAS.................................... 175
C. GANGGUAN CITRA TUBUH ............................................... 192
D. HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL .............................. 208
E. KETIDAKBERDAYAAN ....................................................... 223
F. KEPUTUSASAAN................................................................... 239
G. KETIDAKEFEKTIFAN KOPING INDIVIDU ....................... 255
H. DUKACITA ............................................................................. 266
I. KETIDAKEFEKTIFAN PEMELIHARAAN
KESEHATAN .......................................................................... 277
J. KETIDAKEFEKTIFAN PERFORMA PERAN ...................... 292
K. DISTRES SPIRITUAL ............................................................. 302
BAB VI ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT MENTAL ............... 312
A. KESIAPAN PENINGKATAN PERKEMBANGAN IBU
HAMIL ..................................................................................... 312
B. KESIAPAN PENINGKATAN PERKEMBANGAN BAYI .... 326
C. KESIAPAN PENINGKATAN PERKEMBANGAN
KANAK-KANAK .................................................................... 338
D. KESIAPAN PENINGKATAN PERKEMBANGAN
PRESEKOLAH ........................................................................ 348
E. KESIAPAN PENINGKATAN PERKEMBANGAN
ANAK SEKOLAH ................................................................... 360

vii
F. KESIAPAN PENINGKATAN PERKEMBANGAN
REMAJA .................................................................................. 371
G. KESIAPAN PENINGKATAN DEWASA AWAL .................. 382
H. KESIAPAN PENINGKATAN DEWASA TUA ...................... 393
I. KESIAPAN PENINGKATAN LANSIA ................................. 404
BAB VII PENCATATAN DAN PELAPORAN PELAYANAN
KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
MASYARAKAT ..................................................................... 415
A. DESKRIPSI .............................................................................. 415
B. TUJUAN PEMBELAJARAN .................................................. 415
C. PENGERTIAN PENCATATAN DAN PELAPORAN ........... 416
D. TUJUAN PENCATATAN DAN PELAPORAN ..................... 416
E. JENIS-JENIS PENCATATAN DAN PELAPORAN .............. 416
F. MEKANISME PENCATATAN DAN PELAPORAN ............ 418
BAB VIII HASIL PENELITIAN ............................................................ 420
TENTANG PENULIS .................................................................................. 455

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran FCMHN 01 BUKU REGISTER PUSKESMAS


(PENCATATAN HARIAN) ............................... 431
Lampiran FCMHN 02 CATATAN KEPERAWATAN DI
MASYARAKAT (CMHN) ................................. 432
Formulir FCMHN 03 JADWAL AKTIVITAS HARIAN KLIEN......... 434
Lampiran FCMHN 04 KEMAMPUAN KLIEN DALAM
MELAKUKAN ADL .......................................... 435
Formulir FCMHN 05 RUJUKAN PELAYANAN KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA MASYARAKAT KE
RSU/RSJ/PUSKESMAS ...................................... 436
Formulir FCMHN 06 RUJUKAN PELAYANAN KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA MASYARAKAT
(RUJUKAN BALIK DARI PKM/UP/RSU/RSJ ... 437
Formulir FCMHN 07 LAPORAN BULANAN DATA KLIEN
GANGGUAN JIWA BERDASARKAN
DIAGNOSA MEDIK .......................................... 438
Formulir FCMHN 08 LAPORAN BULANAN DATA KLIEN
BERDASARKAN DIAGNOSIS
KEPERAWATAN ............................................ 439
Lampiran FCMHN 09 LAPORAN BULANAN PELAYANAN
KESEHATAN JIWA .......................................... 442
Lampiran FCMHN 10 LEAFLET UNTUK MASYARAKAT ............... 444
Lampiran FCMHN 11 DATA TENAGA KESEHATAN DAN
PELAYANAN KESEHATAN JIWA ................. 445
Lampiran FCMHN 15 FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA .......................................... 446

ix
x
BAB I
KEBIJAKAN DAN STRATEGIS KESEHATAN JIWA

I. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Setelah selesai pembelajaran ini peserta mampu memahami konsep
keperawatan kesehatan jiwa masyarakat kebijakan kesehatan jiwa nasional

B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)


Peserta Mampu:
1. Menjelaskan tentang Undang-Undang Kesehatan Jiwa
2. Menjelaskan tentang arah pembangunan kesehatan
3. Menjelaskan tentang visi dan misi program pelayanan kesehatan jiwa di
Indonesia
4. Menjelaskaan tentang Kebijakan dan strategis pelayanan kesehatan jiwa di
Indonesia 2015-2020
5. Menjelaskan tentang peran rumah sakit jiwa dan rumah sakit umum,
puskesmas
6. Menjelaskan tentang program kesehatan jiwa

II. POKOK BAHASAN


A. UNDANG-UNDANG KESEHATAN JIWA
Undang-Undang Kesehatan Jiwa telah diatur dalam Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 2014 diundangkan dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 185.
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa secara
umum disebutkan bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 menjamin setiap orang dapat hidup sejahtera lahir dan batin serta
memperoleh pelayanan kesehatan dengan penyelenggaraan pembangunan
kesehatan. Tujuan pembangunan kesehatan yang hendak dicapai yaitu
terwujudnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Untuk mencapai tujuan
tersebut, perlu dilakukan berbagai upaya kesehatan termasuk Upaya Kesehatan

1
Jiwa dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Upaya
Kesehatan Jiwa harus diselenggarakan secara terintegrasi, komprehensif, dan
berkesinambungan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.
Dalam Undang-Undang No. 18 Tahun 2014 pasal 3 tentang upaya
kesehatan jiwa bertujuan:
Upaya Kesehatan Jiwa bertujuan:
1. Menjamin setiap orang dapat mencapai kualitas hidup yang baik,
menikmati kehidupan kejiwaan yang sehat, bebas dari ketakutan, tekanan,
dan gangguan lain yang dapat mengganggu Kesehatan Jiwa;
2. Menjamin setiap orang dapat mengembangkan berbagai potensi
kecerdasan;
3. Memberikan pelindungan dan menjamin pelayanan Kesehatan Jiwa bagi
ODMK dan ODGJ berdasarkan hak asasi manusia;
4. Memberikan pelayanan kesehatan secara terintegrasi, komprehensif, dan
berkesinambungan melalui upaya promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif bagi ODMK dan ODGJ;
5. Menjamin ketersediaan dan keterjangkauan sumber daya dalam Upaya
Kesehatan Jiwa;
6. Meningkatkan mutu Upaya Kesehatan Jiwa sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi; dan
7. Memberikan kesempatan kepada ODMK dan ODGJ untuk dapat
memperoleh haknya sebagai Warga Negara Indonesia.
Upaya kesehatan jiwa juga di atur dalam pasal 4 undang-undang kesehatan
no 18 tahun 2014 sebagai berikut:
1. Upaya Kesehatan Jiwa dilakukan melalui kegiatan:
a. promotif;
b. preventif;
c. kuratif; dan
d. rehabilitatif.
2. Upaya Kesehatan Jiwa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.
Sistem pelayanan kesehatan jiwa diatur dalam pasal 33 sampai pasal 35
Undang-undang no 18 Tahun 2014 sebagai berikut:
1. Pasal 33
a. Untuk melaksanakan Upaya Kesehatan Jiwa, Pemerintah membangun
sistem pelayanan Kesehatan Jiwa yang berjenjang dan komprehensif.

2
b. Sistem pelayanan Kesehatan Jiwa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas:
1) pelayanan Kesehatan Jiwa dasar; dan
2) pelayanan Kesehatan Jiwa rujukan.
2. Pasal 34
Pelayanan Kesehatan Jiwa dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal
33 ayat (2) huruf a merupakan pelayanan Kesehatan Jiwa yang
diselenggarakan terintegrasi dalam pelayanan kesehatan umum di
Puskesmas dan jejaring, klinik pratama, praktik dokter dengan kompetensi
pelayanan Kesehatan Jiwa, rumah perawatan, serta fasilitas pelayanan di
luar sektor kesehatan dan fasilitas rehabilitasi berbasis masyarakat.
3. Pasal 35
Pelayanan Kesehatan Jiwa rujukan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 33 ayat (2) huruf b terdiri atas pelayanan Kesehatan Jiwa di rumah
sakit jiwa, pelayanan Kesehatan Jiwa yang terintegrasi dalam pelayanan
kesehatan umum di rumah sakit, klinik utama, dan praktik dokter spesialis
kedokteran jiwa.
Sumber Daya dalam upaya kesehatan jiwa diatur dalam pasal 36 Undang-
undang no 18 Tahun 2014 sebagai berikut:
Sumber daya dalam Upaya Kesehatan Jiwa terdiri atas:
1. sumber daya manusia di bidang Kesehatan Jiwa;
2. fasilitas pelayanan di bidang Kesehatan Jiwa;
3. perbekalan Kesehatan Jiwa;
4. teknologi dan produk teknologi Kesehatan Jiwa; dan
5. pendanaan Kesehatan Jiwa.
Sumber daya manusia di Bidang Kesehatan Jiwa diatur pada pasal 37
Undang-undang no 18 Tahun 2014 sebagai berikut:
1. Sumber daya manusia di bidang Kesehatan Jiwa terdiri atas:
a. Tenaga kesehatan dengan kompetensi di bidang Kesehatan Jiwa;
b. Tenaga profesional lainnya; dan
c. Tenaga lain yang terlatih di bidang Kesehatan Jiwa.
2. Tenaga profesional lainnya dan tenaga lain yang terlatih di bidang
Kesehatan Jiwa berperan sebagai mitra tenaga kesehatan dengan
kompetensi di bidang Kesehatan Jiwa dalam menyelenggarakan Upaya
Kesehatan Jiwa.

3
B. KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS KESEHATAN
JIWA
Kebijakan-kebijakan dalam kesehatan jiwa:
1. Kemitraan Inter dan Intrasektoral
a. Meningkatkan kepekaan dan kepedulian akan kesehatan jiwa bagi
pemangku kepentingan dan membuat kebijakan, lintas program, lintas
sektoral dan Lembaga Swadaya Masyarakat.
b. Mengembangkan jejaring kerja sama lintas sektoral, lintas program dan
Lembaga Swadaya Masyarakat.
c. Memfasilitasi pengembangan program lintas sektor terkait kesehatan jiwa.
2. Upaya Pelayanan Kesehatan Jiwa Prima
a. Meningkatkan kapasitas dan kompetensi tenaga kesehatan jiwa di setiap
jenjang pelayanan.
b. Mengembangkan dan meningkatkan fasilitas kesehatan jiwa di setiap
jenjang pelayanan kesehatan
c. Mengembangkan pelayanan kesehatan jiwa yang responsif dan berbasis
bukti.
3. Upaya Kesehatan Jiwa Berbasis Masyarakat
a. Meningkatkan kepekaan dan kepedulian masyarakat akan kesehatan jiwa
b. Meningkatkan peran serta orang dengan gangguan jiwa dan keluarganya
c. Meningkatkan dukungan masyarakat terhadap orang dengan gangguan
jiwa dan keluarganya.
4. Sistem Ketenagaan Kesehatan Jiwa
a. Melakukan analisis dan perencanaan ketenagaan di bidang kesehatan jiwa
b. Mengupayakan pengadaan dan pengembangan tenaga di bidang kesehatan
jiwa
c. Mendayagunakan SDM Kesehatan Jiwa berdasarkan kebutuhan dan
kompetensi
5. Sistem Pembiayaan Kesehatan Jiwa
a. Melakukan analisis dan perencanaan sistem pembiayaan
b. Mengupayakan pengadaan dan pengembangan sistem pembiayaan yang
adekuat
c. Mengupayakan tercakupnya secara maksimal masalah kesehatan jiwa
dalam sistem asuransi sosial kesehatan

4
C. PERAN RUMAH SAKIT JIWA, RUMAH SAKIT UMUM DAN
PUSKESMAS DALAM KESEHATAN JIWA
1. Peran Rumah Sakit Jiwa dalam pembangunan kesehatan jiwa:
a. Layanan Keswa Anak dan Remaja: diagnosis, terapi, program pelatihan
menuju pengembangan kemampuan (autis, anak bermasalah); klinik
tumbuh kembang anak.
b. Layanan Usia Produktif: kesehatan jiwa industri dan berbagai penanganan
masalah kerja termasuk persyaratan/pemeriksaan SDM untuk suatu
kepentingan (fit & propper, uji kes para calon pemimpin, tenaga kerja).
c. Layanan Napza dan HIV: dengan berbagai modalitass terapi (detoksifikasi,
terapi substitusi, rehabilitasi, kelompok tolong diri, day care, dsb).
d. Layanan Psikogeriatri: Demensia, rumah titipan sementara, layanan
kegiatan usia lanjut
e. Sumber dari pengetahuan kesehatan jiwa terkini
2. Peran Rumah Sakit Umum (RSU) dalam pembangunan kesehatan jiwa:
a. RSU merupakan pintu masuk semua layanan kesehatan rujukan termasuk
kesehatan jiwa (triage).
b. RSU perlu mengembangkan pelayanan kesehatan jiwa untuk klien
gangguan kesehatan fisik dalam bentuk liason psikiatri.
c. RSU menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi pekerja, calon pekerja,
calon jamaah haji, kedudukan tertentu melalui pembangunan penapisan
yang tepat-cepat-hemat-bermutu.
d. RSU perlu menyelenggarakan pelayanan khusus seperti Klinik Tumbuh
Kembang Anak di Rumah Sakit Anak dan Bersalin.
e. RSU menyelenggarakan pelayanan kesehatan jiwa untuk klien dengan
penyakit kronis (Kanker di RS Dharmais, HIV di RSPI Sulanti S)
f. RSU memberikan pelayanan kesehatan jiwa pada klien yang mengalami
tindakan khusus (pra/post bedah, stroke, forensik, kekerasan
anak/perempuan).
3. Peran sentral RSJ dalam Upaya kesehatan Jiwa:
a. Layanan Hotline Service Kesehatan Jiwa Nasional (500454 atau 021
500454)
b. Sistem informasi kesehatan jiwa
c. Tim pelaksana kesehatan jiwa masyarakat
d. Pembinaan wilayah

5
4. Peran Puskesmas dalam upaya kesehatan jiwa:
a. Menyediakan layanan kesehatan jiwa kepada masyarakat dalam bentuk
klinik kesehatan jiwa dan kunjungan rumah
b. Menstimulasi masyarakat untuk membentuk lingkungan desa sadar
kesehatan jiwa dalam bentuk Desa Siaga Sehat Jiwa
c. Melaksanakan rujukan kasus kesehatan jiwa, dan melanjutkan program
pelayanan kesehatan jiwa kepada klien pulang dari RSJ/RSU.
d. Melakukan kerja sama lintas sektoral di tingkat kecamatan untuk
penanggulangan masalah di wilayah kerjanya.

D. PROGRAM KESEHATAN JIWA


Program Kesehatan jiwa meliputi:
1. Pemberdayaan Masyarakat
a. Pemberdayaan keluarga, masyarakat dan organisasi peduli kesehatan jiwa
b. Revitalisassi TP-KJM (tim pelaksana kesehatan jiwa masyarakat melalui
peraturan Presiden)
c. Peran masing-masing pihak terkait untuk program menuju Indonesia
Bebas Pasung
2. Layanan Kesehatan Jiwa diselenggarakan di:
a. Puskesmas
b. RSU Kabupaten/Kota
c. Layanan tersier di RSJ
d. Hotline Service
e. Program diversi pecandu narkotika
d. Program menuju Indonesia Bebas Pasung
3. Perhatian terhadap kelompok berisiko
a. TKI-B (Tenaga Kerja Indonesia –Bermasalah)
b. Masalah kesehatan jiwa pada bencana
c. KDRT
d. Etik legal

6
Masalah etik dan perlindungan terhadap penderita gangguan jiwa harus
makin diperhatikan. Pelayanan keperawatan sebagai bagian dari pelayanan
kesehatan jiwa telah berupaya mengembangkan pelayanan jiwa selaras dengan
undang-undang dan kebijakan yang berlaku meliputi:
1. Pengembangan pelayanan keperawatan jiwa di masyarakat:
a. Pengembangan Desa Siaga Sehat Jiwa, membentuk Kader Kesehatan Jiwa
b. Mendukung Pembentukan Kelompok Swabantu (Self Help Group)
Kesehatan Jiwa
c. Mendukung Usaha Kesehatan Sekolah Jiwa
2. Pengembangan pelayanan kesehatan jiwa berbasis masyarakat di
puskesmas berupa pelayanan keperawatan kesehatan jiwa masyarakat
(Community Mental Health Nursing/CMHN), terdiri dari:
a. BC-CMHN (Basic Course)
Serangkaian kegiatan pembelajaran untuk perawat komunitas agar
memiliki kompetensi untuk melaksanakan asuhan keperawatan kepada
pasien gangguan jiwa yang ada di masyarakat. Kegiatan BC-CMHN
berupa pemberian pengetahuan dan praktik langsung bagi perawat dalam
mengatasi atau menanggulangi masalah kesehatan mental atau jiwa
(Keliat, 2012).
b. IC-CMHN (Intermediate Course)
Upaya dalam meningkatkan mutu pelayanan masyarakat, perlu
mempersiapkan sumber daya manusia (Perawat CMHN) melalui pelatihan
lanjutan berupa Intermediate Course. Pelatihan ini dilakukan dalam tiga
tahap; pelatihan tahap pertama lebih berfokus pada pengembangan Desa
Siaga Sehat Jiwa dan pengelolaannya dan merekrut dan melatih kader
kesehatan jiwa.
c. AC-CMHN (Advance Course)
Pengembangan program CMHN yang telah mengikutsertakan keluarga,
kelompok, masyarakat luas, serta kerja sama dengan lintas sektoral.
3. Pengembangan pelayanan keperawatan jiwa di rumah sakit umum dalam
bentuk pelayanan akut kesehatan jiwa: Psychiatric Intensive Care Unit
(PICU)

7
4. Pengembangan pelayanan keperawatan di rumah sakit jiwa dalam bentuk:
a. PICU
b. Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) Jiwa di rawat inap
c. Konsultasi keperawatan di rawat jalan

REFERENSI
Keliat, B.A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat: CMHN
(Basic Course). Jakarta: EGC.
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa.

8
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
MASYARAKAT

I. DESKRIPSI
Konsep keperawatan kesehatan jiwa masyarakat adalah konsep pendekatan
kesehatan jiwa yang berbasis masyarakat, untuk mengoptimalkan upaya
kesehatan jiwa dengan mempertimbangkan berbagai keterbatasan yang ada.
Upaya kesehatan jiwa masyarakat dilaksanakan dengan prinsip holistik,
komprehensif, paripurna dan berkesinambungan.
Pelayanan keperawatan kesehatan jiwa pada saat ini berorientasi pada
pelayanan jiwa di masyarakat. Komitmen ini sesuai dengan hasil Konferensi
Nasional I Keperawatan Jiwa pada bulan Oktober 2004, bahwa pelayanan
keperawatan diarahkan pada tindakan preventif dan promotif. Sejalan dengan
paradigma sehat yang ditetapkan WHO dan dijalankan Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, bahwa upaya proaktif perlu dilakukan untuk mencegah maka
dari itu diperlukannya peran dan fungsi perawat jiwa untuk lebih aktif dan
profesional dalam melaksanakan pelayanan terjadinya gangguan jiwa. Upaya
proaktif ini melibatkan banyak profesi termasuk psikiater dan perawat.
Penanganan kesehatan jiwa bergeser pada upaya kuratif/perawatan Rumah Sakit
menjadi perawatan kesehatan jiwa masyarakat. Pusat kesehatan jiwa masyarakat
akan memberikan pelayanan di Rumah berdasarkan wilayah kerjanya,
diharapkan klien dekat dengan keluarganya sebagai sistem pendukung yang
dapat membantu pasien mandiri dan berfungsi sebagai individu yang produktif.
Modul ini membahas tentang keperawatan kesehatan jiwa masyarakat
yang digunakan sebagai dasar dan strategi tindakan yang akan diberikan oleh
perawat.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Setelah selesai pembelajaran ini peserta mampu memahami konsep
keperawatan kesehatan jiwa masyarakat

9
B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Peserta Mampu:
1. Menjelaskan tentang konsep sehat-sakit dalam keperawatan jiwa
2. Menjelaskan tentang konsep keperawatan kesehatan jiwa masyarakat
3. Menjelaskan tentang pelayanan keperawatan komprehensif melalui tiga
tingkat pencegahan
4. Menjelaskan tentang proses keperawatan kesehatan jiwa dalam pelayanan
keperawatan kesehatan jiwa masyarakat

III. POKOK BAHASAN


A. KONSEP SEHAT-SAKIT DALAM KEPERAWATAN JIWA
Konsep sehat-sakit dalam keperawatan jiwa terdiri dari konsep sehat
mental, masalah psikososial, dan gangguan jiwa.
Sehat mental adalah suatu kondisi sehat mental atau sejahtera yang
memungkinkan seseorang untuk hidup produktif sebagai bagian dari kualitas
hidup seseorang.
Ciri-ciri sehat mental meliputi:
1. Menyadari sepenuhnya kemampuan dirinya,
2. Mampu menghadapi stres kehidupan yang wajar,
3. Mampu bekerja produktif dan memenuhi kebutuhan hidupnya,
4. Berperan serta dalam lingkungan hidupnya,
5. Menerima dengan baik apa yang ada pada diri sendiri dan merasa nyaman
bersama orang lain.
Masalah Psikososial yaitu masalah yang bersifat psikologis ataupun sosial
akibat perubahan dalam kehidupan seseorang. Masalah psikososial mempunyai
pengaruh timbal balik dan dianggap berpotensi cukup besar sebagai faktor
penyebab terjadinya gangguan jiwa (atau kesehatan lainnya).
Ciri-ciri Masalah Psikososial
1. Cemas, khawatir berlebihan, takut
2. Mudah tersinggung
3. Sulit konsentrasi
4. Bersifat ragu-ragu/merasa rendah diri
5. Merasa kecewa
6. Pemarah dan agresif
7. Reaksi fisik seperti: jantung berdebar, otot tegang, sakit kepala, sukar
tidur, dan nafsu makan kurang.

10
Gangguan jiwa yaitu suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan
adanya gangguan pada fungsi kehidupan, menimbulkan penderitaan pada
individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial.
Ciri-ciri gangguan jiwa
1. Marah tanpa sebab
2. Mengurung diri
3. Tidak mengenali orang
4. Bicara kacau
5. Mendengar suara yang tidak nyata
6. Bicara sendiri
7. Tidak mampu merawat diri
Kesehatan jiwa berada pada rentang sehat-sakit yang dapat dilihat pada
bagan berikut:

Rentang Sehat-Sakit Jiwa


Respons Adaptif Respons Maladaptif
Sehat jiwa Masalah psikososial Gangguan jiwa
Pikiran logis Pikiran kadang menyimpang Waham
Emosi konsisten Reaksi emosional Ketidakmampuan
mengendalikan emosi
Perilaku sesuai Perilaku kadang tidak sesuai Kekacauan perilaku
Hubungan sosial Menarik diri Isolasi sosial
Memuaskan

B. KONSEP KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA


MASYARAKAT
1. Kesehatan jiwa masyarakat adalah suatu keadaan setiap manusia dapat
mencapai prestasi kerja semaksimal mungkin, anak sekolah dapat
mencapai prestasi belajar semaksimal mungkin karena tidak adanya
hambatan emosi.
2. Keperawatan kesehatan jiwa masyarakat adalah pelayanan keperawatan
yang komprehensif, holistik, paripurna dan kontinu berfokus pada
masyarakat yang sehat jiwa, masalah psikososial dan gangguan jiwa
3. Pelayanan keperawatan yang komprehensif adalah pelayanan yang
difokuskan pada pencegahan primer pada anggota masyarakat yang sehat
jiwa, pencegahan sekunder pada anggota masyarakat yang mengalami
masalah psikososial dan gangguan jiwa dan pencegahan tersier pada klien
gangguan jiwa dengan proses pemulihan.

11
4. Pelayanan keperawatan yang holistik adalah pelayanan yang difokuskan
pada aspek bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual
5. Pelayanan keperawatan paripurna adalah pelayanan yang lengkap meliputi
seluruh jenjang pelayanan yaitu dari pelayanan kesehatan jiwa spesialistik,
pelayanan kesehatan jiwa integratif dan pelayanan kesehatan jiwa yang
bersumber daya masyarakat.
6. Pelayanan keperawatan diberikan secara terus menerus (continuity of care)
dari kondisi sehat mental sampai sakit dan sebaliknya, baik di rumah
maupun di rumah sakit, dari dalam kandungan sampai lanjut usia.

KESEHATAN JIWA MASYARAKAT

KELUARGA MASYARAKAT

SEJAHTERA

MASYARAKAT SEHAT JIWA

Gambar 1. Peningkatan Kesehatan Jiwa Masyarakat

C. PELAYANAN KEPERAWATAN KOMPREHENSIF


1. Pencegahan Primer
Fokus pelayanan keperawatan jiwa ada peningkatan kesehatan dan
pencegahan terjadinya gangguan jiwa
Tujuan pelayanan adalah mencegah terjadinya gangguan jiwa,
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan jiwa
Target pelayanan yaitu anggota masyarakat yang sehat jiwa dan
belum mengalami gangguan jiwa sesuai dengan kelompok umur yaitu
anak-anak, remaja, dewasa dan usia lanjut.
Aktivitas pencegahan primer adalah:
2. Program pendidikan kesehatan, program stimulasi perkembangan, program
sosialisasi, manajemen stres, persiapan menjadi orang tua.
Beberapa kegiatan yang dilakukan:
a. Pendidikan kesehatan pada orang tua:
1) Pendidikan menjadi orang tua
2) Perkembangan anak sesuai dengan usia
3) Memantau dan menstimulasi perkembangan
4) Mensosialisasikan anak dengan lingkungan

12
b. Cara mengatasi stres
1) Stres pekerjaan
2) Stres perkawinan
3) Stres sekolah
4) Stres pasca bencana
3. Program dukungan sosial diberikan pada anak yatim piatu, kehilangan
pasangan, kehilangan pekerjaan, kehilangan rumah/tempat tinggal, yang
terjadi akibat bencana.
Beberapa kegiatan yang dilakukan:
a. Memberikan informasi cara mengatasi kehilangan
b. Menggerakkan dukungan masyarakat seperti menjadi orang tua asuh bagi
anak yatim piatu.
c. Melatih keterampilan sesuai keahlian masing-masing untuk mendapatkan
pekerjaan.
d. Mendapatkan dukungan pemerintah dan LSM untuk memperoleh tempat
tinggal.
4. Program pencegahan penyalahgunaan obat
Penyalahgunaan obat sering digunakan sebagai koping untuk
mengatasi masalah.
Kegiatan yang dapat dilakukan:
a. Pendidikan kesehatan melatih koping positif untuk mengatasi stres
b. Latihan asertif yaitu mengungkapkan keinginan dan perasaan tanpa
menyakiti orang lain.
c. Latihan afirmasi dengan menguatkan aspek-aspek positif yang ada pada
diri seseorang.
5. Program pencegahan bunuh diri
Bunuh diri merupakan salah satu cara penyelesaian masalah oleh individu
yang mengalami keputusasaan. Oleh karena itu diperlukan program:
a. Memberikan informasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang
tanda-tanda bunuh diri.
b. Menyediakan lingkungan yang aman untuk mencegah bunuh diri.
c. Melatih keterampilan koping yang adaptif.

13
Latihan 1:

Coba Saudara identifikasi aktivitas yang termasuk dalam


pencegahan primer yang telah dilakukan di daerah saudara

6. Pencegahan Sekunder
Fokus pelayanan keperawatan jiwa pada tingkat pencegahan sekunder
adalah deteksi dini masalah psikososial dan gangguan jiwa serta
penanganan dengan segera.
Tujuan pelayanan adalah mencegah dan menurunkan kejadian
gangguan jiwa
Target pelayanan yaitu anggota masyarakat yang berisiko/gangguan
jiwa (telah memiliki faktor risiko) dan memperlihatkan tanda-tanda
masalah psikososial dan gangguan jiwa.
Aktivitas pada pencegahan sekunder adalah:
a. Menemukan kasus sedini mungkin dengan cara memperoleh informasi dari
berbagai sumber seperti masyarakat, tim kesehatan lain, penemuan
langsung
b. Melakukan penjaringan kasus dengan melakukan langkah-langkah sebagai
berikut:
1) Melakukan pengkajian dua menit untuk memperoleh data fokus pada
semua klien yang berobat(klien dengan keluhan fisik) di puskesmas
2) Jika ditemukan tanda-tanda berkaitan dengan kecemasan, depresi maka
lanjutkan pengkajian dengan menggunakan pengkajian keperawatan
kesehatan jiwa
3) Mengumumkan kepada masyarakat tentang gejala dini gangguan jiwa
(ditempat-tempat umum).
4) Memberikan perawatan dan pengobatan cepat terhadap kasus baru yang
ditemukan sesuai dengan standar pendelegasian program pengobatan
(bekerja sama dengan dokter) serta memonitor efek samping pemberian
obat, gejala dan kepatuhan klien minum obat.
5) Bekerja sama dengan perawat komunitas dalam pemberian perawatan dan
pengobatan lain yang dibutuhkan klien untuk mengatasi gangguan fisik
yang dialami (jika ada gangguan fisik yang memerlukan pengobatan
bekerja sama dengan dokter).
6) Melibatkan keluarga dalam pemberian perawatan dan pengobatan,
mengajarkan keluarga agar melaporkan segera kepada perawat jika

14
ditemukan adanya tanda-tanda yang tidak biasa dan menginformasikan
jadwal tindak lanjut (follow-up).
7) Penanganan kasus bunuh diri dengan menempatkan klien di tempat yang
aman, melakukan pengawasan ketat, menguatkan koping dan melakukan
rujukan jika mengancam keselamatan jiwa.
8) Menempatkan pasien ditempat yang aman sebelum di rujuk dengan
menciptakan lingkungan yang tenang dan stimulus minimal.
9) Melakukan terapi modalitas yaitu berbagai terapi keperawatan jiwa untuk
membantu pemulihan klien seperti terapi aktivitas kelompok, terapi
keluarga, terapi lingkungan.
10)Memfasilitasi self-help group (kelompok swabantu klien, keluarga atau
kelompok masyarakat pemerhati) berupa kegiatan kelompok yang
membahas masalah-masalah yang terkait dengan kesehatan jiwa dan cara
penyelesaiannya.
11)Hotline service untuk intervensi krisis yaitu pelayan dalam 24 jam melalui
telefon berupa pelayanan konseling (021 500454).
12)Melakukan tindak lanjut (follow-up) dan rujukan kasus.

Latihan 2:

Coba saudara identifikasi aktivitas yang termasuk dalam


pencegahan sekunder yang telah dilakukan didaerah saudara

7. Pencegahan Tersier
Fokus pelayanan keperawatan jiwa pada peningkatan fungsi dan
sosialisasi serta pencegahan kekambuhan pada klien gangguan jiwa.
Tujuan pelayanan adalah mengurangi kecacatan/ketidakmampuan
akibat gangguan jiwa dan pemulihan optimal.
Target pelayanan yaitu anggota masyarakat yang mengalami
gangguan jiwa pada tahap pemulihan.
Aktivitas pada pencegahan tersier adalah:
a. Program dukungan sosial dengan menggerakkan sumber-sumber di
masyarakat seperti sumber pendidikan, dukungan masyarakat (tetangga,
teman dekat, tokoh masyarakat), pelayanan terdekat yang terjangkau
masyarakat)
Beberapa kegiatan yang dilakukan:
1) Pendidikan kesehatan tentang perilaku dan sikap masyarakat terhadap
penerimaan pasien gangguan jiwa.

15
2) Pentingnya pemanfaatan pelayanan kesehatan dalam penanganan klien
yang mengalami kekambuhan.
b. Program rehabilitasi dengan memberdayakan klien dan keluarga hingga
mandiri dan produktif. Fokus pada kekuatan dan kemampuan klien dan
keluarga dengan cara:
1) Meningkatkan kemampuan koping yaitu belajar mengungkapkan dan
menyelesaikan masalah dengan cara yang tepat.
2) Mengembangkan sistem pendukung dengan memberdayakan keluarga dan
masyarakat.
3) Menyediakan pelatihan kemampuan dan potensi yang perlu dikembangkan
oleh klien, keluarga dan masyarakat.
4) Menyediakan lapangan kerja sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
5) Membantu klien dan keluarga merencanakan masa depan klien.
c. Program sosialisasi
1) Membuat tempat pertemuan untuk sosialisasi.
2) Mengembangkan keterampilan hidup: kegiatan hidup sehari-hari (ADL),
mengelola rumah tangga, mengembangkan hobi.
3) Program rekreasi seperti nonton bersama, jalan santai, pergi ke tempat
rekreasi.
4) Kegiatan sosial dan keagamaan, contoh: arisan bersama, pengajian, majelis
taklim, kegiatan adat.
d. Program mencegah stigma
Stigma merupakan anggapan yang keliru dari masyarakat terhadap
gangguan jiwa. Oleh karena itu, perlu diberikan program mencegah stigma
untuk menghindari isolasi dan diskriminasi terhadap klien gangguan jiwa.
Beberapa kegiatan tang dilakukan:
1) Melakukan pendidikan kesehatan kepada masyarakat tentang kesehatan
jiwa dan gangguan jiwa, serta sikap dan tindakan menghargai klien
gangguan jiwa
2) Pendekatan kepada tokoh masyarakat atau orang yang berpengaruh dalam
rangka mensosialisasikan kesehatan jiwa dan gangguan jiwa.

16
Latihan 3:

Coba saudara identifikasi aktivitas yang termasuk dalam


pencegahan tersier yang telah dilakukan di daerah saudara

D. PROSES KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA


Konsep keperawatan kesehatan jiwa masyarakat dapat diaplikasikan
dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien. Tahapan proses keperawatan kesehatan jiwa adalah
sebagai berikut:

1. PENGKAJIAN
Pengkajian awal dilakukan dengan menggunakan pengkajian 2 menit
berdasarkan keluhan klien, setelah ditemukan tanda-tanda yang menonjol yang
mendukung adanya gangguan jiwa, maka pengkajian dilanjutkan dengan
menggunakan format pengkajian kesehatan jiwa. Data yang dikumpulkan
mencakup: Keluhan utama, riwayat kesehatan jiwa, pengkajian psikososial, dan
pengkajian status mental. Jika ditemukan riwayat kejang, pengkajian dilanjutkan
dengan format pengkajian epilepsi. Teknik pengumpulan data dapat dilakukan
melalui wawancara dengan klien dan kelaurga, pengamatan langsung terhadap
kondisi klien serta melalui pemeriksaan.

2. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Diagnosis keperawatan dapat dirumuskan berdasarkan hasil pengkajian,
yang disesuaikan dengan Asuhan Keperawatan Jiwa dan NANDA baik diagnosis
yang bersifat aktual (gangguan kesehatan jiwa) maupun risiko mengalami
gangguan jiwa dan sehat mental. Adapun diagnosis keperawatan yaitu:
Gangguan jiwa (anak, dewasa, lansia) yaitu:
a. Risiko perilaku kekerasan
b. Risiko bunuh diri
c. Isolasi sosial
d. Harga diri rendah kronik
e. Halusinasi
f. Waham
g. Defisit perawatan diri
h. Hambatan komunikasi verbal
i. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan

17
Diagnosis Risiko
a. Ansietas
b. Gangguan citra tubuh
c. Harga diri rendah situasional
d. Ketidakberdayaan
e. Keputusasaaan
f. Ketidakefektifan koping individu
g. Dukacita
h. Ketidakefektifan manajemen kesehatan
i. Ketidakefektifan performa peran
j. Distres spiritual
Diagnosis Sehat
a. Kesiapan peningkatan perkembangan ibu hamil
b. Kesiapan peningkatan perkembangan bayi
c. Kesiapan peningkatan perkembangan kanak-kanak
d. Kesiapan peningkatan perkembangan anak prasekolah
e. Kesiapan peningkatan perkembangan anak sekolah
f. Kesiapan peningkatan perkembangan remaja
g. Kesiapan peningkatan perkembangan dewasa muda
h. Kesiapan peningkatan perkembangan dewasa tua
i. Kesiapan peningkatan perkembangan lansia
j. Defisiens pengetahuan

3. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Rencana tindakan keperawatan disesuaikan dengan Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (SIKI) yang mencakup tindakan psikoterapeutik yaitu
penggunaan berbagai teknik komunikasi terapeutik dalam membina hubungan
dengan klien; melatih aktivitas kehidupan sehari-hari meliputi perawatan diri
(kebersihan diri, berdandan, makan dan minum, buang air besar dan buang air
kecil); melatih sosialisasi; melatih pengendalian tanda-gejala; melatih kepatuhan
minum obat (berkolaborasi dengan tim medis); terapi modalitas seperti terapi
aktivitas kelompok, terapi lingkungan dan terapi keluarga. Kemampuan yang
diharapkan dicapai adalah kemampuan klien dan keluarga. Rencana tindakan
keperawatan ditujukan pada individu, keluarga, kelompok dan komunitas.
a. Pada tingkat individu difokuskan pada peningkatan keterampilan dalam
ADL, kemampuan melakukan sosialisasi, keterampilan koping adaptif
dalam mengatasi gejala serta kemampuan minum obat secara teratur.

18
b. Pada tingkat keluarga difokuskan pada pemberdayaan keluarga dalam
mendeteksi masalah kesehatan jiwa, menetapkan pelayanan kesehatan
yang digunakan, merawat dan mensosialisasikan klien, menciptakan
lingkungan yang kondusif, dan melakukan follow up secara teratur.
c. Pada tingkat kelompok difokuskan pada kegiatan kelompok saling
mendukung dalam rangka sosialisasi dan adaptasi dengan lingkungan.
d. Pada tingkat komunitas difokuskan pada peningkatan kesadaran
masyarakat tentang kesehatan jiwa dan gangguan jiwa, menggerakkan
sumber-sumber yang ada di masyarakat yang dapat dimanfaatkan oleh
klien dan keluarga.

4. TINDAKAN KEPERWATAN
Tindakan keperawatan dilakukan berdasarkan rencana yang telah
dilakukan dibuat melalui pelayanan di puskesmas dan kunjungan rumah. Standar
asuhan keperawatan terdiri dari tindakan keperawatan untuk klien dan keluarga.
Perawat melakukan asuhan keperawatan di puskesmas dan kunjungan rumah
dengan langkah-langkah berikut:
a. Bertemu dengan keluarga melakukan kontrak, mengidentifikasi masalah
yang dialami klien dan keluarga.
b. Bertemu dengan klien, mengkaji dan mengajarkan keterampilan mengatasi
masalah.
c. Bertemu keluarga untuk mengajarkan keterampilan tentang cara merawat
dan mengevaluasi kegiatan yang dilakukan oleh klien.

5. EVALUASI ASUHAN KEPERAWATAN


Evaluasi dilakukan untuk menilai perkembangan kemampuan klien dan
keluarga dalam memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan masalah. Kemampuan
yang diharapkan adalah:
a. Kemampuan yang diharapkan dari klien:
1) Melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari
2) Melakukan sosialisasi dengan orang lain di lingkungan secara bertahap
3) Melakukan cara-cara mengendalikan gejala yang dialami secara
konstruktif
4) Minum obat secara teratur
b. Kemampuan yang diharapkan dari keluarga:
1) Mengenal tanda-gejala dini terjadinya gangguan jiwa
2) Membuat keputusan yang tepat dalam penanganan klien

19
3) Melakukan perawatan pada anggota keluarga yang mengalami gangguan
jiwa:
a) Membantu klien dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari
b) Mensosialisasikan klien dengan orang lain di lingkungannya
c) Membantu klien dalam mengendalikan gejala yang dialami secara
konstruktif
d) Membimbing klien dalam minum obat
4) Menyediakan lingkungan yang kondusif
5) Mengidentifikasi perilaku klien yang membutuhkan konsultasi segera
6) Menggunakan sumber-sumber yang tersedia di masyarakat seperti
tetangga, teman dekat, pelayan kesehatan terdekat.

REFERENSI
Keliat, BA., dkk. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Keliat, BA., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat: CMHN
(Basic Course). Jakarta: EGC
Keliat, B.A., dkk. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Lundy, K.S. & Janes, S. (2009). Community Health Nursing: Caring for the
Public’s Health. 2 nd ed. Boston: Jones and Bartlett Publisher.
PPSDM Kesehatan. (2012). Modul Pelatihan Keperawatan Kesehatan Jiwa
Masyarakat. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Stuart, G.W. (2013). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. (10th Ed).
Elsevier.

20
BAB III
KOMUNIKASI DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN
JIWA

I. DESKRIPSI
Komunikasi merupakan komponen dasar dari interaksi yang dilakukan
perawatan dengan klien dan keluarga. Komunikasi dilakukan sebagai pengobat,
dalam berkomunikasi dengan klien tidak boleh terburu-buru dan harus
mengurangi kebisingan dan distraksi. Menggunakan kalimat yang jelas dan
mudah dimengerti, kalimat tersebut dipakai untuk menyampaikan pesan karena
arti suatu kata sering kali terlupa atau ada kesulitan dalam mengorganisasi dan
mengekspresikan pikiran. Instruksi yang berurutan dan sederhana dapat dipakai
untuk mengingatkan klien.
Komunikasi dalam pelayanan keperawatan jiwa di lakukan oleh perawat,
klien dan keluarga untuk menghasilkan informasi tentang perkembangan
kesehatan klien, memberikan informasi tentang cara-cara untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapi klien dan keluarga. Jika klien dan keluarga menerima dan
dapat menerapkan informasi yang disampaikan perawat maka perilaku klien akan
berubah ke arah yang adaptif yang merupakan tujuan utama dari tindakan
keperawatan.
Modul ini membahas tentang komunikasi terapeutik dalam pemberian
asuhan keperawatan kepada individu dan keluarga.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Setelah selesai pembelajaran ini peserta mampu melakukan komunikasi
terapeutik dalam tindakan keperawatan kepada klien dan keluarga.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)


Peserta Mampu:
1. Menjelaskan tentang konsep komunikasi dalam pelayanan keperawatan
jiwa

21
2. Mempraktikkan komunikasi terapeutik dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada individu
3. Mempraktikkan komunikasi terapeutik dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada keluarga
4. Mempraktikkan komunikasi terapeutik dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada kelompok
5. Mempraktikkan komunikasi dalam bekerja sama dengan anggota tim
kesehatan lain

A. KONSEP KOMUNIKASI KEPERAWATAN


1. PENGERTIAN
Komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan perawat
untuk membantu klien beradaptasi terhadap stres, mengatasi gangguan patologis
dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain.
Komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara perawat
dengan klien dalam memperbaiki klien dalam hubungan ini perawat dan klien
memperoleh pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki
pengalaman emosi klien.

2. SIKAP DALAM BERKOMUNIKASI


a. Berhadapan dengan lawan bicara
Dengan posisi ini perawat menyatakan kesiapannya (“saya siap untuk
anda”).
b. Sikap tubuh terbuka; kaki dan tangan terbuka (tidak bersilangan)
Sikap tubuh yang terbuka menunjukkan bahwa perawat bersedia untuk
mendukung terciptanya komunikasi.
c. Menunduk/memosisikan tubuh ke arah/lebih dekat dengan lawan bicara
dengan jarak intim: 0-50 cm, jarak pribadi: 50-120 cm, dan jarak
konsultasi sosial: 275-365 cm.
Hal ini menunjukkan bahwa perawat bersiap untuk merespons dalam
komunikasi (berbicara-mendengar).
d. Pertahankan kontak mata, sejajar, dan natural.
Dengan posisi mata sejajar perawat menunjukkan kesediaannya untuk
mempertahankan komunikasi.
e. Bersikap tenang
Dalam berkomunikasi tidak terburu-buru, nada rendah, volume tidak tinggi
tapi tegas, memberikan sentuhan.

22
B. PENERAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT-
KLIEN (INDIVIDU)
1. PENGERTIAN
Komunikasi terapeutik pada individu merupakan komunikasi yang
dilakukan antara perawat dengan individu klien yang bertujuan untuk
menyelesaikan diagnosis keperawatan klien.

2. TAHAPAN HUBUNGAN TERAPEUTIK PADA INDIVIDU


a. Tahap Pra Interaksi
Sebelum memulai interaksi dengan klien, perawat perlu mengevaluasi diri
tentang kemampuan yang dimiliki. Di antaranya
1) Persiapan mental untuk memulai interaksi,
2) Persiapan teknik komunikasi yang digunakan,
3) Persiapan teknik observasi yang perlu dilakukan,
4) Persiapan langkah-langkah tindakan yang akan di lakukan sesuai SOP.
b. Tahap Orientasi
Tahap orientasi dilakukan pada awal pertemuan, kedua dan seterusnya.
1) Memberi salam
“Selamat siang Sari”
2) Memvalidasi dan mengevaluasi keadaan klien
- “Bagaimana perasaan sari hari ini?”
- “Apa yang sudah Sari lakukan untuk mengatasi masalah yang sari
hadapai?” dll.
3) Menyepakati kontrak/pertemuan
Setiap berinteraksi dengan klien kaitkan dengan kontrak pada pertemuan
sebelumnya.
a) Topik/tindakan /kegiatan
“Sesuai dengan janji kita yang lalu kita akan bertemu hari ini jam...,
Sari masih ingat apa yang akan kita bicarakan sekarang/yang akan
kita lakukan sekarang?
b) Tempat
“Sari Mau duduk di mana?” “Bagaimana kalau di sini?”
c) Waktu
“Sari Mau berapa jam?” “Bagaimana kalau 20 menit?”

23
c. Tahap Kerja
Tahap kerja merupakan inti dari hubungan perawat-klien yang terkait erat
dengan pelaksanaan rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan.
Contoh komunikasi:
1) “ada beberapa cara untuk mengontrol perilaku kekerasan. Salah satunya
adalah dengan cara latihan fisik 1 yaitu tarik napas dalam, dan latihan fisik
2 yaitu memukul bantal dan kasur, caranya ambil napas dalam melalui
hidung tahan selama 3 detik, lalu menghembuskan perlahan-lahan ulangi
sampai Sari rileks. Selanjutnya untuk melakukan latihan fisik 2 ambil
bantal lalu pukul-pukul bantal sambil berteriak aaahhhhhh, untuk
mengungkapkan kekesalan yang Sari rasakan.
2) sekarang coba Sari lakukan (beri pujian jika klien dapat melakukan)
“bagus sekali Sari sudah bisa melakukannya”.
d. Tahap Terminasi
Tahap terminasi merupakan akhir dari setiap pertemuan perawat dan klien.
Terminasi ada dua yaitu: terminasi sementara dan terminasi akhir.
1) Teminasi sementara adalah akhir dari setiap pertemuan perawat dan klien
yang akan bertemu lagi dengan klien pada waktu tang telah ditentukan.
Saat terminasi.
Latihan 1
Contoh komunikasi:
a) Evaluasi hasil:
(1) Evaluasi Subjektif
“bagaimana perasaan Sari setelah latihan ini?”
(2) Evaluasi objektif
- “Coba Sari jelaskan dan praktikkan bagaimana cara
mengontrol marah dengan latihan fisik 1 dan 2”?
- “Bagus sekali Sari sudah menjelaskan dan mempraktikkan
caranya”
b) Tindak lanjut
- “Bagaimana kalau mulai saat ini Sari coba lakukan cara untuk
mengontrol marah sesuai dengan yang kita latih tadi”
- “Sari mau coba latih? Berapa kali per hari? Kita buatkan
jadwalnya?(buat jadwal harian klien untuk latihan dan motivasi
melakukan latihan tersebut saat marah datang).

24
c) Kontrak yang akan datang
(1) Waktu:
“Kapan kita bertemu lagi?” “Bagaimana kalu dua hari lagi?”
(2) Topik:
- “Apa saja yang akan kita bicarakan nanti?”
- “Bagaimana kalau kita bicara tentang cara lain untuk
mengontrol marah yaitu dengan...”
(3) Tempat:
“Kita akan bertemu di sini lagi ya Sari? Sampai jumpa.”
2) Terminasi akhir
Terminasi akhir jika klien dan keluarga telah mampu menyelesaikan
masalahnya.
Contoh komunikasi:
a) Evaluasi hasil:
(1) Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan Sari setelah kita bercakap-cakap beberapa
kali?”
(2) Evaluasi objektif
- “Coba Sari sebutkan apa saja yang telah sari dapatkan
selama saya berkunjung ke rumah sari?”
- “Saya melihat Sari sudah dapat melakukan.... (Sebutkan
Sesuai hasil observasi pada tiap diagnosis keperawatan)”
b) Tindak lanjut
- “Apa rencana kegiatan Sari selanjutnya?”
- “Apa yang sari lakukan jika Sari mulai Marah?”
- “Jadi jadwal yang sudah kita buat di kerjakan terus ya Sari?”
c) Eksplorasi perasaan
“Saya akan datang sebulan sekali? Bagaimana perasaan Sari? Sudah
siap kan?”
Hal yang sama lakukan pada keluarga.

25
C. PENERAPAN KOMUNIKASSI TERAPEUTIK PADA
KELUARGA
1. PENGERTIAN
Komunikasi terapeutik pada keluarga merupakan komunikasi yang
dilakukan antara perawat dengan keluarga sebagai klien yang bertujuan untuk
menyelesaikan masalah keperawatan keluarga

2. TAHAPAN HUBUNGAN TERAPEUTIK PADA KELUARGA


Adapun tahapan hubungan terapeutik pada keluarga sebagai berikut:
a. Permulaan hubungan perawat-klien
b. Pendidikan kesehatan tentang keterampilan keluarga merawat klien
c. Penerapan cara merawat klien
d. Peran keluarga merawat klien di rumah-keluarga-masyarakat
Asuhan keperawatan yang dilakukan keluarga ditujukan untuk memampukan
keluarga melakukan tugas kesehatan keluarga yaitu (Maglaya, 2009):
Mengenal masalah kesehatan anggota keluarga
a. Mengambil keputusan yang tepat dalam merawat anggota keluarga yang
memerlukan pertolongan (keluarga setuju dirawat oleh perawat puskesmas
yang melakukan kunjungan rumah).
b. Merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Keluarga
dapat merawat sesuai dengan diagnosis keperawatan yang ditemukan pada
klien.
c. Menciptakan lingkungan yang kondusif di keluarga dan lingkungan
d. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat membantu
meningkatkan pemulihan dan pemeliharaan kesehatan jiwa anggota
keluarga.
Langkah-langkah memberdayakan keluarga dalam melakukan tugas
kesehatan jiwa:
a. Membina hubungan kerja sama dengan keluarga/pelaku rawat. Pada
kesempatan ini perawat menjelaskan tujuan kunjungan rumah dan peran
perawat (merawat klien dan melatih keluarga merawat klien).
b. Asuhan keperawatan keluarga (pertemuan pertama)
Pada pertemuan pertama, perawat berdiskusi dengan keluarga tentang
perilaku anggota keluarga dan cara-cara perawatannya (tugas kesehatan 1
dan 2).
Perawat akan melanjutkan pertemuan dengan klien untuk pengkajian,
penetapan diagnosis dan memberikan asuhan pada klien. Semua kegiatan

26
yang dilakukan kepada klien didiskusikan pada keluarga agar keluarga
dapat memberikan asuhan dan menciptakan lingkungan keluarga yang
kondusif untuk klien (tugas kesehatan 3 dan 4).
c. Asuhan keperawatan kedua, dan seterusnya)
Pada kunjungan kedua, perawat bertemu dengan keluarga sebelum
bertemu dengan klien. Perawat mengevaluasi kondisi klien sesuai dengan
hasil observasi keluarga serta kemampuan klien dan keluarga melakukan
kegiatan asuhan yang telah dilakukan pada pertemuan pertama.
d. Asuhan keperawatan keluarga (pertemuan terakhir)
Pertemuan terakhir dilakukan jika klien dan keluarga mampu
merawat. Pada pertemuan ini perawat mengevaluasi kondisi klien dan
memvalidasi kemampuan klien dan keluarga.

D. PENERAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA


KELOMPOK
1. PENGERTIAN
Komunikasi terapeutik pada kelompok merupakan komunikasi yang
dilakukan antara perawat dengan kelompok klien/keluarga yang bertujuan untuk
menyelesaikan masalah keperawatan kelompok.

2. TAHAPAN HUBUNGAN TERAPEUTIK PADA KELOMPOK


Tujuan dari komunikasi kelompok adalah:
a. Membantu anggota kelompok berinteraksi dengan orang lain
b. Membantu anggota kelompok mengubah perilaku
Penggunaan komunikasi kelompok pada keperawatan jiwa adalah pada
saat perawat memberikan pendidikan kesehatan pada kelompok pasien/keluarga
klien ataupun pada kelompok pendukung (support group).

Latihan 2:
Contoh percakapan pada kelompok klien dengan diagnosis keperawatan Perilaku
Kekerasan

Seorang perawat puskesmas sedang melakukan penyuluhan/pendidikan


kesehatan pada sekelompok klien yang mengalami perilaku kekerasan
(Kelompok klien yang sudah mengenal perilaku kekerasan dan sudah belajar cara
mengontrol Marah). Tujuan pertemuan kelompok berbagi pengalaman tentang
penerapan cara mengontrol marah.

27
Orientasi/perkenalan:
“selamat siang saudara-saudara semua. Bagaimana perasaan saudara-saudara
semuanya hari ini? Seperti janji kita minggu lalu, hari ini kita bertemu untuk
membahas tentang pengalaman saudara-saudara menggunakan cara mengontrol
marah. Kita akan berbincang-bincang selama 45 menit di sini”.
Kerja:
“baik saudara-saudara, sekarang masing-masing dari bapak/ibu diminta untuk
menceritakan pengalamannya menggunakan cara-cara untuk mengontrol marah
yang sudah di pelajari. Siapa yang mau menyampaikan kegiatannya?”(kalu tidak
ada klien yang mau menyampaikan, dibuat bergiliran).
“apa cara yang telah Sari gunakan? Bagaimana hasilnya? Bagus...!” (semua
anggota kelompok mendapat kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya).
“ya bagus sekali semua sudah bisa mencoba untuk menyampaikan pendapatnya.
Jadi kegiatan-kegiatan tadi bisa bapak/ibu lakukan jika saudara-saudara mulai
ada perasaan mau marah”.

Terminasi:
“bagaimana perasaan saudara-saudara setelah kita diskusi?”
“apa pendapat saudara-saudara terhadap hasil diskusi kita hari ini?”
“Lima cara mengontrol marah bisa bapak/ibu lakukan terus agar rasa marah
itu tidak terjadi. Kita bertemu lagi di balai desa ini minggu depan di hari dan jam
yang sama untuk membicarakan bicara dengan baik yang dapat saudara lakukan
di rumah. Selamat siang”.

E. PENERAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA MASSA


1. PENGERTIAN
Komunikasi terapeutik pada massa merupakan komunikasi yang dilakukan
antara perawat dengan masyarakat sebagai klien yang bertujuan untuk
menyelesaikan masalah keperawatan komunitas.

2. TAHAPAN HUBUNGAN TERAPEUTIK PADA MASSA


Komunikasi massa merupakan interaksi dengan kelompok besar, yaitu
lebih dari 12 orang. Tujuan komunikasi massa adalah untuk memberikan
pendidikan kesehatan pada sekelompok besar orang tentang topik kesehatan
dengan tujuan untuk mempengaruhi masyarakat agar mereka dapat mengadopsi
perilaku sehat. Topik yang diambil yang terkait dengan pencegahan dan
peningkatan kesehatan jiwa.

28
Beberapa langkah untuk melakukan komunikasi massa:
a. Pilihlah topik yang menarik untuk disampaikan pada pendengar sesuai
dengan kebutuhannya.
b. Susunlah garis besar hal-hal yang akan disampaikan (mulai dari kata
pengantar, isi dan kesimpulan).
c. Gunakan suara yang jelas dan gunakan tape recorder, video recorder jika
di butuhkan.
d. Buatlah catatan 1 halaman sebagai panduan sehingga tidak menyita waktu
untuk melihat catatan.
e. Tidak menggunakan bahasa yang vulgar kecuali ada alasannya.
f. Gunakan pakaian yang pantas.
Metode yang digunakan pada komunikasi massa:
a. Brainstorming/curah mendapat
1) Beri kebebasan setiap peserta untuk mengungkapkan ide-ide dan
mendiskusikan dalam bentuk kelompok besar.
2) Beri kesempatan pada setiap anggota untuk mengidentifikasi isu dan mencari
solusi.

Latihan 3:
Orientasi:
„selamat Pagi bapak-bapak dan ibu-ibu, hari ini selama 1 jam kita akan membahas
tentang pengalaman bapak-bapak dan ibu-ibu selama ini dalam mengasuh anak sekolah.

Kerja:
„baik bapak/ibu, sekarang saya persilahkan untuk menyampaikan perilaku anak-anak
yang bapak/ibu amati selama ini” (peserta diberi kesempatan untuk menyampaikan).
“baiklah semua sudah menyampaikan apa yang dirasakan dan dialami.
“Sekarang bapak/ibu dapat menyampaikan pengalaman cara-cara untuk
mengatasinya”. (semua peserta diberi kesempatan untuk menyampaikan).
“baiklah bapak/ibu kita telah bicara tentang perilaku anak-anak kita dan cara-
cara yang dilakukan untuk mengatasinya.

Terminasi:
“bagaimana kalau minggu depan kita akan bicara tentang cara-cara yang
terbaik dalam merawat anak kita dengan perilaku-perilaku tertentu agar anak-
anak kita dapat berkembang dengan baik. Bagaimana pendapat bapak/ibu tentang
diskusi kita hari ini? (minggu depan lakukan metode ceramah).

29
b. Demonstrasi
Metode ini membantu peserta mengerti sesuatu secara visual karena
peserta dapat melihat dan mencoba secara langsung apa yang saudara
bicarakan
c. Ceramah
Metode ini digunakan saat menyampaikan materi presentasi secara
verbal. Saat ceramah harus menguasai materi yang akan disampaikan,
memberikan penekanan pada poin penting dengan cara-cara kreatif dan
menarik, batasi umpan balik dari peserta karena waktu yang terbatas.
d. Role play
Metode role play (bermain peran) efektif dalam mempengaruhi sikap
dan opini masyarakat. Metode ini dapat mengembangkan kemampuan
peserta dalam menyelesaikan masalah dan berpikir secara kritis. Upayakan
memotivasi peserta terkadang peserta ada tidak mau terlibat dalam
aktivitas. Metode ini biasanya dikombinasikan dengan metode lain
misalnya ceramah, diskusi.

Media yang digunakan pada komunikasi massa:


1. Media cetak
a. Booklet: menyampaikan pesan kesehatan berbentuk buku, baik
tulisan/gambar
b. Leaflet: penyampaian pesan melalui lembaran yang dilipat
c. Flyer (selebaran) seperti leaflet tapi tidak dilipat
d. Flip chart (lebar baik)
e. Rubrik (tulisan pada surat kabar/majalah)
f. Poster: ditempel d tembok/tempat umum
g. Foto yang mengungkapkan informasi kesehatan
2. Media elektronik
a. Televisi: sandiwara, sinetron, diskusi, ceramah, quiz, cerdas cermat
b. Radio: tanya jawab, sandiwara, ceramah, radio spot

F. PENERAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA TIM


KESEHATAN
1. PENGERTIAN
Komunikasi terapeutik pada tim kesehatan merupakan komunikasi yang
dilakukan antara perawat dengan tim kesehatan yang bertujuan untuk
menyelesaikan maslah klien.

30
2. TAHAPAN HUBUNGAN TERAPEUTIK PADA TIM
KESEHATAN
Komunikasi tim kesehatan merupakan interaksi dengan tenaga kesehatan
lainnya di mana diperlukannya kemampuan untuk menyampaikan kondisi klien
kepada anggota tim kesehatan yang lain, misalnya, dokter, perawat di komunitas
(CHN), pekerja sosial. Kerja sama dengan tim kesehatan lainnya diperlukan jika
klien dirujuk. Standar yang digunakan dalam melakukan komunikasi dan
hubungan terapeutik dengan tim kesehatan lainnya adalah ISBAR, yaitu
introduction/introduksi, situation/situasi, background/latarbelakang,
assessment/pengkajian, recommendation/rekomendasi (Joint Commission
International, 2012). Pada Introduksi perawat menyebutkan nama dan nama klien
yang dikelola, pada aspek situasi perawat menyampaikan kondisi klien terkait
usia klien, jenis kelamin, diagnosis, prosedur yang telah dilakukan, status mental,
dan stabilitas kondisi klien. Saat menyampaikan latar belakang klien, perawat
menginformasikan latar belakang keluarga, latar belakang budaya/agama,
kemampuan berkomunikasi dan berbahasa. Perawat melaporkan pengkajian yang
telah dilakukan kepada klien yang meliputi tanda-tanda vital,‟ pikiran, perasaan
dan perilaku klien serta faktor risiko. Terakhir, perawat memberikan
rekomendasi kepada petugas kesehatan lain terkait prioritas area dan tindakan
yang segera dilakukan kepada klien.

Latihan 4:
Contoh komunikasi perawat CMHN dengan perawat di unit psikiatri RSU saat
melakukan rujukan klien.
“selamat pagi.. saya...dari Puskesmas.... pagi ini ingin merujuk klien yang
bernama... Kondisi klien saat ini masih mengalami perilaku kekerasan. Telah
dilakukan konsultasi dengan dokter puskesmas dan tim kesehatan jiwa
masyarakat dan klien telah mendapat terapi pengobatan oral yaitu CPZ 3x100
mg, THP 3x2 mg dan HP 3x5 mg, namun keadaan klien saat ini masih belum ada
perbaikan sehingga kami perlu merujuk klien ini ke unit psikiatri RSU untuk
mendapatkan perawatan intensif. Klien telah kami latih untuk mengenal perilaku
kekerasan dan car mengontrol perilaku kekerasan tetapi belum ada
perkembangan”.
„ini berkas klien beserta resumenya. Saran saya segera diberikan tindakan
untuk mengontrol marahnya. Jika keadaan klien telah memungkinkan pulang
segera beritahu kami agar kami dapat melanjutkan perawatannya di rumah.
Terima kasih. Selamat pagi” (sambil berjabat tangan).

31
REFERENSI
Keliat, BA., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat: CMHN
(Basic Course). Jakarta: EGC
Keliat, B.A., dkk. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Lundy, K.S. & Janes, S. (2009). Community Health Nursing: Caring for the
Public’s Health. 2 nd ed. Boston: Jones and Bartlett Publisher.
Stuart, G.W. (2013). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. (10th Ed).
Elsevier.
PPSDM Kesehatan. (2012). Modul Pelatihan Keperawatan Kesehatan Jiwa
Masyarakat. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

32
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DIAGNOSIS
GANGGUAN JIWA

A. RISIKO PERILAKU KEKERASAN


1. DESKRIPSI SINGKAT
Marah merupakan respons normal individu terhadap suatu kejadian atau
karena tidak terpenuhinya suatu kebutuhan, namun jika respons tersebut
mengarah pada perilaku kekerasan yang dapat membahayakan diri, orang lain
dan lingkungan tentu memerlukan intervensi dari tenaga kesehatan, terutama
perawat. Asuhan keperawatan perilaku kekerasan perlu dilakukan, agar pasien
dapat mengontrol perilakunya dan kembali menjalankan fungsi kehidupan sehari-
hari secara optimal.
Modul ini membahas asuhan keperawatan perilaku kekerasan, agar klien
dapat mengontrol perilakunya dan keluarga mempunyai kemampuan merawat
klien risiko perilaku kekerasan di rumah dan lingkungan sekitarnya.
Asuhan keperawatan risiko perilaku kekerasan yang terdiri dari
pengkajian, diagnosis keperawatan, tindakan keperawatan pada klien dan
keluarga (pelaku rawat), evaluasi kemampuan klien dan keluarga (pelaku rawat)
dan dokumentasi keperawatan.

2. TUJUAN PEMBELAJARAN
a. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu melakukan asuhan
keperawatan perilaku kekerasan.
b. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu:
1) Menjelaskan konsep risiko perilaku kekerasan.
2) Menguraikan langkah-langkah proses keperawatan perilaku kekerasan:
a) Melakukan pengkajian perilaku kekerasan.
b) Menetapkan diagnosis keperawatan perilaku kekerasan.
c) Melakukan tindakan keperawatan kepada klien perilaku kekerasan.

33
d) Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga klien perilaku
kekerasan.
e) Mengevaluasi kemampuan klien dan keluarga dalam merawat klien
perilaku kekerasan.
f) Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan klien perilaku
kekerasan.
3) Mempraktikkan asuhan keperawatan perilaku kekerasan.

3. KONSEP RISIKO PERILAKU KEKERASAN


a. Pengertian
Risiko Perilaku kekerasan terhadap orang lain adalah rentan
melakukan perilaku yang menunjukkan dapat membahayakan oran lain
secara fisk dan emosional (NANDA-1, 2018). Perilaku kekerasan dapat
berupa verbal, fisik, dan lingkungan.
Menurut Keliat, dkk., perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku
yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis
(Keliat. dkk., 2011).
Risiko perilaku kekerasan merupakan perilaku yang memperlihatkan
individu tersebut dapat mengancam secara fisik, emosional dan atau
seksual kepada orang lain (Herdman, 2012).
Sehingga dapat dikatakan bahwa perilaku kekerasan merupakan:
1) Respons emosi yang timbul sebagai reaksi terhadap kecemasan yang
meningkat dan dirasakan sebagai ancaman (diejek/dihina).
2) Ungkapan perasaan terhadap keadaan yang tidak menyenangkan (kecewa,
keinginan tidak tercapai, tidak puas).
3) Perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri
sendiri, orang lain dan lingkungan.
b. Proses Terjadinya Risiko Perilaku Kekerasan
Proses terjadinya perilaku kekerasan pada klien akan dijelaskan
dengan menggunakan konsep stres adaptasi Stuart yang meliputi stresor
dari faktor predisposisi dan presipitasi.
1) Faktor Predisposisi
Hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan, meliputi:
a) Faktor Biologis
Hal yang dikaji pada faktor biologis meliputi adanya faktor
herediter mengalami gangguan jiwa, riwayat penyakit atau trauma
kepala, dan riwayat penggunaan NAPZA, putus obat.

34
b) Faktor Psikologis
Perilaku kekerasan bisa disebabkan karena masalah pada status
mental, ketidakmampuan mengendalikan dorongan marah.
Pengalaman marah adalah akibat dari respons psikologis terhadap
stimulus eksternal, internal maupun lingkungan. Perilaku kekerasan
terjadi sebagai hasil dari akumulasi frustrasi. Frustrasi terjadi apabila
keinginan individu untuk mencapai sesuatu menemui kegagalan atau
terhambat, seperti kesehatan fisik yang terganggu hubungan sosial
yang terganggu. Salah satu kebutuhan manusia adalah “berperilaku”
apabila kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi melalui berperilaku
konstruksi, maka yang akan muncul adalah individu tersebut
berperilaku destruktif.
c) Faktor Sosialkultural
Perilaku kekerasan bisa disebabkan karena Stimulus lingkungan,
konflik interpersonal. Fungsi dan hubungan sosial yang terganggu
disertai lingkungan sosial yang mengancam kebutuhan individu, yang
mempengaruhi sikap individu dalam mengekspresikan marah. Norma
budaya dapat mempengaruhi individu dapat berespons asertif atau
agresif. Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung melalui
proses sosialisasi (social learning theory), merupakan proses meniru
dari lingkungan yang menggunakan perilaku kekerasan sebagai cara
menyelesaikan masalah.
2) Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi yang dapat menimbulkan perilaku kekerasan ada
setiap individu bersifat unik, berbeda satu orang dengan orang lain.
Stresor tersebut dapat menyebabkan penyebab yang bersifat faktor
eksternal maupun internal dari individu.
Faktor internal meliputi keinginan yang tidak terpenuhi, perasaan
kehilangan dan kegagalan akan kehidupan (pekerjaan, pendidikan dan
kehilangan orang yang dicintai), kekhawatiran terhadap penyakit fisik.
Faktor eksternal meliputi kegiatan atau kejadian sosial yang berubah
seperti serangan fisik atau tindakan kekerasan, kritikan yang menghina,
lingkungan yang terlalu ribut, atau putusnya hubungan
sosial/kerja/sekolah.

35
c. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala perilaku kekerasan dapat dinilai dari ungkapan klien
dan didukung dengan hasil observasi.
1) Mayor
a) Data subjektif
i. Ungkapan berupa ancaman
ii. Ungkapan kata-kata kasar, ketus
iii. Suara keras
iv. Ungkapan ingin memukul/melukai
v. Mengatakan benci/kesal dengan oran lain
vi. Mengatakan tidak mampu mengontrol perilaku kekerasan
vii. Mengungkapkan keinginan menyakiti diri sendiri, orang lain dan
merusak lingkungan.
b) Data objektif
i. Wajah memerah dan tegang
ii. Melotot
iii. Pandangan tajam
iv. Mengatupkan rahang dengan kuat
v. Mengepalkan tangan
vi. Bicara kasar
vii. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
viii. Gelisah dan mondar mandir
ix. Melempar atau memukul benda/orang lain
x. Tekanan darah meningkat
xi. Pernapasan meningkat
xii. Mudah tersinggung
xiii. Mendominasi pembicaraan
xiv. Sarkasme
xv. Merusak lingkungan
xvi. Memukul orang lain
2) Minor
a) Data subjektif
i. Mengatakan tidak senang
ii. Menyalakan orang lain
iii. Mengatakan diri berkuasa
iv. Merasa gagal mencapai tujuan

36
v. Mengungkapkan keinginan yang tidak realistik dan minta
dipenuhi
vi. Suka mengejek dan mengkritik.
b) Data objektif
i. Disorentasi
ii. Wajah merah
iii. Postur tubuh kaku
iv. Sinis
v. Bermusuhan
vi. Menarik diri
d. Kondisi Klinis Terkait
1) Psikotik Akut
2) Skizofrenia
3) Gangguan bipolar
4) Gangguan neurologis
5) Gangguan fungsi kognitif
6) Attetion defisit/hyperactivity disorder (ADHD)
e. Tujuan Asuhan Keperawatan
1) Kognitif
a) Menyebutkan penyebab perilaku kekerasan
b) Menyebutkan tanda dan gejala perilaku kekerasan
c) Menyebutkan akibat yang ditimbulkan
d) Menyebutkan cara mengatasi perilaku kekerasan
2) Psikomotor
a) Mengendalikan perilaku kekerasan dengan relaksasi: tarik napas
dalam, pukul kasur dan bantal, senam dan jalan-jalan.
b) Berbicara dengan baik: mengungkapkan, meminta dan menolak
dengan baik.
c) Melakukan deeklasi yaitu mengungkapkan perasan marah secara
verbal atau tertulis.
d) Melakukan kegiatan ibadah seperti: salat, berdoa, kegiatan ibadah
lainya.
e) Patuh minum obat dengan 8 benar obat (benar nama, benar obat,
benar dosis, benar cara, benar waktu, benar manfaat, benar tanggal
kedaluwarsa dan benar dokumentasi).

37
3) Afektif
a) Merasakan manfaat dari latihan yang dilakukan.
b) Membedakan perasaan sebelum dan sesudah latihan.

B. PROSES KEPERAWATAN RISIKO PERILAKU


KEKERASAN
1. PENGKAJIAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada klien
dan keluarga (pelaku rawat).
Tanda dan gejala perilaku kekerasan dapat ditemukan dengan wawancara
melalui pertanyaan sebagai berikut:
a. Apa penyebab perasaan marah?
b. Apa yang dirasakan saat terjadi kejadian/penyebab marah?
c. Apa yang dilakukan saat marah?
d. Apa akibat dari cara marah yang dilakukan?
e. Apakah dengan cara yang digunakan penyebab marah hilang?
Tanda dan gejala perilaku kekerasan yang dapat ditemukan melalui
observasi adalah sebagai berikut:
a. Wajah memerah dan tegang
b. Pandangan tajam
c. Mengatupkan rahang dengan kuat
d. Mengepalkan tangan
e. Bicara kasar
f. Mondar-mandir
g. Nada suara tinggi, menjerit atau berteriak
h. Melempar atau memukul benda/orang lain
Data hasil observasi dan wawancara di atas didokumentasikan pada kartu
berobat klien di puskesmas. Contoh pendokumentasian hasil pengkajian sebagai
berikut:

DATA:
Klien mengatakan ingin memukul ibunya karena keinginannya tidak
dipenuhi, yang biasa dilakukan jika marah adalah memukul dan menendang
pintu. klien berbicara dengan nada tinggi dan suara keras, tangan mengepal mata
melotot.

38
2. DIAGNOSIS KEPERAWATAN RISIKO PERILAKU
KEKERASAN
Langkah berikutnya adalah merumuskan diagnosis keperawatan. Diagnosis
keperawatan dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala yang diperoleh pada
pengkajian. Berdasarkan data-data tersebut dapat ditegakkan diagnosis
keperawatan:
Risiko Perilaku Kekerasan

3. TINDAKAN KEPERAWATAN RISIKO PERILAKU


KEKERASAN
Tindakan keperawatan untuk mengatasi perilaku kekerasan, dilakukan
terhadap klien dan keluarga (pelaku rawat). Saat melakukan pelayanan di
puskesmas dan kunjungan rumah, perawat menemui keluarga (pelaku rawat),
terlebih dahulu sebelum menemui klien. Bersama keluarga(pelaku rawat),
perawat mengidentifikasi masalah yang dialami klien untuk melakukan
pengkajian dan melatih satu cara untuk mengatasi masalah yang dialami klien.
Jika klien telah mendapatkan terapi psikofarmaka, maka hal pertama yang
dilatih perawat adalah tentang pentingnya kepatuhan minum obat. Setelah
perawat selesai melatih klien, maka perawat kembali menemui keluarga (pelaku
rawat) dan melatih keluarga (pelaku rawat) untuk merawat klien, serta
menyampaikan hasil tindakan yang telah dilakukan terhadap klien dan tugas yang
diperlukan keluarga lakukan yaitu untuk mengingatkan klien melatih kemampuan
mengatasi masalah yang telah diajarkan oleh perawat.
Tindakan keperawatan untuk klien dan keluarga dilakukan pada setiap
pertemuan, minimal empat kali pertemuan dan dilanjutkan sampai klien dan
keluarga mampu mengatasi perilaku kekerasan.
Tindakan Keperawatan pada klien perilaku kekerasan
a. Tindakan keperawatan ners
1) Pengkajian: kaji tanda dan gejala perilaku kekerasan, penyebab,
kemampuan mengatasinya dan akibatnya.
2) Diagnosis: jelaskan proses terjadinya perilaku kekerasan
3) Tindakan keperawatan
a) Membina hubungan saling percaya
b) Ucap salam setiap kali berinteraksi dengan klien
c) Perkenalkan diri: nama, nama panggilan yang perawat sukai, serta
tanyakan nama dan nama panggilan klien yang disukai
d) Tanyakan perasaan dan keluhan klien saat ini

39
e) Buat kontrak asuhan: apa yang perawat akan lakukan bersama klien,
berapa lama akan dikerjakan dan tempatnya di mana
f) Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh
untuk kepentingan terapi
g) Tunjukkan sikap empati
h) Penuhi kebutuhan dasar klien
i) Diskusikan bersama klien penyebab rasa marah yang menyebabkan
perilaku kekerasan saat ini dan yang lalu
j) Diskusikan tanda dan gejala pada klien jika terjadi perilaku kekerasan
(Secara fisik, psikologis, Spiritual, Intelektual dan sosial)
k) Diskusikan bersama klien akibat perilakunya
l) Latih klien untuk melakukan relaksasi: tarik napas dalam, pukul
bantal dan kasur, senam dan jalan-jalan
m) Latih klien untuk bicara dengan baik: mengungkapkan perasaan,
meminta dengan baik dan menolak dengan baik
n) Latih deskalasi secara verbal maupun tertulis
o) Latih klien untuk melakukan kegiatan ibadah sesuai dengan agama
dan kepercayaan yang dianut (salat, berdoa dan kegiatan ibadah yang
lainya)
p) Latih klien patuh minum obat dengan cara 8 benar (benar nama klien,
benar obat, benar dosis, benar cara, benar waktu, benar manfaat, benar
tanggal kedaluwarsa dan benar dokumentasi).
q) Bantu klien dalam mengendalikan risiko perilaku kekerasan jika klien
mengalami kesulitan.
r) Diskusikan manfaat yang didapatkan setelah mempraktikkan latihan
mengendalikan risiko perilaku kekerasan.
s) Berikan pujian pada klien saat mampu mempraktikkan latihan
mengendalikan risiko perilaku kekerasan.
b. Tindakan keperawatan pada keluarga klien perilaku kekerasan
1) Kaji masalah klien yang dirasakan keluarga dalam merawat klien.
2) Menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala serta proses terjadinya
risiko perilaku kekerasan yang dialami klien.
3) Mendiskusikan cara merawat perilaku kekerasan dan memutuskan cara
merawat yang sesuai dengan kondisi klien.
4) Melatih keluarga cara merawat perilaku kekerasan klien:
a) Menghindari penyebab terjadinya perilaku kekerasan.
b) Membimbing klien melakukan latihan cara mengendalikan perilaku
kekerasan sesuai dengan yang dilatih perawat ke klien.

40
c. Memberi pujian atas keberhasilan klien.
1) Melibatkan seluruh anggota keluarga untuk menciptakan suasana keluarga
yang nyaman: mengurangi stres di dalam keluarga dan memberi motivasi
pada klien.
2) Menjelaskan tanda dan gejala perilaku kekerasan yang memerlukan
rujukan segera serta melakukan follow up ke pelayanan kesehatan secara
teratur.
d. Tindakan keperawatan pada kelompok lain
Terapi aktivitas kelompok: stimulasi persepsi
1) Sesi 1 : mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
2) Sesi 2 : mencegah perilaku kekerasan secara fisik
3) Sesi 3 : mencegah perilaku kekerasan dengan cara verbal
4) Sesi 4 : mencegah perilaku kekerasan dengan cara spiritual
5) Sesi 5 : mencegah perilaku kekerasan dengan patuh mengkonsumsi obat
e. Tindakan kolaborasi
1) Melakukan kolaborasi dengan dokter menggunakan ISBAR dan TbaK
2) Memberikan program terapi dokter (obat): edukasi 8 benar pemberian obat
dan memberikan sesuai dengan konsep safety pembelian obat.
3) Mengobservasi manfaat dan efek samping
f. Discharge Planning
1) Menjelaskan rencana persiapan pasca-rawat di rumah untuk memandirikan
klien.
2) Menjelaskan rencana tindak lanjut perawatan dan pengobatan.
3) Melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan.
g. Evaluasi
1) Penurunan tanda dan gejala perilaku kekerasan.
2) Peningkatan kemampuan klien mengatasi perilaku kekerasan.
3) Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat klien.
h. Rencana Tindak Lanjut
1) Rujuk klien dan keluarga ke fasilitas praktik mandiri perawat spesialis
keperawatan jiwa.
2) Rujuk klien dan keluarga ke case manager di fasilitas pelayanan kesehatan
primer di pukesmas, pelayanan kesehatan sekunder, dan tersier di rumah
sakit.
3) Rujuk klien dan keluarga ke kelompok pendukung, kader kesehatan jiwa,
kelompok swabantu dan fasilitas rehabilitasi psikososial yang tersedia di
masyarakat.

41
4. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DENGAN
KLIEN RISIKO PERILAKU KEKERASAN
Pertemuan ke-1 pada Klien (setiap melakukan tindakan strategi
pelaksanaan (SP), perawat harus melakukan sesuai dengan tahapan-tahapan yang
akan dilakukan).
a. Fase Orientasi
1) Salam
Mengucap salam, memperkenalkan nama perawat dan pekerjaan/berasal
dari mana, menanyakan nama kepanjangan klien, nama panggilan, tanggal
lahir.
2) Evaluasi
Menanyakan bagaimana perasaan klien. Dan berapa lama sudah merasakan
perasaan seperti itu.
3) Validasi
Menanyakan apa yang dilakukan untuk mengatasi masalah itu dan apakah
berhasil.
4) Kontrak
a) Tindakan dan tujuan
Perawat membicarakan penyebab yang terjadi pada klien dan cara
mengatasinya, serta tujuan dari tindakan yang akan dilakukan.
b) Waktu
Perawat menanyakan berapa lama waktunya, dan apakah setuju
dengan waktu yang disepakati.
c) Tempat
Perawat menanyakan di mana tempatnya.
b. Fase Kerja
1) Pengkajian
a) Penyebab
Perawat menanyakan pada klien apa yang menyebabkan masalah
tersebut? Selain masalah klien apa yang dilakukannya dan apakah ada
penyebab masalah lain lagi.
b) Tanda/Gejala
Perawat menanyakan apa yang dirasakan saat masalah timbul
(tanda/gejala). Apakah klien menunjukkan ekspresinya atau
melakukan sesuatu (sesuai dengan ciri-ciri gangguan klien yang kita
temui).

42
c) Akibat
Perawat menanyakan apakah akibatnya pada klien. Apakah dengan
cara yang dilakukan klien dapat hilang.
2) Diagnosis
Perawat menyimpulkan hasil dari pengkajian klien terkait dengan
masalah keperawatan yang muncul.
3) Tindakan
Tindakan yang dilakukan perawat untuk klien adalah:
a) Latihan relaksasi napas dalam, pukul bantal kasur, olah raga,
bersihkan rumah dan pekarangan.
- Contohkan: “Tarik napas panjang secara perlahan dari hidung,
tahan sebentar dan keluarkan secara perlahan dari mulut seperti
mengembuskan kekesalan klien.”
“Pukul bantal kasur saat kesal sekuat-kuatnya, untuk
melampiaskan kekesalannya.”
“Olah raga lari, latihan tinju, push up, atau bermain bola berguna
untuk menyalurkan energi kekesalannya.”
“Bersih-bersih juga dapat mengurangi marah sehingga rumah
menjadi bersih.”
- Perawat: Perawat mengajarkan kepada klien latihan tarik napas
dalam
- Dampingi Perawat: Perawat dan klien bersama-sama
mempraktikkan, jangan lupa pemberian reward atau
reinforement positif.
- Mandiri: Klien dianjurkan untuk melakukan sendiri. (catatan
perawat memberikan reward atau reinforement positif).
- Dapat dilakukan jika klien sendiri atau dengan orang terdekat,
dengan cara yang sama.
- Setelah melakukan tindakan berama-sama membuat jadwal
kegiatan, berapa kali dalam melakukan kegiatan.
b) Latihan de-enskalasi (curhat)
- Contohkan: Tanyakan dan lihat jadwal kegiatan sebelumnya.
- Ceritakan rasa kesal dan alasannya serta minta pendapat orang
lain. Tuliskan perasaan yang dirasakan (marah, kesal) kedalam
buku.”

43
- Dampingi Perawat: Perawat dan klien bersama-sama mencoba
mencurahkan permasalahan, (jangan lupa pemberian Reward
atau reinforement positif).
- Mandiri: Klien dianjurkan untuk melakukan sendiri. (catatan
perawat memberikan reward atau reinforement positif).
- Cara kedua dengan curhat kepada teman dekatnya.
- Bersama-sama klien memasukkan atau membuat jadwal kegiatan
berapa kali curhat dengan teman.
c) Latihan Patuh Minum Obat
- Contohkan: Tanyakan dan lihat jadwal kegiatan sebelumnya.
- Tanyakan atau jelaskan apakah sebelumnya sudah pernah
mendapat obat dari pelayanan kesehatan.
- Tanyakan atau jelaskan apakah obat tersebut diminum apa tidak.
Dan bagaimana perasaannya, serta kalau tidak diminum atau
dikonsumsi, bagaimana perasaannya.
- Tanyakan atau jelaskan ada berapa macam jenis obatnya
- Tanyakan atau jelaskan kembali agar klien ingat setiap macam-
macam obat yang diberikan (contoh: warna oranye namanya
CPZ, warna putih namanya THP, merah jambu namanya HLP,
dari masing-masing obat harus tahu manfaat dan kegunaannya).
- Tanyakan atau jelaskan kepada klien berapa kali minumnya
dalam sehari.
- Jelaskan kepada klien setelah minum obat mulut akan terasa
kering, untuk membantu mengatasinya klien dianjurkan untuk
menghisap es batu, bila mata merasa berkunang-kunang klien
dianjurkan untuk istirahat jangan melakukan aktivitas dulu.
- Jelaskan kepada klien sebelum minum obat klien lihat dulu label yang
menempel di bungkus obat, apakah benar nama obat tertulis dilabel.
- Jelaskan kepada klien untuk memperhatikan jenis obatnya,
berapa dosis, satu atau dua butir obat yang harus diminum, jam
berapa saja obatnya harus diminum dan cara minum obatnya.
- Setiap tindakan klien jangan lupa perawat memberikan reward
atau reinforement positif.
- Sarankan kepada klien jangan pernah menghentikan minum obat
sebelum berkonsultasi dengan dokter.
- Bersama-sama klien memasukkan atau membuat jadwal kegiatan
waktu minum obat.

44
d) Latihan Bicara yang Baik cara sosial atau verbal
- Contohkan: Tanyakan dan lihat jadwal kegiatan sebelumnya.
- Ajarkan bagaimana latihan cara bicara yang baik bila sedang ada
masalah (marah, kesal), cara meminta dengan santun, cara
menolak dengan tepat, dan cara mengatakan tidak senang
- Dampingi perawat: mengajak klien bersama-sama bagaimana
latihan bicara yang baik. (Perawat memberikan reward atau
reinforement positif.)
- Mandiri: Melakukan sendiri. (Perawat memberikan Reward atau
reinforement positif)
- Bersama-sama klien memasukkan atau membuat jadwal
kegiatan.
e) Latihan Spiritual
- Contohkan: Tanyakan dan lihat jadwal kegiatan sebelumnya.
- Tanyakan apa saja kegiatan ibadah yang sudah dilakukan setiap
harinya.
- Tanyakan apa yang dirasakan setelah melakukan kegiatan
tersebut.
- Ajak klien untuk selalu melakukan dan jelaskan alasannya.
- Bersama-sama klien memasukkan atau membuat jadwal
kegiatan.
c. Fase Terminasi
1) Evaluasi subjektif
Menanyakan bagaimana perasaan klien setelah melakukan latihan
tersebut.
2) Evaluasi Objektif
Menanyakan kembali apa saja latihan yang sudah dilakukan, dan
menganjurkan untuk mengulangi kembali. (Perawat memberikan reward
atau reinforement positif.)
3) Rencana Tindak Lanjut
Bersama-sama membuat jadwal kegiatan atau latihan. Contoh:
Latihan tarik napas dalam berapa kali sehari? Latihan curhat dengan siapa?
Latihan berbicara yang baik hingga tidak memuat orang lain kesal atau
marah. Latihan minum obat berapa kali dalam sehari dan latihan
melakukan kegiatan ibadah.

45
4) Rencana Tindak lanjut Perawat
Melakukan kontrak ulang kembali dengan klien dan menanyakan
perasaannya, di mana mau dilakukan latihan, serta kegiatan latihan yang
sudah dilakukan dan telah dibuat.
5) Salam
Contoh: mengucap salam/terima kasih dan memberikan dukungan
penuh kepada klien.

5. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DENGAN


KELUARGA RISIKO PERILAKU KEKERASAN
Pertemuan ke-I keluarga (setiap melakukan tindakan strategi pelaksanaan
(SP), perawat melakukan harus sesuai dengan tahapan-tahapan yang akan
dilakukan).
a. Fase Orientasi
1) Salam
Mengucap salam, memperkenalkan nama perawat dan pekerjaan/berasal
dari mana, menanyakan nama kepanjangan keluarga klien, nama
panggilan, tanggal lahir.
2) Evaluasi
Menanyakan bagaimana perasaan keluarga. Apakah ada dalam keluarga
yang sakit.
3) Validasi
Menanyakan apa yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut dan
apakah sudah dibawa ke pusat pelayanan kesehatan.
4) Kontrak
a) Tindakan dan tujuan
Perawat akan melakukan pemeriksaan kesehatan supaya dapat
mengetahui kondisi keluarga klien.
b) Waktu
Perawat menanyakan berapa lama waktunya, dan apakah setuju
dengan waktu yang disepakati.
c) Tempat
Perawat menanyakan di mana tempatnya.
b. Fase Kerja
1) Pengkajian
a) Identitas keluarga
Perawat menanyakan pada keluarga klien ingin mendata keluarga
yang tinggal di rumah. Siapa kepala keluarga, siapa nama lengkapnya,

46
berapa umurnya, pendidikan, alamat rumah dan apakah keluarga ada
yang mempunyai keluhan kesehatan seluruh keluarga (jika ada
sebutkan). Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai riwayat
kesehatan atau penyakit sebelumnya (jika ada sebutkan). Perawat juga
menanyakan jika ada anggota keluarga yang mengalami keluhan
sudah berapa lama, apa yang dilakukan (klien). Kemudian perawat
memeriksa klien.
b) Pengkajian Indikator Keluarga Sehat (IKS)
Perawat menanyakan apakah anggota keluarga ada mengikuti
kegiatan program pemerintah agar seluruh keluarga sehat.
Keluarga akan menjawab pertanyaan IKS dengan ya atau tidak.
Dan perawat akan memulai?
- Apakah anggota keluarga mengikuti program keluarga
berencana?
- Apakah anggota keluarga ada yang melahirkan ke fasilitas
kesehatan?
- Apakah anggota keluarga mendapatkan imunisasi dasar lengkap?
- Apakah mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan?
- Apakah balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan?
- Apakah anggota keluarga tidak ada yang merokok?
- Apakah anggota keluarga menjadi anggota JKN/ BPJS?
- Apakah anggota keluarga memiliki akses sarana air bersih?
- Apakah keluarga memiliki akses jamban sehat?
- Apakah anggota keluarga ada yang menderita penyakit TBC?
Jika iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
- Apakah anggota keluarga menderita gangguan jiwa? Jika iya,
apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar
dari pelayanan kesehatan?
- Apakah anggota keluarga menderita diabetes melitus? Jika iya,
apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar
dari pelayanan kesehatan?
- Apakah anggota keluarga menderita Hipertensi? Jika iya, apakah
sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar dari
pelayanan kesehatan?

47
- Apakah anggota keluarga menderita kanker? Jika iya, apakah
sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar dari
pelayanan kesehatan?
Kemudian perawat menyimpulkan dan melanjutkan pemeriksaan
terhadap kesehatan jiwa yang dialami keluarga.
2) Diagnosis
Perawat menyimpulkan hasil dari pengkajian keluarga klien dan
merumuskan masalah keperawatan yang muncul.
3) Tindakan Keperawatan
Tindakan yang dilakukan perawat untuk keluarga klien: (tindakan
yang dilakukan keluarga klien dalam menghadapi anak atau istri di dalam
anggota keluarga yang mengalami kecemasan).
a) Tindakan keperawatan pada keluarga.
Untuk mengatasi kecemasan keluarga ada beberapa cara:
i. Latihan teknik relaksasi: tarik napas dalam
- Contohkan: Tarik napas dalam dari hidung tahan sebentar
dan keluarkan dari mulut sambil menghembuskan.
- Dampingi: kemudian keluarga mengikuti perawat
melakukan tarik napas dalam.
- Mandiri: keluarga melakukan sendiri dan perawat
memberikan reward atau reinforcement positif.
ii. Latihan distraksi
Perawat menanyakan kebiasaan keluarga? Apakah suka
menonton tv, membaca koran, mendengarkan musik, ngobrol
dengan orang lain tentang pengalaman yang menyenangkan
(upayakan waktu terisi dengan kegiatan).
iii. Latihan hipnotis lima jari
- Mulai dengan tarik napas dalam, tutup mata, kosongkan
pikiran. Napas biasa dan fokus ada napas.
- Satukan jempol dengan telunjuk: bayangkan badan sehat, itu
saja bayangkan jangan ada yang lain.
- Satukan jempol dan jari tengah: bayangkan semua orang
yang peduli, perhatian dan sayang pada keluarga, itu saja
bayangkan jangan ada yang lain.
- Satukan jempol dan jari manis: bayangkan saat keluarga
mendapatkan pujian, hadiah, prestasi dan keluarga sangan
senang, itu saja bayangkan jangan ada yang lain.

48
- Satukan jempol dan kelingking: bayangkan tempat yang
indah-indah atau tempat yang paling indah yang pernah
dikunjungi, ingat bayangkan keluarga ada di sana dan
senang sekali itu saja yang di bayangkan.
Kesimpulan perawat: menanyakan bagaimana perasaan keluarga
setelah melakukan latihan. Apakah senang dan berkurang. Kemudian
perawat bersama keluarga membuat jadwal latihan untuk semua
kegiatan yang dilakukan.
b) Tindakan Edukasi: 5 tugas keluarga merawat klien di rumah.
i. Keluarga mampu mengenal masalah
Perawat menanyakan ke keluarga masalah yang dialami
klien (jelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala, perilaku
klien seperti apa, akibatnya, proses terjadinya dengan
menggunakan leaflet).
ii. Keluarga mampu memutuskan masalah
Contoh; marah dan perilaku kekerasan bagian dari masalah
gangguan jiwa. Kemudian keluarga memutuskan apa yang perlu
dilakukan terhadap klien yaitu dengan cara merawat maupun
pelayanan kesehatan.
iii. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit.
Bagaimana cara keluarga merawat klien di rumah yaitu
dengan latihan relaksasi yaitu tarik napas dalam, pukul bantal
kasur, olah raga dan bersih-bersih rumah. Latihan menceritakan
masalah kepada orang lain dan menulis dibuku. Latihan cara
berbicara meminta, menolak, mengatakan pendapat yang baik.
Latihan melakukan ibadah dengan rajin. Kemudian keluarga
mengingatkan klien untuk latihan, sudah ada jadwal kegiatannya.
(seluruh anggota lain harus dilibatkan dalam merawat klien).
Keluarga harus memberikan pujian setiap klien melakukan
latihan.
- Ajarkan: selain keluarga sudah mengetahui penyebab klien.
perawat mengajarkan kepada keluarga latihan relaksasi
napas dalam, latihan fisik dengan memukul bantal kasur
sekuat-kuatnya dengan melampiaskan penyebabnya.
- Latihan olah raga teratur, dengan berlari sekuat-kuatnya atau
memukul bola, menendang untuk melampiaskan
kemarahannya.

49
- Membersihkan rumah, ajak klien untuk membersihkan
rumah agar klien senang sehingga penyebab yang dirasakan
klien bekurang (hindari keluarga mengungkit masalah
klien).
- Tanyakan kepada klien untuk mencurahkan perasaannya
yang mengakibatkan klien. Agar klien merasa senang
bercerita dengan orang yang dipercaya.
- Ajarkan klien berbicara meminta, menolak mengatakan
pendapat yang baik kepada semua orang.(berkomunikasi
baik dengan semua orang).
- Ingatkan dan ambilkan obat klien. Sebelum minum obat
bantu klien untuk melihat label di bungkus obat apakah
benar nama klien, berapa dosis yang harus diminum, jam
berapa saja, dan baca apakah obatnya sudah benar. Keluarga
harus tahu nama obatnya dan ada berapa? Ada 3 macam
obat, warna oranye namanya CPZ, putih namanya THP dan
merah jambu namanya HLP semua harus diingat dan
diminum oleh klien 3 kali sehari, jam 7, jam 1 siang dan jam
7 malam. Bila klien setelah minum obat mengeluh mulutnya
terasa kering, anjurkan ke klien untuk mengisap es batu dan
jika matanya berkunang-kunang, keluarga mengajurkan
klien untuk istirahat dan jangan beraktivitas dulu.
- Keluarga juga selalu mengingatkan untuk mendekatkan diri
kepada Tuhan.
- Setiap klien melakukan kegiatan jangan lupa selalu memberi
pujian atau reward.
iv. Keluarga mampu memodifikasikan lingkungan
Keluarga membantu klien dalam melakukan latihan
kondisikan suasana yang nyaman dalam keluarga. Hindari hal-
hal yang membuat kondisi klien tidak nyaman (contoh: marah,
kesal dll.). Anggota keluarga dimotivasi untuk memberikan
pujian bila klien berhasil mengendalikan penyebabnya.
v. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
Keluarga mengajak klien untuk melakukan pemeriksaan
kesehatan di pelayanan kesehatan jiwa secara teratur (pilihan:
puskesmas, RSU, RSJ, praktik perawat dan dokter).

50
c. Fase Terminasi
1) Evaluasi subjektif
Menanyakan bagaimana perasaan klien setelah melakukan latihan
tersebut.
2) Evaluasi Objektif
Menanyakan kembali apa saja latihan yang sudah dilakukan, dan
menganjurkan untuk mengulangi kembali. Dan bagaimana cara
merawatnya? (perawat memberikan reward atau reinforement positif).
3) Rencana Tindak Lanjut Keluarga
Jangan lupa mengajak anggota keluarga yang lain untuk bantu
merawat klien, agar klien mampu melakukan cara-cara mengendalikan
masalahnya (marah, kesal) dan membuat suasana nyaman di keluarga.
4) Rencana Tindak Lanjut Perawat
Melakukan kontrak ulang kembali dengan klien dan menanyakan
perasaannya, di mana mau dilakukan latihan, serta kegiatan latihan yang
sudah dilakukan dan telah dibuat. Perawat menanyakan kepada klien dan
keluarga kesehatan klien bagaimana. Dan periksa ke dokter, dan jika diberi
obat jelaskan cara minum obat yang benar.
5) Salam
Contoh: mengucap salam/terima kasih dan memberikan dukungan
penuh kepada klien.

REFERENSI
Keliat, B.A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat: CMHN
(Basic Course). Jakarta: EGC.
Keliat, BA., dkk. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Lundy, K.S. & Janes, S. (2009). Community Health Nursing: Caring for the
Public’s Health. 2 nd ed. Boston: Jones and Bartlett Publisher.
Stuart, G.W. (2013). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. (10th Ed).
Elsevier.
PPSDM Kesehatan. (2012). Modul Pelatihan Keperawatan Kesehatan Jiwa
Masyarakat. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

51
C. HALUSINASI
1. DESKRIPSI SINGKAT
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa yang banyak ditemukan.
Gejala gangguan ini, ditujukan dengan adanya perubahan perilaku seperti sering
mendengar suara bisikan/melihat bayangan, merasakan sesuai melalui indera
perabaan, penciuman, atau pengecapan tanpa ada stimulus. Perubahan lain yang
terjadi adalah penurunan kemampuan memecahkan masalah.
Buku ini membahas asuhan keperawatan halusinasi, agar klien dapat
mengontrol halusinasinya dan keluarga mempunyai kemampuan merawat pasien
halusinasi di rumah dan lingkungan sekitarnya.
Asuhan keperawatan halusinasi yang terdiri dari pengkajian, diagnosis
keperawatan, tindakan keperawatan pada klien dan keluarga (pelaku rawat),
evaluasi kemampuan klien dan keluarga (pelaku rawat) dan dokumentasi
keperawatan.

2. TUJUAN PEMBELAJARAN
a. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu melakukan asuhan
keperawatan halusinasi.
b. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu:
1) Menjelaskan konsep halusinasi.
2) Menguraikan langkah-langkah proses keperawatan klien halusinasi
a) Melakukan pengkajian halusinasi.
b) Menyusun diagnosis keperawatan halusinasi.
c) Melakukan tindakan keperawatan kepada klien halusinasi.
d) Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga klien halusinasi.
e) Mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam merawat klien
halusinasi.
f) Mendokumentasikan asuhan keperawatan halusinasi.
g) Mempraktikkan asuhan keperawatan halusinasi.
3. PENGERTIAN HALUSINASI
Halusinasi adalah gejala gangguan jiwa berupa respons panca-indra, yaitu
penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan pengecapan terhadap
sumber yang tidak nyata (Stuart, Keliat, Pasaribu 2017 dan Tim pokja SDKI DPP
PPN, 2016).

52
4. PROSES TERJADINYA HALUSINASI
Proses terjadinya halusinasi pada klien akan dijelaskan dengan
menggunakan konsep stres adaptasi Stuart yang meliputi Stresor dari faktor
predisposisi dan presentasi.
a. Faktor Predisposisi
Hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya halusinasi adalah:
1) Faktor Biologis
Hal yang dikaji pada faktor biologis meliputi adanya faktor herediter
mengalami gangguan jiwa, adanya risiko bunuh diri, riwayat penyakit atau
trauma kepala, dan riwayat penggunaan NAPZA.
2) Faktor Psikologi
Pada klien yang mengalami halusinasi, dapat ditemukan adanya
kegagalan yang berulang, korban kekerasan, kurangmya kasih sayang, atau
overprotektif.
3) Faktor Sosial Budaya dan Lingkungan
Klien dengan halusinasi didapatkan sosial ekonomi rendah, riwayat
penolakan lingkungan pada usia perkembangan anak, tingkat pendidikan
rendah dan kegagalan dalam hubungan sosial (perceraian, hidup sendiri),
serta tidak bekerja.
b. Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi pada pasien dengan halusinasi ditemukan adanya
riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis atau kelainan struktur otak, kekerasan
dalam keluarga, atau adanya kegagalan-kegagalan dalam hidup, kemiskinan,
adanya aturan atau tuntutan di keluarga atau masyarakat yang sering tidak sesuai
dengan pasien serta konflik antar masyarakat.

5. PENYEBAB
a. Kurang tidur
b. Isolasi sosial
c. Mengurung diri
d. Kurang kegiatan sosial
e. Kelainan penglihatan
f. Kelainan penghidu
g. Kelainan perabaan
h. Hipoksia serebral
i. Penyalahgunaan zat
j. Usia lanjut
k. Pemajanan toksin lingkungan

53
6. TANDA DAN GEJALA
a. Mayor
1) Subjektif:
i. Mendengar suara orang bicara tanpa ada orangnya
ii. Melihat benda, orang atau sinar tanpa ada objeknya
iii. Menghidu bau-bauan yang tidak sedap, seperti bau badan padahal
tidak
iv. Merasakan pengecapan yang tidak enak
v. Merasakan rabaan atau gerakan badan
2) Objektif:
i. Bicara sendiri
ii. Tertawa sendiri
iii. Melihat ke satu arah
iv. Mengarahkan telinga ke arah tertentu
v. Tidak dapat memfokuskan pikiran
vi. Diam sambil menikmati halusinasinya
b. Minor
1) Subjektif:
i. Sulit tidur
ii. Khawatir
iii. Takut
iv. Menyatakan kesal
v. Menyatakan senang dengan suara-suara
2) Objektif:
i. Konsentrasi buruk
ii. Disorientasi waktu, tempat, orang, atau situasi
iii. Afek datar
iv. Curiga
v. Menyendiri, melamun
vi. Mondar-mandir
vii. Kurang mampu merawat diri
viii. Respons tidak sesuai
ix. Bersikap seolah mendengar sesuatu
x. Melihat ke satu arah

54
7. KONDISI KLINIS TERKAIT
a. Psikotik akut
b. Skizofrenia
c. Gangguan bipolar
d. Parkinson
e. Delirium
f. Demensia
g. Trauma pada saraf kranial II, III, IV dan VI

8. TUJUAN ASUHAN KEPERAWATAN


a. Kognitif, klien mampu:
1) Menyebutkan penyebab halusinasi
2) Menyebutkan karakteristik halusinasi yang dirasakan: jenis, isi, frekuensi,
durasi, waktu, situasi yang menyebabkan dan respons
3) Menyebutkan akibat yang ditimbulkan dari halusinasi
4) Menyebutkan cara yang selama ini digunakan untuk mengendalikan
halusinasi
5) Menyebutkan cara mengendalikan halusinasi yang tepat
b. Psikomotor, klien mampu:
1) Melawan halusinasi dengan menghardik
2) Mengabaikan halusinasi dengan bersikap cuek
3) Mengalihkan halusinasi dengan cara distraksi yaitu bercakap-cakap dan
melakukan aktivitas
4) Patuh minum obat dengan 8 benar obat (benar nama, benar obat, benar
dosis, benar cara, benar waktu, benar manfaat, benar tanggal kedaluwarsa
dan benar dokumentasi)
c. Afektif
1) Merasakan manfaat cara-cara mengatasi halusinasi
2) Membedakan perasaan-perasaan sebelum dan sesudah latihan

9. PROSES KEPERAWATAN HALUSINASI


a. Pengkajian Halusinasi
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada
klien dan keluarga (pelaku rawat).

55
Tanda dan gejala halusinasi dapat ditemukan dengan wawancara,
melalui pertanyaan sebagai berikut:
1) Apakah bapak/ibu mendengar suara-suara
2) Apakah bapak/ibu melihat bayangan-bayangan yang menakutkan
3) Apakah bapak/ibu mencium bau tertentu yang menjijikkan
4) Apakah bapak/ibu merasakan sesuatu yang menjalar ditubuhnya
5) Apakah bapak/ibu merasakan sesuatu yang menjijikkan dan tidak
mengenakkan
6) Seberapa sering bapak/ibu mendengar suara-suara atau melihat bayangan
tersebut
7) Kapan bapak/ibu mendengar suara atau melihat bayang-bayang
8) Pada situasi apa bapak/ibu mendengarkan suara atau melihat bayangan
9) Bagaimana perasaan bapak/ibu mendengar suara atau melihat bayangan
tersebut
10)Apa yang sudah bapak/ibu lakukan, ketika mendengar suara dan melihat
bayangan
b. Diagnosis Keperawatan Halusinasi
Langkah berikutnya adalah merumuskan diagnosa keperawatan.
Diagnosis keperawatan dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala yang
diperoleh pada pengkajian. Berdasarkan data-data tersebut dapat
ditegakkan diagnosis keperawatan:
HALUSINASI
c. Tindakan Keperawatan Halusinasi
Tindakan keperawatan untuk mengatasi halusinasi, dilakukan
terhadap klien dan keluarga (pelaku rawat). Saat melakukan pelayanan di
puskesmas dan kunjungan rumah, perawat menemui keluarga (pelaku
rawat), terlebih dahulu sebelum menemui klien. Bersama keluarga(pelaku
rawat), perawat mengidentifikasi masalah yang dialami klien untuk
melakukan pengkajian dan melatih satu cara untuk mengatasi masalah
yang dialami klien.
Jika klien telah mendapatkan terapi spikofarmako, maka hal pertama
yang dilatih perawat adalah tentang pentingnya kepatuhan minum obat.
Setelah perawat selesai melatih klien, maka perawat kembali menemui
keluarga (pelaku rawat) dan melatih keluarga (pelaku rawat) untuk
merawat klien, serta menyampaikan hasil tindakan yang telah dilakukan
terhadap klien dan tugas yang diperlukan keluarga lakukan yaitu untuk

56
mengingatkan klien melatih kemampuan mengatasi masalah yang telah
diajarkan oleh perawat.
Tindakan keperawatan untuk klien dan keluarga dilakukan pada setiap
pertemuan, minimal empat kali pertemuan dan dilanjutkan sampai klien
dan keluarga mampu mengatasi halusinasi.
1) Tindakan keperawatan ners
a) Pengkajian: kaji tanda dan gejala halusinasi, penyebab, kemampuan
mengatasinya dan akibatnya. Jika ada halusinasi katakan Anda
percaya, tetapi Anda sendiri tidak mendengar/ melihat/ menghidu/
merasakan.
b) Diagnosis: jelaskan proses terjadinya halusinasi
c) Tindakan keperawatan:
i. Tidak mendukung dan tidak membantah halusinasi klien.
ii. Latih klien melawan halusinasi dengan menghardik
iii. Latih klien mengabaikan halusinasi dengan bersikap cuek
iv. Latih klien mengalihkan halusinasi dengan bercakap-cakap dan
melakukan kegiatan secara teratur.
v. Latih klien minum obat dengan benar prinsip 8 benar, yaitu:
benar nama klien, benar nama obat, benar manfaat obat, benar
dosis obat, benar frekuensi, benar cara, benar tanggal
kadaluwarsa, dan benar dokumentasi.
vi. Diskusikan manfaat yang didapatkan setelah mempraktikkan
latihan mengendalikan halusinasi.
vii. Berikan pujian pada klien saat mampu memraktikkan latihan
mengendalikan halusinasi.
2) Tindakan Keperawatan pada keluarga klien halusinasi
a) Kaji masalah klien yang dirasakan keluarga dalam merawat klien.
b) Jelaskan pengertian, tanda dan gejala serta proses terjadinya
halusinasi yang dialami klien.
c) Diskusikan cara merawat halusinasi dan memutuskan cara merawat
yang sesuai dengan kondisi klien
d) Melatih keluarga cara merawat halusinasi:
i. Menghindari situasi yang menyebabkan halusinasi
ii. Membimbing klien melakukan latihan cara mengandalkan
halusinasi sesuai dengan yang dilatih perawat kepada klien.
iii. Memberi pujian dengan atas keberhasilan klien.

57
e) Melibatkan seluruh anggota keluarga untuk bercakap-cakap
secara bergantian, memotivasi klien melakukan latihan dan
memberikan pujian atas keberhasilannya.
f) Menjelaskan tanda dan gejala halusinasi yang memerlukan
rujukan segera yaitu isi halusinasi yang memerintahkan
kekerasan, serta melakukan follow up ke pelayanan kesehatan
secara teratur.
3) Tindakan pada kelompok klien
Tindakan keperawatan ners: TAK stimulasi persepsi untuk hausinasi
a) Sesi 1 : mengenal halusinasi (jenis, isi, frekuensi, waktu, situasi,
respons)
b) Sesi 2 : melawan halusinasi dengan menghardik
c) Sesi 3 : melawan halusinasi dengan melakukan kegiatan terjadwal
d) Sesi 4 : melawan halusinasi dengan bercakap-cakap dan de-enkalasi.
e) Sesi 5 : patuh 8 minum obat (benar nama klien, benar nama obat,
benar manfaat obat, benar dosis obat, benar frekuensi, benar
cara, benar tanggal kadaluwarsa, dan benar dokumentasi).
4) Tindakan keperawatan spesialis
a) Sesi 1 : identifikasi masalah dan sumber pendukung di dalam dan di
luar keluarga.
b) Sesi 2 : latihan menggunakan sistem pendukung dalam keluarga
c) Sesi 3 : latihan menggunakan sistem pendukung luar keluarga
d) Sesi 4 : evaluasi hasil dan hambatan penggunaan sumber pendukung
5) Tindakan kolaborasi
a) Melakukan kolaborasi dengan dokter menggunakan ISBAR dan TbaK
b) Memberikan program terapi dokter (obat): edukasi 8 benar pemberian
obat dengan menggunakan konsep safety pemberian obat
c) Mengobservasi manfaat dan efek samping obat
6) Discharge Planning
a) Menjelaskan rencana persiapan pasca-rawat di rumah untuk
memandirikan klien
b) Menjelaskan rencana tindak lanjut perawatan dan pengobatan
c) Melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan

58
d. Evaluasi
1) Penurunan tanda dan gejala halusinasi
2) Peningkatan kemampuan klien mengendalikan halusinasi
3) Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat klien.
e. Rencana Tindak Lanjut
1) Rujuk klien dan keluarga ke fasilitas praktik mandiri perawat spesialis
keperawatan jiwa.
2) Rujuk klien dan keluarga ke case manager di fasilitas pelayanan kesehatan
primer di puskesmas, pelayanan kesehatan sekunder dan tersier di rumah
sakit.
3) Rujuk klien dan keluarga ke kelompok pendukung, kader kesehatan jiwa,
kelompok swabantu dan fasilitasi psikososial yang tersedia di masyarakat.

10. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DENGAN


KLIEN HALUSINASI
Pertemuan ke-1 Klien (setiap melakukan tindakan strategi pelaksanaan
(SP), perawat harus melakukan sesuai dengan tahapan-tahapan yang akan
dilakukan).
a. Orientasi
1) Salam
Mengucap salam, memperkenalkan nama perawat dan pekerjaan/berasal
dari mana, menanyakan nama kepanjangan klien, nama panggilan, tanggal
lahir.
2) Evaluasi
Menanyakan bagaimana perasaan klien. Dan berapa lama sudah merasakan
perasaan seperti itu.
3) Validasi
Menanyakan apa yang dilakukan untuk mengatasi masalah itu dan apakah
berhasil.
4) Kontrak
a) Topik dan tujuan
Perawat membicarakan penyebab yang terjadi pada klien dan cara
mengatasinya, serta tujuan dari tindakan yang akan dilakukan.
b) Waktu
Perawat menanyakan berapa lama waktunya, dan apakah setuju
dengan waktu yang disepakati.

59
c) Tempat
Perawat menanyakan di mana tempatnya.
b. Kerja
1) Pengkajian
Ada beberapa data pengkajian halusinasi:
a) Jenis : apakah klien mendengar suara tanpa ada orangnya arau
melihat tanpa ada bayangan atau orang?
b) Isi : menanyakan kepada klien apa yang dikatakan suara itu?
c) Waktu : menanyakan kapan/jam berapa saja yang paling sering
muncul?
d) Frekuensi : menanyakan berapa sering suara itu muncul?
e) Situasi : pada situasi apa yang paling sering muncul? Saat sendiri?
Atau alam hari?
f) Respons : apa yang klien rasakan saat suara atau bayangan itu
muncul?
g) Upaya : apa yang klien lakukan untuk menghilangkannya?
Apakah berhasil?
h) Jika ada halusinasi katakan Anda percaya, tetapi Anda sendiri tidak
mendengar/melihat/menghidu/merasakan.
2) Diagnosis
Kemudian dari pengkajian klien dapat disimpulkan klien mendengar
suara tanpa ada orang yang bicara dan klien merasa terganggu. Dan
jelaskan ke pada klien ini adalah halusinasi.
Bagaimana kalau kita latihan untuk mengendalikannya?
Ada beberapa cara untuk mengendalikannya suara tersebut? Ajak
klien untuk melakukan latihan bersama perawat.
3) Tindakan
a) latihan melawan: Menghardik suara
Klien dan perawat belajar bersama cara menghardik.
Contohkan: perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara
mengharik jika suara atau bayangan itu datang. Perawat
memperagakan caranya: bila suara datang segera menutup telinga dan
katakan pada suara itu: “pergi jangan ganggu saya, kamu hanya suara
palsu, saya tidak mau dengar”.
i. Dampingi: perawat dan klien bersama-sama mencoba cara
menghardik.

60
ii. Mandiri: perawat menyuruh klien untuk melakukan sendiri
dengan yakin.
iii. Jangan lupa pemberian reward untuk klien setelah melakukan
kegiatan.
iv. Tanyakan kepada klien apakah setelah melakukan tindakan atau
latihan, klien merasa senang atau lega.
v. Kemudian perawat bersama klien membuat jadwal kegiatan,
apakah dilakukan jika terdengar suara2 atau melihat bayangan
atau tidak. Keterangan: mandiri, Dibantu, Diingatkan (M, DB,
DI).
b) latihan cara minum obat teratur
Sebelum melanjutkan kegiatan perawat menanyakan apakah
masih mengalami masalah sebelumnya dan apakah jadwal kegiatan
dilakukan.
i. Perawat menanyakan kepada klien apakah klien sudah minum
obat. Tanyakan berapa macam obat yang diminum. (Kemudian
perawat menyiapkan obat pasien).-Dan menjelaskan kepada
klien: Warna orange (CPZ), 3 kali sehari jam 7 pagi, jam1 siang
dan jam 7 malam gunanya untuk menghilangkan suara-suara.
Warna putih (THP) 3 kali sehari jamnya sama gunanya rileks dan
tidak kaku. Sedangkan warna merah jambu (HP) 3 kali sehari
jamnya sama gunanya untuk pikiran biar tenang. Jangan lupa
pemberian reward untuk klien setelah melakukan kegiatan.
ii. Tanyakan kepada klien apakah setelah melakukan tindakan atau
latihan. Klien merasa rileks.
iii. Kemudian perawat bersama klien membuat jadwal kegiatan
minum obat.
c) latihan bercakap-cakap dengan orang lain
Tanyakan kepada klien apakah masih ada suara-suara yang
muncul. Dan siapa yang dapat diajak bercakap-cakap dan ditemui.
i. Contohkan : katakan “ayo kita bercakap-cakap agar suara yang
mengganggu saya dapat dikendalikan”.
ii. Dampingi : “Mari kita cari anggota keluarga/teman untuk
bercakap-cakap, yang mana temannya, ayo kita
praktikkan. Jangan lupa pemberian reward untuk
klien setelah melakukan kegiatan.

61
iii. Mandiri : kemudian buat jadwal dengan siapa bercakap-cakap
kegiatan yang sudah terjadwal saat suara terdengar
dapat dikendalikan dengan melakukan kegiatan.
- Apa saja kegiatan yang dapat dilakukan setiap hari?
(merapikan tempat tidur, mencuci piring makan, menyapu
dan lain-lain).
- Coba pilih satu kegiatan, misal: merapikan tempat tidur.
- Sekarang coba dilihat apakah tempat tidurnya sudah rapi
- Dampingi : “ayo kita rapikan, angkat bantalnya, angkat
selimutnya dan lipat dengan rapi”.
Mandiri : kemudian perawat menyuruh klien untuk
melakukan mandiri.
Jangan lupa pemberian reward untuk klien setelah melakukan kegiatan.
c. Terminasi
1) Evaluasi Subjektif
Perawat menanyakan bagaimana perasaan klien setelah melakukan
kegiatan?
2) Evaluasi objektif
Tanyakan kepada klien(evaluasi kembali) dan apakah sudah benar
tindakan atau latihan yang diajarkan tadi. Beri reward kepada klien bila
klien bisa melakukan. (bantu jika belum ingat).
3) Rencana tindak lanjut klien
Perawat mengajak klien untuk latihan secara teratur? Dan mengulang
dalam sehari berapa kali latihan menghardik? Latihan bercakap-cakap
berapa kali? Cara minum obat? Dan melakukan jadwal kegiatan (ex:
merapikan tempat tidur) berapa kali?
4) Rencana tindak lanjut perawat
Perawat melakukan kontrak waktu dengan klien. Kapan klien bisa.
(perawat melihat lagi tanda dan gejala yang dialami klien, apakah ada
pemberian obat ulang dari dokter. Perawat akan mengajarkan kembali cara
minum obat dengan benar).
5) Salam
Perawat memberi salam kepada klien.

62
11. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DENGAN
KELUARGA HALUSINASI
Pertemuan ke-I keluarga (setiap melakukan tindakan strategi pelaksanaan
(SP), perawat harus melakukan sesuai dengan tahapan-tahapan yang akan
dilakukan).
a. Fase Orientasi
1) Salam
Mengucap salam, memperkenalkan nama perawat dan
pekerjaan/berasal dari mana, menanyakan nama kepanjangan keluarga
klien, nama panggilan, tanggal lahir.
2) Evaluasi
Menanyakan bagaimana perasaan keluarga. Dan adakah dalam
keluarga yang sakit.
3) Validasi
Menanyakan apa yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut
dan apakah sudah dibawa ke pusat pelayanan kesehatan.
4) Kontrak
a) Tindakan dan tujuan
Perawat akan melakukan pemeriksaan kesehatan supaya dapat
mengetahui kondisi keluarga klien.
b) Waktu
Perawat menanyakan berapa lama waktunya, dan apakah setuju
dengan waktu yang disepakati.
c) Tempat
Perawat menanyakan di mana tempatnya.
b. Fase Kerja
1) Pengkajian
a) Identitas keluarga
Perawat menanyakan pada keluarga klien ingin mendata keluarga
yang tinggal di rumah. Siapa kepala keluarga, siapa nama lengkapnya,
berapa umurnya, pendidikan, alamat rumah dan apakah keluarga ada
yang mempunyai keluhan kesehatan seluruh keluarga (jika ada
sebutkan). Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai riwayat
kesehatan atau penyakit sebelumnya. (jika ada sebutkan). Perawat
juga menanyakan jika ada anggota keluarga yang mengalami keluhan
sudah berapa lama, apa yang dilakukan(klien). Kemudian perawat
memeriksa klien.

63
b) Pengkajian indikator keluarga sehat (IKS)
Perawat menanyakan apakah anggota keluarga ada mengikuti
kegiatan program pemerintah agar seluruh keluarga sehat.
Keluarga akan menjawab pertanyaan IKS dengan ya atau tidak.
Dan perawat akan memulai?
i. Apakah anggota keluarga mengikuti program keluarga
berencana?
ii. Apakah anggota keluarga ada yang melahirkan ke fasilitas
kesehatan?
iii. Apakah anggota keluarga mendapatkan imunisasi dasar lengkap?
iv. Apakah mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan?
v. Apakah balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan?
vi. Apakah anggota keluarga tidak ada yang merokok?
vii. Apakah anggota keluarga menjadi anggota JKN/ BPJS?
viii. Apakah anggota keluarga memiliki akses sarana air bersih?
ix. Apakah keluarga memiliki akses jamban sehat?
x. Apakah anggota keluarga ada yang menderita penyakit TBC?
Jika iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
xi. Apakah anggota keluarga menderita gangguan jiwa? Jika iya,
apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar
dari pelayanan kesehatan?
xii. Apakah anggota keluarga menderita diabetes melitus? Jika iya,
apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar
dari pelayanan kesehatan?
xiii. Apakah anggota keluarga menderita Hipertensi? Jika iya, apakah
sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar dari
pelayanan kesehatan?
xiv. Apakah anggota keluarga menderita kanker? Jika iya, apakah
sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar dari
pelayanan kesehatan?
Kemudian perawat menyimpulkan dan melanjutkan pemeriksaan
terhadap kesehatan jiwa yang dialami keluarga.

64
c) Pengkajian Self Report Question (SRQ)
Perawat memeriksa kesehatan klien.
i. Apakah klien sering menderita sakit kepala?
ii. Apakah klien kehilangan nafsu makan?
iii. Apakah klien tidur lelap?
iv. Apakah klien mudah menjadi takut?
v. Apakah klien merasa cemas, tegang dan kawatir?
vi. Apakah tangan klien gemetar?
vii. Apakah klien mengalami gangguan pencernaan?
viii. Apakah klien merasa sulit berpikir jernih?
ix. Apakah klien merasa tidak bahagia?
x. Apakah klien lebih senang menangis?
xi. Apakah klien merasa sulit untuk menikmati aktivitas sehari-hari?
xii. Apakah klien mengalami kesulitan untuk mengambil keputusan?
xiii. Apakah aktivitas atau tugas sehari-hari ibu terbengkalai?
xiv. Apakah klien merasa tidak mampu berperan dalam kehidupan
ini?
xv. Apakah klien kehilangan minat terhadap banyak hal?
xvi. Apakah klien merasa tidak bahagia?
xvii. Apakah klien merasa tidak berharga?
xviii. Apakah klien mempunyai pikiran untuk mengakhiri hidupnya
xix. Apakah klien merasa lelah sepanjang waktu?
xx. Apakah klien merasa tidak enak perut?
xxi. Apakah klien mulai lelah?
xxii. Apakah klien minum alkohol lebih banyak dari biasanya atau
apakah klien menggunakan narkoba?
xxiii. Apakah klien yakin bahwa seseorang mencoba mencelakai klien
dengan cara tertentu?
xxiv. Apakah ada yang mengganggu atau hal yang tidak biasa dalam
pikiran klien?
xxv. Apakah klien pernah mendengar suara tanpa tahu sumbernya
atau orang lain tidak dapat mendengarnya?
xxvi. Apakah keluarga mengalami mimpi yang mengganggu tentang
sesuatu bencana musibah atau adakah saat-saat Anda seolah
mengalami kembali kejadian bencana?
xxvii. Apakah keluarga menghindari kegiatan, tempat, orang atau
pikiran yang mengingatkan Anda akan bencana tersebut?

65
xxviii.Apakah minat keluarga terhadap teman dan kegiatan yang biasa
keluarga lakukan berkurang?
xxix. Apakah keluarga merasa sangat terganggu jika berada dalam
situasi yang mengingatkan keluarga akan bencana atau jika
memikirkan tentang bencana?
xxx. Apakah keluarga kesulitan memahami atau mengekspresikan
perasaan keluarga?
Kesimpulan: berdasarkan jawaban dari pertanyaan di atas,
keluarga (salah satu) mengalami kecemasan.
2) Diagnosis
Perawat menyimpulkan hasil dari pengkajian keluarga klien dan
perawat mengajak keluarga dan klien untuk mengungkapkan dan
mengendalikan agar tidak menimbulkan kerugian.
3) Tindakan Keperawatan
Tindakan yang dilakukan perawat untuk keluarga klien: (tindakan
yang dilakukan keluarga klien dalam menghadapi anak atau istri di dalam
anggota keluarga yang mengalami kecemasan).
a) Tindakan keperawatan pada keluarga.
Untuk mengatasi kecemasan keluarga ada beberapa cara:
i. Latihan teknik relaksasi: tarik napas dalam
Contohkan : Tarik napas dalam dari hidung tahan sebentar dan
keluarkan dari mulut sambil menghembuskan.
Dampingi : kemudian keluarga mengikuti perawat melakukan
tarik napas dalam.
Mandiri : keluarga melakukan sendiri dan perawat
memberikan reward atau reinforcement positif.
ii. Latihan distraksi
Perawat menanyakan kebiasaan keluarga? Apakah suka
menonton tv, membaca koran, mendengarkan musik, ngobrol
dengan orang lain tentang pengalaman yang menyenangkan
(upayakan waktu terisi dengan kegiatan).
iii. Latihan hipnotis lima jari
- Mulai dengan tarik napas dalam, tutup mata, kosongkan
pikiran. Napas biasa dan fokus ada napas.
- Satukan jempol dengan telunjuk: bayangkan badan sehat, itu
saja bayangkan jangan ada yang lain.

66
- Satukan jempol dan jari tengah: bayangkan semua orang
yang peduli, perhatian dan sayang pada keluarga, itu saja
bayangkan jangan ada yang lain.
- Satukan jempol dan jari manis: bayangkan saat keluarga
mendapatkan pujian, hadiah, prestasi dan keluarga sangan
senang, itu saja bayangkan jangan ada yang lain.
- Satukan jempol dan kelingking: bayangkan tempat yang
indah-indah atau tempat yang paling indah yang pernah
dikunjungi, ingat bayangkan keluarga ada di sana dan
senang sekali itu saja yang di bayangkan.
Kesimpulan perawat: menanyakan bagaimana perasaan keluarga
setelah melakukan latihan. Apakah senang dan berkurang. Kemudian
perawat bersama keluarga membuat jadwal latihan untuk semua kegiatan
yang dilakukan.
c. Kerja (lanjutan)
Perawat bersama keluarga bersama-sama membahas masalah klien.
Dan akan didiskusikan peran keluarga dalam merawat klien.
Tindakan edukasi 5 tahap tugas keluarga.
1) Keluarga mampu mengenal masalah
Perawat menanyakan kepada keluarga apakah klien pernah
mendengar suara–suara yang dialami klien saat ini (halusinasi: jelaskan
pengertian, penyebab, tanda dan gejala dengan menggunakan leaflet).
2) Keluarga mampu memutuskan masalah
Keluarga perlu mengetahui cara merawatnya dan memutuskan cara
merawat klien, agar cepat pulih.
3) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit
Perawat mengajarkan kepada keluarga dengan memotivasi melakukan
cara mengendalikan halusinasi dengan melawan (hardik), minum obat,
mengalihkan (bercakap-cakap dengan teman), melakukan kegiatan. Jika
klien dapat melakukan beri reward atau pujian.
4) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan
Keluarga lainnya juga perlu membuat suasana mendukung untuk
perawatan dan pemulihan klien. Misalnya; bergantian bercakap-cakap dan
memberikan pujian.

67
5) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
Klien perlu mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa secara teratur,
pilihannya: puskesmas, RSU, RSJ, praktik komunitas dan dokter.
d. Terminasi
1) Evaluasi subjektif
Perawat menanyakan kepada keluarga bagaimana perasaan setelah
melakukan tindakan yang terkait masalah kesehatan di dalam keluarga
klien.
2) Evaluasi objektif
Perawat menanyakan kembali masalah kesehatan klien. Bagaimana
pula cara, merawatnya.
3) Rencana tindak lanjut klien
Anjurkan kepada keluarga jangan lupa mengajak anggota keluarga
lain untuk membantu merawat klien dan membuat suasana nyaman di
keluarga. Perawat memberikan leaflet kepada keluarga.
4) Rencana tindak lanjut perawat
Perawat merencanakan kepada keluarga untuk kontrak ulang dengan
keluarga, kapan, di mana, jam berapa, apakah ada obat baru saat konsultasi
dengan dokter. Perawat akan menjelaskan cara minum obat yang benar.
5) Salam
Perawat mengucap salam dan terima kasih.

REFERENSI
Keliat, B.A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat: CMHN
(Basic Course). Jakarta: EGC.
Keliat, B.A., dkk. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Lundy, K.S. & Janes, S. (2009). Community Health Nursing: Caring for the
Public’s Health. 2 nd ed. Boston: Jones and Bartlett Publisher.
Stuart, G.W. (2013). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. (10th Ed).
Elsevier.
PPSDM Kesehatan. (2012). Modul Pelatihan Keperawatan Kesehatan Jiwa
Masyarakat. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

68
D. WAHAM
1. DESKRIPSI SINGKAT
Waham adalah salah satu gejala gangguan jiwa yang banyak ditemukan.
Gejala gangguan ini, ditujukan dengan adanya perubahan perilaku seperti sering
khawatir, mempunyai keyakinan yang salah, menentang dan berbicara sendiri
tanpa ada stimulus. Perubahan lain yang terjadi adalah tidak mampu mengambil
keputusan, berpikir tidak realistik, gangguan dalam orientasi baik waktu, tempat
maupun orang.
Buku ini membahas asuhan keperawatan klien dengan waham, agar klien
dapat mengontrol wahamnya dan keluarga mempunyai kemampuan merawat
klien waham di rumah dan lingkungan sekitarnya.
Asuhan keperawatan gangguan waham yang terdiri dari pengkajian,
diagnosis keperawatan, tindakan keperawatan pada klien dan keluarga (pelaku
rawat), evaluasi kemampuan klien dan keluarga (pelaku rawat) dan dokumentasi
keperawatan.

2. TUJUAN PEMBELAJARAN
a. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu melakukan asuhan
keperawatan waham.
b. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu:
1) Menjelaskan konsep tentang waham
2) Menguraikan langkah-langkah proses keperawatan pasien waham
a) Melakukan pengkajian waham
b) Menyusun diagnosis keperawatan waham
c) Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien waham
d) Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga pasien waham
e) Mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam merawat pasien
waham
f) Mendokumentasikan asuhan keperawatan klien degan waham
g) Mempraktikkan asuhan keperawatan klen dengan waham

3. PENGERTIAN
Waham adalah keyakinan salah yang didasarkan oleh kesimpulan yang salah
tentang realita eksternal dan dipertahankan dengan kuat Keliat & Akemat,2007;
Sadock, 2010; SDKI, 2016; Erawati, Keliat& Moritz, 2017). Waham dapat berupa
waham kebesaran, curiga, persekusi, somatik dan kendali pikir.

69
4. PENYEBAB
a. Genetik
b. Biologis yaitu ketidakseimbangan neurotransmiter
c. Diisolasi oleh lingkungan
d. Mudah kecewa, kecemasan tinggi, mudah putus asa dan menutup diri
e. Konsep diri yang negatif

5. TANDA DAN GEJALA


a. Mayor
1) Subjektif
a) Mengatakan bahwa ia adalah artis, nabi, preside, wali dan lainnya
yang tidak sesuai kenyataan.
b) Curiga dan waspada berlebih pada orang tertentu
c) Merasa diintai dan akan membahayakan dirinya
d) Merasa yakin menderita penyakit fisik
2) Objektif
a) Mudah tersinggung
b) Marah
c) Waspada
d) Menarik diri
e) Inkoheren
f) Perilaku seperti isi waham
b. Minor
1) Subjektif
a) Tidak mampu mengambil keputusan
b) Merasa khawatir sampai panik
2) Objektif
a) Bingung
b) Perubahan pola tidur
c) Kehilangan selera makan

6. KONDISI KLINIS TERKAIT


a. Skizofrenia
b. Gangguan bipolar
c. Epilepsi

70
7. TUJUAN ASUHAN KEPERAWATAN
a. Kognitif, klien mampu:
1) Menyebutkan orientasi terhadap realitas (orang, tempat dan waktu)
2) Menyebutkan kebutuhan yang belum terpenuhi
3) Menyebutkan aspek positif yang dimiliki
b. Psikomotor, klien mampu:
1) Berorientasi terhadap realitas (orang, tempat dan waktu)
2) Memenuhi kebutuhan
3) Melatih aspek positif yang dimiliki
4) Patuh minum obat dengan 8 benar obat (benar nama, benar obat, benar
dosis, benar cara, benar waktu, benar manfaat, benar tanggal kedaluwarsa
dan benar dokumentasi)
c. Afektif
1) Merasa manfaat dari latihan yang dilakukan
2) Merasa senang dan tenang
8. PROSES KEPERAWATAN WAHAM
a. Pengkajian Waham
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada
pasien dan keluarga (pelaku rawat).
Tanda dan Gejala waham dapat ditemukan dengan wawancara,
melalui pertanyaan sebagai berikut:
1) Apakah bapak/ibu mengingat siapa nama klien, hari ini tanggal berapa, di
mana sekarang, siapa orang yang dekat dengan klien?
2) Sudah berapa lama bapak/ibu berada di sini?
b. Diagnosis Keperawatan Dengan Klien WAHAM
Langkah berikutnya adalah merumuskan diagnosa keperawatan.
Diagnosis keperawatan dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala yang
diperoleh pada pengkajian. Berdasarkan data-data tersebut dapat
ditegakkan diagnosis keperawatan:
Waham

c. Tindakan Keperawatan Waham


Tindakan keperawatan untuk mengatasi waham, dilakukan terhadap
klien dan keluarga (pelaku rawat). Saat melakukan pelayanan di
puskesmas dan kunjungan rumah, perawat menemui keluarga (pelaku
rawat), terlebih dahulu sebelum menemui klien. Bersama keluarga(pelaku

71
rawat), perawat mengidentifikasi masalah yang dialami klien untuk
melakukan pengkajian dan melatih satu cara untuk mengatasi masalah
yang dialami klien.
Jika klien telah mendapatkan terapi spikofarmako, maka hal pertama
yang dilatih perawat adalah tentang pentingnya kepatuhan minum obat.
Setelah perawat selesai melatih klien, maka perawat kembali menemui
keluarga (pelaku rawat) dan melatih keluarga (pelaku rawat) untuk
merawat klien, serta menyampaikan hasil tindakan yang telah dilakukan
terhadap klien dan tugas yang diperlukan keluarga lakukan yaitu untuk
mengingatkan klien melatih kemampuan mengatasi masalah yang telah
diajarkan oleh perawat.
Tindakan keperawatan untuk klien dan keluarga dilakukan pada setiap
pertemuan, minimal empat kali pertemuan dan dilanjutkan sampai klien
dan keluarga mampu mengatasi waham.
1) Tindakan keperawatan ners
a) Pengkajian : kaji tanda dan gejala waham, penyebab, kemampuan
mengatasinya dan akibatnya.
b) Diagnosis : jelaskan proses terjadinya waham
c) Tindakan keperawatan:
(1) Sikap perawat: kalem, lembut, netral, jujur, hindari pertentangan,
bicara jelas dan simpel.
(2) Tidak mendukung dan tidak membantah waham klien
(3) Yakinkan klien berada pada lingkungan yang aman
(4) Bantu klien untuk orientasi realitas (orang, tempat dan waktu)
(5) Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi
(6) Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan yang realistis.
(7) Diskusikan kemampuan/aspek positif yang dimilikinya
(8) Latih klien dalam melakukan kemampuan/aspek positif yang
dimiliki.
2) Tindakan Keperawatan pada keluarga klien waham
a) Kaji masalah klien yang dirasakan keluarga dalam merawat klien.
b) Jelaskan pengertian, tanda dan gejala serta proses terjadinya waham
yang dialami klien.
c) Diskusikan cara merawat waham dan memutuskan cara merawat yang
sesuai dengan kondisi klien
d) Melatih keluarga cara merawat waham:
(1) Tidak mendukung dan tidak membantah waham klien (netral)

72
(2) Membimbing klien melakukan latihan cara mengandalkan
waham sesuai dengan yang dilatih perawat kepada klien.
(3) Memberi pujian dengan atas keberhasilan klien.
e) Melibatkan seluruh anggota keluarga dalam membimbing orientasi
realita (orang, tempat dan waktu), memenuhi kebutuhan klien yang
tidak terpenuhi, memotivasi melakukan kemampuan/aspek positif
yang dimiliki dan memberikan pujian atas keberhasilannya.
f) Menjelaskan tanda dan gejala halusinasi yang memerlukan rujukan
segera yaitu isi halusinasi yang memerintahkan kekerasan, serta
melakukan follow up ke pelayanan kesehatan secara teratur.
3) Tindakan pada kelompok klien
a) Sesi 1 : Pengenalan orang
b) Sesi 2 : Pengenalan tempat
c) Sesi 3 : Pengenalan waktu
4) Tindakan keperawatan spesialis
a) Sesi 1 : Identifikasi masalah dan sumber pendukung di dalam dan di
luar keluarga.
b) Sesi 2 : latihan menggunakan sistem pendukung dalam keluarga
c) Sesi 3 : latihan menggunakan sistem pendukung luar keluarga
d) Sesi 4 : evaluasi hasil dan hambatan penggunaan sumber pendukung
5) Tindakan kolaborasi
a) Melakukan kolaborasi dengan dokter menggunakan ISBAR dan TbaK
b) Memberikan program terapi dokter (obat): edukasi 8 benar pemberian
obat dengan menggunakan konsep safety pemberian obat
c) Mengobservasi manfaat dan efek samping obat
6) Discharge Planning
a) Menjelaskan rencana persiapan pasca-rawat di rumah untuk
memandirikan klien
b) Menjelaskan rencana tindak lanjut perawatan dan pengobatan
c) Melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan
d. Evaluasi
1) Penurunan tanda dan gejala waham
2) Peningkatan kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan dan melatih
aspek positif yang dimiliki.
3) Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat klien.

73
e. Rencana Tindak Lanjut
1) Rujuk klien dan keluarga ke fasilitas praktik mandiri perawat spesialis
keperawatan jiwa.
2) Rujuk klien dan keluarga ke case manager di fasilitas pelayanan kesehatan
primer di puskesmas, pelayanan kesehatan sekunder dan tersier di rumah
sakit.
3) Rujuk klien dan keluarga ke kelompok pendukung, kader kesehatan jiwa,
kelompok swabantu dan fasilitasi psikososial yang tersedia di masyarakat.

9. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DENGAN


KLIEN WAHAM
Pertemuan ke-1 Klien (setiap melakukan tindakan strategi pelaksanaan
(SP), perawat harus melakukan sesuai dengan tahapan-tahapan yang akan
dilakukan)
a. Orientasi
1) Salam
Mengucap salam, memperkenalkan nama perawat dan pekerjaan/berasal
dari mana, menanyakan nama kepanjangan klien, nama panggilan, tanggal
lahir.
2) Evaluasi
Menanyakan bagaimana perasaan klien. Dan berapa lama sudah merasakan
perasaan seperti itu.
3) Validasi
Menanyakan apa yang dilakukan untuk mengatasi masalah itu dan apakah
berhasil.
4) Kontrak
a) Tindakan dan tujuan
Perawat membicarakan penyebab yang terjadi pada klien dan cara
mengatasinya, serta tujuan dari tindakan yang akan dilakukan.
b) Waktu
Perawat menanyakan berapa lama waktunya, dan apakah setuju
dengan waktu yang disepakati.
c) Tempat
Perawat menanyakan di mana tempatnya.

74
b. Kerja
1) Pengkajian
Tanyakan nama klien? tanyakan pekerjaan? Tanyakan pengalaman
yang tidak menyenangkan selama hidupnya baik dimasa kanak-kanak
sampai dengan sekarang? Tanyakan bagaimana menghadapi masalah
tersebut? Tanyakan siapa yang membantu memecahkan masalah tersebut?
Apakah klien selalu bercerita masalahnya dengan orang lain? Tanyakan
bagaimana klien berhubungan dengan orang tua? Bagaimana hubungan
dengan tangga?
Tanyakan kepada klien berada di mana? Tanyakan dapat kah klien
menyebutkan nama orang tua secara lengkap? Tanyakan sekarang tanggal
berapa?
Tanyakan apa yang dirasakan berada di sini?? Bagaimana makan
klien? Apakah sudah mandi dan gosok gigi? Dan apakah sudah memotong
kuku setiap seminggu sekali?
Tanyakan apakah klien kenal dengan teman-temannya dan sebutkan?
Jika klien membicarakan wahamnya, dengarkan tanpa mendukung
atau menyangkalnya sampai klien berhenti berbicara?
2) Diagnosa
Perawat mengambil kesimpulan hasil dari pengkajian, dan cerita dari
klien.
3) Tindakan
Perawat mengajak klien untuk latihan tentang situasi lingkungan,
memenuhi kebutuhan, kemampuan yang dimiliki dan mencapai
kenyamanan.
a) Latihan orientasi
- Ajak klien belajar mengenal diri, orang dan waktu?
- Siapa nama lengkap klien? Nama panggilan? Sekolah di mana?
- Siapa saja yang tinggal satu rumah dengan klien? Sebutkan untuk
masing-masing nama keluarga termasuk orang tua?
- Siapa nama tetangganya? Tuliskan namanya dan panggilannya?
- Orientasi tempat: Tempat mana saja yang sering klien kunjungi?
- Tuliskan tempat dan cara mencapainya?
- Orientasi waktu: ajak klien belajar mengenal waktu? Hari ini hari
apa?
- Besok hari apa? Kemarin hari apa? Bulan apa sekarang? Bulan
depan bulan apa? Bulan lalu bulan apa? Sekarang jam berapa.
(latihan menebak jam dengan gambar) kemudian beri pujian.

75
b) Mendiskusikan dan latihan mengenal situasi lingkungan
- Tanyakan siapa saja keluarga dan sahabat yang paling dekat
dengan klien?(buat datarnya).
- Ajak klien berinteraksi dengan yang lain.
- Ajak klien bersama perawat belajar tentang jam, tanggal, hari
bulan dan tahun.
Contoh: sekarang jam berapa? Jam 9 jarumnya ke mana? Beri
pujian. Seterusnya tanggal, hari, bulan dan tahun.
Ajak klien untuk mengenal tempat. Coba klien sebutkan alamat
rumahnya, alamat sahabat dan keluarga? Beri pujian.
c) Menjelaskan dan melatih minum obat dan manfaat serta keuntungan,
kerugian tidak minum obat
- Menjelaskan minum obat dengan 8 benar obat?(benar orang,
benar obat, benar manfaat, benar dosis, benar frekuensi, benar
cara, benar kadaluwarsa, benar dokumentasi?
- Mendiskusikan manfaat minum obat dan kerugian tidak minum
obat?
- Melatih cara minum obat secara teratur?
- Melatih klien memasukkan kegiatan minum obat secara teratur
ke jadwal kegiatan.
d) Mendiskusikan kebutuhan dan latihan memenuhinya
- Tanyakan pada klien apa saja kegiatan sehari-hari? Apa saja
kebutuhan klien? (Tulis di kertas).
- Tanyakan apa saja yang belum terpenuhi?
- Dari kebutuhan yang belum terpenuhi ajak klien bersama
perawat berdiskusi cara memenuhinya. Sebutkan? Bagaimana
kemampuan untuk memenuhinya? Beri pujian. Kemudian
berdiskusi yang lain.
- Latihan kegiatan sehari-hari dan kegiatan untuk memenuhi
kebutuhan. Kemudian memasukkan ke jadwal kegiatan dan
melatihnya.
e) Melatih kemampuan yang dimilikinya dan mencapai kenyamanan
1) Menjelaskan kemampuan positif yang dimilikinya?
2) Mendiskusikan kemampuan positif yang dimilikinya?
3) Melatih kemampuan positif yang dimilikinya?
4) Melatih klien memasukkan kemampuan positif ke jadwal
kegiatan?

76
c. Terminasi
1) Evaluasi subjektif
Menanyakan kepada klien perasaan setelah latihan?
2) Evaluasi objektif
Menanyakan kepada klien apa saja yang sudah dilakukan(situasi
lingkungan, waktu dan tempat)
3) Rencana tindak lanjut klien
Ajak klien untuk latihan tentang situasi lingkungan, yaitu orang di sekitar
klien, mengenal waktu, dan tempat di sekitar klien, melatih minum obat,
apa saja kebutuhan dan cara memenuhinya serta Melatih kemampuan yang
dimilikinya dan mencapai kenyamanan
4) Rencana tindak lanjut perawat
Perawat melakukan kontrak ulang dengan klien, kapan, di mana untuk
latihan, jam berapa?
5) Salam
Mengucap salam dan terima kasih.

10. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DENGAN


KELUARGA WAHAM
Pertemuan ke-I keluarga (setiap melakukan tindakan strategi pelaksanaan
(SP), perawat harus melakukan sesuai dengan tahapan-tahapan yang akan
dilakukan).
a. Fase Orientasi
1) Salam
Mengucap salam, memperkenalkan nama perawat dan pekerjaan/berasal
dari mana, menanyakan nama kepanjangan keluarga klien, nama
panggilan, tanggal lahir.
2) Evaluasi
Menanyakan bagaimana perasaan keluarga. Dan adakah dalam keluarga
yang sakit.
3) Validasi
Menanyakan apa yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut dan
apakah sudah dibawa ke pusat pelayanan kesehatan.
4) Kontrak
a) Tindakan dan tujuan
Perawat akan melakukan pemeriksaan kesehatan supaya dapat
mengetahui kondisi keluarga klien.

77
b) Waktu
Perawat menanyakan berapa lama waktunya, dan apakah setuju
dengan waktu yang disepakati.
c) Tempat
Perawat menanyakan di mana tempatnya.
b. Fase Kerja
1) Pengkajian
a) Identitas keluarga
Perawat menanyakan pada keluarga klien ingin mendata keluarga
yang tinggal di rumah. Siapa kepala keluarga, siapa nama lengkapnya,
berapa umurnya, pendidikan, alamat rumah dan apakah keluarga ada
yang mempunyai keluhan kesehatan seluruh keluarga (jika ada
sebutkan). Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai riwayat
kesehatan atau penyakit sebelumnya. (jika ada sebutkan). Perawat
juga menanyakan jika ada anggota keluarga yang mengalami keluhan
sudah berapa lama, apa yang dilakukan(klien). Kemudian perawat
memeriksa klien.
b) Pengkajian indikator keluarga sehat (IKS)
Perawat menanyakan apakah anggota keluarga ada mengikuti
kegiatan program pemerintah agar seluruh keluarga sehat.
Keluarga akan menjawab pertanyaan IKS dengan ya atau tidak.
Dan perawat akan memulai?
i. Apakah anggota keluarga mengikuti program keluarga
berencana?
ii. Apakah anggota keluarga ada yang melahirkan ke fasilitas
kesehatan?
iii. Apakah anggota keluarga mendapatkan imunisasi dasar lengkap?
iv. Apakah mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan?
v. Apakah balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan?
vi. Apakah anggota keluarga tidak ada yang merokok?
vii. Apakah anggota keluarga menjadi anggota JKN/ BPJS?
viii. Apakah anggota keluarga memiliki akses sarana air bersih?
ix. Apakah keluarga memiliki akses jamban sehat?
x. Apakah anggota keluarga ada yang menderita penyakit TBC?
Jika iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?

78
xi. Apakah anggota keluarga menderita gangguan jiwa? Jika iya,
apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar
dari pelayanan kesehatan?
xii. Apakah anggota keluarga menderita diabetes melitus? Jika iya,
apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar
dari pelayanan kesehatan?
xiii. Apakah anggota keluarga menderita Hipertensi? Jika iya, apakah
sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar dari
pelayanan kesehatan?
xiv. Apakah anggota keluarga menderita kanker? Jika iya, apakah
sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar dari
pelayanan kesehatan?
Kemudian perawat menyimpulkan dan melanjutkan pemeriksaan
terhadap kesehatan jiwa yang dialami keluarga.
c) Pengkajian Self Report Question (SRQ)
Perawat memeriksa kesehatan klien.
i. Apakah klien sering menderita sakit kepala?
ii. Apakah klien kehilangan nafsu makan?
iii. Apakah klien tidur lelap?
iv. Apakah klien mudah menjadi takut?
v. Apakah klien merasa cemas, tegang dan kawatir?
vi. Apakah tangan klien gemetar?
vii. Apakah klien mengalami gangguan pencernaan?
viii. Apakah klien merasa sulit berpikir jernih?
ix. Apakah klien merasa tidak bahagia?
x. Apakah klien lebih senang menangis?
xi. Apakah klien merasa sulit untuk menikmati aktivitas sehari-hari?
xii. Apakah klien mengalami kesulitan untuk mengambil keputusan?
xiii. Apakah aktivitas atau tugas sehari-hari ibu terbengkalai?
xiv. Apakah klien merasa tidak mampu berperan dalam kehidupan
ini?
xv. Apakah klien kehilangan minat terhadap banyak hal?
xvi. Apakah klien merasa tidak bahagia?
xvii. Apakah klien merasa tidak berharga?
xviii. Apakah klien mempunyai pikiran untuk mengakhiri hidupnya
xix. Apakah klien merasa lelah sepanjang waktu?
xx. Apakah klien merasa tidak enak perut?
xxi. Apakah klien mulai lelah?

79
xxii. Apakah klien minum alkohol lebih banyak dari biasanya atau
apakah klien menggunakan narkoba?
xxiii. Apakah klien yakin bahwa seseorang mencoba mencelakai klien
dengan cara tertentu?
xxiv. Apakah ada yang mengganggu atau hal yang tidak biasa dalam
pikiran klien?
xxv. Apakah klien pernah mendengar suara tanpa tahu sumbernya
atau orang lain tidak dapat mendengarnya?
xxvi. Apakah keluarga mengalami mimpi yang mengganggu tentang
sesuatu bencana musibah atau adakah saat-saat Anda seolah
mengalami kembali kejadian bencana?
xxvii. Apakah keluarga menghindari kegiatan, tempat, orang atau
pikiran yang mengingatkan Anda akan bencana tersebut?
xxviii.Apakah minat keluarga terhadap teman dan kegiatan yang biasa
keluarga lakukan berkurang?
xxix. Apakah keluarga merasa sangat terganggu jika berada dalam
situasi yang mengingatkan keluarga akan bencana atau jika
memikirkan tentang bencana?
xxx. Apakah keluarga kesulitan memahami atau mengekspresikan
perasaan keluarga?
Kesimpulan: berdasarkan jawaban dari pertanyaan di atas, keluarga
(salah satu) mengalami kecemasan.
2) Diagnosis
Perawat menyimpulkan hasil dari pengkajian keluarga klien dan
perawat mengajak keluarga dan klien untuk mengungkapkan dan
mengendalikan agar tidak menimbulkan kerugian.
3) Tindakan Keperawatan
Tindakan yang dilakukan perawat untuk keluarga klien: (tindakan
yang dilakukan keluarga klien dalam menghadapi anak atau istri di dalam
anggota keluarga yang mengalami kecemasan).
a) Tindakan keperawatan pada keluarga.
Untuk mengatasi kecemasan keluarga ada beberapa cara:
i. Latihan teknik relaksasi: tarik napas dalam
- Contohkan : Tarik napas dalam dari hidung tahan sebentar
dan keluarkan dari mulut sambil
menghembuskan.
- Dampingi : kemudian keluarga mengikuti perawat
melakukan tarik napas dalam.

80
- Mandiri : keluarga melakukan sendiri dan perawat
memberikan reward atau reinforcement
positif.
ii. Latihan distraksi
Perawat menanyakan kebiasaan keluarga? Apakah suka
menonton tv, membaca koran, mendengarkan musik, ngobrol
dengan orang lain tentang pengalaman yang menyenangkan.
(upayakan waktu terisi dengan kegiatan).
iii. Latihan hipnotis lima jari
- Mulai dengan tarik napas dalam, tutup mata, kosongkan
pikiran. Napas biasa dan fokus ada napas.
- Satukan jempol dengan telunjuk: bayangkan badan sehat, itu
saja bayangkan jangan ada yang lain.
- Satukan jempol dan jari tengah: bayangkan semua orang
yang peduli, perhatian dan sayang pada keluarga, itu saja
bayangkan jangan ada yang lain.
- Satukan jempol dan jari manis: bayangkan saat keluarga
mendapatkan pujian, hadiah, prestasi dan keluarga sangan
senang, itu saja bayangkan jangan ada yang lain.
- Satukan jempol dan kelingking: bayangkan tempat yang
indah-indah atau tempat yang paling indah yang pernah
dikunjungi, ingat bayangkan keluarga ada di sana dan
senang sekali itu saja yang di bayangkan.
Kesimpulan perawat: menanyakan bagaimana perasaan keluarga
setelah melakukan latihan. Apakah senang dan berkurang. Kemudian
perawat bersama keluarga membuat jadwal latihan untuk semua kegiatan
yang dilakukan.
c. Kerja (Lanjutan)
Perawat bersama keluarga bersama-sama membahas masalah klien.
Dan akan didiskusikan peran keluarga dalam merawat klien.
Tindakan edukasi 5 tahap tugas keluarga.
1) Keluarga mampu mengenal masalah
Perawat melakukan pemeriksaan masalah kesehatan pada keluarga
adalah keyakinan yang tidak sesuai dengan kenyataan.
Penyebabnya: penyakit gangguan jiwa, perasaan negatif terhadap diri
sendiri, kehilangan kepercayaan diri dan harga diri, serta perasaan gagal
mencapai keinginan /kebutuhan.

81
Tanda dan gejala tergantung jenis wahamnya.
a) Waham curiga adalah: keyakinan bahwa orang atau lingkungan
memusuhi atau mencurigai dirinya. Contohnya curiga orang lain akan
membunuhnya.
b) Waham agama adalah: memiliki keyakinan terhadap suatu agama
berlebihan dan diucapkan berkali-kali. Contohnya: mengaku sebagai
wali, Tuhan atau wali dan lain-lain.
c) Waham kebesaran adalah: keyakinan bahwa dirinya memiliki kekuatan,
kekuasaan, posisi, kekayaan. Contohnya: meyakini sebagai presiden.
d) Waham nihilistik adalah: penyangkalan terhadap keberadaan dirinya
atau lingkungan. Contohnya: merasa dirinya sudah mati
e) Waham somatik adalah: keyakinan seseorang bahwa tubuh atau bagian
tubuhnya terserang penyakit yang diucapkan berulang kali. Contohnya:
merasa sakit kanker, merasa sedang demam, merasa sakit lainnya,
padahal tidak dalam kondisi tersebut.
2) Keluarga mampu memutuskan masalah
Keluarga perlu mengetahui cara merawatnya dan memutuskan cara
merawat klien, agar cepat pulih.
3) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit
Perawat memberitahu kepada keluarga agar keluarga lain ikut
merawatnya. Cara merawat klien sebagai berikut: menggali kebutuhan
yang belum terpenuhi dan bantu klien memenuhi kebutuhannya,
menghindari berdebat tentang wahamnya, memantu klien mengenal
kemampuan aspek positif yang dimiliki dan latih dengan baik,
memberikan reward atau pujian semua hal yang positif dan susun jadwal
kegiatan yang telah dilatih, dorong melakukan kegiatan sesuai jadwal.
Jika mendapat obat: bantu klien untuk patuh minum obat, jangan lupa
kontrol ke puskesmas secara teratur.
4) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan
Keluarga lainnya juga perlu membuat suasana mendukung untuk
perawatan dan pemulihan klien. Misalnya; mengajak klien melakukan
kegiatan bersama dan memberikan pujian terhadap semua hal positif yang
telah dilakukan.
5) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
Klien perlu mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa secara teratur,
pilihannya: puskesmas, RSU, RSJ, praktik komunitas dan dokter.

82
d. Terminasi
1) Evaluasi subjektif
Perawat menanyakan kepada keluarga bagaimana perasaan setelah
melakukan tindakan yang terkait masalah kesehatan di dalam keluarga
klien.
2) Evaluasi objektif
Perawat menanyakan kembali masalah kesehatan klien. Bagaimana
pula cara, merawatnya.
3) Rencana tindak lanjut klien
Anjurkan kepada keluarga jangan lupa mengajak anggota keluarga
lain untuk membantu merawat klien dan membuat suasana nyaman di
keluarga. Perawat memberikan leaflet kepada keluarga.
4) Rencana tindak lanjut perawat
Perawat merencanakan kepada keluarga untuk kontrak ulang dengan
keluarga, kapan, di mana, jam berapa, apakah ada obat baru saat konsultasi
dengan dokter. Perawat akan menjelaskan cara minum obat yang benar.
5) Salam
Perawat mengucap salam dan terima kasih.

REFERENSI
Keliat, B.A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat: CMHN
(Basic Course). Jakarta: EGC.
Keliat, B.A., dkk. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Lundy, K.S. & Janes, S. (2009). Community Health Nursing: Caring for the
Public’s Health. 2 nd ed. Boston: Jones and Bartlett Publisher.
Stuart, G.W. (2013). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. (10th Ed).
Elsevier.
PPSDM Kesehatan. (2012). Modul Pelatihan Keperawatan Kesehatan Jiwa
Masyarakat. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

E. HARGA DIRI RENDAH KRONIK


1. DESKRIPSI SINGKAT
Harga diri rendah merupakan salah satu kondisi yang sering dialami oleh
penderita gangguan jiwa. Harga diri rendah dapat menghambat individu dalam
menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari, seperti produktivitas kerja,
hubungan dengan orang lain dan perawatan diri. Asuhan keperawatan harga diri

83
rendah dilakukan agar klien dapat kembali menjalankan fungsinya kehidupan
sehari-hari secara optimal.
Modul ini membahas asuhan keperawatan klien dengan harga diri rendah,
agar pasien dapat meningkatkan harga dirinya, dan keluarga mempunyai
kemampuan merawat klien harga diri rendah di rumah dan lingkungan
sekitarnya.
Asuhan keperawatan gangguan harga diri rendah yang terdiri dari
pengkajian, diagnosis keperawatan, tindakan keperawatan pada pasien dan
keluarga (pelaku rawat), evaluasi kemampuan pasien dan keluarga (pelaku rawat)
dan dokumentasi keperawatan.

2. TUJUAN PEMBELAJARAN
a. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu melakukan asuhan
keperawatan Harga diri rendah.
b. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu:
1) Menjelaskan konsep tentang harga diri rendah
2) Menguraikan langkah-langkah proses keperawatan pasien harga diri
rendah
3) Melakukan pengkajian harga diri rendah
4) Menyusun diagnosis keperawatan harga diri rendah
5) Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien harga diri rendah
6) Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga pasien harga diri
rendah
7) Mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam merawat pasien
harga diri rendah
8) mendokumentasikan asuhan keperawatan klien dengan harga diri rendah
9) Mempraktikkan asuhan keperawatan klien dengan harga diri rendah

3. PENGERTIAN
Harga diri rendah adalah evaluasi diri/perasaan negatif tentang diri sendiri
atau kemampuan diri yang berlangsung minimal tiga bulan (NANDA-1. 2018).
Harga diri rendah melibatkan evaluasi diri yang negatif dan berhubungan dengan
perasaan yang lemah, tidak berdaya, putus asa, ketakutan, rentan, rapuh, tidak
lengkap, tidak berharga dan tidak memadai (Stuart, Keliat dan Pasaribu, 2016).
Evaluasi atau perasaan negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan klien seperti

84
tidak berarti, tidak berharga, tidak berdaya yang berlangsung dalam waktu lama
dan terus menerus (SDKI, 2016).

4. PENYEBAB
a. Kurang kasih sayang
b. Kurang rasa memiliki
c. Kurang penghargaan orang lain
d. Mengalami kegagalan berulang
e. Diejek, dikucilkan orang lain
f. Kenyataan tidak sesuai dengan harapan
g. Ketidaksesuaian budaya
h. Terpapar situasi traumatis
i. Ketidakefektifan mengatasi kehilangan
j. Gangguan psikiatri

5. PROSES TERJADINYA MASALAH


a. Faktor predisposisi
1) Faktor biologis
Pengaruh faktor biologis meliputi adanya faktor herediter anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa, riwayat penyakit atau trauma
kepala
2) Faktor psikologis
Klien yang mengalami harga diri rendah, dapat ditemukan adanya
pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, seperti penolakan dan
harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang, kurang
mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain,
penilaian negatif pasien terhadap gambaran diri, krisis identitas, peran
terganggu, ideal diri yang tidak realistis, pengaruh penilaian internal
individu.
3) Faktor sosial budaya
Pengaruh sosial budaya meliputi penilaian negatif dari lingkungan
terhadap pasien yang mempengaruhi penilaian pasien, sosial ekonomi
rendah, riwayat penolakan lingkungan pada tahap tumbuh kembang anak
dan tingkat pendidikan rendah.
b. Faktor presipitasi
1) Trauma. penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa
yang mengancam kehidupan.

85
2) Ketegangan peran: berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan
dan individu mengalaminya sebagai frustasi.

6. TANDA DAN GEJALA


a. Mayor
1) Subjektif
a) Menilai diri negatif/mengkritik diri
b) Merasa tidak berarti/tidak berharga
c) Merasa malu/minder
d) Merasa tidak mampu melakukan apapun
e) Meremehkan kemampuan yang dimiliki
f) Merasa tidak memiliki kelebihan
2) Objektif
a) Berjalan menunduk
b) Postur tubuh menunduk
c) Ekspresi muka datar
d) Enggan mencoba hal baru
e) Menolak penilaian positif tentang dirinya
f) Melebih-lebihkan penilaian negatif tentang dirinya
b. Minor
1) Subjektif
a) Merasa sulit konsentrasi
b) Mengatakan sulit tidur
c) Mengungkapkan keputusasaan
2) Objektif
a) Bergantung pada pendapat orang lain
b) Suli membuat keputusan
c) Sering kali mencari penegasan
d) Menghindari orang lain
e) Lebih senang sendiri
f) Kontak mata kurang
g) Kontak mata kurang
h) Lesu dan tidak bergairah
i) Berbicara pelan dan lirih
j) Pasif
k) Perilaku tidak asertif
l) Mencari penguatan secara berlebihan

86
7. DIAGNOSIS MEDIA TERKAIT
a. Skizofrenia
b. Depresi berat
c. Bipolar
d. Gangguan jiwa lainnya
e. Cedera traumatis
f. Pembedahan
g. Kehamilan
h. Penyalahgunaan zat
i. Demensia
j. Pengalaman tidak menyenangkan
k. Penyakit kronis

8. TUJUAN ASUHAN KEPERAWATAN


a. Kognitif
1) Mengenal aspek positif dan kemampuan yang dimiliki
2) Menilai aspek positif dan kemampuan yang dapat dilakukan
3) Memilih aspek positif dan kemampuan yang ingin dilakukan
b. Psikomotor
1) Melakukan aspek positif dan kemampuan yang dipilih
2) Berperilaku aktif
3) Menceritakan keberhasilan pada orang lain
c. Afektif
1) Merasakan manfaat latihan yang dilakukan
2) Menghargai kemampuan diri(bangga)
3) Meningkatkan harga diri

9. PROSES KEPERAWATAN HARGA DIRI RENDAH KRONIK


a. Pengkajian Harga Diri Rendah Kronik
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada
klien dan keluarga (pelaku rawat).
Tanda dan Gejala harga diri rendah dapat ditemukan dengan
wawancara, melalui pertanyaan sebagai berikut:
1) Bagaimana pandangan Anda tentang diri sendiri?
2) Bagaimana penilaian Anda terhadap diri sendiri yang mempengaruhi
hubungan Anda dengan orang lain?
3) Apa yang menjadi harapan Anda?

87
4) Apa saja harapan yang belum tercapai dan berhasil?
5) Apa upaya yang Anda lakukan untuk mencapai harapan tersebut?
Tanda dan gejala harga diri rendah dapat ditemukan dengan observasi,
melalui pertanyaan sebagai berikut:
1) Penurunan produktivitas
2) Klien tidak berani menatap lawan bicara
3) Klien lebih banyak menundukkan kepala saat berinteraksi
4) Bicara lambat dan nada suara lemah

b. Diagnosis Keperawatan dengan Klien Harga Diri Rendah Kronik


Langkah berikutnya adalah merumuskan diagnosis keperawatan.
Diagnosis keperawatan dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala yang
diperoleh pada pengkajian. Berdasarkan data-data tersebut dapat
ditegakkan diagnosis keperawatan:
Harga Diri Rendah Kronik
c. Tindakan Keperawatan Harga Diri Rendah Kronik
Tindakan keperawatan untuk mengatasi harga diri rendah, dilakukan
terhadap klien dan keluarga (pelaku rawat). Saat melakukan pelayanan di
puskesmas dan kunjungan rumah, perawat menemui keluarga (pelaku
rawat), terlebih dahulu sebelum menemui klien. Bersama keluarga (pelaku
rawat), perawat mengidentifikasi masalah yang dialami klien untuk
melakukan pengkajian dan melatih satu cara untuk mengatasi masalah
yang dialami klien.
Jika klien telah mendapatkan terapi spikofarmako, maka hal pertama
yang dilatih perawat adalah tentang pentingnya kepatuhan minum obat.
Setelah perawat selesai melatih klien, maka perawat kembali menemui
keluarga (pelaku rawat) dan melatih keluarga (pelaku rawat) untuk
merawat klien, serta menyampaikan hasil tindakan yang telah dilakukan
terhadap klien dan tugas yang diperlukan keluarga lakukan yaitu untuk
mengingatkan klien melatih kemampuan mengatasi masalah yang telah
diajarkan oleh perawat.
Tindakan keperawatan untuk klien dan keluarga dilakukan pada setiap
pertemuan, minimal empat kali pertemuan dan dilanjutkan sampai klien
dan keluarga mampu mengatasi Harga diri rendah.
1) Tindakan pada klien
a) Pengkajian
Kaji tanda dan gejala serta penyebab harga diri rendah kronik

88
b) Diagnosis: jelaskan proses terjadinya harga diri rendah kronik
c) Tindakan keperawatan:
i. Diskusikan aspek positif dan kemampuan yang pernah dan masih
dimiliki klien
ii. Bantu klien menilai aspek positif dan kemampuan yang masih
dimiliki dan dapat digunakan atau dilakukan
iii. Bantu klien memilih aspek positif atau kemampuan yang akan
dilatih
iv. Latih aspek positif atau kemampuan yang dipilih dengan
memotivasi yang positif
v. Berikan pujian untuk setiap kegiatan yang dilakukan dengan baik
vi. Fasilitasi klien bercerita tentang keberhasilannya
vii. Bantu klien membuat jadwal latihan untuk membudayakan
viii. Bantu klien menilai manfaat latihan yang dilakukan
2) Tindakan pada keluarga
a) Kaji masalah klien yang dirasakan keluarga dalam merawat klien
b) Menjelaskan proses terjadinya harga diri rendah yang dialami klien
c) Mendiskusikan cara merawat harga diri rendah dan memutuskan cara
merawat yang sesuai dengan kondisi klien
d) Melatih keluarga merawat harga diri rendah
e) Mendiskusikan aspek positif dan kemampuan yang dimiliki klien
f) Membimbing klien melakukan aspek positif dan kemampuan yang
dimiliki klien: memilih, melatih, memberi motivasi
g) Memberi pujian atas keberhasilannya
h) Melibatkan seluruh anggota keluarga menciptakan suasana
lingkungan yang nyaman: mengurangi kritik, memfasilitasi
keberhasilan dan memberi pujian
i) Menjelaskan tanda dan gejala harga diri rendah kronik yang
memerlukan rujukan, serta melakukan follow up kepelayanan
kesehatan secara teratur
3) Tindakan pada Kelompok
Tindakan keperawatan ners: TAK stimulasi untuk harga diri rendah
a) Sesi 1 : Identifikasi kemampuan dan aspek positif pada diri
b) Sesi 2 : Menilai kemampuan dan aspek positif pada diri klien yang
dapat dilakukan
c) Sesi 3 : Menilai aspek positif atau kemampuan yang akan dilatih
d) Sesi 4 : Melatih kemampuan atau aspek positif diri

89
e) Sesi 5 : Menilai manfaat latihan terhadap harga diri
4) Tindakan Kolaborasi
a) Melakukan kolaborasi dengan dokter menggunakan pendekatan
ASBAR dan TbaK.
b) Memberikan program terapi dokter (obat): edukasi 8 benar sesuai
konsep safety pemberian obat
c) Mengobservasi manfaat dan efek samping obat
5) Discharge Planning
a) Menjelaskan rencana persiapan pasca-rawat di rumah untuk
memandirikan klien
b) Menjelaskan rencana tindak lanjut perawatan dan pengobatan
c) Melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan
d. Evaluasi
1) Penurunan tanda dan gejala harga diri rendah
2) Peningkatan kemampuan meningkatkan harga diri rendah
3) Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat klien
e. Rencana Tindak Lanjut
1) Rujuk klien dan keluarga ke fasilitas praktik mandiri perawat spesialis
keperawatan jiwa.
2) Rujuk klien dan keluarga ke case manager di fasilitas pelayanan kesehatan
primer di puskesmas, pelayanan kesehatan sekunder dan tersier di rumah
sakit.
3) Rujuk klien dan keluarga ke kelompok pendukung, kader kesehatan jiwa,
kelompok swabantu dan fasilitas rehabilitasi psikososial yang tersedia di
masyarakat.

10. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DENGAN


KLIEN HARGA DIRI RENDAH KRONIK
Pertemuan ke-1 Klien (setiap melakukan tindakan strategi pelaksanaan (SP),
perawat harus melakukan sesuai dengan tahapan-tahapan yang akan dilakukan).
a. Orientasi
1) Salam
Mengucap salam, memperkenalkan nama perawat dan pekerjaan/berasal
dari mana, menanyakan nama kepanjangan klien, nama panggilan, tanggal
lahir.

90
2) Evaluasi
Menanyakan bagaimana perasaan klien. Dan berapa lama sudah merasakan
perasaan seperti itu.
3) Validasi
Menanyakan apa yang dilakukan untuk mengatasi masalah itu dan apakah
berhasil.
4) Kontrak
a) Topik dan tujuan
Perawat membicarakan penyebab yang terjadi pada klien dan cara
mengatasinya, serta tujuan dari tindakan yang akan dilakukan.
b) Waktu
Perawat menanyakan berapa lama waktunya, dan apakah setuju
dengan waktu yang disepakati.
c) Tempat
Perawat menanyakan di mana tempatnya.
b. Kerja
1) Pengkajian
a) Penyebab
Tanyakan pada klien peristiwa apa yang terjadi di rumah, sampai
klien tidak mau keluar rumah?
b) Tanda dan Gejala
Tanyakan apa yang dirasakan klien akibat peristiwa tersebut
(sebutkan peristiwa penyebabnya)? Apakah kehidupan klien dapat
dibanggakan? Apakah kelebihan klien rasakan?
c) Akibat
Tanyakan apakah akibat dari klien tidak mau keluar rumah? Apakah
kehidupan klien semakin baik atau sebaliknya?
2) Diagnosis
Perawat menyimpulkan hasil dari percakapan dengan klien. Dan perawat
memberi motivasi kepada klien untuk bangkit kembali.
3) Tindakan
Kemudian perawat menajak klien untuk mengatasi peristiwa atau masalah
yang dihadapi, terdapat langkah-langkah:
a) Membuat daftar aspek positif atau kemampuan yang dimiliki
Ajak klien menulis kemampuan aspek positif apa yang dimiliki klien
sampai saat ini
b) Menilai aspek positif dan kemampuan yang masih dapat dilakukan

91
c) Menanyakan daftar aspek positif dan kemampuan yang masih dapat
dilakukan
d) Memilih yang akan dilatih
e) Menanyakan kepada klien dari yang dibuat atau ditulis mana yang
akan dilatih terlebih dahulu
f) Melatih aspek positif dan kemampuan yang dipilih secara bertahap
sampai semua aspek positif dan kemampuan dilatih dan dibiasakan
dilakukan
g) Beri contoh melakukannya
h) Dampingi klien melakukannya
i) Beri kesempatan mandiri melakukannya
j) Beri pujian atas keberhasilan
k) Menyusun jadwal melakukan aspek positif dan kemampuan yang
sudah dilatih
c. Terminasi
1) Evaluasi Subjektif
Menanyakan kepada klien bagaimana perasaannya setelah latihan
2) Evaluasi Objektif
Menanyakan kembali apa saja yang sudah dilatih? Bagaimana
langkah-langkahnya? Beri pujian
3) Rencana tindak lanjut klien
Bersama klien membuat jadwal latihan, berapa kali sehari, jam
berapa? Kemudian buat ceklis jika klien melakukan, (baik itu dibantu,
diingatkan, atau sendiri) dan rasakan manfaatnya
4) Rencana tindak lanjut perawat
Perawat membuat kontak ulang dengan perawat. Dan perawat akan
memeriksa kembali kondisi dan latihan klien, jika dokter memberi obat,
perawat akan menjelaskan cara minum obat yang benar.
5) Salam
Mengucap salam dan terima kasih.

11. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DENGAN


KELUARGA HARGA DIRI RENDAH KRONIK
Pertemuan ke-I keluarga (setiap melakukan tindakan strategi pelaksanaan
(SP), perawat harus melakukan sesuai dengan tahapan-tahapan yang akan
dilakukan).

92
a. Fase Orientasi
1) Salam
Mengucap salam, memperkenalkan nama perawat dan pekerjaan/berasal
dari mana, menanyakan nama kepanjangan keluarga klien, nama
panggilan, tanggal lahir.
2) Evaluasi
Menanyakan bagaimana perasaan keluarga. Dan adakah dalam keluarga
yang sakit.
3) Validasi
Menanyakan apa yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut dan
apakah sudah dibawa ke pusat pelayanan kesehatan.
4) Kontrak
a) Tindakan dan tujuan
Perawat akan melakukan pemeriksaan kesehatan supaya dapat
mengetahui kondisi keluarga klien.
b) Waktu
Perawat menanyakan berapa lama waktunya, dan apakah setuju
dengan waktu yang disepakati.
c) Tempat
Perawat menanyakan di mana tempatnya.
b. Fase Kerja
1) Pengkajian
a) Identitas keluarga
Perawat menanyakan pada keluarga klien ingin mendata keluarga
yang tinggal di rumah. Siapa kepala keluarga, siapa nama lengkapnya,
berapa umurnya, pendidikan, alamat rumah dan apakah keluarga ada
yang mempunyai keluhan kesehatan seluruh keluarga (jika ada
sebutkan). Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai riwayat
kesehatan atau penyakit sebelumnya (jika ada sebutkan). Perawat juga
menanyakan jika ada anggota keluarga yang mengalami keluhan
sudah berapa lama, apa yang dilakukan (klien). Kemudian perawat
memeriksa klien.
b) Pengkajian indikator keluarga sehat (IKS)
Perawat menanyakan apakah anggota keluarga ada mengikuti
kegiatan program pemerintah agar seluruh keluarga sehat.
Keluarga akan menjawab pertanyaan IKS dengan ya atau tidak.
Dan perawat akan memulai?

93
i. Apakah anggota keluarga mengikuti program keluarga
berencana?
ii. Apakah anggota keluarga ada yang melahirkan ke fasilitas
kesehatan?
iii. Apakah anggota keluarga mendapatkan imunisasi dasar lengkap?
iv. Apakah mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan?
v. Apakah balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan?
vi. Apakah anggota keluarga tidak ada yang merokok?
vii. Apakah anggota keluarga menjadi anggota JKN/ BPJS?
viii. Apakah anggota keluarga memiliki akses sarana air bersih?
ix. Apakah keluarga memiliki akses jamban sehat?
x. Apakah anggota keluarga ada yang menderita penyakit TBC?
Jika iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
xi. Apakah anggota keluarga menderita gangguan jiwa? Jika iya,
apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar
dari pelayanan kesehatan?
xii. Apakah anggota keluarga menderita diabetes melitus? Jika iya,
apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar
dari pelayanan kesehatan?
xiii. Apakah anggota keluarga menderita Hipertensi? Jika iya, apakah
sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar dari
pelayanan kesehatan?
xiv. Apakah anggota keluarga menderita kanker? Jika iya, apakah
sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar dari
pelayanan kesehatan?
Kemudian perawat menyimpulkan dan melanjutkan pemeriksaan
terhadap kesehatan jiwa yang dialami keluarga.
c) Pengkajian Self Report Quesionarre (SRQ)
Perawat memeriksa kesehatan klien.
i. Apakah klien sering menderita sakit kepala?
ii. Apakah klien kehilangan nafsu makan?
iii. Apakah klien tidur lelap?
iv. Apakah klien mudah menjadi takut?
v. Apakah klien merasa cemas, tegang dan kawatir?
vi. Apakah tangan klien gemetar?
vii. Apakah klien mengalami gangguan pencernaan?

94
viii. Apakah klien merasa sulit berpikir jernih?
ix. Apakah klien merasa tidak bahagia?
x. Apakah klien lebih senang menangis?
xi. Apakah klien merasa sulit untuk menikmati aktivitas sehari-hari?
xii. Apakah klien mengalami kesulitan untuk mengambil keputusan?
xiii. Apakah aktivitas atau tugas sehari-hari ibu terbengkalai?
xiv. Apakah klien merasa tidak mampu berperan dalam kehidupan
ini?
xv. Apakah klien kehilangan minat terhadap banyak hal?
xvi. Apakah klien merasa tidak bahagia?
xvii. Apakah klien merasa tidak berharga?
xviii. Apakah klien mempunyai pikiran untuk mengakhiri hidupnya
xix. Apakah klien merasa lelah sepanjang waktu?
xx. Apakah klien merasa tidak enak perut?
xxi. Apakah klien mulai lelah?
xxii. Apakah klien minum alkohol lebih banyak dari biasanya atau
apakah klien menggunakan narkoba?
xxiii. Apakah klien yakin bahwa seseorang mencoba mencelakai klien
dengan cara tertentu?
xxiv. Apakah ada yang mengganggu atau hal yang tidak biasa dalam
pikiran klien?
xxv. Apakah klien pernah mendengar suara tanpa tahu sumbernya
atau orang lain tidak dapat mendengarnya?
xxvi. Apakah keluarga mengalami mimpi yang mengganggu tentang
sesuatu bencana musibah atau adakah saat-saat Anda seolah
mengalami kembali kejadian bencana?
xxvii. Apakah keluarga menghindari kegiatan, tempat, orang atau
pikiran yang mengingatkan Anda akan bencana tersebut?
xxviii.Apakah minat keluarga terhadap teman dan kegiatan yang biasa
keluarga lakukan berkurang?
xxix. Apakah keluarga merasa sangat terganggu jika berada dalam
situasi yang mengingatkan keluarga akan bencana atau jika
memikirkan tentang bencana?
xxx. Apakah keluarga kesulitan memahami atau mengekspresikan
perasaan keluarga?
Kesimpulan: berdasarkan jawaban dari pertanyaan di atas, keluarga
(salah satu) mengalami kecemasan.

95
2) Diagnosis
Perawat menyimpulkan hasil dari pengkajian keluarga klien dan
perawat mengajak keluarga dan klien untuk mengungkapkan dan
mengendalikan agar tidak menimbulkan kerugian.
3) Tindakan Keperawatan
Tindakan yang dilakukan perawat untuk keluarga klien: (tindakan
yang dilakukan keluarga klien dalam menghadapi anak atau istri di dalam
anggota keluarga yang mengalami kecemasan).
a) Latihan teknik relaksasi: tarik napas dalam
- Contohkan: Tarik napas dalam dari hidung tahan sebentar dan
keluarkan dari mulut sambil menghembuskan.
- Dampingi: kemudian keluarga mengikuti perawat melakukan
tarik napas dalam.
- Mandiri: keluarga melakukan sendiri dan perawat memberikan
reward atau reinforcement positif.
b) Latihan distraksi
Perawat menanyakan kebiasaan keluarga? Apakah suka menonton tv,
membaca koran, mendengarkan musik, ngobrol dengan orang lain
tentang pengalaman yang menyenangkan. (upayakan waktu terisi
dengan kegiatan).
c) Latihan hipnotis lima jari
- Mulai dengan tarik napas dalam, tutup mata, kosongkan pikiran.
Napas biasa dan fokus ada napas.
- Satukan jempol dengan telunjuk: bayangkan badan sehat, itu saja
bayangkan jangan ada yang lain.
- Satukan jempol dan jari tengah: bayangkan semua orang yang
peduli, perhatian dan sayang pada keluarga, itu saja bayangkan
jangan ada yang lain.
- Satukan jempol dan jari manis: bayangkan saat keluarga
mendapatkan pujian, hadiah, prestasi dan keluarga sangan
senang, itu saja bayangkan jangan ada yang lain.
- Satukan jempol dan kelingking: bayangkan tempat yang indah-
indah atau tempat yang paling indah yang pernah dikunjungi,
ingat bayangkan keluarga ada di sana dan senang sekali itu saja
yang di bayangkan.
Kesimpulan perawat: menanyakan bagaimana perasaan keluarga
setelah melakukan latihan. Apakah senang dan berkurang. Kemudian

96
perawat bersama keluarga membuat jadwal latihan untuk semua kegiatan
yang dilakukan.
c. Kerja (lanjutan)
Perawat bersama keluarga bersama-sama membahas masalah klien.
Dan akan didiskusikan peran keluarga dalam merawat klien.
Tindakan edukasi 5 tahap tugas keluarga.
1) Keluarga mampu mengenal masalah
Perawat melakukan pemeriksaan masalah kesehatan pada keluarga.
Kemudian perawat menjelaskan kepada keluarga peristiwa atau
masalah yang dialami klien ke keluarga yaitu harga diri rendah kronis.
Harga diri rendah kronis adalah: perasaan tidak berharga, tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat penilaian diri negatif terhadap diri
sendiri maupun kemampuan diri.
Penyebabnya: kegagalan, kehilangan, ketidakmampuan, sikap negatif
lingkungan.
Tanda dan gejala: merasa tidak mampu, mengkritik/menyalahkan diri,
pesimis menghadapi hidup, menyangkal pujian yang diberikan,
produktivitas menurun, tidak memperhatikan diri, tidak berani menatap
lawan bicara, bicara lambat dan nada suara lemah.
2) Keluarga mampu memutuskan masalah
Keluarga perlu mengetahui cara merawatnya dan memutuskan cara
merawat klien, agar cepat pulih.
3) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit
Perawat memberitahu kepada keluarga agar keluarga lain ikut
merawatnya. Cara merawat klien sebagai berikut: memberi pujian terhaap
kemampuan, menghindari hinaan, melibatkan kegiatan dalam rumah
tangga, bantu pasien menilai kemampuan positifnya: kegiatan rumah
tangga, hobi dan lain-lain. Bantu melatih kemampuan: mulai dari
pekerjaan rumah tangga dan hobi. Susun jadwal kegiatan yang telah
dilatih. Dorong melakukan kegiatan yang telah dilatih. Dorong melakukan
kegiatan sesuai jadwal, setiap keberhasilan beri pujian.
Jika mendapat obat: bantu klien untuk patuh minum obat, jangan lupa
kontrol ke puskesmas secara teratur.
Keluarga mampu memodifikasi lingkungan
Keluarga lainnya juga perlu membuat suasana mendukung untuk
perawatan dan pemulihan klien. Misalnya; mengajak klien melakukan
kegiatan bersama dan memberikan pujian terhadap semua hal positif yang
telah dilakukan.

97
4) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
Klien perlu mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa secara teratur,
pilihannya: puskesmas, RSU, RSJ, praktik komunitas dan dokter.
d. Terminasi
1) Evaluasi subjektif
Perawat menanyakan kepada keluarga bagaimana perasaan setelah
melakukan tindakan atau latihan yang terkait masalah kesehatan di dalam
keluarga klien.
2) Evaluasi objektif
Perawat menanyakan kembali masalah kesehatan klien. Bagaimana pula
cara, merawatnya.
3) Rencana tindak lanjut klien
Anjurkan kepada keluarga jangan lupa mengajak anggota keluarga lain
untuk membantu merawat klien dan membuat suasana nyaman di keluarga.
Perawat memberikan leaflet kepada keluarga.
4) Rencana tindak lanjut perawat
Perawat merencanakan kepada keluarga untuk kontrak ulang dengan
keluarga, kapan, di mana, jam berapa, apakah ada obat baru saat konsultasi
dengan dokter. Perawat akan menjelaskan cara minum obat yang benar.
5) Salam
Perawat mengucap salam dan terima kasih.

REFERENSI
Keliat, B.A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat: CMHN
(Basic Course). Jakarta: EGC.
Keliat, B.A., dkk. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Lundy, K.S. & Janes, S. (2009). Community Health Nursing: Caring for the
Public’s Health. 2 nd ed. Boston: Jones and Bartlett Publisher.
Stuart, G.W. (2013). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. (10th Ed).
Elsevier.
PPSDM Kesehatan. (2012). Modul Pelatihan Keperawatan Kesehatan Jiwa
Masyarakat. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

98
F. ISOLASI SOSIAL
1. DESKRIPSI SINGKAT
Manusia sebagai mahluk sosial memiliki kebutuhan akan dihargai,
dicintai, dimengerti, dan diterima oleh lingkungan. Kebutuhan ini akan terpenuhi
manakala manusia melakukan sosialisasi dengan lingkungan. klien isolasi sosial
mengalami hambatan dalam berinteraksi dengan orang lain, sehingga klien
memerlukan bantuan dari tenaga kesehatan khususnya perawat agar mampu
melakukan sosialisasi yang pada akhirnya kebutuhan klien sebagai mahluk sosial
terpenuhi.
Buku ini membahas asuhan keperawatan klien dengan isolasi sosial, agar
pasien dapat melakukan interaksi sosial dan keluarga mempunyai kemampuan
merawat pasien isolasi sosial di rumah dan lingkungan sekitarnya.
Asuhan keperawatan gangguan isolasi sosial yang terdiri dari pengkajian,
diagnosis keperawatan, tindakan keperawatan pada pasien dan keluarga (pelaku
rawat), evaluasi kemampuan pasien dan keluarga (pelaku rawat) dan
dokumentasi keperawatan.

2. TUJUAN PEMBELAJARAN
a. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu melakukan
asuhan keperawatan Isolasi Sosial.
b. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu:
1) Menjelaskan konsep tentang isolasi sosial
2) Menguraikan langkah-langkah proses keperawatan klien isolasi sosial
a) Melakukan pengkajian isolasi sosial
b) Menyusun diagnosis keperawatan isolasi sosial
c) Melakukan tindakan keperawatan kepada klien isolasi sosial
d) Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga klien isolasi sosial
e) Mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam merawat klien
isolasi sosial
f) mendokumentasikan asuhan keperawatan klien dengan isolasi sosial
3) Mempraktikkan asuhan keperawatan klien dengan isolasi sosial
3. PENGERTIAN
Isolasi sosial adalah kesendirian yang dialami oleh individu dan dianggap
timbul karena orang lain serta sebagai suatu keadaan negatif yang mengancam
(NANDA-1,2018). Ketidakmampuan untuk membina hubungan yang erat,

99
hangat, terbuka, dan interdependen dengan orang lain (Tim Pokja SDKI, DPP
PPNI, 2016).

4. PENYEBAB
a. Sulit berhubungan/berinteraksi dengan orang lain
b. Tidak mampu berhubungan/berinteraksi yang memuaskan
c. Perasaan malu
d. Perasaan tidak berharga
e. Pengalaman ditolak, dikucilkan dan di hina
f. Keterlambatan perkembangan
g. Ketidaksesuaian minat dengan tahap perkembangan
h. Ketidaksesuaian nilai-nilai dengan norma budaya
i. Perubahan penampilan fisik
j. Perubahan status mental
k. Ketidakadekuatan sumber daya personal (misal disfungsi berduka,
pengendalian diri buruk)
5. PROSES TERJADINYA MASALAH
a. Faktor predisposisi
1) Faktor biologis
Pengkajian pada faktor biologis meliputi adanya faktor herediter
mengalami gangguan jiwa, adanya risiko bunuh diri, riwayat penyakit atau
trauma kepala, dan riwayat penggunaan NAPZA.
2) Faktor psikologis
Klien yang mengalami isolasi sosial, dapat ditemukan pengalam
negatif pasien terhadap gambaran diri, ketidakjelasan atau berlebihan
peran yang dimiliki, kegagalan dalam mencapai harapan atau cita-cita,
krisis identitas dan kurangnya penghargaan baik dari diri sendiri maupun
lingkungan, yang dapat menyebabkan gangguan dalam berinteraksi dengan
orang lan, yang akhirnya menjadi masalah isolasi sosial.
3) Faktor sosial budaya
Klien dengan isolasi sosial umumnya berasal dari tingkat sosial
ekonomi rendah, riwayat penolakan lingkungan pada usia perkembangan
anak tingkat pendidikan rendah dan kegagalan dalam hubungan sosial.
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi yang dapa menimbulkan isolasi sosial adalah
riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis atau kelainan struktur otak,
kekerasan dalam keluarga, kegagalan dalam hidup, kemiskinan, adanya

100
aturan atau tuntutan di keluarga atau masyarakat yang sering tidak sesuai
dengan klien, konflik antar masyarakat

6. TANDA DAN GEJALA


a. Mayor
1) Subjektif
a) Ingin sendiri
b) Merasa tidak nyaman ditempat umum
c) Merasa berbeda dengan orang lain
2) Objektif
a) Menarik diri
b) Menolak melakukan interaksi
c) Afek datar
d) Afek sedih
e) Afek tumpul
f) Tidak ada kontak mata
g) Tidak bergairah atau lesu
b. Minor
1) Subjektif
a) Menolak berinteraksi dengan orang lain
b) Merasa sendirian
c) Merasa tidak diterima
d) Tidak mempunyai sahabat
2) Objektif
a) Menunjukkan permusuhan
b) Tindakan berulang
c) Tindakan tidak berarti
d) Perkembangan terlambat
e) Anggota subkultural tertentu
f) Kondisi difabel
g) Tidak mampu memenuhi harapan orang lain
h) Menunjukkan permusuhan
i) Riwayat ditolak

7. KONDISI KLINIS TERKAIT


a. Skizofrenia
b. Psikotik akut

101
c. Depresi
d. Penyakit fisik (AIDS, Tuberculosis)
e. Perubahan penampilan (akibat kecelakan atau bencana)
f. Kondisi yang menyebabkan gangguan mobilisasi

8. TUJUAN ASUHAN KEPERAWATAN


a. Kognitif, klien mampu:
1) Mengidentifikasi keuntungan berinteraksi dengan orang lain
2) Mengidentifikasi kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
3) Memiliki keberanian berinteraksi
4) Memiliki motivasi berinteraksi
5) Memiliki inisiatif berinteraksi
b. Psikomotor, klien mampu:
1) Melakukan interaksi dengan orang lain
2) Melakukan kegiatan bersama dengan orang lain
3) Melakukan kegiatan sosial
c. Afektif, klien mampu:
1) Merasakan manfaat dari latihan bersosialisasi
2) Merasa nyaman berinteraksi dengan orang lain

9. PROSES KEPERAWATAN ISOLASI SOSIAL


a. Pengkajian Isolasi Sosial
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada klien.
Tanda dan Gejala isolasi sosial dapat ditemukan dengan wawancara, melalui
pertanyaan sebagai berikut:
1) Bagaimana perasaan Anda saat berinteraksi dengan orang lain?
2) Apakah ada perasaan tidak aman?
3) Bagaimana pendapat Anda terhadap orang-orang di sekitarnya (keluarga
atau tetangga)?
4) Apa Anda mempunyai anggota keluarga atau teman dekat? Bila punya
siapa saja anggota keluarga dan teman dekatnya?
5) Adakah anggota keluarga atau teman yang tidak dekat dengan Anda? Bila
punya siapa anggota keluarga dan teman yang tidak dekat dengan kita?
6) Apa yang membuat Anda tidak dekat dengan orang itu?
Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan melalui observasi adalah:
1) Pasien banyak diam dan tidak mau berbicara
2) Pasien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang terdekat

102
3) Pasien tampak sedih, ekspresi dangkal dan datar?
4) Kontak mata kurang
b. Diagnosis Keperawatan dengan Klien Isolasi Sosial
Langkah berikutnya adalah merumuskan diagnosis keperawatan.
Diagnosis keperawatan dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala yang
diperoleh pada pengkajian. Berdasarkan data-data tersebut dapat ditegakkan
diagnosis keperawatan:
Isolasi Sosial
c. Tindakan Keperawatan Isolasi Sosial
Tindakan keperawatan untuk mengatasi isolasi sosial, dilakukan
terhadap klien dan keluarga (pelaku rawat). Saat melakukan pelayanan di
puskesmas dan kunjungan rumah, perawat menemui keluarga (pelaku
rawat), terlebih dahulu sebelum menemui klien. Bersama keluarga(pelaku
rawat), perawat mengidentifikasi masalah yang dialami klien untuk
melakukan pengkajian dan melatih satu cara untuk mengatasi masalah
yang dialami klien.
Jika klien telah mendapatkan terapi spikofarmako, maka hal pertama
yang dilatih perawat adalah tentang pentingnya kepatuhan minum obat.
Setelah perawat selesai melatih klien, maka perawat kembali menemui
keluarga (pelaku rawat) dan melatih keluarga (pelaku rawat) untuk
merawat klien, serta menyampaikan hasil tindakan yang telah dilakukan
terhadap klien dan tugas yang diperlukan keluarga lakukan yaitu untuk
mengingatkan klien melatih kemampuan mengatasi masalah yang telah
diajarkan oleh perawat.
Tindakan keperawatan untuk klien dan keluarga dilakukan pada setiap
pertemuan, minimal empat kali pertemuan dan dilanjutkan sampai klien
dan keluarga mampu mengatasi Isolasi sosial.
1) Tindakan pada klien
a) Pengkajian: kaji tanda dan gejala isolasi sosial serta penyebabnya
b) Diagnosis: jelaskan proses terjadinya isolasi sosial
c) Tindakan keperawatan:
i. Diskusikan keuntungan berinteraksi dengan orang lain
ii. Diskusikan keuntungan melakukan kegiatan bersama orang lain
iii. Latih klien berkenalan
iv. Latih klien bercakap-cakap saat melakukan kegiatan sehari-hari
v. Latih klien kegiatan sosial: berbelanja, ke rumah ibadah, ke
arisan, ke bank dan lain-lain.

103
2) Tindakan pada keluarga
a) Kaji masalah klien yang dirasakan keluarga dalam merawat klien
b) Menjelaskan proses terjadinya isolasi sosial yang dialami klien
c) Mendiskusikan cara merawat isolasi sosial dan memutuskan cara
merawat yang sesuai dengan kondisi klien.
d) Melatih keluarga cara merawat isolasi sosial:
i. Membuat jadwal bercakap-cakap dengan klien
ii. Membantu klien berkenalan dengan orang baru
iii. Melibatkan klien melakukan kegiatan rumah tangga dan activity
daily living secara bersama dan bercakap-cakap.
iv. Melibatkan klien melakukan kegiatan sosial: berbelanja,
menghadiri kegiatan ibadah, terlibat kegiatan kelompok seperti
arisan, kerja bakti dan lain-lain.
v. Memberikan dukungan, kesempatan terlibat dan pujian pada
klien.
vi. Melibatkan seluruh anggota keluarga dalam bersosialisasi dengan
klien: kegiatan keluarga bersama, jadwal bercakap-cakap tiap
anggota keluarga.
vii. Menjelaskan tanda dan gejala isolasi sosial yang memerlukan
rujukan segera serta melakukan follow up ke pelayanan
kesehatan secara teratur
3) Tindakan ada kelompok lain
TAK Sosialisasi:
a) Sesi 1 : Memperkenalkan diri
b) Sesi 2 : Berkenalan
c) Sesi 3 : Bercakap-cakap topik umum
d) Sesi 4 : Bercakap-cakap topik tertentu
e) Sesi 5 : Bercakap-cakap masalah pribadi
f) Sesi 6 : Bekerja sama
g) Sesi 7 : Evaluasi kemampuan sosialisasi
4) Tindakan kolaborasi
a) Melakukan kolaborasi dengan dokter menggunakan ISBAR dan TbaK
b) Memberikan program terapi dokter (obat): edukasi 8 benar pemberian
obat dengan menggunakan konsep safety pemberian obat
c) Mengobservasi manfaat dan efek samping obat

104
5) Discharge Planning
a) Menjelaskan rencana persiapan pasca-rawat di rumah untuk
memandirikan klien
b) Menjelaskan rencana tindak lanjut perawatan dan pengobatan
c) Melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan
d. Evaluasi
1) Penurunan tanda dan gejala isolasi sosial.
2) Peningkatan kemampuan klien mengendalikan isolasi sosial.
3) Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat klien.
e. Rencana Tindak Lanjut
1) Rujuk klien dan keluarga ke fasilitas praktik mandiri perawat spesialis
keperawatan jiwa.
2) Rujuk klien dan keluarga ke case manager di fasilitas pelayanan kesehatan
primer di puskesmas, pelayanan kesehatan sekunder dan tersier di rumah
sakit.
3) Rujuk klien dan keluarga ke kelompok pendukung, kader kesehatan jiwa,
kelompok swabantu dan fasilitasi psikososial yang tersedia di masyarakat.

10. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DENGAN


KLIEN ISOLASI SOSIAL
Pertemuan ke-1 Klien (setiap melakukan tindakan strategi pelaksanaan
(SP), perawat harus melakukan sesuai dengan tahapan-tahapan yang akan
dilakukan)
a. Orientasi
1) Salam
Mengucap salam, memperkenalkan nama perawat dan pekerjaan/berasal
dari mana, menanyakan nama kepanjangan klien, nama panggilan, tanggal
lahir.
2) Evaluasi
Menanyakan bagaimana perasaan klien. Dan berapa lama sudah merasakan
perasaan seperti itu.
3) Validasi
Menanyakan apa yang dilakukan untuk mengatasi masalah itu dan apakah
berhasil.

105
4) Kontrak
a) Topik dan tujuan
Perawat membicarakan penyebab yang terjadi pada klien dan cara
mengatasinya, serta tujuan dari tindakan yang akan dilakukan.
b) Waktu
Perawat menanyakan berapa lama waktunya, dan apakah setuju
dengan waktu yang disepakati.
c) Tempat
Perawat menanyakan di mana tempatnya.
b. Kerja
1) Pengkajian
Perawat menanyakan kepada klien, bagaimana perasaan klien saat
bersama dengan orang lain?
Apakah ada perasaan yang membuat klien merasa tidak nyaman atau
sebaliknya? Perawat menanyakan bagaimana sikap keluarga terhadap
klien? Bagaimana pendapat klien tentang sikap tetangga?
Perawat menanyakan ke pada klien siapa saja anggota keluarga yang
sering diajak ngobrol atau bercakap-cakap dengan klien? Dan apa saja
yang biasa di bicarakan? Selain anggota keluarga ada kah orang lain yang
diajak bercakap-cakap? Apa alasan klien senang bercakap-cakap dan
merasa dekat dengan orang tersebut?
Siapa saja yang jarang atau bahkan tidak pernah bercakap-cakap
dengan klien? Apa yang menyebabkan klien tidak mau bercakap-cakap
dengan orang lain selain dengan orang dekat.
Apakah ada pengalaman yang tidak menyenangkan ketika bergaul
dengan orang lain? Apa yang menghambat klien dalam berteman dengan
orang lain?
2) Diagnosis
Perawat menyimpulkan dari percakapan atau diskusi tersebut, melihat
dari tanda dan gejala klien.
3) Tindakan
a) Diskusikan keuntungan apa bila klien memilki banyak teman atau
bergaul akrab dengan orang lain.
b) Menanyakan kepada klien manfaat jika klien memiliki banyak teman,
dan bergaul akrab dengan mereka. Beri pujian.
c) Diskusikan kerugian bila klien hanya mengurung diri dan tidak mau
bergaul dengan orang lain.
d) Tanyakan apa kerugian jika tidak mempunyai teman? Beri pujian.

106
e) Jelaskan kepada klien cara bercakap-cakap dengan orang lain
f) Jika klien sudah mengenal orang yang diajak bercakap-cakap, ajarkan
klien untuk menghampiri, menapa, dan mengajak bercakap-cakap
g) Jika belum berkenalan hal yang pertama kali dilakukan berkenalan
dengan orang tersebut
h) Latihan berkenalan
Contohkan : jika ada orang baru, tidak kenal lakukan seperti
ini: selamat pagi, kenalkan saya..........., panggil
saya....., saya tinggal di......., hobi saya.....
lanjutkan dengan : namanya siapa, panggilannya, tinggal di mana,
hobinya....wah senang berkenalan?
Dampingi : ajak klien lakukan seperti yang diajarkan oleh
perawat. Mulai perkenalan diri (berikan
dukungan), beri pujian.
Mandiri : klien melakukan sendiri (beri dukungan), dapat
diulang beberapa kali. Kemudian dicoba dengan
orang lain (dapat dicoba kepada orang lain di
sekitar)
i) Latih bercakap-cakap dalam keluarga
Diskusikan percakapan dengan keluarga. Dari salam, berbagi
pengalaman, minta bantuan. Beri contoh: dampingi dan klien
melakukan sendiri.
j) Diskusikan klien bercakap-cakap dengan anggota keluarga saat
melakukan kegiatan harian dan kegiatan rumah tangga.
k) Ajarkan klien bercakap-cakap dengan anggota keluarga saat
melakukan kegiatan sehari-hari atau kegiatan rumah tangga.
- Apa saja kegiatan yang biasa saja dilakukan keluarga?
- Apa saja kegiatan yang biasa klien lakukan saat bersama
keluarga?
- Contoh: merapikan tempat tidur dengan ibu sambil bercakap-
cakap.
- Dampingi: klien dan ibu merapikan tempat tidur
- Mandiri: Jadwalkan klien melakukan sendiri
l) Latihan bercakap-cakap dalam kegiatan sosial
Diskusikan kegiatan sosial yang biasa dilakukan, misalnya:
belanja ke warung, kegiatan ibadah (salat jumat, ke gereja, ke pura
dan lain-lain).

107
Latihan belanja ke warung: siapkan catatan barang yang akan
dibeli serta membawa uang.
Memberi salam kepada penjual di warung:
- Ucapkan salam. “Saya mau beli gula1 kilo”
- “Berapa harganya?”
- “Ini uangnya, tunggu kembalian, lalu menghitung dengan tepat”
- “Terima kasih”
Beri contoh, dampingi dan klien melakukan sendiri.
c. Terminasi
1) Evaluasi Subjektif
Perawat menanyakan bagaimana perasaan klien setelah latihan kegiatan
tersebut.
2) Evaluasi Objektif
Kemudian perawat menanyakan kembali apakah masih ingat apa yang
telah dilatih bersama? Beri pujian. (latihan berkenalan dengan orang baru,
bercakap-cakap dalam keluarga, melakukan kegiatan sambil bercakap-
cakap, dan latihan kegiatan sosial.
3) Rencana tindak lanjut klien
Kemudian perawat bersama klien memasukkan di jadwal kegiatan harian
klien.
a) berkenalan setiap kali bertemu orang lain
b) bercakap-cakap dalam keluarga saat pagi, sore dan saat makan
bersama.
c) Melakukan kegiatan sambil bercakap-cakap.
d) Melakukan latihan kegiatan sosial.
4) Rencana tindak lanjut perawat
Kemudian perawat melakukan kontrak, kapan, di mana. Bila klien kontrol
ulang diberi obat oleh dokter, dan akan dijelaskan cara minum obat yang
benar.
5) Salam
Mengucap salam dan terima kasih.

11. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DENGAN


KELUARGA ISOLASI SOSIAL
Pertemuan ke-I keluarga (setiap melakukan tindakan strategi pelaksanaan
(SP), perawat harus melakukan sesuai dengan tahapan-tahapan yang akan
dilakukan).

108
a. Fase Orientasi
1) Salam
Mengucap salam, memperkenalkan nama perawat dan pekerjaan/berasal
dari mana, menanyakan nama kepanjangan keluarga klien, nama
panggilan, tanggal lahir.
2) Evaluasi
Menanyakan bagaimana perasaan keluarga. Dan adakah dalam keluarga
yang sakit.
3) Validasi
Menanyakan apa yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut dan
apakah sudah dibawa ke pusat pelayanan kesehatan.
4) Kontrak
a) Tindakan dan tujuan
Perawat akan melakukan pemeriksaan kesehatan supaya dapat
mengetahui kondisi keluarga klien.
b) Waktu
Perawat menanyakan berapa lama waktunya, dan apakah setuju
dengan waktu yang disepakati.
c) Tempat
Perawat menanyakan di mana tempatnya.
b. Fase Kerja
1) Pengkajian
a) Identitas keluarga
Perawat menanyakan pada keluarga klien ingin mendata keluarga
yang tinggal di rumah. Siapa kepala keluarga, siapa nama lengkapnya,
berapa umurnya, pendidikan, alamat rumah dan apakah keluarga ada
yang mempunyai keluhan kesehatan seluruh keluarga (jika ada
sebutkan). Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai riwayat
kesehatan atau penyakit sebelumnya. (jika ada sebutkan). Perawat
juga menanyakan jika ada anggota keluarga yang mengalami keluhan
sudah berapa lama, apa yang dilakukan (klien). Kemudian perawat
memeriksa klien.
b) Pengkajian indikator keluarga sehat (IKS)
Perawat menanyakan apakah anggota keluarga ada mengikuti
kegiatan program pemerintah agar seluruh keluarga sehat.
Keluarga akan menjawab pertanyaan IKS dengan ya atau tidak.
Dan perawat akan memulai?

109
i. Apakah anggota keluarga mengikuti program keluarga
berencana?
ii. Apakah anggota keluarga ada yang melahirkan ke fasilitas
kesehatan?
iii. Apakah anggota keluarga mendapatkan imunisasi dasar lengkap?
iv. Apakah mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan?
v. Apakah balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan?
vi. Apakah anggota keluarga tidak ada yang merokok?
vii. Apakah anggota keluarga menjadi anggota JKN/ BPJS?
viii. Apakah anggota keluarga memiliki akses sarana air bersih?
ix. Apakah keluarga memiliki akses jamban sehat?
x. Apakah anggota keluarga ada yang menderita penyakit TBC?
Jika iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
xi. Apakah anggota keluarga menderita gangguan jiwa? Jika iya,
apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar
dari pelayanan kesehatan?
xii. Apakah anggota keluarga menderita diabetes melitus? Jika iya,
apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar
dari pelayanan kesehatan?
xiii. Apakah anggota keluarga menderita Hipertensi? Jika iya, apakah
sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar dari
pelayanan kesehatan?
xiv. Apakah anggota keluarga menderita kanker? Jika iya, apakah
sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar dari
pelayanan kesehatan?
Kemudian perawat menyimpulkan dan melanjutkan pemeriksaan
terhadap kesehatan jiwa yang dialami keluarga.
c) Pengkajian Self Report Questionarre (SRQ)
Perawat memeriksa kesehatan klien.
i. Apakah klien sering menderita sakit kepala?
ii. Apakah klien kehilangan nafsu makan?
iii. Apakah klien tidur lelap?
iv. Apakah klien mudah menjadi takut?
v. Apakah klien merasa cemas, tegang dan kawatir?
vi. Apakah tangan klien gemetar?
vii. Apakah klien mengalami gangguan pencernaan?

110
viii. Apakah klien merasa sulit berpikir jernih?
ix. Apakah klien merasa tidak bahagia?
x. Apakah klien lebih senang menangis?
xi. Apakah klien merasa sulit untuk menikmati aktivitas sehari-hari?
xii. Apakah klien mengalami kesulitan untuk mengambil keputusan?
xiii. Apakah aktivitas atau tugas sehari-hari ibu terbengkalai?
xiv. Apakah klien merasa tidak mampu berperan dalam kehidupan
ini?
xv. Apakah klien kehilangan minat terhadap banyak hal?
xvi. Apakah klien merasa tidak bahagia?
xvii. Apakah klien merasa tidak berharga?
xviii. Apakah klien mempunyai pikiran untuk mengakhiri hidupnya
xix. Apakah klien merasa lelah sepanjang waktu?
xx. Apakah klien merasa tidak enak perut?
xxi. Apakah klien mulai lelah?
xxii. Apakah klien minum alkohol lebih banyak dari biasanya atau
apakah klien menggunakan narkoba?
xxiii. Apakah klien yakin bahwa seseorang mencoba mencelakai klien
dengan cara tertentu?
xxiv. Apakah ada yang mengganggu atau hal yang tidak biasa dalam
pikiran klien?
xxv. Apakah klien pernah mendengar suara tanpa tahu sumbernya
atau orang lain tidak dapat mendengarnya?
xxvi. Apakah keluarga mengalami mimpi yang mengganggu tentang
sesuatu bencana musibah atau adakah saat-saat Anda seolah
mengalami kembali kejadian bencana?
xxvii. Apakah keluarga menghindari kegiatan, tempat, orang atau
pikiran yang mengingatkan Anda akan bencana tersebut?
xxviii.Apakah minat keluarga terhadap teman dan kegiatan yang biasa
keluarga lakukan berkurang?
xxix. Apakah keluarga merasa sangat terganggu jika berada dalam
situasi yang mengingatkan keluarga akan bencana atau jika
memikirkan tentang bencana?
xxx. Apakah keluarga kesulitan memahami atau mengekspresikan
perasaan keluarga?
Kesimpulan: berdasarkan jawaban dari pertanyaan di atas, keluarga
(salah satu) mengalami kecemasan.

111
2) Diagnosis
Perawat menyimpulkan hasil dari pengkajian keluarga klien dan
perawat mengajak keluarga dan klien untuk mengungkapkan dan
mengendalikan agar tidak menimbulkan kerugian.
3) Tindakan Keperawatan
Tindakan yang dilakukan perawat untuk keluarga klien: (tindakan
yang dilakukan keluarga klien dalam menghadapi anak atau istri di dalam
anggota keluarga yang mengalami kecemasan).
Untuk mengatasi kecemasan keluarga ada beberapa cara:
a) Latihan teknik relaksasi: tarik napas dalam
- Contohkan : Tarik napas dalam dari hidung tahan sebentar dan
keluarkan dari mulut sambil menghembuskan.
- Dampingi : kemudian keluarga mengikuti perawat melakukan
tarik napas dalam.
- Mandiri : keluarga melakukan sendiri dan perawat
memberikan reward atau reinforcement positif.
b) Latihan distraksi
Perawat menanyakan kebiasaan keluarga? Apakah suka
menonton tv, membaca koran, mendengarkan musik, ngobrol dengan
orang lain tentang pengalaman yang menyenangkan (upayakan waktu
terisi dengan kegiatan).
c) Latihan hipnotis lima jari
- Mulai dengan tarik napas dalam, tutup mata, kosongkan pikiran.
Napas biasa dan fokus ada napas.
- Satukan jempol dengan telunjuk: bayangkan badan sehat, itu saja
bayangkan jangan ada yang lain.
- Satukan jempol dan jari tengah: bayangkan semua orang yang
peduli, perhatian dan sayang pada keluarga, itu saja bayangkan
jangan ada yang lain.
- Satukan jempol dan jari manis: bayangkan saat keluarga
mendapatkan pujian, hadiah, prestasi dan keluarga sangan
senang, itu saja bayangkan jangan ada yang lain.
- Satukan jempol dan kelingking: bayangkan tempat yang indah-
indah atau tempat yang paling indah yang pernah dikunjungi,
ingat bayangkan keluarga ada di sana dan senang sekali itu saja
yang di bayangkan.

112
Kesimpulan perawat: menanyakan bagaimana perasaan keluarga
setelah melakukan latihan. Apakah senang dan berkurang. Kemudian
perawat bersama keluarga membuat jadwal latihan untuk semua kegiatan
yang dilakukan.
c. Kerja (lanjutan)
Perawat bersama keluarga bersama-sama membahas masalah klien.
Dan akan didiskusikan peran keluarga dalam merawat klien.
Tindakan edukasi 5 tahap tugas keluarga.
1) Keluarga mampu mengenal masalah
Perawat melakukan pemeriksaan masalah kesehatan pada keluarga.
Kemudian perawat menjelaskan kepada keluarga peristiwa atau
masalah yang dialami klien ke keluarga yaitu harga diri rendah kronis.
Harga diri rendah kronis adalah: perasaan tidak berharga, tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat penilaian diri negatif terhadap diri
sendiri maupun kemampuan diri.
Penyebabnya: kegagalan, kehilangan, ketidakmampuan, sikap negatif
lingkungan.
Tanda dan gejala: merasa tidak mampu, mengkritik/menyalahkan diri,
pesimis menghadapi hidup, menyangkal pujian yang diberikan,
produktivitas menurun, tidak memperhatikan diri, tidak berani menatap
lawan bicara, bicara lambat dan nada suara lemah.
2) Keluarga mampu memutuskan masalah
Keluarga perlu mengetahui cara merawatnya dan memutuskan cara
merawat klien, agar cepat pulih.
3) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit
Perawat memberitahu kepada keluarga agar keluarga lain ikut
merawatnya. Cara merawat klien sebagai berikut: memberi pujian terhadap
kemampuan, menghindari hinaan, melibatkan kegiatan dalam rumah
tangga, bantu pasien menilai kemampuan positifnya: kegiatan rumah
tangga, hobi dan lain-lain. Bantu melatih kemampuan: mulai dari
pekerjaan rumah tangga dan hobi. Susun jadwal kegiatan yang telah
dilatih. Dorong melakukan kegiatan yang telah dilatih. Dorong melakukan
kegiatan sesuai jadwal, setiap keberhasilan beri pujian.
Jika mendapat obat: bantu klien untuk patuh minum obat, jangan lupa
kontrol ke puskesmas secara teratur.
4) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan
Keluarga lainnya juga perlu membuat suasana mendukung untuk
perawatan dan pemulihan klien. Misalnya; mengajak klien melakukan

113
kegiatan bersama dan memberikan pujian terhadap semua hal positif yang
telah dilakukan.
5) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
Klien perlu mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa secara teratur,
pilihannya: puskesmas, RSU, RSJ, praktik komunitas dan dokter.
d. Terminasi
1) Evaluasi subjektif
Perawat menanyakan kepada keluarga bagaimana perasaan setelah
melakukan tindakan atau latihan yang terkait masalah kesehatan di dalam
keluarga klien.
2) Evaluasi objektif
Perawat menanyakan kembali masalah kesehatan klien. Bagaimana
pula cara, merawatnya.
3) Rencana tindak lanjut klien
Anjurkan kepada keluarga jangan lupa mengajak anggota keluarga
lain untuk membantu merawat klien dan membuat suasana nyaman di
keluarga. Perawat memberikan leaflet kepada keluarga.
4) Rencana tindak lanjut perawat
Perawat merancanakan kepada keluarga untuk kontrak ulang dengan
keluarga, kapan, di mana, jam berapa, apakah ada obat baru saat konsultasi
dengan dokter. Perawat akan menjelaskan cara minum obat yang benar.
5) Salam
Perawat mengucap salam dan terima kasih.

G. DEFISIT PERAWATAN DIRI


1. DESKRIPSI SINGKAT
Perawatan diri merupakan salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan
kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya. Pasien defisit perawatan diri
memerlukan asuhan keperawatan agar mampu merawat dirinya sendiri.
Buku ini membahas asuhan keperawatan klien dengan defisit perawatan
diri, agar klien dapat melakukan perawatan diri dan keluarga mempunyai
kemampuan merawat klien defisit perawatan diri di rumah dan lingkungan
sekitarnya.
Asuhan keperawatan defisit perawatan diri yang terdiri dari pengkajian,
diagnosis keperawatan, tindakan keperawatan pada klien dan keluarga (pelaku
rawat), evaluasi kemampuan klien dan keluarga (pelaku rawat) dan dokumentasi
keperawatan.

114
2. TUJUAN PEMBELAJARAN
a. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu melakukan asuhan
keperawatan defisit perawatan diri.
b. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu:
1) Menjelaskan konsep tentang defisit perawatan diri
2) Menguraikan langkah-langkah proses keperawatan pasien defisit
perawatan diri
a) Melakukan pengkajian defisit perawatan diri
b) Menyusun diagnosis keperawatan defisit perawatan diri
c) Melakukan tindakan keperawatan kepada klien defisit perawatan diri
d) Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga klien defisit
perawatan diri
e) Mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam merawat pasien
defisit perawatan diri
f) mendokumentasikan asuhan keperawatan klien dengan defisit
perawatan diri
3) Mempraktikkan asuhan keperawatan klien dengan defisit perawatan diri

3. PENGERTIAN
Defisit Perawatan Diri adalah: sikap tidak mampu melakukan atau
menyelesaikan aktivitas perawatan diri (SDKI, 2016). Defisit perawatan diri
meliputi ketidakmampuan dalam melakukan kebersihan diri, berpakaian, makan
dan minum, eliminasi dan lingkungan. Defisit perawatan diri: kebersihan diri
adalah ketidakmampuan melakukan pembersihan diri secara saksama dan
mandiri. Defisit perawatan diri: berpakaian adalah ketidakmampuan untuk
mengenakan atau melepaskan pakaian secara mandiri, defisit perawatan diri:
makan dan minum adalah ketidakmampuan makan secara mandiri, defisit
perawatan diri: eliminasi adalah ketidakmampuan untuk melakukan secara
mandiri tugas yang berkaitan dengan eliminasi fekal dan urine (NANDA-1,
2018).

4. PENYEBAB
a. Kelemahan
b. Penurunan motivasi
c. Kemunduran kemampuan

115
d. Gangguan Psikologis
e. Kendala lingkungan
f. Gangguan muskuloskeletal
g. Gangguan neuromuskular

5. PROSES TERJADINYA MASALAH


a. Faktor Predisposisi
1) Faktor Biologis
Penyakit fisik mental yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri dan faktor herediter.
2) Faktor Psikologis
Faktor perkembangan di mana keluarga terlalu melindungi dan
memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu. Klien
gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan
ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
3) Faktor Sosial
Kurang dukungan dan situasi lingkungan mempengaruhi kemampuan
dalam perawatan diri.
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi yang dapat menimbulkan defisit perawatan diri
adalah: penurunan motivasi, kerusakan kognitif, atau persepsi, cemas,
lelah, lemah yang dialami individu, kurang mampu melakukan perawatan
diri.

6. TANDA DAN GEJALA


a. Mayor
1) Subjektif
a) Menolak melakukan perawatan diri: kebersihan diri, berpakaian,
makan dan minum, dan eliminasi
b) Menyampaikan ketidakinginan melakukan perawatan diri: kebersihan
diri, berpakaian, makan dan minum, dan eliminasi
c) Menyatakan tidak tahu cara perawatan diri: kebersihan diri,
berpakaian, makan dan minum, dan eliminasi
2) Objektif
a) Kulit, rambut, gigi dan kuku kotor
b) Pakaian kotor, tidak rapi dan tidak tepat
c) Makan dan minum tidak beraturan

116
d) Eliminasi Buang Air Besar (BAB),Buang air Kecil (BAK), tidak pada
tempatnya.
e) Lingkungan tempat tinggal kotor dan tidak rapi
b. Minor tidak ada

7. KONDISI KLINIS TERKAIT


a. Skizofrenia
b. Gangguan fungsi kognitif
c. Gangguan persepsi
d. Gangguan muskuloskletal
e. Fungsi penilaian terganggu
f. Gangguan amnestik
g. Retardasi mental
h. Depresi
i. Cedera medula spinalis

8. TUJUAN ASUHAN KEPERAWATAN


a. Kognitif, klien mampu:
1) Menjelaskan perawatan diri
2) Mengidentifikasi masalah perawatan diri yang dialami
3) Mengetahui cara perawatan diri: kebersihan diri, berpakaian, makan dan
minum, eliminasi dan lingkungan
b. Afektif, klien mampu:
1) Melakukan kebersihan diri: mandi, keramas, sikat gigi, berpakaian,
berdandan
2) Memenuhi kebutuhan makan dan minum
3) Melakukan eliminasi BAK dan BAB
4) Menciptakan lingkungan rumah tangga yang bersih dan aman
c. Psikomotor, Klien mampu:
1) Merasa nyaman dengan perawatan diri
2) Merasakan manfaat perawatan diri
3) Mempertahankan perawatan diri

117
9. PROSES KEPERAWATAN DEFISIT PERAWATAN DIRI
a. Pengkajian Defisit Perawatan Diri
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada klien.
Tanda dan Gejala defisit perawatan diri dapat ditemukan dengan
wawancara, melalui pertanyaan sebagai berikut:
1) Bagaimana kebersihan diri?
2) Apakah pasien malas mandi, mencuci rambut, menggosok gigi,
menggunting kuku?
3) Bagaimana penampilan klien?
4) Apakah pasien menyisir rambut, berdandan, bercukur(untuk laki-laki)?
5) Apakah pakaian klien rapi dan sesuai?
6) Apakah klien menggunakan alat mandi?
7) Bagaimana makan dan minum klien?
8) Apakah klien menggunakan alat makan dan minum saat makan dan
minum?
9) Bagaimana BAB dan BAK klien?
10)Apakah klien membersihkan diri dan tempat BAB dan BAK setelah
selesai?
11)Apakah klien mengetahui cara perawatan diri yang benar?
Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan melalui
observasi adalah:
1) Gangguan kebersihan diri ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit
berdaki, dan bau, kuku panjang dan kotor.
2) Ketidakmampuan berhias/berdandan, ditandai dengan rambut acak-acakan,
pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak rapi, tidak sesuai, pada laki-laki
tidak bercukur dan pada perempuan tidak berdandan.
3) Ketidakmampuan makan dan minum: ditandai dengan ketidakmampuan
mengambil makan dan minum sendiri, makan berceceran dan makan tidak
pada tempatnya?
4) Ketidakmampuan BAK dan BAB secara mandiri ditandai dengan BAB
dan BAK tidak pada tempanya, tidak membersihkan diri dengan baik.
b. Diagnosis Keperawatan Dengan Klien Defisit Perawatan Diri
Langkah berikutnya adalah merumuskan diagnosis keperawatan.
Diagnosis keperawatan dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala yang
diperoleh pada pengkajian. Berdasarkan data-data tersebut dapat
ditegakkan diagnosis keperawatan:
Defisit Perawatan Diri

118
c. Tindakan Keperawatan Defisit Perawatan Diri
Tindakan keperawatan untuk mengatasi harga diri rendah, dilakukan
terhadap klien dan keluarga (pelaku rawat). Saat melakukan pelayanan di
puskesmas dan kunjungan rumah, perawat menemui keluarga (pelaku
rawat), terlebih dahulu sebelum menemui klien. Bersama keluarga(pelaku
rawat), perawat mengidentifikasi masalah yang dialami klien untuk
melakukan pengkajian dan melatih satu cara untuk mengatasi masalah
yang dialami klien.
Jika klien telah mendapatkan terapi spikofarmako, maka hal pertama
yang dilatih perawat adalah tentang pentingnya kepatuhan minum obat.
Setelah perawat selesai melatih klien, maka perawat kembali menemui
keluarga (pelaku rawat) dan melatih keluarga (pelaku rawat) untuk
merawat klien, serta menyampaikan hasil tindakan yang telah dilakukan
terhadap klien dan tugas yang diperlukan keluarga lakukan yaitu untuk
mengingatkan klien melatih kemampuan mengatasi masalah yang telah
diajarkan oleh perawat.
Tindakan keperawatan untuk klien dan keluarga dilakukan pada setiap
pertemuan, minimal empat kali pertemuan dan dilanjutkan sampai klien
dan keluarga mampu mengatasi defisit perawatan diri.
1) Tindakan keperawatan pada klien
a) Pengkajian: kaji tanda dan gejala perawatan diri dan penyebabnya.
b) Diagnosis: penjelasan proses terjadinya masalah perawatan diri:
kebersihan diri, berpakaian, makan dan minum, eliminasi BAK dan
BAB dan lingkungan.
c) Tindakan keperawatan
Melatih kebersihan diri: mandi, keramas, sikat gigi, berpakaian,
berhias dan gunting kuku.
i. Mandi
- Diskusikan gunanya mandi
- Diskusikan alat-alat yang diperlukan
- Diskusikan jadwal mandi
- Diskusikan langkah-langka mandi
- Latih mandi sesuai dengan langkah-langkah yang telah
dijelaskan. Bantu jika klien belum dapat melakukannya
- Jadwalkan mandi dengan teratur
- Berikan pujian

119
ii. Berpakaian
- Diskusikan gunanya pakaian yang bersih dan rapi
- Diskusikan variasi pakaian: pakaian tidur, pakaian di rumah,
pakaian bepergian
- Latih memilih pakaian
- Latih berpakaian, bantu jika klien dapat melakukan
- Jadwalkan ganti pakaian teratur
- Berikan pujian
iii. Keramas
- Diskusikan gunanya keramas
- Diskusikan alat0alat untuk keramas
- Latih klien keramas. Bantu jika belum dapat melakukannya
- Jadwalkan keramas diakali sehari
- Berikan pujian
iv. Sikat gigi
- Diskusikan gunanya sikat gigi
- Diskusikan alat-alat untuk sikat gigi
- Latih klien untuk sikat gigi. Bantu klien jika belum
melakukannya
- Jadwalkan sikat gigi dua kali per hari
- Berikan pujian
v. Berdandan
Berdandan perempuan
- Diskusikan gunanya berdandan
- Diskusikan alat-alat berdandan
- Latih menyisir rambut dengan rapi
- Latih pakai bedak dengan rapi
- Latih pakai lipstik dan pensil alis
- Jadwalkan berdandan setiap selesai mandi
- Beri pujian
Berdandan laki-laki
- Diskusikan gunanya berdandan
- Diskusikan alat berdandan
- Latih menyisir rambut
- Latih cukur rambut
- Jadwalkan cukur 1 kali per minggu
- Beri pujian

120
vi. Gunting kuku
- Diskusikan gunanya gunting kuku
- Diskusikan alat untuk gunting kuku
- Latih mengunting kuku
- Jadwalkan gunting kuku 1 kali per minggu
- Beri pujian
vii. Melatih makan dan minum
- Diskusikan gunanya makan dan minum yang baik dan
teratur
- Diskusikan alat tempat makan dan minum
- Diskusikan kebutuhan makan dan minum setiap hari
- Latih cara makan dan minum yang baik, cuci tangan,
berdoa, makan di meja makan
viii. Melatih BAB dan BAK
- Diskusikan gunanya BAB dab BAK
- Diskusikan tempat, cara menggunakan, cara membersihkan
tempat dan cara membersihkan diri
- Latih BAB dan BAK yang baik:
 BAB dan BAK di WC
 Menggunakan WC dengan tepat
 Membersihkan diri setelah BAB dan BAK
 Membersihkan tempat BAB dan BAK
- Cuci tangan yang benar (6 langkah cuci tangan dengan
sabun)
- Berikan pujian
ix. Melatih kebersihan dan kerapian lingkungan rumah: klien dilatih
membersihkan dan merapikan lingkungan rumah, yaitu kamar
tidur, ruang tamu, ruang makan, dapur, kamar mandi dan
halaman.
- Melatih membersihkan dan merapikan tempat tidur
 Diskusikan gunanya kebersihan dan kerapian kamar
tidur
 Diskusikan kegiatan membersihkan dan merapikan
kamar tidur, tempat tidur, lemari pakaian, dan lantai
 Diskusikan alat-alat yang diperlukan untuk setiap
kegiatan

121
 Latih membersihkan san merapikan tempat tidur:
merapikan tempat tidur, mengganti seprai, dan sarung
bantal, menjemur kasur
 Latih membersihkan dan merapikan lemari pakaian:
melipat pakaian dan menata pakaian
 Latihan menyapu dan mengepel lantai kamar tidur
 Jadwalkan dan beri pujian
- Melatih membersihkan dan merapikan ruang tamu
 Diskusikan gunanya kebersihan raung tamu
 Diskusikan kegiatan membersihkan dan meraihkan
ruang tamu: meja/kursi/kaca menyapu dan mengepel
lantai
 Diskusikan alat-alat yang diperlukan untuk kegiatan
 Latih membersihkan dan merapikan meja, kursi dan
kaca
 Latih menyapu dan mengepel lantai
 Jadwalkan dan beri pujian
- Melatih membersihkan dan merapikan ruang makan
 Diskusikan gunanya kebersihan dan kerapian ruang
tamu
 Diskusikan kegiatan membersihkan dan meraihkan
ruang tamu: menata meja makan, menyajikan makanan,
makan dengan baik, mencuci alat-alat makan,
meraihkan meja akan, menyapu dan mengepel ruang
makan
 Diskusikan alat-alat yang diperlukan pada saat kegiatan
 Latihan membersihkan dan menata meja makan:
membersihkan meja makan, menata alat makan,
menyajikan makanan dan minuman
 Latihan makan yang baik: cuci tangan, berdoa, makan
dengan rapi, membawa alat makan dan minum ke
tempat cuci piring, merapikan meja makan kembali
 Latihan mencuci piring, membuang sisa makanan ke
tempat yang tersedia, mencuci alat-alat makan dan
minum, menyimpannya pada tempat dengan rapi

122
 Latihan menyapu dan mengepel ruang makan: siapkan
alat-alat kebersihan, sapu lantai dengan baik, buang
sampah dan kotoran di tempat yang tersedia, mengepel
lantai dengan baik
 Jadwalkan dan beri pujian.
- Melatih membersihkan dan merapikan dapur
 Diskusikan gunanya kebersihan dan kerapian dapur
 Diskusikan kegiatan kebersihan dan kerapian dapur:
kompor dan mejanya, sampah dan memasaknya
 Latih membersihkan kompor dan mejanya:
membersihkan kompor dan mejanya memastikan
kompor mati saat ditinggal, memastikan selang tidak
bocor
 Latih membuang sampah: menyediakan minimal 2
tempat sampah (sampah kering dan basah), membuang
sampah ada tempatnya, membuang sampah yang telah
terkumpul ke pembuangan sampah umum
 Latihan memasak: minimal masak air, lati cara
menghidupkan kompor, meletakkan ceret air,
mengangkat saat mendidih, dan mematikan kompor.
- Melatih membersihkan dan merapikan kamar mandi dan
WC
 Diskusikan gunanya kebersihan dan kerapian kamar
mandi
 Diskusikan kegiatan kebersihan dan kerapian kamar
mandi dan WC: tempat air (jika ada), WC, Lantai dan
dinding,\perlengkapan mandi dan buang air
 Latih cara membersihkan tempat air, WC, lantai dan
dinding
 Latih cara membersihkan dan merapikan perlengkapan
mandi dan buang air: tempat sabun, odol, sikat gigi dan
lain-ain.
- Melatih kebersihan dan kerapian halaman
 Diskusikan gunanya kebersihan dan kerapian halaman
 Diskusikan kegiatan kebersihan dan kerapian halaman:
menyapu, membuang sampah, menanam bunga dan
sayuran

123
 Diskusikan alat-alat untuk setiap kegiatan
 Latih menyapu dan membersihkan halaman
 Latih membang sampah dan menghindari air tergenang
 Latih menanam bunga dan tanaman
 Jadwalkan dan beri pujian
2) Tindakan keperawatan pada keluarga
a) Kaji masalah klien yang dirasakan keluarga dalam merawat klien
b) Menjelaskan proses terjadinya defisit perawatan diri yang dialami klien
c) Mendiskusikan cara merawat defisit perawatan diri dan memutuskan
cara merawat yang sesuai dengan kondisi klien
d) Melatih keluarga untuk merawat defisit perawatan diri seperti yang
telah dilatih perawat ke klien.
i. Menyediakan alat-alat yang diperlukan dalam menjaga
kebersihan diri
ii. Membimbing klien melakukan perawatan diri: kebersihan diri,
makan dan minum, BAB dan BAK, kebersihan dan kerapian
rumah dan lingkungan
iii. Membuat jadwal
iv. Memberi pujian atas keberhasilan klien
e) Melibatkan seluruh anggota keluarga menciptakan suasana keluarga
yang mendukung: meningkatkan klien, melakukan kegiatan bersama-
sama, memberi motivasi dan pujian
f) Menjelaskan tanda dan gejala defisit perawatan diri yang memerlukan
rujukan segera serta melakukan follow up ke pelayanan kesehatan
secara teratur.
3) Tindakan pada kelompok lain
a) Sesi 1 : mampu mengenal defisit perawatan diri
b) Sesi 2 : mampu melakukan perawatan diri dan kebersihan diri(mandi,
keramas, sikat gigi, potong kuku, berpakaian dan berdandan)
c) Sesi 3 : mampu melakukan perawatan diri (makan dan minum)
d) Sesi 4 : mampu melakukan BAB dan BAK dengan cara yang baik
4) Tindakan kolaborasi
a) Melakukan kolaborasi dengan dokter menggunakan ISBAR dan TbaK
b) Memberikan program terapi dokter (obat): edukasi 8 benar pemberian
obat dengan menggunakan konsep safety pemberian obat
c) Mengobservasi manfaat dan efek samping obat

124
5) Discharge Planning
a) Menjelaskan rencana persiapan pasca-rawat di rumah untuk
memandirikan klien
b) Menjelaskan rencana tindak lanjut perawatan dan pengobatan
c) Melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan
d. Evaluasi
1) Penurunan tanda dan gejala defisit perawatan diri
2) Peningkatan kemampuan klien mengendalikan defisit perawatan diri
3) Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat klien.
e. Rencana Tindak Lanjut
1) Rujuk klien dan keluarga ke fasilitas praktik mandiri perawat spesialis
keperawatan jiwa.
2) Rujuk klien dan keluarga ke case manager di fasilitas pelayanan kesehatan
primer di puskesmas, pelayanan kesehatan sekunder dan tersier di rumah
sakit.
3) Rujuk klien dan keluarga ke kelompok pendukung, kader kesehatan jiwa,
kelompok swabantu dan fasilitasi psikososial yang tersedia di masyarakat.

10. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DENGAN


KLIEN DEFISIT PERAWATAN DIRI
Pertemuan ke-1 Klien (setiap melakukan tindakan strategi pelaksanaan
(SP), perawat harus melakukan sesuai dengan tahapan-tahapan yang akan
dilakukan)
a. Orientasi
1) Salam
Mengucap salam, memperkenalkan nama perawat dan pekerjaan/berasal
dari mana, menanyakan nama kepanjangan klien, nama panggilan, tanggal
lahir.
2) Evaluasi
Menanyakan bagaimana perasaan klien. Dan berapa lama sudah merasakan
perasaan seperti itu.
3) Validasi
Menanyakan apa yang dilakukan untuk mengatasi masalah itu dan apakah
berhasil.

125
4) Kontrak
a) Tindakan dan tujuan
Perawat membicarakan penyebab yang terjadi pada klien dan cara
mengatasinya, serta tujuan dari tindakan yang akan dilakukan.
b) Waktu
Perawat menanyakan berapa lama waktunya, dan apakah setuju
dengan waktu yang disepakati.
c) Tempat
Perawat menanyakan di mana tempatnya.
b. Kerja
1) Pengkajian
a) Penyebab
Perawat menanyakan tentang kebersihan klien dan menanyakan
apa penyebabnya?
b) Tanda dan gejala
Perawat menanyakan penyebab yang didapat dari klien?
Dilakukan berapa hari? Dan alat yang disediakan? Perawat
menanyakan semua yang ada kaitannya dengan defisit perawatan diri?
Dan alatnya yang tersedia? Dan bagaimana cara melakukannya. Beri
pujian.
c) Akibat
Perawat menanyakan apa akibatnya jika klien tidak melakukan
latihan atau kegiatan yang dilakukan setiap hari berhubungan dengan
defsist perawatan diri.
2) Diagnosis
Perawat menyimpulkan hasil percakapan klien. Perawat memberikan
pujian dan perawat mengajak klien untuk latihan tentang DPD
(keuntungan kebersihan diri dapat dilakukan).
3) Tindakan
Kemudian perawat bersama-sama klien memulai latihan cara perawatan
(Defisit perawatan diri) yang telah disepakati dengan klien.
a) Persiapan
Perawat bersama klien menyiapkan alat-alat untuk perawatan
diri: contoh (alat mandi: sampo, sabun mandi, pasta gigi dan sikat
gigi), pakaian bersih, handuk, alat-alat berhias.

126
b) Latihan sikat gigi
i. Perawat meminta klien untuk mengambil sikat gigi: bimbing
menaruh pasta gigi pada sikat gigi.
ii. Kemudian perawat memberi arahan bagaimana cara sikat gigi
yang benar dan mempraktikkannya. Setelah selesai menyikat gigi
perawat mengajak klien untuk membersihkan alatnya dan
menyimpan.
iii. Perawat memberikan pujian.
c) Latihan keramas dan mandi
i. Perawat meminta klien untuk mengambil alat keramas dan
mandi: contoh (sampo, sabun mandi, handuk).
ii. Kemudian perawat meminta klien untuk membuka
bajunya(pakaian kotor) dan perawat meminta klien untuk
meletakkan pakaian kotor di tempatnya.
iii. Latih untuk membilas tubuh, kepala dan rambut.
iv. Latih bagaimana cara mencuci rambut dan membilas rambut.
v. Latih bagaimana cara menyabuni badan dan membilas badan
yang telah disabuni.
vi. Latih cara mengeringkan badan dengan handuk.
vii. Perawat memberikan pujian.
d) Berpakaian
i. Perawat bersama klien untuk mengambil pakaian yang sudah
disiapkan sebelumnya(pakaian yang bersih dan pakaian dalam).
ii. Latih bagaimana cara memakai pakaian dalam dan pakaian.
iii. Perawat memberikan pujian.
e) Latih berhias
i. Perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara mengambil
alat-alat untuk berhias(sisir, bedak, lipstik, kaca).
ii. Perawat mengajarkan bagaimana cara menyisir yang benar.
iii. Perawat mengajarkan bagaimana cara memakai bedak dan lipstik
(untuk perempuan).
iv. Perawat memberikan pujian.
c. Terminasi
1) Evaluasi Subjektif
Perawat menanyakan bagaimana perasaan klen setelah melakukan latihan
tersebut.

127
2) Evaluasi Objektif
Perawat mengevaluasi kembali latihan yang telah diajarkan.
3) Rencana Tindak lanjut klien
Perawat bersama klien membuat jadwal latihan sesuai dengan latihan yang
dilakukan.
4) Rencana tindak lanjut perawat
Kemudian perawat melakukan kontrak, kapan, di mana. Bila klien kontrol
ulang diberi obat oleh dokter, dan akan dijelaskan cara minum obat yang
benar.
5) Salam
Mengucap salam dan terima kasih.

11. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DENGAN


KELUARGA DEFISIT PERAWATAN DIRI
Pertemuan ke-I keluarga (setiap melakukan tindakan strategi pelaksanaan
(SP), perawat harus melakukan sesuai dengan tahapan-tahapan yang akan
dilakukan).
a. Fase Orientasi
1) Salam
Mengucap salam, memperkenalkan nama perawat dan pekerjaan/berasal
dari mana, menanyakan nama kepanjangan keluarga klien, nama
panggilan, tanggal lahir.
2) Evaluasi
Menanyakan bagaimana perasaan keluarga. Dan adakah dalam keluarga
yang sakit.
3) Validasi
Menanyakan apa yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut dan
apakah sudah dibawa ke pusat pelayanan kesehatan.
4) Kontrak
a) Topik dan tujuan
Perawat akan melakukan pemeriksaan kesehatan supaya dapat
mengetahui kondisi keluarga klien.
b) Waktu
Perawat menanyakan berapa lama waktunya, dan apakah setuju
dengan waktu yang disepakati.
c) Tempat
Perawat menanyakan di mana tempatnya.

128
b. Fase Kerja
1) Pengkajian
a) Identitas keluarga
Perawat menanyakan pada keluarga klien ingin mendata keluarga
yang tinggal di rumah. Siapa kepala keluarga, siapa nama lengkapnya,
berapa umurnya, pendidikan, alamat rumah dan apakah keluarga ada
yang mempunyai keluhan kesehatan seluruh keluarga (jika ada
sebutkan). Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai riwayat
kesehatan atau penyakit sebelumnya. (jika ada sebutkan). Perawat
juga menanyakan jika ada anggota keluarga yang mengalami keluhan
sudah berapa lama, apa yang dilakukan (klien). Kemudian perawat
memeriksa klien.
b) Pengkajian indikator keluarga sehat (IKS)
Perawat menanyakan apakah anggota keluarga ada mengikuti
kegiatan program pemerintah agar seluruh keluarga sehat.
Keluarga akan menjawab pertanyaan IKS dengan ya atau tidak.
Dan perawat akan memulai?
i. Apakah anggota keluarga mengikuti program keluarga
berencana?
ii. Apakah anggota keluarga ada yang melahirkan ke fasilitas
kesehatan?
iii. Apakah anggota keluarga mendapatkan imunisasi dasar lengkap?
iv. Apakah mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan?
v. Apakah balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan?
vi. Apakah anggota keluarga tidak ada yang merokok?
vii. Apakah anggota keluarga menjadi anggota JKN/ BPJS?
viii. Apakah anggota keluarga memiliki akses sarana air bersih?
ix. Apakah keluarga memiliki akses jamban sehat?
x. Apakah anggota keluarga ada yang menderita penyakit TBC?
Jika iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
xi. Apakah anggota keluarga menderita gangguan jiwa? Jika iya,
apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar
dari pelayanan kesehatan?
xii. Apakah anggota keluarga menderita diabetes melitus? Jika iya,
apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar
dari pelayanan kesehatan?

129
xiii. Apakah anggota keluarga menderita Hipertensi? Jika iya, apakah
sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar dari
pelayanan kesehatan?
xiv. Apakah anggota keluarga menderita kanker? Jika iya, apakah
sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar dari
pelayanan kesehatan?
Kemudian perawat menyimpulkan dan melanjutkan pemeriksaan
terhadap kesehatan jiwa yang dialami keluarga.
c) Pengkajian Self Report Questionarre (SRQ)
Perawat memeriksa kesehatan klien.
i. Apakah klien sering menderita sakit kepala?
ii. Apakah klien kehilangan nafsu makan?
iii. Apakah klien tidur lelap?
iv. Apakah klien mudah menjadi takut?
v. Apakah klien merasa cemas, tegang dan kawatir?
vi. Apakah tangan klien gemetar?
vii. Apakah klien mengalami gangguan pencernaan?
viii. Apakah klien merasa sulit berpikir jernih?
ix. Apakah klien merasa tidak bahagia?
x. Apakah klien lebih senang menangis?
xi. Apakah klien merasa sulit untuk menikmati aktivitas sehari-hari?
xii. Apakah klien mengalami kesulitan untuk mengambil keputusan?
xiii. Apakah aktivitas atau tugas sehari-hari ibu terbengkalai?
xiv. Apakah klien merasa tidak mampu berperan dalam kehidupan
ini?
xv. Apakah klien kehilangan minat terhadap banyak hal?
xvi. Apakah klien merasa tidak bahagia?
xvii. Apakah klien merasa tidak berharga?
xviii. Apakah klien mempunyai pikiran untuk mengakhiri hidupnya
xix. Apakah klien merasa lelah sepanjang waktu?
xx. Apakah klien merasa tidak enak perut?
xxi. Apakah klien mulai lelah?
xxii. Apakah klien minum alkohol lebih banyak dari biasanya atau
apakah klien menggunakan narkoba?
xxiii. Apakah klien yakin bahwa seseorang mencoba mencelakai klien
dengan cara tertentu?
xxiv. Apakah ada yang mengganggu atau hal yang tidak biasa dalam
pikiran klien?

130
xxv. Apakah klien pernah mendengar suara tanpa tahu sumbernya
atau orang lain tidak dapat mendengarnya?
xxvi. Apakah keluarga mengalami mimpi yang mengganggu tentang
sesuatu bencana musibah atau adakah saat-saat Anda seolah
mengalami kembali kejadian bencana?
xxvii. Apakah keluarga menghindari kegiatan, tempat, orang atau
pikiran yang mengingatkan Anda akan bencana tersebut?
xxviii.Apakah minat keluarga terhadap teman dan kegiatan yang biasa
keluarga lakukan berkurang?
xxix. Apakah keluarga merasa sangat terganggu jika berada dalam
situasi yang mengingatkan keluarga akan bencana atau jika
memikirkan tentang bencana?
xxx. Apakah keluarga kesulitan memahami atau mengekspresikan
perasaan keluarga?
Kesimpulan: berdasarkan jawaban dari pertanyaan di atas, keluarga
(salah satu) mengalami kecemasan.
2) Diagnosis
Perawat menyimpulkan hasil dari pengkajian keluarga klien dan
perawat mengajak keluarga dan klien untuk mengungkapkan dan
mengendalikan agar tidak menimbulkan kerugian.
3) Tindakan Keperawatan
Tindakan yang dilakukan perawat untuk keluarga klien: (tindakan
yang dilakukan keluarga klien dalam menghadapi anak atau istri di dalam
anggota keluarga yang mengalami kecemasan).
a) Tindakan keperawatan pada keluarga.
Untuk mengatasi kecemasan keluarga ada beberapa cara:
i. Latihan teknik relaksasi: tarik napas dalam
- Contohkan: Tarik napas dalam dari hidung tahan sebentar
dan keluarkan dari mulut sambil menghembuskan.
- Dampingi: kemudian keluarga mengikuti perawat
melakukan tarik napas dalam.
- Mandiri: keluarga melakukan sendiri dan perawat
memberikan reward atau reinforcement positif.
ii. Latihan distraksi
Perawat menanyakan kebiasaan keluarga? Apakah suka
menonton tv, membaca koran, mendengarkan musik, ngobrol
dengan orang lain tentang pengalaman yang menyenangkan.
(upayakan waktu terisi dengan kegiatan).

131
iii. Latihan hipnotis lima jari
- Mulai dengan tarik napas dalam, tutup mata, kosongkan
pikiran. Napas biasa dan fokus ada napas.
- Satukan jempol dengan telunjuk: bayangkan badan sehat, itu
saja bayangkan jangan ada yang lain.
- Satukan jempol dan jari tengah: bayangkan semua orang
yang peduli, perhatian dan sayang pada keluarga, itu saja
bayangkan jangan ada yang lain.
- Satukan jempol dan jari manis: bayangkan saat keluarga
mendapatkan pujian, hadiah, prestasi dan keluarga sangan
senang, itu saja bayangkan jangan ada yang lain.
- Satukan jempol dan kelingking: bayangkan tempat yang
indah-indah atau tempat yang paling indah yang pernah
dikunjungi, ingat bayangkan keluarga ada di sana dan
senang sekali itu saja yang di bayangkan.
Kesimpulan perawat: menanyakan bagaimana perasaan keluarga
setelah melakukan latihan. Apakah senang dan berkurang. Kemudian
perawat bersama keluarga membuat jadwal latihan untuk semua kegiatan
yang dilakukan.
c. Kerja (lanjutan)
Perawat bersama keluarga bersama-sama membahas masalah klien.
Dan akan didiskusikan peran keluarga dalam merawat klien.
Tindakan edukasi 5 tahap tugas keluarga.
1) Keluarga mampu mengenal masalah
Perawat melakukan pemeriksaan masalah kesehatan pada keluarga.
Kemudian perawat menjelaskan kepada keluarga peristiwa atau
masalah yang dialami klien ke keluarga yaitu defisit perawatan diri. Defisit
perawatan diri adalah: ketidakmampuan merawat diri. Ketidakmampuan
merawat diri ini adalah: di mana seseorang tidak mampu merawat diri
yang disebabkan oleh penyakitnya.
Tanda dan gejala: menolak untuk melakukan perawatan dirinya,
seperti mandi, menggosok gigi, keramas dan berpakaian, berhias, makan,
minum dan BAB/BAK sembarangan, tampak kotor, bau, kulit berdaki, gigi
kuning, rambut tidak rapi, kuku panjang, tidak mengganti pakaian, makan
berantakan, buang air besar dan kecil sembarangan, juga tidak mampu
membersihkan dan merapikan lingkungan.
2) Keluarga mampu memutuskan masalah
Keluarga perlu mengetahui cara merawatnya dan memutuskan
masalah cara merawat klien, agar cepat pulih.

132
3) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit
Perawat memberitahu kepada keluarga agar keluarga lain ikut
merawatnya. Cara merawat klien sebagai berikut: perawat mengajarkan
kepada keluarga beberapa kemampuan yang akan dilatih yaitu: kebersihan
diri, BAB dan BAK makan dan minum serta kebersihan lingkungan.
Kemudian latih satu contoh terlebih dahulu (melatih kebersihan diri
(melatih cara sikat gigi, keramas, mandi berpakaian dan berhias) kemudian
keluarga dapat menyediakan alat-alatnya. memberi pujian terhadap
kemampuan, Susun jadwal kegiatan yang telah dilatih. Dorong melakukan
kegiatan yang telah dilatih. Dorong melakukan kegiatan sesuai jadwal.
4) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan
Keluarga lainnya juga perlu membuat suasana mendukung untuk
perawatan dan pemulihan klien. Misalnya; keluarga mengajak klien untuk
dapat memelihara kebersihan dirinya, memotivasi, membimbing, dan
memberikan pujian terhadap semua hal positif yang telah dilakukan.
Hindari kata-kata yang mengejek.
5) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
Klien perlu mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa secara teratur,
pilihannya: puskesmas, RSU, RSJ, praktik komunitas dan dokter.
d. Terminasi
1) Evaluasi subjektif
Perawat menanyakan kepada keluarga bagaimana perasaan setelah
melakukan tindakan atau latihan yang terkait masalah kesehatan di dalam
keluarga klien.
2) Evaluasi objektif
Perawat menanyakan kembali masalah kesehatan klien. Bagaimana pula
cara, merawatnya (memperagakannya).
3) Rencana tindak lanjut klien
Anjurkan kepada keluarga jangan lupa mengajak anggota keluarga lain
untuk membantu merawat klien dan membuat suasana nyaman di keluarga.
Perawat memberikan leaflet kepada keluarga.
4) Rencana tindak lanjut perawat
Perawat akan kontak ulang dengan keluarga kembali mengajarkan tentang
pengobatan dan perawatan klien di puskesmas atau rumah sakit.
5) Salam
Perawat mengucap salam dan terima kasih.

133
REFERENSI
Keliat, B.A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat: CMHN
(Basic Course). Jakarta: EGC.
Keliat, B.A., dkk. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Lundy, K.S. & Janes, S. (2009). Community Health Nursing: Caring for the
Public’s Health. 2 nd ed. Boston: Jones and Bartlett Publisher.
Stuart, G.W. (2013). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. (10th Ed).
Elsevier.
PPSDM Kesehatan. (2012). Modul Pelatihan Keperawatan Kesehatan Jiwa
Masyarakat. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

H. RISIKO BUNUH DIRI


1. DESKRIPSI SINGKAT
Risiko Bunuh Diri merupakan salah satu kondisi yang harus dikaji oleh
perawat pada setiap klien gangguan jiwa terutama pada kasus gangguan depresi.
Keinginan untuk mengakhiri hidupnya dapat mengakibatkan kematian. Asuhan
keperawatan risiko bunuh diri perlu dilakukan agar klien dan keluarga dapat
mencegah terjadinya perilaku bunuh diri.
Buku ini membahas asuhan keperawatan klien dengan risiko bunuh diri,
agar klien dapat meningkatkan harga dirinya, dan keluarga mempunyai
kemampuan merawat pasien risiko bunuh diri di rumah dan lingkungan
sekitarnya.
Asuhan keperawatan gangguan risiko bunuh diri yang terdiri dari
pengkajian, diagnosis keperawatan, tindakan keperawatan pada klien dan
keluarga (pelaku rawat), evaluasi kemampuan klien dan keluarga (pelaku rawat)
dan dokumentasi keperawatan.

2. TUJUAN PEMBELAJARAN
a. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu melakukan asuhan
keperawatan risiko bunuh diri.
b. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu:
1) Menjelaskan konsep tentang risiko bunuh diri
2) Menguraikan langkah-langkah proses keperawatan klien risiko bunuh diri
a) Melakukan pengkajian risiko bunuh diri

134
b) Menyusun diagnosis keperawatan risiko bunuh diri
c) Melakukan tindakan keperawatan kepada klien risiko bunuh diri
d) Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga klien risiko bunuh
diri
e) Mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam merawat klien
risiko bunuh diri
f) mendokumentasikan asuhan keperawatan klien dengan risiko bunuh
diri
g) Mempraktikkan asuhan keperawatan klien dengan risiko bunuh diri

3. PENGERTIAN
Risiko bunuh diri adalah rentan terhadap menyakiti diri sendiri dan cedera
yang mengancam jiwa (NANDA-1, 2018). Tindakan mengakhiri hidupnya
berupa isyarat, ancaman dan percobaan bunuh diri (Stuart, Keliat, Pasaribu,
2016). Berisiko melakukan upaya menyakiti diri sendiri untuk mengakhiri
kehidupan (SDKI, 2016).

4. PENYEBAB
a. Stres yang berlebihan
b. Gangguan konsep diri
c. Kehilangan dukungan sosial
d. Kejadian negatif dalam hidup
e. Penyakit kritis
f. Kesulitan ekonomi
g. Korban kekerasan
h. Riwayat bunuh diri individu dan atau keluarga
i. Gangguan perilaku (mis. euforia mendadak setelah depresi, perilaku
mencari senjata berbahaya, membeli obat dalam jumlah banyak, membuat
surat warisan)
j. Demografi (mis. lansia, status perceraian, ekonomi rendah, pengangguran)
k. Gangguan psikologis (mis. penganiayaan masa kanak-kanak, riwayat
bunuh diri sebelumnya, remaja homoseksual, gangguan psikiatrik,
penyalahgunaan zat)

135
5. PROSES TERJADINYA MASALAH
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor Biologis
Faktor-faktor biologis yang berkaitan dengan adanya faktor herediter,
riwayat bunuh diri, riwayat penggunaan NAPZA, riwayat penyakit fisik,
nyeri kronik, dan penyakit terminal.
2) Faktor Psikologis
klien risiko bunuh diri mempunyai riwayat kekerasan masa kanak-kanak,
riwayat keluarga bunuh diri, homoseksual saat remaja, perasaan bersalah,
kegagalan dalam mencapai harapan, gangguan jiwa.
3) Faktor Sosial Budaya
Faktor sosial budaya yang berkaitan dengan risiko bunuh diri antara lain
perceraian, perpisahan, hidup sendiri dan tidak bekerja.
b. Faktor Presipitasi
Faktor pencetus risiko bunuh diri meliputi: perasaan terisolasi karena
kehilangan hubungan interpersonal/gagal melakukan hubungan yang
berarti, kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres,
perasaan marah/bermusuhan. Bunuh diri dapat merupakan cara klien
menghukum diri sendiri, cara untuk mengakhiri keputusasaan.

6. TANDA DAN GEJALA


a. Mayor
1) Subjektif
a) Mengungkapkan kata-kata seperti “Tolong jaga anak-anak karena
saya akan pergi jauh!” atau “segala sesuatu akan lebih baik tanpa
saya”.
b) Mengungkapkan kata-kata “Saya mau mati”, “jangan tolong saya‟,
“biarkan saya”, “saya tidak mau ditolong”.
c) Memberikan ancaman akan melakukan bunuh diri
d) Mengungkapkan ingin mati
e) Mengungkapkan rencana ingin mengakhiri hidup.
2) Objektif
a) Murung, tak bergairah
b) Banyak diam
c) Menyiapkan alat untuk melakukan rencana bunuh diri
d) Membenturkan kepala
e) Menjatuhkan kepala dari tempat yang tinggi

136
f) Melakukan percobaan bunuh diri secara aktif dengan berusaha
memotong nadi, menggantung diri, meminum racun.
Pengkajian dengan menggunakan SIRS (Suicidal Intervention Rating
Scale) (Stuart & Sundeen, 1987, dalam Kelait, B.A., 1991):
Skor 0 : Tidak ada bunuh diri yang lalu dan sekarang
Skor 1 : Tidak ada ide, ancaman dan percobaan bunuh diri
Skor 2 : Ada id dan pikiran bunuh diri tapi tidak ada ancaman dan
percobaan
Skor 3 : Ada ancaman bunuh diri
Skor 4 : Ada percobaan bunuh diri
b. Minor
1) Subjektif
a) Mengungkapkan isyarat untuk melakukan bunuh diri, tetapi tidak
disertai dengan ancaman
b) Melakukan bunuh diri ataupun percobaan bunuh diri
c) Mengungkapkan perasaan bersalah, sedih, marah, putus asa, atau
tidak berdaya
d) Mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang
menggambarkan harga diri rendah
2) Objektif
a) Kontak mata kurang
b) Tidur kurang
c) Mondar-mandir
d) Banyak melamun
e) Terlihat sedih
f) Menangis terus-menerus

7. KONDISI KLINIS TERKAIT


a. Depresi
b. Skizofrenia
c. Penyalahgunaan NAPZA
d. Penyakit Terminal
e. Sindrom otak akut/kronis
f. Ketidakseimbangan hormon (mis. premenstrual syndrome, postpartum
psychosis)
g. Penyakit kronis/terminal (mis. kanker)
h. Post traumatic stres disorder (PTSD)

137
8. TUJUAN ASUHAN KEPERWATAN
a. Kognitif, klien mampu:
1) Menyebutkan penyebab risiko bunuh diri
2) Menyebutkan tanda dan gejala risiko bunuh diri
3) Menyebutkan akibat yang ditimbulkan bunuh diri
4) Menetapkan harapan dan masa depan
5) Menyebutkan aspek positif dan kemampuan diri sendiri, keluarga dan
kelompok
b. Psikomotor, klien mampu:
1) Mengendalikan lingkungan yang aman
2) Melatih diri berpikir positif dan afirmasi positif
3) Menggunakan kelompok untuk bercakap-cakap dalam menyelesaikan
masalah
4) Melakukan aspek positif dalam mencapai harapan dan masa depan
c. Afektif, klien mampu:
1) Merasakan manfaat diri sendiri
2) Membedakan perasaan sebelum dan sesudah latihan
3) Merasa hidup lebih optimis

9. PROSES KEPERAWATAN RISIKO BUNUH DIRI


a. Pengkajian Risiko Bunuh Diri
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada
klien. Tanda dan Gejala risiko bunuh diri dapat ditemukan dengan
wawancara, melalui pertanyaan sebagai berikut:
1) Bagaimana perasaan klien saat ini?
2) Bagaimana penilaian klien tentang dirinya?
3) Apakah klien punya pikiran untuk mati?
4) Berapa sering muncul pikiran untuk mati?
5) Kapan terakhir berpikir untuk mati?
6) Apakah klien pernah mencoba melakukan percobaan bunuh diri? Sudah
berapa kali? Kapan terakhir melakukan? Dengan apa klien melakukan
percobaan bunuh diri? Apa yang menyebabkan klien ingin melakukan
percobaan bunuh diri?
7) Apakah saat ini masih berpikir untu melakukan perilaku bunuh diri?
Tanda dan gejala yang dapat ditemukan melalui observasi adalah:
a) Klien tampak murung
b) Klien tidak bergairah

138
c) Klien tampak banyak diam
d) Ditemukan adanya bekas percobaan bunuh diri
b. Diagnosis Keperawatan Dengan Klien Risiko Bunuh Diri
Langkah berikutnya adalah merumuskan diagnosis keperawatan.
Diagnosis keperawatan dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala yang
diperoleh pada pengkajian. Berdasarkan data-data tersebut dapat
ditegakkan diagnosis keperawatan:
Risiko Bunuh Diri
c. Tindakan Keperawatan Risiko Bunuh Diri
Tindakan keperawatan untuk mengatasi risiko bunuh diri, dilakukan
terhadap klien dan keluarga (pelaku rawat). Saat melakukan pelayanan di
puskesmas dan kunjungan rumah, perawat menemui keluarga (pelaku
rawat), terlebih dahulu sebelum menemui klien. Bersama keluarga (pelaku
rawat), perawat mengidentifikasi masalah yang dialami klien untuk
melakukan pengkajian dan melatih satu cara untuk mengatasi masalah
yang dialami klien.
Jika klien telah mendapatkan terapi spikofarmako, maka hal pertama
yang dilatih perawat adalah tentang pentingnya kepatuhan minum obat.
Setelah perawat selesai melatih klien, maka perawat kembali menemui
keluarga (pelaku rawat) dan melatih keluarga (pelaku rawat) untuk
merawat klien, serta menyampaikan hasil tindakan yang telah dilakukan
terhadap klien dan tugas yang diperlukan keluarga lakukan yaitu untuk
mengingatkan klien melatih kemampuan mengatasi masalah yang telah
diajarkan oleh perawat.
Tindakan keperawatan untuk klien dan keluarga dilakukan pada setiap
pertemuan, minimal empat kali pertemuan dan dilanjutkan sampai klien
dan keluarga mampu mengatasi risiko bunuh diri.
1) Tindakan Pada Klien
a) Pengkajian: Kaji tanda dan gejala risiko bunuh diri, penyebab dan
kemampuan mengatasinya
b) Diagnosis: jelaskan proses terjadinya risiko bunuh diri dan akibatnya
serta skor skala intervensi bunuh diri
c) Tindakan Keperawatan:
i. Mengamankan lingkungan dari risiko bunuh diri (lingkungan
aman)
ii. Membangun harapan dimasa depan
- Diskusikan tujuan dari kehidupan

139
- Diskusikan membangun harapan terkait diri sendiri, orang
yang berarti dalam hidupnya
- Diskusikan cara dan tekad untuk mencapai harapan dan
masa depan
- Latih untuk mencapai harapan dan masa depan
iii. Latih cara mengendalikan dorongan bunuh diri
- Diskusikan dan buat daftar aspek positif diri dan lakukan
afirmasi positif
- Diskusikan dan buat daftar aspek positif dari orang yang
berarti dalam hidup dan lakukan afirmasi positif
- Diskusikan dan buat daftar aspek positif dari lingkungan dan
lakukan afirmasi positif
- Latih semua aspek positif yang dimiliki: dari dari sendiri,
orang yang berarti
- Latih mengevaluasi perasaan dan pikiran atas keberhasilan
latihan
- Berikan motivasi untuk membangun harapan dan
mengendalikan dorongan bunuh diri
iv. Minta klien menghubungi care giver (keluarga) dan tenaga
kesehatan jika tidak dapat mengendalikan dorongan bunuh diri
v. Berikan pengawasan ketat dan terkendali jika klien tidak dapat
mengendalikan dorongan bunuh diri(perawatan intensif)
Tingkat observasi Risiko Bunuh Diri (Appleby, et al., 2015)
Level Observasi
Skor 1 Observasi umum minimal setiap 60 menit
Skor 2 Observasi intermiten setia 15-30 menit
Skor 3 Observasi konstan setiap saat pagi-siang-malam
Skor 4 Observasi ketat dan melekat setiap saat (selalu bersama-sama)
2) Tindakan Pada Keluarga
a) Kaji masalah klien yang dirasakan keluarga dalam merawat klien
b) Menjelaskan proses terjadinya risiko bunuh diri pada klien
c) Mendiskusikan cara merawat risiko bunuh diri dan memutuskan cara
merawat sesuai dengan kondisi klien
d) Melatih keluarga cara merawat risiko bunuh diri:

140
i. Menyediakan lingkungan yang aman dari risiko bunuh diri antara
lain menjauhkan alat-alat yang berbahaya yang dapat melukai
diri.
ii. Memberikan pujian atas semua aspek positif klien, hindari
menyampaikan aspek negatif dan kekurangan
iii. Berdiskusi tentang harapan dan masa depan
iv. Memotivasi dan membimbing klien melakukan kegiatan sesuai
dengan asuhan yang telah diberikan perawat
v. Mendampingi klien sampai melakukan kegiatan positif
e) Melibatkan seluruh anggota keluarga menciptakan suasana positif:
saling memuji, mendukung dan memuji
f) Menjelaskan tanda dan gejala risiko bunuh diri(tidak dapat
mengendalikan dorongan bunuh diri) memerlukan rujukan segera
serat melakukan follow up ke pelayanan kesehatan secara teratur
3) Tindakan Pada Kelompok
Terapi aktivitas kelompok (TAK) dan kelompok self-help group)
4) Tindakan Kolaborasi
a) Melakukan kolaborasi dengan dokter menggunakan pendekatan
ASBAR dan TbaK.
b) Memberikan program terapi dokter (obat): edukasi 8 benar sesuai
konsep safety pemberian obat
c) Mengobservasi manfaat dan efek samping obat
5) Discharge Planning
a) Menjelaskan rencana persiapan pasca-rawat di rumah untuk
memandirikan klien
b) Menjelaskan rencana tindak lanjut perawatan dan pengobatan
c) Melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan
d. Evaluasi
1) Penurunan tanda dan gejala risiko bunuh diri
2) Peningkatan kemampuan meningkatkan risiko bunuh diri
3) Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat klien
e. Rencana Tindak Lanjut
1) Rujuk klien dan keluarga ke fasilitas praktik mandiri perawat spesialis
keperawatan jiwa

141
2) Rujuk klien dan keluarga ke case manager di fasilitas pelayanan kesehatan
primer di puskesmas, pelayanan kesehatan sekunder dan tersier di rumah
sakit
3) Rujuk klien dan keluarga ke kelompok pendukung, kader kesehatan jiwa,
kelompok swabantu dan fasilitas rehabilitasi psikososial yang tersedia di
masyarakat.

10. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DENGAN


KLIEN RISIKO BUNUH DIRI
Pertemuan ke-1 Klien (setiap melakukan tindakan strategi pelaksanaan
(SP), perawat harus melakukan sesuai dengan tahapan-tahapan yang akan
dilakukan)
a. Orientasi
1) Salam
Mengucap salam, memperkenalkan nama perawat dan pekerjaan/berasal
dari mana, menanyakan nama kepanjangan klien, nama panggilan, tanggal
lahir.
2) Evaluasi
Menanyakan bagaimana perasaan klien. Dan berapa lama sudah merasakan
perasaan seperti itu.
3) Validasi
Menanyakan apa yang dilakukan untuk mengatasi masalah itu dan apakah
berhasil.
4) Kontrak
a) Topik dan tujuan
Perawat membicarakan penyebab yang terjadi pada klien dan cara
mengatasinya, serta tujuan dari tindakan yang akan dilakukan.
b) Waktu
Perawat menanyakan berapa lama waktunya, dan apakah setuju
dengan waktu yang disepakati.
c) Tempat
Perawat menanyakan di mana tempatnya.
b. Kerja
1) Pengkajian
a) Penyebab
Tanyakan pada klien apa yang menyebabkan tidak ada harapan?

142
b) Tanda dan Gejala
Tanyakan apa yang dirasakan klien akibat peristiwa tersebut
(sebutkan peristiwa penyebabnya? Apakah ada keinginan yang diluar
pikiran kita? Apakah pernah menyampaikan ancaman akan contoh:
bunuh diri?
Apakah pernah mencoba....??
2) Diagnosis
Perawat menyimpulkan hasil dari percakapan dengan klien. Dan
perawat memberi motivasi kepada klien untuk bangkit kembali. Dan
menilai atau memasukkan skor 2 atau (pilih salah satu, contoh Ide bunuh
diri, percobaan atau?)
3) Tindakan
Perawat membantu klien untuk mencegah terjadinya bunuh diri:
kemudian perawat bersama klien bersama-sama melakukan latihan.
a) Latihan cara menyusun rencana masa depan.
b) Mendiskusikan lingkungan yang aman
Perawat menjelaskan kepada klien nilai skor dari kasus yang
dialami(risiko bunuh diri). Kemudian perawat melakukan observasi
meminta waktu klien selama 15-30 menit, diharapkan klien berupaya
untuk tidak melakukannya dan jika klien ada memiliki dorongan yang
tidak dapat dikendalikan segera klien sampaikan kepada perawat atau
keluarga yang ada di rumah.
c) Membangun harapan dan masa depan
Perawat dan klien bersama-sama berdiskusi tentang cita-cita atau
harapan masa depan beri pujian. Kemudian menanyakan kepada klien
apa yang dapat dilakukan klien untuk mencapai cita-cita dan harapan
masa depan.
d) Diskusikan cara mencapai harapan dan masa depan
Kemudian perawat menanyakan apa yang klien lakukan dalam
mencapainya? Kemudian mencatat di buku catatan. Dari semua
kegiatan dan harapan ini, mana yang klien pilih dan lakukan terlebih
dahulu. Kemudian bersama perawat menyusun langkah-langkah untuk
mencapai harapan. Contohnya: pertama minum obat, kedua
melakukan berpikir positif terhadap diri, keluarga dan lingkungan.
Ketiga...dan seterusnya.

143
e) Latih cara-cara mencapai harapan dan masa depan secara bertahap
(setahap demi setahap)
- Perawat dan klien bersama mengajarkan bagaimana langkah-
langkah dalam melakukan kegiatan tersebut.
- Untuk obat akan perawat jelaskan setelah bertemu dengan
dokter. Berpikir positif terhadap diri, keluarga dan lingkungan
apakah sudah dilakukan?
- Untuk kegiatan....mari bersama sama menyusun langkah-
langkahnya.
- Bagus dari yang pertama... kedua... ketiga dan seterusnya. Beri
pujian
f) Jadwal latihan kegiatan dan evaluasi manfaatnya
c. Terminasi
1) Evaluasi Subjektif
Perawat menanyakan kepada klien setelah melakukan kegiatan menyusun
harapan dan rencana masa depan.
2) Evaluasi Objektif
Kemudian perawat mencoba untuk menyebutkan kembali langkah-langkah
mencapai harapan yang dilakukan klien (contohnya: dari mulai minum
obat sampai selesai minum obat sampai sembuh). Kemudian perawat
membuat jadwal kegiatan harian bersama klien.
3) Rencana Tindak Lanjut Klien
Perawat bersama klien memasukan rencana kegiatan dalam jadwal agar
dilakukan setiap hari.
4) Rencana Tindak Lanjut Perawat
Kemudian perawat melakukan kontrak ulang dengan klien untuk bertemu
klien kembali. Mengevaluasi kegiatan yang sudah dilakukan apakah sudah
benar.
5) Salam
Mengucap salam dan terima kasih

11. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DENGAN


KELUARGA RISIKO BUNUH DIRI
Pertemuan ke-I keluarga (setiap melakukan tindakan strategi pelaksanaan
(SP), perawat harus melakukan sesuai dengan tahapan-tahapan yang akan
dilakukan).

144
a. Fase Orientasi
1) Salam
Mengucap salam, memperkenalkan nama perawat dan pekerjaan/berasal
dari mana, menanyakan nama kepanjangan keluarga klien, nama
panggilan, tanggal lahir.
2) Evaluasi
Menanyakan bagaimana perasaan keluarga. Dan adakah dalam keluarga
yang sakit.
3) Validasi
Menanyakan apa yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut dan
apakah sudah dibawa ke pusat pelayanan kesehatan.
4) Kontrak
a) Topik dan tujuan
Perawat akan melakukan pemeriksaan kesehatan supaya dapat
mengetahui kondisi keluarga klien.
b) Waktu
Perawat menanyakan berapa lama waktunya, dan apakah setuju
dengan waktu yang disepakati.
c) Tempat
Perawat menanyakan di mana tempatnya.
b. Fase Kerja
1) Pengkajian
a) Identitas keluarga
Perawat menanyakan pada keluarga klien ingin mendata keluarga
yang tinggal di rumah. Siapa kepala keluarga, siapa nama lengkapnya,
berapa umurnya, pendidikan, alamat rumah dan apakah keluarga ada
yang mempunyai keluhan kesehatan seluruh keluarga (jika ada
sebutkan). Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai riwayat
kesehatan atau penyakit sebelumnya. (jika ada sebutkan). Perawat
juga menanyakan jika ada anggota keluarga yang mengalami keluhan
sudah berapa lama, apa yang dilakukan(klien). Kemudian perawat
memeriksa klien.
b) Pengkajian indikator keluarga sehat (IKS)
Perawat menanyakan apakah anggota keluarga ada mengikuti
kegiatan program pemerintah agar seluruh keluarga sehat.
Keluarga akan menjawab pertanyaan IKS dengan ya atau tidak.
Dan perawat akan memulai?

145
i. Apakah anggota keluarga mengikuti program keluarga
berencana?
ii. Apakah anggota keluarga ada yang melahirkan ke fasilitas
kesehatan?
iii. Apakah anggota keluarga mendapatkan imunisasi dasar lengkap?
iv. Apakah mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan?
v. Apakah balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan?
vi. Apakah anggota keluarga tidak ada yang merokok?
vii. Apakah anggota keluarga menjadi anggota JKN/ BPJS?
viii. Apakah anggota keluarga memiliki akses sarana air bersih?
ix. Apakah keluarga memiliki akses jamban sehat?
x. Apakah anggota keluarga ada yang menderita penyakit TBC?
Jika iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
xi. Apakah anggota keluarga menderita gangguan jiwa? Jika iya,
apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar
dari pelayanan kesehatan?
xii. Apakah anggota keluarga menderita diabetes melitus? Jika iya,
apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar
dari pelayanan kesehatan?
xiii. Apakah anggota keluarga menderita Hipertensi? Jika iya, apakah
sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar dari
pelayanan kesehatan?
xiv. Apakah anggota keluarga menderita kanker? Jika iya, apakah
sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar dari
pelayanan kesehatan?
Kemudian perawat menyimpulkan dan melanjutkan pemeriksaan
terhadap kesehatan jiwa yang dialami keluarga.
c) Pengkajian Self Report Question (SRQ)
Perawat memeriksa kesehatan klien.
i. Apakah klien sering menderita sakit kepala?
ii. Apakah klien kehilangan nafsu makan?
iii. Apakah klien tidur lelap?
iv. Apakah klien mudah menjadi takut?
v. Apakah klien merasa cemas, tegang dan kawatir?
vi. Apakah tangan klien gemetar?
vii. Apakah klien mengalami gangguan pencernaan?

146
viii. Apakah klien merasa sulit berpikir jernih?
ix. Apakah klien merasa tidak bahagia?
x. Apakah klien lebih senang menangis?
xi. Apakah klien merasa sulit untuk menikmati aktivitas sehari-hari?
xii. Apakah klien mengalami kesulitan untuk mengambil keputusan?
xiii. Apakah aktivitas atau tugas sehari-hari ibu terbengkalai?
xiv. Apakah klien merasa tidak mampu berperan dalam kehidupan
ini?
xv. Apakah klien kehilangan minat terhadap banyak hal?
xvi. Apakah klien merasa tidak berharga?
xvii. Apakah klien merasa tidak berharga?
xviii. Apakah klien mempunyai pikiran untuk mengakhiri hidupnya
xix. Apakah klien merasa lelah sepanjang waktu?
xx. Apakah klien merasa tidak enak perut?
xxi. Apakah klien mulai lelah?
xxii. Apakah klien minum alkohol lebih banyak dari biasanya atau
apakah klien menggunakan narkoba?
xxiii. Apakah klien yakin bahwa seseorang mencoba mencelakai klien
dengan cara tertentu?
xxiv. Apakah ada yang mengganggu atau hal yang tidak biasa dalam
pikiran klien?
xxv. Apakah klien pernah mendengar suara tanpa tahu sumbernya
atau orang lain tidak dapat mendengarnya?
xxvi. Apakah keluarga mengalami mimpi yang mengganggu tentang
sesuatu bencana musibah atau adakah saat-saat Anda seolah
mengalami kembali kejadian bencana?
xxvii. Apakah keluarga menghindari kegiatan, tempat, orang atau
pikiran yang mengingatkan Anda akan bencana tersebut?
xxviii.Apakah minat keluarga terhadap teman dan kegiatan yang biasa
keluarga lakukan berkurang?
xxix. Apakah keluarga merasa sangat terganggu jika berada dalam
situasi yang mengingatkan keluarga akan bencana atau jika
memikirkan tentang bencana?
xxx. Apakah keluarga kesulitan memahami atau mengekspresikan
perasaan keluarga?
Kesimpulan: berdasarkan jawaban dari pertanyaan di atas, keluarga
(salah satu) mengalami kecemasan.

147
2) Diagnosis
Perawat menyimpulkan hasil dari pengkajian keluarga klien dan
perawat mengajak keluarga dan klien untuk mengungkapkan dan
mengendalikan agar tidak menimbulkan kerugian.
3) Tindakan Keperawatan
Tindakan yang dilakukan perawat untuk keluarga klien: (tindakan
yang dilakukan keluarga klien dalam menghadapi anak atau istri di dalam
anggota keluarga yang mengalami kecemasan).
a) Tindakan keperawatan pada keluarga.
Untuk mengatasi kecemasan keluarga ada beberapa cara:
i. Latihan teknik relaksasi: tarik napas dalam
- Contohkan: Tarik napas dalam dari hidung tahan sebentar
dan keluarkan dari mulut sambil menghembuskan.
- Dampingi: kemudian keluarga mengikuti perawat
melakukan tarik napas dalam.
- Mandiri: keluarga melakukan sendiri dan perawat
memberikan reward atau reinforcement positif.
ii. Latihan distraksi
Perawat menanyakan kebiasaan keluarga? Apakah suka
menonton tv, membaca koran, mendengarkan musik, ngobrol
dengan orang lain tentang pengalaman yang menyenangkan.
(upayakan waktu terisi dengan kegiatan).
iii. Latihan hipnotis lima jari
- Mulai dengan tarik napas dalam, tutup mata, kosongkan
pikiran. Napas biasa dan fokus ada napas.
- Satukan jempol dengan telunjuk: bayangkan badan sehat, itu
saja bayangkan jangan ada yang lain.
- Satukan jempol dan jari tengah: bayangkan semua orang
yang peduli, perhatian dan sayang pada keluarga, itu saja
bayangkan jangan ada yang lain.
- Satukan jempol dan jari manis: bayangkan saat keluarga
mendapatkan pujian, hadiah, prestasi dan keluarga sangan
senang, itu saja bayangkan jangan ada yang lain.
- Satukan jempol dan kelingking: bayangkan tempat yang
indah-indah atau tempat yang paling indah yang pernah
dikunjungi, ingat bayangkan keluarga ada di sana dan
senang sekali itu saja yang di bayangkan.

148
Kesimpulan perawat: menanyakan bagaimana perasaan keluarga
setelah melakukan latihan. Apakah senang dan berkurang. Kemudian
perawat bersama keluarga membuat jadwal latihan untuk semua kegiatan
yang dilakukan.
c. Kerja (lanjutan)
Perawat bersama keluarga bersama-sama membahas masalah klien.
Dan akan didiskusikan peran keluarga dalam merawat klien.
Tindakan edukasi 5 tahap tugas keluarga.
1) Keluarga mampu mengenal masalah
Perawat melakukan pemeriksaan masalah kesehatan pada
keluarga.Kemudian perawat menjelaskan kepada keluarga peristiwa atau
masalah yang dialami klien ke keluarga yaitu risiko bunuh diri. Keinginan
yang tidak tercapai. Penyebabnya adalah harapan yang tidak tercapai.
2) Keluarga mampu memutuskan masalah
Keluarga perlu mengetahui cara merawatnya dan memutuskan
masalah cara merawat klien, agar cepat pulih.
3) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit
Ada beberapa cara yang perlu dilakukan agar klien tidak melakukan
tindakan yang ditidak diinginkan.
a) Menyediakan lingkungan yang aman
b) Setiap saat ada anggota keluarga yang menemani dan mengawasi
klien
c) Jauhkan semua alat dan cairan berbahaya dari lingkungan
d) Mendiskusikan harapan dan masa depan
e) Tingkatkan harga diri dengan mengakui, memuji, dan membicarakan
kemampuan yang dimiliki klien
f) Membantu melakukan kegiatan sehari-hari dan berikan pujian
g) Mendiskusikan cara mencapai harapan dan masa depan serta putuskan
bersama cara untuk mencapainya
h) Bantu untuk melakukan kegiatan untuk mencapai harapan dan masa
depan
4) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan
Keluarga lainnya juga perlu membuat suasana mendukung untuk
perawatan dan pemulihan klien. Misalnya; keluarga mengajak klien untuk
melakukan kegiatan bersama, memotivasi, membimbing, dan memberikan
pujian terhadap semua hal positif yang telah dilakukan. Hindari kata-kata
yang mengejek dan sikap negatif. Jauhkan dan/simpan dengan aman alat-
alat tajam dan bahan-bahan yang dapat digunakan bunuh diri.

149
5) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
Klien perlu mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa secara teratur,
pilihannya: puskesmas, RSU, RSJ, praktik komunitas dan dokter.
d. Terminasi
1) Evaluasi subjektif
Perawat menanyakan kepada keluarga bagaimana perasaan setelah
melakukan tindakan atau latihan yang terkait masalah kesehatan di dalam
keluarga klien.
2) Evaluasi objektif
Perawat menanyakan kembali masalah kesehatan klien. Bagaimana pula
cara, merawatnya (memperagakannya).
3) Rencana tindak lanjut klien
Anjurkan kepada keluarga jangan lupa mengajak anggota keluarga lain
untuk membantu merawat klien dan membuat suasana nyaman di keluarga.
Perawat memberikan leaflet kepada keluarga.
4) Rencana tindak lanjut perawat
Perawat akan kontak ulang dengan keluarga kembali mengajarkan tentang
pengobatan dan perawatan klien di puskesmas atau rumah sakit.
5) Salam
Perawat mengucap salam dan terima kasih.

REFERENSI
Keliat, B.A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat: CMHN
(Basic Course). Jakarta: EGC.
Keliat, B.A., dkk. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Lundy, K.S. & Janes, S. (2009). Community Health Nursing: Caring for the
Public’s Health. 2 nd ed. Boston: Jones and Bartlett Publisher.
Stuart, G.W. (2013). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. (10th Ed).
Elsevier.
PPSDM Kesehatan. (2012). Modul Pelatihan Keperawatan Kesehatan Jiwa
Masyarakat. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

150
I. HAMBATAN KOMUNIKASI VERBAL
1. DESKRIPSI SINGKAT
Hambatan komunikasi verbal merupakan salah satu konsep komunikasi
terapeutik antara perawat dengan klien dalam berbagai tatanan pelayanan
kesehatan pada berbagai kelompok usia tumbuh kembang. Klien dapat
melakukan komunikasi terapeutik secara verbal dan tidak menghambat
komunikasi dengan klien lain dan perawat.
Buku ini membahas asuhan keperawatan klien dengan hambatan
komunikasi verbal, agar klien dapat melakukan komunikasi dengan baik pada
teman dan keluarga mempunyai kemampuan dalam berkomunikasi.
Asuhan keperawatan gangguan komunikasi verbal yang terdiri dari
pengkajian, diagnosis keperawatan, tindakan keperawatan pada klien dan
keluarga (pelaku rawat), evaluasi kemampuan klien dan keluarga (pelaku rawat)
dan dokumentasi keperawatan.

2. TUJUAN PEMBELAJARAN
a. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu melakukan asuhan
keperawatan hambatan komunikasi verbal.
b. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu:
1) Menjelaskan konsep tentang hambatan komunikasi verbal
2) Menguraikan langkah-langkah proses keperawatan klien hambatan
komunikasi verbal
3) Melakukan pengkajian hambatan komunikasi verbal
4) Menyusun diagnosis keperawatan hambatan komunikasi verbal
5) Melakukan tindakan keperawatan kepada klien hambatan komunikasi
verbal
6) Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga klien hambatan
komunikasi verbal
7) Mengevaluasi kemampuan klien dan keluarga dalam merawat klien
hambatan komunikasi verbal
8) Mendokumentasikan asuhan keperawatan klien dengan hambatan
komunikasi verbal
9) Mempraktikkan asuhan keperawatan klien dengan hambatan komunikasi
verbal

151
3. PENGERTIAN
Hambatan komunikasi verbal merupakan penurunan, pelambatan atau
ketiadaan kemampuan untuk menerima, memproses, mengirim, dan atau
menggunakan sistem simbol (NANDA-1, 2018).

4. PENYEBAB
a. Hambatan fisik (misal, terpasang intubasi, krikotiroidektomi)
b. Hambatan individu (misal, ketakutan, kecemasan, malu, emosional)
c. Hambatan psikologis (mis, gangguan pskotik, gangguan konsep diri,
gangguan emosi, gangguan harga diri rendah)
d. Hambatan lingkungan (mis, ketidakcukupan informasi, ketidaksesuaian
budaya, bahasa asing)

5. TANDA DAN GEJALA


a. Mayor
1) Subjektif
Tidak tersedia karena terganggu ungkapan verbal
2) Objektif
a) Tidak mampu berbicara
b) Menunjukkan respons tidak sesuai (inkoheren)
c) Tidak mau berbicara sama sekali (mutism)
b. Minor
1) Subjektif
Tidak tersedia karena terganggu ungkapan verbal.
2) Objektif
a) Kontak mata tidak ada
b) Sulit memahami komunikasi
c) Sulit mempertahankan komunikasi
d) sulit menggunakan ekspresi wajah dan tubuh
e) Disorientasi orang, tempat dan waktu
f) Menggunakan kata-kata yang berarti simbolik untuk individu tersebut
g) Menggunakan kata-kata yang tidak mempunyai arti dan tidak ada
hubungan
h) Menggunakan kata-kata bersajak dengan bentuk tidak umum
i) Mengulang kata-kata yang didengar
j) Menggunakan kata-kata yang tidak sesuai dengan apa yang
ditanyakan orang lain

152
k) Ketidamampuan berpikir abstrak(mengungkapkan refleksi pikiran
kongkret)
l) Berbicara berbelit-belit tanpa tujuan
m) Tidak ada kontak mata dengan lawan bicara
n) Saat bicara, tiba-tiba berhenti dan meneruskan kembali berbicara
tetapi tidak ada hubungannya dengan pembicaraan awa.

6. KONDISI KLINIS TERKAIT


a. Skizofrenia
b. Masalah fisik
c. Delusi
d. Autism

7. TUJUAN ASUHAN KEPERAWATAN


a. Kognitif, klien mampu:
1) Mengenali lawan bicara
2) Memahami ketidakmampuannya berkomunikasi
b. Psikomotor, klien mampu:
1) Menginterpretasikan perasan orang lain dengan tepat
2) Berinteraksi dengan bahasa nonverbal
3) Berinteraksi dengan bahasa verbal
c. Afektif, klien mampu:
1) Mengekspresikan perasaan senang secara nonverbal saat berkomunikasi
2) Mengekspresikan perasaan tidak senang secara nonverbal saat
berkomunikasi

8. PROSES KEPERAWATAN HAMBATAN KOMUNIKASI


VERBAL
a. Pengkajian Hambatan Komunikasi Verbal
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara pada pasien.
Tanda dan Gejala hambatan komunikasi verbal dapat ditemukan
dengan wawancara, melalui pertanyaan sebagai berikut:
1) Bagaimana gangguan komunikasi verbal klien?
2) Bagaimana klien saat berkumpul dengan teman atau keluarga?
3) Apa kemampuan yang dimiliki klien dalam hambatan komunikasi verbal?
4) Apa yang menyebabkan terjadinya hambatan komunikasi verbal?

153
b. Diagnosis Keperawatan dengan Klien Hambatan Komunikasi Verbal
Langkah berikutnya adalah merumuskan diagnosis keperawatan.
Diagnosis keperawatan dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala yang
diperoleh pada pengkajian. Berdasarkan data-data tersebut dapat
ditegakkan diagnosis keperawatan:
Hambatan Komunikasi Verbal
c. Tindakan Keperawatan Hambatan Komunikasi Verbal
Tindakan keperawatan untuk mengatasi hambatan komunikasi verbal,
dilakukan terhadap klien dan keluarga (pelaku rawat). Saat melakukan
pelayanan di puskesmas dan kunjungan rumah, perawat menemui keluarga
(pelaku rawat), terlebih dahulu sebelum menemui klien. Bersama keluarga
(pelaku rawat), perawat mengidentifikasi masalah yang dialami klien
untuk melakukan pengkajian dan melatih satu cara untuk mengatasi
masalah yang dialami klien.
Jika klien telah mendapatkan terapi spikofarmako, maka hal pertama
yang dilatih perawat adalah tentang pentingnya kepatuhan minum obat.
Setelah perawat selesai melatih klien, maka perawat kembali menemui
keluarga (pelaku rawat) dan melatih keluarga (pelaku rawat) untuk
merawat klien, serta menyampaikan hasil tindakan yang telah dilakukan
terhadap klien dan tugas yang diperlukan keluarga lakukan yaitu untuk
mengingatkan klien melatih kemampuan mengatasi masalah yang telah
diajarkan oleh perawat.
Tindakan keperawatan untuk klien dan keluarga dilakukan pada setiap
pertemuan, minimal empat kali pertemuan dan dilanjutkan sampai klien
dan keluarga mampu mengatasi hambatan komunikasi verbal.
1) Tindakan Pada Klien
a) Pengkajian: Kaji tanda dan gejala, penyebab dan kemampuan yang
dimiliki klien
b) Diagnosis: jelaskan proses terjadinya gangguan komunikasi verbal.
c) Tindakan keperawatan:
i. Orientasi realitas
- Setiap berorientasi sebutkan nama perawat, panggil nama
klien sampaikan waktu (jam, tanggal, bulan dan tahun) dan
tempat berada.
- Perkenalkan orang yang berada di sekitar klien
- Tanyakan atau sebutkan nama-nama orang tua, adik dan
kakak suami/istri, anak dan teman dekat

154
ii. Gunakan komunikasi verbal dan nonverbal
iii. Penuhi kebutuhan klien disertai komunikasi verbal dan nonverbal
iv. Lindungi keselamatan klien
v. Latih komunikasi secara bertahap dari simpel ke kompleks

2) Tindakan Pada Keluarga


a) Kaji masalah klien yang dirasakan keluarga dalam merawat klien
b) Menjelaskan proses terjadinya hambatan komunikasi verbal
c) Mendiskusikan cara merawat hambatan komunikasi verbal dan
memutuskan cara merawat
d) Melatih keluarga cara merawat:
i. Melakukan orientasi realitas: orang, waktu dan tempat
ii. Berbicara dengan mengombinasikan komunikasi verbal dan
nonverbal
iii. Bantu pemenuhan kebutuhan dengan selalu menyertakan
komunikasi verbal dan nonverbal
iv. Lindungi keselamatan klien
v. Memberikan pujian setiap keberhasilan klien.
vi. Melibatkan seluruh anggota keluarga menciptakan suasana
keluarga yang nyaman
vii. Melakukan kegiatan bersama: makan, minum, rekreasi bersama,
mendengarkan musik bersama, beribadah bersama.
viii. Berikan pujian setiap keberhasilan klien.
ix. Menjelaskan tanda dan gejala yang memerlukan rujukan segera
serta melakukan follw up ke pelayanan kesehatan secara teratur
3) Tindakan Pada Kelompok Lain
a) Terapi aktivitas kelompok: stimulasi sensoris
i. Sesi 1: mendengarkan musik
ii. Sesi 2: menggambar
iii. Sesi 3: menonton tv/video
b) Terapi aktivitas kelompok: orientasi realita
i. Sesi 1: pengenalan orang
ii. Sesi 2: pengenalan tempat
iii. Sesi 3: pengenalan waktu
4) Tindakan Kolaborasi
a) Melakukan kolaborasi dengan dokter menggunakan pendekatan
ASBAR dan TbaK.

155
b) Memberikan program terapi dokter (obat): edukasi 8 benar sesuai
konsep safety pemberian obat
c) Mengobservasi manfaat dan efek samping obat
5) Discharge Planning
a) Menjelaskan rencana persiapan pasca-rawat di rumah untuk
memandirikan klien
b) Menjelaskan rencana tindak lanjut perawatan dan pengobatan
c) Melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan
d. Evaluasi
1) Penurunan tanda dan gejala gangguan komunikasi verbal
2) Peningkatan kemampuan meningkatkan gangguan komunikasi verbal
3) Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat klien
e. Rencana Tindak Lanjut
1) Rujuk klien dan keluarga ke fasilitas praktik mandiri perawat spesialis
keperawatan jiwa
2) Rujuk klien dan keluarga ke case manager di fasilitas pelayanan kesehatan
primer di puskesmas, pelayanan kesehatan sekunder dan tersier di rumah
sakit
3) Rujuk klien dan keluarga ke kelompok pendukung, kader kesehatan jiwa,
kelompok swabantu dan fasilitas rehabilitasi psikososial yang tersedia di
masyarakat.

9. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DENGAN


KLIEN HAMABATAN KOMUNIKASI VERBAL
Pertemuan ke-1 Klien (setiap melakukan tindakan strategi pelaksanaan
(SP), perawat harus melakukan sesuai dengan tahapan-tahapan yang akan
dilakukan)
a. Orientasi
1) Salam
Mengucap salam, memperkenalkan nama perawat dan pekerjaan/berasal
dari mana, menanyakan nama kepanjangan klien, nama panggilan, tanggal
lahir.
2) Evaluasi
Menanyakan bagaimana perasaan klien. Dan berapa lama sudah merasakan
perasaan seperti itu.

156
3) Validasi
Menanyakan apa yang dilakukan untuk mengatasi masalah itu dan apakah
berhasil.
4) Kontrak
a) Topik dan tujuan
Perawat membicarakan penyebab yang terjadi pada klien dan cara
mengatasinya, serta tujuan dari tindakan yang akan dilakukan.
b) Waktu
Perawat menanyakan berapa lama waktunya, dan apakah setuju
dengan waktu yang disepakati.
c) Tempat
Perawat menanyakan di mana tempatnya.
b. Kerja
1) Pengkajian
- Perawat menanyakan kepada klien apakah sebelumnya jarang
melakukan komunikasi. Jika iya sudah berapa lama?
- Tanyakan sudah berapa lama klien sakit? Sebelumnya berobat ke
mana?
- Apakah ada riwayat penyakit sebelumnya, penyakit fisik(misal sakit
panas hingga kejang-kejang), jika ya tanyakan kapan?
- Apakah klien pernah jatuh dari tempat ketinggian atau kecelakaan,
pingsan jika iya tanyakan kapan?
- Apakah klien pernah menggunakan NAPZA, jika iya kapan dan apa
jenisnya?
- Apakah klien memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan
kapan itu terjadi?
- Tanyakan apakah klien merupakan orang yang cemas, mudah marah
dan mudah tersinggung atau menutup diri
2) Diagnosis
Perawat menyimpulkan hasil dari percakapan dengan klien. Dan perawat
memberi motivasi kepada klien untuk bangkit kembali. Dengan diagnosa
yang telah di sebutkan sesuai dengan pengkajian.
3) Tindakan
Perawat akan melatih klien untuk berbicara langsung, dengan isyarat dan
menulis.
a) Latihan cara menyusun rencana masa depan.

157
b) Latihan orientasi orang, waktu dan tempat
Perawat menanyakan siapa nama perawat, kemudian perawat
mengatakan kepada klien sebagai penanggung jawab klien untuk hari
ini, jika ada keperluan klien boleh menanyakan kepada perawat.
Panggil nama klien setiap bertemu?
Jelaskan nama-nama orang di sekitar?
c) Latih klien mengenali orang dengan cara menunjuk: tanyakan yang
mana perawat yang menjaga klien atau merawat klien? Tunjukkan?
d) Orientasi Waktu
Jelaskan jam, hari, tanggal, bulan, dan tahun.
Latih klien melihat jam dan kalender.
e) Orientasi Tempat
Jelaskan tempat-tempat di sekitar klien.
Latih klien mengenali tempat dengan cara: mana kamar mandi? Klien
untuk menunjukkan?
f) Latih komunikasi verbal dan nonverbal (isyarat)
Apakah klien sudah makan? Latih untuk melakukan bicara verbal dan
isyarat.
g) Latih untuk melakukan kegiatan dan pemenuhan kebutuhan dengan
menggunakan bahasa verbal dan nonverbal
Apakah klen sudah mandi? Latih menjawab verbal, tulis dan isyarat.
Klien ingin mandi jam berapa? Latih menjawab verbal, tulis, isyarat
dengan menunjuk jam.
c. Terminasi
1) Evaluasi Subjektif
Perawat menanyakan kepada perasaan klien setelah melakukan kegiatan
latihan.
2) Evaluasi Objektif
Kemudian perawat mencoba untuk menyebutkan kembali langkah-langkah
dan latih menjawab dengan verbal, isyarat dan tulisan.
3) Rencana Tindak Lanjut Klien
Perawat bersama klien memasukan rencana kegiatan dalam jadwal agar
dilakukan setiap hari.
4) Rencana Tindak Lanjut Perawat
Kemudian perawat melakukan kontrak ulang dengan klien untuk bertemu
klien kembali. Mengevaluasi kegiatan yang sudah dilakukan apakah sudah
benar.

158
5) Salam
Mengucap salam dan terima kasih

10. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DENGAN


KELUARGA HAMBATAN KOMUNIKASI VERBAL
Pertemuan ke-I keluarga (setiap melakukan tindakan strategi pelaksanaan
(SP), perawat harus melakukan sesuai dengan tahapan-tahapan yang akan
dilakukan).
a. Fase Orientasi
1) Salam
Mengucap salam, memperkenalkan nama perawat dan pekerjaan/berasal
dari mana, menanyakan nama kepanjangan keluarga klien, nama
panggilan, tanggal lahir.
2) Evaluasi
Menanyakan bagaimana perasaan keluarga. Dan adakah dalam keluarga
yang sakit.
3) Validasi
Menanyakan apa yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut dan
apakah sudah dibawa ke pusat pelayanan kesehatan.
4) Kontrak
a) Topik dan tujuan
Perawat akan melakukan pemeriksaan kesehatan supaya dapat
mengetahui kondisi keluarga klien.
b) Waktu
Perawat menanyakan berapa lama waktunya, dan apakah setuju
dengan waktu yang disepakati.
c) Tempat
Perawat menanyakan di mana tempatnya.
b. Fase Kerja
1) Pengkajian
a) Identitas keluarga
Perawat menanyakan pada keluarga klien ingin mendata keluarga
yang tinggal di rumah. Siapa kepala keluarga, siapa nama lengkapnya,
berapa umurnya, pendidikan, alamat rumah dan apakah keluarga ada
yang mempunyai keluhan kesehatan seluruh keluarga (jika ada
sebutkan). Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai riwayat
kesehatan atau penyakit sebelumnya. (jika ada sebutkan). Perawat

159
juga menanyakan jika ada anggota keluarga yang mengalami keluhan
sudah berapa lama, apa yang dilakukan (klien). Kemudian perawat
memeriksa klien.
b) Pengkajian indikator keluarga sehat (IKS)
Perawat menanyakan apakah anggota keluarga ada mengikuti
kegiatan program pemerintah agar seluruh keluarga sehat.
Keluarga akan menjawab pertanyaan IKS dengan ya atau tidak.
Dan perawat akan memulai?
i. Apakah anggota keluarga mengikuti program keluarga
berencana?
ii. Apakah anggota keluarga ada yang melahirkan ke fasilitas
kesehatan?
iii. Apakah anggota keluarga mendapatkan imunisasi dasar lengkap?
iv. Apakah mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan?
v. Apakah balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan?
vi. Apakah anggota keluarga tidak ada yang merokok?
vii. Apakah anggota keluarga menjadi anggota JKN/ BPJS?
viii. Apakah anggota keluarga memiliki akses sarana air bersih?
ix. Apakah keluarga memiliki akses jamban sehat?
x. Apakah anggota keluarga ada yang menderita penyakit TBC?
Jika iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
xi. Apakah anggota keluarga menderita gangguan jiwa? Jika iya,
apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar
dari pelayanan kesehatan?
xii. Apakah anggota keluarga menderita diabetes melitus? Jika iya,
apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar
dari pelayanan kesehatan?
xiii. Apakah anggota keluarga menderita Hipertensi? Jika iya, apakah
sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar dari
pelayanan kesehatan?
xiv. Apakah anggota keluarga menderita kanker? Jika iya, apakah
sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar dari
pelayanan kesehatan?
Kemudian perawat menyimpulkan dan melanjutkan pemeriksaan
terhadap kesehatan jiwa yang dialami keluarga.

160
c) Pengkajian Self Report Questionarre (SRQ)
Perawat memeriksa kesehatan klien.
i. Apakah klien sering menderita sakit kepala?
ii. Apakah klien kehilangan nafsu makan?
iii. Apakah klien tidur lelap?
iv. Apakah klien mudah menjadi takut?
v. Apakah klien merasa cemas, tegang dan kawatir?
vi. Apakah tangan klien gemetar?
vii. Apakah klien mengalami gangguan pencernaan?
viii. Apakah klien merasa sulit berpikir jernih?
ix. Apakah klien merasa tidak bahagia?
x. Apakah klien lebih senang menangis?
xi. Apakah klien merasa sulit untuk menikmati aktivitas sehari-hari?
xii. Apakah klien mengalami kesulitan untuk mengambil keputusan?
xiii. Apakah aktivitas atau tugas sehari-hari ibu terbengkalai?
xiv. Apakah klien merasa tidak mampu berperan dalam kehidupan
ini?
xv. Apakah klien kehilangan minat terhadap banyak hal?
xvi. Apakah klien merasa tidak bahagia?
xvii. Apakah klien merasa tidak berharga?
xviii. Apakah klien mempunyai pikiran untuk mengakhiri hidupnya
xix. Apakah klien merasa lelah sepanjang waktu?
xx. Apakah klien merasa tidak enak perut?
xxi. Apakah klien mulai lelah?
xxii. Apakah klien minum alkohol lebih banyak dari biasanya atau
apakah klien menggunakan narkoba?
xxiii. Apakah klien yakin bahwa seseorang mencoba mencelakai klien
dengan cara tertentu?
xxiv. Apakah ada yang mengganggu atau hal yang tidak biasa dalam
pikiran klien?
xxv. Apakah klien pernah mendengar suara tanpa tahu sumbernya
atau orang lain tidak dapat mendengarnya?
xxvi. Apakah keluarga mengalami mimpi yang mengganggu tentang
sesuatu bencana musibah atau adakah saat-saat Anda seolah
mengalami kembali kejadian bencana?
xxvii. Apakah keluarga menghindari kegiatan, tempat, orang atau
pikiran yang mengingatkan Anda akan bencana tersebut?

161
xxviii.Apakah minat keluarga terhadap teman dan kegiatan yang biasa
keluarga lakukan berkurang?
xxix. Apakah keluarga merasa sangat terganggu jika berada dalam
situasi yang mengingatkan keluarga akan bencana atau jika
memikirkan tentang bencana?
xxx. Apakah keluarga kesulitan memahami atau mengekspresikan
perasaan keluarga?
Kesimpulan: berdasarkan jawaban dari pertanyaan di atas, keluarga
(salah satu) mengalami kecemasan.
2) Diagnosis
- Perawat menyimpulkan hasil dari pengkajian keluarga klien dan
perawat mengajak keluarga dan klien untuk melakukan pemeriksaan
- Keluarga sedang mengalami kecemasan
- Klien mengalami gangguan komunikasi verbal
- Anggota keluarga lain tidak ada masalah, mereka sehat
3) Tindakan Keperawatan
Tindakan yang dilakukan perawat untuk keluarga klien: (tindakan
yang dilakukan keluarga klien dalam menghadapi anak atau istri di dalam
anggota keluarga yang mengalami kecemasan).
a) Tindakan keperawatan pada keluarga.
Untuk mengatasi kecemasan keluarga ada beberapa cara:
i. Latihan teknik relaksasi: tarik napas dalam
- Contohkan: Tarik napas dalam dari hidung tahan sebentar
dan keluarkan dari mulut sambil menghembuskan.
- Dampingi: kemudian keluarga mengikuti perawat
melakukan tarik napas dalam.
- Mandiri: keluarga melakukan sendiri dan perawat
memberikan reward atau reinforcement positif.
ii. Latihan distraksi
Perawat menanyakan kebiasaan keluarga? Apakah suka
menonton tv, membaca koran, mendengarkan musik, ngobrol
dengan orang lain tentang pengalaman yang menyenangkan.
(upayakan waktu terisi dengan kegiatan).
iii. Latihan hipnotis lima jari
- Mulai dengan tarik napas dalam, tutup mata, kosongkan
pikiran. Napas biasa dan fokus ada napas.

162
- Satukan jempol dengan telunjuk: bayangkan badan sehat, itu
saja bayangkan jangan ada yang lain.
- Satukan jempol dan jari tengah: bayangkan semua orang
yang peduli, perhatian dan sayang pada keluarga, itu saja
bayangkan jangan ada yang lain.
- Satukan jempol dan jari manis: bayangkan saat keluarga
mendapatkan pujian, hadiah, prestasi dan keluarga sangan
senang, itu saja bayangkan jangan ada yang lain.
- Satukan jempol dan kelingking: bayangkan tempat yang
indah-indah atau tempat yang paling indah yang pernah
dikunjungi, ingat bayangkan keluarga ada di sana dan
senang sekali itu saja yang di bayangkan.
Kesimpulan perawat: menanyakan bagaimana perasaan keluarga
setelah melakukan latihan. Apakah senang dan berkurang. Kemudian
perawat bersama keluarga membuat jadwal latihan untuk semua kegiatan
yang dilakukan.
c. Kerja (lanjutan)
Perawat bersama keluarga bersama-sama membahas masalah klien.
Dan akan didiskusikan peran keluarga dalam merawat klien.
Tindakan edukasi 5 tahap tugas keluarga.
1) Keluarga mampu mengenal masalah
Perawat melakukan pemeriksaan masalah kesehatan pada keluarga.
Kemudian perawat menjelaskan kepada keluarga peristiwa atau
masalah yang dialami klien ke keluarga yaitu hambatan komunikasi
verbal. Hambatan komunikasi verbal adalah penurunan, keterlambatan
atau ketiadaan kemampuan untuk berbicara sehingga orang lain tidak dapat
mengerti pembicaraannya.
Penyebabnya: ketakutan, kecemasan, malu, gangguan psikotik,
gangguan konsep diri, gangguan emosi, harga diri rendah, dan faktor
lingkungan (misal, ketidakcukupan informasi, ketidaksesuaian budaya
bahasa asing)
2) Keluarga mampu memutuskan masalah
Keluarga perlu mengetahui cara merawatnya dan memutuskan
masalah cara merawat klien, agar cepat pulih.
3) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit
Ada beberapa cara yang perlu dilakukan agar klien tidak melakukan
tindakan yang ditidak diinginkan.

163
Cara merawat klien dengan membimbing, memotivasi, dan
mendampingi klien, melakukan latihan yang sudah diberikan perawatan.
4) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan
Keluarga lainnya juga perlu membuat suasana mendukung untuk
perawatan dan pemulihan klien. Misalnya; seluruh anggota keluarga untuk
bercakap-cakap dengan klien, dan memberikan pujian atas semua hal
positif dengan klien.
5) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
Klien perlu mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa secara teratur,
pilihannya: puskesmas, RSU, RSJ, praktik komunitas dan dokter.
d. Terminasi
1) Evaluasi subjektif
Perawat menanyakan kepada keluarga bagaimana perasaan setelah
melakukan tindakan atau latihan yang terkait masalah kesehatan di dalam
keluarga klien.
2) Evaluasi objektif
Perawat menanyakan kembali masalah kesehatan klien. Bagaimana pula
cara, merawatnya.(memperagakannya)
3) Rencana tindak lanjut klien
Anjurkan kepada keluarga jangan lupa mengajak anggota keluarga lain
untuk membantu merawat klien dan membuat suasana nyaman di keluarga.
Perawat memberikan leaflet kepada keluarga.
4) Rencana tindak lanjut perawat
Perawat akan kontak ulang dengan keluarga kembali mengajarkan tentang
pengobatan dan perawatan klien di puskesmas atau rumah sakit.
5) Salam
Perawat mengucap salam dan terima kasih.

REFERENSI
Keliat, B.A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat: CMHN
(Basic Course). Jakarta: EGC.
Keliat, B.A., dkk. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Lundy, K.S. & Janes, S. (2009). Community Health Nursing: Caring for the
Public’s Health. 2 nd ed. Boston: Jones and Bartlett Publisher.
Stuart, G.W. (2013). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. (10th Ed).
Elsevier.

164
PPSDM Kesehatan. (2012). Modul Pelatihan Keperawatan Kesehatan Jiwa
Masyarakat. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

J. KETIDAKEFEKTIFAN MANAJEMEN KESEHATAN


1. DESKRIPSI SINGKAT
Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan adalah pola pengaturan dan
pengintegrasian ke dalam kebiasaan terapeutik hidup sehari-hari untuk tindakan
terapeutik terhadap penyakit dan sekuelnya yang tidak memuaskan untuk
memenuhi tujuan kesehatan spesifik (Keliat, dkk., 2019).

2. TUJUAN PEMBELAJARAN
a. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Setelah selesai pembelajaran ini peserta mampu melakukan asuhan
keperawatan ketidakefektifan manajemen kesehatan.
b. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
1) Kognitif klien mampu:
a) Memahami penyakitnya dan faktor risikonya
b) Mengetahui perilaku sehat dan terapeutik
2) Psikomotor, klien mampu:
a) Membuat daftar risiko dan masalah kesehatannya
b) Melakukan cara mengatasi faktor risiko
c) Melakukan perilaku terapeutik untuk mengatasi masalah
kesehatannya.
3) Afektif, klien mampu:
a) Merasakan manfaat latihan yang dilakukan
b) Dapat membedakan perilaku tidak sehat dan sehat

3. PENGERTIAN
Ketidakefektifan manajemen kesehatan adalah pola pengaturan dan
pengintegrasian ke dalam kebiasaan terapeutik hidup sehari-hari untuk tindakan
terapeutik terhadap penyakit dan sekuelnya yang tidak memuaskan untuk
memenuhi tujuan kesehatan spesifik (Keliat, dkk., 2019).

4. PENYEBAB
a. Kurang pengetahuan cara hidup sehat
b. Pola kesehatan keluarga yang tidak terapeutik

165
c. Kurang dukungan sosial
d. Kurang mengenal sistem pelayanan kesehatan yang tersedia
e. Konflik pengambilan keputusan tentang manajemen kesehatan.

5. TANDA DAN GEJALA


a. Mayor
1) Subjektif
a) Mengatakan tidak ada masalah kesehatan
b) Mengatakan bahwa perilaku sehat dan tidak sehat tidak ada bedanya
c) Mengatakan lelah dengan penyakitnya karena sering kambuh
2) Objektif
a) Tidak mampu menjalankan perilaku hidup sehat
b) Gagal mengatasi faktor risiko
c) Gagal melakukan regimen terapeutik
b. Minor
1) Subjektif
a) Mengungkapkan tidak terlalu tertarik dengan perilaku sehat
b) Mengungkapkan sistem pendukung yang tidak setuju
2) Objektif
a) Memiliki riwayat perilaku mencari bantuan kesehatan yang kurang
b) Kurang menunjukkan minat untuk meningkatkan perilaku sehat

6. PROSES KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN


MANAJEMEN KESEHATAN
a. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada
klien dan keluarga. Proses ketidakefektifan manajemen kesehatan bisa
terjadi karena kondisi klinis terkait faktor risiko dan berbagai penyakit
yang dialami (Keliat, dkk., 2019).
b. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala
yang ditemukan pada klien adalah:
“ketidakefektifan manajemen kesehatan”
c. Tindakan Keperawatan Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan
1) Tindakan kepada Klien:
a) Kaji tanda dan gejala ketidakefektifan manajemen kesehatan

166
b) Jelaskan proses terjadinya ketidakefektifan manajemen kesehatan
c) Diskusikan masalah kesehatan, faktor risiko dan manajemen
kesehatan yang perlu dilakukan: daftar faktor risiko masalah
kesehatan
d) Latihan cara mengatasi faktor risiko
e) Latih cara merawat kondisi kesehatan
f) Bantu klien melihat hasil nomor dari 4 dan 5
g) Berikan pujian dan motivasi karena sudah melakukan manajemen
kesehatan
2) Tindakan keperawatan kepada keluarga adalah:
Tindakan keperawatan pada keluarga diberikan kepada pengasuh (care
giver) dari ketidakefektifan manajemen kesehatan, kegiatannya yaitu:
a) Kaji masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien yang
mengalami ketidakefektifan manajemen kesehatan
b) Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya
ketidakefektifan manajemen kesehatan, serta memutuskan cara
merawat.
c) Latih keluarga cara merawat dan mendampingi klien mengatasi
ketidakefektifan manajemen kesehatan sesuai dengan asuhan
keperawatan yang telah diberikan.
d) Latih keluarga menciptakan suasana sebagai sistem pendukung
mengatasi ketidakefektifan manajemen kesehatan.
e) Diskusikan tanda dan gejala ketidakefektifan manajemen kesehatan
yang memerlukan rujukan segera serta menganjurkan follow up ke
fasilitas kesehatan secara teratur.
3) Tindakan Kolaborasi;
a) Melakukan kolaborasi dengan dokter jika ditemukan tanda dan gejala
ketidakefektifan manajemen kesehatan dengan menggunakan ISBAR
dan TbaK.
b) Memberikan terapi dokter (obat) kepada klien: Edukasi 8 benar
prinsip pemberian obat dengan menggunakan konsep safety
pemberian obat.
c) Mengobservasi manfaat dan efek samping obat.
d) Melatih kepatuhan klien minum obat.

167
7. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DIAGNOSIS
KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN MANAJEMEN
KESEHATAN
Komunikasi yang dilakukan saat kunjungan rumah dibagi dalam beberapa
tahap yaitu:
a. Perawat dengan keluarga atau care giver
b. Perawat dengan klien
c. Perawat dengan keluarga atau care giver
Komunikasi akan dilanjutkan di puskesmas, yaitu:
a. Perawat dengan dokter menggunakan ISBAR dan TbaK
b. Perawat dengan klien dan keluarga

8. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DENGAN


KELUARGA
Pertemuan Pertama Keluarga
a. Tahap Orientasi
1) Salam
“Selamat siang, saya Sari, perawat puskesmas Mawar.” “Siapa nama
Bapak?” “Senang dipanggil apa?” “Kami dari Puskesmas akan memeriksa
kesehatan keluarga Bapak.”
2) Evaluasi
“Bagaimana kesehatan anggota keluarga Bapak?” “Apakah keluarga
bapak ada sedang mengalami koping tidak efektif?”
3) Validasi
“Apakah anggota keluarga bapak bisa mengatasi masalah koping tidak
efektif? bagaimana hasilnya?
4) Kontrak
a) Tindakan dan tujuan
“Saya akan melakukan pemeriksaan kesehatan, supaya dapat
mengetahui kondisi kesehatan keluarga Bapak?
b) Tempat
“Bagaimana kalau tempatnya di sini saja ya Pak?”
c) Waktu
“Waktu 30 menit, apakah Bapak setuju?”

168
b. Tahap Kerja
1) Pengkajian
a) Identitas keluarga
“Saya akan mendata keluarga Bapak yang tinggal serumah?”
“Siapa yang menjadi kepala keluarga?” “Apa nama lengkapnya?”
“Berapa umur?” “Apa pendidikan?” “Apa pekerjaan?” “Coba
sebutkan alamat lengkap rumah Bapak?” “Apakah Bapak ada keluhan
kesehatan?”
“Sekarang saya akan mendata istri Bapak, kemudian anak bapak
dan kerabat bapak yang tinggal serumah dengan bapak yang ada di
dalam kartu keluarga bapak.” “Saya akan mencatat nama lengkap,
umur, pendidikan, pekerjaan dan kondisi kesehatan semua anggota
keluarga Bapak.” “Bagaimana kondisi anak bapak?” “Jadi bapak saat
ini keluarga bapak sedang mengalami ketidakefektifan manajemen
kesehatan?” “Baik saya akan membantu mengatasi masalah yang
dihadapi keluarga Bapak.”
b) Pengkajian indikator keluarga sehat (IKS)
Lanjutkan dengan data terkait kesehatan keluarga. “IKS
merupakan program pemerintah agar seluruh keluarga sehat.” “Bapak
akan menjawab pertanyaan IKS dengan ya atau tidak”. “Mari kita
mulai!”
i. Apakah keluarga bapak mengikuti program keluarga berencana?
ii. Apakah istri bapak melahirkan di fasilitas kesehatan?
iii. Apakah anak bapak mendapatkan imunisasi dasar lengkap?
iv. Apakah anak bapak mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan?
v. Apakah balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan?
vi. Apakah anggota keluarga tidak ada yang merokok?
vii. Apakah anggota keluarga bapak menjadi anggota JKN/BPJS?
viii. Apakah keluarga bapak memiliki akses jamban sehat?
ix. Apakah anggota keluarga bapak ada yang menderita TBC? Jika
Iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
x. Apakah ada anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa?
Jika Iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?

169
xi. Apakah ada anggota keluarga yang menderita diabetes melitus?
Jika iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
xii. Apakah ada anggota keluarga yang menderita hipertensi? Jika
iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
xiii. Apakah ada anggota keluarga yang menderita kanker? Jika iya,
apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar
dari pelayanan kesehatan?
Kesimpulan: “Berdasarkan jawaban Bapak, kesehatan keluarga Bapak
sudah bagus, hanya saja ada yang perlu dilanjutkan terkait sumber
pendukung yang digunakan bagai klien dengan ketidakefektifan
manajemen kesehatan”.
2) Diagnosis
“Baiklah Bapak, dari hasil pemeriksaan yang kita lakukan maka ada
beberapa kondisi kesehatan keluarga”.
Ketidakefektifan manajemen kesehatan.
3) Tindakan Keperawatan
“Baiklah, saya akan bantu mengatasi masalah ketidakefektifan
manajemen kesehatan keluarga bapak, bisa tolong antarkan saya untuk
berbincang-bincang dengan anggota keluarga Bapak yang mengalami
ketidakefektifan manajemen kesehatan?”.

9. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DENGAN


KLIEN
Pertemuan Pertama Klien
a. Tahap Orientasi
1) Salam
“Selamat siang, saya Sari, perawat puskesmas Mawar.” “Siapa namanya
Bu?”. “Ooh Bu Andi” “Senang dipanggil apa?” “Kami dari Puskesmas
akan memeriksa kesehatan Bu Andi?”
2) Evaluasi
“Apa yang Bu Andi rasakan?” “Jadi Bu Andi saat ini mengalami
ketidakefektifan manajemen kesehatan?”
3) Validasi
“Apa yang sudah dilakukan untuk mengatasinya?” “Apakah berhasil?”

170
4) Kontrak
a) Topik dan tujuan
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang ketidakefektifan
manajemen kesehatan ya Bu Andi?”
b) Tempat
“Bagaimana kalau tempatnya di sini saja ya Bu Andi?”
c) Waktu
“Waktu 30 menit, apakah Bu Andi setuju?”
b. Tahap Kerja
1) Pengkajian
a) Pengertian Dukacita
“Apa yang Bu Andi ketahui tentang ketidakefektifan manajemen
kesehatan?”
b) Tanda/gejala
“Sekarang apa yang Bu Andi rasakan?” “Dan apa yang Bu Andi
lakukan untuk mengatasi masalah tersebut?”.
2) Diagnosis
Diagnosis keperawatan muncul berdasarkan data “ketidakefektifan
manajemen kesehatan?”
3) Tindakan Keperawatan
“Baiklah, saya akan bantu untuk mengatasi masalah ketidakefektifan
manajemen kesehatan?”
a) Kaji tanda dan gejala ketidakefektifan manajemen kesehatan
“Ibu apakah tahu tanda dan gejala ketidakefektifan manajemen
kesehatan? Baik sekarang saya jelaskan ya ibu tanda dan gejala
ketidakefektifan manajemen kesehatan yaitu tidak mampu
menjalankan perilaku hidup sehat, gagal mengatasi faktor risiko,
gagal melakukan regimen terapeutik, klien mengatakan tidak ada
masalah kesehatan dan tidak tertarik dengan perilaku sehat.”
b) Jelaskan proses terjadinya ketidakefektifan koping
“Sekarang apakah ibu tahu tentang proses terjadinya ketidakefektifan
manajemen kesehatan? Baik sekarang saya jelaskan ya ibu tentang
proses terjadinya ketidakefektifan manajemen kesehatan dikarenakan
ketidakpatuhan dalam pengobatan klien mengenai penyakit fisik
maupun psikis.”

171
c) Diskusikan masalah kesehatan, faktor risiko dan manajemen
kesehatan yang perlu dilakukan: daftar faktor risiko masalah
kesehatan.
d) Latih cara mengatasi faktor risiko
e) Latih cara merawat kondisi kesehatan
f) Bantu klien melihat hasil dari nomor 4 dan 5
g) Berikan pujian dan motivasi karena sudah melakukan manajemen
kesehatan
c. Terminasi
1) Evaluasi subjektif
“Bagaimana Bu Andi setelah kita berbincang-bincang tadi?”
2) Evaluasi Objektif
“Apa saja yang kita bincang-bincang tadi, coba Bu Andi jelaskan.” Sudah
benar Bu Andi hebat.”
3) Rencana tindak lanjut klien
“Selanjutnya mari kita buat jadwal kapan saja Bu Andi melakukan latihan
tadi?”
4) Rencana tindak lanjut perawat
“Baiklah Bu Andi, hari Senin saya ke rumah Ibu lagi untuk berbincang-
bincang melakukan evaluasi kegiatan hari ini.”
5) Salam
“Semoga Bu Andi tetap semangat ya semoga Bu Andi bisa mengatasi
masalah ketidakefektifan manajemen kesehatan.”
d. Kerja (Lanjutan) Keluarga
“Baik pak, sekarang kita lanjutkan diskusi. Kita sudah bersama-sama
diskusi dengan anggota keluarga bapak yang mengalami ketidakefektifan
manajemen kesehatan dan melakukan latihan... Bagaimana menurut
Bapak? Baiklah kita akan diskusikan peran keluarga dalam membantu
masalah keluarga yang mengalami ketidakefektifan manajemen
kesehatan”.
1) Tindakan Keperawatan
“Baiklah, saya akan membantu masalah ketidakefektifan manajemen
kesehatan yang dialami keluarga Bapak ya?”.
a) Keluarga mampu mengenal masalah
“Baik bapak untuk lebih jelasnya saya akan menjelaskan tentang
“pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya ketidakefektifan
manajemen kesehatan”. (Jelaskan dengan menggunakan leaflet)

172
b) Keluarga mampu mengambil keputusan
“Bapak sudah mengetahui tentang ketidakefektifan manajemen
kesehatan, Bapak dapat memutuskan cara merawat keluarga yang
mengalami ketidakefektifan manajemen kesehatan dan membawa ke
pelayanan kesehatan (Puskesmas, Klinik, RS, Praktik dokter/perawat)
untuk mendapat cara merawatnya jika keluarga belum mampu
mengatasi masalah ketidakefektifan manajemen kesehatan.
c) Keluarga mampu merawat anggota keluarga:
i. Kaji masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien yang
mengalami ketidakefektifan manajemen kesehatan
ii. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya
ketidakefektifan manajemen kesehatan, serta memutuskan cara
merawat.
iii. Latih keluarga cara merawat dan mendampingi klien mengatasi
ketidakefektifan manajemen kesehatan sesuai dengan asuhan
keperawatan yang telah diberikan.
iv. Diskusikan tanda dan gejala ketidakefektifan manajemen
kesehatan yang memerlukan rujukan segera serta menganjurkan
follow up ke fasilitas kesehatan secara teratur.
d) Latih keluarga menciptakan suasana sebagai sistem pendukung
mengatasi ketidakefektifan manajemen kesehatan.
Latih keluarga menciptakan suasana sebagai sistem pendukung
mengatasi ketidakefektifan manajemen kesehatan
“Bapak Ibu mulai sekarang ciptakan lingkungan yang nyaman
buat klien, suasana rumah tenang, beri support yang baik, temani
selalu klien untuk bercerita”.
e) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
Bapak Ibu jika keluarga belum mampu mengatasi masalah
ketidakefektifan manajemen kesehatan segera bawa ke tempat
pelayanan kesehatan ya.
e. Terminasi
1) Evaluasi subjektif
“bagaimana Bapak Ibu setelah kita berbincang-bincang tadi?”
2) Evaluasi Objektif
“Coba sebutkan cara merawat klien ketidakefektifan manajemen
kesehatan. Coba Bapak Ibu praktikkan lagi caranya? Bagus sekali”.

173
3) Rencana tindak lanjut klien
“Bapak Ibu untuk melakukan latihan merawat dan mendampingi klien
mengatasi ketidakefektifan manajemen kesehatan?”
4) Rencana tindak lanjut perawat
“baiklah Bapak Ibu, hari Selasa pagi saya akan datang lagi untuk
melanjutkan bincang-bincang kita ya.”
5) Salam
“Semoga keluarga Bapak sehat selalu.”

REFERENSI
Keliat, B.A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat: CMHN
(Basic Course). Jakarta: EGC.
Lundy, K.S. & Janes, S. (2009). Community Health Nursing: Caring for the
Public’s Health. 2 nd ed. Boston: Jones and Bartlett Publisher.
Stuart, G.W. (2013). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. (10th Ed).
Elsevier.
Keliat, BA., Hamid, AYS, Putri YSE, Daulima NHC, dkk (2019). Asuhan
Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
PPSDM Kesehatan. (2012). Modul Pelatihan Keperawatan Kesehatan Jiwa
Masyarakat. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

174
BAB V
ASUHAN KEPERAWATAN RISIKO

A. ANSIETAS
1. PENGERTIAN
Ansietas adalah perasaan was-was, khawatir, takut yang tidak jelas atau
tidak nyaman seakan-akan terjadi sesuatu yang mengancam. (NANDA-1, 2018).
Sedangkan menurut NANDA (2011) ansietas merupakan perasaan tidak nyaman
atau kekhawatiran yang samar disertai respons autonom (sumber sering kali tidak
spesifik atau tidak diketahui oleh individu), perasaan takut yang disebabkan oleh
antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang
memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan individu untuk
bertindak menghadapi ancaman. Menurut SDKI (2016) ansietas merupakan
kondisi emosi dan pengalaman subjektif individu terhadap objek yang tidak jelas
dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan
tindakan untuk menghadapi ancaman.

B. PEMBAGIAN TINGKAT ANSIETAS


Menurut penyebab dan gejala yang dirasakan klien, ansietas dibagi
menjadi beberapa tingkat:
a. Ansietas ringan
Disebabkan karena gangguan dalam kehidupan sehari-hari dan
menyebabkan seseorang menjadi lebih waspada.
b. Ansietas sedang
Memungkinkan individu memusatkan pada hal yang dirasa penting
dan mengesampingkan hal lain sehingga perhatian hanya pada hal yang
selektif namun dapat melakukan sesuatu dengan terarah.
c. Ansietas berat
Terjadi bila individu mengalami pengurangan lapang persepsi
sehingga cenderung memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik
dan tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk
mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan
untuk dapat memusatkan pikiran pada suatu area lain.

175
1. PROSES TERJADINYA ANSIETAS
Ansietas merupakan pengalaman sehari-hari yang dihadapi individu,
ansietas menjadi masalah apabila individu menjadi tidak mampu
mengendalikannya sehingga berdampak pada penurunan produktivitas secara
sosial dan ekonomis. Ansietas ini merupakan perasaan was-was, khawatir atau
tidak nyaman seakan-akan terjadi sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman.
Ansietas berbeda dengan rasa takut. Takut merupakan penilaian intelektual
terhadap sesuatu yang berbahaya, sedangkan ansietas adalah respons emosional
terhadap penilaian tersebut. Ketika mengalami ansietas, individu menggunakan
berbagai mekanisme koping atau cara penyelesaian masalah, dan jika tidak dapat
mengatasi ansietas secara sehat, dapat menyebabkan perilaku yang maladaptif
sehingga mengalami koping individu yang tidak efektif.
a. Faktor Predisposisi
1) Biologis
a) Adanya riwayat anggota keluarga menderita gangguan jiwa atau
anggota keluarga mudah mengalami ansietas (herediter). Gangguan
ansietas terbukti lebih sering terjadi pada kerabat biologis tingkat
pertama individu yang mengalami ini dibandingkan pada populasi
umum (Townsend, 2010).
b) Penyalahgunaan obat atau zat terlarang. Gejala ansietas dapat
disebabkan karena pengaruh fisiologis langsung satu zat (yaitu, obat
yang disalahgunakan, medikasi, pajanan toksin. Gangguan tersebut
dapat terjadi selama intoksikasi atau putus zat dan dapat meliputi
ansietas yang menonjol, serangan panik, fobia maupun obsesi dan
kompulsif.
c) Menderita penyakit kronis atau terminal sehingga mengalami
ancaman kematian.
d) Status nutrisi (terlalu kurus atau terlalu gemuk).
e) Sindrom kromosom 13 terkait dengan gangguan panik, sakit kepala
berat dan hipertiroid.
f) Sensitivitas laktat.
g) Adanya lesi pada otak baik akibat infeksi otak maupun trauma kepala
dapat menyebakan terjadinya peningkatan kadar norefrinefrin
ditemukan pada gangguan panik dan gangguan ansietas umum
sedangkan penurunan serotonin berperan pada etiologi gangguan
obsesif-kompulsif (Townsend, 2010).
h) Kembar monozigot 5 kali lipat lebih sering daripada dizigot.

176
2) Psikologis
a) Kemampuan melakukan komunikasi verbal, berinteraksi dengan
orang lain.
b) Adanya pembatasan kontak sosial akibat perbedaan budaya maupun
akibat proses pengobatan yang lama (di ICU, NGT atau ETT,
trakeostomi).
c) Ada pengalaman terlibat dalam masalah hukum atau pelanggaran
norma.
d) Mengalami konflik yang tidak disadari mengenai tujuan pentingnya
hidup yang berlangsung lama.
e) Mengalami konflik yang tidak disadari mengenai nilai yang
esensial/penting.
f) Motivasi: kurangnya penghargaan dari orang lain.
g) Self control rendah, ketidakmampuan melakukan kontrol diri ketika
mengalami kegagalan maupun keberhasilan (terlalu sedih atau terlalu
senang yang berlebihan).
h) Kepribadian: menghindar, tergantung dan tertutup/menutup diri dan
mudah cemas.
i) Riwayat kesulitan mengambil keputusan, tidak mampu
berkonsentrasi.
3) Sosial budaya
a) Usia: Pada usia tersebut individu tidak dapat mencapai tugas
perkembangan yang seharusnya sehingga mudah mengalami
kecemasan. Teori yang diungkapkan oleh Erikson (1963)
mengemukakan jika tugas perkembangan sebelumnya tidak terpenuhi
dapat menjadi predisposisi terhadap gangguan ansietas. Sebagai
respons terhadap stres, tampak perilaku yang berhubungan dengan
tahap perkembangan sebelumnya karena individu mengalami regresi
ke atau tetap berada pada tahap perkembangan sebelumnya.
b) Gender/jenis kelamin: pelaksanaan peran individu sesuai dengan jenis
kelamin yang tidak optimal akan mempermudah munculnya
kecemasan.
c) Kurangnya pendapatan/penghasilan yang dapat mengancam
pemenuhan kebutuhan dasar sehari-hari.
d) Mengalami perubahan status atau prestise.
e) Pengalaman berpisah dari orang terdekat, misalnya karena perceraian,
kematian, tekanan budaya, perpindahan dan perpisahan sementara
atau permanen.

177
f) Perubahan status sosial dan ekonomi akibat pensiun.
g) Tinggal di lingkungan yang terdapat bahaya keamanan maupun
polutan lingkungan.
h) Kondisi pasien yang tidak mempunyai pekerjaan, pengangguran, ada
pekerjaan baru maupun promosi).
i) Peran sosial: kurang mampu menjalankan perannya untuk
berpartisipasi lingkungan tempat tinggal dan kesulitan membina
hubungan interpersonal dengan orang lain: Sullivan (1953)
mengungkapkan respons ansietas dengan kesulitan dalam hubungan
interpersonal yang berakar dari hubungan awal ibu (pengasuh utama)-
anak. Anak tidak mendapatkan kasih sayang yang tulus dan asuhan
yang ia butuhkan. Usaha yang sia-sia untuk memperoleh kasih sayang
ini mengakibatkan kerapuhan ego dan ketakutan akan penolakan
orang lain yang menetap sepanjang hidup
j) Agama dan keyakinan: kurang menjalankan kegiatan keagamaan
sesuai dengan agama dan kepercayaan atau ada nilai budaya dan
norma yang mengharuskan melakukan pembatasan kontak sosial
dengan orang lain (misalnya laki-laki dengan perempuan). Horney
(1939) mengemukakan bahwa gangguan ansietas dipicu oleh banyak
kontradiksi yang terjadi di dalam masyarakat kita yang menyebabkan
rasa tidak aman dan tidak percaya.
b. Faktor Presipitasi
1) Biologis
a) Adanya perubahan status kesehatan yang mendadak atau kondisi fisik
yang menyebabkan ancaman terhadap integritas diri (misalnya:
ketidakmampuan fisiologis atau gangguan terhadap kebutuhan dasar).
b) Dalam enam bulan terakhir terpajan racun atau zat berbahaya.
c) Didiagnosis penyakit terminal atau kronis yang mengancam kematian
atau ancaman integritas biologis seperti kondisi sekarat, serangan,
prosedur invasif dan penyakit.
2) Psikologis
a) Pengalaman traumatis dalam enam bulan terakhir: perpisahan,
kehilangan benda-benda yang dimiliki, atau bencana.
b) Gangguan konsep diri karena mengalami kegagalan dalam mencapai
tujuan sehingga menimbulkan perasaan frustrasi.
c) Adanya ancaman terhadap konsep diri (identitas diri, harga diri, dan
perubahan peran).

178
d) Mengalami stres psikologis akibat tidak mampu mengontrol stimulus
yang ada.
e) Hambatan dalam mengambil keputusan
3) Sosial budaya
a) Krisis maturasi atau individu tidak mampu mencapai tugas
perkembangan yang seharusnya.
b) Perpindahan tempat tinggal atau tinggal di tempat baru.
c) Perubahan yang mendadak status ekonomi, lingkungan tempat
tinggal, status peran dan fungsi peran, pola interaksi.
d) Kehilangan anggota keluarga (meninggal, perceraian).
e) Berada di lingkungan yang berisiko kontaminasi dengan infeksi atau
penularan penyakit.
f) Klien tidak mampu menyesuaikan diri dalam lingkungan yang baru
sehingga mengalami krisis situasional.
g) Pembatasan yang dilakukan oleh rumah sakit akibat hospitalisasi.

2. PENYEBAB
a. Perubahan status kesehatan
b. Hospitalisasi
c. Ancaman terhadap kematian
d. Bencana
e. Krisis situasional
f. Kebutuhan tidak terpenuhi
g. Krisis maturasi
h. Ancaman terhadap konsep diri
i. Takut mengalami kegagalan
j. Disfungsi sistem keluarga
k. Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan
l. Keturunan (temperamen mudah teragitasi sejak lahir)
m. Penyalahgunaan zat
n. Terpapar bahaya lingkungan (mis. toksin, polutan, dan lain-lain)

3. TANDA DAN GEJALA


a. Mayor
1) Data subjektif
a) Mengeluh sakit kepala
b) Mengeluh tidak nafsu makan
c) Merasa lemas dan khawatir
d) Merasa bingung

179
2) Data objektif
a) Gelisah
b) Tampak tegang
c) Sulit tidur dan tidak lelap
d) Gangguan pencernaan
b. Minor
1) Data subjektif
a) Mengeluh takut
b) Mengeluh cepat lelah
c) Merasa tidak berdaya
2) Data objektif
a) Gemetar
b) Menangis
c) Aktivitas sehari-hari terbengkalai
d) Sulit kosentrasi
e) Frekuensi napas dan nadi meningkat
f) Palpitasi
g) Tekanan darah meningkat
h) Diaforesis
i) Tremor
j) Muka tampak pucat
k) Suara bergetar
l) Kontak mata buruk
m) Sering berkemih
n) Berorientasi pada masa lalu

4. KONDISI KLINIS TERKAIT


a. Penyakit fisik: diabetes melitus, stroke, hipertensi, kanker
b. Penyakit kronis progresif: kanker, penyakit autoimun
c. Penyakit akut
d. Post partum
e. Rencana operasi
f. Penyakit neurologis
g. Hospitalisasi

180
5. TUJUAN ASUHAN KEPERAWATAN
a. Kognitif, klien mampu:
1) Mengenal pengertian, penyebab, tanda gejala, dan proses terjadinya
2) Mengetahui cara mengatasi ansietas
b. Psikomotor, klien mampu mengatasi ansietas dengan cara:
1) Melakukan latihan relaksasi tarik napas dalam
2) Melakukan latihan distraksi
3) Melakukan latihan hipnotis lima jari
4) Melakukan kegiatan spiritual
c. Afektif, klien mampu:
1) Merasakan manfaat dari latihan yang dilakukan
2) Membedakan perasaan sebelum dan sesudah latihan

6. PROSES KEPERAWATAN ANSIETAS


a. Pengkajian Ansietas
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada
klien dan keluarga (pelaku rawat).
Tanda dan gejala ansietas dapat ditemukan dengan wawancara
melalui pertanyaan sebagai berikut:
1) Apa penyebab cemas?
2) Apa yang sakit kepala, tidak nafsu makan?
3) Apa yang dilakukan saat cemas?
4) Apa akibat dari cara cemas yang dilakukan?
5) Apakah dengan cara yang digunakan penyebab cemas hilang?
6) Tanda dan gejala risiko ansietas yang dapat ditemukan melalui observasi
adalah sebagai berikut:
a) Wajah tampak tegang
b) Gelisah
c) Gemetar
d) Menangis
e) Sulit konsentrasi
f) Aktivitas sehari-hari terbengkalai
Data hasil observasi dan wawancara di atas didokumentasikan pada
kartu berobat klien di puskesmas.

181
b. Diagnosis Keperawatan Ansietas
Langkah berikutnya adalah merumuskan diagnosis keperawatan.
Diagnosis keperawatan dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala yang
diperoleh pada pengkajian. Berdasarkan data-data tersebut dapat
ditegakkan diagnosis keperawatan:
Ansietas
c. Tindakan Keperawatan Ansietas
Tindakan keperawatan untuk mengatasi ansietas, dilakukan terhadap
klien dan keluarga (pelaku rawat). Saat melakukan pelayanan di
puskesmas dan kunjungan rumah, perawat menemui keluarga (pelaku
rawat), terlebih dahulu sebelum menemui klien. Bersama keluarga (pelaku
rawat), perawat mengidentifikasi masalah yang dialami klien untuk
melakukan pengkajian dan melatih satu cara untuk mengatasi masalah
yang dialami klien.
Jika klien telah mendapatkan terapi spikofarmako, maka hal pertama
yang dilatih perawat adalah tentang pentingnya kepatuhan minum obat.
Setelah perawat selesai melatih klien, maka perawat kembali menemui
keluarga (pelaku rawat) dan melatih keluarga (pelaku rawat) untuk
merawat klien, serta menyampaikan hasil tindakan yang telah dilakukan
terhadap klien dan tugas yang diperlukan keluarga lakukan yaitu untuk
mengingatkan klien melatih kemampuan mengatasi masalah yang telah
diajarkan oleh perawat.
Tindakan keperawatan untuk klien dan keluarga dilakukan pada setiap
pertemuan, minimal empat kali pertemuan dan dilanjutkan sampai klien
dan keluarga mampu mengatasi ansietas
1) Tindakan keperawatan ners
a) Pengkajian: kaji tanda dan gejala ansietas, dan kemampuan klien
dalam mengurangi ansietas
b) Diagnosis: jelaskan proses terjadinya ansietas
c) Latih cara mengatasi ansietas
i. Tarik napas dalam
ii. Distraksi: bercakap-cakap hal positif
iii. Hipnotis lima jari yang fokus pada hal positif dengan cara:
iv. Jempol dan telunjuk disatukan dan bayangkan saat badan sehat.
Jempol dan jari tengah disatukan, dan bayangkan orang yang
peduli dan sayang pada saudara. Jempol dan jari manis
disatukan, dan bayangkan saat saudara mendapat pujian dan

182
prestasi. Jempol dan kelingking disatukan, dan bayangkan tempat
yang paling saudara sukai.
v. Kegiatan spiritual
d) Bantu klien untuk melakukan latihan sesuai dengan jadwal kegiatan
2) Tindakan keperawatan pada keluarga klien ansietas
a) Kaji masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien yang
mengalami ansietas
b) Menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala serta proses
terjadinya ansietas serta mengambil keputusan merawat klien.
c) Latih keluarga cara merawat dan membimbing klien mengatasi
ansietas sesuai dengan arahan keperawatan yang telah diberikan
kepada klien.
d) Latih keluarga menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang
mendukung perawatan ansietas klien
e) Diskusikan tanda dan gejala ansietas yang memerlukan rujukan segera
serta melakukan follow up ke pelayanan kesehatan secara teratur.
3) Tindakan kolaborasi
a) Melakukan kolaborasi dengan dokter menggunakan ISBAR dan TbaK
b) Memberikan program terapi dokter (obat): edukasi 8 benar pemberian
obat dan memberikan sesuai dengan konsep safety pemberian obat.
c) Mengobservasi manfaat dan efek samping
d) Kolaborasi dengan psikiater sesuai dengan kebutuhan
4) Discharge Planning
a) Menjelaskan rencana persiapan pasca-rawat di rumah untuk
memandirikan klien
b) Menjelaskan rencana tindak lanjut perawatan dan pengobatan
c) Melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan
d. Evaluasi
1) Penurunan tanda dan gejala ansietas
2) Peningkatan kemampuan klien mengatasi ansietas
3) Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat klien dengan ansietas
e. Rencana Tindak Lanjut
1) Rujuk klien dan keluarga ke fasilitas praktik mandiri perawat spesialis
keperawatan jiwa

183
2) Rujuk klien dan keluarga ke case manager di fasilitas pelayanan kesehatan
primer di puskesmas, pelayanan kesehatan sekunder, dan tersier di rumah
sakit
3) Rujuk klien dan keluarga ke kelompok pendukung, kader kesehatan jiwa,
kelompok swabantu dan fasilitas rehabilitasi psikososial yang tersedia di
masyarakat.
7. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DENGAN
KLIEN ANSIETAS
Pertemuan ke-1 Klien (setiap melakukan tindakan strategi pelaksanaan
(SP), perawat harus melakukan sesuai dengan tahapan-tahapan yang akan
dilakukan).
a. Fase Orientasi
1) Salam
Mengucap salam, memperkenalkan nama perawat dan pekerjaan/berasal
dari mana, menanyakan nama kepanjangan klien, nama panggilan, tanggal
lahir.
2) Evaluasi
Menanyakan bagaimana perasaan klien. Dan berapa lama sudah merasakan
perasaan seperti itu.
3) Validasi
Menanyakan apa yang dilakukan untuk mengatasi masalah itu dan apakah
berhasil.
4) Kontrak
a) Topik dan tujuan
Perawat membicarakan penyebab yang terjadi pada klien dan cara
mengatasinya, serta tujuan dari tindakan yang akan dilakukan.
b) Waktu
Perawat menanyakan berapa lama waktunya, dan apakah setuju
dengan waktu yang disepakati.
c) Tempat
Perawat menanyakan di mana tempatnya.
b. Fase Kerja
1) Pengkajian
a) Penyebab
Perawat menanyakan pada klien apa yang menyebabkan masalah
tersebut? Selain masalah klien apa yang dilakukannya dan apakah ada
penyebab masalah lain lagi.

184
b) Tanda/Gejala
Perawat menanyakan apa yang dirasakan saat masalah timbul
(tanda/gejala). Apakah klien menunjukkan ekspresinya atau
melakukan sesuatu (sesuai dengan ciri-ciri gangguan klien yang kita
temui).
c) Akibat
Perawat menanyakan apakah akibatnya pada klien. Apakah
dengan cara yang dirasakan klien dapat hilang.
2) Diagnosis
Perawat menyimpulkan hasil dari pengkajian klien dan perawat
mengajak klien untuk mengungkapkan dan mengendalikan agar tidak
menimbulkan kerugian.
3) Tindakan
Tindakan yang dilakukan perawat untuk klien adalah:
a) Latihan relaksasi napas dalam.
- Contohkan:” Tarik napas panjang secara perlahan dari hidung,
tahan sebentar dan keluarkan secara perlahan dari mulut seperti
mengembuskan kekesalan klien.”
- Perawat: Perawat mengajarkan kepada klien latihan tarik napas
dalam
- Dampingi Perawat: Perawat dan klien bersama-sama
mempraktikkan, jangan lupa pemberian reward atau
reinforement positif.
- Mandiri: Klien dianjurkan untuk melakukan sendiri. (catatan
perawat memberikan reward atau reinforement positif).
- Dapat dilakukan jika klien sendiri atau dengan orang terdekat,
dengan cara yang sama.
- Setelah melakukan tindakan berama-sama membuat jadwal
kegiatan, berapa kali dalam melakukan kegiatan.
b) Latihan distraksi: Bercakap-cakap hal positif
- Contohkan: Tanyakan dan lihat jadwal kegiatan sebelumnya.
- Ceritakan rasa cemas dan alasannya serta minta pendapat orang
lain. Tuliskan perasaan yang dirasakan (cemas) kedalam buku.”
- Dampingi Perawat: Perawat dan klien bersama-sama mencoba
mencurahkan permasalahan, mengapa terjadi cemas (jangan lupa
pemberian reward atau reinforement positif).

185
- Mandiri: Klien dianjurkan untuk melakukan sendiri. (catatan
perawat memberikan reward atau reinforement positif).
- Cara latihan distraksi dengan cara menonton televisi, menjahit,
memasak, berkebun dll.
- Bersama-sama klien memasukkan atau membuat jadwal kegiatan
dengan mengalihkan (menonton televisi, memasak berkebun dan
lain-lain).
c) Latihan hipnotis lima jari yang fokus pada hal positif
- Contohkan: Tanyakan dan lihat jadwal kegiatan sebelumnya.
- Tanyakan atau jelaskan apakah sebelumnya sudah pernah
melakukan latihan hipnotis lima jari.
- Ajarkan bagaimana latihan mengurangi cemas dengan
melakukan hipnotis lima jari.
- Praktikkan: Jempol dan telunjuk disatukan dan bayangkan saat
badan sehat.
- Jempol dan jari tengah disatukan, dan bayangkan orang yang
peduli dan sayang pada saudara.
- Jempol dan jari manis disatukan, dan bayangkan saat saudara
mendapat pujian dan prestasi.
- Jempol dan kelingking disatukan, dan bayangkan tempat yang
paling saudara sukai.
- Setiap tindakan klien jangan lupa perawat memberikan reward
atau reinforement positif.
- Bersama-sama klien memasukkan atau membuat jadwal kegiatan
hipnotis lima jari.
d) Latihan Spiritual
- Contohkan: Tanyakan dan lihat jadwal kegiatan sebelumnya.
- Tanyakan apa saja kegiatan ibadah yang sudah dilakukan setiap
harinya.
- Tanyakan apa yang dirasakan setelah melakukan kegiatan
tersebut.
- Ajak klien untuk selalu melakukan dan jelaskan alasannya.
- Bersama-sama klien memasukkan atau membuat jadwal
kegiatan.

186
c. Fase Terminasi
1) Evaluasi subjektif
Menanyakan bagaimana perasaan klien setelah melakukan latihan tersebut.
2) Evaluasi Objektif
3) Menanyakan kembali apa saja latihan yang sudah dilakukan, dan
menganjurkan untuk mengulangi kembali. (perawat memberikan reward
atau reinforement positif).
4) Rencana Tindak Lanjut
5) Bersama-sama membuat jadwal kegiatan atau latihan. Contoh: Latihan
tarik napas dalam berapa kali sehari? Latihan distraksi? Latihan melakukan
hipnotis lima jari dan latihan melakukan kegiatan ibadah.
6) Rencana Tindak Lanjut Perawat
Melakukan kontrak ulang kembali dengan klien dan menanyakan
perasaannya, di mana mau dilakukan latihan, serta kegiatan latihan yang
sudah dilakukan dan telah dibuat.
7) Salam
Contoh: mengucap salam/terima kasih dan memberikan dukungan penuh
kepada klien.

8. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DENGAN


KELUARGA ANSIETAS
Pertemuan ke-I keluarga (setiap melakukan tindakan strategi
pelaksanaan (SP), perawat melakukan harus sesuai dengan tahapan-
tahapan yang akan dilakukan).
a. Fase Orientasi
1) Salam
Mengucap salam, memperkenalkan nama perawat dan pekerjaan/berasal
dari mana, menanyakan nama kepanjangan keluarga klien, nama
panggilan, tanggal lahir.
2) Evaluasi
Menanyakan bagaimana perasaan keluarga. Dan adakah dalam keluarga
yang sakit/cemas dll.
3) Validasi
Menanyakan apa yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut dan
apakah sudah dibawa ke pusat pelayanan kesehatan.

187
4) Kontrak
a) Topik dan tujuan
Perawat akan melakukan pemeriksaan kesehatan supaya dapat
mengetahui kondisi keluarga klien.
b) Waktu
Perawat menanyakan berapa lama waktunya, dan apakah setuju
dengan waktu yang disepakati.
c) Tempat
Perawat menanyakan di mana tempatnya.
b. Fase Kerja
1) Pengkajian
a) Identitas keluarga
Perawat menanyakan pada keluarga klien ingin mendata keluarga
yang tinggal di rumah. Siapa kepala keluarga, siapa nama lengkapnya,
berapa umurnya, pendidikan, alamat rumah dan apakah keluarga ada
yang mempunyai keluhan kesehatan seluruh keluarga (jika ada
sebutkan). Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai riwayat
kesehatan atau penyakit sebelumnya (jika ada sebutkan). Perawat juga
menanyakan jika ada anggota keluarga yang mengalami keluhan
sudah berapa lama, apa yang dilakukan(klien). Kemudian perawat
memeriksa klien
b) Pengkajian indikator keluarga sehat (IKS)
Perawat menanyakan apakah anggota keluarga ada mengikuti
kegiatan program pemerintah agar seluruh keluarga sehat.
Keluarga akan menjawab pertanyaan IKS dengan ya atau tidak.
Dan perawat akan memulai?
i. Apakah anggota keluarga mengikuti program keluarga
berencana?
ii. Apakah anggota keluarga ada yang melahirkan ke fasilitas
kesehatan?
iii. Apakah anggota keluarga mendapatkan imunisasi dasar lengkap?
iv. Apakah mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan?
v. Apakah balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan?
vi. Apakah anggota keluarga tidak ada yang merokok?
vii. Apakah anggota keluarga menjadi anggota JKN/ BPJS?
viii. Apakah anggota keluarga memiliki akses sarana air bersih?
ix. Apakah keluarga memiliki akses jamban sehat?

188
x. Apakah anggota keluarga ada yang menderita penyakit TBC?
Jika iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
xi. Apakah anggota keluarga menderita gangguan jiwa? Jika iya,
apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar
dari pelayanan kesehatan?
xii. Apakah anggota keluarga menderita diabetes melitus? Jika iya,
apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar
dari pelayanan kesehatan?
xiii. Apakah anggota keluarga menderita Hipertensi? Jika iya, apakah
sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar dari
pelayanan kesehatan?
xiv. Apakah anggota keluarga menderita kanker? Jika iya, apakah
sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar dari
pelayanan kesehatan?
Kemudian perawat menyimpulkan dan melanjutkan pemeriksaan
terhadap kesehatan jiwa yang dialami keluarga.
2) Diagnosis
Perawat menyimpulkan hasil dari pengkajian keluarga klien dan
perawat mengajak keluarga dan klien untuk mengungkapkan dan
mengendalikan agar tidak menimbulkan kerugian.
3) Tindakan Keperawatan
Tindakan yang dilakukan perawat untuk keluarga klien: (tindakan
yang dilakukan keluarga klien dalam menghadapi anak atau istri di dalam
anggota keluarga yang mengalami ansietas).
Tindakan keperawatan pada keluarga.
Untuk mengatasi kecemasan keluarga ada beberapa cara:
a) Latihan teknik relaksasi: tarik napas dalam
- Contohkan: Tarik napas dalam dari hidung tahan sebentar dan
keluarkan dari mulut sambil menghembuskan.
- Dampingi: kemudian keluarga mengikuti perawat melakukan
tarik napas dalam.
- Mandiri: keluarga melakukan sendiri dan perawat memberikan
reward atau reinforcement positif.
b) Latihan distraksi
Perawat menanyakan kebiasaan keluarga? Apakah suka menonton tv,
membaca koran, mendengarkan musik, ngobrol dengan orang lain

189
tentang pengalaman yang menyenangkan. (upayakan waktu terisi
dengan kegiatan).
c) Latihan hipnotis lima jari
- Mulai dengan tarik napas dalam, tutup mata, kosongkan pikiran.
Napas biasa dan fokus ada napas.
- Satukan jempol dengan telunjuk: bayangkan badan sehat, itu saja
bayangkan jangan ada yang lain.
- Satukan jempol dan jari tengah: bayangkan semua orang yang
peduli, perhatian dan sayang pada keluarga, itu saja bayangkan
jangan ada yang lain.
- Satukan jempol dan jari manis: bayangkan saat keluarga
mendapatkan pujian, hadiah, prestasi dan keluarga sangan
senang, itu saja bayangkan jangan ada yang lain.
- Satukan jempol dan kelingking: bayangkan tempat yang indah-
indah atau tempat yang paling indah yang pernah dikunjungi,
ingat bayangkan keluarga ada di sana dan senang sekali itu saja
yang di bayangkan.
Kesimpulan perawat: menanyakan bagaimana perasaan keluarga
setelah melakukan latihan. Apakah senang dan berkurang. Kemudian
perawat bersama keluarga membuat jadwal latihan untuk semua kegiatan
yang dilakukan.
4) Tindakan Edukasi: 5 tugas keluarga merawat klien di rumah.
a) Keluarga mampu mengenal masalah
Perawat menanyakan ke keluarga masalah yang dialami klien
(jelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala, perilaku klien
seperti apa, akibatnya, proses terjadinya dengan menggunakan
leaflet).
b) Keluarga mampu memutuskan masalah
Contoh; marah dan perilaku kekerasan bagian dari masalah
gangguan jiwa. Kemudian keluarga memutuskan apa yang perlu
dilakukan terhadap klien yaitu dengan cara merawat maupun
pelayanan kesehatan.
c) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit
Bagaimana cara keluarga merawat klien di rumah yaitu dengan
latihan relaksasi yaitu tarik napas dalam, pukul bantal kasur, olah raga
dan bersih-bersih rumah. Latihan menceritakan masalah kepada orang
lain dan menulis dibuku. Latihan cara berbicara meminta, menolak,
mengatakan pendapat yang baik. Latihan melakukan ibadah dengan

190
rajin. Kemudian keluarga mengingatkan klien untuk latihan, sudah
ada jadwal kegiatannya. (seluruh anggota lain harus dilibatkan dalam
merawat klien). Keluarga harus memberikan pujian setiap klien
melakukan latihan.
i. Ajarkan: selain keluarga sudah mengetahui penyebab klien.
perawat mengajarkan kepada keluarga latihan relaksasi napas
dalam.
ii. Mengajarkan kepada klien latihan distraksi baik dengan
menonton televisi, Membersihkan rumah, ajak klien untuk
membersihkan rumah agar klien senang sehingga penyebab yang
dirasakan klien berkurang (hindari keluarga mengungkit masalah
klien).
iii. Mengajarkan kepada keluarga untuk latihan hipnotis lima jari,
dan keluarga dapat melakukan latihan hipnotis lima jari dengan
klien.
iv. Keluarga juga selalu mengingatkan untuk mendekatkan diri
kepada Tuhan.
v. Setiap klien melakukan kegiatan jangan lupa selalu memberi
pujian atau reward.
d) Keluarga mampu memodifikasikan lingkungan
Keluarga membantu klien dalam melakukan latihan kondisikan
suasana yang nyaman dalam keluarga. Hindari hal-hal yang membuat
kondisi klien tidak nyaman (contoh: marah, kesal dll.). Anggota
keluarga dimotivasi untuk memberikan pujian bila klien berhasil
mengendalikan penyebabnya.
e) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
Keluarga mengajak klien untuk melakukan pemeriksaan
kesehatan di pelayanan kesehatan jiwa secara teratur (pilihan:
puskesmas, RSU, RSJ, praktik perawat dan dokter).
c. Fase Terminasi
1) Evaluasi subjektif
Menanyakan bagaimana perasaan klien setelah melakukan latihan
tersebut.
2) Evaluasi Objektif
Menanyakan kembali apa saja latihan yang sudah dilakukan, dan
menganjurkan untuk mengulangi kembali. Dan bagaimana cara
merawatnya? (perawat memberikan reward atau reinforement positif).

191
3) Rencana Tindak Lanjut Keluarga
Jangan lupa mengajak anggota keluarga yang lain untuk bantu
merawat klien, agar klien mampu melakukan cara-cara mengendalikan
masalahnya (marah, kesal) dan membuat suasana nyaman di keluarga.
4) Rencana Tindak lanjut Perawat
Melakukan kontrak ulang kembali dengan klien dan menanyakan
perasaannya, di mana mau dilakukan latihan, serta kegiatan latihan yang
sudah dilakukan dan telah dibuat. Perawat menanyakan kepada klien dan
keluarga kesehatan klien bagaimana. Dan periksa ke dokter, dan jika diberi
obat jelaskan cara minum obat yang benar.
5) Salam
Contoh: mengucap salam/terima kasih dan memberikan dukungan
penuh kepada klien.

REFERENSI
Keliat, B.A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat: CMHN
(Basic Course). Jakarta: EGC.
Keliat, B.A., dkk. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Lundy, K.S. & Janes, S. (2009). Community Health Nursing: Caring for the
Public’s Health. 2 nd ed. Boston: Jones and Bartlett Publisher.
Stuart, G.W. (2013). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. (10th Ed).
Elsevier.
PPSDM Kesehatan. (2012). Modul Pelatihan Keperawatan Kesehatan Jiwa
Masyarakat. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

C. GANGGUAN CITRA TUBUH


1. PENGERTIAN
Gangguan citra tubuh adalah perasaan tidak puas seseorang terhadap
tubuhnya yang diakibatkan oleh perubahan struktur, ukuran, bentuk dan fungsi
tubuh karena tidak sesuai dengan yang diinginkan. Konfusi dalam gambaran
mental tentang diri-fisik individu (NANDA-1, 2018). Gangguan citra tubuh
merupakan perubahan persepsi tentang fisik individu (SDKI, 2016).

192
2. PROSES TERJADINYA GANGGUAN CITRA TUBUH
a. Faktor Predisposisi
1) Biologis
a) Adanya riwayat anggota keluarga menderita penyakit genetik (cacat
tubuh).
b) Penyalahgunaan obat atau zat terlarang. Gejala ansietas dapat
disebabkan karena pengaruh fisiologis langsung satu zat (yaitu, obat
yang disalahgunakan, medikasi, pajanan toksin. Gangguan tersebut
dapat terjadi selama intoksikasi atau putus zat dan dapat meliputi
ansietas yang menonjol, serangan panik, fobia maupun obsesi dan
kompulsif.
c) Menderita penyakit fisik (penyakit kronis, defek kongenital dan
kehamilan)
d) Mengalami perubahan kognitif atau persepsi akibat nyeri kronis
e) Adanya masalah psikososial yang menyebabkan gangguan makan,
BB obesitas atau terlalu kurus
f) Penanganan medik jangka panjang (kemoterapi dan radiasi)
g) Maturasi normal: pertumbuhan dan perkembangan masa bayi, anak
dan remaja
h) Perubahan fisiologis pada kehamilan dan penuaan
i) Adanya riwayat prosedur pembedahan elektif: prosedur bedah plastik,
wajah, bibir, perbaikan jaringan parut, prosedur pembedahan
transeksual, aborsi
j) Adanya perubahan penampilan akibat penyakit kronis, kehilangan
bagian tubuh, kehilangan fungsi tubuh, dan trauma berat.
2) Psikologis
a) Kemampuan melakukan komunikasi verbal, berinteraksi dengan
orang lain
b) Adanya pembatasan kontak sosial akibat perbedaan budaya maupun
akibat proses pengobatan yang lama (di ICU, NGT atau ETT,
trakeostomi)
c) Ada pengalaman terlibat dalam masalah hukum atau pelanggaran
norma
d) Mengalami konflik yang tidak disadari mengenai tujuan pentingnya
hidup yang berlangsung lama
e) Mengalami konflik yang tidak disadari mengenai nilai yang
esensial/penting
f) Motivasi: kurangnya penghargaan dari orang lain

193
g) Self control rendah, ketidakmampuan melakukan kontrol diri ketika
mengalami kegagalan maupun keberhasilan (terlalu sedih atau terlalu
senang yang berlebihan)
h) Kepribadian: menghindar, tergantung dan tertutup/menutup diri dan
mudah cemas
i) Riwayat kesulitan mengambil keputusan, tidak mampu berkonsentrasi
3) Sosial budaya
a) Usia: Pada usia tersebut individu tidak dapat mencapai tugas
perkembangan yang seharusnya sehingga mudah mengalami
kecemasan. Teori yang diungkapkan oleh Erikson (1963)
mengemukakan jika tugas perkembangan sebelumnya tidak terpenuhi
dapat menjadi predisposisi terhadap gangguan ansietas. Sebagai
respons terhadap stres, tampak perilaku yang berhubungan dengan
tahap perkembangan sebelumnya karena individu mengalami regresi
ke atau tetap berada pada tahap perkembangan sebelumnya.
b) Gender/jenis kelamin: pelaksanaan peran individu sesuai dengan jenis
kelamin yang tidak optimal akan mempermudah munculnya
kecemasan
c) Kurangnya pendapatan/penghasilan yang dapat mengancam
pemenuhan kebutuhan dasar sehari-hari
d) Mengalami perubahan status atau prestise
e) Pengalaman berpisah dari orang terdekat, misalnya karena perceraian,
kematian, tekanan budaya, perpindahan dan perpisahan sementara
atau permanen
f) Perubahan status sosial dan ekonomi akibat pensiun
g) Tinggal di lingkungan yang terdapat bahaya keamanan maupun
polutan lingkungan
h) Kondisi pasien yang tidak mempunyai pekerjaan, pengangguran, ada
pekerjaan baru maupun promosi)
i) Peran sosial: kurang mampu menjalankan perannya untuk
berpartisipasi lingkungan tempat tinggal dan kesulitan membina
hubungan interpersonal dengan orang lain
j) Agama dan keyakinan: kurang menjalankan kegiatan keagamaan
sesuai dengan agama dan kepercayaan atau ada nilai budaya dan
norma yang mengharuskan melakukan pembatasan kontak sosial
dengan orang lain (misalnya laki-laki dengan perempuan).

194
b. Faktor Presipitasi
1) Biologis
a) Adanya kehilangan bagian tubuh, struktur tubuh, fungsi tubuh
b) Adanya penyakit akut yang mempengaruhi fungsi tubuh
c) Adanya efek samping pengobatan kemoterapi dan radiasi
d) Status gizi, misalnya obesitas atau terlalu kurus
e) Perubahan hormonal reproduksi (pubertas, kehamilan dan
menopause).
2) Psikologis
a) Kemampuan komunikasi verbal terganggu akibat adanya gangguan
sensori penglihatan dan pendengaran serta kerusakan area motorik
bicara (gagap, pelo dan bisu)
b) Adanya gangguan gambaran diri akibat terapi penyakit: misalnya
pemasangan infus, NGT, trakheostomi, infus
c) Gangguan konsep diri karena menderita sakit, misalnya cedera,
pembedahan
d) Adanya persepsi yang tidak realistis terhadap penampilan akibat
psikosis, anoreksia nervosa dan bulimia
e) Adanya gambaran diri yang negatif akibat adanya perubahan bentuk,
struktur, fungsi dan penampilan tubuhnya
f) Kepribadian: mudah cemas dan introver atau menutup diri
g) Moral: tidak menerima reward dari masyarakat, penilaian diri yang
rendah (self defrifation) dan takut tentang definisi diri sendiri)
h) Mengalami penganiayaan seksual atau pemerkosaan dalam enam
bulan terakhir
i) Motivasi: kurangnya dukungan sosial orang sekitar dan tidak pernah
mendapatkan penghargaan dari luar
j) Self control: klien kurang dapat mengendalikan dorongan yang
kurang positif
k) Adanya pembatasan kontak sosial dengan keluarga & teman akibat
perbedaan budaya, lokasi tempat tinggal yang terisolasi, proses
pengobatan yang menyebabkan gangguan bicara.
3) Sosial budaya
a) Krisis maturasi atau individu tidak mampu mencapai tugas
perkembangan yang seharusnya
b) Pembatasan yang dilakukan oleh rumah sakit akibat hospitalisasi

195
c) Gender: jenis kelamin perempuan lebih berisiko mengalami gangguan
citra tubuh dibandingkan laki-laki (2:1), orientasi seksual
menyimpang (homokseksual, lesbian) maupun heteroseksual
d) Pendapatan rendah atau kurang dari UMR
e) Pekerjaan: tidak tetap, pengangguran
f) Status sosial: aktif dalam kegiatan sosial di masyarakat (pengurus)
g) Latar belakang budaya: nilai budaya keyakinan yang kuta, misalnya
seorang laki-laki harus menjadi tulang punggung keluarga atau
pelindung keluarga
h) Keikutsertaan partai politik dan organisasi: aktif mengikuti kegiatan
politik dan organisasi
i) Pengalaman sosial: belum pernah mengalami kehilangan, penolakan
hubungan interpersonal, berpisah dengan orang yang dicintai, tidak
ada masalah dengan pelaksanaan hubungan intim dan tiba-tiba
mengalami pengalaman sosial yang kurang baik akibat
penyakitnya/perubahan fisiknya
j) Peran sosial: tidak dapat menjalankan peran sosialnya lagi akibat
perubahan fisik yang sebelumnya dapat dilakukan.

3. PENYEBAB
a. Perubahan fungsi tubuh akibat proses penyakit
b. Perubahan struktur tubuh akibat luka, operasi dan proses penyakit
c. Perubahan bentuk tubuh akibat tindakan, seperti pemasangan infus,
oksigen, kateter
d. Perubahan pandangan terhadap penampilan tubuh
e. Trauma
f. Ketidaksesuaian agama
g. Gangguan psikososial
h. Transisi perkembangan
i. Ketidaksesuaian budaya
j. Perubahan fungsi kognitif

4. TANDA DAN GEJALA


a. Mayor
1) Subjektif:
a) Menolak perubahan/kehilangan tubuh
b) Perasaan negatif tentang tubuh

196
2) Objektif:
a) Kehilangan bagian tubuh
b) Fungsi dan struktur tubuh berubah
c) Menghindari melihat dan atau menyentuh tubuh yang berubah
d) Menyembunyikan bagian tubuh yang berubah
b. Minor
1) Subjektif:
a) Pandangan pada tubuh berubah(misal: penampilan, struktur, fungsi)
b) Takut pada reaksi orang lain
c) Preokupasi pada perubahan/kehilangan
2) Objektif:
a) Hubungan sosial berubah(menarik diri)
b) Respons nonverbal pada perubahan dan persepsi tubuh
c) Trauma terhadap bagian tubuh yang tidak berfungsi

5. KONDISI KLINIS TERKAIT


a. Mastektomi
b. Amputasi
c. Jerawat
d. Luka bakar
e. Obesitas
f. Kehamilan
g. Stroke

6. TUJUAN ASUHAN KEPERAWATAN


a. Kognitif, klien mampu:
1) Mengenal bagian tubuh yang sehat dan yang terganggu/sakit
2) Mengetahui cara mengatasi gangguan citra tubuh
b. Psikomotor, klien mampu:
1) Mengafirmasi bagian tubuh yang sehat
2) Melatih dan menggunakan bagian tubuh yang sehat
3) Merawat dan melatih bagian tubuh yang terganggu
c. Afektif
1) Mengevaluasi manfaat bagian tubuh yang masih sehat
2) Merasakan manfaat latihan ada bagian tubuh yang terganggu

197
7. PROSES KEPERAWATAN DIAGNOSIS GANGGUAN CITRA
TUBUH
a. Pengkajian Diagnosis Gangguan Citra Tubuh
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada
klien dan keluarga (pelaku rawat).
Kaji
1) Bagian tubuh yang terganggu dan bagian tubuh yang sehat
2) Tanda dan gejala gangguan citra tubuh dan kemampuan klien dalam
mengatasi gangguan citra tubuh
b. Diagnosis Keperawatan Gangguan Citra Tubuh
Langkah berikutnya adalah merumuskan diagnosa keperawatan.
Diagnosis keperawatan dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala yang
diperoleh pada pengkajian. Berdasarkan data-data tersebut dapat
ditegakkan diagnosis keperawatan:
Gangguan Citra Tubuh
c. Tindakan Keperawatan Gangguan Citra Tubuh
1) Tindakan keperawatan ners
a) Pengkajian: kaji bagian tubuh yang terganggu dan sehat serta tanda
dan gejala gangguan citra tubuh, dan kemampuan klien dalam
mengatasi gangguan citra tubuh
b) Jelaskan proses terjadinya gangguan citra tubuh.
c) Diskusikan persepsi, perasaan, dan harapan klien terhadap citra
tubuhnya.
d) Latih klien menggunakan bagian tubuh yang sehat
i. Diskusikan bagian tubuh yang sehat.
ii. Latih menggunakan tubuh yang sehat
iii. Latih afirmasi bagian tubuh yang sehat
e) Latih klien merawat dan melatih bagian tubuh yang terganggu
i. Diskusikan dengan klien manfaat yang telah dirasakan dari
bagian tubuh yang terganggu pada saat sehat
ii. Motivasi klien melihat dan mengatur bagian tubuh yang
terganggu
iii. Latih klien meningkatkan citra tubuh bagian tubuh yang
terganggu: menyesuaikan pakaian, pakai alat bantu, kosmetik
dan rencana protesa.

198
f) Motivasi klien melakukan latihan sesuai jadwal dan beri pujian
g) Motivasi klien melakukan kegiatan sosial
2) Tindakan pada keluarga
a) Kaji masalah klien yang dirasakan keluarga dalam merawat klien
yang mengalami masalah gangguan citra tubuh.
b) Jelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala serta proses
terjadinya gangguan citra tubuh yang dialami klien serta mengambil
keputusan merawat klien.
c) Latih keluarga cara merawat dan membimbing klien mengatasi
gangguan citra tubuh sesuai dengan arahan keperawatan yang telah
diberikan kepada klien.
d) Latih keluarga menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang
mendukung perawatan gangguan citra tubuh klien.
e) Diskusikan tanda dan gejala ansietas yang memerlukan rujukan segera
serta menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara
teratur.
3) Tindakan Kolaborasi
a) Kolaborasi dengan dokter
i. Melakukan kolaborasi dengan dokter menggunakan ISBAR dan
TbaK
ii. Memberikan program terapi dokter (obat): edukasi 8 benar
pemberian obat dengan menggunakan konsep safety pemberian
obat
iii. Mengobservasi manfaat dan efek samping obat
b) Kolaborasi dengan psikiater sesuai dengan kebutuhan
4) Discharge Planning
a) Menjelaskan rencana persiapan pasca-rawat di rumah untuk
memandirikan klien
b) Menjelaskan rencana tindak lanjut perawatan dan pengobatan
c) Melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan
d. Evaluasi
1) Penurunan tanda dan gejala gangguan citra tubuh
2) Peningkatan kemampuan klien gangguan citra tubuh
3) Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat klien dengan gangguan
citra tubuh.

199
e. Rencana Tindak Lanjut
1) Rujuk klien dan keluarga ke fasilitas praktik mandiri perawat spesialis
keperawatan jiwa.
2) Rujuk klien dan keluarga ke case manager di fasilitas pelayanan kesehatan
primer di puskesmas, pelayanan kesehatan sekunder dan tersier di rumah
sakit.
3) Rujuk klien dan keluarga ke kelompok pendukung, kader kesehatan jiwa,
kelompok swabantu dan fasilitasi psikososial yang tersedia di masyarakat.

8. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DENGAN


KLIEN GANGGUAN CITRA TUBUH
Pertemuan ke-1 Klien (setiap melakukan tindakan strategi pelaksanaan
(SP), perawat harus melakukan sesuai dengan tahapan-tahapan yang akan
dilakukan)
a. Orientasi
1) Salam
Mengucap salam, memperkenalkan nama perawat dan pekerjaan/berasal
dari mana, menanyakan nama kepanjangan klien, nama panggilan, tanggal
lahir.
2) Evaluasi
Menanyakan bagaimana perasaan klien. Dan berapa lama sudah merasakan
perasaan seperti itu.
3) Validasi
Menanyakan apa yang dilakukan untuk mengatasi masalah itu dan apakah
berhasil.
4) Kontrak
a) Topik dan tujuan
Perawat membicarakan penyebab yang terjadi pada klien dan cara
mengatasinya, serta tujuan dari tindakan yang akan dilakukan.
b) Waktu
Perawat menanyakan berapa lama waktunya, dan apakah setuju
dengan waktu yang disepakati.
c) Tempat
Perawat menanyakan di mana tempatnya.

200
b. Kerja
1) Pengkajian
Pengkajian: kaji bagian tubuh yang terganggu dan sehat serta tanda
dan gejala gangguan citra tubuh, dan kemampuan klien dalam mengatasi
gangguan citra tubuh. mengidentifikasi citra tubuh dan Bagaimana kalau
kita latihan mengidentifikasi aspek positif dirinya.?
2) Diagnosis
Kemudian dari pengkajian klien dapat disimpulkan bahwa klien
mengalami gangguan citra tubuh. Jelaskan ke pada klien ini adalah
gangguan citra tubuh.
3) Tindakan
a) Tindakan keperawatan pada Klien.
Untuk mengatasi gangguan citra tubuh ada beberapa cara:
b) Mendiskusikan persepsi klien tentang citra tubuhnya dahulu dan saat
ini, perasaan dan harapan terhadap citra tubuh saat ini
- Contohkan: melihat dan menjelaskan tentang citra tubuhnya
dahulu dan saat ini, perasaan dan harapan terhadap citra
tubuhnya saat ini.
- Dampingi: kemudian klien menjelaskan kepada perawat
- Mandiri: keluarga melakukan sendiri dan perawat memberikan
reward atau reinforcement positif.
c) Memotivasi klien untuk melihat bagian tubuh yang hilang secara
bertahap, bantu klien menyentuh bagian tubuh tersebut,
mengobservasi respons klien terhadap perubahan bagian tubuh dan
mengatasi masalah bagian tubuh.
Perawat menanyakan kepada klien bagian tubuh yang hilang
untuk menyentuhnya secara bertahap, bantu klien menyentuh bagian
tubuh tersebut, mengobservasi respons klien terhadap perubahan
bagian tubuh dan mengatasi masalah bagian tubuh
d) Mengajarkan klien melakukan afirmasi dan melatih bagian tubuh
yang sehat
Contoh: perawat mencontohkan cara afirmasi:
Tarik napas dalam (3x) untuk relaksasi
Ucapkan kalimat afirmasi “(sebutkan nama) bangsa atau bersyukur
(sebutkan bagian tubuh) sehat.
Atau alhamdulillah/puji Tuhan (sebutkan bagian tubuh) (sebutkan
nama) sehat. Contoh: “Sesa bersyukur tangan sehat)
Mendemonstrasikan afirmasi positif (3 X)

201
e) Mendiskusikan bagian tubuh yang berfungsi dan yang terganggu
- Bersama perawat mendiskusikan bagian tubuh yang berfungsi
dan yang terganggu.
- Memotivasi klien melihat dan mengatur bagian tubuh yang
terganggu.
- Latih pasien meningkatkan citra tubuh bagian tubuh yang
terganggu, menyesuaikan pakaian, pakai alat bantu, kosmetik.
f) Memotivasi klien dan memberikan pujian
g) Memotivasi klien dan melakukan kegiatan sosial
c. Terminasi
1) Evaluasi Subjektif
Perawat menanyakan bagaimana perasaan klien setelah melakukan
kegiatan?
2) Evaluasi objektif
Tanyakan kepada klien(evaluasi kembali) dan apakah sudah benar
tindakan atau latihan yang diajarkan tadi. Beri reward kepada klien bila
klien bisa melakukan. (bantu jika belum ingat).
3) Rencana tindak lanjut klien
Perawat mengajak klien untuk latihan secara teratur? Dan mengulang
dalam sehari berapa kali latihan menggunakan bagian tubuh yang sehat
dan terganggu, latihan afirmasi dan melakukan jadwal kegiatan
4) Rencana tindak lanjut perawat
Perawat melakukan kontrak waktu dengan klien. Kapan klien bisa.
(perawat melihat lagi tanda dan gejala yang dialami klien.
5) Salam
Perawat memberi salam kepada klien.

9. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DENGAN


KELUARGA GANGGUAN CITRA TUBUH
Pertemuan ke-I keluarga (setiap melakukan tindakan strategi pelaksanaan
(SP), perawat harus melakukan sesuai dengan tahapan-tahapan yang akan
dilakukan).
a. Fase Orientasi
1) Salam
Mengucap salam, memperkenalkan nama perawat dan pekerjaan/berasal
dari mana, menanyakan nama kepanjangan keluarga klien, nama
panggilan, tanggal lahir.

202
2) Evaluasi
Menanyakan bagaimana perasaan keluarga. Tanyakan adakah dalam
keluarga yang sakit.
3) Validasi
Menanyakan apa yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut dan
apakah sudah dibawa ke pusat pelayanan kesehatan.
4) Kontrak
a) Topik dan tujuan
b) Perawat akan melakukan pemeriksaan kesehatan supaya dapat
mengetahui kondisi keluarga klien.
c) Waktu
d) Perawat menanyakan berapa lama waktunya, dan apakah setuju
dengan waktu yang disepakati.
e) Tempat
Perawat menanyakan di mana tempatnya.
b. Fase Kerja
1) Pengkajian
a) Identitas keluarga
Perawat menanyakan pada keluarga klien ingin mendata keluarga
yang tinggal di rumah. Siapa kepala keluarga, siapa nama lengkapnya,
berapa umurnya, pendidikan, alamat rumah dan apakah keluarga ada
yang mempunyai keluhan kesehatan seluruh keluarga (jika ada
sebutkan). Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai riwayat
kesehatan atau penyakit sebelumnya. (jika ada sebutkan). Perawat
juga menanyakan jika ada anggota keluarga yang mengalami keluhan
sudah berapa lama, apa yang dilakukan(klien). Kemudian perawat
memeriksa klien.
b) Pengkajian indikator keluarga sehat (IKS)
Perawat menanyakan apakah anggota keluarga ada mengikuti
kegiatan program pemerintah agar seluruh keluarga sehat.
Keluarga akan menjawab pertanyaan IKS dengan ya atau tidak.
Dan perawat akan memulai?
i. Apakah anggota keluarga mengikuti program keluarga
berencana?
ii. Apakah anggota keluarga ada yang melahirkan ke fasilitas
kesehatan?
iii. Apakah anggota keluarga mendapatkan imunisasi dasar lengkap?
iv. Apakah mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan?

203
v. Apakah balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan?
vi. Apakah anggota keluarga tidak ada yang merokok?
vii. Apakah anggota keluarga menjadi anggota JKN/ BPJS?
viii. Apakah anggota keluarga memiliki akses sarana air bersih?
ix. Apakah keluarga memiliki akses jamban sehat?
x. Apakah anggota keluarga ada yang menderita penyakit TBC?
Jika iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
xi. Apakah anggota keluarga menderita gangguan jiwa? Jika iya,
apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar
dari pelayanan kesehatan?
xii. Apakah anggota keluarga menderita diabetes melitus? Jika iya,
apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar
dari pelayanan kesehatan?
xiii. Apakah anggota keluarga menderita Hipertensi? Jika iya, apakah
sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar dari
pelayanan kesehatan?
xiv. Apakah anggota keluarga menderita kanker? Jika iya, apakah
sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar dari
pelayanan kesehatan?
Kemudian perawat menyimpulkan dan melanjutkan pemeriksaan
terhadap kesehatan jiwa yang dialami keluarga.
c) Pengkajian Self Report Questionarre (SRQ)
Perawat memeriksa kesehatan klien.
i. Apakah klien sering menderita sakit kepala?
ii. Apakah klien kehilangan nafsu makan?
iii. Apakah klien tidur lelap?
iv. Apakah klien mudah menjadi takut?
v. Apakah klien merasa cemas, tegang dan kawatir?
vi. Apakah tangan klien gemetar?
vii. Apakah klien mengalami gangguan pencernaan?
viii. Apakah klien merasa sulit berpikir jernih?
ix. Apakah klien merasa tidak bahagia?
x. Apakah klien lebih senang menangis?
xi. Apakah klien merasa sulit untuk menikmati aktivitas sehari-hari?
xii. Apakah klien mengalami kesulitan untuk mengambil keputusan?
xiii. Apakah aktivitas atau tugas sehari-hari ibu terbengkalai?

204
xiv. Apakah klien merasa tidak mampu berperan dalam kehidupan
ini?
xv. Apakah klien kehilangan minat terhadap banyak hal?
xvi. Apakah klien merasa tidak bahagia?
xvii. Apakah klien merasa tidak berharga?
xviii. Apakah klien mempunyai pikiran untuk mengakhiri hidupnya
xix. Apakah klien merasa lelah sepanjang waktu?
xx. Apakah klien merasa tidak enak perut?
xxi. Apakah klien mulai lelah?
xxii. Apakah klien minum alkohol lebih banyak dari biasanya atau
apakah klien menggunakan narkoba?
xxiii. Apakah klien yakin bahwa seseorang mencoba mencelakai klien
dengan cara tertentu?
xxiv. Apakah ada yang mengganggu atau hal yang tidak biasa dalam
pikiran klien?
xxv. Apakah klien pernah mendengar suara tanpa tahu sumbernya
atau orang lain tidak dapat mendengarnya?
xxvi. Apakah keluarga mengalami mimpi yang mengganggu tentang
sesuatu bencana musibah atau adakah saat-saat Anda seolah
mengalami kembali kejadian bencana?
xxvii. Apakah keluarga menghindari kegiatan, tempat, orang atau
pikiran yang mengingatkan Anda akan bencana tersebut?
xxviii.Apakah minat keluarga terhadap teman dan kegiatan yang biasa
keluarga lakukan berkurang?
xxix. Apakah keluarga merasa sangat terganggu jika berada dalam
situasi yang mengingatkan keluarga akan bencana atau jika
memikirkan tentang bencana?
xxx. Apakah keluarga kesulitan memahami atau mengekspresikan
perasaan keluarga?
Kesimpulan: berdasarkan jawaban dari pertanyaan di atas, keluarga
(salah satu) mengalami kecemasan.
2) Diagnosis
Perawat menyimpulkan hasil dari pengkajian keluarga klien dan
perawat mengajak keluarga dan klien untuk mengungkapkan dan
mengendalikan agar tidak menimbulkan kerugian.

205
3) Tindakan Keperawatan
Tindakan yang dilakukan perawat untuk keluarga klien: (tindakan
yang dilakukan keluarga klien dalam menghadapi anak atau istri di dalam
anggota keluarga yang mengalami kecemasan).
a) Tindakan keperawatan pada keluarga.
Untuk mengatasi kecemasan keluarga ada beberapa cara:
i. Latihan teknik relaksasi: tarik napas dalam
- Contohkan: Tarik napas dalam dari hidung tahan sebentar
dan keluarkan dari mulut sambil menghembuskan.
- Dampingi: kemudian keluarga mengikuti perawat
melakukan tarik napas dalam.
- Mandiri: keluarga melakukan sendiri dan perawat
memberikan reward atau reinforcement positif.
ii. Latihan distraksi
Perawat menanyakan kebiasaan keluarga? Apakah suka
menonton tv, membaca koran, mendengarkan musik, ngobrol
dengan orang lain tentang pengalaman yang menyenangkan.
(upayakan waktu terisi dengan kegiatan).
iii. Latihan hipnotis lima jari
- Mulai dengan tarik napas dalam, tutup mata, kosongkan
pikiran. Napas biasa dan fokus ada napas.
- Satukan jempol dengan telunjuk: bayangkan badan sehat, itu
saja bayangkan jangan ada yang lain.
- Satukan jempol dan jari tengah: bayangkan semua orang
yang peduli, perhatian dan sayang pada keluarga, itu saja
bayangkan jangan ada yang lain.
- Satukan jempol dan jari manis: bayangkan saat keluarga
mendapatkan pujian, hadiah, prestasi dan keluarga sangan
senang, itu saja bayangkan jangan ada yang lain.
- Satukan jempol dan kelingking: bayangkan tempat yang
indah-indah atau tempat yang paling indah yang pernah
dikunjungi, ingat bayangkan keluarga ada di sana dan
senang sekali itu saja yang di bayangkan.
Kesimpulan perawat: menanyakan bagaimana perasaan keluarga
setelah melakukan latihan. Apakah senang dan berkurang. Kemudian
perawat bersama keluarga membuat jadwal latihan untuk semua kegiatan
yang dilakukan.

206
c. Kerja (lanjutan)
Perawat bersama keluarga bersama-sama membahas masalah klien.
Dan akan didiskusikan peran keluarga dalam merawat klien.
Tindakan edukasi 5 tahap tugas keluarga.
1) Keluarga mampu mengenal masalah
2) Perawat menanyakan kepada keluarga apakah klien pernah mendiskusikan
citra tubuhnya.
3) Keluarga mampu memutuskan masalah
4) Keluarga perlu mengetahui cara merawatnya dan memutuskan cara
merawat klien, agar cepat pulih.
5) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit
6) Perawat mengajarkan kepada keluarga dengan memotivasi melakukan cara
melatih bagian tubuh yang sehat dan terganggu, melakukan afirmasi dan
kegiatan. Jika klien dapat melakukan beri reward atau pujian.
7) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan
8) Keluarga lainnya juga perlu membuat suasana mendukung untuk
perawatan dan pemulihan klien. Misalnya; melihat latihan cara melatih
bagian yang sehat dan terganggu dan memberikan pujian.
9) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
10)Klien perlu mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa secara teratur,
pilihannya: puskesmas, RSU, RSJ, praktik komunitas dan dokter.
d. Terminasi
1) Evaluasi subjektif
Perawat menanyakan kepada keluarga bagaimana perasaan setelah
melakukan tindakan yang terkait masalah kesehatan di dalam keluarga
klien.
2) Evaluasi objektif
Perawat menanyakan kembali masalah kesehatan klien. Bagaimana pula
cara, merawatnya.
3) Rencana tindak lanjut klien
Anjurkan kepada keluarga jangan lupa mengajak anggota keluarga lain
untuk membantu merawat klien dan membuat suasana nyaman di keluarga.
Perawat memberikan leaflet kepada keluarga.
4) Rencana tindak lanjut perawat
Perawat merencanakan kepada keluarga untuk kontrak ulang dengan
keluarga, kapan, di mana, jam berapa, apakah ada obat baru saat konsultasi
dengan dokter. Perawat akan menjelaskan cara minum obat yang benar.

207
5) Salam
Perawat mengucap salam dan terima kasih.

REFERENSI
Keliat, B.A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat: CMHN
(Basic Course). Jakarta: EGC.
Keliat, B.A., dkk. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Lundy, K.S. & Janes, S. (2009). Community Health Nursing: Caring for the
Public’s Health. 2 nd ed. Boston: Jones and Bartlett Publisher.
Stuart, G.W. (2013). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. (10th Ed).
Elsevier.
PPSDM Kesehatan. (2012). Modul Pelatihan Keperawatan Kesehatan Jiwa
Masyarakat. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

D. HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL


1. PENGERTIAN
Harga diri rendah situasional adalah munculnya persepsi negatif tentang
makna diri sebagai respons terhadap situasi ini (NANDA-I, 2018). Harga diri
rendah situasional adalah evaluasi atau perasaan negatif terhadap diri sendiri atau
kemampuan klien sebagai respons terhadap situasi saat ini (SDKI, 2016).

2. PENYEBAB
a. Gangguan citra tubuh
b. Gangguan peran sosial
c. Harapan diri tidak realistik
d. Korban kekerasan
e. Kegagalan
f. Ketidakberdayaan
g. Riwayat kehilangan
h. Riwayat pengabaian
i. Riwayat penolakan

3. TANDA DAN GEJALA


a. Mayor
1) Subjektif
a) Menilai diri negatif (misal tidak berguna, tidak tertolong).
b) Merasa malu/bersalah
c) Menolak penilaian positif tentang diri sendiri

208
2) Objektif
a) Berbicara dengan pelan dan lirih
b) Menolak berinteraksi dengan orang lain
c) Berjalan menunduk
d) Menarik diri
b. Minor
1) Subjektif
Kurang konsentrasi
2) Objektif
a) Kontak mata kurang
b) Lesu dan tidak bergairah
c) Pasif
d) Tidak mampu membuat keputusan

4. PROSES TERJADINYA
a. Faktor Predisposisi
1) Biologis
a) Adanya riwayat anggota keluarga menderita penyakit genetik
(gangguan jiwa).
b) Ada riwayat gangguan status nutrisi (kurus, obesitas) atau anoreksia
dan tidak ada perbaikan nutrisi, BB tidak ideal
c) Paparan terhadap racun, sindrom alkohol saat janin dalam kandungan.
d) Riwayat kesehatan secara umum, misalnya kanker, epilepsi, trauma
kepala, riwayat gangguan penyakit jantung, penyakit neurologis
e) Menderita penyakit fisik (penyakit kronis, defek kongenital dan
kehamilan)
f) Mengalami perubahan kognitif atau persepsi akibat nyeri kronis
g) Adanya masalah psikososial yang menyebabkan gangguan makan,
BB obesitas atau terlalu kurus
h) Penanganan medik jangka panjang (kemoterapi dan radiasi)
i) Maturasi normal: pertumbuhan dan perkembangan masa bayi, anak
dan remaja
j) Perubahan fisiologis pada kehamilan dan penuaan
k) Adanya riwayat prosedur pembedahan elektif: prosedur bedah plastik,
wajah, bibir, perbaikan jaringan parut, prosedur pembedahan
transeksual, aborsi
l) Riwayat menderita penyakit kronis dan mengalami nyeri kronis.

209
2) Psikologis
a) Mempunyai intelegensi RM sedang sampai normal dan kemampuan
melakukan komunikasi verbal gagap atau tidak mampu menggunakan
apa yang dipikirkan, berinteraksi dengan orang lain
b) Adanya pembatasan kontak sosial akibat perbedaan budaya maupun
akibat proses pengobatan yang lama (di ICU, NGT atau ETT,
trakeostomi)
c) Mengalami gangguan psikologis
d) Pengalaman masa lalu tidak menyenangkan: perpisahan traumatik
dengan orang yang berarti, penolakan dari keluarga, perceraian,
kekerasan dalam rumah tangga. Diturunkan dari jabatannya, konflik
dengan rekan kerja, penganiayaan seksual, seringkali mengalami
kegagalan.
e) Motivasi: kurangnya penghargaan dari orang lain pada masa
perkembangan yang terjadi secara berulang, kurangnya dukungan
sosial dan dari dukungan diri sendiri.
f) Mempunyai konsep diri negatif: gambaran diri negatif, ideal diri tidak
realistis, gangguan pelaksanaan peran
g) Self control rendah, ketidakmampuan melakukan kontrol diri ketika
mengalami kegagalan maupun keberhasilan (terlalu sedih atau terlalu
senang yang berlebihan)
h) Kepribadian: menghindar, tergantung dan tertutup/menutup diri dan
mudah cemas
i) Riwayat kesulitan mengambil keputusan, tidak mampu berkonsentrasi
3) Sosial budaya
a) Usia: Pada usia tersebut individu tidak dapat mencapai tugas
perkembangan yang seharusnya sehingga mudah mengalami penilaian
negatif tentang dirinya. Teori yang diungkapkan oleh Erikson (1963)
mengemukakan jika tugas perkembangan sebelumnya tidak terpenuhi
dapat menjadi predisposisi terhadap gangguan ansietas. Sebagai
respons terhadap stres, tampak perilaku yang berhubungan dengan
tahap perkembangan sebelumnya karena individu mengalami regresi
ke atau tetap berada pada tahap perkembangan sebelumnya.
b) Gender/jenis kelamin: pelaksanaan peran individu sesuai dengan jenis
kelamin yang tidak optimal akan mempermudah munculnya harga diri
yang negatif secara situasional dan lebih banyak mengalami harga diri
rendah situasional berjenis kelamin perempuan

210
c) Kurangnya pendapatan/penghasilan yang dapat mengancam
pemenuhan kebutuhan dasar sehari-hari
d) Mengalami perubahan status atau prestise
e) Pengalaman berpisah dari orang terdekat, misalnya karena perceraian,
kematian, tekanan budaya, perpindahan dan perpisahan sementara
atau permanen
f) Perubahan status sosial dan ekonomi akibat pensiun
g) Tinggal di lingkungan yang terdapat bahaya keamanan maupun
polutan lingkungan
h) Kondisi pasien yang tidak mempunyai pekerjaan, pengangguran, ada
pekerjaan baru maupun promosi)
i) Peran sosial: kurang mampu menjalankan perannya untuk
berpartisipasi lingkungan tempat tinggal dan kesulitan membina
hubungan interpersonal dengan orang lain:
j) Agama dan keyakinan: kurang menjalankan kegiatan keagamaan
sesuai dengan agama dan kepercayaan atau ada nilai budaya dan
norma yang mengharuskan melakukan pembatasan kontak sosial
dengan orang lain (misalnya laki-laki dengan perempuan).
b. Faktor Presipitasi
1) Biologis
a) Adanya kehilangan bagian tubuh, struktur tubuh, fungsi tubuh
b) Adanya penyakit akut yang mempengaruhi fungsi tubuh
c) Adanya efek samping pengobatan kemoterapi dan radiasi
d) Status gizi, misalnya obesitas atau terlalu kurus. (BB tidak ideal)
e) Adanya kelainan kongenital
f) Sensitivitas biologio: ketidakseimbangan elektrolit, gangguan pada
sistem limbik, thalamus, kortek frontal, GABA, norefrinefrin dan
serotonin
2) Psikologis
a) Mempunyai pemahaman yang baik terhadap stimulus yang ada.
Kemampuan komunikasi verbal terganggu akibat adanya gangguan
sensori penglihatan dan pendengaran serta kerusakan area motorik
bicara (gagap, pelo dan bisu)
b) Adanya gangguan gambaran diri akibat terapi penyakit: misalnya
pemasangan infus, NGT, trakheostomi, infus
c) Gangguan konsep diri karena perubahan peran akibat sakit yang
mendadak akut

211
d) Adanya harapan yang tidak terpenuhi (misalnya: terhadap anak,
kelahiran anak, kehamilan)
e) Adanya gambaran diri yang negatif akibat adanya perubahan bentuk,
struktur, fungsi dan penampilan tubuhnya
f) Kepribadian: mudah cemas dan introver atau menutup diri
g) Moral: tidak menerima reward dari masyarakat, penilaian diri yang
rendah (self defrifation) dan takut tentang definisi diri sendiri)
h) Mengalami penganiayaan seksual atau pemerkosaan dalam enam
bulan terakhir
i) Motivasi: kurangnya dukungan sosial orang sekitar dan tidak pernah
mendapatkan penghargaan dari luar
j) Self control: klien kurang dapat mengendalikan dorongan yang
kurang positif
k) Adanya pembatasan kontak sosial dengan keluarga & teman akibat
perbedaan budaya, lokasi tempat tinggal yang terisolasi, proses
pengobatan yang menyebabkan gangguan bicara
3) Sosial budaya
a) Krisis maturasi atau individu tidak mampu mencapai tugas
perkembangan yang seharusnya
b) Pembatasan yang dilakukan oleh rumah sakit akibat hospitalisasi
c) Gender: jenis kelamin perempuan lebih berisiko mengalami
kegagalan menjalankan peran
d) Pendapatan rendah atau kurang dari UMR
e) Pekerjaan: tidak tetap, pengangguran
f) Status sosial: aktif dalam kegiatan sosial di masyarakat (pengurus)
g) Latar belakang budaya: nilai budaya keyakinan yang kuat, misalnya
seorang laki-laki harus menjadi tulang punggung keluarga atau
pelindung keluarga
h) Keikutsertaan partai politik dan organisasi: aktif mengikuti kegiatan
politik dan organisasi
i) Pengalaman sosial: belum pernah mengalami kehilangan, penolakan
hubungan interpersonal, berpisah dengan orang yang dicintai, tidak
ada masalah dengan pelaksanaan hubungan intim dan tiba-tiba
mengalami pengalaman sosial yang kurang baik akibat
penyakitnya/perubahan fisiknya
j) Peran sosial: tidak dapat menjalankan peran sosialnya lagi akibat
perubahan fisik yang sebelumnya dapat dilakukan.

212
5. KONDISI KLINIS TERKAIT
a. Cedera traumatis
b. Pembedahan
c. Kehamilan
d. Diagnosis penyakit yang diterima
e. Stroke
f. Penyalahgunaan zat
g. Demensia

6. TUJUAN ASUHAN KEPERAWATAN


a. Kognitif, klien mampu:
1) Menyebutkan pengertian, tanda gejala, penyebab dan akibat dari harga diri
rendah situasional
2) Mengetahui kemampuan yang dimiliki dan dapat dilakukan
3) Mengetahui cara mengatasi harga diri rendah situasional
b. Psikomotor, klien mampu:
1) Memilih kemampuan yang dapat dilakukan
2) Melatih kemampuan yang dipilih
3) Menyusun rencana kegiatan sesuai dengan kondisi kesehatan
c. Afektif
4) Merasakan manfaat latihan yang dilakukan
5) Memilih aspek positif dan makna kehidupannya

7. PROSES KEPERAWATAN HARGA DIRI RENDAH


SITUASIONAL
a. Pengkajian Harga Diri Rendah Situasional
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada
pasien dan keluarga (pelaku rawat).
Tanda dan Gejala harga diri rendah dapat ditemukan dengan
wawancara, melalui pertanyaan sebagai berikut:
1) Apakah bapak/ibu merasa malu dan bersalah?
2) Apakah bapak atau ibu menjelek-jelekkan diri sendiri?
b. Diagnosis Keperawatan Dengan Klien Harga Diri Rendah Situasional
Langkah berikutnya adalah merumuskan diagnosis keperawatan.
Diagnosis keperawatan dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala yang

213
diperoleh pada pengkajian. Berdasarkan data-data tersebut dapat
ditegakkan diagnosis keperawatan:
Harga Diri Rendah Situasional
c. Tindakan Keperawatan Harga Diri Rendah Situasional
Tindakan keperawatan untuk mengatasi harga diri rendah situasional,
dilakukan terhadap klien dan keluarga (pelaku rawat). Saat melakukan
pelayanan di puskesmas dan kunjungan rumah, perawat menemui keluarga
(pelaku rawat), terlebih dahulu sebelum menemui klien. Bersama keluarga
(pelaku rawat), perawat mengidentifikasi masalah yang dialami klien
untuk melakukan pengkajian dan melatih satu cara untuk mengatasi
masalah yang dialami klien.
Jika klien telah mendapatkan terapi spikofarmako, maka hal pertama
yang dilatih perawat adalah tentang pentingnya kepatuhan minum obat.
Setelah perawat selesai melatih klien, maka perawat kembali menemui
keluarga (pelaku rawat) dan melatih keluarga (pelaku rawat) untuk
merawat klien, serta menyampaikan hasil tindakan yang telah dilakukan
terhadap klien dan tugas yang diperlukan keluarga lakukan yaitu untuk
mengingatkan klien melatih kemampuan mengatasi masalah yang telah
diajarkan oleh perawat.
Tindakan keperawatan untuk klien dan keluarga dilakukan pada setiap
pertemuan, minimal empat kali pertemuan dan dilanjutkan sampai klien
dan keluarga mampu mengatasi harga diri rendah situasional.
1) Tindakan keperawatan klien
a) Pengkajian: kaji tanda dan gejala harga diri rendah situasional,
penyebab, kemampuan mengatasinya dan akibatnya.
b) Diagnosis: jelaskan proses terjadinya harga diri rendah situasional
c) Tindakan keperawatan:
Latihan cara meningkatkan harga diri klien.
2) Tindakan Keperawatan pada keluarga klien harga diri rendah situasional
a) Kaji masalah klien yang dirasakan keluarga dalam merawat klien.
b) Jelaskan pengertian, tanda dan gejala serta proses terjadinya harga diri
rendah situasional yang dialami klien.
c) Latih keluarga cara merawat dan membimbing klien meningkatkan
harga diri sesuai dengan asuhan keperawatan pada klien. Motivasi
keluarga memberikan pujian atas keberhasilan klien.
d) Melatih keluarga menciptakan suasana keluarga yang mendukung
peningkatan harga diri rendah

214
e) Diskusikan tanda dan gejala harga diri rendah situasional yang
memerlukan rujukan segera serta menganjurkan follow up ke fasilitas
pelayanan kesehatan secara teratur
3) Tindakan kolaborasi
a) Melakukan kolaborasi dengan dokter menggunakan ISBAR dan TbaK
b) Memberikan program terapi dokter (obat): edukasi 8 benar pemberian
obat dengan menggunakan konsep safety pemberian obat
c) Mengobservasi manfaat dan efek samping obat
4) Discharge Planning
a) Menjelaskan rencana persiapan pasca-rawat di rumah untuk
memandirikan klien
b) Menjelaskan rencana tindak lanjut perawatan dan pengobatan
c) Melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan
d. Evaluasi
1) Penurunan tanda dan gejala harga diri rendah situasional
2) Peningkatan kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan dan melatih
aspek positif yang dimiliki.
3) Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat klien.
e. RENCANA TINDAK LANJUT
1) Rujuk klien dan keluarga ke fasilitas praktik mandiri perawat spesialis
keperawatan jiwa.
2) Rujuk klien dan keluarga ke case manager di fasilitas pelayanan kesehatan
primer di puskesmas, pelayanan kesehatan sekunder dan tersier di rumah
sakit.
3) Rujuk klien dan keluarga ke kelompok pendukung, kader kesehatan jiwa,
kelompok swabantu dan fasilitasi psikososial yang tersedia di masyarakat.

8. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DENGAN


KLIEN HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL
Pertemuan ke-1 Klien (setiap melakukan tindakan strategi pelaksanaan
(SP), perawat harus melakukan sesuai dengan tahapan-tahapan yang akan
dilakukan)

215
a. Orientasi
1) Salam
Mengucap salam, memperkenalkan nama perawat dan pekerjaan/berasal
dari mana, menanyakan nama kepanjangan klien, nama panggilan, tanggal
lahir.
2) Evaluasi
Menanyakan bagaimana perasaan klien. Dan berapa lama sudah merasakan
perasaan seperti itu.
3) Validasi
Menanyakan apa yang dilakukan untuk mengatasi masalah itu dan apakah
berhasil.
4) Kontrak
a) Topik dan tujuan
Perawat membicarakan penyebab yang terjadi pada klien dan cara
mengatasinya, serta tujuan dari tindakan yang akan dilakukan.
b) Waktu
c) Perawat menanyakan berapa lama waktunya, dan apakah setuju
dengan waktu yang disepakati.
d) Tempat
Perawat menanyakan di mana tempatnya.
b. Kerja
1) Pengkajian
Tanyakan nama klien? tanyakan pekerjaan? Tanyakan pengalaman
yang tidak menyenangkan selama hidupnya baik dimasa kanak-kanak
sampai dengan sekarang? Tanyakan bagaimana menghadapi masalah
tersebut? Tanyakan siapa yang membantu memecahkan masalah tersebut?
Apakah klien selalu bercerita masalahnya dengan orang lain? Tanyakan
bagaimana klien berhubungan dengan orang tua? Bagaimana hubungan
dengan tangga?
Tanyakan kepada klien berada di mana? Tanyakan dapat kah klien
menyebutkan nama orang tua secara lengkap? Tanyakan sekarang tanggal
berapa?
Tanyakan apa yang dirasakan berada di sini?? Bagaimana makan
klien? Apakah sudah mandi dan gosok gigi? Dan apakah sudah memotong
kuku setiap seminggu sekali?
Tanyakan apakah klien kenal dengan teman-temannya dan sebutkan?
Tanyakan bagaimana proses terjadinya harga diri rendah situasional?

216
2) Diagnosis Keperawatan
Perawat mengambil kesimpulan hasil dari pengkajian dan cerita dari klien.
3) Tindakan
a) Latih cara meningkatkan harga diri rendah klien
b) Ajak klien bersama perawat membuat daftar aspek positif dan
kemampuan yang dimiliki
c) Kemudian menilai kemampuan aspek positif dan kemampuan yang
masih dapat dilakukan, kemudian beri pujian.
d) Kemudian bantu untuk memilih aspek positif dan kemampuan yang
masih dapat dilakukan untuk dilatih
e) Melatih aspek positif dan kemampuan yang masih dapat dilakukan
untuk dilatih secara bertahap
f) Kemudian bersama-sama membuat rencana latihan yang teratur
secara bertahap
c. Terminasi
1) Evaluasi subjektif
Menanyakan kepada klien perasaan setelah latihan?
2) Evaluasi objektif
Menanyakan kepada klien apa saja yang sudah dilakukan (situasi
lingkungan, waktu dan tempat)
3) Rencana tindak lanjut klien
Ajak klien untuk latihan tentang situasi lingkungan, yaitu orang di sekitar
klien, mengenal waktu, dan tempat di sekitar klien, melatih minum obat,
apa saja kebutuhan dan cara memenuhinya serta Melatih kemampuan yang
dimilikinya dan mencapai kenyamanan.
4) Rencana tindak lanjut perawat
perawat melakukan kontrak ulang dengan klien, kapan, di mana untuk
latihan, jam berapa?
5) Salam
Mengucap salam dan terima kasih

9. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DENGAN


KELUARGA HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL
Pertemuan ke-I keluarga (setiap melakukan tindakan strategi pelaksanaan
(SP), perawat harus melakukan sesuai dengan tahapan-tahapan yang akan
dilakukan).

217
a. Fase Orientasi
1) Salam
2) Mengucap salam, memperkenalkan nama perawat dan pekerjaan/berasal
dari mana, menanyakan nama kepanjangan keluarga klien, nama
panggilan, tanggal lahir.
3) Evaluasi
Menanyakan bagaimana perasaan keluarga. Apakah ada dalam keluarga
yang sakit.
4) Validasi
Menanyakan apa yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut dan
apakah sudah dibawa ke pusat pelayanan kesehatan.
5) Kontrak
a) Tindakan dan tujuan
Perawat akan melakukan pemeriksaan kesehatan supaya dapat
mengetahui kondisi keluarga klien.
b) Waktu
Perawat menanyakan berapa lama waktunya, dan apakah setuju
dengan waktu yang disepakati.
c) Tempat
Perawat menanyakan di mana tempatnya.
b. Fase Kerja
1) Pengkajian
a) Identitas keluarga
Perawat menanyakan pada keluarga klien ingin mendata keluarga
yang tinggal di rumah. Siapa kepala keluarga, siapa nama lengkapnya,
berapa umurnya, pendidikan, alamat rumah dan apakah keluarga ada
yang mempunyai keluhan kesehatan seluruh keluarga (jika ada
sebutkan). Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai riwayat
kesehatan atau penyakit sebelumnya. (jika ada sebutkan). Perawat
juga menanyakan jika ada anggota keluarga yang mengalami keluhan
sudah berapa lama, apa yang dilakukan (klien). Kemudian perawat
memeriksa klien.
b) Pengkajian indikator keluarga sehat (IKS)
Perawat menanyakan apakah anggota keluarga ada mengikuti
kegiatan program pemerintah agar seluruh keluarga sehat.
Keluarga akan menjawab pertanyaan IKS dengan ya atau tidak.
Dan perawat akan memulai?

218
i. Apakah anggota keluarga mengikuti program keluarga
berencana?
ii. Apakah anggota keluarga ada yang melahirkan ke fasilitas
kesehatan?
iii. Apakah anggota keluarga mendapatkan imunisasi dasar lengkap?
iv. Apakah mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan?
v. Apakah balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan?
vi. Apakah anggota keluarga tidak ada yang merokok?
vii. Apakah anggota keluarga menjadi anggota JKN/ BPJS?
viii. Apakah anggota keluarga memiliki akses sarana air bersih?
ix. Apakah keluarga memiliki akses jamban sehat?
x. Apakah anggota keluarga ada yang menderita penyakit TBC?
Jika iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
xi. Apakah anggota keluarga menderita gangguan jiwa? Jika iya,
apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar
dari pelayanan kesehatan?
xii. Apakah anggota keluarga menderita diabetes melitus? Jika iya,
apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar
dari pelayanan kesehatan?
xiii. Apakah anggota keluarga menderita Hipertensi? Jika iya, apakah
sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar dari
pelayanan kesehatan?
xiv. Apakah anggota keluarga menderita kanker? Jika iya, apakah
sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar dari
pelayanan kesehatan?
Kemudian perawat menyimpulkan dan melanjutkan pemeriksaan
terhadap kesehatan jiwa yang dialami keluarga.
c) Pengkajian Self Report Question (SRQ)
Perawat memeriksa kesehatan klien.
i. Apakah klien sering menderita sakit kepala?
ii. Apakah klien kehilangan nafsu makan?
iii. Apakah klien tidur lelap?
iv. Apakah klien mudah menjadi takut?
v. Apakah klien merasa cemas, tegang dan kawatir?
vi. Apakah tangan klien gemetar?
vii. Apakah klien mengalami gangguan pencernaan?

219
viii. Apakah klien merasa sulit berpikir jernih?
ix. Apakah klien merasa tidak bahagia?
x. Apakah klien lebih senang menangis?
xi. Apakah klien merasa sulit untuk menikmati aktivitas sehari-hari?
xii. Apakah klien mengalami kesulitan untuk mengambil keputusan?
xiii. Apakah aktivitas atau tugas sehari-hari ibu terbengkalai?
xiv. Apakah klien merasa tidak mampu berperan dalam kehidupan
ini?
xv. Apakah klien kehilangan minat terhadap banyak hal?
xvi. Apakah klien merasa tidak bahagia?
xvii. Apakah klien merasa tidak berharga?
xviii. Apakah klien mempunyai pikiran untuk mengakhiri hidupnya
xix. Apakah klien merasa lelah sepanjang waktu?
xx. Apakah klien merasa tidak enak perut?
xxi. Apakah klien mulai lelah?
xxii. Apakah klien minum alkohol lebih banyak dari biasanya atau
apakah klien menggunakan narkoba?
xxiii. Apakah klien yakin bahwa seseorang mencoba mencelakai klien
dengan cara tertentu?
xxiv. Apakah ada yang mengganggu atau hal yang tidak biasa dalam
pikiran klien?
xxv. Apakah klien pernah mendengar suara tanpa tahu sumbernya
atau orang lain tidak dapat mendengarnya?
xxvi. Apakah keluarga mengalami mimpi yang mengganggu tentang
sesuatu bencana musibah atau adakah saat-saat Anda seolah
mengalami kembali kejadian bencana?
xxvii. Apakah keluarga menghindari kegiatan, tempat, orang atau
pikiran yang mengingatkan Anda akan bencana tersebut?
xxviii.Apakah minat keluarga terhadap teman dan kegiatan yang biasa
keluarga lakukan berkurang?
xxix. Apakah keluarga merasa sangat terganggu jika berada dalam
situasi yang mengingatkan keluarga akan bencana atau jika
memikirkan tentang bencana?
xxx. Apakah keluarga kesulitan memahami atau mengekspresikan
perasaan keluarga?
Kesimpulan: berdasarkan jawaban dari pertanyaan di atas, keluarga
(salah satu) mengalami kecemasan.

220
2) Diagnosis
Perawat menyimpulkan hasil dari pengkajian keluarga klien dan perawat
mengajak keluarga dan klien untuk mengungkapkan dan mengendalikan
agar tidak menimbulkan kerugian.
3) Tindakan Keperawatan
Tindakan yang dilakukan perawat untuk keluarga klien: (tindakan yang
dilakukan keluarga klien dalam menghadapi anak atau istri di dalam
anggota keluarga yang mengalami kecemasan).
4) Tindakan keperawatan pada keluarga.
Untuk mengatasi kecemasan keluarga ada beberapa cara:
a) Latihan teknik relaksasi: tarik napas dalam
- Contohkan: Tarik napas dalam dari hidung tahan sebentar dan
keluarkan dari mulut sambil menghembuskan.
- Dampingi: kemudian keluarga mengikuti perawat melakukan
tarik napas dalam.
- Mandiri: keluarga melakukan sendiri dan perawat memberikan
reward atau reinforcement positif.
b) Latihan distraksi
Perawat menanyakan kebiasaan keluarga? Apakah suka menonton tv,
membaca koran, mendengarkan musik, ngobrol dengan orang lain
tentang pengalaman yang menyenangkan. (upayakan waktu terisi
dengan kegiatan).
c) Latihan hipnotis lima jari
- Mulai dengan tarik napas dalam, tutup mata, kosongkan pikiran.
Napas biasa dan fokus ada napas.
- Satukan jempol dengan telunjuk: bayangkan badan sehat, itu saja
bayangkan jangan ada yang lain.
- Satukan jempol dan jari tengah: bayangkan semua orang yang
peduli, perhatian dan sayang pada keluarga, itu saja bayangkan
jangan ada yang lain.
- Satukan jempol dan jari manis: bayangkan saat keluarga
mendapatkan pujian, hadiah, prestasi dan keluarga sangan
senang, itu saja bayangkan jangan ada yang lain.
- Satukan jempol dan kelingking: bayangkan tempat yang indah-
indah atau tempat yang paling indah yang pernah dikunjungi,
ingat bayangkan keluarga ada di sana dan senang sekali itu saja
yang di bayangkan.

221
Kesimpulan perawat: menanyakan bagaimana perasaan keluarga
setelah melakukan latihan. Apakah senang dan berkurang. Kemudian
perawat bersama keluarga membuat jadwal latihan untuk semua kegiatan
yang dilakukan.
c. Kerja (lanjutan)
Perawat bersama keluarga bersama-sama membahas masalah klien.
Mendiskusikan peran keluarga dalam merawat klien.
Tindakan edukasi 5 tahap tugas keluarga.
1) Keluarga mampu mengenal masalah
Perawat bersama keluarga mengkaji masalah yang dirasakan klien
bagaimana cara merawat klien, baik dari pengertian, tanda dan gejala serta
proses terjadinya harga diri rendah situasional
2) Keluarga mampu memutuskan masalah
Keluarga perlu mengetahui cara merawatnya dan memutuskan cara
merawat klien, agar cepat pulih.
3) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit
Perawat memberitahu kepada keluarga agar keluarga lain ikut
merawatnya. Cara merawat klien sebagai berikut: menggali kebutuhan
yang belum terpenuhi dan bantu klien memenuhi kebutuhannya,
menghindari berdebat tentang wahamnya, memantu klien mengenal
kemampuan aspek positif yang dimiliki dan latih dengan baik,
memberikan reward atau pujian semua hal yang positif dan susun jadwal
kegiatan yang telah dilatih, dorong melakukan kegiatan sesuai jadwal.
Jika mendapat obat: bantu klien untuk patuh minum obat, jangan lupa
kontrol ke puskesmas secara teratur.
4) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan
Keluarga lainnya juga perlu membuat suasana mendukung untuk
perawatan dan pemulihan klien. Misalnya; mengajak klien melakukan
kegiatan bersama dan memberikan pujian terhadap semua hal positif yang
telah dilakukan.
5) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
Klien perlu mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa secara teratur,
pilihannya: puskesmas, RSU, RSJ, praktik komunitas dan dokter.
d. Terminasi
1) Evaluasi subjektif
Perawat menanyakan kepada keluarga bagaimana perasaan setelah
melakukan tindakan yang terkait masalah kesehatan di dalam keluarga
klien.

222
2) Evaluasi objektif
Perawat menanyakan kembali masalah kesehatan klien. Bagaimana pula
cara, merawatnya.
3) Rencana tindak lanjut klien
Anjurkan kepada keluarga jangan lupa mengajak anggota keluarga lain
untuk membantu merawat klien dan membuat suasana nyaman di keluarga.
Perawat memberikan leaflet kepada keluarga.
4) Rencana tindak lanjut perawat
Perawat merencanakan kepada keluarga untuk kontrak ulang dengan
keluarga, kapan, di mana, jam berapa, apakah ada obat baru saat konsultasi
dengan dokter. Perawat akan menjelaskan cara minum obat yang benar.
5) Salam
Perawat mengucap salam dan terima kasih.

E. KETIDAKBERDAYAAN
1. PENGERTIAN
Ketidakberdayaan adalah pengalaman hidup kurang pengendalian terhadap
situasi, termasuk persepsi bahwa tindakan seseorang secara signifikan tidak akan
mempengaruhi hasil (NANDA-1. 2018). Ketidakberdayaan adalah persepsi
seseorang bahwa tindakannya tidak akan mempengaruhi hasil secara bermakna:
suatu keadaan ketika individu kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau
kegiatan yang baru dirasakan (Stuart, 2016). Ketidakberdayaan adalah persepsi
bahwa tindakan seseorang tidak akan mempengaruhi hasil secara signifikan;
persepsi kurang kontrol pada situasi saat ini atau yang akan datang (SDKI, 2016).

2. PENYEBAB
a. Nyeri
b. Ansietas
c. Harga diri rendah
d. Strategi koping tidak efektif
e. Kurang pengetahuan untuk mengelola masalah
f. Kurang dukungan sosial
g. Interaksi interpersonal yang tidak memuaskan
h. Regimen terkait penyakit

223
3. PROSES TERJADINYA MASALAH
Kebanyakan individu secara subjektif mengalami perasaan
ketidakberdayaan dalam berbagai tingkat dalam bermacam-macam situasi.
Individu sering menunjukkan respons apatis, marah atau depresi terhadap
kehilangan kontrol (Carpenito-Moyet, 2007). Pada ketidakberdayaan, klien
mungkin mengetahui solusi terhadap masalahnya, tetapi percaya bahwa hal
tersebut di luar kendalinya untuk mencapai solusi tersebut. Jika ketidakberdayaan
berlangsung lama, dapat mengarah ke keputusasaan. Perawat harus hati-hati
untuk mendiagnosis ketidakberdayaan yang berasal dari perspektif klien bukan
dari asumsi. Perbedaan budaya dan individu terlihat pada kebutuhan pribadi,
untuk merasa mempunyai kendali terhadap situasi (misalnya untuk diberitahukan
bahwa orang tersebut mempunyai penyakit yang fatal (Wilkinson, 2007).
a. Faktor predisposisi
1) Biologis
a) Tidak ada riwayat keturunan (salah satu atau kedua orang tua
menderita gangguan jiwa)
b) Tidak ada riwayat terjadinya kelainan kromosom 6.4.8.5. dan 22
c) Riwayat status nutrisi baik
d) Riwayat kondisi dan perilaku ibu selama pasien dalam kandungan
e) Riwayat adanya komplikasi selama kehamilan dan kelahiran
(perdarahan, persalinan yang lama, trauma, infeksi toksoplasma dan
polio)
f) Gaya hidup (tidak merokok, alkohol, obat dan zat adiktif) dan
Pengalaman penggunaan zat terlarang
g) Menderita penyakit kronis (riwayat melakukan general check up,
tanggal terakhir periksa)
h) Ada riwayat menderita penyakit jantung, paru-paru, yang
mengganggu pelaksanaan aktivitas harian klien.
i) Adanya riwayat sakit panas lama saat perkembangan balita sampai
kejang-kejang atau pernah mengalami riwayat trauma kepala yang
menimbulkan lesi pada lobus frontal, temporal dan limbik.
j) Riwayat menderita penyakit yang secara progresif menimbulkan
ketidakmampuan, misalnya: sklerosis multipel, kanker terminal atau
AIDS.
2) Psikologis
a) Pengalaman perubahan gaya hidup akibat lingkungan tempat tinggal
b) Kemampuan intelegensi normal (IQ 90-100), ketidakmampuan
mengambil keputusan dan mempunyai kemampuan komunikasi

224
verbal yang kurang atau kurang dapat mengekspresikan perasaan
terkait dengan penyakitnya atau kondisi dirinya
c) Ketidakmampuan menjalankan peran akibat penyakit yang secara
progresif menimbulkan ketidakmampuan, misalnya: sklerosis
multipel, kanker terminal atau AIDS
d) Kurang puas dengan kehidupannya (tujuan hidup yang sudah dicapai)
e) Merasa frustrasi dengan kondisi kesehatannya dan kehidupannya yang
sekarang
f) Pola asuh orang tua pada saat klien anak hingga remaja yang terlalu
otoriter atau terlalu melindungi/menyayangi
g) Motivasi: penerimaan umpan balik negatif yang konsisten selama
tahap perkembangan balita hingga remaja, kurang minat dalam
mengembangkan hobi dan aktivitas sehari-hari
h) Pengalaman aniaya fisik, baik sebagai pelaku, korban maupun sebagai
saksi
i) Self control: tidak mampu mengontrol perasaan dan emosi, mudah
cemas, rasa takut akan tidak diakui, gaya hidup tidak berdaya
j) Kepribadian: mudah marah, pasif dan cenderung tertutup
3) Sosial budaya
a) Usia 30-meninggal berpotensi mengalami ketidakberdayaan
b) Jenis kelamin laki-laki ataupun perempuan mempunyai
kecenderungan yang sama untuk mengalami ketidakberdayaan
tergantung dari peran yang dijalankan dalam kehidupannya
c) Pendidikan rendah
d) Kehilangan kemampuan melakukan aktivitas akibat proses penuaan
(misalnya: pensiun, defisit memori, defisit motorik, status finansial
atau orang terdekat yang berlangsung lebih dari 6 bulan)
e) Adanya norma individu atau masyarakat yang menghargai kontrol
(misalnya kontrol lokus internal)
f) Dalam kehidupan sosial, cenderung ketergantungan dengan orang
lain, tidak mampu berpartisipasi dalam sosial kemasyarakatan secara
aktif, enggan bergaul dan kadang menghindar dari orang lain
g) Pengalaman sosial, kurang aktif dalam kegiatan di masyarakat
h) Kurang terlibat dalam kegiatan politik baik secara aktif maupun
secara pasif

225
b. Faktor presipitasi
1) Biologis
a) Menderita suatu penyakit dan harus dilakukan terapi tertentu,
Program pengobatan yang terkait dengan penyakitnya (misalnya
jangka panjang, sulit dan kompleks) (pemasangan kateter menetap,
NGT, oksigen, infus, dll.).
b) Menderita komplikasi yang mengancam kehamilan
c) Kambuh dari penyakit kronis dalam 6 bulan terakhir
d) Menderita penyakit akut yang menyebabkan ketidakmampuan untuk
berkomunikasi, misalnya: cedera serebrovaskuler, sindrom Guillain-
Barre dan pelaksanaan intubasi
e) Dalam 6 bulan terakhir mengalami perubahan pola makan yang
berlebihan
f) Dalam enam bulan terakhir tidak mengalami infeksi otak yang
menimbulkan kejang atau trauma kepala yang menimbulkan lesi pada
lobus frontal, temporal dan limbik
g) Terdapat gangguan sistem endokrin
h) Penggunaan alkohol, obat-obatan dan kafein dan tembakau
i) Mengalami gangguan tidur atau istirahat
j) Kurang mampu menyesuaikan diri terhadap budaya, ras, etnik dan
gender
k) Perubahan status gizi
l) Mengalami alergi atau gangguan imunologi
m) Adanya perubahan gaya berjalan, koordinasi dan keseimbangan
n) Adanya perubahan fungsi ginjal
2) Psikologis
a) Perubahan gaya hidup akibat menderita penyakit kronis
b) Tidak dapat menjalankan pekerjaan, hobi, kesenangan dan aktivitas
sosial yang berdampak pada keputusasaan.
c) Perasaan malu dan rendah diri karena ketidakmampuan melakukan
aktivitas kehidupan sehari-hari akibat CSV, trauma servikal atau
infark miokard dan nyeri
d) Konsep diri: gangguan pelaksanaan peran karena ketidakmampuan
melakukan tanggungjawab peran akibat adanya pembedahan, trauma
atau artritis
e) Kehilangan kemandirian atau perasaan ketergantungan dengan orang
lain.

226
3) Sosial budaya
a) Kehilangan pekerjaan dan penghasilan akibat kondisi kesehatan atau
kehidupannya yang sekarang
b) Tinggal di pelayanan kesehatan dan pisah dengan keluarga (berada
dalam lingkungan perawatan kesehatan
c) Hambatan interaksi interpersonal akibat penyakitnya maupun
penyebab yang lain
d) Kehilangan kemampuan melakukan aktivitas akibat proses penuaan
(misalnya: pensiun, defisit memori, defisit motorik, status finansial
atau orang terdekat yang berlangsung dalam 6 bulan terakhir)
e) Adanya perubahan dari status kuratif menjadi status paliatif
f) Efek pembatasan mobilitas yang dilakukan rumah sakit atau institusi
g) Kurang dapat menjalankan kegiatan agama dan keyakinannya dan
ketidakmampuan berpartisipasi dalam kegiatan sosial di masyarakat

4. TANDA DAN GEJALA


a. Mayor
1) Subjektif
a) Mengatakan ketidakmampuan
b) Frustrasi karena tidak mampu mengatasi situasi
2) Objektif
a) Tidak mampu merawat diri
b) Tidak mampu mencari informasi perawatan
c) Tidak mampu memutuskan
d) Bergantung pada orang lain
b. Minor
1) Subjektif
a) Menyatukan keraguan tentang kemampuannya
b) Menyatakan kurang mampu mengontrol situasi
c) Malu
2) Objektif
a) Kurang partisipasi dalam perawatan
b) Depresi

227
5. KONDISI KLINIS TERKAIT
a. Penyakit kronis: stroke, gagal ginjal, gagal jantung, penyakit terminal, dan
diabetes melitus
b. Fraktur/kecelakaan

6. TUJUAN ASUHAN KEPERAWATAN


a. Kognitif
1) Mengetahui pengertian, tanda dan gejala, penyebab dan akibat dari
ketidakberdayaan
2) Mengetahui cara mengatasi ketidakberdayaan
b. Psikomotor
1) Mengidentifikasi situasi hidup yang tidak dapat dikendalikan dan yang
dapat dikendalikan
2) Melatih situasi yang dapat dikendalikan
3) Mengidentifikasi pikiran negatif dan tidak rasional
4) Melatih pikiran positif, pikiran rasional dan harapan positif
c. Afektif
1) Merasakan manfaat latihan yang dilakukan
2) Menilai latihan yang mengatasi ketidakberdayaan

7. PROSES KEPERAWATAN KETIDAKBERDAYAAN


a. Pengkajian Ketidakberdayaan
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada
klien dan keluarga (pelaku rawat).
Tanda dan gejala ketidakberdayan dapat ditemukan dengan
wawancara, melalui pertanyaan sebagai berikut:
1) Bagaimana pandangan Anda tentang diri sendiri?
2) Bagaimana penilaian Anda terhadap diri sendiri yang mempengaruhi
hubungan Anda dengan orang lain?
3) Apa yang menjadi harapan Anda?
4) Apa saja harapan yang belum tercapai dan berhasil?
5) Apa upaya yang dilakukan untuk mencapai harapan tersebut?

228
b. Diagnosis Keperawatan Dengan Klien Ketidakberdayaan
Langkah berikutnya adalah merumuskan diagnosis keperawatan.
Diagnosis keperawatan dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala yang
diperoleh pada pengkajian. Berdasarkan data-data tersebut dapat
ditegakkan diagnosis keperawatan:
Ketidakberdayaan
c. Tindakan Keperawatan Ketidakberdayaan
Tindakan keperawatan untuk mengatasi ketidakberdayaan, dilakukan
terhadap klien dan keluarga (pelaku rawat). Saat melakukan pelayanan di
puskesmas dan kunjungan rumah, perawat menemui keluarga (pelaku
rawat), terlebih dahulu sebelum menemui klien. Bersama keluarga(pelaku
rawat), perawat mengidentifikasi masalah yang dialami klien untuk
melakukan pengkajian dan melatih satu cara untuk mengatasi masalah
yang dialami klien.
Jika klien telah mendapatkan terapi psikofarmako, maka hal pertama
yang dilatih perawat adalah tentang pentingnya kepatuhan minum obat.
Setelah perawat selesai melatih klien, maka perawat kembali menemui
keluarga (pelaku rawat) dan melatih keluarga (pelaku rawat) untuk
merawat klien, serta menyampaikan hasil tindakan yang telah dilakukan
terhadap klien dan tugas yang diperlukan keluarga lakukan yaitu untuk
mengingatkan klien melatih kemampuan mengatasi masalah yang telah
diajarkan oleh perawat.
Tindakan keperawatan untuk klien dan keluarga dilakukan pada setiap
pertemuan, minimal empat kali pertemuan dan dilanjutkan sampai klien
dan keluarga mampu mengatasi ketidakberdayaan.
1) Tindakan pada klien
a) Pengkajian
b) Kaji tanda dan gejala serta penyebab ketidakberdayaan
c) Diagnosis: jelaskan proses terjadinya keidakberdayaan
d) Tindakan keperawatan:
i. Latih cara mengendalikan situasi
ii. Diskusikan situasi hidup yang tidak dapat dikendalikan
iii. Diskusikan situasi hidup yang dapat dikendalikan
iv. Latih cara-cara mengendalikan situasi hidup yang dapat
dikendalikan
v. Beri penguatan dan pujian
vi. Latih cara mengendalikan pikiran
vii. Diskusikan pikiran negatif dan pikiran tidak rasional

229
viii. Latih pikiran positif dan rasional
ix. Latih mengembangkan harapan positif dan lakukan afirmasi
positif
x. Beri penguatan dan pujian
xi. Latih peran yang dilakukan
xii. Diskusikan peran yang dimiliki, yang dapat dilakukan dan yang
tidak dapat dilakukan
xiii. Latih peran yang dapat dilakukan
xiv. Beri penguatan dan pujian
2) Tindakan pada keluarga
a) Kaji masalah klien yang dirasakan keluarga dalam merawat klien
yang mengalami ketidakberdayaan
b) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala serta proses terjadinya
ketidakberdayaan yang dialami klien serta mengambil keputusan
merawat klien
c) Latih keluarga cara merawat dan membimbing klien mengatasi
ketidakberdayan sesuai dengan asuhan keperawatan yang diberikan
d) Melibatkan seluruh anggota keluarga menciptakan suasana
lingkungan yang nyaman: mengurangi kritik, memfasilitasi
keberhasilan dan memberi pujian
e) Menjelaskan tanda dan gejala ketidakberdayaan yang memerlukan
rujukan, serta melakukan follow up ke pelayanan kesehatan secara
teratur
3) Tindakan Kolaborasi
a) Melakukan kolaborasi dengan dokter menggunakan pendekatan
ASBAR dan TbaK.
b) Memberikan program terapi dokter (obat): edukasi 8 benar sesuai
konsep safety pemberian obat
c) Mengobservasi manfaat dan efek samping obat
4) Discharge Planning
a) Menjelaskan rencana persiapan pasca-rawat di rumah untuk
memandirikan klien
b) Menjelaskan rencana tindak lanjut perawatan dan pengobatan
c) Melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan

230
d. Evaluasi
1) Penurunan tanda dan gejala ketidakberdayaan
2) Peningkatan kemampuan meningkatkan ketidakberdayaan
3) Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat klien
e. Rencana Tindak Lanjut
1) Rujuk klien dan keluarga ke fasilitas praktik mandiri perawat spesialis
keperawatan jiwa
2) Rujuk klien dan keluarga ke case manager di fasilitas pelayanan kesehatan
primer di puskesmas, pelayanan kesehatan sekunder dan tersier di rumah
sakit
3) Rujuk klien dan keluarga ke kelompok pendukung, kader kesehatan jiwa,
kelompok swabantu dan fasilitas rehabilitasi psikososial yang tersedia di
masyarakat.

8. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DENGAN


KLIEN KETIDAKBERDAYAN
Pertemuan ke-1 Klien (setiap melakukan tindakan strategi pelaksanaan
(SP), perawat harus melakukan sesuai dengan tahapan-tahapan yang akan
dilakukan)
a. Orientasi
1) Salam
Mengucap salam, memperkenalkan nama perawat dan pekerjaan/berasal
dari mana, menanyakan nama kepanjangan klien, nama panggilan, tanggal
lahir.
2) Evaluasi
Menanyakan bagaimana perasaan klien, berapa lama sudah merasakan
perasaan seperti itu.
3) Validasi
Menanyakan apa yang dilakukan untuk mengatasi masalah itu dan apakah
berhasil.
4) Kontrak
a) Tindakan dan tujuan
Perawat membicarakan penyebab yang terjadi pada klien dan cara
mengatasinya, serta tujuan dari tindakan yang akan dilakukan.
b) Waktu
Perawat menanyakan berapa lama waktunya, dan apakah setuju
dengan waktu yang disepakati.

231
c) Tempat
Perawat menanyakan di mana tempatnya.
b. Kerja
1) Pengkajian
a) Penyebab
Tanyakan pada klien peristiwa apa yang terjadi di rumah, sampai
klien tidak mau keluar rumah?
b) Tanda dan Gejala
Tanyakan apa yang dirasakan klien akibat peristiwa tersebut
(sebutkan peristiwa penyebabnya)? Apakah kehidupan klien dapat
dibanggakan? Apakah kelebihan klien rasakan?
c) Akibat
Tanyakan apakah akibat dari klien tidak mau keluar rumah? Apakah
kehidupan klien semakin baik atau sebaliknya?
2) Diagnosis
Perawat menyimpulkan hasil dari percakapan dengan klien. Dan perawat
memberi motivasi kepada klien untuk bangkit kembali.
3) Tindakan
Kemudian perawat mengajak klien untuk mengatasi peristiwa atau
masalah yang dihadapi, terdapat langkah-langkah:
a) Diskusikan tentang penyebab ketidakberdayaan dan perilaku akibat
ketidakberdayaan
b) Bantu klien untuk mengekspresikan perasaannya dan identifikasi
area-area situasi kehidupannya yang tidak berada dalam
kemampuannya untuk mengontrol
c) Bantu klien untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat
berpengaruh terhadap ketidakberdayaan
d) Diskusikan tentang masalah yang dihadapi klien tanpa memintanya
untuk menyimpulkan
e) Identifikasi pemikiran yang negatif dan bantu untuk menurunkan
melalui interupsi dan substitusi
f) Bantu klien untuk meningkatkan pemikiran yang positif
g) Evaluasi persepsi, logika dan kesimpulan yang dibuat pasien
h) Identifikasi persepsi klien yang tidak tepat, penyimpangan dan
pendapatnya yang tidak rasional
i) Latih mengembangkan harapan positif (afirmasi positif)

232
j) Latih peran yang dilakukan, Diskusikan peran yang dimiliki, yang
dapat dilakukan dan yang tidak dapat dilakukan, Latih peran yang
dapat dilakukan, Beri penguatan dan pujian
c. Terminasi
1) Evaluasi Subjektif
Menanyakan kepada klien bagaimana perasaannya setelah latihan
2) Evaluasi Objektif
Menanyakan kembali apa saja yang sudah dilatih? Bagaimana langkah-
langkahnya? Beri pujian
3) Rencana tindak lanjut klien
Bersama klien membuat jadwal latihan, berapa kali sehari, jam berapa?
kemudian buat ceklis jika klien melakukan, (baik itu dibantu, diingatkan,
atau sendiri) dan rasakan manfaatnya
4) Rencana tindak lanjut perawat
Perawat membuat kontak ulang dengan perawat. Dan perawat akan
memeriksa kembali kondisi dan latihan klien, jika dokter memberi obat,
perawat akan menjelaskan cara minum obat yang benar.
5) Salam
Mengucap salam dan terima kasih

9. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DENGAN


KELUARGA KETIDAKBERDAYAAN
Pertemuan ke-I keluarga (setiap melakukan tindakan strategi pelaksanaan
(SP), perawat harus melakukan sesuai dengan tahapan-tahapan yang akan
dilakukan).
a. Fase Orientasi
1) Salam
Mengucap salam, memperkenalkan nama perawat dan pekerjaan/berasal
dari mana, menanyakan nama kepanjangan keluarga klien, nama
panggilan, tanggal lahir.
2) Evaluasi
Menanyakan bagaimana perasaan keluarga. Dan adakah dalam keluarga
yang sakit.
3) Validasi
Menanyakan apa yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut dan
apakah sudah dibawa ke pusat pelayanan kesehatan.

233
4) Kontrak
a) Topik dan tujuan
Perawat akan melakukan pemeriksaan kesehatan supaya dapat
mengetahui kondisi keluarga klien.
b) Waktu
Perawat menanyakan berapa lama waktunya, dan apakah setuju
dengan waktu yang disepakati.
c) Tempat
Perawat menanyakan di mana tempatnya.
b. Fase Kerja
1) Pengkajian
a) Identitas keluarga
Perawat menanyakan pada keluarga klien ingin mendata keluarga
yang tinggal di rumah. Siapa kepala keluarga, siapa nama lengkapnya,
berapa umurnya, pendidikan, alamat rumah dan apakah keluarga ada
yang mempunyai keluhan kesehatan seluruh keluarga (jika ada
sebutkan). Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai riwayat
kesehatan atau penyakit sebelumnya. (jika ada sebutkan). Perawat
juga menanyakan jika ada anggota keluarga yang mengalami keluhan
sudah berapa lama, apa yang dilakukan(klien). Kemudian perawat
memeriksa klien.
b) Pengkajian indikator keluarga sehat (IKS)
Perawat menanyakan apakah anggota keluarga ada mengikuti
kegiatan program pemerintah agar seluruh keluarga sehat.
Keluarga akan menjawab pertanyaan IKS dengan ya atau tidak.
Dan perawat akan memulai?
i. Apakah anggota keluarga mengikuti program keluarga
berencana?
ii. Apakah anggota keluarga ada yang melahirkan ke fasilitas
kesehatan?
iii. Apakah anggota keluarga mendapatkan imunisasi dasar lengkap?
iv. Apakah mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan?
v. Apakah balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan?
vi. Apakah anggota keluarga tidak ada yang merokok?
vii. Apakah anggota keluarga menjadi anggota JKN/ BPJS?
viii. Apakah anggota keluarga memiliki akses sarana air bersih?
ix. Apakah keluarga memiliki akses jamban sehat?

234
x. Apakah anggota keluarga ada yang menderita penyakit TBC?
Jika iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
xi. Apakah anggota keluarga menderita gangguan jiwa? Jika iya,
apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar
dari pelayanan kesehatan?
xii. Apakah anggota keluarga menderita diabetes melitus? Jika iya,
apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar
dari pelayanan kesehatan?
xiii. Apakah anggota keluarga menderita Hipertensi? Jika iya, apakah
sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar dari
pelayanan kesehatan?
xiv. Apakah anggota keluarga menderita kanker? Jika iya, apakah
sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar dari
pelayanan kesehatan?
Kemudian perawat menyimpulkan dan melanjutkan pemeriksaan
terhadap kesehatan jiwa yang dialami keluarga.
c) Pengkajian Self Report Questionarre (SRQ)
Perawat memeriksa kesehatan klien.
i. Apakah klien sering menderita sakit kepala?
ii. Apakah klien kehilangan nafsu makan?
iii. Apakah klien tidur lelap?
iv. Apakah klien mudah menjadi takut?
v. Apakah klien merasa cemas, tegang dan kawatir?
vi. Apakah tangan klien gemetar?
vii. Apakah klien mengalami gangguan pencernaan?
viii. Apakah klien merasa sulit berpikir jernih?
ix. Apakah klien merasa tidak bahagia?
x. Apakah klien lebih senang menangis?
xi. Apakah klien merasa sulit untuk menikmati aktivitas sehari-hari?
xii. Apakah klien mengalami kesulitan untuk mengambil keputusan?
xiii. Apakah aktivitas atau tugas sehari-hari ibu terbengkalai?
xiv. Apakah klien merasa tidak mampu berperan dalam kehidupan
ini?
xv. Apakah klien kehilangan minat terhadap banyak hal?
xvi. Apakah klien merasa tidak bahagia?
xvii. Apakah klien merasa tidak berharga?
xviii. Apakah klien mempunyai pikiran untuk mengakhiri hidupnya

235
xix. Apakah klien merasa lelah sepanjang waktu?
xx. Apakah klien merasa tidak enak perut?
xxi. Apakah klien mulai lelah?
xxii. Apakah klien minum alkohol lebih banyak dari biasanya atau
apakah klien menggunakan narkoba?
xxiii. Apakah klien yakin bahwa seseorang mencoba mencelakai klien
dengan cara tertentu?
xxiv. Apakah ada yang mengganggu atau hal yang tidak biasa dalam
pikiran klien?
xxv. Apakah klien pernah mendengar suara tanpa tahu sumbernya
atau orang lain tidak dapat mendengarnya?
xxvi. Apakah keluarga mengalami mimpi yang mengganggu tentang
sesuatu bencana musibah atau adakah saat-saat Anda seolah
mengalami kembali kejadian bencana?
xxvii. Apakah keluarga menghindari kegiatan, tempat, orang atau
pikiran yang mengingatkan Anda akan bencana tersebut?
xxviii.Apakah minat keluarga terhadap teman dan kegiatan yang biasa
keluarga lakukan berkurang?
xxix. Apakah keluarga merasa sangat terganggu jika berada dalam
situasi yang mengingatkan keluarga akan bencana atau jika
memikirkan tentang bencana?
xxx. Apakah keluarga kesulitan memahami atau mengekspresikan
perasaan keluarga?
Kesimpulan: berdasarkan jawaban dari pertanyaan di atas, keluarga
(salah satu) mengalami kecemasan.
2) Diagnosis
Perawat menyimpulkan hasil dari pengkajian keluarga klien dan
perawat mengajak keluarga dan klien untuk mengungkapkan dan
mengendalikan agar tidak menimbulkan kerugian.
3) Tindakan Keperawatan
Tindakan yang dilakukan perawat untuk keluarga klien: (tindakan
yang dilakukan keluarga klien dalam menghadapi anak atau istri di dalam
anggota keluarga yang mengalami kecemasan).
a) Tindakan keperawatan pada keluarga.
Untuk mengatasi kecemasan keluarga ada beberapa cara:
i. Latihan teknik relaksasi: tarik napas dalam
- Contohkan: Tarik napas dalam dari hidung tahan sebentar
dan keluarkan dari mulut sambil menghembuskan.

236
- Dampingi: kemudian keluarga mengikuti perawat
melakukan tarik napas dalam.
- Mandiri: keluarga melakukan sendiri dan perawat
memberikan reward atau reinforcement positif.
ii. Latihan distraksi
Perawat menanyakan kebiasaan keluarga? Apakah suka
menonton tv, membaca koran, mendengarkan musik, ngobrol
dengan orang lain tentang pengalaman yang menyenangkan.
(upayakan waktu terisi dengan kegiatan).
iii. Latihan hipnotis lima jari
- Mulai dengan tarik napas dalam, tutup mata, kosongkan
pikiran. Napas biasa dan fokus ada napas.
- Satukan jempol dengan telunjuk: bayangkan badan sehat, itu
saja bayangkan jangan ada yang lain.
- Satukan jempol dan jari tengah: bayangkan semua orang
yang peduli, perhatian dan sayang pada keluarga, itu saja
bayangkan jangan ada yang lain.
- Satukan jempol dan jari manis: bayangkan saat keluarga
mendapatkan pujian, hadiah, prestasi dan keluarga sangan
senang, itu saja bayangkan jangan ada yang lain.
- Satukan jempol dan kelingking: bayangkan tempat yang
indah-indah atau tempat yang paling indah yang pernah
dikunjungi, ingat bayangkan keluarga ada di sana dan
senang sekali itu saja yang di bayangkan.
Kesimpulan perawat: menanyakan bagaimana perasaan keluarga
setelah melakukan latihan. Apakah senang dan berkurang. Kemudian
perawat bersama keluarga membuat jadwal latihan untuk semua kegiatan
yang dilakukan.
c. Kerja (lanjutan)
Perawat bersama keluarga bersama-sama membahas masalah klien. Dan
akan didiskusikan peran keluarga dalam merawat klien.
Tindakan edukasi 5 tahap tugas keluarga.
1) Keluarga mampu mengenal masalah
Perawat melakukan pemeriksaan masalah kesehatan pada keluarga.
Kemudian perawat menjelaskan kepada keluarga peristiwa atau
masalah yang dialami klien kekeluargaan yaitu ketidakberdayaan.
Penyebabnya: Nyeri, ansietas, harga diri rendah

237
Tanda dan gejala: merasa tidak mampu, mengkritik/menyalahkan diri,
pesimis menghadapi hidup, mengatakan kurang mampu mengontrol
situasi, tidak mampu memutuskan
2) Keluarga mampu memutuskan masalah
Keluarga perlu mengetahui cara merawatnya dan memutuskan cara
merawat klien, agar cepat pulih.
3) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit
Perawat memberitahu kepada keluarga agar keluarga lain ikut
merawatnya. Cara merawat klien sebagai berikut: memberi pujian terhadap
kemampuan, menghindari hinaan, melibatkan kegiatan dalam rumah
tangga, bantu pasien menilai kemampuan positifnya: kegiatan rumah
tangga, hobi dan lain-lain. Bantu melatih kemampuan: mulai dari
pekerjaan rumah tangga dan hobi. Susun jadwal kegiatan yang telah
dilatih. Dorong melakukan kegiatan yang telah dilatih. Dorong melakukan
kegiatan sesuai jadwal, setiap keberhasilan beri pujian.
Jika mendapat obat: bantu klien untuk patuh minum obat, jangan lupa
kontrol ke puskesmas secara teratur.
4) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan
Keluarga lainnya juga perlu membuat suasana mendukung untuk
perawatan dan pemulihan klien. Misalnya; mengajak klien melakukan
kegiatan bersama dan memberikan pujian terhadap semua hal positif yang
telah dilakukan.
5) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
Klien perlu mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa secara teratur,
pilihannya: puskesmas, RSU, RSJ, praktik komunitas dan dokter.
d. Terminasi
1) Evaluasi subjektif
Perawat menanyakan kepada keluarga bagaimana perasaan setelah
melakukan tindakan atau latihan yang terkait masalah kesehatan di dalam
keluarga klien.
2) Evaluasi objektif
Perawat menanyakan kembali masalah kesehatan klien. Bagaimana pula
cara merawatnya.
3) Rencana tindak lanjut klien
Anjurkan kepada keluarga jangan lupa mengajak anggota keluarga lain
untuk membantu merawat klien dan membuat suasana nyaman di keluarga.
Perawat memberikan leaflet kepada keluarga.

238
4) Rencana tindak lanjut perawat
Perawat merencanakan kepada keluarga untuk kontrak ulang dengan
keluarga, kapan, di mana, jam berapa, apakah ada obat baru saat konsultasi
dengan dokter. Perawat menjelaskan cara minum obat yang benar.
5) Salam
Perawat mengucap salam dan terima kasih.

REFERENSI
Keliat, B.A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat: CMHN
(Basic Course). Jakarta: EGC.
Keliat, B.A., dkk. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Lundy, K.S. & Janes, S. (2009). Community Health Nursing: Caring for the
Public’s Health. 2 nd ed. Boston: Jones and Bartlett Publisher.
Stuart, G.W. (2013). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. (10th Ed).
Elsevier.
PPSDM Kesehatan. (2012). Modul Pelatihan Keperawatan Kesehatan Jiwa
Masyarakat. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

F. KEPUTUSASAAN
1. PENGERTIAN
Keputusasaan adalah kondisi subjektif seorang individu memandang
keterbatasan atau tidak adanya alternatif pemecahan masalah dan tidak mampu
memobilisasi energi demi kepentingannya sendiri (NANDA-1, 2018).
Keputusasaan merupakan kondisi individu yang memandang adanya keterbatasan
atau tidak tersedianya alternatif pemecahan pada masalah yang dihadapi.

2. PENYEBAB
a. Stres jangka panjang
b. Kehilangan kepercayaan pada kekuatan spiritual
c. Kehilangan kepercayaan pada nilai-nilai penting
d. Pembatasan aktivitas jangka panjang
e. Isolasi sosial

239
3. PROSES TERJADINYA MASALAH
a. Faktor predisposisi
1) Biologis
a) Adanya riwayat anggota keluarga menderita depresi
b) Status nutrisi: anoreksia, terlalu kurus atau obesitas/BB tidak ideal
c) Status kesehatan secara umum: Riwayat penyakit kanker, penyakit
neurologis, epilepsi, trauma kepala, riwayat gangguan jantung dan
gangguan paru-paru, riwayat penyakit endokrin dan riwayat
penyalahgunaan zat
d) Pembatasan aktivitas jangka panjang akibat penyakit kronis atau
tindakan medis tertentu (NGT, Kateter, intubasi, infus)
e) Sensitivitas biologi: ketidakseimbangan elektrolit, gangguan sistem
limbik, thalamus, kortek frontal dan GABA, norephinephrin dan
serotonin
f) Paparan terhadap racun, sindrom alkohol saat janin
2) Psikologis
a) Mengalami stres psikologis jangka panjang yang berlarut-larut
b) Intelegensi RM sedang sampai dengan normal
c) Hambatan kemampuan verbal, misalnya gagap, ketidakmampuan
mengungkapkan apa yang dipikirkan
d) Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan: perpisahan
traumatik dengan orang yang berarti, penolakan dari keluarga,
perceraian, kekerasan dalam rumah tangga, diturunkan dari jabatan,
konflik dengan rekan kerja, penganiayaan seksual, sering mengalami
kegagalan, mengalami episode depresi berikutnya
e) Mempunyai konsep diri yang negatif: ideal diri tidak realistis,
kurangnya penghargaan dari orang lain, gambaran diri yang negatif,
gangguan pelaksanaan peran dan kerancuan identitas
f) Motivasi: kurang dukungan sosial dan kurang mendapatkan
penghargaan dari orang sekitarnya
g) Self control: kurang dapat menahan dorongan melakukan sesuatu
yang negatif
h) Kepribadian; mudah mengalami kecemasan dan menutup diri, tidak
suka bercerita dengan orang lain.

240
3) Sosial budaya
a) Perpisahan dengan anggota keluarga dan teman akibat didiagnosis
penyakit kronis dan pembatasan mobilitas di rumah sakit
b) Dapat terjadi pada semua usia, adanya kegagalan mencapai tugas
perkembangan sebelumnya
c) Gender: jenis kelamin laki-laki dan perempuan sama-sama
mempunyai kecenderungan untuk mengalami harga diri rendah
situasional
d) Pendidikan tidak sekolah, putus sekolah atau pendidikan rendah
e) Pendapatan: kurang dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, atau tidak
mempunyai penghasilan
f) Pekerjaan, tidak bekerja, pengangguran, PHK, mempunyai pekerjaan
yang tidak tetap
g) Status dan peran sosial: kegagalan menjalankan peran sosial
h) Agama dan keyakinan: kurang/tidak menjalankan ajaran agama dan
keyakinan, kehilangan rutinitas ibadah
i) Keikutsertaan dalam kegiatan politik: menjadi pengurus partai politik
atau post power sindrom
j) Pengalaman sosial: sering mengalami penolakan kelompok sebaya.
b. Faktor presipitasi
1) Biologis
a) Penurunan kondisi fisiologis
b) Pembatasan aktivitas akibat penyakit kronis dalam 6 bulan terakhir
c) Status nutrisi: tidak ada perbaikan nutrisi dan BB tidak ideal
d) Status kesehatan secara umum: menderita penyakit kronis atau
terminal, kehilangan salah satu anggota badan
e) Sensitivitas biologi: ketidakseimbangan elektrolit, gangguan pada
sistem limbik, thalamus, kortek frontal, GABA, norefrinephrin dan
serotonin.
2) Psikologis
a) Mengalami stres psikologis dalam 6 bulan terakhir
b) Adanya perasaan terisolasi atau terbuang dari lingkungannya
c) Menjatuhkan atau merendahkan kondisi fisik
d) Mempunyai intelegensi yang rendah/RM ringan (IQ 50-70) atau RM
sedang (IQ 35-50)

241
e) Kemampuan verbal: buta, tuli, gagap, pelo, adanya pembatasan
kontak sosial (infus, kateter, imobilisasi, NGT, oksigen), lokasi
tempat tinggal yang terisolasi
f) Moral: melanggar normal dan nilai di masyarakat
g) Kepribadian: menghindar
h) Pengalaman yang tidak menyenangkan: korban perkosaan, perceraian,
perpisahan dengan orang terdekat, kehilangan orang yang berarti,
KDRT, diturunkan jabatannya, konflik dengan rekan kerja
3) Sosial budaya
a) Adanya hambatan pelaksanaan interaksi sosial akibat pembatasan
aktivitas oleh rumah sakit
b) Kehilangan kepercayaan pada kekuatan spiritual dalam 6 bulan
terakhir
c) Kehilangan kepercayaan pada nilai penting
d) Kurangnya dukungan sosial
e) Putus sekolah, PHK, penolakan orang yang berarti, pendapatan yang
rendah

4. TANDA DAN GEJALA


a. Mayor
1) Subjektif
a) Mengungkapkan keputusasaan
b) Mengungkakan isi pembicaraan yang pesimis” saya tidak bisa”
c) Kurang dapat berkonsentrasi
d) Mengungkapkan bingung
2) Objektif
a) Berperilaku pasif
b) Kontak mata kurang
c) Perubahan pola tidur
d) Porsi makan tidak habis
e) Kurang bicara
b. Minor
1) Subjektif
a) Sulit tidur
b) Selera makan menurun
c) Mengungkapkan keragu-raguan
d) Mengungkapkan frustrasi

242
2) Objektif
a) Afek datar
b) Kurang inisiatif
c) Meninggalkan lawan bicara
d) Mengangkat bahu sebagai respons pada lawan bicara
e) Perawatan diri kurang
f) Sulit membuat keputusan

5. GAMBARAN KLINIS TERKAIT


a. Penyakit kroniks (diabetes melitus, hipertensi, stroke, TBC)
b. Penyakit terminal (kanker)
c. Penyakit yang tidak dapat disembuhkan
d. Penyakit fisik terus menurun

6. TUJUAN ASUHAN KEPERAWATAN


a. Kognitif, klien mampu:
1) Mengetahui perubahan/penurunan kondisi fisik
2) Mengetahui pengertian, tanda dan gejala, penyebab dan akibat dari
keputusasaan
3) Mengetahui cara mengetahui keputusasaan
b. Psikomotor, klien mampu:
1) Mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
2) Mengidentifikasi sistem pendukung yang tersedia
3) Melakukan kegiatan sosial dengan sistem pendukung
4) Melatih kegiatan hidup sehari-hari
c. Afektif, klien mampu:
1) Merasakan manfaat dari latihan yang dilakukan
2) Merasa optimis dan bahagia

7. PROSES KEPERAWATAN KEPUTUSASAAN


a. Pengkajian Keputusasaan
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada klien.
1) Bagaimana perasaan Anda tentang situasi kehidupan Anda tanpa harapan?
2) Apakah ada perasaan tidak puas, ragu-ragu?
3) Apakah Anda sering murung, merasa tidak puas dan ragu terhadap apa
yang dilakukan?

243
Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan melalui observasi
adalah:
1) Berperilaku pasif
2) Kontak mata kurang
3) Perubahan pola tidur
4) Porsi makan tidak habis
5) Kurang bicara
b. Diagnosis Keperawatan Dengan Klien Keputusasaan
Langkah berikutnya adalah merumuskan diagnosis keperawatan.
Diagnosis keperawatan dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala yang
diperoleh pada pengkajian. Berdasarkan data-data tersebut dapat
ditegakkan diagnosis keperawatan:
Keputusasaan
c. Tindakan Keperawatan Keputusasan
1) Tindakan pada klien
Pengkajian: kaji tanda dan gejala keputusasaan serta penyebabnya
Diagnosis: jelaskan proses terjadinya keputusasaan
Tindakan keperawatan:
a) Diskusi pada Klien:
- Diskusikan kemampuan yang dimiliki
- Sistem pendukung yang dimiliki
- Harapan kehidupan
b) Latih hubungan sosial dan lingkungan
- Bercakap-cakap dengan sistem pendukung
- Bercakap-cakap dengan lingkungan
c) Latih melakukan kegiatan sehari-hari
- Memenuhi kebutuhan makanan
- Memenuhi kebutuhan istirahat /tidur
- Merawat diri: kebersihan diri
- Melakukan kegiatan spiritual
d) Latih membangun harapan yang realistis
- Diskusikan harapan dan keinginan masa depan
- Bantu klien membuat rencana mencapai harapan secara bertahap
- Berikan motivasi dan pujian atas keberhasilan klien

244
2) Tindakan pada keluarga
a) Kaji masalah klien yang dirasakan keluarga dalam merawat klien
yang mengalami keputusasaan
b) Menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala serta proses
terjadinya keputusasaan serta mengambil keputusan dalam merawat
klien
c) Latih keluarga cara merawat dan membimbing klien mengatai
keputusasaan sesuai dengan asuhan keperawatan yang telah diberikan.
d) Latih keluarga menciptakan suasana keluarga yang mendukung
mengatasi keputusasaan: suasana yang positif
e) Menjelaskan tanda dan gejala keputusasaan yang memerlukan rujukan
segera serta melakukan follow up ke pelayanan kesehatan secara
teratur
3) Tindakan kolaborasi
a) Melakukan kolaborasi dengan dokter menggunakan ISBAR dan TbaK
b) Memberikan program terapi dokter (obat): edukasi 8 benar pemberian
obat dengan menggunakan konsep safety pemberian obat
c) Mengobservasi manfaat dan efek samping obat
4) Discharge Planning
a) Menjelaskan rencana persiapan pasca-rawat di rumah untuk
memandirikan klien
b) Menjelaskan rencana tindak lanjut perawatan dan pengobatan
c) Melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan
d. Evaluasi
1) Penurunan tanda dan gejala keputusasaan
2) Peningkatan kemampuan klien mengendalikan keputusasaan
3) Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat klien.
e. Rencana Tindak Lanjut
1) Rujuk klien dan keluarga ke fasilitas praktik mandiri perawat spesialis
keperawatan jiwa.
2) Rujuk klien dan keluarga ke case manager di fasilitas pelayanan kesehatan
primer di puskesmas, pelayanan kesehatan sekunder dan tersier di rumah
sakit.
3) Rujuk klien dan keluarga ke kelompok pendukung, kader kesehatan jiwa,
kelompok swabantu dan fasilitasi psikososial yang tersedia di masyarakat.

245
8. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DENGAN
KLIEN KEPUTUSASAAN
Pertemuan ke-1 Klien (setiap melakukan tindakan strategi pelaksanaan
(SP), perawat harus melakukan sesuai dengan tahapan-tahapan yang akan
dilakukan)
a. Orientasi
1) Salam
Mengucap salam, memperkenalkan nama perawat dan pekerjaan/berasal
dari mana, menanyakan nama kepanjangan klien, nama panggilan, tanggal
lahir.
2) Evaluasi
Menanyakan bagaimana perasaan klien. Dan berapa lama sudah merasakan
perasaan seperti itu.
3) Validasi
Menanyakan apa yang dilakukan untuk mengatasi masalah itu dan apakah
berhasil.
4) Kontrak
a) Tindakan dan tujuan
Perawat membicarakan penyebab yang terjadi pada klien dan cara
mengatasinya, serta tujuan dari tindakan yang akan dilakukan.
b) Waktu
Perawat menanyakan berapa lama waktunya, dan apakah setuju
dengan waktu yang disepakati.
c) Tempat
Perawat menanyakan di mana tempatnya.
b. Kerja
1) Pengkajian
Perawat menanyakan kepada klien, bagaimana perasaan klien saat
bersama dengan orang lain?
Apakah ada perasaan yang membuat klien merasa tidak nyaman atau
sebaliknya? Perawat menanyakan bagaimana sikap keluarga terhadap
klien? Bagaimana pendapat klien tentang sikap tetangga?
Perawat menanyakan ke pada klien siapa saja anggota keluarga yang
sering diajak ngobrol atau bercakap-cakap dengan klien? Dan apa saja
yang biasa di bicarakan? Selain anggota keluarga ada kah orang lain yang
diajak bercakap-cakap? Apa alasan klien senang bercakap-cakap dan
merasa dekat dengan orang tersebut?

246
2) Diagnosis
Perawat menyimpulkan dari percakapan atau diskusi tersebut, melihat
dari tanda dan gejala klien.
3) Tindakan
Diskusi pada Klien:
a) Diskusikan kemampuan yang dimiliki
b) Sistem pendukung yang dimiliki
c) Harapan kehidupan
d) Latih hubungan sosial dengan lingkungan
- Latih hubungan sosial dan lingkungan
- Bercakap-cakap dengan sistem pendukung
- Bercakap-cakap dengan lingkungan
e) Latih melakukan kegiatan sehari-hari
- Memenuhi kebutuhan makanan
- Memenuhi kebutuhan istirahat /tidur
- Merawat diri: kebersihan diri
- Melakukan kegiatan spiritual
f) Latih membangun harapan yang realistis
- Diskusikan harapan dan keinginan masa depan
- Bantu klien membuat rencana mencapai harapan secara bertahap
g) Berikan motivasi dan pujian atas keberhasilan klien
h) Beri contoh, dampingi dan klien melakukan sendiri.
- “Coba Ibu/Bapak ceritakan kepada saya tentang perasaan sedih
yang Ibu/Bapak rasakan saat ini”. “Suster sangat mengerti
perasaan Ibu/Bapak”.
- “Sudah berapa lama perasaan itu Ibu/Bapak rasakan?”.
- “Coba Ibu/Bapak ceritakan apa yang terjadi sehingga Ibu/Bapak
merasa seperti itu?”.
- “Kapan masalah tersebut terjadi?” apa yang Ibu/Bapak pikirkan
tentang orang lain di sekitar Ibu/Bapak ?”.
- “Bagaimana pandangan Bapak/Ibu tentang kondisi Bapak/Ibu
saat ini”
- “Menurut suster sendiri, Bapak/Ibu saat ini mengalami hal yang
disebut dengan keputusasaan”.
- “keputusasaan adalah suatu keadaan di mana seseorang itu
melihat keterbatasan atau tidak ada pilihan lain lagi untuk

247
menyelesaikan masalahnya. Namun, di balik semua itu,
sebenarnya ia masih memiliki potensi untuk menyelesaikan
masalah”
- “Saat Bapak/Ibu merasa sangat sedih dan merasa putus asa, apa
yang Bapak/Ibu lakukan?”
- “Begitu yah Pak/Bu, menurut suster, dengan Bapak/Ibu
menyendiri di kamar, menghindari berbicara dengan orang lain
dan berbicara hal-hal yang negatif, akan menambah rasa putus
asa yang Bapak/Ibu rasakan. Selama ini apakah seperti itu yang
Bapak/Ibu rasakan?”.
- “Cara apa yang biasa Bapak/Ibu lakukan saat Bapak/Ibu lagi ada
masalah?”.
- “Apa manfaat dari cara yang Bapak/Ibu gunakan tersebut?”.
- “Pak/Bu, bagaimana kalau suster memberitahukan tentang cara
yang baik untuk menyelesaikan masalah?”
- “Ada beberapa hal yang Bapak/Ibu bisa lakukan, misalnya,
menceritakan masalah Bapak/Ibu kepada orang lain yang
Bapak/Ibu percaya. Dengan demikian beban yang Bapak/Ibu
rasakan setidaknya bisa berkurang. Selain itu, Bapak/Ibu juga
bisa meminta masukan dari orang lain untuk penyelesaian
masalah Bapak/Ibu”. Yang kedua, mungkin Bapak/Ibu bisa
mengikuti kegiatan-kegiatan ibadah, atau memperbanyak
membaca buku-buku pembangun jiwa, atau bisa mengikuti
perkumpulan-perkumpulan sosial yang positif dan lain
sebagainya”
- “Bapak/Ibu tadi mengatakan bahwa bila Bapak/Ibu punya
masalah biasanya Bapak/Ibu banyak melakukan aktivitas-
aktivitas fisik seperti olahraga. Betul yah Pak/Bu. Nah, itu juga
bisa menjadi salah satu cara yang bisa Bapak/Ibu lakukan bila
lagi sedih atau murung”.
- “Bapak/Ibu, tiap cara-cara tadi memiliki kelebihan dan
kekurangan, misalnya kalau tiap ada masalah Bapak/Ibu hanya
bisa olahraga, capek juga, tetapi di balik itu, ia bisa
meningkatkan kebugaran tubuh yang akan menjernihkan pikiran
dan mengarahkan Bapak/Ibu ke arah yang positif. Sebaiknya,
beberapa cara tersebut bisa digunakan secara bergantian”.
- “Selama ini, apa Bapak/Ibu pernah berpikir ingin mengakhiri
hidup?”

248
- “Bagus sekali Pak/Bu kalau memang belum pernah ada pikiran
seperti itu”.
c. Terminasi
1) Evaluasi Subjektif
Perawat menanyakan bagaimana perasaan klien setelah latihan kegiatan
tersebut.
2) Evaluasi Objektif
Kemudian perawat menanyakan kembali apakah masih ingat apa yang
telah dilatih bersama? Beri pujian.
3) Rencana tindak lanjut klien
Kemudian perawat bersama klien memasukkan di jadwal kegiatan
harian klien.
Diskusi pada klien: Diskusikan kemampuan yang dimiliki, Sistem
pendukung yang dimiliki, harapan kehidupan
Latih hubungan sosial dengan lingkungan, Latih melakukan kegiatan
sehari-hari, Latih membangun harapan yang realistis, Berikan motivasi dan
pujian atas keberhasilan klien
4) Rencana tindak lanjut perawat
Kemudian perawat melakukan kontrak, kapan, di mana. Bila klien
kontrol ulang diberi obat oleh dokter, dan akan dijelaskan cara minum obat
yang benar.
5) Salam
Mengucap salam dan terima kasih.

9. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DENGAN


KELUARGA KEPUTUSASAAN
Pertemuan ke-I keluarga (setiap melakukan tindakan strategi pelaksanaan
(SP), perawat harus melakukan sesuai dengan tahapan-tahapan yang akan
dilakukan).
a. Fase Orientasi
1) Salam
Mengucap salam, memperkenalkan nama perawat dan pekerjaan/berasal
dari mana, menanyakan nama kepanjangan keluarga klien, nama
panggilan, tanggal lahir.
2) Evaluasi
Menanyakan bagaimana perasaan keluarga. Dan adakah dalam keluarga
yang sakit.

249
3) Validasi
Menanyakan apa yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut dan
apakah sudah dibawa ke pusat pelayanan kesehatan.
4) Kontrak
a) Topik dan tujuan
Perawat akan melakukan pemeriksaan kesehatan supaya dapat
mengetahui kondisi keluarga klien.
b) Waktu
Perawat menanyakan berapa lama waktunya, dan apakah setuju
dengan waktu yang disepakati.
c) Tempat
Perawat menanyakan di mana tempatnya.
b. Fase Kerja
1) Pengkajian
a) Identitas keluarga
Perawat menanyakan pada keluarga klien ingin mendata keluarga
yang tinggal di rumah. Siapa kepala keluarga, siapa nama lengkapnya,
berapa umurnya, pendidikan, alamat rumah dan apakah keluarga ada
yang mempunyai keluhan kesehatan seluruh keluarga (jika ada
sebutkan). Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai riwayat
kesehatan atau penyakit sebelumnya. (jika ada sebutkan). Perawat
juga menanyakan jika ada anggota keluarga yang mengalami keluhan
sudah berapa lama, apa yang dilakukan (klien). Kemudian perawat
memeriksa klien.
b) Pengkajian indikator keluarga sehat (IKS)
Perawat menanyakan apakah anggota keluarga ada mengikuti
kegiatan program pemerintah agar seluruh keluarga sehat.
Keluarga akan menjawab pertanyaan IKS dengan ya atau tidak.
Dan perawat akan memulai?
- Apakah anggota keluarga mengikuti program keluarga
berencana?
- Apakah anggota keluarga ada yang melahirkan ke fasilitas
kesehatan?
- Apakah anggota keluarga mendapatkan imunisasi dasar lengkap?
- Apakah mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan?
- Apakah balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan?
- Apakah anggota keluarga tidak ada yang merokok?

250
- Apakah anggota keluarga menjadi anggota JKN/ BPJS?
- Apakah anggota keluarga memiliki akses sarana air bersih?
- Apakah keluarga memiliki akses jamban sehat?
- Apakah anggota keluarga ada yang menderita penyakit TBC?
Jika iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
- Apakah anggota keluarga menderita gangguan jiwa? Jika iya,
apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar
dari pelayanan kesehatan?
- Apakah anggota keluarga menderita diabetes melitus? Jika iya,
apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar
dari pelayanan kesehatan?
- Apakah anggota keluarga menderita Hipertensi? Jika iya, apakah
sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar dari
pelayanan kesehatan?
- Apakah anggota keluarga menderita kanker? Jika iya, apakah
sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar dari
pelayanan kesehatan?
Kemudian perawat menyimpulkan dan melanjutkan pemeriksaan
terhadap kesehatan jiwa yang dialami keluarga.
c) Pengkajian Self Report Questionarre (SRQ)
Perawat memeriksa kesehatan klien.
- Apakah klien sering menderita sakit kepala?
- Apakah klien kehilangan nafsu makan?
- Apakah klien tidur lelap?
- Apakah klien mudah menjadi takut?
- Apakah klien merasa cemas, tegang dan kawatir?
- Apakah tangan klien gemetar?
- Apakah klien mengalami gangguan pencernaan?
- Apakah klien merasa sulit berpikir jernih?
- Apakah klien merasa tidak bahagia?
- Apakah klien lebih senang menangis?
- Apakah klien merasa sulit untuk menikmati aktivitas sehari-hari?
- Apakah klien mengalami kesulitan untuk mengambil keputusan?
- Apakah aktivitas atau tugas sehari-hari ibu terbengkalai?
- Apakah klien merasa tidak mampu berperan dalam kehidupan
ini?
- Apakah klien kehilangan minat terhadap banyak hal?

251
- Apakah klien merasa tidak bahagia?
- Apakah klien merasa tidak berharga?
- Apakah klien mempunyai pikiran untuk mengakhiri hidupnya
- Apakah klien merasa lelah sepanjang waktu?
- Apakah klien merasa tidak enak perut?
- Apakah klien mulai lelah?
- Apakah klien minum alkohol lebih banyak dari biasanya atau
apakah klien menggunakan narkoba?
- Apakah klien yakin bahwa seseorang mencoba mencelakai klien
dengan cara tertentu?
- Apakah ada yang mengganggu atau hal yang tidak biasa dalam
pikiran klien?
- Apakah klien pernah mendengar suara tanpa tahu sumbernya
atau orang lain tidak dapat mendengarnya?
- Apakah keluarga mengalami mimpi yang mengganggu tentang
sesuatu bencana musibah atau adakah saat-saat Anda seolah
mengalami kembali kejadian bencana?
- Apakah keluarga menghindari kegiatan, tempat, orang atau
pikiran yang mengingatkan Anda akan bencana tersebut?
- Apakah minat keluarga terhadap teman dan kegiatan yang biasa
keluarga lakukan berkurang?
- Apakah keluarga merasa sangat terganggu jika berada dalam
situasi yang mengingatkan keluarga akan bencana atau jika
memikirkan tentang bencana?
- Apakah keluarga kesulitan memahami atau mengekspresikan
perasaan keluarga?
Kesimpulan: berdasarkan jawaban dari pertanyaan di atas, keluarga
(salah satu) mengalami kecemasan.
2) Diagnosis
Perawat menyimpulkan hasil dari pengkajian keluarga klien dan
perawat mengajak keluarga dan klien untuk mengungkapkan dan
mengendalikan agar tidak menimbulkan kerugian.
3) Tindakan Keperawatan
Tindakan yang dilakukan perawat untuk keluarga klien: (tindakan
yang dilakukan keluarga klien dalam menghadapi anak atau istri di dalam
anggota keluarga yang mengalami kecemasan).

252
a) Tindakan keperawatan pada keluarga.
Untuk mengatasi kecemasan keluarga ada beberapa cara:
i. Latihan teknik relaksasi: tarik napas dalam
- Contohkan: Tarik napas dalam dari hidung tahan sebentar
dan keluarkan dari mulut sambil menghembuskan.
- Dampingi: kemudian keluarga mengikuti perawat
melakukan tarik napas dalam.
- Mandiri: keluarga melakukan sendiri dan perawat
memberikan reward atau reinforcement positif.
ii. Latihan distraksi
Perawat menanyakan kebiasaan keluarga? Apakah suka
menonton tv, membaca koran, mendengarkan musik, ngobrol
dengan orang lain tentang pengalaman yang menyenangkan.
(upayakan waktu terisi dengan kegiatan).
iii. Latihan hipnotis lima jari
- Mulai dengan tarik napas dalam, tutup mata, kosongkan
pikiran. Napas biasa dan fokus ada napas.
- Satukan jempol dengan telunjuk: bayangkan badan sehat, itu
saja bayangkan jangan ada yang lain.
- Satukan jempol dan jari tengah: bayangkan semua orang
yang peduli, perhatian dan sayang pada keluarga, itu saja
bayangkan jangan ada yang lain.
- Satukan jempol dan jari manis: bayangkan saat keluarga
mendapatkan pujian, hadiah, prestasi dan keluarga sangan
senang, itu saja bayangkan jangan ada yang lain.
- Satukan jempol dan kelingking: bayangkan tempat yang
indah-indah atau tempat yang paling indah yang pernah
dikunjungi, ingat bayangkan keluarga ada di sana dan
senang sekali itu saja yang di bayangkan.
Kesimpulan perawat: menanyakan bagaimana perasaan keluarga
setelah melakukan latihan. Apakah senang dan berkurang. Kemudian
perawat bersama keluarga membuat jadwal latihan untuk semua kegiatan
yang dilakukan.
c. Kerja (lanjutan)
Perawat bersama keluarga bersama-sama membahas masalah klien.
Dan akan didiskusikan peran keluarga dalam merawat klien.
Tindakan edukasi 5 tahap tugas keluarga.

253
1) Keluarga mampu mengenal masalah
Perawat melakukan pemeriksaan masalah kesehatan pada keluarga.
Perawat bersama keluarga mengenal masalah yang dialami oleh klien
dan ajak klien bersama-sama duduk untuk menceritakan masalah yang
dialami.
2) Keluarga mampu memutuskan masalah
Keluarga perlu mengetahui cara merawatnya dan memutuskan cara
merawat klien, agar cepat pulih.
3) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit
Perawat memberitahu kepada keluarga agar keluarga lain ikut
merawatnya. Cara merawat klien sebagai berikut: memberi pujian terhadap
kemampuan yang dimilki, sistem pendukung yang ada serta harapan dalam
hidupnya, melakukan kegiatan sehari0hari serta bagaimana cara mencapai
harapan dan keinginan di masa depan. Susun jadwal kegiatan yang telah
dilatih. Dorong melakukan kegiatan yang telah dilatih. Dorong melakukan
kegiatan sesuai jadwal, setiap keberhasilan beri pujian.
4) Jika mendapat obat: bantu klien untuk patuh minum obat, jangan lupa
kontrol ke puskesmas secara teratur.
5) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan
Keluarga lainnya juga perlu membuat suasana mendukung untuk
perawatan dan pemulihan klien. Misalnya; mengajak klien melakukan
kegiatan bersama dan memberikan pujian terhadap semua hal positif yang
telah dilakukan.
6) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
Klien perlu mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa secara teratur,
pilihannya: puskesmas, RSU, RSJ, praktik komunitas dan dokter.
d. Terminasi
1) Evaluasi subjektif
Perawat menanyakan kepada keluarga bagaimana perasaan setelah
melakukan tindakan atau latihan yang terkait masalah kesehatan di dalam
keluarga klien.
2) Evaluasi objektif
Perawat menanyakan kembali masalah kesehatan klien. Bagaimana pula
cara, merawatnya.
3) Rencana tindak lanjut klien
Anjurkan kepada keluarga jangan lupa mengajak anggota keluarga lain
untuk membantu merawat klien dan membuat suasana nyaman di keluarga.
Perawat memberikan leaflet kepada keluarga.

254
4) Rencana tindak lanjut perawat
Perawat merencanakan kepada keluarga untuk kontrak ulang dengan
keluarga, kapan, di mana, jam berapa, apakah ada obat baru saat konsultasi
dengan dokter. Perawat akan menjelaskan cara minum obat yang benar.
5) Salam
Perawat mengucap salam dan terima kasih.

REFERENSI
Keliat, B.A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat: CMHN
(Basic Course). Jakarta: EGC.
Lundy, K.S. & Janes, S. (2009). Community Health Nursing: Caring for the
Public’s Health. 2 nd ed. Boston: Jones and Bartlett Publisher.
Stuart, G.W. (2013). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. (10th Ed).
Elsevier.
Keliat, B.A., dkk. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
PPSDM Kesehatan. (2012). Modul Pelatihan Keperawatan Kesehatan Jiwa
Masyarakat. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Definisi dan Indikator
Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: DPPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

G. KETIDAKEFEKTIFAN KOPING INDIVIDU


1. DESKRIPSI SINGKAT
Ketidakefektifan koping individu adalah ketidakmampuan untuk
membentuk penilaian yang benar dari stresor, pemilihan respons yang tidak
adekuat dan atau ketidakmampuan dalam menggunakan sumber-sumber yang
tersedia (Keliat, dkk., 2019). Ketidakmampuan menilai dan merespons stresor
dan/atau ketidakmampuan menggunakan sumber-sumber yang ada (SDKI, 2016).

255
2. TUJUAN PEMBELAJARAN
a. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Setelah selesai pembelajaran ini peserta mampu melakukan asuhan
keperawatan ketidakefektifan koping individu.
b. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
1) Kognitif klien mampu:
a) Mengetahui perubahan kondisi kesehatan dan kemampuannya
mengatasi perubahan
b) Mengetahui pengertian, tanda dan gejala, penyebab serta akibat dari
ketidakefektifan koping individu
c) Mengetahui cara mengatasi ketidakefektifan koping individu
2) Psikomotor, klien mampu:
a) Mengatasi masalah secara bertahap
b) Menggunakan sumber daya/sistem pendukung dalam mengatasi
masalah
3) Afektif, klien mampu:
a) Merasakan manfaat latihan yang dilakukan
b) Mengembangkan ketidakefektifan koping individu
c) Merasakan manfaat sistem pendukung

3. PENGERTIAN
Ketidakefektifan koping individu adalah ketidakmampuan untuk
membentuk penilaian yang benar dari stresor, pemilihan respons yang tidak
adekuat dan atau ketidakmampuan dalam menggunakan sumber-sumber yang
tersedia (Nanda, 2005). Ketidakefektifan Koping juga didefinisikan sebagai
kerusakan perilaku adaptif dan kemampuan menyelesaikan masalah seseorang
dalam menghadapi tuntutan peran dalam kehidupan (Keliat, dkk., 2019).

4. PENYEBAB
a. Hospitalisasi
b. Perubahan fungsi, bentuk, dan struktur tubuh
c. Percaya diri kurang
d. Sistem pendukung kurang

256
5. TANDA DAN GEJALA
a. Mayor
1) Subjektif
a) Mengeluh tidak mampu mengatasi situasi kehidupan
b) Ketidakmampuan meminta bantuan
c) Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan
2) Objektif
a) Keletihan
b) Sering sakit
c) Perubahan pola tidur
d) Tidak mampu memenuhi peran yang diharapkan (sesuai usia)
b. Minor
1) Subjektif
a) Perubahan konsentrasi
b) Perubahan komunikasi
c) Tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar
2) Objektif
a) Pasif
b) Tidak mampu mengikuti informasi/edukasi
c) Perilaku destruktif
d) Kekuatiran kronis
e) Penyalahgunaan agen kimiawi
f) Partisipasi sosial kurang
g) Menggunakan mekanisme pertahanan yang tidak sesuai

6. PROSES KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN KOPING


INDIVIDU
a. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada
klien dan keluarga. Proses ketidakefektifan koping individu bisa terjadi
karena Penyakit kronis yang kompleks dan Korban bencana (kondisi kritis)
(Keliat, dkk., 2019).
b. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala
yang ditemukan pada klien adalah:
“Ketidakefektifan Koping Individu”

257
7. TINDAKAN KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN KOPING
INDIVIDU
a. Tindakan kepada Klien:
1) Kaji tanda dan gejala ketidakefektifan koping individu
2) Jelaskan proses terjadinya ketidakefektifan koping individu
3) Diskusikan koping (upaya/cara) mengatasi masalah pada masa lalu
a) Koping (Upaya) yang berhasil dan yang tidak berhasil. Berikan pujian
b) Pemanfaatan sumber daya/sistem pendukung dalam mengatasi
masalah
4) Latihan menggunakan upaya menyelesaikan masalah saat ini dengan
menggunakan cara lama yang berhasil atau cara baru.
a) Buat daftar masalah yang dihadapi
b) Buat daftar cara (lama dan baru) yang akan digunakan
c) Pilih, latih, dan jadwalkan cara yang akan digunakan untuk masalah
yang dihadapi.
d) Evaluasi hasil jika berhasil dibudayakan, jika kurang berhasil dipilih
cara lain pada daftar no b)
e) Lakukan c dan d pada semua masalah secara bertahap.
5) Latih menggunakan sistem pendukung yang teratur:
a) Buat daftar sistem pendukung yang tersedia
b) pilih, latih dan jadwalkan sistem pendukung yang akan membantu
penyelesaian masalah
c) Evaluasi hasil jika berhasil dibudayakan, jika tidak berhasil, pilih
sistem pendukung lain (no a).
6) Beri motivasi dan pujian, atas keberhasilan klien mengatasi masalah
b. Tindakan keperawatan kepada keluarga adalah:
Tindakan keperawatan pada keluarga diberikan kepada pengasuh
(care giver) dari ketidakefektifan koping individu, kegiatannya yaitu:
1) Kaji masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien yang
mengalami ketidakefektifan koping individu
2) Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya
ketidakefektifan koping individu.
3) Latih keluarga cara merawat dan mendampingi klien mengatasi
ketidakefektifan koping individu sesuai dengan asuhan keperawatan yang
telah diberikan.
4) Latih keluarga menciptakan suasana sebagai sistem pendukung mengatasi
ketidakefektifan koping individu.

258
5) Diskusikan tanda dan gejala ketidakefektifan koping individu yang
memerlukan rujukan segera serta menganjurkan follow up ke fasilitas
kesehatan secara teratur.
c. Tindakan Kolaborasi;
1) Melakukan kolaborasi dengan dokter jika ditemukan tanda dan gejala
dengan menggunakan ISBAR dan TbaK.
2) Memberikan terapi dokter (obat) kepada klien: Edukasi 8 benar prinsip
pemberian obat dengan menggunakan konsep safety pemberian obat.
3) Mengobservasi manfaat dan efek samping obat.

8. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DIAGNOSIS


KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN KOPING INDIVIDU
Komunikasi yang dilakukan saat kunjungan rumah dibagi dalam beberapa
tahap yaitu:
a. Perawat dengan keluarga atau care giver
1) Perawat dengan klien
2) Perawat dengan keluarga atau care giver
b. Komunikasi akan dilanjutkan di puskesmas, yaitu:
1) Perawat dengan dokter menggunakan ISBAR dan TbaK
2) Perawat dengan klien dan keluarga

9. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DENGAN


KELUARGA
Pertemuan Pertama Keluarga
a. Tahap Orientasi
1) Salam
“Selamat siang, saya Sari, perawat puskesmas Mawar.” “Siapa nama
Bapak?” “Senang dipanggil apa?” “Kami dari Puskesmas akan memeriksa
kesehatan keluarga Bapak.”
2) Evaluasi
“Bagaimana kesehatan anggota keluarga Bapak?” “Apakah keluarga
bapak ada sedang mengalami koping tidak efektif?”
3) Validasi
“Apakah anggota keluarga bapak bisa mengatasi masalah koping
tidak efektif? bagaimana hasilnya?

259
4) Kontrak
a) Tindakan dan tujuan
“Saya akan melakukan pemeriksaan kesehatan, supaya dapat
mengetahui kondisi kesehatan keluarga Bapak?
b) Tempat
“Bagaimana kalau tempatnya di sini saja ya Pak?”
c) Waktu
“Waktu 30 menit, apakah Bapak setuju?”
b. Tahap Kerja
1) Pengkajian
a) Identitas keluarga
“Saya akan mendata keluarga Bapak yang tinggal serumah?”
“Siapa yang menjadi kepala keluarga?” “Apa nama lengkapnya?”
“Berapa umur?” “Apa pendidikan?” “Apa pekerjaan?” “Coba
sebutkan alamat lengkap rumah Bapak?” “Apakah Bapak ada keluhan
kesehatan?”
“Sekarang saya akan mendata istri Bapak, kemudian anak bapak
dan kerabat bapak yang tinggal serumah dengan bapak yang ada di
dalam kartu keluarga bapak.” “Saya akan mencatat nama lengkap,
umur, pendidikan, pekerjaan dan kondisi kesehatan semua anggota
keluarga Bapak.” “Bagaimana kondisi anak bapak?” “Jadi bapak saat
ini keluarga bapak sedang mengalami ketidakefektifan manajemen
kesehatan?” “Baik saya akan membantu mengatasi masalah yang
dihadapi keluarga Bapak.”
b) Pengkajian indikator keluarga sehat (IKS)
Lanjutkan dengan data terkait kesehatan keluarga. “IKS
merupakan program pemerintah agar seluruh keluarga sehat” “Bapak
akan menjawab pertanyaan IKS dengan ya atau tidak”. Mari kita
mulai!”
i. Apakah keluarga bapak mengikuti program keluarga berencana?
ii. Apakah istri bapak melahirkan di fasilitas kesehatan?
iii. Apakah anak bapak mendapatkan imunisasi dasar lengkap?
iv. Apakah anak bapak mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan?
v. Apakah balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan?
vi. Apakah anggota keluarga tidak ada yang merokok?
vii. Apakah anggota keluarga bapak menjadi anggota JKN/BPJS?
viii. Apakah keluarga bapak memiliki akses jamban sehat?

260
ix. Apakah anggota keluarga bapak ada yang menderita TBC? Jika
Iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
x. Apakah ada anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa?
Jika Iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
xi. Apakah ada anggota keluarga yang menderita diabetes melitus?
Jika iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
xii. Apakah ada anggota keluarga yang menderita hipertensi? Jika
iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
xiii. Apakah ada anggota keluarga yang menderita kanker? Jika iya,
apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar
dari pelayanan kesehatan?
Kesimpulan:
“Berdasarkan jawaban Bapak, kesehatan keluarga Bapak sudah bagus,
hanya saja ada yang perlu dilanjutkan terkait sumber pendukung yang
digunakan bagai klien dengan ketidakefektifan koping individu”.
2) Diagnosis
“Baiklah Bapak, dari hasil pemeriksaan yang kita lakukan maka ada
beberapa kondisi kesehatan keluarga”.
Ketidakefektifan Koping Individu
3) Tindakan Keperawatan
“Baiklah, saya akan bantu mengatasi masalah ketidakefektifan koping
individu keluarga bapak, bisa tolong antarkan saya untuk berbincang-
bincang dengan anggota keluarga Bapak yang mengalami ketidakefektifan
koping individu?”.

10. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DENGAN


KLIEN
Pertemuan Pertama Klien
a. Tahap Orientasi
1) Salam
“Selamat siang, saya Sari, perawat puskesmas Mawar.” “Siapa namanya
Bu?”. “Ooh Bu Andi” “Senang dipanggil apa?” “Kami dari Puskesmas
akan memeriksa kesehatan Bu Andi?”

261
2) Evaluasi
“Apa yang Bu Andi rasakan?” “Jadi Bu Andi saat ini mengalami
ketidakefektifan manajemen kesehatan?”
3) Validasi
“Apa yang sudah dilakukan untuk mengatasinya?” “Apakah berhasil?”

4) Kontrak
a) Topik dan tujuan
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang ketidakefektifan
manajemen kesehatan ya Bu Andi?”
b) Tempat
“Bagaimana kalau tempatnya di sini saja ya Bu Andi?”
c) Waktu
“Waktu 30 menit, apakah Bu Andi setuju?”
b. Tahap Kerja
1) Pengkajian
a) Pengertian Dukacita
“Apa yang Bu Andi ketahui tentang ketidakefektifan manajemen
kesehatan?”
b) Tanda/gejala
“Sekarang apa yang Bu Andi rasakan?” “Dan apa yang Bu Andi
lakukan untuk mengatasi masalah tersebut?”.
2) Diagnosis
Diagnosis keperawatan muncul berdasarkan data “ketidakefektifan
manajemen kesehatan?”.
3) Tindakan Keperawatan
“Baiklah, saya akan bantu untuk mengatasi masalah ketidakefektifan
manajemen kesehatan?”
a) Kaji tanda dan gejala ketidakefektifan manajemen kesehatan
“Ibu apakah tahu tanda dan gejala ketidakefektifan manajemen
kesehatan? Baik sekarang saya jelaskan ya ibu tanda dan gejala
ketidakefektifan manajemen kesehatan yaitu tidak mampu
menjalankan perilaku hidup sehat, gagal mengatasi faktor risiko,
gagal melakukan regimen terapeutik, klien mengatakan tidak ada
masalah kesehatan dan tidak tertarik dengan perilaku sehat.”

262
b) Jelaskan proses terjadinya ketidakefektifan koping
“Sekarang apakah ibu tahu tentang proses terjadinya
ketidakefektifan manajemen kesehatan? Baik sekarang saya jelaskan
ya ibu tentang proses terjadinya ketidakefektifan manajemen
kesehatan dikarenakan ketidakpatuhan dalam pengobatan klien
mengenai penyakit fisik maupun psikis.”
c) Diskusikan masalah kesehatan, faktor risiko dan manajemen
kesehatan yang perlu dilakukan: daftar faktor risiko masalah
kesehatan.
d) Latih cara mengatasi faktor risiko
e) Latih cara merawat kondisi kesehatan
f) Bantu klien melihat hasil dari nomor 4 dan 5
g) Berikan pujian dan motivasi karena sudah melakukan manajemen
kesehatan
c. Terminasi
1) Evaluasi subjektif
“Bagaimana Bu Andi setelah kita berbincang-bincang tadi?”
2) Evaluasi Objektif
“Apa saja yang kita bincang-bincang tadi, coba Bu Andi jelaskan.” Sudah
benar Bu Andi hebat.”
3) Rencana tindak lanjut klien
“Selanjutnya mari kita buat jadwal kapan saja Bu Andi melakukan latihan
tadi?”
4) Rencana tindak lanjut perawat
“Baiklah Bu Andi, hari Senin saya ke rumah Ibu lagi untuk berbincang-
bincang melakukan evaluasi kegiatan hari ini.”
5) Salam
“Semoga Bu Andi tetap semangat ya semoga Bu Andi bisa mengatasi
masalah ketidakefektifan manajemen kesehatan.”
d. Kerja (Lanjutan) Keluarga
“Baik pak, sekarang kita lanjutkan diskusi. Kita sudah bersama-sama
diskusi dengan anggota keluarga bapak yang mengalami ketidakefektifan
manajemen kesehatan dan melakukan latihan... Bagaimana menurut
Bapak? Baiklah kita akan diskusikan peran keluarga dalam membantu
masalah keluarga yang mengalami ketidakefektifan manajemen
kesehatan”.

263
1) Tindakan Keperawatan
“Baiklah, saya akan membantu masalah ketidakefektifan manajemen
kesehatan yang dialami keluarga Bapak ya?”.
a) Keluarga mampu mengenal masalah
“Baik bapak untuk lebih jelasnya saya akan menjelaskan tentang
“pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya ketidakefektifan
manajemen kesehatan”. (Jelaskan dengan menggunakan leaflet)
b) Keluarga mampu mengambil keputusan
“Bapak sudah mengetahui tentang ketidakefektifan manajemen
kesehatan, Bapak dapat memutuskan cara merawat keluarga yang
mengalami ketidakefektifan manajemen kesehatan dan membawa ke
pelayanan kesehatan (Puskesmas, Klinik, RS, Praktik dokter/perawat)
untuk mendapat cara merawatnya jika keluarga belum mampu
mengatasi masalah ketidakefektifan manajemen kesehatan.
c) Keluarga mampu merawat anggota keluarga:
i. Kaji masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien yang
mengalami ketidakefektifan manajemen kesehatan
ii. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya
ketidakefektifan manajemen kesehatan, serta memutuskan cara
merawat.
iii. Latih keluarga cara merawat dan mendampingi klien mengatasi
ketidakefektifan manajemen kesehatan sesuai dengan asuhan
keperawatan yang telah diberikan.
iv. Diskusikan tanda dan gejala ketidakefektifan manajemen
kesehatan yang memerlukan rujukan segera serta menganjurkan
follow up ke fasilitas kesehatan secara teratur.
d) Latih keluarga menciptakan suasana sebagai sistem pendukung
mengatasi ketidakefektifan manajemen kesehatan.
Latih keluarga menciptakan suasana sebagai sistem pendukung
mengatasi ketidakefektifan manajemen kesehatan
“Bapak Ibu mulai sekarang ciptakan lingkungan yang nyaman
buat klien, suasana rumah tenang, beri support yang baik, temani
selalu klien untuk bercerita”.
e) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
Bapak Ibu jika keluarga belum mampu mengatasi masalah
ketidakefektifan manajemen kesehatan segera bawa ke tempat
pelayanan kesehatan ya.

264
e. Terminasi
1) Evaluasi subjektif
“bagaimana Bapak Ibu setelah kita berbincang-bincang tadi?”
2) Evaluasi Objektif
“Coba sebutkan cara merawat klien ketidakefektifan manajemen
kesehatan. Coba Bapak Ibu praktikkan lagi caranya? Bagus sekali”.
3) Rencana tindak lanjut klien
“Bapak Ibu untuk melakukan latihan merawat dan mendampingi klien
mengatasi ketidakefektifan manajemen kesehatan?”
4) Rencana tindak lanjut perawat
“baiklah Bapak Ibu, hari Selasa pagi saya akan datang lagi untuk
melanjutkan bincang-bincang kita ya.”
5) Salam
“Semoga keluarga Bapak sehat selalu.”

REFERENSI
Keliat, B.A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat: CMHN
(Basic Course). Jakarta: EGC
Lundy, K.S. & Janes, S. (2009). Community Health Nursing: Caring for the
Public’s Health. 2 nd ed. Boston: Jones and Bartlett Publisher.
Stuart, G.W. (2013). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. (10th Ed).
Elsevier.
Keliat, B.A., dkk. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
PPSDM Kesehatan. (2012). Modul Pelatihan Keperawatan Kesehatan Jiwa
Masyarakat. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Defenisi dn Indikator
Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: DPPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Defenisi dan Tindakan
Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

265
H. DUKACITA
1. DESKRIPSI SINGKAT
Respons intelektual dan emosional serta perilaku oleh individu, keluarga
dan komunitas yang merupakan proses modifikasi dari konsep diri yang didasari
oleh persepsi potensial kehilangan (Keliat, dkk., 2015).

2. TUJUAN PEMBELAJARAN
a. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Setelah selesai pembelajaran ini peserta mampu melakukan asuhan
keperawatan Dukacita.
b. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
1) Kognitif klien mampu:
a) Memahami proses kehilangan yang dialami
b) Mengetahui cara mengatasi kehilangan secara bertahap
2) Psikomotor, klien mampu:
a) Menyadari respons kehidupan
b) Menyebutkan fakta-fakta kehilangan
c) Melakukan manajemen rasa marah
d) Melatih diri bergerak dari harapan ke realita
e) Melatih diri melihat aspek positif
f) Melatih rencana yang baru
3) Afektif, klien mampu:
a) Merasakan manfaat latihan
b) Merasa mampu beradaptasi dengan keadaan
c) Merasa lebih optimis

3. PENGERTIAN
Duka cita adalah proses kompleks yang normal meliputi respons dan
perilaku emosional fisik, spiritual, sosial dan intelektual ketika individu
memasukkan kehilangan yang aktual, adaptif atau dipersepsikan ke dalam
kehidupan sehari-hari (NANDA-I, 2018). (Keliat, dkk., 2019).

4. PENYEBAB
a. Kematian anggota keluarga atau orang yang berarti
b. Antisipasi kematian keluarga atau orang yang berarti
c. Kehilangan (objek, pekerjaan, fungsi, status, bagian tubuh, hubungan
sosial)

266
d. Antisipasi kehilangan (objek, pekerjaan, fungsi, status, bagian tubuh,
hubungan sosial)

5. TANDA DAN GEJALA DUKACITA


a. Subjektif
1) Tidak menerima kehilangan
2) Menyalahkan
3) Merasa bersalah
4) Merasa sedih
5) Merasa tidak ada harapan
b. Objektif
1) Marah
2) Menangis
3) Pola tidur berubah
4) Tidak mampu berkonsentrasi
5) Memisahkan diri

6. RENTANG RESPON KEHILANGAN


Gambar rentang respons individu terhadap kehilangan (Kublier-rose,1969).
Adaptif Maladaptif
Fase Pengingkaran Fase Marah Fase Tawar-menawar Fase Depresi Fase Menerima

a. Fase Pengingkaran
Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok,
tidak percaya atau mengingkari kenyataan bahwa kehidupan itu memang
benar terjadi, dengan mengatakan “Tidak, saya tidak percaya itu terjadi”
atau “itu tidak mungkin terjadi “. Bagi individu atau keluarga yang
didiagnosis dengan penyakit terminal, akan terus mencari informasi
tambahan. Reaksi fisik yang terjadi pada fase ini adalah: letih, lemah,
pucat, diare, gangguan pernapasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah,
dan tidak tahu harus berbuat apa. Reaksi ini dapat berakhir dalam beberapa
menit atau beberapa tahun.
b. Fase Marah
Fase ini dimulai dengan timbulnya suatu kesadaran akan kenyataan
terjadinya kehilangan Individu menunjukkan rasa marah yang meningkat
yang sering diproyeksikan kepada orang lain atau pada dirinya sendiri.
Tidak jarang ia menunjukkan perilaku agresif, berbicara kasar, menolak
pengobatan, menuduh dokter-perawat yang tidak pecus. Respons fisik

267
yang sering terjadi antara lain muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur,
tangan mengepal.
c. Fase Tawar-menawar
Individu telah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara intensif,
maka ia akan maju ke fase tawar-menawar dengan memohon kemurahan
pada Tuhan. Respons ini sering dinyatakan dengan kata-kata “kalau saja
kejadian ini bisa ditunda, maka saya akan sering berdoa”. Apabila proses
ini oleh keluarga maka pernyataan yang sering keluar adalah “kalau saja
yang sakit, bukan anak saya”.
d. Fase Depresi
Individu pada fase ini sering menunjukkan sikap menarik diri, kadang
sebagai klien sangat penurut, tidak mau bicara, menyatakan keputusasaan,
perasaan tidak berharga, ada keinginan bunuh diri, dsb. Gejala fisik yang
ditunjukkan antara lain: menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido
menurun.
e. Fase Penerimaan
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran
yang selalu berpusat kepada objek atau orang yang hilang akan mulai
berkurang atau hilang. Individu telah menerima kehilangan yang
dialaminya. Gambaran tentang objek atau orang yang hilang mulai
dilepaskan dan secara bertahap perhatiannya akan beralih kepada objek
yang baru. Fase ini biasanya dinyatakan dengan “saya betul-betul
kehilangan baju saya tapi baju yang ini tampak manis” atau “apa yang
dapat saya lakukan agar cepat sembuh”.
Apabila individu dapat memulai fase ini dan menerima dengan
perasaan damai, maka dia akan mengakhiri proses berduka serta mengatasi
perasaan kehilangannya dengan tuntas. Tetapi bila tidak dapat menerima
fase ini maka ia akan mempengaruhi kemampuannya dalam mengatasi
perasaan kehilangan selanjutnya.

7. PROSES KEPERAWATAN DUKACITA


a. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada
klien dan keluarga. Proses dukacita bisa terjadi karena kondisi klinis
terkait amputasi, melahirkan meninggal, penyakit kronis dan terminal
(diabetes melitus, stroke, TBC, paru, kanker) (Keliat, dkk., 2019).

268
1) Faktor predisposisi
Faktor predisposisi yang mempengaruhi rentang respons kehilangan
adalah:
a) Faktor Genetik: Individu yang dilahirkan dan dibesarkan di dalam
keluarga yang mempunyai riwayat depresi akan sulit mengembangkan
sikap optimis dalam menghadapi suatu permasalahan termasuk dalam
menghadapi perasaan kehilangan.
b) Kesehatan Jasmani: Individu dengan keadaan fisik sehat, pola hidup
yang teratur, cenderung mempunyai kemampuan mengatasi stres yang
lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang mengalami gangguan
fisik.
c) Kesehatan Mental: Individu yang mengalami gangguan jiwa terutama
yang mempunyai riwayat depresi yang ditandai dengan perasaan tidak
berdaya pesimis, selalu dibayangi oleh masa depan yang suram,
biasanya sangat peka dalam menghadapi situasi kehilangan.
d) Pengalaman Kehilangan di Masa Lalu: Kehilangan atau perpisahan
dengan orang yang berarti pada masa kana-kanak akan mempengaruhi
individu dalam mengatasi perasaan kehilangan pada masa dewasa
(Stuart, 2013).
e) Struktur Kepribadian
Individu dengan konsep yang negatif, perasaan rendah diri akan
menyebabkan rasa percaya diri yang rendah yang tidak objektif
terhadap stres yang dihadapi.
2) Faktor presipitasi
Ada beberapa stresor yang dapat menimbulkan perasaan kehilangan.
Kehilangan kasih sayang secara nyata ataupun imajinasi individu seperti:
kehilangan sifat bio-psiko-sosial antara lain meliputi;
a) Kehilangan kesehatan
b) Kehilangan fungsi seksualitas
c) Kehilangan peran dalam keluarga
d) Kehilangan posisi di masyarakat
e) Kehilangan harta benda atau orang yang dicintai
f) Kehilangan kewarganegaraan
b. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala
yang ditemukan pada klien adalah:
“Dukacita”

269
c. Tindakan Keperawatan Dukacita
1) Tindakan kepada Klien:
a) Kaji tanda dan gejala berduka dan identifikasi kehilangan yang terjadi
b) Jelaskan proses terjadinya berduka sesuai dengan tahapan kehilangan
c) Latih melalui tahapan kehilangan/berduka
i. Mengingkari: Diskusikan fakta-fakta tentang kehilangan.
Misalnya:
Kehilangan kesehatan: sampaikan hasil pemeriksaan penunjang
Kehilangan orang yang dicintai: sampaikan proses
kematiannya.
ii. Marah: latih relaksasi dan mengekspresikan emosi dengan
konstruktif
iii. Tawar-menawar: Diskusikan harapan/rencana yang tidak
tercapai dan kaitkan dengan kenyataan
iv. Depresi: Latihan mengidentifikasi aspek positif dari kehilangan
dan kehidupan yang masih dijalani
v. Menerima: Latih melakukan kegiatan hidup sehari-hari dengan
pendampingan
d) Beri pujian, motivasi dan bimbingan
2) Tindakan keperawatan kepada keluarga adalah:
Tindakan keperawatan pada keluarga diberikan kepada pengasuh (care
giver) dari lansia, kegiatannya yaitu:
a) Kaji masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien yang
berduka
b) Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, dan proses/tahapan
berduka/kehilangan serta memutuskan cara merawat.
c) Latih keluarga cara merawat dan mendampingi klien melalui tahapan
berduka/kehilangan sesuai dengan askep yang telah diberikan.
d) Latih keluarga menciptakan suasana yang mendukung proses
kehilangan. Misalnya, telah ada yang menemani klien melalui masa
berdukanya.
e) Diskusikan tanda dan gejala berduka yang belum selesai dan
memerlukan rujukan segera ke faskes, khususnya bersedih lebih dari 2
minggu.

270
3) Tindakan Kolaborasi;
a) Melakukan kolaborasi dengan dokter jika ditemukan tanda dan gejala
depresi dengan menggunakan ISBAR dan TbaK.
b) Memberikan terapi dokter (obat) kepada klien: Edukasi 8 benar
prinsip pemberian obat dengan menggunakan konsep safety
pemberian obat.
c) Mengobservasi manfaat dan efek samping obat.

8. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DIAGNOSIS


KEPERAWATAN DUKACITA
Komunikasi yang dilakukan saat kunjungan rumah dibagi dalam beberapa
tahap yaitu:
a. Perawat dengan keluarga atau care giver
b. Perawat dengan klien
c. Perawat dengan keluarga atau care giver
Komunikasi akan dilanjutkan di puskesmas, yaitu:
a. Perawat dengan dokter menggunakan ISBAR dan TbaK
b. Perawat dengan klien dan keluarga

9. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DENGAN


KELUARGA
Pertemuan Pertama Keluarga
a. Tahap Orientasi
1) Salam
“Selamat siang, saya Sari, perawat puskesmas Mawar.” “Siapa nama
Bapak?” “Senang dipanggil apa?” “Kami dari Puskesmas akan memeriksa
kesehatan keluarga Bapak.”
2) Evaluasi
“Bagaimana kesehatan anggota keluarga Bapak?” “Apakah keluarga bapak
ada sedang mengalami koping tidak efektif?”
3) Validasi
“Apakah anggota keluarga bapak bisa mengatasi masalah koping tidak
efektif? bagaimana hasilnya?
4) Kontrak
a) Tindakan dan tujuan
“Saya akan melakukan pemeriksaan kesehatan, supaya dapat
mengetahui kondisi kesehatan keluarga Bapak?

271
b) Tempat
“Bagaimana kalau tempatnya di sini saja ya Pak?”
c) Waktu
“Waktu 30 menit, apakah Bapak setuju?”
b. Tahap Kerja
1) Pengkajian
a) Identitas keluarga
“Saya akan mendata keluarga Bapak yang tinggal serumah?”
“Siapa yang menjadi kepala keluarga?” “Apa nama lengkapnya?”
“Berapa umur?” “Apa pendidikan?” “Apa pekerjaan?” “Coba
sebutkan alamat lengkap rumah Bapak?” “Apakah Bapak ada keluhan
kesehatan?”
“Sekarang saya akan mendata istri Bapak, kemudian anak bapak
dan kerabat bapak yang tinggal serumah dengan bapak yang ada di
dalam kartu keluarga bapak.” “Saya akan mencatat nama lengkap,
umur, pendidikan, pekerjaan dan kondisi kesehatan semua anggota
keluarga Bapak.” “Bagaimana kondisi anak bapak?” “Jadi bapak saat
ini keluarga bapak sedang mengalami ketidakefektifan manajemen
kesehatan?” “Baik saya akan membantu mengatasi masalah yang
dihadapi keluarga Bapak.”
b) Pengkajian indikator keluarga sehat (IKS)
Lanjutkan dengan data terkait kesehatan keluarga. “IKS
merupakan program pemerintah agar seluruh keluarga sehat” “Bapak
akan menjawab pertanyaan IKS dengan ya atau tidak”. Mari kita
mulai!”
i. “Apakah keluarga bapak mengikuti program keluarga berencana?
ii. Apakah istri bapak melahirkan di fasilitas kesehatan?
iii. Apakah anak bapak mendapatkan imunisasi dasar lengkap?
iv. Apakah anak bapak mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan?
v. Apakah balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan?
vi. Apakah anggota keluarga tidak ada yang merokok?
vii. Apakah anggota keluarga bapak menjadi anggota JKN/BPJS?
viii. Apakah keluarga bapak memiliki akses jamban sehat?
ix. Apakah anggota keluarga bapak ada yang menderita TBC? Jika
Iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?

272
x. Apakah ada anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa?
Jika Iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
xi. Apakah ada anggota keluarga yang menderita diabetes melitus?
Jika iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
xii. Apakah ada anggota keluarga yang menderita hipertensi? Jika
iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
xiii. Apakah ada anggota keluarga yang menderita kanker? Jika iya,
apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar
dari pelayanan kesehatan?
Kesimpulan:
“Berdasarkan jawaban Bapak, kesehatan keluarga Bapak sudah bagus,
hanya saja ada yang perlu dilanjutkan terkait tahapan
dukacita/kehilangan”.
2) Diagnosis
“Baiklah Bapak, dari hasil pemeriksaan yang kita lakukan maka ada
beberapa kondisi kesehatan keluarga”.
Dukacita
3) Tindakan Keperawatan
“Baiklah, saya akan bantu mengatasi masalah dukacita keluarga
bapak, bisa tolong antarkan saya untuk berbincang-bincang dengan
anggota keluarga Bapak yang mengalami dukacita?”.

10. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DENGAN


KLIEN
Pertemuan Pertama Klien
a. Tahap Orientasi
1) Salam
“Selamat siang, saya Sari, perawat puskesmas Mawar.” “Siapa namanya
Bu?”. “Ooh Bu Andi” “Senang dipanggil apa?” “Kami dari Puskesmas
akan memeriksa kesehatan Bu Andi?”
2) Evaluasi
“Apa yang Bu Andi rasakan?” “Jadi Bu Andi saat ini mengalami
ketidakefektifan manajemen kesehatan?”

273
3) Validasi
“Apa yang sudah dilakukan untuk mengatasinya?” “Apakah berhasil?”
4) Kontrak
a) Topik dan tujuan
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang ketidakefektifan
manajemen kesehatan ya Bu Andi?”
b) Tempat
“Bagaimana kalau tempatnya di sini saja ya Bu Andi?”
c) Waktu
“Waktu 30 menit, apakah Bu Andi setuju?”
b. Tahap Kerja
1) Pengkajian
a) Pengertian Dukacita
“Apa yang Bu Andi ketahui tentang ketidakefektifan manajemen
kesehatan?”
b) Tanda/gejala
“Sekarang apa yang Bu Andi rasakan?” “Dan apa yang Bu Andi
lakukan untuk mengatasi masalah tersebut?”.
2) Diagnosis
Diagnosis keperawatan muncul berdasarkan data “ketidakefektifan
manajemen kesehatan?”.
3) Tindakan Keperawatan
“Baiklah, saya akan bantu untuk mengatasi masalah ketidakefektifan
manajemen kesehatan?”
a) Kaji tanda dan gejala ketidakefektifan manajemen kesehatan
“Ibu apakah tahu tanda dan gejala ketidakefektifan manajemen
kesehatan? Baik sekarang saya jelaskan ya ibu tanda dan gejala
ketidakefektifan manajemen kesehatan yaitu tidak mampu
menjalankan perilaku hidup sehat, gagal mengatasi faktor risiko,
gagal melakukan regimen terapeutik, klien mengatakan tidak ada
masalah kesehatan dan tidak tertarik dengan perilaku sehat.”
b) Jelaskan proses terjadinya ketidakefektifan koping
“Sekarang apakah ibu tahu tentang proses terjadinya
ketidakefektifan manajemen kesehatan? Baik sekarang saya jelaskan
ya ibu tentang proses terjadinya ketidakefektifan manajemen
kesehatan dikarenakan ketidakpatuhan dalam pengobatan klien
mengenai penyakit fisik maupun psikis.”

274
c) Diskusikan masalah kesehatan, faktor risiko dan manajemen
kesehatan yang perlu dilakukan: daftar faktor risiko masalah
kesehatan.
d) Latih cara mengatasi faktor risiko
e) Latih cara merawat kondisi kesehatan
f) Bantu klien melihat hasil dari nomor 4 dan 5
g) Berikan pujian dan motivasi karena sudah melakukan manajemen
kesehatan
c. Terminasi
1) Evaluasi subjektif
“Bagaimana Bu Andi setelah kita berbincang-bincang tadi?”
2) Evaluasi Objektif
“Apa saja yang kita bincang-bincang tadi, coba Bu Andi jelaskan.” Sudah
benar Bu Andi hebat.”
3) Rencana tindak lanjut klien
“Selanjutnya mari kita buat jadwal kapan saja Bu Andi melakukan latihan
tadi?”
4) Rencana tindak lanjut perawat
“Baiklah Bu Andi, hari Senin saya ke rumah Ibu lagi untuk berbincang-
bincang melakukan evaluasi kegiatan hari ini.”
5) Salam
“Semoga Bu Andi tetap semangat ya semoga Bu Andi bisa mengatasi
masalah ketidakefektifan manajemen kesehatan.”
d. Kerja (Lanjutan) Keluarga
“Baik pak, sekarang kita lanjutkan diskusi. Kita sudah bersama-sama
diskusi dengan anggota keluarga bapak yang mengalami ketidakefektifan
manajemen kesehatan dan melakukan latihan... Bagaimana menurut
Bapak? Baiklah kita akan diskusikan peran keluarga dalam membantu
masalah keluarga yang mengalami ketidakefektifan manajemen
kesehatan”.
1) Tindakan Keperawatan
“Baiklah, saya akan membantu masalah ketidakefektifan manajemen
kesehatan yang dialami keluarga Bapak ya?”.
a) Keluarga mampu mengenal masalah
“Baik bapak untuk lebih jelasnya saya akan menjelaskan tentang
“pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya ketidakefektifan
manajemen kesehatan”. (Jelaskan dengan menggunakan leaflet)

275
b) Keluarga mampu mengambil keputusan
“Bapak sudah mengetahui tentang ketidakefektifan manajemen
kesehatan, Bapak dapat memutuskan cara merawat keluarga yang
mengalami ketidakefektifan manajemen kesehatan dan membawa ke
pelayanan kesehatan (Puskesmas, Klinik, RS, Praktik dokter/perawat)
untuk mendapat cara merawatnya jika keluarga belum mampu
mengatasi masalah ketidakefektifan manajemen kesehatan.
c) Keluarga mampu merawat anggota keluarga:
i. Kaji masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien yang
mengalami ketidakefektifan manajemen kesehatan
ii. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya
ketidakefektifan manajemen kesehatan, serta memutuskan cara
merawat.
iii. Latih keluarga cara merawat dan mendampingi klien mengatasi
ketidakefektifan manajemen kesehatan sesuai dengan asuhan
keperawatan yang telah diberikan.
iv. Diskusikan tanda dan gejala ketidakefektifan manajemen
kesehatan yang memerlukan rujukan segera serta menganjurkan
follow up ke fasilitas kesehatan secara teratur.
d) Latih keluarga menciptakan suasana sebagai sistem pendukung
mengatasi ketidakefektifan manajemen kesehatan.
Latih keluarga menciptakan suasana sebagai sistem pendukung
mengatasi ketidakefektifan manajemen kesehatan
“Bapak Ibu mulai sekarang ciptakan lingkungan yang nyaman
buat klien, suasana rumah tenang, beri support yang baik, temani
selalu klien untuk bercerita”.
e) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
Bapak Ibu jika keluarga belum mampu mengatasi masalah
ketidakefektifan manajemen kesehatan segera bawa ke tempat
pelayanan kesehatan ya.
e. Terminasi
1) Evaluasi subjektif
“Bagaimana Bapak Ibu setelah kita berbincang-bincang tadi?”
2) Evaluasi Objektif
“Coba sebutkan cara merawat klien ketidakefektifan manajemen
kesehatan. Coba Bapak Ibu praktikkan lagi caranya? Bagus sekali”.

276
3) Rencana tindak lanjut klien
“Bapak Ibu untuk melakukan latihan merawat dan mendampingi klien
mengatasi ketidakefektifan manajemen kesehatan?”
4) Rencana tindak lanjut perawat
“Baiklah Bapak Ibu, hari Selasa pagi saya akan datang lagi untuk
melanjutkan bincang-bincang kita ya.”
5) Salam
“Semoga keluarga Bapak sehat selalu.”

REFERENSI
Keliat, B.A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat: CMHN
(Basic Course). Jakarta: EGC
Lundy, K.S. & Janes, S. (2009). Community Health Nursing: Caring for the
Public’s Health. 2 nd ed. Boston: Jones and Bartlett Publisher.
Stuart, G.W. (2013). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. (10th Ed).
Elsevier.
Keliat, B.A., dkk. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
PPSDM Kesehatan. (2012). Modul Pelatihan Keperawatan Kesehatan Jiwa
Masyarakat. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Definisi dan Indikator
Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: DPPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

I. KETIDAKEFEKTIFAN PEMELIHARAAN KESEHATAN


1. DESKRIPSI SINGKAT
Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan merupakan ketidakmampuan
mengidentifikasi, mengolah, atau mencari bantuan untuk mempertahankan
kesehatan.
Buku ini membahas asuhan keperawatan klien dengan Ketidakefektifan
Pemeliharaan Kesehatan, agar klien dapat melakukan pemeliharaan kesehatan.

277
Asuhan keperawatan Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan yang
terdiri dari pengkajian, diagnosis keperawatan, tindakan keperawatan pada klien
dan keluarga (pelaku rawat), evaluasi kemampuan klien dan keluarga (pelaku
rawat) dan dokumentasi keperawatan.

2. TUJUAN PEMBELAJARAN
a. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu melakukan asuhan
keperawatan Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan.
b. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu:
1) Menjelaskan konsep tentang Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan.
2) Menguraikan langkah-langkah proses keperawatan klien Ketidakefektifan
Pemeliharaan Kesehatan.
3) Melakukan pengkajian Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan.
4) Menyusun diagnosis keperawatan Ketidakefektifan Pemeliharaan
Kesehatan.
5) Melakukan tindakan keperawatan kepada klien Ketidakefektifan
Pemeliharaan Kesehatan.
6) Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga klien Ketidakefektifan
Pemeliharaan Kesehatan.
7) Mengevaluasi kemampuan klien dan keluarga dalam merawat klien
Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan.
8) mendokumentasikan asuhan keperawatan klien dengan Ketidakefektifan
Pemeliharaan Kesehatan.
9) Mempraktikkan asuhan keperawatan klien dengan Ketidakefektifan
Pemeliharaan Kesehatan.

3. PENGERTIAN
Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan merupakan ketidakmampuan
mengidentifikasi, mengelola, dan/atau mencari bantuan untuk mempertahankan
kesejahteraan dan/atau kesehatan (NANDA-1, 2018, SDKI, 2016).

4. PENYEBAB
a. Strategi koping tidak efektif.
b. Hambatan pengambilan keputusan
c. Sumber daya dan/atau sistem pendukung kurang.
d. Kurang terpapar informasi

278
e. Kesulitan menggunakan sistem pelayanan kesehatan
f. Kesulitan ekonomi
g. Hambatan kognitif
h. Ketidaktuntasan proses berduka
i. Ketidakadekuatan keterampilan berkomunikasi
j. Kurangnya keterampilan motorik halus/kasar
k. Ketidakefektifan koping keluarga
l. Ketidakefektifan koping individu
m. Gangguan persepsi
n. Distres spiritual;
o. Tidak tercapainya tugas perkembangan

5. TANDA DAN GEJALA


a. Mayor
1) Subjektif
a) Mengungkapkan keinginan untuk mengatasi penyakit
b) Mengungkapkan kesulitan dalam menjalankan perawatan/pengobatan
c) Mengungkapkan kegagalan untuk melakukan perawatan dan
pengobatan.
2) Objektif
a) Ketidaktahuan tentang cara perawatan dan pengobatan
b) Ketidaktepatan tindakan keluarga dalam merawat
c) Menunjukkan sikap negatif terhadap perawatan dan pengobatan yang
ditentukan
d) Gagal mencegah kekambuhan
e) Gagal menerapkan program perawatan dalam kehidupan sehari-hari
f) Sering kambuh
b. Minor
1) Subjektif
Tidak ada
2) Objektif
a) Memiliki riwayat perilaku mencari bantuan kesehatan yang kurang
b) Kurang menunjukkan minat untuk meningkatkan perilaku sehat
c) Hambatan sistem pendukung pribadi

279
6. KONDISI KLINIS TERKAIT
a. Skizofrenia
b. Cedera otak
c. Keterlambatan perkembangan
d. Kondisi kronis
e. Demensia
f. Penyakit Alzheimer

7. TUJUAN ASUHAN KEPERAWATAN


a. Kognitif, klien mampu:
1) Menyebutkan penyebab program perawatan dan pengobatan tidak berhasil
2) Menyebutkan tanda dan gejala Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan
3) Menyebutkan akibat dari Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan
4) Menyebutkan cara mengatasi Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan
5) Menunjukkan keinginan untuk melakukan Ketidakefektifan pemeliharaan
kesehatan
b. Psikomotor, klien mampu:
1) Menerapkan cara pengobatan yang tepat
2) Menerapkan cara perawatan yang tepat
3) Menggunakan sumber daya dalam keluarga
4) Menggunakan sumber daya yang ada di luar keluarga
c. Afektif, klien mampu:
1) Merasakan manfaat cara-cara yang telah dilakukan
2) Menunjukkan keinginan untuk mengelola kesehatan dengan tepat

8. PROSES KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN


PEMELIHARAAN KESEHATAN
a. Pengkajian Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara pada pasien.
Tanda dan Gejala ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan dapat
ditemukan dengan wawancara, melalui pertanyaan sebagai berikut:
1) Bagaimana ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan klien?
2) Bagaimana hambatan yang dialam klien dalam pengambilan keputusan?
3) Apa yang terjadi jika klien kurang informasi?
4) Apa yang menyebabkan terjadinya ketidakefektifan pemeliharaan
kesehatan?

280
b. Diagnosis Keperawatan Dengan Klien Ketidakefektifan Pemeliharaan
Kesehatan
Langkah berikutnya adalah merumuskan diagnosa keperawatan.
Diagnosis keperawatan dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala yang
diperoleh pada pengkajian. Berdasarkan data-data tersebut dapat
ditegakkan diagnosis keperawatan:
Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan
c. Tindakan Keperawatan Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan
Tindakan keperawatan untuk mengatasi hambatan komunikasi verbal,
dilakukan terhadap klien dan keluarga (pelaku rawat). Saat melakukan
pelayanan di puskesmas dan kunjungan rumah, perawat menemui keluarga
(pelaku rawat), terlebih dahulu sebelum menemui klien. Bersama
keluarga(pelaku rawat), perawat mengidentifikasi masalah yang dialami
klien untuk melakukan pengkajian dan melatih satu cara untuk mengatasi
masalah yang dialami klien.
Jika pasien telah mendapatkan terapi spikofarmako, maka hal pertama
yang dilatih perawat adalah tentang pentingnya kepatuhan minum obat.
Setelah perawat selesai melatih klien, maka perawat kembali menemui
keluarga (pelaku rawat) dan melatih keluarga (pelaku rawat) untuk
merawat klien, serta menyampaikan hasil tindakan yang telah dilakukan
terhadap klien dan tugas yang diperlukan keluarga lakukan yaitu untuk
mengingatkan klien melatih kemampuan mengatasi masalah yang telah
diajarkan oleh perawat.
Tindakan keperawatan untuk klien dan keluarga dilakukan pada setiap
pertemuan, minimal empat kali pertemuan dan dilanjutkan sampai klien
dan keluarga mampu mengatasi ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan.
1) Tindakan Pada Klien
a) Pengkajian: Kaji tanda dan gejala, penyebab dan kemampuan yang
dimiliki klien
b) Diagnosis: jelaskan proses terjadinya ketidakefektifan pemeliharaan
kesehatan.
c) Tindakan keperawatan:
(1) Diskusikan cara merawat masalah kesehatan
(2) Diskusikan cara merawat masalah kesehatan yang dilakukan
selama ini dan mengetahui kesenjangannya.
(3) Jelaskan dan latih cara mengatasi pemeliharaan kesehatan tidak
efektif.
(4) Jelaskan dan latih cara perawatan yang tepat

281
(5) Jelaskan dan latih cara 8 benar minum obat (benar nama klien,
benar obat, benar dosis, benar cara, benar waktu, benar manfaat,
benar tanggal kadaluwarsa dan benar dokumentasi yang benar).
(6) Diskusikan sumber daya dari dalam keluarga yang dapat
memberikan dukungan dan pendampingan. Latih cara
menggunakannya.
(7) Diskusikan sember daya dari luar keluarga yang dapat
memberikan dukungan atau pendampingan: kader kesehatan,
tenaga kesehatan di puskesmas, tokoh masyarakat. Latih cara
menggunakannya
(8) Jelaskan proses pemulihan, tanda dan gejala kekambuhan dan
latih mengevaluasinya
(9) Susun jadwal pemeliharaan kesehatan: perawatan dan
pengobatan. Bantu klien mengevaluasi manfaat semua cara yang
digunakan.
2) Tindakan Pada Keluarga
a) Kaji masalah klien yang dirasakan keluarga dalam merawat klien
b) Menjelaskan proses terjadinya ketidakefektifan pemeliharaan
kesehatan
c) Mendiskusikan cara merawat ketidakefektifan pemeliharaan
kesehatan dan memutuskan cara merawat
d) Melatih keluarga cara merawat ketidakefektifan pemeliharaan
kesehatan:
(1) Mengobservasi tanda dan gejala kekambuhan, hambatan
pelaksanaan program perawatan dan pengobatan.
(2) Memotivasi dan mendampingi klien melaksanakan program
perawatan dan pengobatan yang diberikan oleh perawat dan
dokter.
(3) Memberikan pujian setiap keberhasilan klien.
(4) Melibatkan seluruh anggota keluarga menciptakan suasana
keluarga yang nyaman
(5) Berbagi peran terkait kegiatan dan waktu.
(6) Berikan pujian setiap keberhasilan klien.
(7) Menjelaskan tanda dan gejala yang memerlukan rujukan segera
serta melakukan follw up ke pelayanan kesehatan secara teratur.

282
3) Tindakan Pada Kelompok Lain
a) Tindakan keperawatan ners: kelompok swabantu
b) Terapi suportif khusus perawat spesialis
4) Tindakan Kolaborasi
a) Melakukan kolaborasi dengan dokter menggunakan pendekatan
ASBAR dan TbaK.
b) Memberikan program terapi dokter (obat): edukasi 8 benar sesuai
konsep safety pemberian obat
c) Mengobservasi manfaat dan efek samping obat
5) Discharge Planning
a) Menjelaskan rencana persiapan pasca-rawat di rumah untuk
memandirikan klien
b) Menjelaskan rencana tindak lanjut perawatan dan pengobatan
c) Melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan
d. Evaluasi
1) Patuh melakukan program perawatan dan pengobatan
2) Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat klien dalam
melaksanakan program perawatan dan pengobatan.
e. Rencana Tindak Lanjut
1) Rujuk klien dan keluarga ke fasilitas praktik mandiri perawat spesialis
keperawatan jiwa
2) Rujuk klien dan keluarga ke case manager di fasilitas pelayanan kesehatan
primer di puskesmas, pelayanan kesehatan sekunder dan tersier di rumah
sakit
3) Rujuk klien dan keluarga ke kelompok pendukung, kader kesehatan jiwa,
kelompok swabantu dan fasilitas rehabilitasi psikososial yang tersedia di
masyarakat.

9. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DENGAN


KLIEN KETIDAKEFEKTIFAN PEMELIHARAAN KESEHATAN
Pertemuan ke-1 Klien (setiap melakukan tindakan strategi pelaksanaan
(SP), perawat harus melakukan sesuai dengan tahapan-tahapan yang akan
dilakukan)

283
a. Orientasi
1) Salam
Mengucap salam, memperkenalkan nama perawat dan pekerjaan/berasal
dari mana, menanyakan nama kepanjangan klien, nama panggilan, tanggal
lahir.
2) Evaluasi
Menanyakan bagaimana perasaan klien. Dan berapa lama sudah merasakan
perasaan seperti itu.
3) Validasi
Menanyakan apa yang dilakukan untuk mengatasi masalah itu dan apakah
berhasil.
4) Kontrak
a) Topik dan tujuan
Perawat membicarakan penyebab yang terjadi pada klien dan cara
mengatasinya, serta tujuan dari tindakan yang akan dilakukan.
(Membicarakan kondisi klien dan bagaimana cara mengatasinya).
b) Waktu
Perawat menanyakan berapa lama waktunya, dan apakah setuju
dengan waktu yang disepakati.
c) Tempat
Perawat menanyakan di mana tempatnya.
b. Kerja
1) Pengkajian
- Perawat menanyakan kepada klien bagaimana pengalaman yang tidak
menyenangkan selama hidupnya?
- Bagaimana klien menghadapi masalah tersebut?
- Siapa yang membantu jika ada masalah?
- Apakah klien menceritakan masalahnya dengan orang lain?
- Bagaimana dengan pengobatannya?
- Bagaimana perawatannya?
- Bagaimana hubungan klien dengan orang tua?
- Bagaimana hubungan klien dengan tetangga di sekitar rumah?
- Apakah klien kenal dengan teman-teman di sekitar kita? (mungkin
klien tidak menjawab)
2) Diagnosis
Perawat menyimpulkan hasil dari percakapan dengan klien. Klien
menolak perawatan lanjutan setelah pulang ke rumah dan tidak
menerapkan program perawatan dalam kehidupan sehari-hari. Masalah itu

284
kami sebut dengan ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan sehinga
kondisi tidak stabil dan sering kambuh. Bagaimana kalau kita latihan untuk
itu. Dengan diagnosis keperawatan yang telah di sebutkan sesuai dengan
pengkajian.
3) Tindakan
a) Cara merawat tiap diagnosis
i. Diskusikan car merawat setiap diagnosa yang dialami
ii. Latih cara merawat dan mengendalikan tiap diagnosis
keperawatan lihat tindakan pada setiap diagnosis keperawatan)
iii. Diskusikan keberhasilan, pengetahuan tentang cara merawat,
pskomotor (kemampuan), melakukan cara merawat dan
memanfaatkan yang dirasakan setelah dilakukan.
b) Cara menggunakan obat dengan benar
i. Diskusikan 8 benar dari cara minum obat yang benar. Berbagi
pengalaman cara yang dilakukan klien.
ii. Latih klien minum obat dengan benar
iii. Diskusikan keberhasilan dan hambatan yang dirasakan
iv. Rujuk ke dokter untuk menetapkan obat yang sesuai dengan
hambatan yang dirasakan klien.
c) Cara menggunakan sumber daya untuk mencapai pemulihan
i. Diskusikan tahapan pemulihan
ii. Diskusikan tahapan kambuh
iii. Diskusikan cara memanfaatkan sumber daya dalam keluarga
untuk mencapai pemulihan.
iv. Diskusikan cara memanfaatkan sumber daya di luar keluarga:
kader, tokoh masyarakat, pelayanan kesehatan seperti posyandu
jiwa, puskesmas, rehabilitasi berbasis masyarakat.
v. Diskusikan hasil pelaksanaan
c. Terminasi
1) Evaluasi Subjektif
Perawat menanyakan perasaan klien setelah melakukan kegiatan latihan.
2) Evaluasi Objektif
Kemudian perawat mencoba untuk menyebutkan apa yang sudah
dilakukan.
3) Rencana Tindak Lanjut Klien
Perawat bersama klien memasukan rencana kegiatan dalam jadwal agar
dilakukan setiap hari.

285
4) Rencana Tindak Lanjut Perawat
Kemudian perawat melakukan kontrak ulang dengan klien untuk bertemu
klien kembali. Mengevaluasi kegiatan yang sudah dilakukan apakah sudah
benar.
5) Salam
Mengucap salam dan terima kasih

10. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DENGAN


KELUARGA KETIDAKEFEKTIFAN PEMELIHARAAN
KESEHATAN
Pertemuan ke-I keluarga (setiap melakukan tindakan strategi pelaksanaan
(SP), perawat harus melakukan sesuai dengan tahapan-tahapan yang akan
dilakukan).
a. Fase Orientasi
1) Salam
Mengucap salam, memperkenalkan nama perawat dan pekerjaan/berasal
dari mana, menanyakan nama kepanjangan keluarga klien, nama
panggilan, tanggal lahir.
2) Evaluasi
Menanyakan bagaimana perasaan keluarga. Dan adakah dalam keluarga
yang sakit.
3) Validasi
Menanyakan apa yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut dan
apakah sudah dibawa ke pusat pelayanan kesehatan.
4) Kontrak
a) Tindakan dan tujuan
Perawat akan melakukan pemeriksaan kesehatan supaya dapat
mengetahui kondisi keluarga klien.
b) Waktu
Perawat menanyakan berapa lama waktunya, dan apakah setuju
dengan waktu yang disepakati.
c) Tempat
Perawat menanyakan di mana tempatnya.

286
b. Fase Kerja
1) Pengkajian
a) Identitas keluarga
Perawat menanyakan pada keluarga klien ingin mendata keluarga
yang tinggal di rumah. Siapa kepala keluarga, siapa nama lengkapnya,
berapa umurnya, pendidikan, alamat rumah dan apakah keluarga ada
yang mempunyai keluhan kesehatan seluruh keluarga (jika ada
sebutkan). Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai riwayat
kesehatan atau penyakit sebelumnya. (jika ada sebutkan). Perawat
juga menanyakan jika ada anggota keluarga yang mengalami keluhan
sudah berapa lama, apa yang dilakukan(klien). Kemudian perawat
memeriksa klien.
b) Pengkajian indikator keluarga sehat (IKS)
Perawat menanyakan apakah anggota keluarga ada mengikuti
kegiatan program pemerintah agar seluruh keluarga sehat.
Keluarga akan menjawab pertanyaan IKS dengan ya atau tidak.
Dan perawat akan memulai?
- Apakah anggota keluarga mengikuti program keluarga
berencana?
- Apakah anggota keluarga ada yang melahirkan ke fasilitas
kesehatan?
- Apakah anggota keluarga mendapatkan imunisasi dasar lengkap?
- Apakah mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan?
- Apakah balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan?
- Apakah anggota keluarga tidak ada yang merokok?
- Apakah anggota keluarga menjadi anggota JKN/ BPJS?
- Apakah anggota keluarga memiliki akses sarana air bersih?
- Apakah keluarga memiliki akses jamban sehat?
- Apakah anggota keluarga ada yang menderita penyakit TBC?
Jika iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
- Apakah anggota keluarga menderita gangguan jiwa? Jika iya,
apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar
dari pelayanan kesehatan?
- Apakah anggota keluarga menderita diabetes melitus? Jika iya,
apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar
dari pelayanan kesehatan?

287
- Apakah anggota keluarga menderita Hipertensi? Jika iya, apakah
sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar dari
pelayanan kesehatan?
- Apakah anggota keluarga menderita kanker? Jika iya, apakah
sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar dari
pelayanan kesehatan?
Kemudian perawat menyimpulkan dan melanjutkan pemeriksaan
terhadap kesehatan jiwa yang dialami keluarga.
c) Pengkajian Self Report Questionarre (SRQ)
Perawat memeriksa kesehatan klien.
- Apakah klien sering menderita sakit kepala?
- Apakah klien kehilangan nafsu makan?
- Apakah klien tidur lelap?
- Apakah klien mudah menjadi takut?
- Apakah klien merasa cemas, tegang dan kawatir?
- Apakah tangan klien gemetar?
- Apakah klien mengalami gangguan pencernaan?
- Apakah klien merasa sulit berpikir jernih?
- Apakah klien merasa tidak bahagia?
- Apakah klien lebih senang menangis?
- Apakah klien merasa sulit untuk menikmati ativitas sehari-hari?
- Apakah klien mengalami kesulitan untuk mengambil keputusan?
- Apakah aktivitas atau tugas sehari-hari ibu terbengkalai?
- Apakah klien merasa tidak mampu berperan dalam kehidupan
ini?
- Apakah klien kehilangan minat terhadap banyak hal?
- Apakah klien merasa tidak bahagia?
- Apakah klien merasa tidak berharga?
- Apakah klien mempunyai pikiran untuk mengakhiri hidupnya
- Apakah klien merasa lelah sepanjang waktu?
- Apakah klien merasa tidak enak perut?
- Apakah klien mulai lelah?
- Apakah klien minum alkohol lebih banyak dari biasanya atau
apakah klien menggunakan narkoba?
- Apakah klien yakin bahwa seseorang mencoba mencelakai klien
dengan cara tertentu?
- Apakah ada yang mengganggu atau hal yang tidak biasa dalam
pikiran klien?

288
- Apakah klien pernah mendengar suara tanpa tahu sumbernya
atau orang lain tidak dapat mendengarnya?
- Apakah keluarga mengalami mimpi yang mengganggu tentang
sesuatu bencana musibah atau adakah saat-saat Anda seolah
mengalami kembali kejadian bencana?
- Apakah keluarga menghindari kegiatan, tempat, orang atau
pikiran yang mengingatkan Anda akan bencana tersebut?
- Apakah minat keluarga terhadap teman dan kegiatan yang biasa
keluarga lakukan berkurang?
- Apakah keluarga merasa sangat terganggu jika berada dalam
situasi yang mengingatkan keluarga akan bencana atau jika
memikirkan tentang bencana?
- Apakah keluarga kesulitan memahami atau mengekspresikan
perasaan keluarga?
Kesimpulan: berdasarkan jawaban dari pertanyaan di atas, keluarga
(salah satu) mengalami kecemasan.
2) Diagnosis
- Perawat menyimpulkan hasil dari pengkajian keluarga klien dan
perawat mengajak keluarga dan klien untuk melakukan pemeriksaan
- Keluarga sedang mengalami kecemasan
- Klien mengalami pemeliharaan kesehatan tidak efektif
- Anggota keluarga lain tidak ada masalah, mereka sehat
3) Tindakan Keperawatan
Tindakan yang dilakukan perawat untuk keluarga klien: (tindakan
yang dilakukan keluarga klien dalam menghadapi anak atau istri di dalam
anggota keluarga yang mengalami kecemasan).
a) Tindakan keperawatan pada keluarga.
Untuk mengatasi kecemasan keluarga ada beberapa cara:
i. Latihan teknik relaksasi: tarik napas dalam
- Contohkan: Tarik napas dalam dari hidung tahan sebentar
dan keluarkan dari mulut sambil menghembuskan.
- Dampingi: kemudian keluarga mengikuti perawat
melakukan tarik napas dalam.
- Mandiri: keluarga melakukan sendiri dan perawat
memberikan reward atau reinforcement positif.

289
ii. Latihan distraksi
Perawat menanyakan kebiasaan keluarga? Apakah suka
menonton tv, membaca koran, mendengarkan musik, ngobrol
dengan orang lain tentang pengalaman yang menyenangkan.
(upayakan waktu terisi dengan kegiatan).
iii. Latihan hipnotis lima jari
- Mulai dengan tarik napas dalam, tutup mata, kosongkan
pikiran. Napas biasa dan fokus ada napas.
- Satukan jempol dengan telunjuk: bayangkan badan sehat,
itu saja bayangkan jangan ada yang lain.
- Satukan jempol dan jari tengah: bayangkan semua orang
yang peduli, perhatian dan sayang pada keluarga, itu saja
bayangkan jangan ada yang lain.
- Satukan jempol dan jari manis: bayangkan saat keluarga
mendapatkan pujian, hadiah, prestasi dan keluarga sangan
senang, itu saja bayangkan jangan ada yang lain.
- Satukan jempol dan kelingking: bayangkan tempat yang
indah-indah atau tempat yang paling indah yang pernah
dikunjungi, ingat bayangkan keluarga ada di sana dan
senang sekali itu saja yang di bayangkan.
Kesimpulan perawat: menanyakan bagaimana perasaan keluarga
setelah melakukan latihan. Apakah senang dan berkurang. Kemudian
perawat bersama keluarga membuat jadwal latihan untuk semua kegiatan
yang dilakukan.
c. Kerja (lanjutan)
Perawat bersama keluarga bersama-sama membahas masalah klien.
Dan akan didiskusikan peran keluarga dalam merawat klien.
Tindakan edukasi 5 tahap tugas keluarga.
1) Keluarga mampu mengenal masalah
Perawat melakukan pemeriksaan masalah kesehatan pada keluarga.
Kemudian perawat menjelaskan kepada keluarga peristiwa atau
masalah yang dialami klien ke keluarga yaitu klien mengalami
ketidakefektifan mengolah kesehatan akibat sering terjadi kekambuhan.
Penyebabnya: tidak dilanjutkannya perawatan dan pengobatan di rumah
Sakit ke rumah juga belum optimalnya pendampingan oleh keluarga.
Bagaimana apakah keluarga bersedia membantu?

290
2) Keluarga mampu memutuskan masalah
Keluarga perlu mengetahui cara merawatnya dan memutuskan
masalah cara merawat klien, agar cepat pulih.
3) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit
Ada beberapa cara yang perlu dilakukan agar klien tidak melakukan
tindakan yang ditidak diinginkan.
- Cara merawat klien dengan membimbing, untuk mengandalkan gejala
yang dialami, memotivasi, dan mendampingi klien, melakukan latihan
yang sudah diberikan perawatan.
- Membantu dan memotivasi klien minum obat dengan prinsip 8 benar.
- Mengevaluasi keberhasilan dan berikan pujian jika klien berhasil.
4) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan
Keluarga lainnya juga perlu membuat suasana mendukung untuk
perawatan dan pemulihan klien. Misalnya; siapa yang membantu cara
merawat dan cara patuh obat, dan memberikan pujian atas semua hal
positif dengan klien.
5) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
Klien perlu mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa secara teratur,
pilihannya: puskesmas, RSU, RSJ, praktik komunitas dan dokter.
d. Terminasi
1) Evaluasi subjektif
Perawat menanyakan kepada keluarga bagaimana perasaan setelah
melakukan tindakan atau latihan yang terkait masalah kesehatan di dalam
keluarga klien.
2) Evaluasi objektif
Perawat menanyakan kembali masalah kesehatan klien. Bagaimana pula
cara, merawatnya (memperagakannya)
3) Rencana tindak lanjut klien
Anjurkan kepada keluarga jangan lupa mengajak anggota keluarga lain
untuk membantu merawat klien dan membuat suasana nyaman di keluarga.
Perawat memberikan leaflet kepada keluarga.
4) Rencana tindak lanjut perawat
Perawat akan kontak ulang dengan keluarga kembali mengajarkan tentang
pengobatan dan perawatan klien di puskesmas atau rumah sakit.
5) Salam
Perawat mengucap salam dan terima kasih.

291
REFERENSI
Keliat, B.A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat: CMHN
(Basic Course). Jakarta: EGC
Lundy, K.S. & Janes, S. (2009). Community Health Nursing: Caring for the
Public’s Health. 2 nd ed. Boston: Jones and Bartlett Publisher.
Stuart, G.W. (2013). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. (10th Ed).
Elsevier.
Keliat, B.A., dkk. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
PPSDM Kesehatan. (2012). Modul Pelatihan Keperawatan Kesehatan Jiwa
Masyarakat. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia. Retrieved from http://www.inna-ppni.or.id
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(I). Jakarta. Retrieved from http://www.inna-ppni.or.id
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed.). Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Retrieved from
http://www.inna-ppni.or.id

J. KETIDAKEFEKTIFAN PERFORMA PERAN


1. DESKRIPSI SINGKAT
Ketidakefektifan performa peran merupakan pola perilaku dan ekspresi
diri tidak sesuai dengan konteks lingkungan, norma dan harapan.

2. TUJUAN PEMBELAJARAN
a. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Setelah selesai pembelajaran ini peserta mampu melakukan asuhan
keperawatan ketidakefektifan performa peran.
b. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
1) Kognitif klien mampu:
a) Memahami perubahan kondisi kesehatan yang berpengaruh pada peran
b) Mengetahui cara melakukan peran baru sesuai perubahan kondisi
kesehatan

292
2) Psikomotor, klien mampu:
a) Membuat daftar kondisi kesehatan yang memerlukan peran baru
b) Melatih peran baru sesuai kondisi kesehatan
c) Memberdayakan sistem pendukung yang tersedia.
3) Afektif, klien mampu:
a) Merasakan manfaat latihan yang dilakukan
b) Mempunyai peran baru yang efektif
3. PENGERTIAN
Ketidakefektifan performa peran adalah suatu pola perilaku dan ekspresi
diri yang tidak sesuai dengan harapan, norma, dan konteks lingkungan (NANDA
I, 2018).

4. PENYEBAB
a. Harapan peran tidak realistis
b. Hambatan fisik
c. Harga diri rendah
d. Perubahan cairan tubuh
e. Ketidakefektifan sistem pendukung
f. Stres dan konflik
g. Nyeri

5. TANDA DAN GEJALA


a. Mayor
1) Subjektif
a) Kurang pengetahuan atas tuntutan peran
b) Kurang percaya diri
c) Kurang motivasi
d) Kurang terampil
2) Objektif
a) Mobilisasi terbatas
b) Tidak berdaya
c) Ragu-ragu
b. Minor
1) Subjektif
a) Konflik peran
b) Bingung peran

293
2) Objektif
a) Tidak dapat melakukan peran baru
b) Kurang ketepatan untuk meningkatkan peran

6. PROSES KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN PERFORMA


PERAN
a. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada
klien dan keluarga. Proses Ketidakefektifan performa peran bisa terjadi
karena kondisi klinis terkait faktor risiko dan berbagai penyakit yang
dialami (Keliat, dkk., 2019).
b. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala
yang ditemukan pada klien adalah:
“Ketidakefektifan performa peran”
c. Tindakan Keperawatan Ketidakefektifan Performa Peran
1) Tindakan kepada Klien:
a) Kaji tanda dan gejala Ketidakefektifan performa peran
b) Jelaskan proses terjadinya Ketidakefektifan performa peran
c) Diskusikan perubahan kondisi kesehatan yang mengakibatkan tidak
dapat melakukan peran yang biasa dilakukan dan memerlukan peran
baru terkait kondisi kesehatan.
d) Latihan melakukan peran lama yang masih dapat dilakukan
e) Latih peran baru terkait dengan perubahan kondisi kesehatan, seperti
pola makan, pola istirahat, dan perilaku hidup sehat.
f) Berikan pujian dan motivasi melakukan peran baru
2) Tindakan keperawatan kepada keluarga adalah:
Tindakan keperawatan pada keluarga diberikan kepada pengasuh (care
giver) dari Ketidakefektifan performa peran, kegiatannya yaitu:
a) Kaji masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien.
b) Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya
Ketidakefektifan performa peran, serta memutuskan cara merawat.
c) Latih keluarga cara merawat dan mendampingi klien mengatasi
Ketidakefektifan performa peran sesuai dengan asuhan keperawatan
yang telah diberikan.

294
d) Latih keluarga menciptakan suasana yang mendukung klien
mengembangkan peran baru untuk mengatasi Ketidakefektifan
performa peran.
e) Diskusikan tanda dan gejala Ketidakefektifan performa peran yang
memerlukan rujukan segera serta menganjurkan follow up ke fasilitas
kesehatan secara teratur.
3) Tindakan Kolaborasi;
a) Melakukan kolaborasi dengan dokter jika ditemukan tanda dan gejala
yang mengkhawatirkan dengan menggunakan ISBAR dan TbaK.
b) Memberikan terapi dokter (obat) kepada klien: Edukasi 8 benar
prinsip pemberian obat dengan menggunakan konsep safety
pemberian obat.
c) Mengobservasi manfaat dan efek samping obat.

7. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DIAGNOSIS


KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN PERFORMA PERAN
Komunikasi yang dilakukan saat kunjungan rumah dibagi dalam beberapa
tahap yaitu:
a. Perawat dengan keluarga atau care giver
1) Perawat dengan klien
2) Perawat dengan keluarga atau care giver
b. Komunikasi akan dilanjutkan di puskesmas, yaitu:
1) Perawat dengan dokter menggunakan ISBAR dan TbaK
2) Perawat dengan klien dan keluarga

8. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DENGAN


KELUARGA
Pertemuan Pertama Keluarga
a. Tahap Orientasi
1) Salam
“Selamat siang, saya Sari, perawat puskesmas Mawar.” “Siapa nama
Bapak?” “Senang dipanggil apa?” “Kami dari Puskesmas akan memeriksa
kesehatan keluarga Bapak.”
2) Evaluasi
“Bagaimana kesehatan anggota keluarga Bapak?” “Apakah keluarga bapak
ada sedang mengalami koping tidak efektif?”

295
3) Validasi
“Apakah anggota keluarga bapak bisa mengatasi masalah koping tidak
efektif? bagaimana hasilnya?
4) Kontrak
a) Tindakan dan tujuan
“Saya akan melakukan pemeriksaan kesehatan, supaya dapat
mengetahui kondisi kesehatan keluarga Bapak?
b) Tempat
“Bagaimana kalau tempatnya di sini saja ya Pak?”
c) Waktu
“Waktu 30 menit, apakah Bapak setuju?”
b. Tahap Kerja
1) Pengkajian
a) Identitas keluarga
“Saya akan mendata keluarga Bapak yang tinggal serumah?”
“Siapa yang menjadi kepala keluarga?” “Apa nama lengkapnya?”
“Berapa umur?” “Apa pendidikan?” “Apa pekerjaan?” “Coba
sebutkan alamat lengkap rumah Bapak?” “Apakah Bapak ada keluhan
kesehatan?”
“Sekarang saya akan mendata istri Bapak, kemudian anak bapak
dan kerabat bapak yang tinggal serumah dengan bapak yang ada di
dalam kartu keluarga bapak.” “Saya akan mencatat nama lengkap,
umur, pendidikan, pekerjaan dan kondisi kesehatan semua anggota
keluarga Bapak.” “Bagaimana kondisi anak bapak?” “Jadi bapak saat
ini keluarga bapak sedang mengalami ketidakefektifan manajemen
kesehatan?” “Baik saya akan membantu mengatasi masalah yang
dihadapi keluarga Bapak.”
b) Pengkajian indikator keluarga sehat (IKS)
Lanjutkan dengan data terkait kesehatan keluarga. “IKS
merupakan program pemerintah agar seluruh keluarga sehat” “Bapak
akan menjawab pertanyaan IKS dengan ya atau tidak”. Mari kita
mulai!”
i. Apakah keluarga bapak mengikuti program keluarga berencana?
ii. Apakah istri bapak melahirkan di fasilitas kesehatan?
iii. Apakah anak bapak mendapatkan imunisasi dasar lengkap?
iv. Apakah anak bapak mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan?
v. Apakah balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan?

296
vi. Apakah anggota keluarga tidak ada yang merokok?
vii. Apakah anggota keluarga bapak menjadi anggota JKN/BPJS?
viii. Apakah keluarga bapak memiliki akses jamban sehat?
ix. Apakah anggota keluarga bapak ada yang menderita TBC? Jika
Iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
x. Apakah ada anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa?
Jika Iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
xi. Apakah ada anggota keluarga yang menderita diabetes melitus?
Jika iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
xii. Apakah ada anggota keluarga yang menderita hipertensi? Jika
iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
xiii. Apakah ada anggota keluarga yang menderita kanker? Jika iya,
apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar
dari pelayanan kesehatan?
Kesimpulan:
“Berdasarkan jawaban Bapak, kesehatan keluarga Bapak sudah bagus,
hanya saja ada yang perlu dilanjutkan terkait sumber pendukung yang
digunakan bagi klien dengan Ketidakefektifan performa peran”.
2) Diagnosis
“Baiklah Bapak, dari hasil pemeriksaan yang kita lakukan maka ada
beberapa kondisi kesehatan keluarga”.
Ketidakefektifan performa peran.
3) Tindakan Keperawatan
“Baiklah, saya akan bantu mengatasi masalah Ketidakefektifan
performa peran keluarga bapak, bisa tolong antarkan saya untuk
berbincang-bincang dengan anggota keluarga Bapak yang mengalami
Ketidakefektifan performa peran?”.

297
9. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DENGAN
KLIEN
Pertemuan Pertama Klien
a. Tahap Orientasi
1) Salam
“Selamat siang, saya Sari, perawat puskesmas Mawar.” “Siapa
namanya Bu?”. “Ooh Bu Andi” “Senang dipanggil apa?” “Kami dari
Puskesmas akan memeriksa kesehatan Bu Andi?”
2) Evaluasi
“Apa yang Bu Andi rasakan?” “Jadi Bu Andi saat ini mengalami
ketidakefektifan manajemen kesehatan?”
3) Validasi
“Apa yang sudah dilakukan untuk mengatasinya?” “Apakah
berhasil?”
4) Kontrak
a) Topik dan tujuan
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang ketidakefektifan
manajemen kesehatan ya Bu Andi?”
b) Tempat
“Bagaimana kalau tempatnya di sini saja ya Bu Andi?”
c) Waktu
“Waktu 30 menit, apakah Bu Andi setuju?”
b. Tahap Kerja
1) Pengkajian
a) Pengertian Dukacita
“Apa yang Bu Andi ketahui tentang ketidakefektifan manajemen
kesehatan?”
b) Tanda/gejala
“Sekarang apa yang Bu Andi rasakan?” “Dan apa yang Bu Andi
lakukan untuk mengatasi masalah tersebut?”.
2) Diagnosis
Diagnosis keperawatan muncul berdasarkan data “ketidakefektifan
manajemen kesehatan?”.
3) Tindakan Keperawatan
“Baiklah, saya akan bantu untuk mengatasi masalah ketidakefektifan
manajemen kesehatan?”

298
a) Kaji tanda dan gejala ketidakefektifan manajemen kesehatan
“Ibu apakah tahu tanda dan gejala ketidakefektifan manajemen
kesehatan? Baik sekarang saya jelaskan ya ibu tanda dan gejala
ketidakefektifan manajemen kesehatan yaitu tidak mampu
menjalankan perilaku hidup sehat, gagal mengatasi faktor risiko,
gagal melakukan regimen terapeutik, klien mengatakan tidak ada
masalah kesehatan dan tidak tertarik dengan perilaku sehat.”
b) Jelaskan proses terjadinya ketidakefektifan koping
“Sekarang apakah ibu tahu tentang proses terjadinya
ketidakefektifan manajemen kesehatan? Baik sekarang saya jelaskan
ya ibu tentang proses terjadinya ketidakefektifan manajemen
kesehatan dikarenakan ketidakpatuhan dalam pengobatan klien
mengenai penyakit fisik maupun psikis.”
c) Diskusikan masalah kesehatan, faktor risiko dan manajemen
kesehatan yang perlu dilakukan: daftar faktor risiko masalah
kesehatan.
d) Latih cara mengatasi faktor risiko
e) Latih cara merawat kondisi kesehatan
f) Bantu klien melihat hasil dari nomor 4 dan 5
g) Berikan pujian dan motivasi karena sudah melakukan manajemen
kesehatan
c. Terminasi
1) Evaluasi subjektif
“Bagaimana Bu Andi setelah kita berbincang-bincang tadi?”
2) Evaluasi Objektif
“Apa saja yang kita bincang-bincang tadi, coba Bu Andi jelaskan.” Sudah
benar Bu Andi hebat.”
3) Rencana tindak lanjut klien
“Selanjutnya mari kita buat jadwal kapan saja Bu Andi melakukan latihan
tadi?”
4) Rencana tindak lanjut perawat
“Baiklah Bu Andi, hari Senin saya ke rumah Ibu lagi untuk berbincang-
bincang melakukan evaluasi kegiatan hari ini.”
5) Salam
“Semoga Bu Andi tetap semangat ya semoga Bu Andi bisa mengatasi
masalah ketidakefektifan manajemen kesehatan.”

299
d. Kerja (Lanjutan) Keluarga
“Baik pak, sekarang kita lanjutkan diskusi. Kita sudah bersama-sama
diskusi dengan anggota keluarga bapak yang mengalami ketidakefektifan
manajemen kesehatan dan melakukan latihan... Bagaimana menurut
Bapak? Baiklah kita akan diskusikan peran keluarga dalam membantu
masalah keluarga yang mengalami ketidakefektifan manajemen
kesehatan”.
1) Tindakan Keperawatan
“Baiklah, saya akan membantu masalah ketidakefektifan manajemen
kesehatan yang dialami keluarga Bapak ya?”.
a) Keluarga mampu mengenal masalah
“Baik bapak untuk lebih jelasnya saya akan menjelaskan tentang
“pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya ketidakefektifan
manajemen kesehatan”. (Jelaskan dengan menggunakan leaflet)
b) Keluarga mampu mengambil keputusan
“Bapak sudah mengetahui tentang ketidakefektifan manajemen
kesehatan, Bapak dapat memutuskan cara merawat keluarga yang
mengalami ketidakefektifan manajemen kesehatan dan membawa ke
pelayanan kesehatan (Puskesmas, Klinik, RS, Praktik dokter/perawat)
untuk mendapat cara merawatnya jika keluarga belum mampu
mengatasi masalah ketidakefektifan manajemen kesehatan.
c) Keluarga mampu merawat anggota keluarga:
i. Kaji masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien yang
mengalami ketidakefektifan manajemen kesehatan
ii. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya
ketidakefektifan manajemen kesehatan, serta memutuskan cara
merawat.
iii. Latih keluarga cara merawat dan mendampingi klien mengatasi
ketidakefektifan manajemen kesehatan sesuai dengan asuhan
keperawatan yang telah diberikan.
iv. Diskusikan tanda dan gejala ketidakefektifan manajemen
kesehatan yang memerlukan rujukan segera serta menganjurkan
follow up ke fasilitas kesehatan secara teratur.
d) Latih keluarga menciptakan suasana sebagai sistem pendukung
mengatasi ketidakefektifan manajemen kesehatan.
Latih keluarga menciptakan suasana sebagai sistem pendukung
mengatasi ketidakefektifan manajemen kesehatan

300
“Bapak Ibu mulai sekarang ciptakan lingkungan yang nyaman
buat klien, suasana rumah tenang, beri support yang baik, temani
selalu klien untuk bercerita”.
e) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
Bapak Ibu jika keluarga belum mampu mengatasi masalah
ketidakefektifan manajemen kesehatan segera bawa ke tempat
pelayanan kesehatan ya.
e. Terminasi
1) Evaluasi subjektif
“Bagaimana Bapak Ibu setelah kita berbincang-bincang tadi?”
2) Evaluasi Objektif
“Coba sebutkan cara merawat klien ketidakefektifan manajemen
kesehatan. Coba Bapak Ibu praktikkan lagi caranya? Bagus sekali”.
3) Rencana tindak lanjut klien
“Bapak Ibu untuk melakukan latihan merawat dan mendampingi klien
mengatasi ketidakefektifan manajemen kesehatan?”
4) Rencana tindak lanjut perawat
“baiklah Bapak Ibu, hari Selasa pagi saya akan datang lagi untuk
melanjutkan bincang-bincang kita ya.”
5) Salam
“Semoga keluarga Bapak sehat selalu.”

REFERENSI
Keliat, B.A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat: CMHN
(Basic Course). Jakarta: EGC.
Lundy, K.S. & Janes, S. (2009). Community Health Nursing: Caring for the
Public’s Health. 2 nd ed. Boston: Jones and Bartlett Publisher.
Stuart, G.W. (2013). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. (10th Ed).
Elsevier.
Keliat, BA., Hamid, AYS, Putri YSE, Daulima NHC, dkk (2019). Asuhan
Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
PPSDM Kesehatan. (2012). Modul Pelatihan Keperawatan Kesehatan Jiwa
Masyarakat. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

301
K. DISTRES SPIRITUAL
1. DESKRIPSI SINGKAT
Distres spiritual adalah suatu keadaan menderita yang berhubungan
dengan hambatan kemampuan untuk mengalami makna hidup melalui hubungan
diri sendiri, dunia, dan kepada Tuhan Yang Maha Esa (NANDA-I, 2018).

2. TUJUAN PEMBELAJARAN
a. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Setelah selesai pembelajaran ini peserta mampu melakukan asuhan
keperawatan Distres spiritual.
b. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
1) Kognitif klien mampu:
a) Menyampaikan penderitaan yang dialami
b) Mengenali makna hidup dan kekuatan yang Mahatinggi
2) Psikomotor, klien mampu:
a) Membuat daftar makna hidup
b) Melakukan kegiatan kehidupan yang berguna
c) Melakukan ritual spiritual dan merasakan maknanya.
3) Afektif, klien mampu:
a) Merasakan kekuatan yang Mahakuasa
b) Merasakan diperhatikan dan dicintai oleh orang terdekat
c) Merasakan kebahagiaan hidup

3. PENGERTIAN
Distres spiritual adalah suatu keadaan menderita yang berhubungan
dengan hambatan kemampuan untuk mengalami makna hidup melalui hubungan
diri sendiri, dunia, atau kekuatan yang Mahatinggi (NANDA-I, 2018). Distres
spiritual adalah gangguan pada keyakinan atau sistem nilai pada individu atau
kelompok berupa kekuatan, harapan dan makna hidup (SDKI, 2016).

4. PENYEBAB
a. Kehilangan
b. Kematian orang terdekat
c. Menerima berita buruk tentang kesehatan, hubungan sosial
d. Perubahan kehidupan

302
5. TANDA DAN GEJALA
a. Mayor
1) Subjektif
a) Mengeluh menderita
b) Mempertanyakan makna hidup
c) Merasa tidak dicintai
d) Merasa bersalah
e) Kurang pasrah
2) Objektif
a) Insomnia
b) Menangis
c) Ketakutan
d) Menolak bertemu dengan pemuka agama dan orang terdekat
e) Ritual religius berubah
b. Minor
1) Subjektif
a) Perasaan diabaikan
b) Perasaan asing
c) Merasa bersalah
d) Keinginan bertemu pemuka agama
e) Tidak berminat pada alam/literatur spiritual
2) Objektif
a) Tidak dapat melakukan kegiatan ibadah
b) Mengisolasi diri
c) Marah kepada orang yang lebih dar dirinya
d) Tidak mampu berkreativitas (mis, menyanyi, mendengarkan musik,
menulis)

6. PROSES KEPERAWATAN DISTRES SPIRITUAL


a. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada
klien dan keluarga. Proses distres spiritual bisa terjadi karena kondisi klinis
terkait faktor risiko dan berbagai penyakit yang dialami (Keliat, dkk.,
2019).

303
b. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala
yang ditemukan pada klien adalah:
“distres spiritual”
c. Tindakan Keperawatan Distres Spiritual
1) Tindakan kepada Klien:
a) Kaji tanda dan gejala distres spiritual
b) Jelaskan proses terjadinya distres spiritual
c) Diskusikan dengan klien:
- Penderitaan yang dialami
- Kekuatan yang Mahatinggi (Tuhan)
- Makna hidup
d) Latih kegiatan hidup sehari-hari dan memaknainya
e) Latih kegiatan ritual spiritual dan memaknainya
f) Berikan pujian dan motivasi dalam melakukan kegiatan sehari-hari
dan ritual spiritual
2) Tindakan keperawatan kepada keluarga adalah:
Tindakan keperawatan pada keluarga diberikan kepada pengasuh
(care giver) dari distres spiritual, kegiatannya yaitu:
a) Kaji masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien.
b) Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya distres
spiritual, serta memutuskan cara merawat.
c) Latih keluarga cara merawat dan membimbing klien meningkatkan
ritual spiritual dan manfaatnya sesuai dengan asuhan keperawatan
yang telah diberikan.
d) Latih keluarga menciptakan suasana yang mendukung klien
melakukan kegiatan bermakna.
e) Diskusikan tanda dan gejala distres spiritual yang memerlukan
rujukan segera serta menganjurkan follow up ke fasilitas kesehatan
secara teratur.

3) Tindakan Kolaborasi;
a) Melakukan kolaborasi dengan dokter jika ditemukan tanda dan gejala
yang mengkhawatirkan dengan menggunakan ISBAR dan TbaK.
b) Memberikan terapi dokter (obat) kepada klien: Edukasi 8 benar
prinsip pemberian obat dengan menggunakan konsep safety
pemberian obat.
c) Mengobservasi manfaat dan efek samping obat.

304
7. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DIAGNOSIS
KEPERAWATAN DISTRES SPIRITUAL
Komunikasi yang dilakukan saat kunjungan rumah dibagi dalam beberapa
tahap yaitu:
a. Perawat dengan keluarga atau care giver
1) Perawat dengan klien
2) Perawat dengan keluarga atau care giver
b. Komunikasi akan dilanjutkan di puskesmas, yaitu:
1) Perawat dengan dokter menggunakan ISBAR dan TbaK
2) Perawat dengan klien dan keluarga

8. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DENGAN


KELUARGA
Pertemuan Pertama Keluarga
a. Tahap Orientasi
1) Salam
“Selamat siang, saya Sari, perawat puskesmas Mawar.” “Siapa nama
Bapak?” “Senang dipanggil apa?” “Kami dari Puskesmas akan memeriksa
kesehatan keluarga Bapak.”
2) Evaluasi
“Bagaimana kesehatan anggota keluarga Bapak?” “Apakah keluarga bapak
ada sedang mengalami koping tidak efektif?”
3) Validasi
“Apakah anggota keluarga bapak bisa mengatasi masalah koping tidak
efektif? bagaimana hasilnya?
4) Kontrak
a) Tindakan dan tujuan
“Saya akan melakukan pemeriksaan kesehatan, supaya dapat
mengetahui kondisi kesehatan keluarga Bapak?
b) Tempat
“Bagaimana kalau tempatnya di sini saja ya Pak?”
c) Waktu
“Waktu 30 menit, apakah Bapak setuju?”

305
b. Tahap Kerja
1) Pengkajian
a) Identitas keluarga
“Saya akan mendata keluarga Bapak yang tinggal serumah?”
“Siapa yang menjadi kepala keluarga?” “Apa nama lengkapnya?”
“Berapa umur?” “Apa pendidikan?” “Apa pekerjaan?” “Coba
sebutkan alamat lengkap rumah Bapak?” “Apakah Bapak ada keluhan
kesehatan?”
“Sekarang saya akan mendata istri Bapak, kemudian anak bapak
dan kerabat bapak yang tinggal serumah dengan bapak yang ada di
dalam kartu keluarga bapak.” “Saya akan mencatat nama lengkap,
umur, pendidikan, pekerjaan dan kondisi kesehatan semua anggota
keluarga Bapak.” “Bagaimana kondisi anak bapak?” “Jadi bapak saat
ini keluarga bapak sedang mengalami ketidakefektifan manajemen
kesehatan?” “Baik saya akan membantu mengatasi masalah yang
dihadapi keluarga Bapak.”.
b) Pengkajian indikator keluarga sehat (IKS)
Lanjutkan dengan data terkait kesehatan keluarga. “IKS
merupakan program pemerintah agar seluruh keluarga sehat” “Bapak
akan menjawab pertanyaan IKS dengan ya atau tidak”. Mari kita
mulai!”
i. Apakah keluarga bapak mengikuti program keluarga berencana?
ii. Apakah istri bapak melahirkan di fasilitas kesehatan?
iii. Apakah anak bapak mendapatkan imunisasi dasar lengkap?
iv. Apakah anak bapak mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan?
v. Apakah balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan?
vi. Apakah anggota keluarga tidak ada yang merokok?
vii. Apakah anggota keluarga bapak menjadi anggota JKN/BPJS?
viii. Apakah keluarga bapak memiliki akses jamban sehat?
ix. Apakah anggota keluarga bapak ada yang menderita TBC? Jika
Iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
x. Apakah ada anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa?
Jika Iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?

306
xi. Apakah ada anggota keluarga yang menderita diabetes melitus?
Jika iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
xii. Apakah ada anggota keluarga yang menderita hipertensi? Jika
iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
xiii. Apakah ada anggota keluarga yang menderita kanker? Jika iya,
apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar
dari pelayanan kesehatan?
Kesimpulan:
“Berdasarkan jawaban Bapak, kesehatan keluarga Bapak sudah bagus,
hanya saja ada yang perlu dilanjutkan terkait sumber pendukung yang
digunakan bagi klien dengan distres spiritual”.
2) Diagnosis
“Baiklah Bapak, dari hasil pemeriksaan yang kita lakukan maka ada
beberapa kondisi kesehatan keluarga”.
“distres spiritual”
3) Tindakan Keperawatan
“Baiklah, saya akan bantu mengatasi masalah distres spiritual keluarga
bapak, bisa tolong antarkan saya untuk berbincang-bincang dengan
anggota keluarga Bapak yang mengalami distres spiritual?”.

9. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DENGAN


KLIEN
Pertemuan Pertama Klien
a. Tahap Orientasi
1) Salam
“Selamat siang, saya Sari, perawat puskesmas Mawar.” “Siapa namanya
Bu?”. “Ooh Bu Andi” “Senang dipanggil apa?” “Kami dari Puskesmas
akan memeriksa kesehatan Bu Andi?”
2) Evaluasi
“Apa yang Bu Andi rasakan?” “Jadi Bu Andi saat ini mengalami
ketidakefektifan manajemen kesehatan?”
3) Validasi
“Apa yang sudah dilakukan untuk mengatasinya?” “Apakah berhasil?”

307
4) Kontrak
a) Topik dan tujuan
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang ketidakefektifan
manajemen kesehatan ya Bu Andi?”
b) Tempat
“Bagaimana kalau tempatnya di sini saja ya Bu Andi?”
c) Waktu
“Waktu 30 menit, apakah Bu Andi setuju?”
b. Tahap Kerja
1) Pengkajian
a) Pengertian Dukacita
“Apa yang Bu Andi ketahui tentang ketidakefektifan manajemen
kesehatan?”
b) Tanda/gejala
“Sekarang apa yang Bu Andi rasakan?” “Dan apa yang Bu Andi
lakukan untuk mengatasi masalah tersebut?”.
2) Diagnosis
Diagnosis keperawatan muncul berdasarkan data “ketidakefektifan
manajemen kesehatan?”.
3) Tindakan Keperawatan
“Baiklah, saya akan bantu untuk mengatasi masalah ketidakefektifan
manajemen kesehatan?”
a) Kaji tanda dan gejala ketidakefektifan manajemen kesehatan
“Ibu apakah tahu tanda dan gejala ketidakefektifan manajemen
kesehatan? Baik sekarang saya jelaskan ya ibu tanda dan gejala
ketidakefektifan manajemen kesehatan yaitu tidak mampu
menjalankan perilaku hidup sehat, gagal mengatasi faktor risiko,
gagal melakukan regimen terapeutik, klien mengatakan tidak ada
masalah kesehatan dan tidak tertarik dengan perilaku sehat.”
b) Jelaskan proses terjadinya ketidakefektifan koping
“Sekarang apakah ibu tahu tentang proses terjadinya
ketidakefektifan manajemen kesehatan? Baik sekarang saya jelaskan
ya ibu tentang proses terjadinya ketidakefektifan manajemen
kesehatan dikarenakan ketidakpatuhan dalam pengobatan klien
mengenai penyakit fisik maupun psikis.”

308
c) Diskusikan masalah kesehatan, faktor risiko dan manajemen
kesehatan yang perlu dilakukan: daftar faktor risiko masalah
kesehatan.
d) Latih cara mengatasi faktor risiko
e) Latih cara merawat kondisi kesehatan
f) Bantu klien melihat hasil dari nomor 4 dan 5
g) Berikan pujian dan motivasi karena sudah melakukan manajemen
kesehatan
c. Terminasi
1) Evaluasi subjektif
“Bagaimana Bu Andi setelah kita berbincang-bincang tadi?”
2) Evaluasi Objektif
“Apa saja yang kita bincang-bincang tadi, coba Bu Andi jelaskan.” Sudah
benar Bu Andi hebat.”
3) Rencana tindak lanjut klien
“Selanjutnya mari kita buat jadwal kapan saja Bu Andi melakukan latihan
tadi?”
4) Rencana tindak lanjut perawat
“Baiklah Bu Andi, hari Senin saya ke rumah Ibu lagi untuk berbincang-
bincang melakukan evaluasi kegiatan hari ini.”
5) Salam
“Semoga Bu Andi tetap semangat ya semoga Bu Andi bisa mengatasi
masalah ketidakefektifan manajemen kesehatan.”
d. Kerja (Lanjutan) Keluarga
“Baik pak, sekarang kita lanjutkan diskusi. Kita sudah bersama-sama
diskusi dengan anggota keluarga bapak yang mengalami ketidakefektifan
manajemen kesehatan dan melakukan latihan... Bagaimana menurut
Bapak? Baiklah kita akan diskusikan peran keluarga dalam membantu
masalah keluarga yang mengalami ketidakefektifan manajemen
kesehatan”.
1) Tindakan Keperawatan
“Baiklah, saya akan membantu masalah ketidakefektifan manajemen
kesehatan yang dialami keluarga Bapak ya?”.
a) Keluarga mampu mengenal masalah
“Baik bapak untuk lebih jelasnya saya akan menjelaskan tentang
“pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya ketidakefektifan
manajemen kesehatan”. (Jelaskan dengan menggunakan leaflet)

309
b) Keluarga mampu mengambil keputusan
“Bapak sudah mengetahui tentang ketidakefektifan manajemen
kesehatan, Bapak dapat memutuskan cara merawat keluarga yang
mengalami ketidakefektifan manajemen kesehatan dan membawa ke
pelayanan kesehatan (Puskesmas, Klinik, RS, Praktik dokter/perawat)
untuk mendapat cara merawatnya jika keluarga belum mampu
mengatasi masalah ketidakefektifan manajemen kesehatan.
c) Keluarga mampu merawat anggota keluarga:
i. Kaji masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien yang
mengalami ketidakefektifan manajemen kesehatan
ii. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya
ketidakefektifan manajemen kesehatan, serta memutuskan cara
merawat.
iii. Latih keluarga cara merawat dan mendampingi klien mengatasi
ketidakefektifan manajemen kesehatan sesuai dengan asuhan
keperawatan yang telah diberikan.
iv. Diskusikan tanda dan gejala ketidakefektifan manajemen
kesehatan yang memerlukan rujukan segera serta menganjurkan
follow up ke fasilitas kesehatan secara teratur.
d) Latih keluarga menciptakan suasana sebagai sistem pendukung
mengatasi ketidakefektifan manajemen kesehatan.
Latih keluarga menciptakan suasana sebagai sistem pendukung
mengatasi ketidakefektifan manajemen kesehatan
“Bapak Ibu mulai sekarang ciptakan lingkungan yang nyaman
buat klien, suasana rumah tenang, beri support yang baik, temani
selalu klien untuk bercerita”.
e) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
Bapak Ibu jika keluarga belum mampu mengatasi masalah
ketidakefektifan manajemen kesehatan segera bawa ke tempat
pelayanan kesehatan ya.
e. Terminasi
1) Evaluasi subjektif
“Bagaimana Bapak Ibu setelah kita berbincang-bincang tadi?”
2) Evaluasi Objektif
“Coba sebutkan cara merawat klien ketidakefektifan manajemen
kesehatan. Coba Bapak Ibu praktikkan lagi caranya? Bagus sekali”.

310
3) Rencana tindak lanjut klien
“Bapak Ibu untuk melakukan latihan merawat dan mendampingi klien
mengatasi ketidakefektifan manajemen kesehatan?”
4) Rencana tindak lanjut perawat
“Baiklah Bapak Ibu, hari Selasa pagi saya akan datang lagi untuk
melanjutkan bincang-bincang kita ya.”
5) Salam
“Semoga keluarga Bapak sehat selalu.”

REFERENSI
Keliat, B.A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat: CMHN
(Basic Course). Jakarta: EGC
Lundy, K.S. & Janes, S. (2009). Community Health Nursing: Caring for the
Public’s Health. 2 nd ed. Boston: Jones and Bartlett Publisher.
Stuart, G.W. (2013). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. (10th Ed).
Elsevier.
Keliat, B.A., dkk. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
PPSDM Kesehatan. (2012). Modul Pelatihan Keperawatan Kesehatan Jiwa
Masyarakat. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Definisi dan Indikator
Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: DPPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

311
BAB VI
ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT MENTAL

A. KESIAPAN PENINGKATAN PERKEMBANGAN IBU


HAMIL
1. DESKRIPSI SINGKAT
Masa hamil merupakan masa di mana seorang wanita mengalami
kehamilan yang pada masa ini seorang wanita hamil belajar memahami
perubahan fisik, psikologis dan sosial untuk mencapai perkembangan kehamilan
yang normal.
Buku ini membahas asuhan keperawatan kesiapan peningkatan
perkembangan ibu hamil agar klien dapat meningkatkan perkembangan masa
kehamilan dan keluarga mempunyai kemampuan merawat anggota keluarga yang
hamil.
Asuhan keperawatan kesiapan peningkatan perkembangan ibu hamil terdiri
dari pengkajian, diagnosis keperawatan, tindakan keperawatan pada klien dan
keluarga, evaluasi kemampuan klien dan keluarga, dan dokumentasi keperawatan

2. TUJUAN PEMBELAJARAN
a. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Setelah selesai pembelajaran ini peserta mampu melakukan asuhan
keperawatan kesiapan peningkatan perkembangan ibu hamil.
b. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
1) Memahami perkembangan kognitif:
a) Perkembangan yang normal pada ibu hamil
b) Perkembangan yang menyimpang pada ibu hamil
c) Cara menyesuaikan diri terhadap perubahan biologis, psikologis, dan
sosial selama masa kehamilan
2) Memahami perkembangan psikomotor
a) Melakukan adaptasi terhadap perubahan biologis, psikologis, dan
sosial selama masa kehamilan
b) Menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan janinnya

312
c) Melakukan pemeriksaan kehamilan dan persalinan pada fasilitas
pelayanan kesehatan
d) Memahami perkembangan afektif: ibu hamil merasa bahagia dan
menerima kehamilannya

3. PENGERTIAN
Kehamilan adalah masa di mulai saat konsepsi sampai lahirnya janin,
lamanya hamil normal 280 hari (40 minggu/9 bulan 7 hari). Kehamilan
merupakan masa yang cukup berat dari berbagai pihak, terutama suami agar
dalam menjalani proses kehamilan sampai melahirkan dengan aman dan nyaman.

4. TANDA DAN GEJALA KEHAMILAN


a. Trimester I
Subjektif:
1) Tidak menstruasi
2) Ingin diperhatikan oleh suami dan keluarga
3) Merasa bahagia dengan kehamilan
4) Merasa nyaman dan bahagia bila disentuh, dibelai dan disayangi oleh
suami
5) Merasakan perasaan yang berubah-ubah
6) Respons terhadap perubahan yang terjadi: mual, muntah dipagi hari, cepat
lelah dan mengantuk, sering BAK, payudara terasa penuh, tidak menyukai
bau yang menyengat
Objektif:
1) Areola mamae menghitam
2) Tes kehamilan positif
b. Trimester II
Subjektif:
1) Takut jika suami meninggalkan rumah dalam waktu lama
2) Mulai merasakan gerakan janin
3) Merasa bahagia dengan gerakan janin
4) Merasakan ada ikatan dengan janin
Objektif:
1) Perut mulai kelihatan buncit
2) Payudara membesar

313
c. Trimester III
Subjektif:
1) Merasakan ketidaknyamanan pada tubuh: sesak, mudah lela, kram kaki
2) Merasa kepanasan, mudah berkeringat, sering berkemih, sesak napas,
mudah lelah, kram kaki
3) Membayangkan hari kelahiran dengan gembira
4) Mencari informasi dari banyak sumber tentang kehamilan, kelahiran dan
janin
5) Memutuskan tempat untuk melahirkan
Objektif:
1) Keluar cairan kuning dari puting susu
2) Mempersiapkan segala kebutuhan bayi baik material maupun spiritual
(nama bayi, tempat melahirkan, syukuran kelahiran, perlengkapan bayi,
dan ibu dan lain-lain).

5. PROSES KEPERAWATAN IBU HAMIL


a. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada
klien dan keluarga.
Tanda-gejala perkembangan kehamilan dapat ditemukan saat
wawancara dengan pertanyaan sebagai berikut:
1) Sudah berapa lama saudara telat menstruasi?
2) Apakah saudara sudah tes kehamilan?
3) Bagaimana perasaan saudara menerima kehamilan ini?
4) Bagaimana respons suami dan keluarga terhadap kehamilan saudara?
5) Apa yang saudara ketahui perkembangan normal selama kehamilan?
6) Apa yang saudara ketahui perkembangan yang menyimpang selama
kehamilan?
7) Apa yang saudara ketahui tentang perubahan biologis, psikologis dan
sosial pada kehamilan dan cara adaptasi?
8) Bagaimana cara saudara mencapai pertumbuhan dan perkembangan janin
yang normal dengan bonding dan attachment?
9) Apa saja persiapan saudara untuk persiapan melahirkan?

314
Tanda dan gejala perkembangan kehamilan yang dapat ditemukan
melalui observasi:
1) Perut mulai kelihatan buncit
2) Payudara membesar
3) Mempersiapkan segala kebutuhan bayi secara material maupun spiritual.
b. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala
yang ditemukan pada klien adalah:
“Kesiapan Peningkatan Perkembangan Ibu Hamil”
c. Tindakan Keperawatan Kesiapan Peningkatan Perkembangan Ibu Hamil
Adapun tindakan keperawatan kepada klien adalah:
1) Diskusikan tentang perkembangan yang normal yang dialami selama
kehamilan
2) Diskusikan tentang perkembangan yang menyimpang yang dialami selama
kehamilan
3) Diskusikan perubahan biologis, psikologis dan sosial pada kehamilan dan
cara adaptasi
4) Diskusikan tentang cara mencapai pertumbuhan dan perkembangan janin
yang normal dengan bonding dan attachment tercapai:
a) Trimester I: menyentuh/mengelus perut, berusaha bersikap tenang
saat mengetahui kepastian kehamilan, menghindari stres, mulai
mengajak janin berbicara, banyak berdoa, berusaha memenuhi
kebutuhan gizi janin, maka sedikit tapi sering, melakukan kegiatan
yang menyenangkan, selalu berpikir positif (berbaik sangka terhadap
segala sesuatu yang terjadi)
b) Trimester II: mengajak janin berbicara lebih sering sambil mengelus
perut ibu, kenalkan suara orang-orang di sekitar (ayah, kakak, nenek,
kakek) secara teratur, mendengarkan musik yang lembut,
memperdengarkan bacaan kitab suci, tetap menjaga keseimbangan
emosi, tidak mudah marah atau sedih, menghindari berkata dan
berbuat negatif, meyakini ada ikatan dengan janin, merespons gerakan
janin dengan mengusap, menekan dan sedikit menggoyang perut.
c) Trimester III: lakukan semua tindakan yang dilakukan pada trimester
I dan II, sering jalan pagi, senam hamil, mengenalkan lingkungan
sambil mengajak janin bicara, kenalkan janin dengan cahaya
(mengarahkan lampu ke perut ibu), makan makanan yang bervariasi
rasanya, melakukan setiap kegiatan dengan hati yang tenang, senang

315
dan ikhlas, lebih sering melakukan latihan relaksasi, hindari rokok
dan alkohol.
Adapun tindakan keperawatan kepada keluarga adalah:
Tindakan keperawatan pada keluarga diberikan kepada suami,
pengasuh (care giver) dari ibu hamil, kegiatannya yaitu:
1) Mengenal masalah Ibu Hamil
a) Jelaskan tentang perkembangan ibu hamil yang normal
b) Jelaskan tentang perkembangan ibu hamil yang menyimpang
c) Diskusikan tentang perubahan biologis, psikologis dan sosial ibu
hamil serta cara adaptasinya
2) Mengambil keputusan untuk merawat ibu hamil
Bantu keluarga memberikan dukungan selama hamil dan setelah bersalin
3) Merawat ibu hamil
a) Perawatan ibu hamil trimester I
b) Perawatan ibu hamil trimester II
c) Perawatan ibu hamil trimester III
4) Memodifikasi lingkungan yang mendukung meningkatkan perkembangan
ibu hamil
5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
a) Diskusikan dengan keluarga tentang pemeriksaan kesehatan selama
kehamilan minimal empat kali selama kehamilan.
b) Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas pelayanan kesehatan
yang dapat digunakan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan
selama kehamilan dan proses persalinan.
Tindakan keperawatan pada kelompok adalah;
Tindakan keperawatan pada kelompok diberikan secara berkelompok
kepada semua ibu hamil maupun keluarga, tindakan yang diberikan berupa
edukasi kelompok ibu hamil.
Penelitian terkait terapi kelompok terapeutik ibu hamil yang
dilakukan oleh Susmiatin, Keliat, Hastono dan Susanti (2010)
menunjukkan hasil mampu meningkatkan kemampuan adaptasi dan
stimulasi janin pada ibu hamil.

316
6. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DIAGNOSIS
KEPERAWATAN KESIAPAN PENINGKATAN
PERKEMBANGAN IBU HAMIL
Komunikasi yang dilakukan saat kunjungan rumah dibagi dalam beberapa
tahap yaitu:
a. Perawat dengan keluarga atau care giver
b. Perawat dengan klien
c. Perawat dengan keluarga atau care giver
Komunikasi akan dilanjutkan di puskesmas, yaitu:
a. Perawat dengan dokter menggunakan ISBAR dan TbaK
b. Perawat dengan klien dan keluarga

7. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DENGAN


KELUARGA
Pertemuan Pertama Keluarga
a. Tahap Orientasi
1) Salam
“Selamat siang, saya Sari, perawat puskesmas Mawar.” “Siapa nama
Bapak?” “Senang dipanggil apa?” “Kami dari Puskesmas akan memeriksa
kesehatan keluarga Bapak.”
2) Evaluasi
“Bagaimana kesehatan anggota keluarga Bapak?” “Apakah keluarga bapak
ada sedang mengalami koping tidak efektif?”
3) Validasi
“Apakah anggota keluarga bapak bisa mengatasi masalah koping tidak
efektif? bagaimana hasilnya?
4) Kontrak
a) Tindakan dan tujuan
“Saya akan melakukan pemeriksaan kesehatan, supaya dapat
mengetahui kondisi kesehatan keluarga Bapak?
b) Tempat
“Bagaimana kalau tempatnya di sini saja ya Pak?”
c) Waktu
“Waktu 30 menit, apakah Bapak setuju?”

317
b. Tahap Kerja
1) Pengkajian
a) Identitas keluarga
“Saya akan mendata keluarga Bapak yang tinggal serumah?”
“Siapa yang menjadi kepala keluarga?” “Apa nama lengkapnya?”
“Berapa umur?” “Apa pendidikan?” “Apa pekerjaan?” “Coba
sebutkan alamat lengkap rumah Bapak?” “Apakah Bapak ada keluhan
kesehatan?”
“Sekarang saya akan mendata istri Bapak, kemudian anak bapak
dan kerabat bapak yang tinggal serumah dengan bapak yang ada di
dalam kartu keluarga bapak.” “Saya akan mencatat nama lengkap,
umur, pendidikan, pekerjaan dan kondisi kesehatan semua anggota
keluarga Bapak.” “Bagaimana kondisi anak bapak?” “Jadi bapak saat
ini keluarga bapak sedang mengalami ketidakefektifan manajemen
kesehatan?” “Baik saya akan membantu mengatasi masalah yang
dihadapi keluarga Bapak.”
b) Pengkajian indikator keluarga sehat (IKS)
Lanjutkan dengan data terkait kesehatan keluarga. “IKS
merupakan program pemerintah agar seluruh keluarga sehat” “Bapak
akan menjawab pertanyaan IKS dengan ya atau tidak”. Mari kita
mulai!”
i. Apakah keluarga bapak mengikuti program keluarga berencana?
ii. Apakah istri bapak melahirkan di fasilitas kesehatan?
iii. Apakah anak bapak mendapatkan imunisasi dasar lengkap?
iv. Apakah anak bapak mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan?
v. Apakah balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan?
vi. Apakah anggota keluarga tidak ada yang merokok?
vii. Apakah anggota keluarga bapak menjadi anggota JKN/BPJS?
viii. Apakah keluarga bapak memiliki akses jamban sehat?
ix. Apakah anggota keluarga bapak ada yang menderita TBC? Jika
Iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
x. Apakah ada anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa?
Jika Iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?

318
xi. Apakah ada anggota keluarga yang menderita diabetes melitus?
Jika iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
xii. Apakah ada anggota keluarga yang menderita hipertensi? Jika
iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
xiii. Apakah ada anggota keluarga yang menderita kanker? Jika iya,
apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar
dari pelayanan kesehatan?
Kesimpulan:
“Berdasarkan jawaban Bapak, kesehatan keluarga Bapak sudah bagus,
hanya saja ada yang perlu dilanjutkan terkait kesiapan peningkatan
perkembangan Ibu hamil”.
2) Diagnosis
“Baiklah Bapak, dari hasil pemeriksaan yang kita lakukan maka ada
beberapa kondisi kesehatan keluarga”.
a) Bapak mengalami kecemasan karena istri bapak mual dan muntah
terus
b) Istri Bapak sering mual dan muntah
3) Tindakan Keperawatan
“Baiklah, saya akan bantu mengatasi masalah istri Bapak, bisa tolong
antarkan saya untuk berbincang-bincang dengan istri Bapak?”.

8. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DENGAN


KLIEN
Pertemuan pertama Klien
a. Tahap Orientasi
1) Salam
“Selamat siang, saya Sari, perawat puskesmas Mawar.” “Siapa namanya
Bu?”. “Senang dipanggil apa?” “Kami dari Puskesmas akan memeriksa
kesehatan Ibu.”
2) Evaluasi
“Apa yang Ibu rasakan?” “Jadi ibu sering mual dan muntah sejak hamil?”
3) Validasi
“Apa yang sudah dilakukan untuk mengatasinya?” “Apakah berhasil?”

319
4) Kontrak
a) Tindakan dan tujuan
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang kesiapan
peningkatan perkembangan kehamilan Ibu?”
b) Tempat
“Bagaimana kalau tempatnya di sini saja ya Bu?”
c) Waktu
“Waktu 30 menit, apakah Ibu setuju?”
b. Tahap Kerja
1) Pengkajian
a) Pengertian Hamil
“Apa yang ibu ketahui tentang kehamilan?” “Sudah usia berapa
kehamilan Ibu?” “Apakah ibu tahu perkembangan biologis, psikologis
dan sosial selama hamil?”
b) Tanda/gejala
“Apakah yang ibu rasakan saat ini?” “Apakah ibu selalu ingin
diperhatikan suami Ibu?” “Apakah ibu merasakan perasaan yang
berubah-ubah?” “Apakah merasa mual, muntah, cepat lelah, mudah
mengantuk, sering buang air kecil, tidak menyukai bau yang
menyengat?”
2) Diagnosis
“Ibu sering mual, muntah, mudah lelah, senang diperhatikan suami,
emosi kadang berubah-ubah, jadi ibu belum tahu kesiapan peningkatan
perkembangan usia hamil”. “Apakah Ibu mau belajar untuk meningkatkan
pengetahuan ibu tentang perkembangan biologis, psikologis dan sosial?”.
3) Tindakan Keperawatan
“Baiklah, saya akan bantu mengatasi masalah Ibu untuk
meningkatkan perkembangan biologis, psikologis dan sosial selama
kehamilan?”.
a) Diskusikan tentang perkembangan yang normal yang dialami selama
kehamilan
“Apakah Ibu tahu perkembangan normal yang dialami selama
kehamilan?” Ia ibu benar”.
“Sekarang saya jelaskan perkembangan yang normal yang
dialami selama kehamilan ya Ibu”.

320
Pada usia trimester I
Subjektif: Ibu tidak menstruasi, ingin diperhatikan oleh suami dan
keluarga, merasa bahagia dengan kehamilan, merasa nyaman dan
bahagia bila disentuh, dibelai dan disayangi oleh suami, merasakan
perasaan yang berubah-ubah, respons terhadap perubahan yang
terjadi: mual, muntah di pagi hari, cepat lelah dan mengantuk, sering
bak, payudara terasa penuh, tidak menyukai bau yang menyengat
Objektif: Areola mamae menghitam, Tes kehamilan positif

Pada Trimester II
Subjektif: Takut jika suami meninggalkan rumah dalam waktu lama,
mulai merasakan gerakan janin, merasa bahagia dengan gerakan janin,
merasakan ada ikatan dengan janin.
Objektif: Perut mulai kelihatan buncit, payudara membesar

Trimester III
Subjektif: Merasakan ketidaknyamanan pada tubuh: sesak, mudah
lela, kram kaki, merasa kepanasan, mudah berkeringat, sering
berkemih, sesak napas, mudah lelah, kram kaki, membayangkan hari
kelahiran dengan gembira, mencari informasi dari banyak sumber
tentang kehamilan, kelahiran dan janin, memutuskan tempat untuk
melahirkan
Objektif: Keluar cairan kuning dari puting susu, mempersiapkan
segala kebutuhan bayi baik material maupun spiritual (nama bayi,
tempat melahirkan, syukuran kelahiran, perlengkapan bayi, dan ibu
dan lain-lain).
“Ibu apa yang saya jelaskan tadi itu merupakan tanda dan gejala
yang normal selama kehamilan jika itu terjadi kepada Ibu itu normal
ya Bu?”.
b) Diskusikan tentang perkembangan yang menyimpang yang dialami
selama kehamilan
“Apakah Ibu tahu perkembangan yang menyimpang yang
dialami selama kehamilan?” Iya bagus Ibu”
“Ibu sekarang saya jelaskan ya perkembangan yang menyimpang
yang dialami selama kehamilan, yaitu jika Ibu mudah marah, emosi
labil

321
c) Diskusikan perubahan biologis, Psikologis dan sosial pada kehamilan
dan cara adaptasi
“Apakah ibu tahu perubahan biologis, psikologis dan sosial pada
kehamilan dan cara adaptasi?”. Iya Ibu benar”.
“Ibu sekarang saya jelaskan perubahan biologis, psikologis dan
sosial pada kehamilan dan cara adaptasi yaitu: perubahan biologis
misalnya payudara ibu mulai mengeras, membesar, areola berwarna
hitam, keluar cairan kuning, perut semakin membuncit. Kalau
perubahan psikologis ibu merasa ingin selalu diperhatikan suami,
selalu ingin disayang, merasa aman dan nyaman jika berada di dekat
suami. Selanjutnya Perubahan sosial yaitu: ibu sering banyak
mengajak janin ibu untuk berbicara, Ibu sering menyentuh dan
mengelus perut ibu, ibu memperhatikan janin ibu”.
d) Diskusikan cara mencapai pertumbuhan dan perkembangan janin
yang normal dengan bonding dan attchment tercapai
“Baik Ibu sekarang saya jelaskan tentang perkembangan yang normal
selama kehamilan yaitu:
- Trimester I: “Ibu menyentuh/mengelus perut, berusaha bersikap
tenang saat mengetahui kepastian kehamilan, menghindari stres,
mulai mengajak janin berbicara, banyak berdoa, berusaha
memenuhi kebutuhan gizi janin, maka sedikit tapi sering,
melakukan kegiatan yang menyenangkan, selalu berpikir positif
(berbaik sangka terhadap segala sesuatu yang terjadi)
- Trimester II: “Ibu mengajak janin berbicara lebih sering sambil
mengelus perut ibu, kenalkan suara orang-orang di sekitar (ayah,
kakak, nenek, kakek) secara teratur, mendengarkan musik yang
lembut, memperdengarkan bacaan kitab suci, tetap menjaga
keseimbangan emosi, tidak mudah marah atau sedih,
menghindari berkata dan berbuat negatif, meyakini ada ikatan
dengan janin, merespons gerakan janin dengan mengusap,
menekan dan sedikit menggoyang perut.
- Trimester III: “Ibu melakukan semua tindakan yang dilakukan
pada trimester I dan II, sering jalan pagi, senam hamil,
mengenalkan lingkungan sambil mengajak janin bicara, kenalkan
janin dengan cahaya (mengarahkan lampu ke perut ibu), makan
makanan yang bervariasi rasanya, melakukan setiap kegiatan
dengan hati yang tenang, senang dan ikhlas, lebih sering
melakukan latihan relaksasi, hindari rokok dan alkohol.

322
c. Terminasi
1) Evaluasi subjektif
“Bagaimana Ibu setelah kita berbincang-bincang tadi?”
2) Evaluasi Objektif
“Apa saja yang kita bincang-bincang tadi, coba Ibu jelaskan.” Sudah benar
Ibu”.
3) Rencana tindak lanjut klien
“Selanjutnya mari kita buat jadwal kapan saja ibu mengajak Janin Ibu
untuk berbicara, memberikan cahaya, mendengarkan musik?
4) Rencana tindak lanjut perawat
“Baiklah Ibu, hari Senin pagi datang ke Puskesmas, kita periksa lagi
kondisi Ibu
5) Salam
“Semoga Ibu tetap semangat menjalankan kehamilan ini.”
d. Kerja (lanjutan) Keluarga
“Baik pak, sekarang kita lanjutkan diskusi. Kita sudah bersama-sama
diskusi dengan Istri Bapak yah... Bagaimana menurut Bapak? Baiklah kita
akan diskusikan peran keluarga dalam merawat anggota keluarga yang
hamil.”
1) Tindakan Keperawatan
“Baiklah, saya akan bantu mengatasi masalah Istri Bapak untuk
meningkatkan perkembangan biologis, psikologis dan sosial selama
kehamilan?”.
a) Keluarga mampu mengenal masalah
Istri Bapak sering mual, muntah, merasakan perasaan yang
berubah-ubah, tidak suka bau yang menyengat.” “Ada perkembangan
yang normal yang dialami orang hamil.... serta perkembangan yang
menyimpang selama kehamilan....serta perubahan biologis,
psikologis, dan sosial selama kehamilan.... serta tentang cara
mencapai pertumbuhan dan perkembangan janin yang normal dengan
bonding dan attchment tercapai” (jelaskan dengan menggunakan
leaflet).
b) Keluarga mampu mengambil keputusan
“Bapak sudah mengetahui perkembangan Ibu hamil, Bapak dapat
memutuskan cara merawat Ibu hamil dan membawa Ibu ke pelayanan
kesehatan (Puskesmas, Klinik, RS, Praktik dokter/perawat) untuk
mendapat cara merawatnya.”

323
c) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang Hamil
Bapak, pada kehamilan Trimester I: “Bapak atau Ibu bisa
melakukan menyentuh/mengelus perut, berusaha bersikap tenang saat
mengetahui kepastian kehamilan, menghindari stres, mulai mengajak
janin berbicara, banyak berdoa, berusaha memenuhi kebutuhan gizi
janin, maka sedikit tapi sering, melakukan kegiatan yang
menyenangkan, selalu berpikir positif (berbaik sangka terhadap segala
sesuatu yang terjadi). Nah pada trimester II Pak, Bapak dan Ibu
mengajak janin berbicara lebih sering sambil mengelus perut ibu,
kenalkan suara orang-orang di sekitar (ayah, kakak, nenek, kakek)
secara teratur, mendengarkan musik yang lembut, memperdengarkan
bacaan kitab suci, tetap menjaga keseimbangan emosi, tidak mudah
marah atau sedih, menghindari berkata dan berbuat negatif, meyakini
ada ikatan dengan janin, merespons gerakan janin dengan mengusap,
menekan dan sedikit menggoyang perut. Trimester III: “Bapak dan
Ibu melakukan semua tindakan yang dilakukan pada trimester I dan
II, Ibu diajak jalan pagi, senam hamil, mengenalkan lingkungan
sambil mengajak janin bicara, kenalkan janin dengan cahaya
(mengarahkan lampu ke perut ibu), makan makanan yang bervariasi
rasanya, melakukan setiap kegiatan dengan hati yang tenang, senang
dan ikhlas, lebih sering melakukan latihan relaksasi, hindari rokok
dan alkohol.
d) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan
“Bapak, saat ini Ibu sering mual muntah tidak bisa bau parfum,
maka mulai sekarang ciptakan lingkungan yang nyaman buat Ibu
misalnya hindari penggunaan parfum yang berlebihan.”
e) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
“Ibu hamil pada trimester I diperlukan pemeriksaan 2 kali
silahkan Bapak bisa mengantar Ibu ke puskesmas, RS, Klinik maupun
praktik dokter/perawat.”
e. Terminasi
1) Evaluasi subjektif
“Bagaimana Bapak setelah kita berbincang-bincang tadi?”
2) Evaluasi Objektif
“Coba sebutkan cara merawat Ibu hamil pada trimester I, II dan III. Coba
Bapak praktikkan lagi caranya? Bagus sekali”.

324
3) Rencana tindak lanjut klien
“Bapak motivasi Ibu untuk melakukan perkembangan ibu hamil sesuai
jadwal ya?
4) Rencana tindak lanjut perawat
“Baiklah Bapak, hari Selasa pagi datang ke Puskesmas, kita periksa lagi
kondisi Ibu
5) Salam
“Semoga keluarga Bapak sehat selalu.”

REFERENSI
Keliat, B.A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat: CMHN
(Basic Course). Jakarta: EGC.
Keliat, B.A., dkk. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Lundy, K.S. & Janes, S. (2009). Community Health Nursing: Caring for the
Public’s Health. 2 nd ed. Boston: Jones and Bartlett Publisher.
PPSDM Kesehatan. (2012). Modul Pelatihan Keperawatan Kesehatan Jiwa
Masyarakat. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Definisi dan Indikator
Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: DPPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Stuart, G.W. (2013). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. (10th Ed).
Elsevier.
Susmiatin, E.A., Keliat, B.A., & Susanti, H. (2010). Pengaruh Terapi Kelompok
Terapeutik terhadap Kemampuan Ibu Hamil dalam Memberikan
Stimulasi Perkembangan Janin dan Adaptasi Psikologis di Kelurahan
Balumbang Jaya Bogor. Tesis. FIK UI Depok.

325
B. KESIAPAN PENINGKATAN PERKEMBANGAN BAYI
1. DESKRIPSI SINGKAT
Usia bayi (0-18 bulan) merupakan tahap awal mengembangkan rasa
percaya terhadap orang tua. Bila rasa percaya ini tidak terpenuhi maka akan
terjadi penyimpangan berupa rasa tidak percaya dan setelah dewasa maka bayi
menjadi orang yang mudah curiga dan tidak mampu menjalin hubungan baru
dengan orang lain (Keliat, dkk., 2015).

2. TUJUAN PEMBELAJARAN
a. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Setelah selesai pembelajaran ini peserta mampu melakukan asuhan
keperawatan kesiapan peningkatan perkembangan bayi.
b. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
1) Kognitif Bayi:
a) Mengembangkan kemampuan berbicara/berbahasa
b) Berespons terhadap bunyi dan suara
c) Mengenal dan membedakan orang-orang di sekitarnya
2) Psikomotor: bayi mampu mengembangkan kemampuan motoriknya
3) Afektif: Bayi mampu mengekspresikan perasaan sebagai respons terhadap
stimulus

3. PENGERTIAN
Kesiapan peningkatan perkembangan bayi adalah tahap perkembangan
bayi yang dimulai dari usia 0-18 bulan, bayi belajar mengembangkan rasa
percaya terhadap orang lain. Perkembangan psikososial bayi yang normal adalah
proses perkembangan yang ditandai dengan pemupukan rasa percaya terhadap
orang lain.

4. TANDA DAN GEJALA USIA BAYI


a. Usia 0-6 bulan
1) Mengangkat kepala
2) Membalikkan badan dari telentang ke telungkup sampai anak dapat
membalikkan badannya sendiri
3) Menggenggam benda
4) Mengoceh dan memberi reaksi terhadap suara
5) Menengok ke arah sumber suara
6) Menangis saat merasa tidak nyaman (basah, lapar, haus, sakit dan gerah)

326
b. Usia 6-12 bulan
1) Merangkak, berdiri, berjalan dengan berpegangan dan latihan berjalan
sendiri
2) Membungkukkan badan tanpa berpegangan
3) Tertawa/berteriak gembira bila melihat benda yang menarik
4) Mengucapkan perkataan terdiri dari 2 suku kata yang sama
5) Senang diajak bicara dan bermain, berbahagia dipeluk dan dicium
6) Menangis saat merasa tidak nyaman (basah, lapar, haus, sakit dan gerah)
7) Menangis saat digendong orang yang tidak dikenalnya, menolak saat akan
digendong orang yang tidak dikenal.
c. Usia 12-18 bulan
1) Berjalan mundur, menangkap bola, menendang bola, berjalan naik turun
tangga
2) Menumpuk balok
3) Menyebutkan nama bagian tubuh
4) Mengucapkan perkataan yang terdiri dari 2 suku kata
5) Memperhatikan/memandang wajah ibu/orang yang mengajak bicara
6) Senang diajak bicara dan bermain, berbahagia dipeluk dan dicium
7) Menangis saat merasa tidak nyaman (basah, lapar, haus, sakit dan gerah)
8) Menangis saat digendong orang yang tidak dikenalnya, menolak saat akan
digendong orang yang tidak dikenal

5. PROSES KEPERAWATAN USIA BAYI


a. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada
klien dan keluarga.
Perkembangan psikososial bayi yang normal adalah proses
perkembangan bayi, ditandai dengan pemupukan rasa percaya pada orang
lain yang di awali dengan kepercayaan terhadap orang tua, khususnya ibu.
Rasa aman secara fisik dan psikososial berperan penting dalam
pembentukan rasa percaya bayi. Bila rasa percaya tidak terpenuhi maka
akan terjadi penyimpangan berupa rasa tidak percaya diri dan setelah besar
ia menjadi orang yang mudah curiga dan tidak menjalin hubungan baru.
Karakteristik perilaku.
Perkembangan yang normal: berkembangnya rasa percaya
1) Bayi tidak langsung menangis saat bertemu dengan orang lain?
2) Bayi menolak saat digendong oleh orang yang tak dikenalnya?
3) Bayi menangis saat digendong oleh orang yang tak dikenalnya?

327
4) Bayi menangis saat tidak nyaman (basah, lapar, haus, sakit, panas)
5) Bayi bereaksi senang saat ibunya datang menghampiri?
6) Bayi menangis saat ditinggalkan ibunya?
7) Bayi memperhatikan/memandang wajah ibunya/ orang yang mengajaknya
bicara?
8) Bayi mencari suara ibu/orang lain yang memanggil namanya?
Penyimpangan perkembangan: berkembangnya rasa tidak percaya
1) Bayi menangis menjerit-jerit saat ditinggal ibunya
2) Bayi tidak mau berpisah sama sekali sama ibunya
3) Bayi tidak mudah berhubungan dengan orang lain
b. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala
yang ditemukan pada klien adalah:
“Kesiapan Peningkatan Perkembangan Bayi”
c. Tindakan Keperawatan Kesiapan Peningkatan Perkembangan Bayi
1) Tindakan kepada Bayi:
Jelaskan perkembangan bayi
a) Usia 0-6 bulan
- Latih bayi untuk mengangkat kepala
- Latih bayi untuk Membalikkan badan dari telentang ke telungkup
sampai anak dapat membalikkan badannya sendiri
- Latih bayi untuk Menggenggam benda/mainan
- Segera menggendong, memeluk dan membuai bayi saat bayi
menangis
- Penuhi kebutuhan dasar bayi (lapar, haus, basah, sakit)
- Beri selimut saat bayi kedinginan
- Ajak bayi berbicara
- Panggil bayi sesuai dengan namanya
- Ajak bayi bermain (bersuara lucu, menggerakkan benda,
memperlihatkan benda berwarna menarik, benda berbunyi)
- Pangku saat menyusui dan perhatian kepada bayi
b) Usia 6-12 bulan
- Latih bayi untuk Merangkak, berdiri, berjalan dengan
berpegangan dan latihan berjalan sendiri
- Latih bayi untuk Membungkukkan badan tanpa berpegangan
- Latih bayi untuk Mengucapkan perkataan terdiri dari 2 suku kata
yang sama

328
- Segera menggendong, memeluk dan membuai bayi saat bayi
menangis
- Penuhi kebutuhan dasar bayi (lapar, haus, basah, sakit).
- Beri selimut saat bayi kedinginan
- Ajak bayi berbicara
- Panggil bayi sesuai dengan namanya
- Ajak bayi bermain (bersuara lucu, menggerakkan benda,
memperlihatkan benda berwarna menarik, benda berbunyi)
- Pangku saat menyusui dan perhatian kepada bayi
c) Usia 12-18 bulan
- Melatih bayi jalan mundur, menangkap bola, menendang bola,
berjalan naik turun tangga
- Latih bayi untuk menumpuk balok
- Latih bayi untuk menyebutkan nama bagian tubuh
- Latih bayi untuk mengucapkan perkataan yang terdiri dari 2 suku
kata
- Segera menggendong, memeluk dan membuai bayi saat bayi
menangis
- Penuhi kebutuhan dasar bayi (lapar, haus, basah, sakit).
- Beri selimut saat bayi kedinginan
- Ajak bayi berbicara
- Panggil bayi sesuai dengan namanya
- Ajak bayi bermain (bersuara lucu, menggerakkan benda,
memperlihatkan benda berwarna menarik, benda berbunyi)
- Dudukan bayi bersama-sama saat makan keluarga
2) Tindakan keperawatan kepada keluarga adalah:
Tindakan keperawatan pada keluarga diberikan kepada pengasuh
(care giver) dari bayi, kegiatannya yaitu:
a) Jelaskan perkembangan yang harus dicapai bayi
b) Jelaskan cara memfasilitasi perkembangan rasa percaya diri bayi
c) Latih cara menstimulasi perkembangan rasa percaya diri bayi
d) Latih keluarga menciptakan suasana keluarga yang menstimulasi
perkembangan rasa percaya diri bayi
e) Diskusikan tanda penyimpangan perkembangan dan cara mengatasinya.
f) Jelaskan pemeriksaan kedekatan bayi secara teratur.

329
3) Tindakan keperawatan pada kelompok adalah;
Tindakan keperawatan pada kelompok diberikan secara berkelompok
kepada semua ibu/orang tua/pengasuh
Penelitian terkait terapi kelompok terapeutik bayi yang dilakukan oleh
Restiana, Keliat, dan Gayatri (2010) menunjukkan hasil mampu
meningkatkan kemampuan ibu dalam menstimulasi rasa percaya bayi.

6. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DIAGNOSIS


KEPERAWATAN KESIAPAN PENINGKATAN
PERKEMBANGAN BAYI
Komunikasi yang dilakukan saat kunjungan rumah dibagi dalam beberapa
tahap yaitu:
a. Perawat dengan keluarga atau care giver
b. Perawat dengan klien
c. Perawat dengan keluarga atau care giver
Komunikasi akan dilanjutkan di puskesmas, yaitu:
a. Perawat dengan dokter menggunakan ISBAR dan TbaK
b. Perawat dengan klien dan keluarga

7. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DENGAN


KELUARGA
Pertemuan Pertama Keluarga
a. Tahap Orientasi
1) Salam
“Selamat siang, saya Sari, perawat puskesmas Mawar.” “Siapa nama
Bapak?” “Senang dipanggil apa?” “Kami dari Puskesmas akan memeriksa
kesehatan keluarga Bapak.”
2) Evaluasi
“Bagaimana kesehatan anggota keluarga Bapak?” “Apakah keluarga
bapak ada sedang mengalami koping tidak efektif?”
3) Validasi
“Apakah anggota keluarga bapak bisa mengatasi masalah koping
tidak efektif? bagaimana hasilnya?
4) Kontrak
a) Tindakan dan tujuan
“Saya akan melakukan pemeriksaan kesehatan, supaya dapat
mengetahui kondisi kesehatan keluarga Bapak?

330
b) Tempat
“Bagaimana kalau tempatnya di sini saja ya Pak?”
c) Waktu
“Waktu 30 menit, apakah Bapak setuju?”
b. Tahap Kerja
1) Pengkajian
a) Identitas keluarga
“Saya akan mendata keluarga Bapak yang tinggal serumah?”
“Siapa yang menjadi kepala keluarga?” “Apa nama lengkapnya?”
“Berapa umur?” “Apa pendidikan?” “Apa pekerjaan?” “Coba
sebutkan alamat lengkap rumah Bapak?” “Apakah Bapak ada keluhan
kesehatan?”
“Sekarang saya akan mendata istri Bapak, kemudian anak bapak
dan kerabat bapak yang tinggal serumah dengan bapak yang ada di
dalam kartu keluarga bapak.” “Saya akan mencatat nama lengkap,
umur, pendidikan, pekerjaan dan kondisi kesehatan semua anggota
keluarga Bapak.” “Bagaimana kondisi anak bapak?” “Jadi bapak saat
ini keluarga bapak sedang mengalami ketidakefektifan manajemen
kesehatan?” “Baik saya akan membantu mengatasi masalah yang
dihadapi keluarga Bapak.” Pengkajian indikator keluarga sehat (IKS)
b) Lanjutkan dengan data terkait kesehatan keluarga.
“IKS merupakan program pemerintah agar seluruh keluarga
sehat” “Bapak akan menjawab pertanyaan IKS dengan ya atau tidak”.
Mari kita mulai!”
i. Apakah keluarga bapak mengikuti program keluarga berencana?
ii. Apakah istri bapak melahirkan di fasilitas kesehatan?
iii. Apakah anak bapak mendapatkan imunisasi dasar lengkap?
iv. Apakah anak bapak mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan?
v. Apakah balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan?
vi. Apakah anggota keluarga tidak ada yang merokok?
vii. Apakah anggota keluarga bapak menjadi anggota JKN/BPJS?
viii. Apakah keluarga bapak memiliki akses jamban sehat?
ix. Apakah anggota keluarga bapak ada yang menderita TBC? Jika
Iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?

331
x. Apakah ada anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa?
Jika Iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
xi. Apakah ada anggota keluarga yang menderita diabetes melitus?
Jika iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
xii. Apakah ada anggota keluarga yang menderita hipertensi? Jika
iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
xiii. Apakah ada anggota keluarga yang menderita kanker? Jika iya,
apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar
dari pelayanan kesehatan?
Kesimpulan:
“Berdasarkan jawaban Bapak, kesehatan keluarga Bapak sudah bagus,
hanya saja ada yang perlu dilanjutkan terkait kesiapan peningkatan
perkembangan bayi”.
2) Diagnosis
“Baiklah Bapak, dari hasil pemeriksaan yang kita lakukan maka ada
beberapa kondisi kesehatan keluarga”.
Kesiapan Peningkatan perkembangan bayi.
3) Tindakan Keperawatan
“Baiklah, saya akan bantu meningkatkan stimulasi perkembangan
bayi bapak, bisa tolong antarkan saya untuk berbincang-bincang dengan
istri dan bayi Bapak?”.

8. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DENGAN


KLIEN
Pertemuan pertama Klien
a. Tahap Orientasi
1) Salam
„Selamat siang, saya Sari, perawat puskesmas Mawar.” Siapa
namanya Bu?”. “senang dipanggil apa?” kami dari Puskesmas akan
memeriksa kesehatan Ibu.

332
2) Evaluasi
“Apa yang Ibu rasakan?” jadi ibu saat ini mempunyai bayi usia 0-18
bulan?
3) Validasi
“Apa yang sudah dilakukan untuk mengatasinya?” Apakah berhasil?”
4) Kontrak
a) Topik dan tujuan
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang kesiapan
peningkatan perkembangan bayi ibu?
b) Tempat
“Bagaimana kalau tempatnya di sini saja ya Bu?”
c) Waktu
“Waktu 30 menit, apakah Ibu setuju?”
b. Tahap Kerja
1) Pengkajian
a) Pengertian bayi 0-18 bulan
“Apa yang ibu ketahui tentang bayi?” “Sudah usia berapa bayi ibu?”
“Apakah ibu tahu perkembangan biologis, psikologis dan sosial pada
bayi?”
b) Tanda/gejala
“Sekarang anak ibu sudah bisa melakukan apa?”.
2) Diagnosis
“Bayi Ibu sudah bisa merangkak, berdiri ya”. “Apakah Ibu mau
belajar untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang perkembangan
biologis, psikologis dan sosial pada bayi ibu?”.
3) Tindakan Keperawatan
“Baiklah, saya akan bantu untuk meningkatkan perkembangan
biologis, psikologis dan sosial pada bayi ibu?”.
a) Jelaskan perkembangan bayi
Ibu apakah tahu perkembangan pada bayi? Baik ibu sekarang
saya jelaskan ya perkembangan bayi Usia 0-6 bulan yaitu: bayi bisa
Mengangkat kepala, bayi sudah bisa Membalikkan badan dari
telentang ke telungkup sampai bayi dapat membalikkan badannya
sendiri, bayi bisa Menggenggam benda mainan, bayi sudah bisa
Mengoceh dan memberi reaksi terhadap suara, bayi Menengok ke
arah sumber suara, bayi Menangis saat merasa tidak nyaman (basah,
lapar, haus, sakit dan gerah). Selanjutnya perkembangan bayi usia 6-
12 yaitu: bayi sudah bisa Merangkak, berdiri, berjalan dengan

333
berpegangan dan latihan berjalan sendiri, Membungkukkan badan
tanpa berpegangan, Tertawa/berteriak gembira bila melihat benda
yang menarik, Mengucapkan perkataan terdiri dari 2 suku kata yang
sama, Senang diajak bicara dan bermain, berbahagia dipeluk dan
dicium, Menangis saat merasa tidak nyaman (basah, lapar, haus, sakit
dan gerah), Menangis saat digendong orang yang tidak dikenalnya,
menolak saat akan digendong orang yang tidak dikenal. Nah sekarang
saya jelaskan lagi perkembangan bayi usia 12-18 bulan yaitu bayi
sudah bisa Berjalan mundur, menangkap bola, menendang bola,
berjalan naik turun tangga, Menumpuk balok, Menyebutkan nama
bagian tubuh, Mengucapkan perkataan yang terdiri dari 2 suku kata,
Memperhatikan/memandang wajah ibu/orang yang mengajak bicara,
Senang diajak bicara dan bermain, berbahagia dipeluk dan dicium,
Menangis saat merasa tidak nyaman (basah, lapar, haus, sakit dan
gerah) Menangis saat digendong orang yang tidak dikenalnya,
menolak saat akan digendong orang yang tidak dikenal.
b) Usia 0-6 bulan
Baik ibu sekarang kita melakukan latihan kepada bayi ibu usia 0-
6 bulan ya
- Latih bayi untuk mengangkat kepala
- Latih bayi untuk membalikkan badan dari telentang ke telungkup
sampai anak dapat membalikkan badannya sendiri
- Latih bayi untuk menggenggam benda/mainan
- Segera menggendong, memeluk dan membuai bayi saat bayi
menangis
- Penuhi kebutuhan dasar bayi (lapar, haus, basah, sakit)
- Beri selimut saat bayi kedinginan
- Ajak bayi berbicara
- Panggil bayi sesuai dengan namanya
- Ajak bayi bermain (bersuara lucu, menggerakkan benda,
memperlihatkan benda berwarna menarik, benda berbunyi)
- Pangku saat menyusui dan perhatian kepada bayi
c) Usia 6-12 bulan
Baik ibu selanjutnya kita latih bayi usia 6-12 bulan:
- Latih bayi untuk merangkak, berdiri, berjalan dengan
berpegangan dan latihan berjalan sendiri
- “Ibu sekarang latih anak ibu untuk merangkak, berdiri, berjalan
dengan berpegangan dan bayi dilatih berjalan sendiri”.

334
- Latih bayi untuk membungkukkan badan tanpa berpegangan
- Latih bayi untuk mengucapkan perkataan terdiri dari 2 suku kata
yang sama
- Segera menggendong, memeluk dan membuai bayi saat bayi
menangis
- Penuhi kebutuhan dasar bayi (lapar, haus, basah, sakit).
- Beri selimut saat bayi kedinginan
- Ajak bayi berbicara
- Panggil bayi sesuai dengan namanya
- Ajak bayi bermain (bersuara lucu, menggerakkan benda,
memperlihatkan benda berwarna menarik, benda berbunyi)
- Pangku saat menyusui dan perhatian kepada bayi
d) Usia 12-18 bulan
Baik ibu sekarang kita latih bayi usia 12-18 bulan
- Berlatih bayi berjalan mundur, menangkap bola, menendang
bola, berjalan naik turun tangga
- Latih bayi untuk menumpuk balok
- Latih bayi untuk menyebutkan nama bagian tubuh
- Latih bayi untuk mengucapkan perkataan yang terdiri dari 2 suku
kata
- Segera menggendong, memeluk dan membuai bayi saat bayi
menangis
- Penuhi kebutuhan dasar bayi (lapar, haus, basah, sakit).
- Beri selimut saat bayi kedinginan
- Ajak bayi berbicara
- Panggil bayi sesuai dengan namanya
- Ajak bayi bermain (bersuara lucu, menggerakkan benda,
memperlihatkan benda berwarna menarik, benda berbunyi)
- Dudukan bayi bersama-sama saat makan keluarga.
c. Terminasi
1) Evaluasi subjektif
“Bagaimana Ibu setelah kita berbincang-bincang tadi?”
2) Evaluasi Objektif
“Apa saja yang kita bincang-bincang tadi, coba Ibu jelaskan.” Sudah benar
Ibu”.
3) Rencana tindak lanjut klien
“Selanjutnya mari kita buat jadwal kapan saja ibu melatih bayi?

335
4) Rencana tindak lanjut perawat
“Baiklah Ibu, hari Senin pagi datang ke Puskesmas, kita periksa lagi
kondisi bayi Ibu?
5) Salam
“Semoga Ibu tetap semangat meningkatkan perkembangan bayi ibu ya.”
d. Kerja (lanjutan) Keluarga
“Baik pak, sekarang kita lanjutkan diskusi. Kita sudah bersama-sama
diskusi dengan Istri Bapak dan melakukan latihan perkembangan pada
bayi bapak yah... Bagaimana menurut Bapak? Baiklah kita akan
diskusikan peran keluarga dalam meningkatkan perkembangan bayi Bapak
berusia 7 bulan”.
1) Tindakan Keperawatan
“Baiklah, saya akan bantu meningkatkan perkembangan bayi bapak
dan ibu untuk meningkatkan perkembangan biologis, psikologis dan sosial
bayi bapak dan ibu?”.
a) Keluarga mampu mengenal masalah
“Bayi bapak ini sudah bisa merangkak, berdiri, berjalan dengan
berpegangan.” “Baik bapak untuk lebih jelasnya saya akan
menjelaskan tentang ciri perkembangan bayi yang normal.... serta ciri
penyimpangan perkembangan bayi....serta yang dapat dilakukan
keluarga bila terjadi penyimpangan perkembangan, dan apa yang
dapat dilakukan keluarga agar bayi berkembang normal” (jelaskan
dengan menggunakan leaflet).
b) Keluarga mampu mengambil keputusan
“Bapak, Ibu sudah mengetahui perkembangan bayi, Bapak dapat
memutuskan cara merawat bayi jika ada penyimpangan dan
membawa bayi ke pelayanan kesehatan (Puskesmas, Klinik, RS,
Praktik dokter/perawat) untuk mendapat cara merawatnya.”
c) Keluarga mampu merawat anggota keluarga
- Bapak ibu apakah tahu perkembangan yang harus dicapai bayi?
- Bapak Ibu apakah tahu cara memfasilitasi perkembangan rasa
percaya diri bayi?
- Bapak dan ibu baiklah sekarang kita latihan cara menstimulasi
perkembangan rasa percaya diri bayi
- Bapak Ibu apakah tahu tanda-tanda penyimpangan
perkembangan dan cara mengatasinya?
- Bapak Ibu apakah tahu cara pemeriksaan kedekatan bayi secara
teratur?

336
d) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan
Bapak dan Ibu sebaiknya menciptakan suasana keluarga yang
menstimulasi perkembangan rasa percaya bayi
e) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
Bapak ibu jika ada ditemukan tanda-tanda perkembangan yang
tidak normal agar memanfaatkan fasilitas kesehatan ya.
e. Terminasi
1) Evaluasi subjektif
“Bagaimana Bapak Ibu setelah kita berbincang-bincang tadi?”
2) Evaluasi Objektif
“Coba sebutkan cara merawat Bayi, Coba Bapak Ibu praktikkan lagi
caranya? Bagus sekali”.
3) Rencana tindak lanjut klien
“Bapak dan Ibu motivasi Bayi untuk melakukan stimulasi perkembangan
Bayi ya”
4) Rencana tindak lanjut perawat
“Baiklah Bapak dan Ibu, hari Selasa pagi saya datang lagi untuk
melanjutkan berbincang-bincang.
5) Salam
“Semoga keluarga Bapak sehat selalu.”

REFERENSI
Keliat, B.A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat: CMHN
(Basic Course). Jakarta: EGC.
Keliat, B.A., dkk. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Lundy, K.S. & Janes, S. (2009). Community Health Nursing: Caring for the
Public’s Health. 2 nd ed. Boston: Jones and Bartlett Publisher.
PPSDM Kesehatan. (2012). Modul Pelatihan Keperawatan Kesehatan Jiwa
Masyarakat. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Definisi dan Indikator
Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: DPPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

337
Restiana, N., Keliat, B.A., & Gayatri, D. (2010). Pengaruh Terapi Kelompok
Terapeutik terhadap Kemampuan Keluarga dalam Memberikan Stimulasi
Perkembangan pada Bayi di Kelurahan Mulyasari Kota Tasikmalaya.
Tesis. FIK UI Depok.
Stuart, G.W. (2013). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. (10th Ed).
Elsevier.

C. KESIAPAN PENINGKATAN PERKEMBANGAN KANAK-


KANAK
1. DESKRIPSI SINGKAT
Kesiapan peningkatan perkembangan kanak-kanak merupakan tahap
perkembangan anak usia 18-36 bulan di mana pada usia ini anak akan belajar
mengerjakan segala sesuatu yang berkaitan dengan kebutuhannya secara mandiri
(otonomi). (Keliat, dkk., 2015).

2. TUJUAN PEMBELAJARAN
a. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Setelah selesai pembelajaran ini peserta mampu melakukan asuhan
keperawatan kesiapan peningkatan perkembangan kanak-kanak.
b. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
1) Kognitif anak mampu:
a) Mengenal dan menyebutkan nama
b) Mengembangkan kemampuan komunikasi
2) Psikomotor, anak mampu:
a) Mengembangkan kemampuan motorik kasar dan halus
b) Melakukan kegiatan sendiri
3) Afektif, anak mampu:
a) Menunjukkan rasa suka dan tidak suka
b) Melakukan kegiatan keagamaan bersama keluarga

3. PENGERTIAN
Kesiapan peningkatan perkembangan kanak-kanak adalah tahap
perkembangan anak usia 18-36 bulan, anak mulai belajar melatih
kemandiriannya dalam melakukan tindakan anak dengan mempelajari
lingkungan sekitar, dan mengendalikan diri. Jika anak mengalami kegagalan
dalam mencapai tugas perkembangannya maka anak akan merasa malu, ragu-
ragu dan kurang percaya diri (Keliat, dkk., 2019).

338
4. TANDA DAN GEJALA USIA KANAK-KANAK
a. Subjektif
1) Anak mengenal dan menyebutkan namanya sendiri
2) Anak sering menggunakan kata “jangan/tidak/nggak”
b. Objektif
1) Anak banyak bertanya tentang hal baru/benda asing
2) Anak melakukan kegiatan sendiri
3) Anak mulai bermain dan berkomunikasi dengan orang di luar keluarga
4) Anak hanya sebentar mau berpisah dengan orang tua

5. PROSES KEPERAWATAN USIA KANAK-KANAK


a. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada
klien dan keluarga.
Proses perkembangan kemampuan anak untuk mengembangkan
kemandirian dengan cara memberi kebebasan pada anak untuk
mempelajari dunianya. Bila terlalu dilindungi atau dikendalikan maka anak
akan merasa ragu-ragu dan malu untuk melakukan aktivitasnya sehingga
akan selalu bergantung pada orang lain.
Perkembangan yang normal: pengembangan kemandirian
1) Anak mengenal dan mengakui namanya sendiri
2) Bertindak semaunya dan tidak mau diperintah
3) Mulai melakukan kegiatan secara mandiri, makan, mandi, pakai baju,
pakai sepatu sendiri
4) Sering menggunakan kata-kata “tidak”, “jangan”, “nggak mau”
5) Banyak bertanya hal-hal yang asing baginya seperti api, air, ketinggian,
hujan, bentuk benda
6) Mulai bermain dan berkomunikasi dengan anak lain diluar keluarganya
7) Mampu mengungkapkan rasa suka dan tidak suka
8) Hanya sebentar mau berpisah dengan orang tua
9) Mengikuti kegiatan keagamaan keluarga
10)Bila marah tidak menangis atau mengamuk berkepanjangan
11)Tidak ada bekas luka penganiayaan di tubuh anak

339
Penyimpangan perkembangan: berkembangnya rasa tidak percaya
1) Tidak berani melakukan sesuatu/kegiatan
2) Selalu merasa takut bertindak
3) Merasa terpaksa bila mengerjakan sesuatu
4) Melakukan tindakan dengan rasa ragu-ragu
b. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala
yang ditemukan pada klien adalah:
“Kesiapan Peningkatan Perkembangan Kanak-kanak”
c. Tindakan Keperawatan Kesiapan Peningkatan Perkembangan Kanak-
Kanak
1) Tindakan kepada Kanak-kanak:
a) Latih anak merawat diri: mandi, makan, berpakaian, toileting
b) Latih anak melakukan kegiatan rumah tangga yang sederhana secara
mandiri.
c) Hindari menggunakan kata perintah dan suasana yang membuat anak
bersikap negatif
d) Berikan mainan sesuai perkembangan
e) Latih anak mengenal tindakan yang boleh dan tidak boleh dilakukan
f) Latih disiplin dan tata krama
g) Libatkan anak dalam kegiatan keagamaan
2) Tindakan keperawatan kepada keluarga adalah:
Tindakan keperawatan pada keluarga diberikan kepada pengasuh (care
giver) dari kanak-kanak, kegiatannya yaitu:
a) Jelaskan perkembangan yang harus dicapai kanak-kanak
b) Latih cara memfasilitasi kemandirian kanak-kanak merawat diri:
makan sendiri, mandi sendiri, berpakaian sendiri, toileting sendiri
c) Latih cara memfasilitasi kemandirian kanak-kanak dalam kegiatan
rumah tangga yang sederhana
d) Ajarkan cara melatih dengan: jelaskan, beri contoh, dampingi,
motivasi, dan beri pujian.
e) Diskusikan tanda penyimpangan perkembangan dan cara
mengatasinya serta penggunaan pelayanan kesehatan.

340
3) Tindakan keperawatan pada kelompok adalah;
Tindakan keperawatan pada kelompok memberikan edukasi
kelompok yang diberikan secara berkelompok kepada semua ibu/orang
tua/pengasuh
Penelitian terkait terapi kelompok terapeutik kanak-kanak yang
dilakukan oleh Trihardi, Keliat, dan Harsono (2009) menunjukkan hasil
mampu meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan stimulasi
perkembangan usia kanak-kanak.

6. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DIAGNOSIS


KEPERAWATAN KESIAPAN PENINGKATAN
PERKEMBANGAN KANAK-KANAK
Komunikasi yang dilakukan saat kunjungan rumah dibagi dalam beberapa
tahap yaitu:
a. Perawat dengan keluarga atau care giver
b. Perawat dengan klien
c. Perawat dengan keluarga atau care giver
Komunikasi akan dilanjutkan di puskesmas, yaitu:
a. Perawat dengan dokter menggunakan ISBAR dan TbaK
b. Perawat dengan klien dan keluarga

7. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DENGAN


KELUARGA
Pertemuan Pertama Keluarga
a. Tahap Orientasi
1) Salam
“Selamat siang, saya Sari, perawat puskesmas Mawar.” “Siapa nama
Bapak?” “Senang dipanggil apa?” “Kami dari Puskesmas akan memeriksa
kesehatan keluarga Bapak.”
2) Evaluasi
“Bagaimana kesehatan anggota keluarga Bapak?” “Apakah keluarga bapak
ada sedang mengalami koping tidak efektif?”
3) Validasi
“Apakah anggota keluarga bapak bisa mengatasi masalah koping tidak
efektif? bagaimana hasilnya?

341
4) Kontrak
a) Tindakan dan tujuan
“Saya akan melakukan pemeriksaan kesehatan, supaya dapat
mengetahui kondisi kesehatan keluarga Bapak?
b) Tempat
“Bagaimana kalau tempatnya di sini saja ya Pak?”
c) Waktu
“Waktu 30 menit, apakah Bapak setuju?”
b. Tahap Kerja
1) Pengkajian
a) Identitas keluarga
“Saya akan mendata keluarga Bapak yang tinggal serumah?”
“Siapa yang menjadi kepala keluarga?” “Apa nama lengkapnya?”
“Berapa umur?” “Apa pendidikan?” “Apa pekerjaan?” “Coba
sebutkan alamat lengkap rumah Bapak?” “Apakah Bapak ada keluhan
kesehatan?”
“Sekarang saya akan mendata istri Bapak, kemudian anak bapak
dan kerabat bapak yang tinggal serumah dengan bapak yang ada di
dalam kartu keluarga bapak.” “Saya akan mencatat nama lengkap,
umur, pendidikan, pekerjaan dan kondisi kesehatan semua anggota
keluarga Bapak.” “Bagaimana kondisi anak bapak?” “Jadi bapak saat
ini keluarga bapak sedang mengalami ketidakefektifan manajemen
kesehatan?” “Baik saya akan membantu mengatasi masalah yang
dihadapi keluarga Bapak.”
b) Pengkajian indikator keluarga sehat (IKS)
Lanjutkan dengan data terkait kesehatan keluarga. “IKS
merupakan program pemerintah agar seluruh keluarga sehat” “Bapak
akan menjawab pertanyaan IKS dengan ya atau tidak”. Mari kita
mulai!”
i. Apakah keluarga bapak mengikuti program keluarga berencana?
ii. Apakah istri bapak melahirkan di fasilitas kesehatan?
iii. Apakah anak bapak mendapatkan imunisasi dasar lengkap?
iv. Apakah anak bapak mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan?
v. Apakah balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan?
vi. Apakah anggota keluarga tidak ada yang merokok?
vii. Apakah anggota keluarga bapak menjadi anggota JKN/BPJS?
viii. Apakah keluarga bapak memiliki akses jamban sehat?

342
ix. Apakah anggota keluarga bapak ada yang menderita TBC? Jika
Iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
x. Apakah ada anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa?
Jika Iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
xi. Apakah ada anggota keluarga yang menderita diabetes melitus?
Jika iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
xii. Apakah ada anggota keluarga yang menderita hipertensi? Jika
iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
xiii. Apakah ada anggota keluarga yang menderita kanker? Jika iya,
apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar
dari pelayanan kesehatan?
Kesimpulan:
“Berdasarkan jawaban Bapak, kesehatan keluarga Bapak sudah bagus,
hanya saja ada yang perlu dilanjutkan terkait kesiapan peningkatan
perkembangan kanak-kanak”.
2) Diagnosis
“Baiklah Bapak, dari hasil pemeriksaan yang kita lakukan maka ada
beberapa kondisi kesehatan keluarga”.
Kesiapan Peningkatan perkembangan kanak-kanak.
3) Tindakan Keperawatan
“Baiklah, saya akan bantu meningkatkan stimulasi perkembangan
anak bapak, bisa tolong antarkan saya untuk berbincang-bincang dengan
istri Bapak?”.

8. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DENGAN


KLIEN
Pertemuan pertama Klien
a. Tahap Orientasi
1) Salam
“Selamat siang, saya Sari, perawat puskesmas Mawar.” “Siapa namanya
Bu?”. “Senang dipanggil apa?” “Kami dari Puskesmas akan memeriksa
kesehatan anak Ibu.” “Siapa nama anak Ibu?” “Senang dipanggil apa?”

343
2) Evaluasi
“Apa yang Ibu rasakan?” “Jadi ibu saat ini mempunyai bayi usia 18-36
bulan?”
3) Validasi
“Apa yang sudah dilakukan untuk mengatasinya?” “Apakah berhasil?”
4) Kontrak
a) Tindakan dan tujuan
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang kesiapan
peningkatan perkembangan kanak-kanak ya ibu?”
b) Tempat
“Bagaimana kalau tempatnya di sini saja ya Bu?”
c) Waktu
“Waktu 30 menit, apakah Ibu setuju?”
b. Tahap Kerja
1) Pengkajian
a) Pengertian kanak-kanak 18-36 bulan
“Apa yang ibu ketahui tentang kanak-kanak?” “Sudah usia berapa
anak ibu?” “Apakah ibu tahu perkembangan biologis, psikologis dan
sosial pada anak?”
b) Tanda/gejala
“Sekarang anak ibu sudah bisa melakukan apa?”
2) Diagnosis
“Anak ibu sudah bisa makan sendiri, BAK, BAB sendiri?” “Apakah Ibu
mau belajar untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang perkembangan
biologis, psikologis dan sosial pada anak ibu?”.
3) Tindakan Keperawatan
“Baiklah, saya akan bantu untuk meningkatkan perkembangan biologis,
psikologis dan sosial pada anak ibu?”.
a) Jelaskan perkembangan kanak-kanak
Ibu apakah tahu perkembangan pada kanak-kanak? Baik ibu
sekarang saya jelaskan ya perkembangan kanak-kanak Usia 18-36
bulan Adalah tahap perkembangan anak di mana pada usia ini anak
akan belajar mengerjakan segala sesuatu yang berkaitan dengan
kebutuhannya secara mandiri (otonomi).
b) Latih anak merawat diri: mandi, makan, berpakaian, toileting.
“Baik ibu dan dedek sekarang saya akan melatih dedek
bagaimana cara mandi, makan, berpakaian dan toileting ya”

344
c) Latih anak melakukan kegiatan rumah tangga yang sederhana secara
mandiri
“Baik dedek sekarang saya akan melatih dedek untuk melakukan
kegiatan rumah tangga yang sederhana seperti meletakkan piring ke
tempatnya, merapikan mainan, membuang sampah pada tempatnya”.
d) Melatih keluarga untuk menggunakan kata perintah dan suasana yang
membuat anak bersikap negatif.
“ibu kita tidak diperkenankan untuk menggunakan kata perintah
dan suasana yang membuat anak bersikap negatif seperti awas,
jangan, dan usahakan menciptakan lingkungan yang nyaman dan
aman di rumah, hindari perkataan kasar. Tidak melampiaskan
kemarahan atau kekesalan dalam bentuk penganiayaan fisik pada anak
(memukul, menjambak, menendang dll.)
e) Berikan mainan sesuai perkembangan
f) Latih anak mengenal tindakan yang boleh dan tidak boleh dilakukan
“Andi kalau berkata kasar itu perbuatan baik atau tidak? Andi
kalau salat itu perbuatan baik atau tidak? Andi kalau meminjamkan
mainan sama teman itu perbuatan baik apa tidak?”
g) Latih anak disiplin dan tata krama
“Andi sehabis main boneka, bonekanya disimpan lagi di lemari,
jika berbicara yang sopan misalnya Andi minta tolong sama Ibu,
ucapkan Ibu tolong ambilin mainan Andi.”
h) Libatkan anak dalam kegiatan keagamaan
“Ibu setiap salat Andi diajak salat, berdoa, mengaji bersama.”
c. Terminasi
1) Evaluasi subjektif
“Bagaimana Ibu dan Dedek setelah kita berbincang-bincang tadi?”
2) Evaluasi Objektif
“Apa saja yang kita bincang-bincang tadi, coba Dedek jelaskan.” “Sudah
benar Dedek hebat”.
3) Rencana tindak lanjut klien
“Selanjutnya mari kita buat jadwal kapan saja dedek melakukan latihan
tadi?
4) Rencana tindak lanjut perawat
“Baiklah Ibu dan Dedek, hari Senin saya ke rumah Ibu lagi untuk
berbincang-bicang melakukan evaluasi kegiatan hari ini‟.

345
5) Salam
“Semoga Ibu dan Dedek tetap semangat meningkatkan perkembangan
kanak-kanak ya.”
d. Kerja (Lanjutan) Keluarga
“Baik pak, sekarang kita lanjutkan diskusi. Kita sudah bersama-sama
diskusi dengan Istri Bapak dan melakukan latihan perkembangan pada
anak bapak yah... Bagaimana menurut Bapak? Baiklah kita akan
diskusikan peran keluarga dalam meningkatkan perkembangan anak bapak
berusia 24 bulan”.
1) Tindakan Keperawatan
“Baiklah, saya akan bantu meningkatkan perkembangan anak bapak dan
ibu untuk meningkatkan perkembangan biologis, psikologis dan sosial
kanak-kanak?”.
a) Keluarga mampu mengenal masalah
“Anak bapak ini sudah mengenal dan menyebutkan namanya
sendiri?.” “Baik bapak untuk lebih jelasnya saya akan menjelaskan
tentang “ciri perkembangan kanak-kanak yang normal.... serta ciri
penyimpangan perkembangan kanak-kanak....serta yang dapat
dilakukan keluarga bila terjadi penyimpangan perkembangan”, dan
apa yang dapat dilakukan keluarga agar kanak-kanak berkembang
normal” (jelaskan dengan menggunakan leaflet).
b) Keluarga mampu mengambil keputusan
“Bapak sudah mengetahui perkembangan kanak-kanak, Bapak
dapat memutuskan cara merawat kanak-kanak dan membawa ke
pelayanan kesehatan (Puskesmas, Klinik, RS, Praktik dokter/perawat)
untuk mendapat cara merawatnya jika terjadi penyimpangan.
c) Keluarga mampu merawat anggota keluarga
- Bapak Ibu apakah tahu perkembangan yang harus dicapai kanak-
kanak
- Bapak Ibu sekarang kita latihan cara memfasilitasi kemandirian
kanak-kanak merawat diri: makan sendiri, mandi sendiri,
berpakaian sendiri, toileting sendiri ya
- Bapak ibu sekarang kita latihan cara memfasilitasi kemandirian
kanak-kanak dalam kegiatan rumah tangga yang sederhana
- Bapak Ibu apakah tahu tanda penyimpangan perkembangan dan
cara mengatasinya serta penggunaan pelayanan kesehatan

346
d) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan
Bapak Ibu mulai sekarang ciptakan lingkungan yang nyaman
buat kanak-kanak lantai tidak licin, suasana rumah tenang tidak ada
keributan
e) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
Bapak Ibu jika terjadi penyimpangan perkembangan bapak ibu
segera bawa kanak-kanak ke tempat pelayanan kesehatan ya.
e. Terminasi
1) Evaluasi subjektif
“Bagaimana Bapak Ibu setelah kita berbincang-bincang tadi?”
2) Evaluasi Objektif
“Coba sebutkan cara menstimulasi perkembangan kanak-kanak. Coba
Bapak Ibu praktikkan lagi caranya? Bagus sekali”.
3) Rencana tindak lanjut klien
“Bapak Ibu motivasi kanak-kanak untuk melakukan perawatan diri dan
kegiatan rumah tangga sederhana secara mandiri?”
4) Rencana tindak lanjut perawat
“baiklah Bapak Ibu, hari Selasa pagi saya akan datang lagi untuk
melanjutkan bincang-bincang kita ya.”
5) Salam
“Semoga keluarga Bapak sehat selalu.”

REFERENSI
Keliat, B.A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat: CMHN
(Basic Course). Jakarta: EGC.
Keliat, B.A., dkk. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Lundy, K.S. & Janes, S. (2009). Community Health Nursing: Caring for the
Public’s Health. 2 nd ed. Boston: Jones and Bartlett Publisher.
PPSDM Kesehatan. (2012). Modul Pelatihan Keperawatan Kesehatan Jiwa
Masyarakat. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Definisi dan Indikator
Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: DPPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

347
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Stuart, G.W. (2013). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. (10th Ed).
Elsevier.
Trihadi, D., Keliat, B.A., & Harsono, S.P. (2009). Pengaruh Terapi Kelompok
Terapeutik terhadap Kemampuan Orang Tua dalam Memberikan
Stimulasi Perkembangan pada Kanak-Kanak di Kelurahan Bubulak
Bogor. Tesis. FIK UI. Depok.

D. KESIAPAN PENINGKATAN PERKEMBANGAN


PRESEKOLAH
1. DESKRIPSI SINGKAT
Peningkatan perkembangan presekolah merupakan tahap perkembangan
anak yang dimulai dari usia 3-6 tahun di mana pada usia ini anak akan belajar
berinteraksi dengan orang lain, berfantasi dan berinisiatif, pengenalan identitas
kelamin, meniru (Keliat, dkk., 2015).

2. TUJUAN PEMBELAJARAN
a. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Setelah selesai pembelajaran ini peserta mampu melakukan asuhan
keperawatan kesiapan peningkatan perkembangan presekolah.
b. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
1) Kognitif anak mampu:
a) Berinisiatif untuk bermain pada alat-alat rumah tangga
b) Menciptakan kreativitas dan senang berkhayal
c) Memahami perbedaan benar dan salah
d) Mengenal beberapa warna
e) Merangkai kata dan kalimat
f) Mengenal jenis kelamin
2) Psikomotor, anak mampu:
a) Mempertahankan kesehatan fisik
b) Melakukan kegiatan fisik sesuai usianya
c) Membantu pekerjaan rumah tangga yang sederhana
d) Melakukan permainan yang diajarkan
e) Mencoba hal baru dan pantang menyerah

348
3) Afektif, anak mampu:
a) Senang bermain dengan teman sebaya
b) Mampu mengekspresikan rasa senang, sedih, marah secara wajar

3. PENGERTIAN
Kesiapan peningkatan perkembangan prasekolah adalah tahap
perkembangan anak usia 3-6 tahun di mana pada usia ini anak akan belajar
berinteraksi dengan orang lain, berfantasi dan berinisiatif, pengenalan identitas
kelamin, meniru (Keliat, dkk., 2019).

4. TANDA DAN GEJALA USIA KANAK-KANAK


a. Subjektif
1) Anak mengenal dan menyebutkan namanya sendiri
2) Anak sering menggunakan kata “jangan/tidak/nggak”
b. Objektif
1) Anak banyak bertanya tentang hal baru/benda asing
2) Anak melakukan kegiatan sendiri
3) Anak mulai bermain dan berkomunikasi dengan orang di luar keluarga
4) Anak hanya sebentar mau berpisah dengan orang tua

5. PROSES KEPERAWATAN USIA PRESEKOLAH


a. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada
klien dan keluarga.
Proses perkembangan kemampuan anak untuk mempertahankan
pemenuhan kebutuhan fisik yang optimal, mengembangkan ketrampilan
motorik kasar dan halus, keterampilan berbahasa, mengembangkan
ketrampilan adaptasi psikososial, pembentukan identitas dan peran sesuai
jenis kelamin, mengembangkan kecerdasan, mengembangkan nilai-nilai
moral, meningkatkan peran serta keluarga dalam meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan.
Perkembangan yang normal: belajar berinteraksi dengan orang lain,
berfantasi dan berinisiatif, pengenalan identitas kelamin, meniru
1) Anak suka mengkhayal dan kreatif
2) Berinisiatif bermain dengan peralatan rumah, menyusun kursi menjadi
kereta api, mengumpulkan batuan atau kulit permen menjadi mainan yang
menjadi imajinasinya, memukul alat masak menjadi alat musik

349
3) Bermain dengan anak seusianya
4) Mudah berpisah dengan orang tua
5) Mengetahui hal yang benar dan salah, mengikuti aturan
6) Mengenal 4 macam warna
7) Mampu merangkai kalimat panjang
8) Mampu mengenal jenis kelamin
9) Mampu mengerjakan pekerjaan sederhana dan mandiri misal melipat baju,
makan dan mandi sendiri, meletakkan sepatu pada rak sepatu, membuang
sampah pada tempatnya
10)Bercerita dengan khayalan
11)Mulai belajar ketrampilan tertentu misalnya naik sepeda, menggambar
Penyimpangan perkembangan: berkembangnya rasa tidak percaya
1) Anak tidak percaya diri, malu untuk tampil
2) Pesimis, tidak memiliki cita-cita dan khayalan
3) Selalu takut salah
4) Membatasi aktivitasnya sehingga terkesan malas dan tidak memiliki
inisiatif
5) Tidak menerima kehadiran adik baru secara negatif atau berkepanjangan
(sibling rivalry yang tidak teratasi dengan baik)
6) Anak selalu mengompol di celana
b. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala
yang ditemukan pada klien adalah:
“Kesiapan Peningkatan Perkembangan Prasekolah”
c. Tindakan Keperawatan Kesiapan Peningkatan Perkembangan Presekolah
1) Tindakan kepada anak prasekolah:
a) Latih anak kebersihan diri
b) Bantu anak mengembangkan keterampilan motorik: bermain dengan
melibatkan aktivitas fisik, ciptakan lingkungan yang aman bagi anak,
beri kesempatan sukses.
c) Latih anak mengembangkan keterampilan bahasa: Ajak anak
berkomunikasi dengan sopan santun, beri contoh yang benar.
d) Latih anak mengembangkan keterampilan psikososial: Motivasi anak
untuk bermain dengan teman sebaya dan mengikuti perlombaan.
e) Latih anak memahami identitas dan peran sesuai jenis kelamin: Ajari
nak mengenal bagian tubuh dan fungsinya, ajari anak mengenal
perbedaan jenis kelamin.

350
f) Bantu anak mengembangkan kecerdasan: Bantu anak menggali
kreativitasnya, bimbing anak mengembangkan keterampilan baru,
latih anak mengenal huruf, angka, warna dan benda, serta latih anak
membaca, menggambar dan berhitung.
g) Bantu anak mengenal dan memahami nilai moral: terapkan nilai
agama dan budaya positif pada anak, latih kedisiplinan pada anak.
h) Beri pujian pada pencapaian anak terhadap tugas rumah/tugas sekolah
i) Ajari anak berdiskusi tentang pengalaman yang menyenangkan,
rencana/gagasan/ide.
j) Latih disiplin: waktu belajar, waktu bermain, dan lain-lain.
2) Tindakan keperawatan kepada keluarga adalah:
Tindakan keperawatan pada keluarga diberikan kepada pengasuh
(care giver) dari anak prasekolah, kegiatannya yaitu:
a) Jelaskan perkembangan yang harus dicapai anak prasekolah
b) Latih cara memfasilitasi inisiatif anak prasekolah, hindarkan
menyalahkan tetapi lebih kepada membimbing.
c) Sediakan permainan dan kegiatan yang mendorong inisiatif
d) Ajarkan cara mendorong inisiatif: bertanya ide/gagasan/keinginan
anak; fasilitasi dan dampingi serta beri pujian.
e) Menyepakati waktu penggunaan smartphone dan media sosial.
f) Diskusikan tanda penyimpangan dan cara mengatasinya serta
pelayanan kesehatan.
3) Tindakan keperawatan pada kelompok adalah;
Tindakan keperawatan pada kelompok memberikan edukasi
kelompok yang diberikan secara berkelompok kepada anak dan semua
ibu/orang tua/pengasuh.
Penelitian terkait terapi kelompok terapeutik anak prasekolah yang
dilakukan oleh Damayanti, Keliat, Hastono (2010) menunjukkan bahwa
terapi kelompok terapeutik anak prasekolah mampu meningkatkan
kemampuan kognitif dan psikomotor ibu serta perkembangan inisiatif anak
prasekolah.

351
6. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DIAGNOSIS
KEPERAWATAN KESIAPAN PENINGKATAN PERKEMBANGAN
PRESEKOLAH
Komunikasi yang dilakukan saat kunjungan rumah dibagi dalam beberapa
tahap yaitu:
a. Perawat dengan keluarga atau care giver
b. Perawat dengan klien
c. Perawat dengan keluarga atau care giver
Komunikasi akan dilanjutkan di puskesmas, yaitu:
a. Perawat dengan dokter menggunakan ISBAR dan TbaK
b. Perawat dengan klien dan keluarga

7. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DENGAN


KELUARGA
Pertemuan Pertama Keluarga
a. Tahap Orientasi
1) Salam
“Selamat siang, saya Sari, perawat puskesmas Mawar.” “Siapa nama
Bapak?” “Senang dipanggil apa?” “Kami dari Puskesmas akan memeriksa
kesehatan keluarga Bapak.”
2) Evaluasi
“Bagaimana kesehatan anggota keluarga Bapak?” “Apakah keluarga bapak
ada sedang mengalami koping tidak efektif?”
3) Validasi
“Apakah anggota keluarga bapak bisa mengatasi masalah koping tidak
efektif? bagaimana hasilnya?
4) Kontrak
a) Tindakan dan tujuan
“Saya akan melakukan pemeriksaan kesehatan, supaya dapat
mengetahui kondisi kesehatan keluarga Bapak?
b) Tempat
“Bagaimana kalau tempatnya di sini saja ya Pak?”
c) Waktu
“Waktu 30 menit, apakah Bapak setuju?”

352
b. Tahap Kerja
1) Pengkajian
a) Identitas keluarga
“Saya akan mendata keluarga Bapak yang tinggal serumah?”
“Siapa yang menjadi kepala keluarga?” “Apa nama lengkapnya?”
“Berapa umur?” “Apa pendidikan?” “Apa pekerjaan?” “Coba
sebutkan alamat lengkap rumah Bapak?” “Apakah Bapak ada keluhan
kesehatan?”
“Sekarang saya akan mendata istri Bapak, kemudian anak bapak
dan kerabat bapak yang tinggal serumah dengan bapak yang ada di
dalam kartu keluarga bapak.” “Saya akan mencatat nama lengkap,
umur, pendidikan, pekerjaan dan kondisi kesehatan semua anggota
keluarga Bapak.” “Bagaimana kondisi anak bapak?” “Jadi bapak saat
ini keluarga bapak sedang mengalami ketidakefektifan manajemen
kesehatan?” “Baik saya akan membantu mengatasi masalah yang
dihadapi keluarga Bapak.”
b) Pengkajian indikator keluarga sehat (IKS)
Lanjutkan dengan data terkait kesehatan keluarga. “IKS
merupakan program pemerintah agar seluruh keluarga sehat” “Bapak
akan menjawab pertanyaan IKS dengan ya atau tidak”. Mari kita
mulai!”
i. Apakah keluarga bapak mengikuti program keluarga berencana?
ii. Apakah istri bapak melahirkan di fasilitas kesehatan?
iii. Apakah anak bapak mendapatkan imunisasi dasar lengkap?
iv. Apakah anak bapak mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan?
v. Apakah balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan?
vi. Apakah anggota keluarga tidak ada yang merokok?
vii. Apakah anggota keluarga bapak menjadi anggota JKN/BPJS?
viii. Apakah keluarga bapak memiliki akses jamban sehat?
ix. Apakah anggota keluarga bapak ada yang menderita TBC? Jika
Iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
x. Apakah ada anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa?
Jika Iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?

353
xi. Apakah ada anggota keluarga yang menderita diabetes melitus?
Jika iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
xii. Apakah ada anggota keluarga yang menderita hipertensi? Jika
iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
xiii. Apakah ada anggota keluarga yang menderita kanker? Jika iya,
apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar
dari pelayanan kesehatan?
Kesimpulan:
“Berdasarkan jawaban Bapak, kesehatan keluarga Bapak sudah bagus,
hanya saja ada yang perlu dilanjutkan terkait kesiapan peningkatan
perkembangan anak prasekolah”.
2) Diagnosis
“Baiklah Bapak, dari hasil pemeriksaan yang kita lakukan maka ada
beberapa kondisi kesehatan keluarga”.
Kesiapan Peningkatan perkembangan prasekolah.
3) Tindakan Keperawatan
“Baiklah, saya akan bantu meningkatkan stimulasi perkembangan
anak bapak, bisa tolong antarkan saya untuk berbincang-bincang dengan
istri dan anak Bapak?”.

8. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DENGAN


KLIEN
Pertemuan pertama Klien
a. Tahap Orientasi
1) Salam
„selamat siang, saya Sari, perawat puskesmas Mawar.” Siapa
namanya Bu?”. Nama anak Ibu siapa? “Ooh Andi “senang dipanggil apa?”
“Kami dari Puskesmas akan memeriksa kesehatan anak Ibu. Siapa nama
anak Ibu? Senang dipanggil apa?”
2) Evaluasi
“Apa yang Ibu rasakan?” “Jadi ibu saat ini mempunyai anak usia 3-6
tahun?”
3) Validasi
“Apa yang sudah dilakukan untuk mengatasinya?” Apakah berhasil?”

354
4) Kontrak
a) Topik dan tujuan
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang kesiapan
peningkatan perkembangan anak prasekolah ya ibu?”
b) Tempat
“Bagaimana kalau tempatnya di sini saja ya Bu?”
c) Waktu
“Waktu 30 menit, apakah Ibu setuju?”
b. Tahap Kerja
1) Pengkajian
a) Pengertian anak usia 3-6 tahun
“Apa yang ibu ketahui tentang kanak-kanak?” “Sudah usia berapa
anak ibu?” “Apakah ibu tahu perkembangan biologis, psikologis dan
sosial pada anak?
b) Tanda/gejala
Sekarang anak ibu sudah bisa melakukan apa?”.
2) Diagnosis
“Anak ibu sudah bisa melakukan kebersihan diri, mulai berinisiatif,
memberi gagasan ide melakukan kegiatan sendiri?” “Apakah Ibu mau
belajar untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang perkembangan
biologis, psikologis dan sosial pada anak ibu?”.
3) Tindakan Keperawatan
“Baiklah, saya akan bantu untuk meningkatkan perkembangan
biologis, psikologis dan sosial pada anak ibu?”.
a) Jelaskan perkembangan prasekolah
“Ibu apakah tahu perkembangan pada prasekolah? Baik ibu
sekarang saya jelaskan ya perkembangan anak prasekolah Adalah
tahap perkembangan anak usia 3-6 tahun di mana pada usia ini anak
akan belajar berinteraksi dengan orang lain, berfantasi dan berinisiatif,
pengenalan identitas kelamin, meniru.”
b) Latih anak kebersihan diri
“Ibu apa saja yang sudah ibu ajarkan kepada Andi tentang
kebersihan diri? Ia bagus kebersihan diri bisa berupa mandi teratur,
sikat gigi dua kali sehari, ganti pakaian setelah mandi, mencuci
tangan, membersihkan setelah BAK dan BAB.”

355
c) Bantu anak mengembangkan keterampilan motorik:
“Ibu kita bantu Andi untuk bermain dengan melibatkan aktivitas
fisik, ciptakan lingkungan yang aman bagi anak, beri kesempatan
sukses.”
d) Latih anak mengembangkan keterampilan bahasa:
“Ibu kita bantu Andi untuk mengajak anak berkomunikasi
dengan sopan santun, beri contoh yang benar.”
e) Latih anak mengembangkan keterampilan psikososial:
“Ibu kita bantu Andi untuk memotivasi anak untuk bermain
dengan teman sebaya dan mengikuti perlombaan.”
f) Latih anak memahami identitas dan peran sesuai jenis kelamin:
“Ibu kita Ajari anak mengenal bagian tubuh dan fungsinya, ajari
anak mengenal perbedaan jenis kelamin.”.
g) Bantu anak mengembangkan kecerdasan:
“Ibu kita bisa membantu anak menggali kreativitasnya, bimbing
anak mengembangkan keterampilan baru, latih anak mengenal huruf,
angka, warna dan benda, serta latih anak membaca, menggambar dan
berhitung.”
h) Bantu anak mengenal dan memahami nilai moral:
“Ibu kita terapkan nilai agama dan budaya positif pada anak,
latih kedisiplinan pada anak.”
i) Beri pujian pada pencapaian anak terhadap tugas rumah/tugas sekolah
“Ibu beri pujian setiap anak ibu mampu melakukan kegiatan baik
kegiatan di rumah maupun di sekolah.”
j) Ajari anak berdiskusi tentang pengalaman yang menyenangkan,
rencana/gagasan/ide.
“Ibu ajak anak untuk berdiskusi tentang pengalaman yang
menyenangkan seperti pengalaman di sekolah, bermain dengan
teman.”
k) Latih disiplin: waktu belajar, waktu bermain, dan lain-lain.
“Ibu latih kedisiplinan pada anak seperti disiplin waktu dalam
belajar, waktu dalam bermain, waktu salat, waktu makan, waktu
mandi, waktu sikat gigi, waktu tidur malam, waktu tidur siang, waktu
menonton TV, waktu main Hp dll.”.
c. Terminasi
1) Evaluasi subjektif
“Bagaimana Ibu dan Andi setelah kita berbincang-bincang tadi?”

356
2) Evaluasi Objektif
“Apa saja yang kita bincang-bincang tadi, coba Andi jelaskan.” Sudah
benar Andi hebat”.
3) Rencana tindak lanjut klien
“selanjutnya mari kita buat jadwal kapan saja Andi melakukan latihan
tadi?
4) Rencana tindak lanjut perawat
“Baiklah Ibu dan Andi, hari Senin saya ke rumah Ibu lagi untuk
berbincang-bincang melakukan evaluasi kegiatan hari ini‟.
5) Salam
“Semoga Ibu dan Andi tetap semangat meningkatkan perkembangan anak
prasekolah ya.”
d. Kerja (lanjutan) Keluarga
“Baik pak, sekarang kita lanjutkan diskusi. Kita sudah bersama-sama
diskusi dengan Istri Bapak dan melakukan latihan perkembangan pada
anak prasekolah bapak yah... Bagaimana menurut Bapak? Baiklah kita
akan diskusikan peran keluarga dalam meningkatkan perkembangan anak
bapak berusia 24 bulan”.
1) Tindakan Keperawatan
“Baiklah, saya akan bantu meningkatkan perkembangan anak bapak
dan ibu untuk meningkatkan perkembangan biologis, psikologis dan sosial
prasekolah?”.
a) Keluarga mampu mengenal masalah
“Anak bapak ini sudah mengenal dan menyebutkan namanya
sendiri?” “Baik bapak untuk lebih jelasnya saya akan menjelaskan
tentang “ciri perkembangan prasekolah yang normal... serta ciri
penyimpangan perkembangan anak prasekolah... serta yang dapat
dilakukan keluarga bila terjadi penyimpangan perkembangan, dan apa
yang dapat dilakukan keluarga agar anak prasekolah berkembang
normal” (jelaskan dengan menggunakan leaflet).
b) Keluarga mampu mengambil keputusan
“Bapak sudah mengetahui perkembangan anak prasekolah,
Bapak dapat memutuskan cara merawat kanak-kanak anak prasekolah
dan membawa ke pelayanan kesehatan (Puskesmas, Klinik, RS,
Praktik dokter/perawat) untuk mendapat cara merawatnya jika terjadi
penyimpangan.

357
c) Keluarga mampu merawat anggota keluarga
- Bapak Ibu apakah tahu perkembangan yang harus dicapai anak
prasekolah
- Bapak Ibu sekarang kita latihan cara memfasilitasi inisiatif anak
prasekolah, hindarkan menyalahkan tetapi lebih kepada
membimbing.
- Bapak ibu sekarang kita sediakan permainan dan kegiatan yang
mendorong inisiatif anak prasekolah.
- Bapak Ibu Ajarkan cara mendorong inisiatif: untuk bertanya,
menyampaikan ide/gagasan/keinginan anak: dan berikan pujian
kepada anak Bapak dan Ibu setiap mampu melakukan latihan.
- Bapak dan Ibu lakukan kesepakatan kepada anak kapan waktu
main Hp dan media sosial.
- Bapak Ibu sekarang kita berdiskusi tentang tanda penyimpangan
dan cara mengatasinya. “Anak tidak percaya diri, malu untuk
tampil, Pesimis, tidak memiliki cita-cita dan khayalan, Selalu
takut salah, Membatasi aktivitasnya sehingga terkesan malas dan
tidak memiliki inisiatif, Tidak menerima kehadiran adik baru
secara negatif atau berkepanjangan (sibling rivalry yang tidak
teratasi dengan baik), Anak selalu mengompol di celana. Bapak
Ibu cara mengatasinya bisa kita lakukan Membimbing anak
dengan imajinasinya untuk menggali kreativitas, memberikan
cerita atau mendongeng, Menciptakan lingkungan aman dan
nyaman bagi anak untuk bermain di rumah, Membimbing anak
belajar ketrampilan baru misal naik sepeda, menggambar dengan
objek tertentu, Memberi kesempatan anak untuk bermain dengan
teman seusianya, sekolah-sekolahan, masak-masakan, bermain
peran sebagai orang tua, sebagai tentara, dokter, perawat dll,
Mulai ajarkan disiplin diri dan kebersihan, mencuci tangan
sebelum makan, gosok gigi sebelum tidur, meletakkan
sandal/sepatu dengan rapi
d) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan
“Bapak Ibu mulai sekarang ciptakan lingkungan yang nyaman
buat anak prasekolah, suasana rumah tenang tidak ada keributan”.
e) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
“Bapak Ibu jika terjadi penyimpangan perkembangan bapak ibu
segera bawa anak prasekolah ke tempat pelayanan kesehatan ya”.

358
e. Terminasi
1) Evaluasi subjektif
“Bagaimana Bapak Ibu setelah kita berbincang-bincang tadi?”
2) Evaluasi Objektif
“Coba sebutkan cara menstimulasi perkembangan anak prasekolah. Coba
Bapak Ibu praktikkan lagi caranya? Bagus sekali”.
3) Rencana tindak lanjut klien
“Bapak Ibu motivasi anak prasekolah untuk melakukan inisiatif anak?
4) Rencana tindak lanjut perawat
“Baiklah Bapak Ibu, hari Selasa pagi saya akan datang lagi untuk
melanjutkan bincang-bincang kita ya.”
5) Salam
“Semoga keluarga Bapak sehat selalu.”

REFERENSI
Damayanti, R., Keliat, B.A., & Hastono (2010). Pengaruh Terapi Kelompok
Terapeutik terhadap Kemampuan Ibu dalam Memberikan Stimulasi
Perkembangan Inisiatif Anak Prasekolah di Kelurahan Kedaung Bandar
Lampung. Tesis. FIK UI Depok.
Keliat, B.A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat: CMHN
(Basic Course). Jakarta: EGC.
Keliat, B.A., dkk. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Lundy, K.S. & Janes, S. (2009). Community Health Nursing: Caring for the
Public’s Health. 2 nd ed. Boston: Jones and Bartlett Publisher.
PPSDM Kesehatan. (2012). Modul Pelatihan Keperawatan Kesehatan Jiwa
Masyarakat. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Definisi dan Indikator
Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: DPPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Stuart, G.W. (2013). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. (10th Ed).
Elsevier.

359
E. KESIAPAN PENINGKATAN PERKEMBANGAN ANAK
SEKOLAH
1. DESKRIPSI SINGKAT
Peningkatan perkembangan anak sekolah merupakan tahap perkembangan
anak yang dimulai dari usia 6-12 tahun, di mana pada usia ini perkembangan
kemampuan psikososial anak adalah kemampuan menghasilkan karya,
berinteraksi dan berprestasi dalam belajar. Anak akan mengalami minder jika
anak tidak mampu mencapai perkembangan (Keliat, dkk., 2015).

2. TUJUAN PEMBELAJARAN
a. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Setelah selesai pembelajaran ini peserta mampu melakukan asuhan
keperawatan kesiapan peningkatan perkembangan anak sekolah.
b. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
1) Kognitif anak mampu:
a) Mengembangkan kecerdasan
b) Memahami nilai-nilai moral
c) Mempelajari pelajaran sekolah
d) Menyelesaikan tugas sekolah
e) Beradaptasi
f) Memiliki rasa bersahabat dan bersaing
g) Senang berkelompok
2) Psikomotor, anak mampu:
a) Mempertahankan kesehatan fisik
b) Melakukan kegiatan fisik sesuai usianya
c) Melakukan hobi
d) Menyelesaikan kegiatan rumah angga yang sederhana
3) Afektif, anak mampu:
a) Mengekspresikan perasaan
b) Mengungkapkan kesalahan
c) Merasakan bahagia terhadap kebaikan yang pernah dilakukan
d) Merasakan kepuasan terhadap keberhasilan yang dicapai

3. PENGERTIAN
Adalah tahap perkembangan anak usia 6-12 th di mana pada usia ini anak
akan belajar memiliki kemampuan bekerja dan mendapat ketrampilan dewasa,
belajar menguasai dan menyelesaikan tugasnya, produktif belajar, kenikmatan

360
dalam berkompetisi kerja dan merasakan bangga dalam keberhasilan melakukan
sesuatu yang baik. Bisa membedakan sesuatu yang baik/tidak dan dampak
melakukan hal yang baik/tidak (Keliat, dkk., 2019).

4. TANDA DAN GEJALA USIA KANAK-KANAK


a. Subjektif
1) Menyebutkan nama dan jenis kelamin
2) Menjelaskan nama dan fungsi benda
3) Membaca doa
4) Mengungkapkan perasaan marah, senang, takut dan sedih
5) Menyampaikan pendapa dan keinginan, puas dengan keberhasilan
6) Menceritakan kebaikan dan mengungkapkan kesalahan
b. Objektif
1) Membaca, menulis, berhitung
2) Mempunyai prestasi akademik
3) Mempunyai teman sebaya

5. PROSES KEPERAWATAN USIA ANAK SEKOLAH


a. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada
klien dan keluarga.
Proses perkembangan kemampuan anak sekolah mempertahankan
pemenuhan kebutuhan fisik yang optimal, mengembangkan ketrampilan
motorik kasar dan halus, mengembangkan keterampilan adaptasi
psikososial, mengembangkan kecerdasan, mengembangkan nilai-nilai
moral, meningkatkan peran serta keluarga dalam meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan.
Perkembangan yang normal: menghasilkan karya.
1) Mampu menyelesaikan tugas dari sekolah/rumah
2) Mempunyai rasa bersaing misal ingin lebih pandai daripada teman, meraih
juara pertama
3) Terlibat dalam kegiatan kelompok, pramuka, kelompok belajar
4) Mulai mengerti nilai mata uang dan satuannya
5) Mampu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga sederhana misal
merapikan tempat tidur sendiri, menyapu lantai, merapikan kamarnya
sendiri

361
6) Memiliki hobi tertentu, misal naik sepeda, membaca buku cerita,
menggambar
7) Memiliki teman tetap untuk bermain
8) Tidak ada tanda bekas luka penganiayaan
Penyimpangan perkembangan:
1) Anak menjadi membangkang, malas, tidak mau mengerjakan tugas
sekolah atau membantu pekerjaan rumah
2) Tidak ada kemauan untuk bersaing, malas belajar, masa bodoh, tidak
termotivasi untuk menjadi lebih pintar dari temannya
3) Tidak mau terlibat dalam kegiatan kelompok, tidak peduli dengan teman
4) Memisahkan diri dari teman
5) Ketakutan, murung, ditemukan tanda-tanda bekas penganiayaan
6) Tidak mampu mengerjakan tugas yang diberikan kepadanya
b. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala
yang ditemukan pada klien adalah:
“Kesiapan Peningkatan Perkembangan Anak Sekolah”
c. Tindakan Keperawatan Kesiapan Peningkatan Perkembangan Anak
Sekolah
1) Tindakan kepada anak sekolah:
a) Bantu anak mengembangkan kecerdasan: mendiskusikan kelebihan
anak, menjelaskan dan melatih keterampilan, memberi bacaan dan
permainan yang meningkatkan kemampuan, melibatkan anak dalam
pekerjaan rumah tangga sederhana, latih anak sesuai dengan pelajaran
di sekolah dan kembangkan hobi yang dimiliki anak.
b) Bantu anak mengenal dan memahami nilai moral: Terapkan nilai
agama dan budaya positif pada anak.
c) Latih anak mengembangkan keterampilan sosial: beri waktu anak
untuk bermain di luar rumah bersama teman dan kelompoknya,
motivasi anak untuk mengikuti perlombaan untuk belajar bersaing
dan bersahabat latih anak berinteraksi dengan orang lain
d) Latih kedisiplinan pada anak, bimbing anak saat menonton televisi,
membaca buku cerita, bermain gadget dan menilai manfaatnya
e) Ajarkan kebersihan diri
f) Beri pujian pada setiap pencapaian anak

362
2) Tindakan keperawatan kepada keluarga adalah:
Tindakan keperawatan pada keluarga diberikan kepada pengasuh
(care giver) dari anak sekolah, kegiatannya yaitu:
a) Jelaskan perkembangan yang harus dicapai anak sekolah
b) Latih cara memfasilitasi anak sekolah untuk berkarya, produktif,
kompeten, dan berhasil dalam belajar.
c) Ajarkan cara mendorong anak berkarya: mendiskusikan keberhasilan,
jalan keluar, kegagalan, dampingi dan beri semangat, serta pujian.
d) Ciptakan suasana keluarga yang mendukung anak berkarya dengan
memberi motivasi positif.
e) Latih keluarga mendampingi anak sekolah:
- Belajar, mengerjakan tugas sekolah dengan gembira dan
semangat.
- Memberikan tugas rumah tangga yang disukai anak sekolah.
- Memfasilitasi bermain dengan kelompok sebaya.
f) Menyepakati waktu penggunaan smartphone dan media sosial
g) Diskusikan tanda penyimpangan dan cara mengatasinya serta
pelayanan kesehatan
3) Tindakan keperawatan pada kelompok adalah;
Tindakan keperawatan pada kelompok memberikan edukasi
kelompok anak sekolah dan kelompok orang tua.
Penelitian terkait terapi kelompok terapeutik anak sekolah yang
dilakukan oleh Walter, (2010) menunjukkan bahwa terapi kelompok
terapeutik anak sekolah mampu meningkatkan kemampuan kognitif dan
psikomotor dan perkembangan berkarya pada anak sekolah.

6. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DIAGNOSIS


KEPERAWATAN KESIAPAN PENINGKATAN
PERKEMBANGAN ANAK SEKOLAH
Komunikasi yang dilakukan saat kunjungan rumah dibagi dalam beberapa
tahap yaitu:
a. Perawat dengan keluarga atau care giver
b. Perawat dengan klien
c. Perawat dengan keluarga atau care giver
Komunikasi akan dilanjutkan di puskesmas, yaitu:
a. Perawat dengan dokter menggunakan ISBAR dan TbaK
b. Perawat dengan klien dan keluarga

363
7. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DENGAN
KELUARGA
Pertemuan Pertama Keluarga
a. Tahap Orientasi
1) Salam
“Selamat siang, saya Sari, perawat puskesmas Mawar.” “Siapa nama
Bapak?” “Senang dipanggil apa?” “Kami dari Puskesmas akan memeriksa
kesehatan keluarga Bapak.”
2) Evaluasi
“Bagaimana kesehatan anggota keluarga Bapak?” “Apakah keluarga bapak
ada sedang mengalami koping tidak efektif?”
3) Validasi
“Apakah anggota keluarga bapak bisa mengatasi masalah koping tidak
efektif? bagaimana hasilnya?
4) Kontrak
a) Tindakan dan tujuan
“Saya akan melakukan pemeriksaan kesehatan, supaya dapat
mengetahui kondisi kesehatan keluarga Bapak?
b) Tempat
“Bagaimana kalau tempatnya di sini saja ya Pak?”
c) Waktu
“Waktu 30 menit, apakah Bapak setuju?”
b. Tahap Kerja
1) Pengkajian
a) Identitas keluarga
“Saya akan mendata keluarga Bapak yang tinggal serumah?”
“Siapa yang menjadi kepala keluarga?” “Apa nama lengkapnya?”
“Berapa umur?” “Apa pendidikan?” “Apa pekerjaan?” “Coba
sebutkan alamat lengkap rumah Bapak?” “Apakah Bapak ada keluhan
kesehatan?”
“Sekarang saya akan mendata istri Bapak, kemudian anak bapak
dan kerabat bapak yang tinggal serumah dengan bapak yang ada di
dalam kartu keluarga bapak.” “Saya akan mencatat nama lengkap,
umur, pendidikan, pekerjaan dan kondisi kesehatan semua anggota
keluarga Bapak.” “Bagaimana kondisi anak bapak?” “Jadi bapak saat
ini keluarga bapak sedang mengalami ketidakefektifan manajemen

364
kesehatan?” “Baik saya akan membantu mengatasi masalah yang
dihadapi keluarga Bapak.”
b) Pengkajian indikator keluarga sehat (IKS)
Lanjutkan dengan data terkait kesehatan keluarga. “IKS
merupakan program pemerintah agar seluruh keluarga sehat” “Bapak
akan menjawab pertanyaan IKS dengan ya atau tidak”. Mari kita
mulai!”
i. Apakah keluarga bapak mengikuti program keluarga berencana?
ii. Apakah istri bapak melahirkan di fasilitas kesehatan?
iii. Apakah anak bapak mendapatkan imunisasi dasar lengkap?
iv. Apakah anak bapak mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan?
v. Apakah balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan?
vi. Apakah anggota keluarga tidak ada yang merokok?
vii. Apakah anggota keluarga bapak menjadi anggota JKN/BPJS?
viii. Apakah keluarga bapak memiliki akses jamban sehat?
ix. Apakah anggota keluarga bapak ada yang menderita TBC? Jika
Iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
x. Apakah ada anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa?
Jika Iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
xi. Apakah ada anggota keluarga yang menderita diabetes melitus?
Jika iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
xii. Apakah ada anggota keluarga yang menderita hipertensi? Jika
iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
xiii. Apakah ada anggota keluarga yang menderita kanker? Jika iya,
apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar
dari pelayanan kesehatan?
Kesimpulan:
“Berdasarkan jawaban Bapak, kesehatan keluarga Bapak sudah bagus,
hanya saja ada yang perlu dilanjutkan terkait kesiapan peningkatan
perkembangan anak sekolah”.

365
2) Diagnosis
“Baiklah Bapak, dari hasil pemeriksaan yang kita lakukan maka ada
beberapa kondisi kesehatan keluarga”.
“Kesiapan Peningkatan perkembangan sekolah”
3) Tindakan Keperawatan
“Baiklah, saya akan bantu meningkatkan stimulasi perkembangan anak
bapak, bisa tolong antarkan saya untuk berbincang-bincang dengan istri
dan anak Bapak?”.

8. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DENGAN


KLIEN
Pertemuan pertama Klien
a. Tahap Orientasi
1) Salam
“Selamat siang, saya Sari, perawat puskesmas Mawar.” Siapa
namanya Bu?”. “Nama anak Ibu siapa? “Ooh Andi” “Senang dipanggil
apa?” kami dari Puskesmas akan memeriksa kesehatan anak Ibu.” “Siapa
nama anak Ibu?” “Senang dipanggil apa?”
2) Evaluasi
“Apa yang Ibu rasakan?” “Jadi ibu saat ini mempunyai anak usia 6-12
tahun?”
3) Validasi
“Apa yang sudah dilakukan untuk mengatasinya?” Apakah berhasil?”
4) Kontrak
a) Tindakan dan tujuan
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang kesiapan
peningkatan perkembangan anak sekolah ya ibu?”
b) Tempat
“Bagaimana kalau tempatnya di sini saja ya Bu?”
c) Waktu
“Waktu 30 menit, apakah Ibu setuju?”
b. Tahap Kerja
1) Pengkajian
a) Pengertian anak usia 6-12 tahun
“Apa yang ibu ketahui tentang anak sekolah?” “Sudah usia berapa
anak ibu?” “Apakah ibu tahu perkembangan biologis, psikologis dan
sosial pada anak?”

366
b) Tanda/gejala
“Sekarang anak ibu sudah bisa melakukan apa?”.
2) Diagnosis
“Anak ibu sudah bisa melakukan kebersihan diri, mulai berinisiatif,
memberi gagasan ide melakukan kegiatan sendiri? “Apakah Ibu mau
belajar untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang perkembangan
biologis, psikologis dan sosial pada anak ibu?”.
3) Tindakan Keperawatan
“Baiklah, saya akan bantu untuk meningkatkan perkembangan
biologis, psikologis dan sosial pada anak ibu?”.
a) Jelaskan perkembangan anak sekolah
Ibu apakah tahu perkembangan pada prasekolah? Baik ibu
sekarang saya jelaskan ya perkembangan anak sekolah Adalah tahap
perkembangan anak usia 6-12 tahun di mana pada usia ini anak akan
belajar memiliki kemampuan bekerja dan mendapat ketrampilan
dewasa, belajar menguasai dan menyelesaikan tugasnya, produktif
belajar, kenikmatan dalam berkompetisi kerja dan merasakan bangga
dalam keberhasilan melakukan sesuatu yang baik. Bisa membedakan
sesuatu yang baik/tidak dan dampak melakukan hal yang baik/tidak.
b) Bantu anak mengembangkan kecerdasan:
“Ibu kita bantu anak ibu dengan mendiskusikan kelebihan dan
kemampuan anak, menjelaskan dan melatih keterampilan, memberi
bacaan dan permainan yang meningkatkan kemampuan anak,
melibatkan anak dalam pekerjaan rumah tangga sederhana, latih anak
sesuai dengan pelajaran di sekolah dan kembangkan hobi yang
dimiliki anak”.
c) Bantu anak mengenal dan memahami nilai moral:
“Ibu kita bantu anak ibu untuk menerapkan nilai agama dan
budaya positif pada anak”
d) Latih anak mengembangkan keterampilan sosial:
“Ibu kita bantu anak ibu untuk bermain diluar rumah bersama
teman dan kelompok, motivasi anak untuk mengikuti perlombaan
untuk belajar dan bersahabat latih anak berinteraksi dengan orang
lain”
e) Latih disiplin: waktu belajar, waktu bermain, dan lain-lain.
“Ibu latih kedisiplinan pada anak seperti disiplin waktu dalam
belajar, waktu dalam bermain, waktu salat, waktu makan, waktu

367
mandi, waktu sikat gigi, waktu tidur malam, waktu tidur siang, waktu
menonton TV, waktu main Hp dll.”.
f) Latih anak kebersihan diri:
“Ibu kita Ajari anak kebersihan diri, mandi, berpakaian, sikat
gigi, dll.”.
g) beri pujian pada setiap pencapaian anak:
“Ibu setiap keberhasilan yang dilakukan anak ibu selalu diberi
pujian ya”
c. Terminasi
1) Evaluasi subjektif
“Bagaimana Ibu dan Andi setelah kita berbincang-bincang tadi?”
2) Evaluasi Objektif
“Apa saja yang kita bincang-bincang tadi, coba Andi jelaskan.” Sudah
benar Andi hebat”.
3) Rencana tindak lanjut klien
“Selanjutnya mari kita buat jadwal kapan saja Andi melakukan latihan
tadi?
4) Rencana tindak lanjut perawat
“Baiklah Ibu dan Andi, hari Senin saya ke rumah Ibu lagi untuk
berbincang-bincang melakukan evaluasi kegiatan hari ini‟.
5) Salam
“Semoga Ibu dan Andi tetap semangat meningkatkan perkembangan anak
sekolah ya.”
d. Kerja (lanjutan) Keluarga
“Baik pak, sekarang kita lanjutkan diskusi. Kita sudah bersama-sama
diskusi dengan Istri Bapak dan melakukan latihan perkembangan pada
anak sekolah bapak yah... Bagaimana menurut Bapak? Baiklah kita akan
diskusikan peran keluarga dalam meningkatkan perkembangan anak bapak
berusia 6-12 tahun”.
1) Tindakan Keperawatan
“Baiklah, saya akan bantu meningkatkan perkembangan anak bapak
dan ibu untuk meningkatkan perkembangan biologis, psikologis dan sosial
anak sekolah?”.
a) Keluarga mampu mengenal masalah
“Anak bapak ini sudah mengenal dan menyebutkan namanya
sendiri?.” “Baik bapak untuk lebih jelasnya saya akan menjelaskan
tentang “ciri perkembangan anak sekolah yang normal.... Serta ciri

368
penyimpangan perkembangan anak sekolah....serta yang dapat
dilakukan keluarga bila terjadi penyimpangan perkembangan, dan apa
yang dapat dilakukan keluarga agar anak sekolah berkembang
normal” (JELASKAN dengan menggunakan leaflet).
b) Keluarga mampu mengambil keputusan
“Bapak sudah mengetahui perkembangan anak sekolah, Bapak
dapat memutuskan cara merawat anak sekolah dan membawa ke
pelayanan kesehatan (Puskesmas, Klinik, RS, Praktik dokter/perawat)
untuk mendapat cara merawatnya jika terjadi penyimpangan.”
c) Keluarga mampu merawat anggota keluarga
- Bapak Ibu apakah tahu perkembangan yang harus dicapai anak
sekolah
- Bapak Ibu sekarang kita latihan cara memfasilitasi inisiatif anak
sekolah, hindarkan menyalahkan tetapi lebih kepada
membimbing.
- Bapak ibu sekarang kita sediakan permainan dan kegiatan yang
mendorong inisiatif anak sekolah.
- Bapak Ibu Ajarkan cara mendorong inisiatif: untuk bertanya,
menyampaikan ide/gagasan/keinginan anak: dan berikan pujian
kepada anak Bapak dan Ibu setiap mampu melakukan latihan.
- Bapak dan Ibu lakukan kesepakatan kepada anak kapan waktu
main Hp dan media sosial.
- Bapak Ibu sekarang kita berdiskusi tentang tanda penyimpangan
dan cara mengatasinya. “Anak menjadi membangkang, malas,
tidak mau mengerjakan tugas sekolah atau membantu pekerjaan
rumah, tidak ada kemauan untuk bersaing, malas belajar, masa
bodoh, tidak termotivasi untuk menjadi lebih pintar dari
temannya, tidak mau terlibat dalam kegiatan kelompok, tidak
peduli dengan teman, memisahkan diri dari teman, Ketakutan,
murung, ditemukan tanda-tanda bekas penganiayaan, tidak
mampu mengerjakan tugas yang diberikan kepadanya. Sekarang
kita jelaskan bagaimana cara mengatasinya; diskusikan penyebab
anak merasa tidak mampu, berikan tugas sesuai dengan
kemampuan anak sambil terus dimotivasi untuk meningkatkan
kemampuannya, berikan pujian pada keberhasilan anak, libatkan
anak dalam kegiatan yang mudah/sederhana, tidak menyalahkan
atau menghina anak, tidak melakukan tindak kekerasan atau

369
penganiayaan pada anak, berikan motivasi pada anak untuk
bergaul dengan teman.
d) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan
Bapak Ibu mulai sekarang ciptakan lingkungan yang nyaman buat
anak sekolah, suasana rumah tenang tidak ada keributan.
e) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
Bapak Ibu jika terjadi penyimpangan perkembangan bapak ibu segera
bawa anak sekolah ke tempat pelayanan kesehatan ya.
e. Terminasi
1) Evaluasi subjektif
“Bagaimana Bapak Ibu setelah kita berbincang-bincang tadi?”
2) Evaluasi Objektif
“Coba sebutkan cara menstimulasi perkembangan anak sekolah. Coba
Bapak Ibu praktikkan lagi caranya? Bagus sekali”.
3) Rencana tindak lanjut klien
“Bapak Ibu motivasi anak sekolah untuk melakukan inisiatif anak?”
4) Rencana tindak lanjut perawat
“Baiklah Bapak Ibu, hari Selasa pagi saya akan datang lagi untuk
melanjutkan bincang-bincang kita ya.”
5) Salam
“Semoga keluarga Bapak sehat selalu.”

REFERENSI
Keliat, B.A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat: CMHN
(Basic Course). Jakarta: EGC.
Keliat, B.A., dkk. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Lundy, K.S. & Janes, S. (2009). Community Health Nursing: Caring for the
Public’s Health. 2 nd ed. Boston: Jones and Bartlett Publisher.
PPSDM Kesehatan. (2012). Modul Pelatihan Keperawatan Kesehatan Jiwa
Masyarakat. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Definisi dan Indikator
Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: DPPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

370
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Stuart, G.W. (2013). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. (10th Ed).
Elsevier.
Walter. (2010). Pengaruh Terapi Kelompok Terapeutik terhadap Perkembangan
Industri Anak Usia Sekolah di Panti Sosial Asuhan Anak Kota Bandung.
Tesis. FIK. UI Depok.

F. KESIAPAN PENINGKATAN PERKEMBANGAN REMAJA


1. DESKRIPSI SINGKAT
Adalah tahap perkembangan remaja usia 12-18 tahun di mana pada saat ini
remaja harus mampu mencapai identitas diri meliputi peran, tujuan pribadi,
keunikan dan ciri khas diri. Bila hal ini tidak tercapai maka remaja akan
mengalami kebingungan peran yang berdampak pada rapuhnya kepribadian
sehingga akan terjadi gangguan konsep diri (Keliat, dkk., 2015).

2. TUJUAN PEMBELAJARAN
a. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Setelah selesai pembelajaran ini peserta mampu melakukan asuhan
keperawatan kesiapan peningkatan perkembangan remaja.
b. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
1) Kognitif remaja mampu:
Mengetahui aspek positif dan kekurangan diri
2) Mengetahui identitas diri, tujuan dan cita-cita masa depan
3) Memahami norma dan peraturan yang berlaku
4) Berprestasi dalam bidang akademik
c. Psikomotor, remaja mampu:
1) Mengembangkan kemampuan diri
2) Meraih prestasi pada kegiatan positif
3) Beraktivitas dengan aktif
d. Afektif, remaja mampu:
1) Menyampaikan pendapat dengan asertif
2) Mengendalikan emosi

371
3. PENGERTIAN
Adalah tahap perkembangan anak usia 12-18 tahun di mana pada usia ini
remaja akan belajar memiliki kemampuan psikososial remaja dalam mencapai
identitas diri meliputi peran, tujuan pribadi, keunikan, dan ciri khas diri.
Persahabatan dan setia kawan berkembang pada usia remaja. Bila hal ini tidak
tercapai maka remaja akan mengalami kebingungan peran yang berdampak pada
rapuhnya kepribadian sehingga akan terjadi gangguan konsep diri (Keliat, dkk.,
2019).

4. TANDA DAN GEJALA USIA REMAJA


a. Subjektif
1) Remaja dapat menilai secara objektif kelebihan dan kekurangan
2) Memiliki sahabat
3) Merasa tertarik pada lawan jenis
4) Mengembangkan bakat yang disukai
b. Objektif
1) Bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan
2) Menemukan identitas diri yang objektif
3) Memiliki cita-cita masa depan
4) Mempunyai prestasi akademik
5) Mempunyai teman sebaya

5. PROSES KEPERAWATAN USIA REMAJA


a. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada
klien dan keluarga.
Proses perkembangan kemampuan remaja mencapai identitas diri
meliputi peran, tujuan pribadi, keunikan dan ciri khas diri. Bila hal ini
tidak tercapai maka remaja akan mengalami kebingungan peran yang
berdampak pada rapuhnya kepribadian sehingga akan terjadi gangguan
konsep diri.
Perkembangan yang normal: Mencapai Identitas diri
1) Menilai diri secara objektif, kelebihan dan kekurangan diri.
2) Bergaul dengan teman
3) Memiliki teman curhat
4) Mengikuti kegiatan diluar kegiatan rutin (olah raga, seni, pramuka,
pengajian, bela diri)

372
Penyimpangan perkembangan:
1) Tidak menemukan ciri khas (kelebihan dan kekurangan diri)
2) Merasa bingung, bimbang
3) Tidak memiliki rencana masa depan
4) Tidak mampu berinteraksi secara baik dengan lingkungan, perilaku
antisosial (kriminal, narkoba, tindak asusila, melawan orang tua dan guru,
tawuran)
5) Tidak menyukai dirinya sendiri, tidak mandiri
6) Kesulitan mengambil keputusan
7) Tidak mempunyai minat terhadap kegiatan yang positif
8) Menyendiri, tidak suka bergaul dengan teman
b. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala
yang ditemukan pada klien adalah:
“Kesiapan Peningkatan Perkembangan Remaja”
c. Tindakan Keperawatan Kesiapan Peningkatan Perkembangan Remaja
1) Tindakan kepada Remaja:
a) Diskusikan kemampuan, karya dan prestasi yang positif dan kurang.
berikan pujian dan diskusikan cara mempertahankan dan
meningkatkannya.
b) Diskusikan identitas diri yang dimiliki secara fisik, psikologis
(kebahagiaan, cita-cita, prestasi) dan sosial (keluarga, sahabat).
c) Diskusikan norma dan peraturan yang berlaku dalam keluarga,
sekolah dan tempat umum.
d) Diskusikan bahaya pergaulan bebas, narkoba, bullying, gadget dan
cara-cara menghindarinya.
e) Motivasi mengembangkan hal-hal positif dalam kehidupan sebagai
identitas diri remaja
f) Beri pujian pada setiap pencapaian remaja
2) Tindakan keperawatan kepada keluarga adalah:
Tindakan keperawatan pada keluarga diberikan kepada pengasuh
(care giver) dari remaja, kegiatannya yaitu:
a) Jelaskan perkembangan yang harus dicapai remaja
b) Latih cara memfasilitasi remaja untuk mengembangkan identitas dan
kekhasan.
c) Latih keluarga mendampingi remaja:
- Diskusi tentang keberhasilan yang dicapai dan memberi pujian

373
- Mendorong pengembangan bakat yang menjadi identitas dari
remaja
- Memfasilitasi persahabatan dengan teman sebaya
- Menjadi teman diskusi dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapi
- Menyediakan waktu bersama keluarga, kelompok sosial dan
kegiatan sosial lainnya
- Perhatikan dan mendampingi agar terhindar dari pergaulan
bebas, narkoba, dan kekerasan
- Menyepakati waktu penggunaan smartphone dan media sosial
dengan bijaksana dan terhindar dari ketergantungan gadget.
- Ciptakan suasana keluarga yang melibatkan remaja
- Diskusikan tanda penyimpangan dan cara mengatasinya serta
pelayanan kesehatan
3) Tindakan keperawatan pada kelompok adalah;
Tindakan keperawatan pada kelompok memberikan edukasi
kelompok remaja dan kelompok orang tua.
Penelitian terkait terapi kelompok terapeutik remaja yang dilakukan
oleh Bahari, Keliat, Gayatri, dan Daulima (2010) menunjukkan bahwa
terapi kelompok terapeutik remaja mampu meningkatkan perkembangan
identitas diri remaja.

6. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DIAGNOSIS


KEPERAWATAN KESIAPAN PENINGKATAN PERKEMBANGAN
REMAJA
Komunikasi yang dilakukan saat kunjungan rumah dibagi dalam beberapa
tahap yaitu:
a. Perawat dengan keluarga atau care giver
b. Perawat dengan klien
c. Perawat dengan keluarga atau care giver
Komunikasi akan dilanjutkan di puskesmas, yaitu:
a. Perawat dengan dokter menggunakan ISBAR dan TbaK
b. Perawat dengan klien dan keluarga

374
7. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DENGAN
KELUARGA
Pertemuan Pertama Keluarga
a. Tahap Orientasi
1) Salam
“Selamat siang, saya Sari, perawat puskesmas Mawar.” “Siapa nama
Bapak?” “Senang dipanggil apa?” “Kami dari Puskesmas akan memeriksa
kesehatan keluarga Bapak.”
2) Evaluasi
“Bagaimana kesehatan anggota keluarga Bapak?” “Apakah keluarga bapak
ada sedang mengalami koping tidak efektif?”
3) Validasi
“Apakah anggota keluarga bapak bisa mengatasi masalah koping tidak
efektif? bagaimana hasilnya?
4) Kontrak
a) Tindakan dan tujuan
“Saya akan melakukan pemeriksaan kesehatan, supaya dapat
mengetahui kondisi kesehatan keluarga Bapak?
b) Tempat
“Bagaimana kalau tempatnya di sini saja ya Pak?”
c) Waktu
“Waktu 30 menit, apakah Bapak setuju?”
b. Tahap Kerja
1) Pengkajian
a) Identitas keluarga
“Saya akan mendata keluarga Bapak yang tinggal serumah?”
“Siapa yang menjadi kepala keluarga?” “Apa nama lengkapnya?”
“Berapa umur?” “Apa pendidikan?” “Apa pekerjaan?” “Coba
sebutkan alamat lengkap rumah Bapak?” “Apakah Bapak ada keluhan
kesehatan?”
“Sekarang saya akan mendata istri Bapak, kemudian anak bapak
dan kerabat bapak yang tinggal serumah dengan bapak yang ada di
dalam kartu keluarga bapak.” “Saya akan mencatat nama lengkap,
umur, pendidikan, pekerjaan dan kondisi kesehatan semua anggota
keluarga Bapak.” “Bagaimana kondisi anak bapak?” “Jadi bapak saat
ini keluarga bapak sedang mengalami ketidakefektifan manajemen

375
kesehatan?” “Baik saya akan membantu mengatasi masalah yang
dihadapi keluarga Bapak.”
b) Pengkajian indikator keluarga sehat (IKS)
Lanjutkan dengan data terkait kesehatan keluarga. “IKS
merupakan program pemerintah agar seluruh keluarga sehat” “Bapak
akan menjawab pertanyaan IKS dengan ya atau tidak”. Mari kita
mulai!”
i. Apakah keluarga bapak mengikuti program keluarga berencana?
ii. Apakah istri bapak melahirkan di fasilitas kesehatan?
iii. Apakah anak bapak mendapatkan imunisasi dasar lengkap?
iv. Apakah anak bapak mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan?
v. Apakah balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan?
vi. Apakah anggota keluarga tidak ada yang merokok?
vii. Apakah anggota keluarga bapak menjadi anggota JKN/BPJS?
viii. Apakah keluarga bapak memiliki akses jamban sehat?
ix. Apakah anggota keluarga bapak ada yang menderita TBC? Jika
Iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
x. Apakah ada anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa?
Jika Iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
xi. Apakah ada anggota keluarga yang menderita diabetes melitus?
Jika iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
xii. Apakah ada anggota keluarga yang menderita hipertensi? Jika
iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
xiii. Apakah ada anggota keluarga yang menderita kanker? Jika iya,
apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar
dari pelayanan kesehatan?
Kesimpulan:
“Berdasarkan jawaban Bapak, kesehatan keluarga Bapak sudah bagus,
hanya saja ada yang perlu dilanjutkan terkait kesiapan peningkatan
perkembangan anak sekolah”.

376
2) Diagnosis
“Baiklah Bapak, dari hasil pemeriksaan yang kita lakukan maka ada
beberapa kondisi kesehatan keluarga”.
“Kesiapan Peningkatan perkembangan remaja”.
3) Tindakan Keperawatan
“Baiklah, saya akan bantu meningkatkan stimulasi perkembangan
remaja bapak, bisa tolong antarkan saya untuk berbincang-bincang dengan
istri dan anak Bapak?”.

8. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DENGAN


KLIEN
Pertemuan pertama Klien
a. Tahap Orientasi
1) Salam
“Selamat siang, saya Sari, perawat puskesmas Mawar.” “Siapa namanya?”.
“Ooh Andi” “Senang dipanggil apa?” “Kami dari Puskesmas akan
memeriksa kesehatan Andi.”
2) Evaluasi
“Apa yang Andi rasakan?” “Jadi Andi saat ini usia 14 tahun?”
3) Validasi
“Apa yang sudah dilakukan untuk mengatasinya?” “Apakah berhasil?”
4) Kontrak
a) Tindakan dan tujuan
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang kesiapan
peningkatan perkembangan remaja ya ibu?”
b) Tempat
“Bagaimana kalau tempatnya di sini saja ya Andi?”
c) Waktu
“Waktu 30 menit, apakah Ibu setuju?”
b. Tahap Kerja
1) Pengkajian
a) Pengertian anak usia 12-18 tahun
“Apa yang Andi ketahui tentang Remaja?” “Sudah usia berapa
Andi?” “Apakah Andi tahu perkembangan biologis, psikologis dan
sosial pada remaja?”
b) Tanda/gejala
“Sekarang apa yang Andi lakukan apa?”

377
2) Diagnosis
“Remaja harus mampu mencapai identitas diri meliputi peran, tujuan
pribadi, keunikan dan ciri khas diri. Bila hal ini tidak tercapai maka remaja
akan mengalami kebingungan peran yang berdampak pada rapuhnya
kepribadian sehingga akan terjadi gangguan konsep diri?”.
3) Tindakan Keperawatan
“Baiklah, saya akan bantu untuk meningkatkan perkembangan
biologis, psikologis dan sosial remaja?”.
a) Diskusikan kemampuan, karya dan prestasi yang positif dan yang
kurang berikan pujian dan diskusikan cara mempertahankan dan
meningkatkannya.
b) Diskusikan identitas diri yang dimiliki secara fisik, psikologis
(kebahagiaan, cita-cita, prestasi) dan sosial (keluarga, sahabat).
c) Diskusikan norma dan peraturan yang berlaku dalam keluarga,
sekolah dan tempat umum.
d) Diskusikan bahaya pergaulan bebas, narkoba, bullying, gadget dan
cara-cara menghindarinya
e) Motivasi mengembangkan hal-hal positif dalam kehidupan sebagai
identitas diri remaja
f) Berikan pujian pada tiap keberhasilan yang diraih remaja:
c. Terminasi
1) Evaluasi subjektif
“Bagaimana Andi setelah kita berbincang-bincang tadi?”
2) Evaluasi Objektif
“Apa saja yang kita bincang-bincang tadi, coba Andi jelaskan.” Sudah
benar Andi hebat”.
3) Rencana tindak lanjut klien
“Selanjutnya mari kita buat jadwal kapan saja Andi melakukan latihan
tadi?
4) Rencana tindak lanjut perawat
“Baiklah Andi, hari Senin saya ke rumah Ibu lagi untuk berbincang-
bincang melakukan evaluasi kegiatan hari ini‟.
5) Salam
“Semoga Andi tetap semangat meningkatkan perkembangan remaja ya.”

378
d. Kerja (lanjutan) Keluarga
“Baik pak, sekarang kita lanjutkan diskusi. Kita sudah bersama-sama
diskusi dengan Istri Bapak dan melakukan latihan perkembangan pada
remaja bapak yah... Bagaimana menurut Bapak? Baiklah kita akan
diskusikan peran keluarga dalam meningkatkan perkembangan remaja
berusia 12-18 tahun”.
1) Tindakan Keperawatan
“Baiklah, saya akan bantu meningkatkan perkembangan remaja bapak
dan ibu untuk meningkatkan perkembangan biologis, psikologis dan sosial
remaja?”.
a) Keluarga mampu mengenal masalah
“baik bapak untuk lebih jelasnya saya akan menjelaskan tentang
“ciri perkembangan remaja yang normal.... serta ciri penyimpangan
perkembangan remaja....serta yang dapat dilakukan keluarga bila
terjadi penyimpangan perkembangan”, dan apa yang dapat dilakukan
keluarga agar remaja berkembang normal”. (Jelaskan dengan
menggunakan leaflet)
b) Keluarga mampu mengambil keputusan
“Bapak sudah mengetahui perkembangan remaja, Bapak dapat
memutuskan cara merawat remaja dan membawa ke pelayanan
kesehatan (Puskesmas, Klinik, RS, Praktik dokter/perawat) untuk
mendapat cara merawatnya jika terjadi penyimpangan.”
c) Keluarga mampu merawat anggota keluarga
- Jelaskan perkembangan remaja
Ibu apakah tahu perkembangan pada remaja? Baik ibu
sekarang saya jelaskan ya perkembangan remaja Adalah tahap
perkembangan usia 12-18 tahun di mana pada usia ini Menilai
diri secara objektif, kelebihan dan kekurangan diri, Bergaul
dengan teman, Memiliki teman curhat, Mengikuti kegiatan diluar
kegiatan rutin (olah raga, seni, pramuka, pengajian, bela diri).
- Latih cara memfasilitasi remaja untuk mengembangkan identitas
dan kekhasan
“Ibu kita bantu anak ibu dengan mendiskusikan
perkembangan identitas dan kekhasan remaja Ibu”.
- Latih keluarga mendampingi remaja:
- Diskusikan tentang keberhasilan yang dicapai dan memberi
pujian

379
- Mendorong pengembangan bakat yang menjadi identitas dari
remaja
- Memfasilitasi persahabatan dengan teman sebaya
- Menjadi teman diskusi dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapi
- Menyediakan waktu bersama keluarga, kelompok, sosial dan
kegiatan sosial lainnya
- Perhatikan dan dampingi agar terhindar dari pergaulan bebas,
narkoba, dan kekerasan
- Menyepakati waktu penggunaan smartpone dan media sosial
dengan bijaksana dan terhindar dari ketergantungan gadget.
- Ciptakan suasana keluarga yang melibatkan remaja
- Diskusikan penyimpangan dan cara mengatasinya serta
pelayanan kesehatan
“Ibu apakah tahu penyimpangan yang terjadi pada remaja
dan cara mengatasinya? baik bu saya jelaskan ya penyimpangan
pada remaja yaitu tidak menemukan ciri khas (kelebihan dan
kekurangan diri), merasa bingung, bimbang, tidak memiliki
rencana masa depan, tidak mampu berinteraksi secara baik
dengan lingkungan, perilaku antisosial (kriminal, narkoba, tindak
asusila, melawan orang tua dan guru, tawuran), tidak menyukai
dirinya sendiri, tidak mandiri, kesulitan mengambil keputusan
tidak mempunyai minat terhadap kegiatan yang positif,
menyendiri, tidak suka bergaul dengan teman.
“Selanjutnya saya jelaskan bagaimana cara orang tua atau
keluarga mengatasi penyimpangan pada remaja?” yaitu dengan
cara memfasilitasi remaja untuk mengikuti kegiatan yang positif
(olah raga, seni, bela diri, pramuka, pengajian dll.), berperan
sebagai teman curhat atau mendorong remaja untuk bergaul
dengan teman/orang lain, berikan lingkungan yang nyaman bagi
remaja untuk melakukan aktivitas bersama kelompoknya,
membimbing remaja secara bijak bila remaja terlibat kriminal,
narkoba, perkelahian dan tindak asusila, sediakan waktu dan
sesering mungkin diskusi dengan remaja”.
d) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan
Bapak Ibu mulai sekarang ciptakan lingkungan yang nyaman buat
remaja, suasana rumah tenang tidak ada keributan.

380
e) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
Bapak Ibu jika terjadi penyimpangan perkembangan remaja bapak ibu
segera bawa ke tempat pelayanan kesehatan ya.
e. Terminasi
1) Evaluasi subjektif
“Bagaimana Bapak Ibu setelah kita berbincang-bincang tadi?”
2) Evaluasi Objektif
“Coba sebutkan cara menstimulasi perkembangan remaja. Coba Bapak Ibu
praktikkan lagi caranya? Bagus sekali”.
3) Rencana tindak lanjut klien
“Bapak Ibu motivasi remaja untuk melakukan identitas diri,
mengembangkan bakat?
4) Rencana tindak lanjut perawat
“Baiklah Bapak Ibu, hari Selasa pagi saya akan datang lagi untuk
melanjutkan bincang-bincang kita ya”
5) Salam
“Semoga keluarga Bapak sehat selalu.”

REFERENSI
Bahari, K., Keliat, B.A., Gayatri, D., & Daulima, N.H.C. (2010). Pengaruh
Terapi Kelompok Terapeutik terhadap Perkembangan Identitas Diri
Remaja di Kota Malang. Tesis. FIK UI Depok.
Keliat, B.A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat: CMHN
(Basic Course). Jakarta: EGC.
Keliat, B.A., dkk. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Lundy, K.S. & Janes, S. (2009). Community Health Nursing: Caring for the
Public’s Health. 2 nd ed. Boston: Jones and Bartlett Publisher.
PPSDM Kesehatan. (2012). Modul Pelatihan Keperawatan Kesehatan Jiwa
Masyarakat. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Definisi dan Indikator
Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: DPPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

381
Stuart, G.W. (2013). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. (10th Ed).
Elsevier.

G. KESIAPAN PENINGKATAN DEWASA AWAL


1. DESKRIPSI SINGKAT
Merupakan tahap perkembangan manusia yang berada pada usia 18-40
tahun dan pada usia ini individu harus mampu berinteraksi akrab dengan orang
lain (Erickson, 1963). Pada masa ini penekanan utama dalam perkembangan
identitas diri untuk membuat ikatan dengan orang lain yang menghasilkan
hubungan intim. Orang dewasa mengembangkan pertemanan abadi dan mencari
pasangan atau menikah dan terikat dalam tugas awal sebuah keluarga (Keliat,
dkk., 2015).

2. TUJUAN PEMBELAJARAN
a. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Setelah selesai pembelajaran ini peserta mampu melakukan asuhan
keperawatan kesiapan peningkatan perkembangan dewasa awal.
b. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
1) Kognitif dewasa awal mampu:
a) Mengetahui perkembangan dewasa awal
b) Mempunyai pengetahuan untuk bekerja
c) Memahami pentingnya kelompok sosial
2) Psikomotor, dewasa awal mampu:
a) Mempunyai pekerjaan
b) Mempunyai hubungan intim dengan lawan jenis
c) Aktif dalam kegiatan masyarakat
3) Afektif, dewasa awal mampu:
a) Mengendalikan emosi
b) Memiliki rasa kepercayaan diri
c) Memiliki jiwa penolong
d) Mencintai keluarga dan pekerjaan

3. PENGERTIAN
Adalah tahap perkembangan dewasa awal usia 18-40 tahun. Perkembangan
psikososial pada dewasa awal adalah keintiman dan keakraban dengan orang
lain, terutama lawan jenis yang memperlihatkan kasih sayang dan cinta (Keliat,
dkk., 2019).

382
4. TANDA DAN GEJALA USIA DEWASA AWAL
a. Subjektif
1) Melakukan hal-hal positif
2) Menolong orang lain
3) Berinteraksi dengan orang lain terutama lawan jenis
4) Memiliki motivasi yang tinggi
b. Objektif
1) Memiliki pekerjaan dan keluarga
2) Mengembangkan bakat
3) Mempunyai keluarga
4) Bersosialisasi dalam masyarakat
5) Berpartisipasi dalam kegiatan di masyarakat
6) Memiliki ide yang kreatif dan inisiatif

5. PROSES KEPERAWATAN USIA DEWASA AWAL


a. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada
klien dan keluarga.
Proses perkembangan kemampuan dewasa awal terkait puncak
intelektual dan fisik. Selama periode ini kebutuhan untuk mencari
kepuasan diri tinggi. Selain itu masa dewasa awal seseorang berpindah
melalui tahap dewasa baru, dari asumsi peran yunior pada pekerjaan,
memulai perkawinan dan peran orang tua dan memulai pelayanan pada
komunitas ke suatu tempat yang lebih senior di rumah, pekerjaan dan di
komunitas. Kegagalan dalam berhubungan akrab dan memperoleh
pekerjaan dapat menyebabkan individu menjauhi pergaulan dan merasa
kesepian lalu menyendiri.
Perkembangan yang normal: Mencapai Identitas diri
1) Menjalin interaksi yang hangat dan akrab dengan orang lain
2) Mempunyai hubungan dekat dengan orang-orang tertentu (pacar, sahabat)
3) Membentuk keluarga
4) Mempunyai komitmen yang jelas dalam bekerja dan berinteraksi
5) Merasa mampu mandiri karena sudah bekerja
6) Memperlihatkan tanggungjawab secara ekonomi, sosial dan emosional
7) Mempunyai konsep diri yang realistis
8) Menyukai diri dan mengetahui tujuan hidup
9) Berinteraksi baik dengan keluarga

383
10)Mampu mengatasi stres akibat perubahan dirinya
11)Menganggap kehidupan sosialnya bermakna
12)Mempunyai nilai yang menjadi pedoman hidupnya
Penyimpangan perkembangan:
1) Tidak mempuyai hubungan akrab
2) Tidak mandiri dan tidak mempunyai komitmen hidup
3) Konsep diri tidak realistis
4) Tidak menyukai diri sendiri
5) Tidak mengetahui arah hidup
6) Tidak mampu mengatasi stres
7) Hubungan dengan orang tua tidak harmonis
8) Bertindak semaunya sendiri dan tidak bertanggungjawab
9) Tidak memiliki nilai dan pedoman hidup yang jelas, mudah terpengaruh
10)Menjadi pelaku tindak antisosial (kriminal, narkoba, tindak asusila)
b. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala
yang ditemukan pada klien adalah:
“Kesiapan Peningkatan Perkembangan Dewasa Awal”
c. Tindakan Keperawatan Kesiapan Peningkatan Perkembangan Dewasa
Awal
1) Tindakan kepada Dewasa Awal:
a) Diskusikan tentang perkembangan psikososial yang normal dan
menyimpang
b) Diskusikan cara mencapai perkembangan psikososial yang normal
c) Menetapkan tujuan hidup
d) Menetapkan karier/pekerjaan
e) Mempunyai pekerjaan
f) Berinteraksi dengan banyak orang termasuk lawan jenis
g) Memilih calon pasangan hidup
h) Berperan serta/melibatkan diri dalam kegiatan di masyarakat
i) Diskusikan penyimpangan perkembangan dan cara mengatasinya
melalui pelayanan kesehatan
2) Tindakan keperawatan kepada keluarga adalah:
Tindakan keperawatan pada keluarga diberikan kepada pengasuh
(care giver) dari dewasa awal, kegiatannya yaitu:
Jelaskan perkembangan yang harus dicapai dewasa awal

384
a) Diskusikan cara memfasilitasi usia dewasa awal untuk bekerja dan
mendapatkan pasangan hidup.
b) Memberi pendapat dan ide tentang pekerjaan
c) Memberi motivasi dan dukungan untuk bekerja
d) Memberi pendapat dan ide tentang pasangan hidup dan keluarga
e) Memberi motivasi dan dukungan untuk berkeluarga
f) Diskusikan dan motivasi peran dalam masyarakat
g) Memberi dukungan dan pujian atas keberhasilan dalam bekerja dan
kehidupan keluarga
3) Tindakan keperawatan pada kelompok adalah;
Tindakan keperawatan pada kelompok memberikan edukasi
kelompok dewasa awal ditempat kerja sebagai bagian dari kesehatan jiwa
di tempat kerja.
Penelitian terkait terapi kelompok terapeutik dewasa awal yang
dilakukan oleh Agustine, Keliat, dan Daulima (2012) menunjukkan bahwa
terapi kelompok terapeutik dewasa awal mampu meningkatkan
perkembangan intimasi pada dewasa awal di Kabupaten Subang.

6. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DIAGNOSIS


KEPERAWATAN KESIAPAN PENINGKATAN PERKEMBANGAN
DEWASA AWAL
Komunikasi yang dilakukan saat kunjungan rumah dibagi dalam beberapa
tahap yaitu:
a. Perawat dengan keluarga atau care giver
b. Perawat dengan klien
c. Perawat dengan keluarga atau care giver
Komunikasi akan dilanjutkan di puskesmas, yaitu:
a. Perawat dengan dokter menggunakan ISBAR dan TbaK
b. Perawat dengan klien dan keluarga

385
7. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DENGAN
KELUARGA
Pertemuan Pertama Keluarga
a. Tahap Orientasi
1) Salam
“Selamat siang, saya Sari, perawat puskesmas Mawar.” “Siapa nama
Bapak?” “Senang dipanggil apa?” “Kami dari Puskesmas akan memeriksa
kesehatan keluarga Bapak.”
2) Evaluasi
“Bagaimana kesehatan anggota keluarga Bapak?” “Apakah keluarga bapak
ada sedang mengalami koping tidak efektif?”
3) Validasi
“Apakah anggota keluarga bapak bisa mengatasi masalah koping tidak
efektif? bagaimana hasilnya?
4) Kontrak
a) Tindakan dan tujuan
“Saya akan melakukan pemeriksaan kesehatan, supaya dapat
mengetahui kondisi kesehatan keluarga Bapak?
b) Tempat
“Bagaimana kalau tempatnya di sini saja ya Pak?”
c) Waktu
“Waktu 30 menit, apakah Bapak setuju?”
b. Tahap Kerja
1) Pengkajian
a) Identitas keluarga
“Saya akan mendata keluarga Bapak yang tinggal serumah?”
“Siapa yang menjadi kepala keluarga?” “Apa nama lengkapnya?”
“Berapa umur?” “Apa pendidikan?” “Apa pekerjaan?” “Coba
sebutkan alamat lengkap rumah Bapak?” “Apakah Bapak ada keluhan
kesehatan?”
“Sekarang saya akan mendata istri Bapak, kemudian anak bapak
dan kerabat bapak yang tinggal serumah dengan bapak yang ada di
dalam kartu keluarga bapak.” “Saya akan mencatat nama lengkap,
umur, pendidikan, pekerjaan dan kondisi kesehatan semua anggota
keluarga Bapak.” “Bagaimana kondisi anak bapak?” “Jadi bapak saat
ini keluarga bapak sedang mengalami ketidakefektifan manajemen

386
kesehatan?” “Baik saya akan membantu mengatasi masalah yang
dihadapi keluarga Bapak”.
b) Pengkajian indikator keluarga sehat (IKS)
Lanjutkan dengan data terkait kesehatan keluarga. “IKS
merupakan program pemerintah agar seluruh keluarga sehat” “Bapak
akan menjawab pertanyaan IKS dengan ya atau tidak”. Mari kita
mulai!”
i. Apakah keluarga bapak mengikuti program keluarga berencana?
ii. Apakah istri bapak melahirkan di fasilitas kesehatan?
iii. Apakah anak bapak mendapatkan imunisasi dasar lengkap?
iv. Apakah anak bapak mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan?
v. Apakah balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan?
vi. Apakah anggota keluarga tidak ada yang merokok?
vii. Apakah anggota keluarga bapak menjadi anggota JKN/BPJS?
viii. Apakah keluarga bapak memiliki akses jamban sehat?
ix. Apakah anggota keluarga bapak ada yang menderita TBC? Jika
Iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
x. Apakah ada anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa?
Jika Iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
xi. Apakah ada anggota keluarga yang menderita diabetes melitus?
Jika iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
xii. Apakah ada anggota keluarga yang menderita hipertensi? Jika
iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
xiii. Apakah ada anggota keluarga yang menderita kanker? Jika iya,
apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar
dari pelayanan kesehatan?
Kesimpulan:
“Berdasarkan jawaban Bapak, kesehatan keluarga Bapak sudah bagus,
hanya saja ada yang perlu dilanjutkan terkait kesiapan peningkatan
perkembangan dewasa awal”.
2) Diagnosis
“Baiklah Bapak, dari hasil pemeriksaan yang kita lakukan maka ada
beberapa kondisi kesehatan keluarga”.

387
Kesiapan Peningkatan perkembangan dewasa awal.
3) Tindakan Keperawatan
“Baiklah, saya akan bantu meningkatkan stimulasi perkembangan
dewasa awal bapak, bisa tolong antarkan saya untuk berbincang-bincang
dengan istri dan anak Bapak?”.

8. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DENGAN


KLIEN
Pertemuan pertama Klien
a. Tahap Orientasi
1) Salam
“Selamat siang, saya Sari, perawat puskesmas Mawar.” “Siapa namanya?”.
“Ooh Andi” “Senang dipanggil apa?” “Kami dari Puskesmas akan
memeriksa kesehatan Andi.”
2) Evaluasi
“Apa yang Andi rasakan?” “Jadi Andi saat ini usia 20 tahun?”
3) Validasi
“Apa yang sudah dilakukan untuk mengatasinya?” “Apakah berhasil?”
4) Kontrak
a) Tindakan dan tujuan
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang kesiapan
peningkatan perkembangan dewasa awal ya Andi?”
b) Tempat
“Bagaimana kalau tempatnya di sini saja ya Andi?”
c) Waktu
“Waktu 30 menit, apakah Andi setuju?”
b. Tahap Kerja
1) Pengkajian
a) Pengertian anak dewasa awal
“Apa yang Andi ketahui tentang dewasa awal?” “Sudah usia berapa
Andi?” “Apakah Andi tahu perkembangan biologis, psikologis dan
sosial pada dewasa awal?”
b) Tanda/gejala
“Sekarang apa yang Andi lakukan?”.

388
2) Diagnosis
“Dewasa Awal harus mampu mencapai keakraban dengan orang lain,
mempunyai pekerjaan, mencoba mandiri?”.
3) Tindakan Keperawatan
“Baiklah, saya akan bantu untuk meningkatkan perkembangan
biologis, psikologis dan sosial dewasa awal?”.
a) Diskusikan tentang perkembangan psikososial yang normal “Baik lah
Andi apakah Andi tahu perkembangan psikososial yang normal dan
menyimpang?.” “Sekarang saya jelaskan perkembangan psikososial
yang normal dan menyimpang”. “Perkembangan psikososial yang
normal memiliki konsep diri dan pedoman hidup yang realistis,
memiliki konsep diri dan pedoman hidup yang realistis, mengerti arah
dan tujuan hidup yang diinginkan, mandiri, bertanggungjawab secara
ekonomi dan sosial, membentuk keluarga baru, menyukai dirinya,
mampu mengendalikan emosi dan mengatasi stres, tidak menjadi
pelaku tindak antisosial (kriminal, narkoba, tawuran, tindak asusila),
memiliki hubungan yang baik dengan orang tua dan orang lain,
menerima perubahan fisik yang terjadi.”
b) Diskusikan cara mencapai perkembangan psikososial yang normal
- Menetapkan tujuan hidup
- Menetapkan karier/pekerjaan
- Mempunyai pekerjaan
- Berinteraksi dengan banyak orang termasuk lawan jenis
- Memilih calon pasangan hidup
- Berperan serta/melibatkan diri dalam kegiatan di masyarakat
c) Diskusikan penyimpangan perkembangan dan cara mengatasinya
melalui pelayanan kesehatan.
“sekarang saya jelaskan tentang perkembangan yang
menyimpang yaitu tidak mempunyai hubungan akrab, tidak mandiri,
dan tidak mempunyai komitmen hidup, konsep diri tidak realistis,
tidak menyukai diri sendiri, tidak mengetahui arah hidup, tidak
mampu mengatasi stres, hubungan dengan orang tua tidak harmonis,
bertindak semaunya sendiri dan tidak bertanggungjawab, tidak
memiliki nilai dan pedoman hidup yang jelas, mudah terpengaruh,
menjadi pelaku tindak antisosial (kriminal, narkoba, tindak asusila).”
“Dan cara untuk mengatasinya adalah membantu individu
memilih nilai dan pedoman hidup, membantu individu memilih
pekerjaan sesuai bakat dan kemampuan/pendidikan, membimbing

389
dalam menentukan pasangan hidup, anjurkan mengikuti kegiatan
masyarakat secara aktif, membimbing individu mengambil keputusan
penting dalam hidup (menikah, punya anak, membuat keluarga dan
rumah baru).
c. Terminasi
1) Evaluasi subjektif
“Bagaimana Andi setelah kita berbincang-bincang tadi?”
2) Evaluasi Objektif
“Apa saja yang kita bincang-bincang tadi, coba Andi jelaskan.” “Sudah
benar Andi hebat”.
3) Rencana tindak lanjut klien
“Selanjutnya mari kita buat jadwal kapan saja Andi melakukan latihan
tadi?
4) Rencana tindak lanjut perawat
“Baiklah Andi, hari Senin saya ke rumah Ibu lagi untuk berbincang-
bincang melakukan evaluasi kegiatan hari ini.”
5) Salam
“Semoga Andi tetap semangat meningkatkan perkembangan dewasa awal
ya.”
d. Kerja (lanjutan) Keluarga
“Baik pak, sekarang kita lanjutkan diskusi. Kita sudah bersama-sama
diskusi dengan Istri Bapak dan melakukan latihan perkembangan pada
dewasa awal bapak yah... Bagaimana menurut Bapak? Baiklah kita akan
diskusikan peran keluarga dalam meningkatkan perkembangan dewasa
awal berusia 18-40 tahun”.
1) Tindakan Keperawatan
“Baiklah, saya akan bantu meningkatkan perkembangan dewasa awal
bapak dan ibu untuk meningkatkan perkembangan biologis, psikologis dan
sosial dewasa awal?”.
a) Keluarga mampu mengenal masalah
“baik bapak untuk lebih jelasnya saya akan menjelaskan tentang
“ciri perkembangan dewasa awal yang normal.... serta ciri
penyimpangan perkembangan dewasa awal....serta yang dapat
dilakukan keluarga bila terjadi penyimpangan perkembangan”, dan
apa yang dapat dilakukan keluarga agar dewasa awal berkembang
normal” (jelaskan dengan menggunakan leaflet).”

390
b) Keluarga mampu mengambil keputusan
“Bapak sudah mengetahui perkembangan dewasa awal, Bapak
dapat memutuskan cara merawat dewasa awal dan membawa ke
pelayanan kesehatan (Puskesmas, Klinik, RS, Praktik dokter/perawat)
untuk mendapat cara merawatnya jika terjadi penyimpangan.” “Yang
dilakukan keluarga jika terjadi penyimpangan pada dewasa awal
adalah membangun hubungan sosial yang harmonis dengan individu,
melakukan kegiatan secara bersama-sama, tidak melontarkan kalimat
negatif melainkan tetap memberikan semangat, memotivasi individu
untuk berinteraksi dengan orang lain, membantu individu menemukan
nilai dan pedoman hidup yang jelas, membimbing individu bila
terlibat perilaku antisosial (kriminal, narkoba, tindak asusila) dan
tidak mengucilkan/menjauhinya”.
c) Keluarga mampu merawat anggota keluarga
- Jelaskan perkembangan dewasa awal
Ibu apakah tahu perkembangan pada dewasa awal? Baik ibu
sekarang saya jelaskan ya perkembangan dewasa awal Adalah
tahap perkembangan usia 18-40 tahun di mana pada usia ini
mulai memikirkan keakraban teman atau orang lain, interaksi
yang dilakukan mengarah pada pekerjaan, perkawinan serta
menjadi bagian dari masyarakat.
- Diskusikan cara memfasilitasi usia dewasa awal untuk bekerja
dan mendapatkan pasangan hidup.
 Memberi pendapat dan ide tentang pekerjaan
 Memberi motivasi dan dukungan untuk bekerja
 Memberi pendapat dan ide tentang pasangan hidup dan
keluarga
 Memberi motivasi dan dukungan untuk berkeluarga
- Diskusikan dan motivasi peran dalam masyarakat
- Memberi dukungan dan pujian atas keberhasilan dalam bekerja
dan kehidupan keluarga
d) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan
Bapak Ibu mulai sekarang ciptakan lingkungan yang nyaman buat
dewasa awal, suasana rumah tenang tidak ada keributan.
e) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
Bapak Ibu jika terjadi penyimpangan perkembangan dewasa awal
bapak ibu segera bawa ke tempat pelayanan kesehatan ya.

391
e. Terminasi
1) Evaluasi subjektif
“Bagaimana Bapak Ibu setelah kita berbincang-bincang tadi?”
2) Evaluasi Objektif
“Coba sebutkan cara menstimulasi perkembangan dewasa awal. Coba
Bapak Ibu praktikkan lagi caranya? Bagus sekali”.
3) Rencana tindak lanjut klien
“Bapak Ibu motivasi dewasa awal untuk melakukan identitas diri,
mengembangkan bakat?
4) Rencana tindak lanjut perawat
“Baiklah Bapak Ibu, hari Selasa pagi saya akan datang lagi untuk
melanjutkan bincang-bincang kita ya”
5) Salam
“Semoga keluarga Bapak sehat selalu.”

REFERENSI
Keliat, B.A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat: CMHN
(Basic Course). Jakarta: EGC
Keliat, B.A., dkk. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Lundy, K.S. & Janes, S. (2009). Community Health Nursing: Caring for the
Public’s Health. 2 nd ed. Boston: Jones and Bartlett Publisher.
PPSDM Kesehatan. (2012). Modul Pelatihan Keperawatan Kesehatan Jiwa
Masyarakat. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Definisi dan Indikator
Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: DPPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Stuart, G.W. (2013). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. (10th Ed).
Elsevier.

392
H. KESIAPAN PENINGKATAN DEWASA TUA
1. DESKRIPSI SINGKAT
Usia Dewasa Tua Adalah tahap perkembangan manusia usia 40 – 65 tahun
di mana pada tahap ini merupakan tahap di mana individu mampu terlibat dalam
kehidupan keluarga, masyarakat, pekerjaan, dan mampu membimbing anaknya.
Individu harus menyadari hal ini, apabila kondisi tersebut tidak terpenuhi dapat
menyebabkan ketergantungan dalam pekerjaan dan keuangan (Keliat, dkk.,
2015).

2. TUJUAN PEMBELAJARAN
a. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Setelah selesai pembelajaran ini peserta mampu melakukan asuhan
keperawatan kesiapan peningkatan perkembangan dewasa tua.
b. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
1) Kognitif dewasa tua mampu memahami:
a) Ciri perkembangan usia dewasa tua
b) Perlunya pekerjaan
c) Perlunya berkeluarga
d) Perlunya peduli dan berperan aktif dalam keluarga dan masyarakat
2) Psikomotor, dewasa tua mampu:
a) Melakukan pekerjaan dengan tekun dan kreatif
b) Merawat keluarga dengan harmonis
c) Melakukan kegiatan bersama masyarakat
3) Afektif, dewasa tua mampu:
a) Mengendalikan emosi
b) Memiliki rasa kepercayaan diri
c) Memiliki jiwa penolong
d) Memiliki kepuasan hidup
e) Berguna bagi banyak orang

3. PROSES KEPERAWATAN USIA DEWASA TUA


a. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada
klien dan keluarga. Proses perkembangan kemampuan dewasa tua terkait
menilai pencapaian hidup, merasa nyaman dengan pasangan hidup,
menerima perubahan fisik dan psikologis yang terjadi, membimbing dan
menyiapkan generasi di bawah usianya secara arif dan bijaksana,

393
menyesuaikan diri dengan orang tuanya yang sudah lansia, Kreatif:
mempunyai inisiatif dan ide-ide melakukan sesuatu yang bermanfaat,
Produktif: mampu menghasilkan sesuatu yang berarti bagi dirinya dan
orang lain, mengisi waktu luang dengan hal yang positif dan bermanfaat,
perhatian dan peduli dengan orang lain: memperhatikan kebutuhan orang
lain., mengembangkan minat dan hobi.
Perkembangan yang normal: Meningkatkan keberhasilan dalam keluarga
1) Menilai pencapaian tujuan hidup
2) Merasa nyaman dengan pasangan hidup
3) Menerima perubahan fisik dan psikologis yang terjadi
4) Membimbing dan menyiapkan generasi di bawah usianya secara arif dan
bijaksana
5) Menyesuaikan diri dengan orang tuanya yang sudah lansia
6) Kreatif: mempunyai inisiatif dan ide-ide melakukan sesuatu yang
bermanfaat
7) Produktif: mampu menghasilkan sesuatu yang berarti bagi dirinya dan
orang lain, mengisi waktu luang dengan hal yang positif dan bermanfaat
8) Perhatian dan peduli dengan orang lain: memperhatikan kebutuhan orang
lain
9) Mengembangkan minat dan hobi
Penyimpangan perkembangan:
1) Tidak kreatif: kurang memiliki keinginan untuk melakukan sesuatu yang
bermanfaat
2) Bertindak sesuka hati, tidak peduli dengan orang lain
3) Tidak mempunyai hubungan akrab, kurang berminat bekerja dan
berkeluarga
4) Tidak mempunyai komitmen pribadi yang jelas
5) Tidak memiliki pekerjaan dan profesi yang tetap sehingga tidak dapat
mandiri secara keuangan dan sosial
6) Berperilaku antisosial (kriminal, tindak asusila, narkoba)
7) Tidak bertanggungjawab terhadap keluarga
b. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala
yang ditemukan pada klien adalah:
“Kesiapan Peningkatan Perkembangan Dewasa Tua”

394
c. Tindakan Keperawatan Kesiapan Peningkatan Perkembangan Dewasa Tua
1) Tindakan kepada Dewasa Tua:
a) Diskusikan tentang perkembangan psikososial yang normal dan
menyimpang
b) Diskusikan cara mencapai perkembangan psikososial yang normal
- Menetapkan tujuan hidup
- Mempunyai pekerjaan
- Merawat keluarga dengan baik
- Berinteraksi dengan banyak orang
- Berperan serta/melibatkan diri dalam kegiatan di masyarakat
c) Diskusikan penyimpangan perkembangan dan cara mengatasinya
melalui pelayanan kesehatan
2) Tindakan keperawatan kepada keluarga adalah:
Tindakan keperawatan pada keluarga diberikan kepada pengasuh
(care giver) dari dewasa tua, kegiatannya yaitu:
a) Jelaskan perkembangan yang harus dicapai dewasa tua
b) Diskusikan cara memfasilitasi usia dewasa tua untuk mencintai
keluarga.
- Memperhatikan pasangan dan anak
- Menyediakan waktu untuk keluarga
- Berkomunikasi terbuka dan saling menghargai
c) Diskusikan cara bekerja agar berhasil
- Bekerja disiplin dan tekun
- Membangun hubungan baik di tempat kerja
d) Diskusikan peran serta di masyarakat
- Ikut serta kegiatan sosial
- Ikut serta kegiatan nasional, spiritual yang berguna bagi
masyarakat
3) Tindakan keperawatan pada kelompok adalah;
Tindakan keperawatan pada kelompok memberikan edukasi
kelompok dewasa tua ditempat kerja sebagai bagian dari kesehatan jiwa di
tempat kerja.
Penelitian terkait terapi kelompok terapeutik dewasa tua yang
dilakukan oleh Hapsah, Hamid, dan Susanti (2010) menunjukkan bahwa
terapi kelompok terapeutik dewasa tua mampu meningkatkan
perkembangan intimasi pada dewasa tua di Kabupaten Subang.

395
4. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DIAGNOSIS
KEPERAWATAN KESIAPAN PENINGKATAN
PERKEMBANGAN DEWASA TUA
Komunikasi yang dilakukan saat kunjungan rumah dibagi dalam beberapa
tahap yaitu:
a. Perawat dengan keluarga atau care giver
b. Perawat dengan klien
c. Perawat dengan keluarga atau care giver
Komunikasi akan dilanjutkan di puskesmas, yaitu:
a. Perawat dengan dokter menggunakan ISBAR dan TbaK
b. Perawat dengan klien dan keluarga

5. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DENGAN


KELUARGA
Pertemuan Pertama Keluarga
a. Tahap Orientasi
1) Salam
“Selamat siang, saya Sari, perawat puskesmas Mawar.” “Siapa nama
Bapak?” “Senang dipanggil apa?” “Kami dari Puskesmas akan memeriksa
kesehatan keluarga Bapak.”
2) Evaluasi
“Bagaimana kesehatan anggota keluarga Bapak?” “Apakah keluarga bapak
ada sedang mengalami koping tidak efektif?”
3) Validasi
“Apakah anggota keluarga bapak bisa mengatasi masalah koping tidak
efektif? bagaimana hasilnya?
4) Kontrak
a) Tindakan dan tujuan
“Saya akan melakukan pemeriksaan kesehatan, supaya dapat
mengetahui kondisi kesehatan keluarga Bapak?
b) Tempat
“Bagaimana kalau tempatnya di sini saja ya Pak?”
c) Waktu
“Waktu 30 menit, apakah Bapak setuju?”

396
b. Tahap Kerja
1) Pengkajian
a) Identitas keluarga
“Saya akan mendata keluarga Bapak yang tinggal serumah?”
“Siapa yang menjadi kepala keluarga?” “Apa nama lengkapnya?”
“Berapa umur?” “Apa pendidikan?” “Apa pekerjaan?” “Coba
sebutkan alamat lengkap rumah Bapak?” “Apakah Bapak ada keluhan
kesehatan?”
“Sekarang saya akan mendata istri Bapak, kemudian anak bapak
dan kerabat bapak yang tinggal serumah dengan bapak yang ada di
dalam kartu keluarga bapak.” “Saya akan mencatat nama lengkap,
umur, pendidikan, pekerjaan dan kondisi kesehatan semua anggota
keluarga Bapak.” “Bagaimana kondisi anak bapak?” “Jadi bapak saat
ini keluarga bapak sedang mengalami ketidakefektifan manajemen
kesehatan?” “Baik saya akan membantu mengatasi masalah yang
dihadapi keluarga Bapak.”
b) Pengkajian indikator keluarga sehat (IKS)
Lanjutkan dengan data terkait kesehatan keluarga. “IKS
merupakan program pemerintah agar seluruh keluarga sehat” “Bapak
akan menjawab pertanyaan IKS dengan ya atau tidak”. Mari kita
mulai!”
i. Apakah keluarga bapak mengikuti program keluarga berencana?
ii. Apakah istri bapak melahirkan di fasilitas kesehatan?
iii. Apakah anak bapak mendapatkan imunisasi dasar lengkap?
iv. Apakah anak bapak mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan?
v. Apakah balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan?
vi. Apakah anggota keluarga tidak ada yang merokok?
vii. Apakah anggota keluarga bapak menjadi anggota JKN/BPJS?
viii. Apakah keluarga bapak memiliki akses jamban sehat?
ix. Apakah anggota keluarga bapak ada yang menderita TBC? Jika
Iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
x. Apakah ada anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa?
Jika Iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?

397
xi. Apakah ada anggota keluarga yang menderita diabetes melitus?
Jika iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
xii. Apakah ada anggota keluarga yang menderita hipertensi? Jika
iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
xiii. Apakah ada anggota keluarga yang menderita kanker? Jika iya,
apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar
dari pelayanan kesehatan?
Kesimpulan:
“Berdasarkan jawaban Bapak, kesehatan keluarga Bapak sudah bagus,
hanya saja ada yang perlu dilanjutkan terkait kesiapan peningkatan
perkembangan dewasa tua”.
2) Diagnosis
“Baiklah Bapak, dari hasil pemeriksaan yang kita lakukan maka ada
beberapa kondisi kesehatan keluarga”.
“Kesiapan Peningkatan perkembangan dewasa tua”
3) Tindakan Keperawatan
“Baiklah, saya akan bantu meningkatkan stimulasi perkembangan
dewasa tua bapak, bisa tolong antarkan saya untuk berbincang-bincang
dengan anggota keluarga Bapak dewasa tua?”.

6. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DENGAN


KLIEN
Pertemuan pertama Klien
a. Tahap Orientasi
1) Salam
“Selamat siang, saya Sari, perawat puskesmas Mawar.” “Siapa namanya?”.
“Ooh Pak Andi” “Senang dipanggil apa?” “Kami dari Puskesmas akan
memeriksa kesehatan Bapak Andi?”
2) Evaluasi
“Apa yang Bapak Andi rasakan?” “Jadi Andi saat ini usia 50 tahun?”
3) Validasi
“Apa yang sudah dilakukan untuk mengatasinya?” Apakah berhasil?”

398
4) Kontrak
a) Tindakan dan tujuan
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang kesiapan
peningkatan perkembangan dewasa tua ya Bapak Andi?”
b) Tempat
“Bagaimana kalau tempatnya di sini saja ya Bapak Andi?”
c) Waktu
“Waktu 30 menit, apakah Bapak Andi setuju?”
b. Tahap Kerja
1) Pengkajian
a) Pengertian dewasa tua
“Apa yang Bapak Andi ketahui tentang dewasa tua?” “Sudah usia
berapa Bapak Andi?” “Apakah Bapak Andi tahu perkembangan
biologis, psikologis dan sosial pada dewasa tua?”
b) Tanda/gejala
“Sekarang apa yang Bapak Andi lakukan apa?”.
2) Diagnosis
“Dewasa tua harus mampu mencapai keberhasilan dalam keluarga?”.
3) Tindakan Keperawatan
“Baiklah, saya akan bantu untuk meningkatkan perkembangan
biologis, psikologis dan sosial dewasa tua?”.
a) Diskusikan tentang perkembangan psikososial yang normal dan
menyimpang
“Baik Bapak Andi apakah tahu tentang perkembangan
psikososial yang normal dan menyimpang? “Baik sekarang saya
jelaskan ya tentang perkembangan psikososial yang normal adalah
Menilai pencapaian tujuan hidup, Merasa nyaman dengan pasangan
hidup, Menerima perubahan fisik dan psikologis yang terjadi,
Membimbing dan menyiapkan generasi di bawah usianya secara arif
dan bijaksana, Menyesuaikan diri dengan orang tuanya yang sudah
lansia, Kreatif: mempunyai inisiatif dan ide-ide melakukan sesuatu
yang bermanfaat, Produktif: mampu menghasilkan sesuatu yang
berarti bagi dirinya dan orang lain, mengisi waktu luang dengan hal
yang positif dan bermanfaat, Perhatian dan peduli dengan orang lain:
memperhatikan kebutuhan orang lain, Mengembangkan minat dan
hobi”.

399
“Baik Bapak Andi sekarang saya jelaskan perkembangan
psikososial yang menyimpang adalah Tidak kreatif: kurang memiliki
keinginan untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat, Bertindak
sesuka hati, tidak peduli dengan orang lain, Tidak mempunyai
hubungan akrab, kurang berminat bekerja dan berkeluarga, Tidak
mempunyai komitmen pribadi yang jelas, Tidak memiliki pekerjaan
dan profesi yang tetap sehingga tidak dapat mandiri secara keuangan
dan sosial, Berperilaku antisosial (kriminal, tindak asusila, narkoba),
Tidak bertanggungjawab terhadap keluarga.
b) Diskusikan cara mencapai perkembangan usia dewasa tua
- Menetapkan tujuan hidup
- Mempunyai pekerjaan
- Merawat keluarga dengan baik
- Berinteraksi dengan banyak orang
- Berperan serta/melibatkan diri dalam kegiatan di masyarakat
c) Diskusikan penyimpangan perkembangan dan cara mengatasinya
melalui pelayanan kesehatan
“Baik Andi tadi sudah saya jelaskan tentang penyimpangan
dewasa tua sekarang saya jelaskan bagaimana mengatasinya yaitu
dengan cara: membuka diri, menjalin hubungan dengan orang lain,
menentukan pedoman dan nilai-nilai kehidupan serta konsep diri yang
jelas, mengikuti kegiatan sosial di masyarakat, mengembangkan
minat, bakat dan kemampuan yang dimiliki.
c. Terminasi
1) Evaluasi subjektif
“Bagaimana Bapak Andi setelah kita berbincang-bincang tadi?”
2) Evaluasi Objektif
“Apa saja yang kita bincang-bincang tadi, coba Bapak Andi jelaskan.”
Sudah benar Bapak Andi hebat”.
3) Rencana tindak lanjut klien
“Selanjutnya mari kita buat jadwal kapan saja Bapak Andi melakukan
latihan tadi?
4) Rencana tindak lanjut perawat
“Baiklah Andi, hari Senin saya ke rumah Ibu lagi untuk berbincang-
bincang melakukan evaluasi kegiatan hari ini‟.
5) Salam
“Semoga Bapak Andi tetap semangat meningkatkan perkembangan
dewasa tua ya.”

400
d. Kerja (lanjutan) Keluarga
“Baik pak, sekarang kita lanjutkan diskusi. Kita sudah bersama-
sama diskusi dengan Istri Bapak dan melakukan latihan perkembangan
pada dewasa tua bapak yah... Bagaimana menurut Bapak? Baiklah kita
akan diskusikan peran keluarga dalam meningkatkan perkembangan
dewasa tua berusia 40-65 tahun”.
1) Tindakan Keperawatan
“Baiklah, saya akan bantu meningkatkan perkembangan dewasa tua
bapak dan ibu untuk meningkatkan perkembangan biologis, psikologis dan
sosial dewasa tua?”.
a) Keluarga mampu mengenal masalah
“baik bapak untuk lebih jelasnya saya akan menjelaskan tentang
“ciri perkembangan dewasa tua yang normal.... serta ciri
penyimpangan perkembangan dewasa tua...serta yang dapat dilakukan
keluarga bila terjadi penyimpangan perkembangan, dan apa yang
dapat dilakukan keluarga agar dewasa tua berkembang normal”
(jelaskan dengan menggunakan leaflet).
b) Keluarga mampu mengambil keputusan
“Bapak sudah mengetahui perkembangan dewasa tua, Bapak
dapat memutuskan cara merawat dewasa tua dan membawa ke
pelayanan kesehatan (Puskesmas, Klinik, RS, Praktik dokter/perawat)
untuk mendapat cara merawatnya jika terjadi penyimpangan.” “Yang
dilakukan keluarga jika terjadi penyimpangan pada dewasa tua adalah
menganjurkan individu membuka diri, menjalin hubungan dengan
orang lain, membantu menentukan pedoman dan nilai-nilai kehidupan
serta konsep diri yang jelas, tetap menjalin hubungan baik dengan
individu yang bermasalah (kriminal, tindak asusila, narkoba) sambil
terus membimbingnya, memfasilitasi individu untuk mengikuti
kegiatan sosial di masyarakat, menganjurkan individu
mengembangkan minat, bakat dan kemampuan yang dimilikinya”.
c) Keluarga mampu merawat anggota keluarga
- Jelaskan perkembangan yang harus dicapai dewasa tua
“Baik Andi apakah tahu perkembangan yang dicapai dewasa
tua? Baik sekarang saya jelaskan ya bagaimana perkembangan
yang dicapai dewasa tua yaitu: meningkatkan keberhasilan dalam
keluarga, menilai pencapaian tujuan hidup, merasa nyaman
dengan pasangan hidup, menerima perubahan fisik dan
psikologis yang terjadi, membimbing dan menyiapkan generasi

401
di bawah usianya secara arif dan bijaksana, menyesuaikan diri
dengan orang tuanya yang sudah lansia, kreatif: mempunyai
inisiatif dan ide-ide melakukan sesuatu yang bermanfaat,
produktif: mampu menghasilkan sesuatu yang berarti bagi
dirinya dan orang lain, mengisi waktu luang dengan hal yang
positif dan bermanfaat, perhatian dan peduli dengan orang lain:
memperhatikan kebutuhan orang lain, mengembangkan minat
dan hobi.”
- Diskusikan cara memfasilitasi usia dewasa tua untuk mencintai
keluarga.
“Baik Andi sekarang kita berdiskusi tentang bagaimana
caranya usia dewasa tua mencintai keluarga yaitu dengan cara:
 Memperhatikan pasangan dan anak
 Menyediakan waktu untuk keluarga
 Berkomunikasi terbuka dan saling menghargai
- Diskusikan cara bekerja agar berhasil
 Bekerja disiplin dan tekun
 Membangun hubungan baik di tempat kerja
- Diskusikan peran serta di masyarakat
 Ikut serta kegiatan sosial
 Ikut serta kegiatan nasional, spiritual yang berguna bagi
masyarakat
d) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan
“Bapak Ibu mulai sekarang ciptakan lingkungan yang nyaman buat
dewasa tua, suasana rumah tenang tidak ada keributan”
e) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
“Bapak Ibu jika terjadi penyimpangan perkembangan dewasa tua
bapak ibu segera bawa ke tempat pelayanan kesehatan ya”
e. Terminasi
1) Evaluasi subjektif
“Bagaimana Bapak Ibu setelah kita berbincang-bincang tadi?”
2) Evaluasi Objektif
“Coba sebutkan cara menstimulasi perkembangan dewasa tua. Coba Bapak
Ibu praktikkan lagi caranya? Bagus sekali”.

402
3) Rencana tindak lanjut klien
“Bapak Ibu motivasi dewasa tua untuk melakukan meningkatkan
keberhasilan dalam keluarga, pekerjaan dan kepedulian terhadap
masyarakat?
4) Rencana tindak lanjut perawat
“Baiklah Bapak Ibu, hari Selasa pagi saya akan datang lagi untuk
melanjutkan bincang-bincang kita ya.”
5) Salam
“Semoga keluarga Bapak sehat selalu.”

REFERENSI
Hapsah., Hamid, A. Y.S., & Susanti, H. (2010). Peningkatan Generativitas
Melalui Terapi Kelompok Terapeutik pada Perempuan Paruh Baya.
Jurnal Keperawatan Indonesia. Vol. 13.No. 3. Hal. 167-173.
Keliat, B.A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat: CMHN
(Basic Course). Jakarta: EGC.
Keliat, B.A., dkk. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Lundy, K.S. & Janes, S. (2009). Community Health Nursing: Caring for the
Public’s Health. 2 nd ed. Boston: Jones and Bartlett Publisher.
PPSDM Kesehatan. (2012). Modul Pelatihan Keperawatan Kesehatan Jiwa
Masyarakat. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Definisi dan Indikator
Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: DPPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Stuart, G.W. (2013). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. (10th Ed).
Elsevier.

403
I. KESIAPAN PENINGKATAN LANSIA
1. DESKRIPSI SINGKAT
Usia lansia Adalah tahap perkembangan manusia lebih dari 60 tahun.
Perkembangan psikososial lanjut usia adalah tercapainya integritas diri yang
utuh. pemahaman terhadap makna hidup secara keseluruhan membuat lansia
berusaha menuntun generasi berikutnya (anak dan cucunya) berdasarkan sudut
pandangnya. Lansia yang tidak mencapai integritas diri akan merasa putus asa
dan menyesali masa lalunya karena tidak merasakan hidupnya bermakna (Keliat,
dkk., 2015).

2. TUJUAN PEMBELAJARAN
a. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Setelah selesai pembelajaran ini peserta mampu melakukan asuhan
keperawatan kesiapan peningkatan perkembangan Lansia.
b. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
1) Kognitif lansia mampu:
a) Ciri perkembangan usia Lansia
b) Menilai makna kehidupan
c) Memahami nilai dan keunikan orang lain
2) Psikomotor, lansia mampu:
a) Melalukan kegiatan sehari-hari sesuai dengan kemampuan
b) Melakukan kegiatan sosial dan spiritual
c) Menuntun generasi berikut dengan bijaksana
3) Afektif, lansia mampu:
a) Merasa berarti dalam hidup
b) Merasa dicintai
c) Menerima ditinggal oleh orang yang dicintai
d) Menerima perubahan kehidupan

3. PENGERTIAN
Adalah tahap perkembangan yang dimulai dari 60 tahun ke atas (WHO,
2013). Perkembangan lansia adalah tercapainya integritas diri yang utuh,
pemahaman terhadap makna hidup secara keseluruhan membuat lansia berusaha
menuntun generasi berikutnya (anak dan cucu) dengan bijaksana (Keliat, dkk.,
2019).

404
4. TANDA DAN GEJALA LANSIA
a. Subjektif
1) Mempunyai harga diri tinggi
2) Menilai kehidupan berarti
3) Menerima nilai dan keunikan orang lain
4) Menerima dan beradaptasi terhadap perubahan dalam kehidupan
5) Merasa dicintai dan berarti dalam kelaurga
b. Objektif
1) Berpartisipasi dalam kelaurga sosial dan spiritual
2) Menyiapkan diri ditinggalkan anak yang telah mandiri
3) Menyiapkan diri ditinggal meninggal pasangan
4) Menyiapkan diri menerima datangnya kematian

5. PROSES KEPERAWATAN USIA LANSIA


a. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada
klien dan keluarga. Proses perkembangan kemampuan lansia tercapainya
integritas diri yang utuh, pemahaman terhadap makna hidup secara
keseluruhan membuat lansia berusaha menuntun generasi berikutnya (anak
dan cucunya) berdasarkan sudut pandangnya. Lansia yang tidak mencapai
integritas diri akan merasa putus asa dan menyesali masa lalunya karena
tidak merasakan hidupnya bermakna.
Perkembangan yang normal: Tercapainya integritas diri yang utuh,
meningkatnya makna hidup
1) Mempunyai harga diri yang tinggi
2) Menilai kehidupannya berarti
3) Menerima nilai dan keunikan orang lain
4) Menerima dan menyesuaikan kematian pasangan
5) Menyiapkan diri menerima datangnya kematian
6) Melaksanakan kegiatan agama secara rutin
7) Merasa dicintai dan berarti dalam keluarga
8) Berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan kelompok masyarakat
9) Menyiapkan diri ditinggalkan anak yang telah mandiri
b. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala
yang ditemukan pada klien adalah:
“Kesiapan Peningkatan Perkembangan Lansia”

405
c. Tindakan Keperawatan Kesiapan Peningkatan Perkembangan Lansia
1) Tindakan kepada lansia:
a) Diskusikan perkembangan dan perubahan pada lansia
b) Diskusikan makna dan perubahan fisik
- Makna kesehatan fisik yang telah dirasakan
- Perubahan fisik yang dirasakan saat ini dan adaptasi yang perlu
dilakukan. Misalnya: penglihatan berkurang, diatasi dengan
menggunakan kaca mata; pendengaran berkurang diatasi dengan
ala bantu dengar; mobilisasi berkurang diatasi dengan alat bantu
jalan, pegangan di kamar dan kamar mandi; cara berpakaian yang
aman; cara bangun dari tempat tidur yang aman.
- Pemeriksaan fisik teratur, olah raga lansia, makanan sehat
c) Diskusikan makna dan perubahan pikiran
- Prestasi yang pernah dicapai melalui akademik pekerjaan dan
keluarga
- perubahan daya ingat; cepat lupa atasi dengan menempatkan
segala sesuatu pada tempat tertentu (tidak dipindah-pindah);
konsentrasi berkurang atasi dengan membaca, bermain
catur/halma/teka-teki silang, daya orientasi berkurang atasi
dengan menempatkan kalender, jam dengan angka besar.
d) Diskusikan makna dan perubahan fungsi sosial
- Perubahan aspek sosial yaitu berkurangnya sahabat, hal ini dapat
diatasi dengan mengenang masa lalu; mengingat keluarga dan
sahabat, melihat album foto, membentuk kelompok sosial lansia
- Perubahan pekerjaan yaitu pensiun. hal ini dapat di atas dengan
mengembangkan bakat yang dapat dilakukan di rumah misalnya
membuat telur asin dan berkebun.
e) Diskusikan makna dan perubahan aspek spiritual
- Kenang masa-masa aktif dalam kegiatan spiritual
- Sesuaikan kegiatan spiritual dengan kondisi fisik
- Membentuk kegiatan ibadah lansia: pengajian, penelaahan kitab
Suci, berdoa bersama.

406
2) Tindakan keperawatan kepada keluarga adalah:
Tindakan keperawatan pada keluarga diberikan kepada pengasuh
(care giver) dari lansia, kegiatannya yaitu:
a) Jelaskan perkembangan dan perubahan yang terjadi pada lansia
b) Jelaskan cara memfasilitasi integritas diri lansia
c) Sediakan waktu bercakap-cakap dengan lansia tentang makna hidup
yang dialami dan berikan pujian
d) Sediakan tempat yang aman dan nyaman bagi lansia: Terang, tidak
licin, ada alat bantu berpegangan, tanda-tanda tempat yang jelas dll.
e) Fasilitasi pertemuan antar generasi dan beri kesempatan
menyampaikan pengalaman
f) Diskusikan tentang rencana pembagian warisan dan pemakaman
g) Diskusikan masalah kerekatan yang mungkin terjadi dan pelayanan
kesehatan yang tersedia.
3) Tindakan keperawatan pada kelompok adalah;
Tindakan keperawatan pada kelompok memberikan edukasi
kelompok lansia ditempat Posbindu, Posyandu Lansia, dll.
Penelitian terkait terapi kelompok terapeutik lansia yang dilakukan
oleh Gati, Mustikasari, dan Daulima (2016) menunjukkan bahwa terapi
kelompok terapeutik lansia mampu meningkatkan integritas diri pada
lansia.

6. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DIAGNOSIS


KEPERAWATAN KESIAPAN PENINGKATAN PERKEMBANGAN
LANSIA
Komunikasi yang dilakukan saat kunjungan rumah dibagi dalam beberapa
tahap yaitu:
a. Perawat dengan keluarga atau care giver
b. Perawat dengan klien
c. Perawat dengan keluarga atau care giver
Komunikasi akan dilanjutkan di puskesmas, yaitu:
a. Perawat dengan dokter menggunakan ISBAR dan TbaK
b. Perawat dengan klien dan keluarga

407
7. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DENGAN
KELUARGA
Pertemuan Pertama Keluarga
a. Tahap Orientasi
1) Salam
“Selamat siang, saya Sari, perawat puskesmas Mawar.” “Siapa nama
Bapak?” “Senang dipanggil apa?” “Kami dari Puskesmas akan memeriksa
kesehatan keluarga Bapak.”
2) Evaluasi
“Bagaimana kesehatan anggota keluarga Bapak?” “Apakah keluarga bapak
ada sedang mengalami koping tidak efektif?”
3) Validasi
“Apakah anggota keluarga bapak bisa mengatasi masalah koping tidak
efektif? bagaimana hasilnya?
4) Kontrak
a) Tindakan dan tujuan
“Saya akan melakukan pemeriksaan kesehatan, supaya dapat
mengetahui kondisi kesehatan keluarga Bapak?
b) Tempat
“Bagaimana kalau tempatnya di sini saja ya Pak?”
c) Waktu
“Waktu 30 menit, apakah Bapak setuju?”
b. Tahap Kerja
1) Pengkajian
a) Identitas keluarga
“Saya akan mendata keluarga Bapak yang tinggal serumah?”
“Siapa yang menjadi kepala keluarga?” “Apa nama lengkapnya?”
“Berapa umur?” “Apa pendidikan?” “Apa pekerjaan?” “Coba
sebutkan alamat lengkap rumah Bapak?” “Apakah Bapak ada keluhan
kesehatan?”
“Sekarang saya akan mendata istri Bapak, kemudian anak bapak
dan kerabat bapak yang tinggal serumah dengan bapak yang ada di
dalam kartu keluarga bapak.” “Saya akan mencatat nama lengkap,
umur, pendidikan, pekerjaan dan kondisi kesehatan semua anggota
keluarga Bapak.” “Bagaimana kondisi anak bapak?” “Jadi bapak saat
ini keluarga bapak sedang mengalami ketidakefektifan manajemen

408
kesehatan?” “Baik saya akan membantu mengatasi masalah yang
dihadapi keluarga Bapak.”
b) Pengkajian indikator keluarga sehat (IKS)
Lanjutkan dengan data terkait kesehatan keluarga. “IKS
merupakan program pemerintah agar seluruh keluarga sehat” “Bapak
akan menjawab pertanyaan IKS dengan ya atau tidak”. Mari kita
mulai!”
i. Apakah keluarga bapak mengikuti program keluarga berencana?
ii. Apakah istri bapak melahirkan di fasilitas kesehatan?
iii. Apakah anak bapak mendapatkan imunisasi dasar lengkap?
iv. Apakah anak bapak mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan?
v. Apakah balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan?
vi. Apakah anggota keluarga tidak ada yang merokok?
vii. Apakah anggota keluarga bapak menjadi anggota JKN/BPJS?
viii. Apakah keluarga bapak memiliki akses jamban sehat?
ix. Apakah anggota keluarga bapak ada yang menderita TBC? Jika
Iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
x. Apakah ada anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa?
Jika Iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
xi. Apakah ada anggota keluarga yang menderita diabetes melitus?
Jika iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
xii. Apakah ada anggota keluarga yang menderita hipertensi? Jika
iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
xiii. Apakah ada anggota keluarga yang menderita kanker? Jika iya,
apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar
dari pelayanan kesehatan?
Kesimpulan:
“Berdasarkan jawaban Bapak, kesehatan keluarga Bapak sudah bagus,
hanya saja ada yang perlu dilanjutkan terkait kesiapan peningkatan
perkembangan dewasa tua”.

409
2) Diagnosis
“Baiklah Bapak, dari hasil pemeriksaan yang kita lakukan maka ada
beberapa kondisi kesehatan keluarga”.
“Kesiapan Peningkatan perkembangan Lansia”.
3) Tindakan Keperawatan
“Baiklah, saya akan bantu meningkatkan stimulasi perkembangan
lansia bapak, bisa tolong antarkan saya untuk berbincang-bincang dengan
anggota keluarga Bapak lansia?”.

8. STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DENGAN


KLIEN
Pertemuan Pertama Klien
a. Tahap Orientasi
1) Salam
“Selamat siang, saya Sari, perawat puskesmas Mawar.” “Siapa namanya
Bu?”. “Ooh Bu Andi” “Senang dipanggil apa?” “Kami dari Puskesmas
akan memeriksa kesehatan Bu Andi?”
2) Evaluasi
“Apa yang Bu Andi rasakan?” “Jadi Bu Andi saat ini mengalami
ketidakefektifan manajemen kesehatan?”
3) Validasi
“Apa yang sudah dilakukan untuk mengatasinya?” “Apakah berhasil?”
4) Kontrak
a) Topik dan tujuan
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang ketidakefektifan
manajemen kesehatan ya Bu Andi?”
b) Tempat
“Bagaimana kalau tempatnya di sini saja ya Bu Andi?”
c) Waktu
“Waktu 30 menit, apakah Bu Andi setuju?”
b. Tahap Kerja
1) Pengkajian
a) Pengertian Dukacita
“Apa yang Bu Andi ketahui tentang ketidakefektifan manajemen
kesehatan?”

410
b) Tanda/gejala
“Sekarang apa yang Bu Andi rasakan?” “Dan apa yang Bu Andi
lakukan untuk mengatasi masalah tersebut?”.
2) Diagnosis
Diagnosis keperawatan muncul berdasarkan data “ketidakefektifan
manajemen kesehatan?”.
3) Tindakan Keperawatan
“Baiklah, saya akan bantu untuk mengatasi masalah ketidakefektifan
manajemen kesehatan?”
a) Kaji tanda dan gejala ketidakefektifan manajemen kesehatan
“Ibu apakah tahu tanda dan gejala ketidakefektifan manajemen
kesehatan? Baik sekarang saya jelaskan ya ibu tanda dan gejala
ketidakefektifan manajemen kesehatan yaitu tidak mampu
menjalankan perilaku hidup sehat, gagal mengatasi faktor risiko,
gagal melakukan regimen terapeutik, klien mengatakan tidak ada
masalah kesehatan dan tidak tertarik dengan perilaku sehat.”
b) Jelaskan proses terjadinya ketidakefektifan koping
“Sekarang apakah ibu tahu tentang proses terjadinya
ketidakefektifan manajemen kesehatan? Baik sekarang saya jelaskan
ya ibu tentang proses terjadinya ketidakefektifan manajemen
kesehatan dikarenakan ketidakpatuhan dalam pengobatan klien
mengenai penyakit fisik maupun psikis.”
c) Diskusikan masalah kesehatan, faktor risiko dan manajemen
kesehatan yang perlu dilakukan: daftar faktor risiko masalah
kesehatan.
d) Latih cara mengatasi faktor risiko
e) Latih cara merawat kondisi kesehatan
f) Bantu klien melihat hasil dari nomor 4 dan 5
g) Berikan pujian dan motivasi karena sudah melakukan manajemen
kesehatan
c. Terminasi
1) Evaluasi subjektif
“Bagaimana Bu Andi setelah kita berbincang-bincang tadi?”
2) Evaluasi Objektif
“Apa saja yang kita bincang-bincang tadi, coba Bu Andi jelaskan.” Sudah
benar Bu Andi hebat.”

411
3) Rencana tindak lanjut klien
“Selanjutnya mari kita buat jadwal kapan saja Bu Andi melakukan latihan
tadi?”
4) Rencana tindak lanjut perawat
“Baiklah Bu Andi, hari Senin saya ke rumah Ibu lagi untuk berbincang-
bincang melakukan evaluasi kegiatan hari ini.”
5) Salam
“Semoga Bu Andi tetap semangat ya semoga Bu Andi bisa mengatasi
masalah ketidakefektifan manajemen kesehatan.”
d. Kerja (Lanjutan) Keluarga
“Baik pak, sekarang kita lanjutkan diskusi. Kita sudah bersama-sama
diskusi dengan anggota keluarga bapak yang mengalami ketidakefektifan
manajemen kesehatan dan melakukan latihan... Bagaimana menurut
Bapak? Baiklah kita akan diskusikan peran keluarga dalam membantu
masalah keluarga yang mengalami ketidakefektifan manajemen
kesehatan”.
1) Tindakan Keperawatan
“Baiklah, saya akan membantu masalah ketidakefektifan manajemen
kesehatan yang dialami keluarga Bapak ya?”.
a) Keluarga mampu mengenal masalah
“Baik bapak untuk lebih jelasnya saya akan menjelaskan tentang
“pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya ketidakefektifan
manajemen kesehatan” (jelaskan dengan menggunakan leaflet).
b) Keluarga mampu mengambil keputusan
“Bapak sudah mengetahui tentang ketidakefektifan manajemen
kesehatan, Bapak dapat memutuskan cara merawat keluarga yang
mengalami ketidakefektifan manajemen kesehatan dan membawa ke
pelayanan kesehatan (Puskesmas, Klinik, RS, Praktik dokter/perawat)
untuk mendapat cara merawatnya jika keluarga belum mampu
mengatasi masalah ketidakefektifan manajemen kesehatan.
c) Keluarga mampu merawat anggota keluarga:
i. Kaji masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien yang
mengalami ketidakefektifan manajemen kesehatan
ii. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya
ketidakefektifan manajemen kesehatan, serta memutuskan cara
merawat.

412
iii. Latih keluarga cara merawat dan mendampingi klien mengatasi
ketidakefektifan manajemen kesehatan sesuai dengan asuhan
keperawatan yang telah diberikan.
iv. Diskusikan tanda dan gejala ketidakefektifan manajemen
kesehatan yang memerlukan rujukan segera serta menganjurkan
follow up ke fasilitas kesehatan secara teratur.
d) Latih keluarga menciptakan suasana sebagai sistem pendukung
mengatasi ketidakefektifan manajemen kesehatan.
Latih keluarga menciptakan suasana sebagai sistem pendukung
mengatasi ketidakefektifan manajemen kesehatan
“Bapak Ibu mulai sekarang ciptakan lingkungan yang nyaman
buat klien, suasana rumah tenang, beri support yang baik, temani
selalu klien untuk bercerita”.
e) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
Bapak Ibu jika keluarga belum mampu mengatasi masalah
ketidakefektifan manajemen kesehatan segera bawa ke tempat
pelayanan kesehatan ya.
e. Terminasi
1) Evaluasi subjektif
“Bagaimana Bapak Ibu setelah kita berbincang-bincang tadi?”
2) Evaluasi Objektif
“Coba sebutkan cara merawat klien ketidakefektifan manajemen
kesehatan. Coba Bapak Ibu praktikkan lagi caranya? Bagus sekali”.
3) Rencana tindak lanjut klien
“Bapak Ibu untuk melakukan latihan merawat dan mendampingi klien
mengatasi ketidakefektifan manajemen kesehatan?”
4) Rencana tindak lanjut perawat
“Baiklah Bapak Ibu, hari Selasa pagi saya akan datang lagi untuk
melanjutkan bincang-bincang kita ya.”
5) Salam
“Semoga keluarga Bapak sehat selalu.”

REFERENSI
Gati, N.W., Mustikasari & Putri, Y.S.K. (2016). Penerapan Terapi Kelompok
Terapeutik Lansia dan Reminiscence untuk Mencapai Integritas Diri
pada Lansia Menggunakan Pendekatan Model Stres Adaptasi Stuart dan
Model Adaptasi Roy. FIK UI Depok: KIAS.

413
Keliat, B.A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat: CMHN
(Basic Course). Jakarta: EGC.
Keliat, B.A., dkk. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Lundy, K.S. & Janes, S. (2009). Community Health Nursing: Caring for the
Public’s Health. 2 nd ed. Boston: Jones and Bartlett Publisher.
PPSDM Kesehatan. (2012). Modul Pelatihan Keperawatan Kesehatan Jiwa
Masyarakat. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Definisi dan Indikator
Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: DPPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Stuart, G.W. (2013). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. (10th Ed).
Elsevier.

414
BAB VII
PENCATATAN DAN PELAPORAN PELAYANAN
KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA MASYARAKAT

A. DESKRIPSI
Pencatatan dan pelaporan adalah indikator keberhasilan suatu kegiatan.
Tanpa ada pencatatan dan pelaporan, kegiatan atau program yang dilaksanakan
tidak akan terlihat wujudnya. Output-nya dari pencatatan dan pelaporan adalah
sebuah data dan informasi yang tepat dan akurat.
Pada modul ini akan dibahas mengenai pencatatan dan pelaporan
pelayanan keperawatan kesehatan jiwa masyarakat yang digunakan sebagai alat
untuk memantau kegiatan keperawatan jiwa, baik bagi kepentingan klien maupun
tenaga keperawatan yang memberikan pelayanan keperawatan kesehatan jiwa
pada individu, keluarga, maupun kelompok/masyarakat. Pencatatan meliputi:
pencatatan data, dan rujukan. Pelaporan yang dilakukan meliputi: rekapitulasi
data klien berdasarkan diagnosa medik, rekapitulasi data klien berdasarkan
diagnosis keperawatan dan rekapitulasi pelayanan kesehatan jiwa.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Setelah selesai pembelajaran ini peserta mampu melakukan pencatatan dan
pelaporan pelayanan keperawatan kesehatan jiwa masyarakat.
2. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Peserta Mampu:
a. Menjelaskan pengertian pencatatan dan pelaporan
b. Menjelaskan tujuan pencatatan dan pelaporan
c. Menguraikan jenis-jenis pencatatan dan pelaporan
d. Menguraikan mekanisme pencatatan dan pelaporan
e. Melakukan pencatatan dan pelaporan pelayanan keperawatan kesehatan
jiwa masyarakat

415
C. PENGERTIAN PENCATATAN DAN PELAPORAN
Pencatatan dan pelaporan adalah alat untuk memantau kegiatan
keperawatan jiwa komunitas baik bagi kepentingan klien maupun tenaga
keperawatan yang memberikan pelayanan kesehatan jiwa pada individu, keluarga
maupun kelompok.

D. TUJUAN PENCATATAN DAN PELAPORAN


Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah:
1. Sebagai alat komunikasi yang efektif antara tenaga kesehatan sehingga
tercapai keseimbangan informasi dalam pelayanan keperawatan kesehatan
jiwa masyarakat.
2. Sebagai informasi tentang gambaran masalah kesehatan jiwa dan
pelayanan keperawatan kesehatan jiwa masyarakat
3. Dapat digunakan untuk merencanakan tindakan dan kegiatan yang tepat
4. Sebagai dasar untuk melaksanakan evaluasi terhadap pelayanan
keperawatan kesehatan jiwa masyarakat
5. Merupakan sumber data yang bermanfaat untuk kepentingan pelayanan
keperawatan kesehatan jiwa masyarakat.
6. Sebagai umpan balik untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
kesehatan jiwa masyarakat.
7. Sebagai bukti tanggung jawab dan tanggung gugat dalam pelayanan
keperawatan kesehatan jiwa masyarakat.

E. JENIS-JENIS PENCATATAN DAN PELAPORAN


1. PENCATATAN
Pencatatan merupakan cara yang dilakukan oleh perawat untuk mencatat
data penting mengenai asuhan keperawatan jiwa masyarakat yang telah diberikan
oleh perawat baik kepada individu, keluarga, kelompok maupun masyarakat.
“PENCATATAN DITULIS SETIAP KALI INTERVENSI KEPADA KLIEN
DAN KELUARGA”
Jenis-jenis pencatatan meliputi:
a. Pencatatan data klien menggunakan buku registrasi puskesmas yang berisi
pencatatan data klien berdasarkan diagnosa medik dan diagnosis
keperawatan, klien pasung, rujukan dan data klien yang di home visit.
(FCMHN 01).

416
b. Pencatatan asuhan keperawatan dilakukan menggunakan kartu berobat
klien yang terdiri dari: data fokus, diagnosis keperawatan, tindakan
keperawatan (klien dan keluarga), evaluasi (data dan kemampuan klien &
keluarga) serta rencana tindak lanjut (FCMHN 02).
c. Pencatatan aktivitas kehidupan sehari-hari klien menggunakan format yang
tersedia (FCMHN 03)
d. Pencatatan kemampuan klien dilakukan setiap kali kunjungan ke klien
untuk mengetahui keberhasilan asuhan keperawatan yang diberikan kepada
klien dan keluarga (FCMHN 04).
e. Pencatatan rujukan kasus yang dilakukan oleh perawat kesehatan jiwa:
1) Ke puskesmas (rujukan internal). Perawat kesehatan jiwa masyarakat yang
merawat klien di masyarakat dapat merujuk/mengonsultasikan klien yang
tidak mengalami perbaikan. Program pengobatan yang dianjurkan
puskesmas dilanjutkan di masyarakat/keluarga.
2) Ke Tim kesehatan Jiwa Masyarakat (rujukan internal). Perawat kesehatan
jiwa masyarakat dapat merujuk/mengonsultasikan klien yang tidak
mengalami perbaikan dengan program pengobatan dari puskesmas ke tim
keswa kabupaten/kota.
3) Ke RSU/RSJ dan menerima rujukan dari RSU/RSJ (rujukan eksternal).
Apabila program pengobatan dari tim kesehatan jiwa masyarakat juga
tidak memberikan perbaikan, maka dengan rekomendasi Tim Kesehatan
Jiwa Masyarakat, klien dirujuk ke RSU/RSJ (FCMHN 05). Sebaiknya
klien telah selesai dirawat di RSU/RSJ dirujuk kembali ke perawat CMHN
(FCMHN 06).

2. PELAPORAN
Pelaporan adalah mekanisme yang digunakan oleh perawat untuk
melaporkan kegiatan pelayanan keperawatan kesehatan jiwa yang telah dilakukan
kepada instalasi yang lebih tinggi dalam hal ini (Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota).
Jenis-jenis laporan meliputi:
a. Laporan bulanan data klien berdasarkan diagnosa medik berisi jumlah
klien baru, klien lama berdasarkan usia dan jumlah klien yang melakukan
kunjungan (FCMHN 07).
b. Laporan bulanan data klien berdasarkan diagnosis keperawatan berisi
jumlah klien baru, klien lama berdasarkan usia dan klien yang melakukan
kunjungan (FCMHN 08)

417
c. Laporan bulanan pelayanan keperawatan kesehatan jiwa berisi jumlah
klien gangguan jiwa, jumlah klien pasung, jumlah klien yang mendapatkan
pelayanan kesehatan jiwa, jenis pelayanan kesehatan jiwa yang diberikan,
hasil asuhan (tingkat kemandirian klien), jumlah fasilitas dan tenaga
kesehatan jiwa (FCMHN 09).

F. MEKANISME PENCATATAN DAN PELAPORAN


1. MASUKAN (INPUT)
Klien didapat dari deteksi dini di masyarakat oleh perawat CMHN pada
saat melakukan kunjungan rumah, klien datang ke puskesmas, dirujuk tenaga
kesehatan lain di puskesmas, serta ditemukan oleh masyarakat dan LSM. Khusus
untuk masyarakat dan LSM disebarkan selebaran informasi (leaflet) tentang
pelayanan kesehatan jiwa (FCMHN 10).

2. PROSES
Perawat CMHN melakukan pencatatan seluruh kegiatan pelayanan
keperawatan kesehatan jiwa masyarakat. Adapun pencatatan yang dilakukan
meliputi:
a. Mencatat data klien yang berkunjung ke puskesmas dalam buku registrasi,
pencatatan dilakukan setiap hari dan direkapitulasi setiap bulan.
b. Membuat dokumentasi asuhan keperawatan dengan menggunakan kartu
berobat klien. Pencatatan dilakukan setiap kali melakukan kunjungan
rumah.
c. Melakukan pencatatan kemampuan klien pada kunjungan pertama
kemudian setiap kali kunjungan ke klien (menggunakan format
kemampuan klien).
d. Melakukan pencatatan rujukan bagi klien yang membutuhkan penanganan
tim kesehatan lain yaitu rujukan ke puskesmas atau rumah sakit
(RSU/RSJ) menggunakan format rujukan.

3. HASIL (OUTPUT)
Perawat melakukan pelaporan tentang pelayanan keperawatan kesehatan
jiwa setiap bulan, mencakup:
a. Laporan bulanan data klien berdasarkan diagnosa medik yang merupakan
rekapitulasi data klien diperoleh dari catatan harian dalam buku register.
b. Laporan bulanan data klien berdasarkan diagnosis keperawatan yang
merupakan rekapitulasi data klien diperoleh dari catatan harian dalam buku
register.

418
c. Laporan bulanan pelayanan keperawatan kesehatan jiwa yang merupakan
rekapitulasi data klien, pelayanan kesehatan jiwa yang dilakukan, hasil
asuhan, tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan yang tersedia yang
diperoleh dari catatan harian dalam buku register, catatan kemampuan
klien dan data tenaga kesehatan/fasilitas kesehatan.

REFERENSI
Keliat, B.A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat: CMHN
(Basic Course). Jakarta: EGC.
______(2012). Sistem Pencatatan dan Pelaporan Tingkat Puskesmas. Jakarta.
Fortinash, K.M and Worret, P.A.H. (2004). Psychiatryc Mental Health Nursing.
Third edition. St.Louis: Mosby An Affiliate of Elsevier.
Keliat, B.A., dkk. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

419
BAB VIII
HASIL PENELITIAN

Efektivitas pelatihan BC-CMHN terhadap kemampuan diri perawat dalam


melaksanakan askep jiwa komunitas

Nofrida Saswati1*, Isti Harkomah2


1,2
Nursing Study Program, Harapan Ibu Jambi College of Health Sciences
*
e-mail: nofridasaswati@gmail.com

ABSTRACT
Permasalahan yang terjadi pada klien dengan gangguan jiwa tidak
patuhnya terhadap minum obat, di mana klien yang sudah selesai menjalani
perawatan di Rumah Sakit Jiwa dikembalikan kepada keluarganya namun
kendala yang ditemukan peran perawat yang memegang program kesehatan jiwa
belum maksimal dalam melakukan asuhan keperawatan jiwa di komunitas baik
untuk diagnosis keperawatan gangguan jiwa, psikososial dan sehat mental. Maka
dari itu diperlukannya peran keluarga terkait pengobatan dan perawatan klien
dengan gangguan jiwa. Salah satu program untuk menstimulasi peran keluarga
terhadap klien dengan gangguan jiwa yaitu dengan adanya pelatihan perawat
CMHN (Community Mental Health Nursing). Tujuan penelitian adalah untuk
mengetahui pengaruh pelatihan BC-CMHN terhadap kemampuan diri perawat
dalam melaksanakan asuhan keperawatan jiwa komunitas di Kota Jambi.
Penelitian ini merupakan quasi experimental dengan rancangan pretest-posttest
one group design. Responden dalam penelitian ini adalah 20 perawat puskesmas
yang bertanggung jawab atas program kesehatan jiwa. Berdasarkan hasil analisis
bivariat dengan menggunakan dependen t-test bahwa kemampuan kognitif
sebelum dan sesudah dilakukan intervensi (p=0,000). Terdapat pengaruh
pelatihan BC-CMHN terhadap kemampuan diri perawat dalam melaksanakan
askep jiwa komunitas di Kota Jambi, disarankan dilaksanakan baik di tingkat
provinsi maupun kabupaten/kota untuk meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan jiwa masyarakat.
Kata kunci: BC-CMHN, Kemampuan Diri

420
INTRODUCTION
Klien gangguan jiwa semakin meningkat dari tahun ke tahun,
permasalahan gangguan jiwa di antaranya Skizofrenia, Depresi, Gangguan
Mental Emosional. Berdasarkan data dari Riskesdas tahun 2018 di Indonesia
jumlah Skizofrenia sebanyak 7 0/00 meningkat dari tahun 2013 yaitu 1.7 0/00
(Kemenkes RI, 2013), di Provinsi Jambi sebanyak 7 ‰, didapatkan data klien
tidak rutin minum obat sebanyak 51.1%. Data klien dengan Depresi di Indonesia
sebanyak 6.10/00 hanya 9% yang rutin minum obat, di Provinsi Jambi sebanyak
1.8. Klien dengan Gangguan Mental Emosional di Indonesia sebanyak 9.8%, di
Provinsi Jambi sebanyak 3.6% (Kemenkes RI 2018). Data gangguan jiwa
psikosis/skizofrenia di Kota Jambi sebanyak 7,360/00 jumlah tertinggi ada di Kota
Sungai Penuh yaitu 19,810/00 (Kemenkes, 2018).

Tabel 8.1
Prevalensi (permil) rumah tangga dengan ART gangguan jiwa psikosis/
skizofrenia menurut Kabupaten/Kota Provinsi Jambi Riskesdas 2018
No Kabupaten/Kota Gangguan jiwa skizofrenia/psikosis 0/00
1 Kerinci 16,57
2 Merangin 5,21
3 Sarolangun 2,47
4 Batang Hari 4,77
5 Muaro Jambi 4,05
6 Tanjung Jabung Timur 6,54
7 Tanjung Jabung Barat 0,00
8 Tebo 13,42
9 Bungo 3,18
10 Kota Jambi 7,36
11 Kota Sungai Penuh 19,81
12 Prov. Jambi 6,58
Sumber: Riskesdas Provinsi Jambi Tahun 2018.

Tabel 8.2
Data Perawata Jiwa Di Puskesmas Kota Jambi Tahun 2020
No Puskesmas Jumlah
1 Pakuan Baru 1
2 Kenali Besar 1
3 Putri Ayu 1
4 Talang Bakung 1
5 Paal Merah I 1
6 Paal Merah II 1

421
No Puskesmas Jumlah
7 Pasir Putih 1
8 Aur Duri 1
9 Simpang IV Sipin 1
10 Paal X 1
11 Olak Kemang 1
12 Tahyatul Yaman 1
13 Kebun Kopi 1
14 Payo Selincah 1
15 Paal V 1
16 Talang Banjar 1
17 Kebun Handil 1
18 Tanjung Pinang 1
19 Simpang Kawat 1
20 Koni 1
TOTAL 20
Sumber: Dinkes Kota Jambi Tahun 2020.

Berdasarkan data pada tabel 1.2 didapatkan jumlah perawat jiwa di


Puskesmas Kota Jambi Berjumlah 20 orang perawat.
Dampak dari masalah gangguan ini sangat besar apabila tidak dilakukan
intervensi yang sesuai akan mengakibatkan klien kambuh ulang, tidak produktif,
menyakiti diri sendiri, lingkungan sekitar sehingga tidak diterima dilingkungan
masyarakat. Pelatihan CMHN ini diharapkan mampu meningkatkan kemampuan
diri perawat jiwa (Yusuf, et.al, 2014).
Pelaksanaan CMHN bertujuan untuk menurunkan angka risiko terjadinya
gangguan jiwa dan meningkatkan penerimaan komunitas terhadap praktik
kesehatan jiwa. Target CMHN memberikan asuhan keperawatan kepada klien,
keluarga, kelompok dan masyarakat dalam kondisi sehat mental, psikososial dan
mengalami gangguan jiwa tanpa melibatkan rumah sakit (Videbeck, 2008).
Penelitian yang dilakukan oleh Sutarjo, dkk (2015) menemukan hasil
adanya pengaruh pelatihan CMHN dengan menggunakan metode ceramah,
demonstrasi, dan role play terhadap peningkatan self efficacy dan keterampilan
kader kesehatan dalam melakukan deteksi dini gejala gangguan jiwa berat
(Psikotik) (Sutarjo, Prabandari, & Iravati, 2016).
CMHN memberikan asuhan keperawatan kepada semua aspek kehidupan
manusia, kebutuhan dasar, kebutuhan kesehatan fisik dan psikososial. Pelatihan
CMHN ada tiga tingkatan yaitu; BC-CMHN (Basic Course), IC-CMHN
(Intermediate Course) dan AC-CMHN (Advance Course). Penelitian ini hanya
melakukan pelatihan BC-CMHN (Basic Course) kegiatan pembelajaran pada BC-
CMHN untuk perawat komunitas agar memiliki kompetensi untuk melaksanakan

422
asuhan keperawatan kepada klien sehat ental, psikososial dan gangguan jiwa
yang ada di masyarakat. Pelatihan BC-CMHN memberikan pengetahuan dan
praktik keperawatan jiwa terkait diagnosis keperawatan sehat mental, psikososial
dan gangguan jiwa (Keliat, 2011).
Urgensi penelitian ini dilakukan karena semakin meningkatkan jumlah
klien yang mengalami masalah kesehatan jiwa, gangguan jiwa dan psikososial,
maka diperlukannya pelatihan BCMHN ini kepada perawat jiwa di Puskesmas
agar perawat jiwa mempunyai kemampuan dalam melakukan asuhan
keperawatan jiwa di komunitas untuk membantu masalah kesehatan jiwa,
gangguan jiwa dan psikososial, selama ini yang sering dilakukan intervensi
hanya kepada klien dengan gangguan jiwa namun untuk masalah kesehatan jiwa
dan psikososial masih kurang diperhatikan, sementara untuk mempermudah
menurunkan angka gangguan jiwa kita dimulai dengan melakukan intervensi
kepada klien dengan sehat mental agar tidak terjadi masalah psikososial, dan
melakukan intervensi pada klien dengan masalah psikososial agar tidak terjadi
gangguan. Klien dengan gangguan jiwa akan lebih sulit untuk pulih seperti
kondisi normal maka dari itu di mulai dari sehat mental, psikososial dan
gangguan jiwa.
Permasalahan yang terjadi pada klien dengan gangguan jiwa yang sudah
selesai menjalani perawatan di Rumah Sakit Jiwa dipulangkan kepada
keluarganya namun kendala yang ditemukan banyak keluarga yang belum
mengetahui perawatan yang dilakukan pada anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa di rumah. Maka dari itu diperlukannya peran keluarga terkait
pengobatan dan perawatan klien dengan gangguan jiwa. Salah satu program
untuk menstimulasi peran keluarga terhadap klien dengan gangguan jiwa yaitu
dengan adanya pelatihan perawat CMHN (Community Mental Health Nursing)
(Keliat, 2010).
CMHN merupakan upaya pelayanan kesehatan jiwa yang ditujukan untuk
klien komunitas agar mendapatkan pelayanan yang lebih baik berupa pelayanan
yang komprehensif dan holistik berfokus pada masyarakat yang sehat jiwa,
rentang terhadap stres atau risiko serta mencegah kekambuhan gangguan jiwa
(Fak UI, 2011). Perkembangan kesehatan jiwa terus berkembang maka dari itu
perawat jiwa perlu berikan peningkatan kemampuan diri melalui pelatihan
CMHN. Perawat CMHN harus mempunyai kemampuan melibatkan peran serta
masyarakat, tokoh agama, RT, kelurahan, Kepala Desa yang merupakan lintas
sektoral untuk menentukan tokoh masyarkat menjadi kader kesehatan jiwa yang
akan dilatih (Depkes, 2006). CMHN dilakukan untuk menstimulasi
perkembangan individu di masyarakat sehingga individu kembali produktif.

423
Hasil penelitian terkait yang dilakukan oleh Sutarjo, dkk (2016) tentang
Pengaruh pelatihan community mental health nursing pada self efficacy dan
keterampilan kader didapatkan hasil ada efek signifikan pada efikasi diri dan
peningkatan keterampilan (Sutarjo, Prabandari, & Iravati, 2016). Penelitian
lainnya yang dilakukan oleh Indrawati PA, dkk (2018) tentang pengaruh
pelatihan kader kesehatan jiwa terhadap persepsi kader dalam merawat orang
dengan gangguan jiwa dengan nilai z =-4,568, dengan p value = 0,000, (p<α
(0,05) (Indrawati et al., 2018).
Hasil Penelitian lain yang dilakukan Komarudin, dkk (2016). Hasil
kegiatan IbM, setelah dilakukan penyuluhan tentang peran dan fungsi keluarga
mengenal gangguan jiwa, pengetahuan Mitra 1 meningkat rata-rata sebesar
33,275 poin sedangkan Mitra 2 meningkat sebesar 36,75 poin, Kegiatan IbM juga
memberikan pelatihan kepada kader jiwa (Komarudin, 2016).

METHODS
Responden dalam penelitian ini adalah perawat puskesmas yang
memegang program kesehatan jiwa dan bersedia mengikuti seluruh kegiatan
pelatihan selama 5 hari dengan menggunakan model pelatihan, serta tidak
mempunyai tugas dinas yang dapat menghambat kegiatan penelitian ini.
Berdasarkan hal tersebut, sampel dipilih dengan teknik total sampling dan
didapatkan sampel sejumlah 20 responden.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
lembar kuesioner untuk menilai kemampuan kognitif perawat yang terdiri dari 5
diagnosis keperawatan gangguan jiwa, 5 diagnosis keperawatan risiko dan 5
diagnosis keperawatan sehat jiwa.
Sebelum penelitian dilakukan peneliti melakukan uji etik penelitian pada
komusi etik penelitian kesehatan Poltekkes Kemenkes Jambi dengan No.
LB.02.06/2/20/2020. Kegiatan penelitian dimulai memberikan lembar informed
consent kepada responden yang merupakan perawat yang bertanggungjawab
pada program kesehatan jiwa di puskesmas kota jambi. Apabila responden setuju,
maka peneliti akan memberikan kuesioner, karakteristik demografi dan kuesioner
kemampuan responden (perawat) dalam memberikan asuhan keperawatan.
Selanjutnya diberikan intervensi CMHN dengan memberikan pelatihan tentang
asuhan keperawatan sehat jiwa selama 5 hari. Setelah kegiatan pelatihan selesai
peneliti melakukan pengukuran kedua berupa post test dengan alat ukur berupa
lembar kuesioner kemampuan dalam memberikan asuhan keperawatan.
Analisis yang digunakan adalah analisis univariat untuk menganalisis
karakteristik responden (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama

424
programmer, dan masa kerja) serta kemampuan kognitif sebelum pemberian
intervensi yang dianalisis dengan menggunakan distribusi frekuensi dan sentral
tendensi. Analisis bivariat untuk menganalisis kemampuan kognitif responden
sebelum dan setelah dilakukan intervensi yaitu pelatihan BC-CMHN yang
dianalisis dengan menggunakan uji t dependen.

RESULTS
Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih 2 bulan mulai dari proses
perijinan sampai dengan laporan hasil penelitian. Penelitian ini melibatkan 20
puskesmas yang ada diwilayah kerja dinas kesehatan kota jambi.

Tabel 8.3
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden (Data Kategorik)
Karakteristik f %

Jenis Kelamin
Laki-laki 0 0
Perempuan 20 100
Tingkat Pendidikan
SPK 1 5
Diploma 15 75
Sarjana 4 20
Lama Programmer
< 1 tahun 8 40
>1 tahun 12 60

Berdasarkan tabel 1 seluruh responden berjenis kelamin perempuan


(100%), tingkat pendidikan paling banyak diploma (75%) dan lama responden
memegang program kesehatan jiwa sebagian besar > 1 tahun yaitu ( 60% ).

Tabel 8.4
Karakteristik Responden (Data Numerik) dan Kemampuan Perawat dalam
Menerapkan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Jiwa
Nilai Nilai
Karakteristik N Mean SD
Min Maks
Usia 20 42 6,0 34 57
Lama Kerja 20 19 7,4 3 32
Kemampuan Kognitif Diagnosis
Keperawatan Gangguan Jiwa
RPK 20 35,40 3,1 32 43
HDRK 20 43,00 4,9 32 55

425
Nilai Nilai
Karakteristik N Mean SD
Min Maks
Isolasi Sosial 20 31,45 2,9 26 39
DPD 20 27,70 3,2 23 33
RBD 20 36,10 3,4 31 45
Total Diagnosis Gangguan Jiwa 20 173,7 15,9 151 214
Kemampuan Kognitif Diagnosis
Keperawatan Risiko
GCT 20 27,25 2,8 21 35
Ansietas 20 19,80 2,4 13 25
Keputusasaan 20 27,80 3,1 20 35
Dukacita 20 15,75 1,6 12 19
Distres Spiritual 20 23,90 2,4 21 30
Total Diagnosis Keperawatan Risiko 20 114,5 11,9 87 114
Kemampuan Kognitif diagnosis
keperawatan Sehat Mental
Bumil 20 26,65 3,8 18 33
Bayi 20 35,20 5,1 23 44
Anak Sekolah 20 23,85 4,0 15 30
Remaja 20 23,20 4,2 13 30
Lansia 20 23,60 3,9 16 30
Total Diagnosis keperawatan Sehat 20 132,15 21,05 85 167
Mental
Total keseluruhan untuk kemampuan 20 420,35 46,57 323 523
kognitif sebelum intervensi

Berdasarkan Tabel 2 Rata-rata responden berusia 42 tahun, masa kerja.


rata-rata 19 tahun, serta memiliki skor kemampuan kognitif diagnosis
keperawatan gangguan jiwa rata-rata 173,7, untuk kemampuan kognitif diagnosis
keperawatan risiko rata-rata 114,5 dan untuk kemampuan kognitif diagnosis
keperawatan sehat mental perawat rata-rata 132,15. Pada tabel 2 dapat dilihat
juga total keseluruhan kemampuan kognitif sebelum intervensi dengan rata-rata
420,35.

Tabel 8.5
Analisis Kemampuan Kognitif Perawat dalam Melaksanakan Asuhan
Keperawatan Jiwa di Masyarakat (Pre Test dan Post Test)
P
Variabel Jenis Pengukuran n Mean Mean difference
value
Kemampuan Kognitif Sebelum 20 -67,900 19 0,000
Sesudah 20

426
DISCUSSION
Berdasarkan hasil analisis di atas, menunjukkan bahwa skor rata-rata
kemampuan kognitif perawat sebesar-67,900, dengan nilai p=value 0,000 artinya
ada pengaruh kemampuan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan
Hasil ini didukung oleh hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Sutarjo,
dkk (2015) menemukan hasil adanya pengaruh pelatihan CMHN dengan
menggunakan metode ceramah, demonstrasi, dan Role Play terhadap peningkatan
self efficacy dan keterampilan kader kesehatan dalam melakukan deteksi dini
gejala gangguan jiwa berat (psikotik) (Sutarjo, Prabandari, & Iravati, 2016).
Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Neng WE (2014) tentang faktor
sustainability yang berhubungan dengan implementasi Community Mental
Health Nursing (CMHN) hasil penelitian menunjukkan hubungan yang
signifikan antara faktor keberlanjutan dengan pelaksanaan CMHN (Winahayu,
NE, et.al, 2014).
Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Livana P.H., dkk (2018) tentang
gambaran kesehatan jiwa masyarakat dengan hasil penelitian menunjukkan
mayoritas masyarakat desa Banyutowo berusia dewasa, berjenis kelamin laki-
laki, belum menikah, dan pendidikan terakhir SD. Hasil identifikasi kesehatan
jiwa didapatkan bahwa mayoritas masyarakat desa Banyutowo dalam kelompok
usia sehat (Winahayu, NE, et.al, 2014). Hasil penelitian lainnya yang dilakukan
oleh Yuniarti AM (2017) tentang pengaruh penerapan Community Mental Health
Nursing terhadap kemampuan perawat dalam memberikan pelayanan
keperawatan kesehatan jiwa di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten
Mojokerto didapatkan hasil Kemampuan kognitif dan psikomotor perawat
sebelum dan sesudah perlakukan dianalisis dengan uji statistik T-test nilai p =
0,000 >0,05, dengan rata-rata peningkatan skor 7 poin untuk kemampuan
kognitif dan 25 poin untuk kemampuan psikomotor (Yuniarti, et,al, 2017).
Hasil penelitian lainnya yang dilakukan oleh Sutini, dkk (2017) dengan
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan skor pengetahuan antara
sebelum dan sesudah pelatihan. Kenaikan pengetahuan masyarakat Desa Ranjeng
total rata-rata (65), dan kenaikan pengetahuan masyarakat Desa Cilopang (64)
(Titin Surtini, 2017).
Tujuan dari CMHN yaitu memberikan pelayanan, konsultasi dan edukasi
atau memberikan informasi mengenai prinsip-prinsip kesehatan jiwa kepada
komunitas lainnya yang bertujuan untuk meningkatkan stimulasi perkembangan
sesuai dengan tahap tumbuh kembang, mencegah terjadinya risiko atau masalah
psikososial (Stuart, 2013).

427
Menurut (Azwar, 2007), sebelum timbul tindakan di dalam diri seseorang
tersebut terjadi proses yang berurutan yaitu dari informasi yang diketahui,
kemudian akan timbul rasa ketertarikan sehingga mulai menyadari dan
mendalami informasi tersebut. Setelah itu informasi yang diterima akan
ditimbang melalui respons yang berupa sikap. Selanjutnya tahap akhir dari proses
ini akan menimbulkan suatu perilaku yang didasari atas sikap yang terbentuk.
Menurut (Videbeck, 2008) penting diberikan pendidikan kesehatan jiwa
untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan jiwa masyarakat
agar terbentuk komunitas yang sehat jiwa. Faktor lain pelatihan ini diberikan
dengan berbagai metode pembelajaran, yaitu metode ceramah, diskusi,
demonstrasi, simulasi. Metode dalam kegiatan pendidikan kesehatan merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya suatu hasil kegiatan secara
optimal (Notoatmodjo, 2010).
Sedangkan bila dilihat dari karakteristik responden, faktor yang dapat
mempengaruhi adalah usia. Sebagian besar peserta berusia dewasa tua (42
tahun). Usia yang semakin meningkat akan meningkatkan pula kebijakan
kemampuan seseorang dalam mengambil keputusan, berpikir rasional, semakin
bijaksana, mampu mengendalikan emosi, toleran, dan semakin terbuka terhadap
pandangan orang lain. Hasil kegiatan ini sesuai dengan pendapat (Farida, 2011)
bahwa semakin lanjut usia seseorang makin kecil tingkat kemangkirannya dan
menunjukkan kemantapan yang lebih tinggi dengan masuk kerja lebih teratur.
Selain itu juga sesuai dengan hasil Rudianti (2011) bahwa perawat yang berusia
> 32 tahun memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan yang berusia < 32
tahun.
Hasil penelitian ini ada peningkatan sebelum dan setelah dilakukan
pelatihan dapat dilihat juga dari masa kerja perawat yang sebagian besar lama,
yaitu masa kerja rata-rata di atas 10 tahun. Menurut teori Robbin (Farida, 2011)
lama kerja juga menentukan kinerja seseorang dalam menjalankan tugas.
Semakin lama seseorang bekerja semakin mempunyai kemampuan dalam
melakukan kegiatan dan semakin tepat waktu dalam menyelesaikan tugas yang
diberikan. Pendidikan responden sebagian besar memiliki pendidikan Diploma
(D-3).

CONCLUSION AND SUGGESTION


Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan skor kemampuan kognitif
perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan kesehatan jiwa nilai mean
mencapai di atas 50%. Diharapkan peserta sebagai perawat CMHN dapat terus
meningkatkan pengetahuan dalam memberikan pelayanan keperawatan kesehatan

428
jiwa melalui berbagai kegiatan pertemuan ilmiah serta melanjutkan kegiatan
kunjungan rumah untuk memberikan asuhan keperawatan baik pada klien
maupun pada keluarga. Selain itu Puskesmas diharapkan juga dapat
mengoptimalkan penerapan program pelayanan kesehatan jiwa masyarakat
sebagai program utama dalam program pokok pelayanan puskesmas, sehingga
masyarakat dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan jiwa melalui peran aktif
keluarga klien sehat jiwa, psikososial, dan gangguan jiwa dalam merawat dan
mencari bantuan untuk meningkatkan kemandirian klien yang mengalami
gangguan jiwa dengan membentuk program desa siaga sehat jiwa.

REFERENSI
Azwar. (2007). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya.
Erawati, E., Adiyati, S., & Sugiarto, A. (2016). Pendidikan kesehatan jiwa pada
masyarakat melalui implementasi CMHN. Keperawatan, 12(2), 96–100.
Retrieved from http://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/link
Farida. (2011). Kepemimpinan Efektif dan Motivasi Kerja dalam Penerapan
Komunikasi Terapeutik Perawat. Jurnal Ners. 6(1), 31-41., 6(1), 31-41.
Indrawati, P. A., Made, N., Sulistiowati, D., Oka, P., Nurhesti, Y., Studi, P., …
Udayana, U. (2018). Analyze the Influence of Cadre for Mental Illness
Training on Cadre Perception for Caring People With Mental Illness.
Jurnal Keperawatan Jiwa, 6(2), 71–75.
Jiwa, J. K., Ayuwatini, S., Ardiyanti, Y., & Ners, P. S. (2018). Overview of
Community Mental Health. 6(1), 60–63.
Keliat, B. A. (2011). Manajemen Keperawatan Psikososial dan Kader Kesehatan
Jiwa.
Keliat, B. A., Daulima, N. H. C., & Junardi. (2017). Factors Analysis That
Related To Succesful Implementation Of The Community Mental Health
Nursing (CMHN) In Aceh. Idea Nursing Journal, VIII(1), 1–11.
Keliat, B. A., & Eryando, T. (n.d.). KINERJA PERAWAT CMHN
BERDASARKAN FAKTOR PENGORGANISASIAN PROGRAM CHMN.
Kemenkes RI. (2013). Riset kesehatan dasar.
Kesehatan, K. (2018). Hasil Utama RISKESDAS 2018.
Komarudin, C. (2016). KELOMPOK KADER PENANGANAN GANGGUAN
JIWA Fakultas Ilmu kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember

429
Email : komarudin@unmuhjember.ac.id Kesehatan mental di Indonesia
selama ini relatif terabaikan, padahal penurunan produktifitas akibat
gangguan kesehatan jiw. Pengabdian Masyarakat Ipteks, 2(2), 57–64
Mental, C., & Nursing, H. (2011). ABSTRAK Pendahuluan: Tujuan dari
Penelitian Ini Adalah untuk Menentukan Faktor Keberlanjutan Terkait
dengan Pelaksanaan.
Notoatmodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan (Edisi Revi). Jakarta:
Rineka Cipta.
Program, ‟Doctoralof health science Faculty of Public Health. (2017). Abstract
Proceeding of the 2nd International Symposium of Public Health.
Pengaruh Penerapan Community Mental Health Nursing Terhadap
Kemampuan Perawat Dalam Memberikan Pelayanan Keperawatan
Kesehatan Jiwa Di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten
Mojokerto. Indonesia.
Rudianti, Y. (2011). Hubungan Komunikasi Organisasi dengan Kinerja Perawat
pelaksana di Ruang Rawat Inap Salah satu Rumah Sakit Swasta
Surabaya. Tesis Magister Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Jakarta. Www.Lontar.Ui.Ac.Id/File?File=pdf/Abstrak20282765.Pdf.
Stuart, G. (2012). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Sutarjo, P., Prabandari, Y. S., & Iravati, S. (2016). Nursing Pada Self Efficacy
Dan Keterampilan Kader Kesehatan Jiwa. 32 No. 02, 67–72.
Titin surtini, N. O. H. (2017). Gambaran Deteksi Dini Kesehatan Jiwa di Desa.
Keperawatan, 5(1), 24–28.
Videbeck, S. L. (2008). (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta. EGC.

430
Lampiran FCMHN 01

BUKU REGISTER PUSKESMAS (PENCATATAN HARIAN)

BUKU REGISTER PUSKESMAS (PENCATATAN HARIAN)


Bulan : Tahun :
Nama Puskesmas : Kode :
Kelurahan/Kecamatan : Kabupaten/Kota :

No Kode DX Kode Klien Klien


No Tanggal Nama Umur L/P Alamat B/L/K B/L/K Terapi Rujukan BPJS/Umum/dll
Register Medik DX Kep Pasung Meninggal

Keterangan:
B : Baru
L : Lama
K : Kunjungan (Tulis PKM jika klien datang ke puskesmas dan HV jika klien dikunjungi ke rumah oleh perawat)
Rujukan : Tulis rujukan yang dilakukan (RSJ jika rujukan dilakukan ke RSJ dan RSU jika rujukan dilakukan ke RSU)

431
Lampiran FCMHN 02

CATATAN KEPERAWATAN DI MASYARAKAT (CMHN)

Nama Klien :
Nama Puskesmas :
TANGGAL :
DATA : ..................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................

DIAGNOSIS KEPERAWATAN :
TINDAKAN KEPERAWATAN : (Untuk klien dan keluarga)
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................

EVALUASI : (Data dan kemampuan klien dan keluarga)


..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................

RENCANA TINDAK LANJUT:


..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
Nama :
Tanda Tangan :

432
PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN FORMULIS ASUHAN KEPERAWATAN
DI MASYARAKAT (CMHN)

1. Tanggal
Tulis tanggal sesuai dengan jadwal kunjungan ke keluarga
2. Data
Tulis data sesuai dengan hasil pengkajian yang ditemukan
3. Diagnosis Keperawatan
Tulis sesuai rumusan diagnosis keperawatan yang ditemukan
4. Tindakan keperawatan
Tulis semua tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan
rencana:
a. Tindakan perawat bersama klien
b. Tindakan perawat bersama keluarga
c. Tindakan perawat bersama klien dan keluarga
5. Evaluasi
a. Tulis semua respons klien/keluarga terhadap tindakan yang telah
dilaksanakan baik objektif maupun subjektif.
b. Analisa respons klien dengan mengaitkan pada diagnosa, data dan
tujuan jika ditemukan masalah baru maka dituliskan apakah akan
dirumuskan diagnosis baru
6. Rencana Tindak lanjut
Tuliskan rencana lanjutan dapat berupa:
a. Tindakan keperawatan yang telah dilatih kepada klien untuk
dilakukan klien
b. Jadwal kegiatan klien
c. Rencana tindakan keperawatan/kegiatan yang akan dilakukan pada
pertemuan yang akan datang
7. Tulis nama jelas dan tanda tangan setiap selesai melaksanakan tindakan
dan evaluasi

433
Formulir FCMHN 03

JADWAL AKTIVITAS HARIAN KLIEN

Nama :
Alamat :

No Waktu Kegiatan Tanggal Ket


1 05.00-06.00
2 06.00-07.00
3 07.00-08.00
4 08.00-09.00
5 09.00-10.00
6 10.00-11.00
7 11.00-12.00
8 12.00-13.00
9 13.00-14.00
10 14.00-15.00
11 15.00-16.00
12 16.00-17.00
13 17.00-18.00
14 19.00-20.00
15 20.00-21.00
16 21.00-22.00
17 22.00-23.00
18 23.00-24.00

Keterangan:
- Tuliskan jadwal kegiatan harian klien pada kolom kegiatan sesuai dengan
aktivitas yang dijadwalkan pada klien
- Tuliskan tanggal pada kolom kegiatan
- Berilah kode: M= Mandiri, B= Bantuan, dan T= Tergantung pada setiap
kegiatan yang telah dilakukan klien pada kolom di bawah tanggal.

434
Lampiran FCMHN 04

KEMAMPUAN KLIEN DALAM MELAKUKAN ADL

Nama :
Alamat :
Puskesmas :

KEGIATAN YANG DILAKUKAN KEMAMPUAN


No KLIEN Minggu Minggu Minggu Minggu
I II III IV
1 Mandi dengan benar dan bersih
2 BAK/BAB dengan bersih
3 Mengganti pakaian dengan bersih
4 Membereskan pakaian kotor
5 Merapikan tempat tidur
6 Mengambil makanan dengan rapi
7 Mempersiapkan makanan
8 Membersihkan ruangan
9 Ngobrol dengan teman
10 Ngobrol dengan keluarga
11 Mendengarkan saran dari keluarga
12 Bepergian dengan kendaraan sendiri
13 Bepergian dengan kendaraan umum
14 Mengikuti kegiatan keluarga
15 Mengikuti kegiatan masyarakat
16 Melakukan kegiatan sehari-hari secara
teratur
17 Melakukan kegiatan untuk mengatasi
gejala yang dialami
18 Menceritakan masalah yang dialami
kepada petugas kesehatan
19 Menceritakan masalah yang dialami
kepada keluarga
20 Menceritakan masalah yang dialami
kepada teman dekat
21 Kontrol ke Puskesmas atau Rumah
Sakit secara teratur
22 Minum obat sesuai jenisnya
23 Minum obat sesuai dosisnya
24 Minum obat tepat waktu
25 Minum obat sesuai cara
Keterangan : Kemampuan klien melakukan ADL dicatat setiap minggu dan
pada kolom diisi tingkat kemandirian (M=Mandiri, B=Bantuan,
T=Tergantung)

435
Formulir FCMHN 05

436
RUJUKAN PELAYANAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA MASYARAKAT KE
RSU/RSJ/PUSKESMAS

RUJUKAN PELAYANAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA MASYARAKAT KE RSU/RSJ/PUSKESMAS


1. Nama (Lengkap) 2. Tanggal Lahir/Umur 3. Jenis Kelamin 4. Penanggung jawab klien

5. Alamat: 6. CMHN/Puskesmas Pengirim:


Telepon : Telepon:
7. Informasi tentang klien (diperoleh dari institusi/dokter/perawat yang merawat 8. Informasi pelayanan yang telah diberikan:
sebelumnya A. Tanggal rujukan:
A. Tanggal pengisian: B. Alasan dirujuk:
B. Nama yang bisa dihubungi untuk klarifikasi:
C. Alamat:
D. Telepon: Fax: C. Diagnosa Sementara:
E. Sumber informasi D. Pengobatan:

 Pasien  Rekam Medik  Lainnya


E. Tindakan yang telah diberikan
F. Penanggung jawab F. Petugas yang merujuk
Nama: Nama:
Hubungan keluarga: Jabatan:
Telepon: Fax: Tanda Tangan:

Telepon: Fax:

Diisi oleh CMHN/Puskesmas


Resume:
 Penyakit-penyakit emergensi:
 Riwayat alergi:
 Riwayat kesehatan yang penting:
 Lain-lain:
Nama Konsulen/Tim Keswa: Tanda Tangan:
Formulir FCMHN 06

RUJUKAN PELAYANAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA MASYARAKAT (RUJUKAN BALIK DARI


PKM/UP/RSU/RSJ

RUJUKAN PELAYANAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA MASYARAKAT (RUJUKAN BALIK DARI PKM/UP/RSU/RSJ
1. Nama (Lengkap) 2. Tanggal Lahir/Umur 3. Jenis Kelamin 4. Penanggung jawab klien

5. Alamat: 6. CMHN/Puskesmas/UP/RU/RSJ/Dokter pribadi Pengirim:


Telepon : Telepon:
7. Informasi tentang klien (diperoleh dari institusi/dokter/perawat yang merawat 8. Informasi pelayanan yang telah diberikan:
sebelumnya A. Tanggal rujukan:
A. Tanggal pengisian: B. Alasan dirujuk:
B. Nama yang bisa dihubungi untuk klarifikasi:
C. Alamat:
D. Telepon: Fax: C. Diagnosa Sementara:
E. Sumber informasi D. Pengobatan:

 Pasien  Rekam Medik  Lainnya


E. Tindakan yang telah diberikan
F. Penanggung jawab F. Petugas yang merujuk
Nama: Nama:
Hubungan keluarga: Jabatan:
Telepon: Fax: Tanda Tangan:

Telepon: Fax:

Diisi oleh CMHN/Puskesmas/UP/RU/RSJ/Dokter pribadi


Nama Konsulen/Tim Keswa: Tanda Tangan:

Coret yang tidak perlu

437
Formulir FCMHN 07

438
LAPORAN BULANAN DATA KLIEN GANGGUAN JIWA BERDASARKAN DIAGNOSA MEDIK

Puskesmas : Bulan: Tahun:


Jumlah Kasus dan Jumlah Kunjungan Kasus/Golongan Umur
Kode Jenis Penyakit 0-6 th 7-14 th 15-18 th 19-44 th 45-59 th 60-69 th 70 th/> Total
B L K B L K B L K B L K B L K B L K B L K B L K
F00# Gangguan Mental
Organik
F10# Gangguan
Penggunaan
NAPZA
F20# Skizofrenia dan
Gangguan Psikotik
Kronik Lain
F23 Gangguan Psikotik
Akut
F31 Gangguan Bipolar
F32# Gangguan Depresif
F40# Gangguan Neurotik
F70 Retardasi Mental
F80-90# Gangguan Jiwa
Anak dan Remaja
G40# Epilepsi

Keterangan:
B: Baru; L: Lama; K: Kunjungan
Formulir FCMHN 08

LAPORAN BULANAN DATA KLIEN BERDASARKAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Puskesmas : Bulan: Tahun:


Jumlah Kasus dan Jumlah Kunjungan Kasus/Golongan Umur
Jenis Diagnosis
Kode 0-6 th 7-14 th 15-18 th 19-44 th 45-59 th 60-69 th 70 th/> Total
Keperawatan
B L K B L K B L K B L K B L K B L K B L K B L K
A Gangguan Jiwa
A.1 Risiko Perilaku
Kekerasan
A.2 Halusinasi
A.3 Waham
A.4 Harga Diri Rendah
Kronik
A.5 Isolasi Sosial
A.6 Defisit Perawatan
Diri
A.7 Hambatan
Komunikasi Verbal
A.8 Ketidakefektifan
Pemeliharaan
Kesehatan
A.9 Risiko Bunuh Diri
B Risiko
B.1 Ansietas
B.2 Gangguan Citra
Tubuh
B.3 Harga Diri Rendah
Situasional
B.4 Ketidkaberdayaan

439
Jumlah Kasus dan Jumlah Kunjungan Kasus/Golongan Umur
Jenis Diagnosis
Kode 0-6 th 7-14 th 15-18 th 19-44 th 45-59 th 60-69 th 70 th/> Total

440
Keperawatan
B L K B L K B L K B L K B L K B L K B L K B L K
B.5 Keputusasaan
B.6 Ketidakefektifan
Koping Individu
B.7 Dukacita
B.8 Ketidakefektifan
Manajemen
Kesehatan
B.9 Ketidakefektifan
Performa Peran
B.10 Distres Spiritual
C. Sehat
C.1 Kesiapan
Peningkatan
Perkembangan Ibu
Hamil
C.2 Kesiapan
Peningkatan
Perkembangan Bayi
C.3 Kesiapan
Peningkatan
Perkembangan
Kanak-kanak
C.4 Kesiapan
Peningkatan
Perkembangan
Anak Pra-Sekolah
C.5 Kesiapan
Peningkatan
Perkembangan
Anak Sekolah
C.6 Kesiapan
Peningkatan
Perkembangan
Remaja
Jumlah Kasus dan Jumlah Kunjungan Kasus/Golongan Umur
Jenis Diagnosis
Kode 0-6 th 7-14 th 15-18 th 19-44 th 45-59 th 60-69 th 70 th/> Total
Keperawatan
B L K B L K B L K B L K B L K B L K B L K B L K
C.7 Kesiapan
Peningkatan
Perkembangan
Dewasa Muda
C.8 Kesiapan
Peningkatan
Perkembangan
Dewasa Tua
C.9 Kesiapan
Peningkatan
Perkembangan
Lansia

Keterangan:
B: Baru; L: Lama; K: Kunjungan

441
Lampiran FCMHN 09

LAPORAN BULANAN PELAYANAN KESEHATAN JIWA

Puskesmas: Bulan: Tahun:


No Laporan Bulanan Kesehatan Jiwa dan Tenaga Kesehatan Total
I COVERAGE DAN TREATMENT GAP
A Jumlah Penduduk
B Jumlah Penduduk usia dewasa
C Jumlah Klien Gangguan Jiwa Berat
D Jumlah Klien Gangguan jiwa yang dirawat

COVERAGE=

TREATMENT GAP = 100%-Coverage =


II DATA KLIEN GANGGUAN JIWA
A Jumlah Klien Gangguan Jiwa
1 Jumlah keseluruhan klien gangguan jiwa di wilayah kerja puskesmas
a. Jumlah klien lama
b. Jumlah klien baru
2 Jumlah klien gangguan jiwa yang berobat
a. Jumlah klien yang berobat ke PKM
b. Jumlah klien yang berkunjung ke rumah (home care)
3 Jumlah klien gangguan jiwa yang dirujuk ke RS Jiwa
a. Jumlah Rawat Jalan di RSJ
b. Jumlah Rawat Inap di RSJ
4 Jumlah klien gangguan jiwa yang dirujuk balik dari RSJ (dikembalikan)
Jumlah klien gangguan jiwa yang dirujuk ke RSUD
a. Jumlah Rawat Jalan di RSUD
b. Jumlah Rawat Inap di RSUD
5 Jumlah klien gangguan jiwa yang mendapatkan obat psikotropika
6 Jumlah klien gangguan jiwa yang meninggal
B Jumlah Klien Pasung
C Jumlah Klien Risiko
D Jumlah Klien Sehat Mental
1 Jumlah klien yang dipasung di wilayah kerja puskesmas
E Kemandirian Klien
1 Jumlah klien yang produktif/kerja
2 Jumlah klien gangguan jiwa yang sudah mandiri (minimal care)
3 Jumlah klien gangguan jiwa yang bantuan (partial care)
4 Jumlah klien gangguan jiwa yang tergantung (total care)
5 Jumlah klien gangguan jiwa yang telah dilepas dari pasung
F Pelayanan Kesehatan Jiwa

442
No Laporan Bulanan Kesehatan Jiwa dan Tenaga Kesehatan Total
1 Jumlah pelaksanaan penyuluhan kesehatan jiwa oleh PKJM
2 Jumlah pelaksanaan kegiatan rehabilitasi untuk klien gangguan jiwa oleh
PKJM
3 Jumlah klien gangguan jiwa yang dilakukan kunjungan rumah oleh kader
kesehatan jiwa
III TENAGA KESEHATAN DAN FASILITAS KESEHATAN
1 Jumlah Dokter Mahir Kesehatan Jiwa (Gp+)
2 Jumlah Perawat Puskesmas (CMHN)
3 Jumlah Kader Kesehatan Jiwa (KKJ)
4 Jumlah Desa Siaga Sehat Jiwa (DSSJ) atau RW Siaga

Mengetahui
Ka. Puskesmas Yang Membuat,

( ) ( )

443
Lampiran FCMHN 10

LEAFLET UNTUK MASYARAKAT

PEMBERITAHUAN!!!
APABLA ANDA MENEMUKAN ORANG DENGAN GEJALA BERIKUT
INI:
1. Sedih berlebihan dan lama 6. Mengamuk
2. Kegiatan menurun 7. Mengurung diri atau tidak mau bergaul
3. Motivasi turun atau malas 8. Kebersihan diri kurang
4. Marah-marah tanpa sebab 9. Dikurung atau dipasung
5. Berbicara atau tertawa sendiri 10. Berputus asa dan mau bunuh diri

Silahkan hubungi kami: Puskesmas.......

(Tulis nama puskesmas dan nama perawat CMHN serta no. telepon yang
bisa dihubungi)

444
Lampiran FCMHN 11

DATA TENAGA KESEHATAN DAN PELAYANAN KESEHATAN JIWA

Puskesmas :
Bulan : Tahun :
Jenis Tenaga Kesehatan/Fasilitas Kesehatan & Pelayanan
No Jumlah
Kesehatan Jiwa
A Tenaga Kesehatan & Fasilitas Kesehatan
1 Dokter mahir kesehatan jiwa (GP+)
2 Perawat CMHN
3 Kader Kesehatan Jiwa (KKJ)
4 Desa Siaga Sehat Jiwa (DSSJ) atau RW Siaga Sehat Jiwa
B Pelayanan Kesehatan Jiwa
1 Pelaksanaan penyuluhan kesehatan jiwa oleh PKJM
2 Pelaksanaan kegiatan rehabilitasi untuk klien gangguan jiwa oleh PKJM
3 Klien gangguan jiwa yang dilakukan kunjungan rumah oleh kader
kesehatan jiwa

445
Lampiran FCMHN 15

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

Wilayah Puskesmas :
Nama Perawat :

I. IDENTITAS
1. Inisial Klien :
2. Umur :
3. Tanggal Pengkajian :
4. Informan :
5. Alamat lengkap :

II. Riwayat Kesehatan


Tanyakan kepada klien/keluarga:
1. Apa yang menyebabkan klien/keluarga mengalami masalah saat ini/datang
ke rumah sakit saat ini?
2. Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalah ini?
3. Bagaimana hasilnya?

III. FAKTOR PREDISPOSISI


1. Biologis
2. Psikologis
3. Sosial-kultural

IV. PEMERIKSAAN FISIK


Pengkajian fisik difokuskan pada sistem dan fungsi organ:
1. Ukur dan observasi tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi suhu,
pernapasan klien.
2. Ukur tinggi badan dan berat badan klien.
3. Tanyakan apakah berat badan klien naik atau turun dan beri tanda sesuai
hasil. Tanyakan kepada klien/keluarga apakah ada keluhan fisik yang
dirasakan oleh klien,
4. Kaji lebih lanjut tentang sistem dan fungsi organ serta jelaskan sesuai
dengan keluhan yang ada.
5. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data yang ada.

446
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
a. Buatlah genogram minimal tiga generasi yang dapat menggambarkan
hubungan klien dan keluarga.
b. Jelaskan masalah yang terkait dengan komunikasi, pengambilan
keputusan, dan pola asuh.
c. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.

2. Konsep diri
a. Citra tubuh:

dan tidak disukai


b. Identitas diri, tanyakan tentang:

-laki/perempuan.
c.
emampuan klien dalam melaksanakan
tugas/peran tersebut
d.

e.
nghargaan orang lain
terhadap diri dan kehidupannya.
f. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data

3. Hubungan sosial
a. Tanyakan kepada klien siapa orang terdekat dalam kehidupannya, tempat
mengadu, tempat bicara, minta bantuan atau sokongan
b. Tanyakan kepada klien kelompok apa saja yang diikutinya dalam
masyarakat.
c. Tanyakan kepada klien sejauh mana ia terlibat dalam kelompok di
masyarakat
d. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data

447
4. Spiritual
a.
terhadap gangguan jiwa sesuai dengan norma budaya dan agama yang

b.

c. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.

VI. STATUS MENTAL


Beri tanda pada kotak yang sesuai dengan keadaan klien, jawaban boleh
lebih dari satu:
1. Penampilan (data ini dapat melalui hasil observasi perawat/keluarga)
a. Penampilan tidak rapi. Apabila dari ujung rambut sampai ujung kaki ada
yang tidak rapi, misalnya rambut acak-acakan, kancing baju tidak tepat,
ritsleting tidak di kunci, baju terbalik, baju tidak diganti-ganti.
b. Penggunaan pakaian tidak sesuai, misalnya pakaian dalam dipakai di luar
baju.
c. Cara berpakaian tidak seperti biasanya, tidak sesuai dengan waktu, tempat,
identitas, dan situasi/kondisi.
d. Jelaskanlah hal-hal yang ditampilkan klien dan kondisi lain, yang tidak
tercantum.
e. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.

2. Pembicaraan
a. Amati pembicaraan klien, apakah cepat, keras, gagap, membisu, apatis,
dan/atau lambat.
b. Apabila pembicaraan berpindah-pindah dari satu kalimat ke kalimat lain
dan tidak ada kaitannya, beri tanda pada kotak inkoheren.
c. Jelaskanlah hal-hal yang tidak tercantum.
d. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.

3. Aktivitas motorik (data ini didapatkan melalui hasil observasi


perawat/keluarga)
a. Lesu, tegang, dan gelisah yang tampak jelas.
b. Agitasi (gerakkan motorik yang menunjukkan kegelisahan )
c. Tik (gerakkan-gerakan kecil yang tidak terkontrol pada otot muka)
d. Grimasen (gerakan otot muka yang berubah- ubah dan tidak dapat
dikontrolkan oleh klien)

448
e. Tremor (jari-jari tampak gemetar ketika klien mengulurkan tangan dan
merentangkan jari-jari)
f. Kompulsif (kegiatan yang dilakukan berulang-ulang, seperti berulang kali
mencuci tangan, mencuci muka, mandi, mengeringkan tangan, dan
sebagainya.
g. Jelaskan aktivitas yang ditampilkan klien dan kondisi lain yang tidak
tercantum.
h. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.

4. Alam perasaan (data ini didapatkan melalui hasil observasi


perawat/keluarga)
a. Sedih, putus asa, gembira berlebihan yang tampak jelas.
b. Ketakutan (objek yang ditakuti sudah jelas)
c. Khawatir (objeknya belum jelas)
d. Jelaskan kondisi klien yang tidak tercantum.
e. Masalah keperawatan ditulis sesuai data.

5. Afek (data ini didapatkan melalui hasil observasi perawat/keluarga).


a. Datar (tidak ada perubahan roman muka pada saat ada stimulasi yang
menyenangkan atau menyedihkan ).
b. Tumpul (hanya bereaksi bila ada stimulasi emosi yang kuat).
c. Labil (emosi berubah dengan cepat).
d. Tidak sesuai (emosi tidak sesuai atau bertentangan dengan stimulasi yang
ada).
e. Jelaskan hal-hal yang tidak tercantum
f. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.

6. Interaksi selama wawancara (data ini didapatkan melalui hasil


wawancara dan observasi perawat/keluarga)
a. Bermusuhan, tidak kooperatif, dan mudah tersinggung telah tampak jelas.
b. Kontak mata kurang (tidak mau menatap lawan bicara)
c. Defensif (selalu berusaha mempertahankan pendapat dan kebenaran
dirinya).
d. Curiga (menunjukkan sikap/perasaan tidak percaya pada orang lain)
e. Jelaskan hal-hal yang tidak tercantum.
f. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.

449
7. Persepsi
a. Jenis-jenis halusinasi sudah jelas; penghidu sama dengan penciuman
b. Jelaskan isi halusinasi, frekuensi gejala yang tampak pada saat klien
berhalusinasi, dan perasaan klien terhadap halusinasinya.
c. Masalah keperawatan sesuai dengan data

8. Proses pikir (data diperoleh dari observasi ketika wawancara )


a. Sirkumstansial (pembicaraan yang berbelit-belit, tetapi sampai pada tujuan
pembicaraan).
b. Tangensial (pembicaraan yang berbelit-belit, tetapi tidak sampai pada
tujuan pembicaraan)
c. Kehilangan asosiasi (pembicaraan tidak memiliki hubungan antara satu
kalimat dan kalimat lainnya, serta klien tidak menyadarinya.
d. Flight of ideas (pembicaraan yang meloncat dari satu topik ke topik
lainnya, masih ada hubungan yang tidak logis dan tidak sampai pada
tujuan).
e. Blocking (pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa gangguan eksternal
kemudian dilanjutkan kembali).
f. Perseverasi (pembicaraan yang diulang berkali-kali).
g. Jelaskan apa yang dikatakan klien ketika wawancara.
h. Masalah keperawatan sesuai dengan data.

9. Isi pikir (data didapatkan melalui wawancara).


a. Obsesi (pikiran yang selalu muncul walaupun klien berusaha
menghilangkannya).
b. Fobia (ketakutan yang patologis/tidak logis terhadap objek/situasi tertentu.
c. Hipokondria (keyakinan terhadap adanya gangguan pada organ dalam
tubuh yang sebenarnya tidak ada).
d. Depersonalisasi (perasaan klien yang asing terhadap diri sendiri, orang,
atau lingkungan).
e. Ide yang terkait (keyakinan klien terhadap kejadian yang terjadi di
lingkungan, bermakna, dan terkait pada dirinya).
f. Pikiran magis (keyakinan klien tentang kemampuannya untuk melakukan
hal-hal yang mustahil/diluar kemampuannya).
g. Waham
1) Agama (keyakinan klien yang berlebihan terhadap suatu agama dan
dikatakan secara berulang, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan).

450
2) Somatik (keyakinan klien tentang tubuhnya dan dikatakan secara
berulang, tetapi tidak sesuai dengan kenyataannya).
3) Kebesaran (keyakinan klien yang berlebihan terhadap kemampuannya
dan dikatakan secaar berulang, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan).
4) Curiga (keyakinan klien bahwa ada seseorang atau kelompok yang
berusaha merugikan atau mencederai dirinya dan dikatakan secara
berulang, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan).
5) Nihilistik (keyakinan klien bahwa dirinya sudah tidak ada di
dunia/meninggal dan dikatakan secara berulang, tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan.
6) Waham yang bizar:
a) Sisip pikir (keyakinan klien bahwa ada ide/pikiran orang lain yang
disisipkan dalam pikirannya dan dikatakan secara berulang, tetapi
tidak sesuai dengan kenyataan).
b) Siar pikir (keyakinan klien bahwa orang lain mengetahui apa yang
dipikirkannya, walaupun dia tidak mengatakan kepada orang
tersebut, dikatakan secara berulang, tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan).
c) Kontrol pikir (keyakinan klien bahwa pikirannya dikontrol oleh
kekuatan dari luar).
d) Jelaskan apa yang dikatakan oleh klien pada saat wawancara.
e) Masalah keperawatan sesuai dengan data.

10. Tingkat kesadaran (data tentang bingung dan sedasi diperoleh


melalui wawancara dan observasi, stupor diperoleh melalui observasi,
orientasi klien (waktu, tempat, orang) diperoleh melalui wawancara).
a. Bingung (tampak bingung dan kacau).
b. Sedasi (pasien mengatakan bahwa ia merasa melayang-layang antara sadar
atau tidak sadar).
c. Stupor (gangguan motorik, seperti kekakuan, gerakan yang diulang-ulang,
anggota tubuh klien dalam sikap canggung yang dipertahankan dalam
waktu lama, tetapi klien menyadari semua yang terjadi di lingkungan).
d. Orientasi waktu, tempat dan orang cukup jelas.
e. Jelaskan data objektif dan subjektif yang terkait dengan hal-hal di atas.
f. Masalah keperawatan sesuai dengan data.
g. Jelaskan apa yang dikatakan klien pada saat wawancara.

451
11. Memori (data yang diperoleh melalui wawancara)
a. Gangguan daya ingat jangka panjang (tidak dapat mengingat kejadian yang
terjadi lebih dari satu bulan).
b. Gangguan daya ingat jangka pendek (tidak dapat mengingat kejadian yang
terjadi dalam minggu terakhir).
c. Gangguan daya ingat saat ini (tidak dapat mengingat kejadian yang baru
saja terjadi).
d. Konfabolasi (pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan dengan
memasukkan cerita yang tidak benar untuk menutupi gangguan daya
ingatnya).
e. Jelaskan sesuai dengan data terkait.
f. Masalah keperawatan sesuai dengan data.

12. Tingkat konsentrasi dan berhitung (data diperoleh melalui


wawancara)
a. Mudah dialihkan (perhatian klien mudah berganti dari satu objek ke objek
lain).
b. Tidak mampu berkonsentrasi (klien selalu meminta agar pertanyaan
diulang/tidak dapat menjelaskan kembali pembicaraan ).
c. Tidak mampu berhitung (tidak dapat melakukan penambahan/pengurangan
pada benda-benda nyata).
d. Jelaskan sesuai dengan data terkait.
e. Masalah keperawatan sesuai dengan data.

13. Kemampuan penilaian.


a. Gangguan kemampuan penilaian ringan (dapat mengambil keputusan yang
sederhana dengan bantuan orang lain. Contoh: berikan kesempatan kepada
klien untuk memilih. mandi dahulu sebelum makan atau makan dahulu
sebelum mandi. Jika diberi penjelasan, klien dapat mengambil keputusan).
b. Gangguan kemampuan penilaian bermakna (tidak mampu mengambil
keputusan walaupun dibantu orang lain. Contoh: berikan kesempatan
kepada klien untuk memilih mandi dahulu sebelum makan atau makan
dahulu sebelum mandi. Setelah diberi penjelasan klien masih tidak mampu
mengambil keputusan).
c. Jelaskan sesuai dengan data terkait.
d. Masalah keperawatan sesuai dengan data.

452
14. Daya tilik diri (data diperoleh melalui wawancara)
a. Mengingkari penyakit yang diderita: tidak menyadari gejala penyakit
(perubahan fisik, emosi) pada dirinya dan merasa tidak perlu pertolongan.
b. Menyalahkan hal-hal diluar dirinya (menyalahkan orang lain/lingkungan
yang menyebabkan kondisi saat ini).
c. Jelaskan dengan data terkait.
d. Masalah keperawatan sesuai dengan data.

VII. MEKANISME KOPING


Data didapat melalui wawancara pada klien atau pada keluarganya. koping
yang dimiliki klien, baik adaptif maupun maladaptif.

VIII. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


1. Masalah dengan dukungan kelompok
2. Masalah dengan lingkungan
3. Masalah dengan pendidikan
4. Masalah dengan pekerjaan
5. Masalah dengan perumahan
6. Masalah dengan ekonomi
7. Masalah keperawatan yang muncul

IX. PENGETAHUAN
Data didapatkan melalui wawancara pada klien. Untuk setiap poin yang
dimiliki klien, simpulkan dalam masalah keperawatan

X. ASPEK MEDIK
a. Tuliskan diagnosis medis klien yang telah dirumuskan oleh dokter yang
merawat.
b. Tuliskan obat-obat klien saat ini, baik obat fisik maupun psikofarmaka dan
terapi lain.

XI. Pohon Masalah


Effect

Core Problem

Causa

453
XII. Analisa Data
No Problem Etiologi

Daftar masalah Keperawatan


1.
2.
3. dst

XIII. Nursing Care Planning

No Diagnosa Keperawatan Tujuan/KH Intervensi Rasional

XIV. Catatan Perkembangan

No Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi Paraf Perawat

454
TENTANG PENULIS

A. Identitas Diri
1 NamaLengkap (dengan gelar) Ns. Nofrida Saswati, S.Kep, M.Kep
2 JenisKelamin Perempuan
3 Jabatan Fungsional Lektor
4 NIK 20080901 19811101 041
5 NIDN 1001118102
6 TempatdanTanggalLahir Jambi, 01 November 1981
7 Email nofridasaswati@gmail.com
8 No. Telp/Hp 081266246782
9 Alamat Kantor Jl. TarmidziKadir No.71 Pakuan BaruTehok
Jambi Selatan Jambi
10 No Telp/Fax (0741) 7552270
12 Mata Kuliah yang diampu 1. Komunikasi dalam Keperawatan I
2. Komunikasi dalam Keperawatan II
3. Keperawatan Jiwa I
4. Keperawatan Jiwa II
5. Keperawatan Paliatif dan menjelang ajal
6. Psikososial dalam Keperawatan

B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan STIKES HI Jambi Unand Padang
Tinggi
Bidang Ilmu Ilmu Keperawatan Keperawatan
(Keperawatan Jiwa )
Tahun Masuk-Lulus 2002-2008 2013-2016
Judul Pengaruh Terpi Pengaruh Logoterapi
Skripsi/Tesis/Disertasi Kognitif Pada Klien kelompok terhadap
Depresi Di RSJ Klien Harga Diri

455
S-1 S-2 S-3
Daerah Provinsi Rendah Di Ruang
Jambi 2007 Rawat Inap Rumah
Sakit Jiwa Daerah
Provinsi Jambi Tahun
2015
Nama Pembimbing Ns. Nilah Budi Setia, Prof. Dr. Budia Anna
S.Kep Kelliat, Ph.D
Dr. Bambang Eko, Ns. Happy Sasmita,
Sp. KJ M.Kep, Sp. Kep.J

C. Organisasi Profesi
Tahun Jenis/Nama Organisasi Jabatan Jenjang Keanggotaan
2018 sd sekarang DPK PPNI Stikes Harapan Ketua
Ibu Jambi
2020 sd sekarang IPKJI DPW Provinsi Jambi Koordinato Bidang Organisasi
2018 sd sekarang IAKSHI Wakil Ketua

D. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir


Pendanaan
Jumlah
No Tahun Judul Penelitian Sumber
(Rp)
1 2015 Nofrida Saswati Stikes HI 3.000.000
Pengaruh Logoterapi kelompok
terhadap Klien Harga Diri Rendah Di
Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa
Daerah Provinsi Jambi Tahun 2015
2 Januari Nofrida Saswati Mandiri 3.000.000
2016 Pengaruh Penerapan Standar Asuhan
Keperawatan Perilaku Kekerasan
3 Juli Nofrida Saswati, Sutinah Mandiri 3.000.000
2016 PENGARUH TERAPI AKTIVITAS
KELOMPOK SOSIALISASI
TERHADAP KEMAMPUAN
SOSIALISASI KLIEN ISOLASI
SOSIAL
4 Agustus Nofrida Saswati, Dasuki , Ermayani Mandiri 3.000.000
2016 Hubungan pengetahuan dan perilaku
peran keluarga dalam melakukan
perawatan pasien skizofrenia di RSJD
Provinsi Jambi
5 2016 Sutinah, Nofrida Saswati AIPNI/AINEC 15.000.000
The effect of psychoeducation on
family burden and their ability to
treat mentally retarded children at
special education school of dr. Sri

456
Pendanaan
Jumlah
No Tahun Judul Penelitian Sumber
(Rp)
soedewi masjchun sofwan, sh. Kota
jambi
6 Februari Firman Bayu S , Nofrida Saswati, Mandiri 3000.000
2018 Sutinah
Gambaran Kemampuan Mengontrol
Halusinasi Klien Skizofrenia di
Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa
Daerah Provinsi Jambi
7 Juli Sutinah , Rika Safitri , Nofrida Mandiri 3000.000
2018 Saswati
Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Berpengaruh Terhadap Kemampuan
Mengontrol Marah Klien Skizofrenia
8 Agustus Nofrida Saswati, Ponariah, Sutinah Mandiri 3000.000
2018 Pengaruh Penerapan Hipnosis Lima
Jari Untuk Penurunan Kecemasan
Pada Klien Hipertensi
9 Februari Nofrida Saswati, Sutinah, Dasuki, STIKES HI 3000.000
2019 Pengaruh Penerapan Hipnosis Lima
Jari Untuk Penurunan Kecemasan
Pada Klien Diabetes Melitus
10 2020 Nofrida Saswati, Maulani Mandiri 3000.000
Hubungan Tingkat Stres Dengan
Kejadian Insomnia Pada Mahasiswa
Prodi Keperawatan
11 2020 Nofrida Saswati AIPNI Sedang
Efektivitas Pelatihan BC-CMHN Proses
Terhadap Kemampuan Diri Perawat 19.091.000
dalam melakukan Askep Jiwa
Komunitas

12 2020 Terapi Psikoedukasi Dan Suportif STIKES 3.000.000


Terhadap Penurunan Beban Dan Harapan Ibu
Ansietas Keluarga Dalam Merawat
Anak Retardasi Mental

457
E. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat Dalam 5 Tahun
Terakhir
Pendanaan
No Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Jumlah
Sumber
(Rp)
1 2015 Penyuluhan Faktor Resiko Obesitas Stikes HI 1.500.000
“Manajemen Stres Sebagai Pencegahan
Obesitas”
2 2015 Screening Obesitas Stikes HI 1.500.000
3 2016 Penyuluhan Pradiabetes Stikes HI 1.500.000
4 Agustus Intervensi Pemeriksaan GDS, Kolesterol, Stikes HI 1.500.000
2017 Asam Urat & IMT
Januari Intervensi Pemeriksaan GDS, Kolesterol, Alumni 1.500.000
2017 Asam Urat & IMT
5 2017 Penerapan TKT Stimulasi Anak Stikes HI 1.500.000
Prasekolah
6 2018 Nofrida Saswati, Sutinah Mandiri 1.500.000
Stimulasi perkembangan psikososial anak
sekolah (6-12 tahun)
7 September Nofrida Saswati, Sutinah, Isti Harkomah Mandiri 1.500.000
2018 Stimulasi Perkembangan Psikososial Usia
Dewasa Tengah (30-60 Tahun)
8 Januari Penyuluhan cara perawatan mulut, Mandiri 1.500.000
2019 menggosok gigi dan demonstrasi cara
mencuci tangan yang benar
9 Februari Dasuki, Sutinah, Nofrida Saswati Stikes HI 1.500.000
2019 Demonstrasi terapi hipnosis lima jari pada
klien diabetes melitus
10 April 2019 Sutinah, Isti Harkomah, Nofrida Saswati Mandiri 1.500.000
Penyuluhan dan Demonstrasi Terapi
Relaksasi Otot Progresif
11 2020 Peningkatan Kesiapan Pertumbuhan dan STIKES 1.500.000
perkembangan usia remaja HI
12 2020 Dukungan kesehatan jiwa dan psikososial Mandiri 1.500.000
covid 19 pada lansia

F. Publikasi Artikel Ilmiah Dalam Jurnal Dalam 5 Tahun Terakhir


Volume/Nomor
No Judul Artikel Ilmiah Nama Jurnal
/Tahun
1 Pengaruh Penerapan Standar Jurnal Keperawatan Jurnal Keperawatan
Asuhan Keperawatan Sriwijaya Sriwijaya, volume 3-
Perilaku Kekerasan Nomor 2, Juli 2016
ISSN No 2355 5459
2 Psychoeducation Therapy Indonesian Nursing Vol.2 No.1
Reduces Burden And Journal Of Education Online ISSN: 2527-
Improves Family Ability In And Clinic (INJEC) 8819

458
Volume/Nomor
No Judul Artikel Ilmiah Nama Jurnal
/Tahun
Caring For Mental Print ISSN: 2527-8800
Retardation Children
3 Nofrida Saswati, Ermayani, Riset Informasi Vol. 6, No. 2
Dasuki Kesehatan STIKES HI
Hubungan pengetahuan dan Jambi
perilaku peran keluarga
dalam melakukan perawatan
pasien skizofrenia di RSJD
Provinsi Jambi
4 Nofrida Saswati, Sutinah Jurnal Endurance Juni Vol 3 No2
Pengaruh Terapi Aktivitas 2018 (292-301)
Kelompok Sosialisasi
Terhadap Kemampuan
Sosialisasi Klien Isolasi
Sosial
5 Firman Bayu S, Nofrida Riset Informasi Vol.7, No.1
Saswati, Sutinah Kesehatan, Juni 2018

Gambaran Kemampuan
Mengontrol Halusinasi Klien
Skizofrenia di Ruang Rawat
Inap Rumah Sakit Jiwa
Daerah Provinsi Jambi
6 Nofrida Saswati, Ponaria Riset Informasi Vol. 7, No. 2
Citra Riski , Sutinah Kesehatan, Desember
Efektivitas terapi hipnosis 2018
lima jari terhadap ansietas
klien hipertensi di puskesmas
rawasari Jambi tahun 2018
7 Sutinah , Rika Safitri , Journal of Healthcare Vol. 5 No. 1
Nofrida Saswati Technology and
Teknik Relaksasi Nafas Medicine 1 April 2019
Dalam Berpengaruh Universitas Ubudiyah
Terhadap Kemampuan Indonesia e-ISSN :
Mengontrol Marah Klien 2615-109X
Skizofrenia
8 Nofrida Saswati, Maulani [MANUJU: Vol 2 No2
Hubungan Tingkat Stres MALAHAYATI
Dengan Kejadian Insomnia NURSING JOURNAL,
Pada Mahasiswa Prodi P- ISSN: 2655-2728 E-
Keperawatan ISSN: 2655-4712
MARET 2020] HAL
336-343
9 Nofrida Saswati, Sutinah, Jurnal Endurance : Vol 5 No. (1)
Dasuki Kajian Ilmiah Problema
Pengaruh Penerapan Kesehatan

459
Volume/Nomor
No Judul Artikel Ilmiah Nama Jurnal
/Tahun
Hipnosis Lima Jari untuk E-ISSN - 2477-6521
Penurunan Kecemasanpada Februari 2020 (136-
Klien Diabetes Melitus 143)
10 Nofrida Saswati International Journal of Volume 2; Issue 1
The influence of logotherapy Nursing and Health
in Low self-esteem patient in Research
jambi province, Indonesia Online ISSN: 2664-
6420; Print ISSN:
2664-6412 Received
Date: 09-11-2019;
Accepted Date: 12-12-
2019; Published: 19-
01-2020; 2020; Page
No. 39-45

G. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) Dalam 5 Tahun


Terakhir
Judul Artikel
No Nama Temu Ilmiah/Seminar Waktu dan Tempat
Ilmiah
1 Proceeding Konferensi Nasional Pengaruh terapi 22-24 Oktober 2014,
XI Keperawatan Kesehatan Jiwa aktivitas kelompok Hotel Pangeran Pekan
sosialisasi pada pasien Baru,
harga diri rendah di
Rumah Sakit Jiwa
Daerah Jambi 2013
Proceeding Konferensi
Nasional XI
Keperawatan
Kesehatan Jiwa
ISSN:9772406889008
2 Proceding seminar nasional Pengaruh Logoterapi 19 Maret 2016, Aula
IAKMI kelompok terhadap Rektorat Universitas
Klien Harga Diri Jambi
Rendah Di Ruang
Rawat Inap Rumah
Sakit Jiwa Daerah
Provinsi Jambi Tahun
2015
Buku Prosiding”peran
Profesi Kesehatan
dalam Mendukung
Pembangunan
Kesehatan dan
Persaiangan MEA”.
ISSN 2548-4850

460
Judul Artikel
No Nama Temu Ilmiah/Seminar Waktu dan Tempat
Ilmiah
3 Presentasi oral pada konferensi Pengaruh Penerapan 18 Oktober 2019,
nasional keperawatan jiwa XVI Hipnosis Lima Jari Hotel Novotel, Bandar
Untuk Penurunan Lampung,
Kecemasan Pada
Klien Diabetes
Melitus
4 Presentasi oral pada DESCRIPTION OF 01 Oktober 2020
THE 1 ST SYEDZA SAINTIKA CHARACTERISTICS Zoom Meeting
INTERNATIONAL OF
CONFERENCE ON NURSING, IMPLEMENTATION
MIDWIFERY, MEDICAL OF MENTAL
LABORATORY HEALTH CARE
TECHNOLOGY, PUBLIC e-ISSN : 2745- 7818
HEALTH, AND HEALTH
INFORMATION
MANAGEMENT(SeSICNiMPH)

H. Perolehan HKI Dalam 5 Tahun Terakhir


Nomor
No Judul/Tema Hak Cipta Tahun Jenis
Pencatatan
1 Buku Panduan Praktik Buku 000177258
Profesi Keperawatan 29 Januari 2020 Panduan/Petunjuk
Jiwa I
2 Modul Pelatihan Bc- 8 September Modul 000201606
CMHN 2020, di Jambi

I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya


Dalam 10 Tahun Terakhir
Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial Tempat Respon
No Tahun
Lainnya yang Telah DIterapkan Penerapan Masyarakat
dst

J. Penghargaan Dalam 10 Tahun Terakhir (Dari Pemerintah, Asosiasi


atau Institusi Lainnya
No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Penghargaan Tahun

461
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah
benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari
ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima
sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi
salah satu persyaratan dalam pengajuan buku ajar.

Jambi, 25 November 2020


Ketua Tim Pengusul,

Ns. Nofrida Saswati, M.Kep

462
A. Biodata Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Ns. Isti Harkomah, M.Kep
2 Tempat dan Tanggal Lahir Suruh-Semarang, 07 Maret 1983
3 Jenis Kelamin Perempuan
4 Agama Islam
5 Id Sinta 6665224
6 NIDN 1007038302
7 NIK 2008120219830307069
8 Status Perkawinan Menikah
9 Alamat E-mail dhendra289@gmail.com
Jln. Sersan Muslim Perumahan Parma Residen
10 Alamat Blok G 01 Rt 24 Kelurahan Thehok Kecamatan
Jambi Selatan
11 Nomor HP 085263377180

B. Pendidikan Formal
1 1996 SD Negeri Sumber Sari
2 1999 SLTP Negeri 2 Jambi
3 2002 SMU Adhyaksa I Jambi
4 2007 STIKES Harapan Ibu Jambi
5 2008 Profesi Ners
6 2015 S2 Keperawatan Jiwa Universitas Andalas
Padang

C. Riwayat Pekerjaan
1 2009-sekarang Bekerja di STIKES Harapan Ibu Jambi

D. Riwayat Organisasi
1 2015- sekarang Anggota Ikatan Pengurus Kesehatan Jiwa
(IPKJI) Jambi
2 2016 Anggota PPNI Komisariat STIKES HI

463
E. Riwayat Penelitian
Penyandang
No Judul Penelitian Tahun
Dana
Pengaruh Terapi Social Skills Training (SST) Mandiri 2017-2018
1 Dan Terapi Suportif Terhadap Keterampilan Genap
Sosialisasi Pada Klien Skizofrenia Di Ruang
Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi
Jambi Tahun 2017
Analisis Pengalaman Keluarga Merawat Mandiri 2018-2019
2 Pasien Skizofrenia dengan Masalah Halusinasi Genap
Pendengaran Pasca Hospitalisasi di Rumah
Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi
Tahun 2018
Hubungan Tingkat Depresi Dengan Kualitas
3 Hidup Penderita HIV/AIDS Di Yayasan Mandiri 2019-2020
Kanti Sehati Sejati Genap
Efektifitas Pelatihan BC-CMHN Terhadap
Kemampuan Diri Perawat Dalam RISTEK/BRIN 2020-2021
4 Melaksanakan Asuhan keperawatan Jiwa Ganjil
Komunitas Di Kota Jambi
Pengaruh Kombinasi Progressive Muscle
5 Relaxation Dengan Spritual Guided Imagery Mandiri 2020-2021
and Music Terhadap koping dan Ressiliensi Ganjil
Pasien Kanker yang menjalani kemoterapi
6 Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dan
Lingkungan Dengan Perilaku Verbal Abuse Mandiri 2020-2021
Pada Ganjil
Anak Prasekolah

7 Terapi Psikoedukasi Dan Suportif terhadap


penurunan Beban Dan Ansietas Keluarga STIKES
Dalam Merawat Anak Retardasi Mental Di Harapan Ibu 2020-2021
SDLB Prof. DR. Sri Soedewi Masjchun Jambi Genap
Sofwan, SH Kota Jambi

F. Riwayat Pengabdian Kepada Masyarakat


Penyandang
No Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Tahun
Dana
Penyuluhan Stimulasi Anak Usia Sekolah Di Mandiri 2017-2018
panti Asuhan Raudatul Jannah Jambi Tahun Genap
1 2018
Pendidikan Kesehatan Mandiri 2018-2019
Stimulasi Ganjil
2 Perkembangan Psikososial Usia Dewasa (30-
60 Tahun) Tahun 2018
Penyuluhan Cara Perawatan Mu
Mandiri 2018-2019

464
Penyandang
No Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Tahun
Dana
3 Menggosok Gigi dan pendemonstrasian Cara Ganjil
Mencuci Tangan Yang Benar Di Rumah Sakit
Jiwa Daerah Provinsi Jambi Tahun 2019

4 Penyuluhan Dan Demonstrasi Terapi Mandiri 2018-2019


Relaksasi Otot Progressif di RT 22 Kelurahan Genap
Pasir Putih Jambi Tahun 2019
5 Stimulasi Perkembangan
Psikososial Kemampuan Mandiri 2019-2020
Berfikir (Kognitif) Anak Usia Ganjil
Sekolah (6-12 Tahun)
6 Stop Bullying pada remaja di SMSTIKES 2019-2020
Adhyaksa Kota Jambi Harapan Ganjil
Ibu Jambi
7 Pelatihan”Basic Course Community Mental STIKES 2019-2020
Health Nurse (BC-CMHN) Harapan Genap
Ibu Jambi
8 Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi
Sensori (Halusinasi) Pada Klien halusinasi di Mandiri 2020-2021
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jambi Ganjil
9 Dukungan Kesehatan Jiwa dan Psikososial
COVID-19 Pada Lansia Mandiri 2020-2021
Ganjil

G. Perolehan HKI dalam 10 Tahun Terakhir


No Judul/Tema HAKI Tahun Jenis Nomor P/ID
1 Buku Panduan Praktik Profesi 2020 Buku EC00202003909
Keperawatan Jiwa I Panduan/Petunjuk
2 MODUL PELATIHAN BASIC 2020 Modul EC00202031768
COURSE COMMUNITY
MENTAL HEALTH
NURSING (BC-CMHN)

H. Publikasi Artikel Ilmiah Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir


No Judul Penelitian Nama Jurnal Volume/Nomor/Tahun
Pengaruh Terapi Indonesian Journal for Health Vol.02, No.01, Maret
1 Social Skills Sciences 2018, Hal 65-70 ISSN
Training (SST) Dan 2549-2748
Terapi Suportif
Terhadap
Keterampilan
Sosialisasi Pada
Klien Skizofrenia Di
Ruang

465
No Judul Penelitian Nama Jurnal Volume/Nomor/Tahun
Rawat Inap Rumah
Sakit Jiwa Daerah
Provinsi Jambi
Tahun 2017
2 Analisis Pengalaman Jurnal Endurance : Kajian E-ISSN - 2477-6521
Keluarga Merawat Ilmiah Problema Kesehatan Vol 4(2) Juni 2019
Pasien Skizofrenia (282-292)
dengan Masalah
Halusinasi
Pendengaran Pasca
Hospitalisasi di
Rumah Sakit Jiwa
Daerah Provinsi
Jambi
Tahun 2018
3 Hubungan Tingkat Jurnal Endurance : Kajian E-ISSN - 2477-6521
Depresi Dengan Ilmiah Problema Kesehatan Vol 5(2) Juni 2020
Kualitas Hidup (271-283)
Penderita HIV/AIDS
Di Yayasan
Kanti Sehati Sejati
4 DESCRIPTION OF Oral Presentation THE 1ST e_ISSN : 2745- 7818
CHARACTERISTIC SYEDZA SAINTIKA
S OF INTERNATIONAL
IMPLEMENTATIO CONFERENCE ON
N OF MENTAL NURSING, MIDWIFERY,
HEALTH CARE MEDICAL LABORATORY
TECHNOLOGY, PUBLIC
HEALTH, AND HEALTH
INFORMATION
MANAGEMENT(SeSICNiMP
H)

466
Ns. Riska Amalya Nasution, M.Kep., Sp.Kep.J
Lahir di Padang, 30 April 1991. Berasal dari Kabupaten Mukomuko, Bengkulu
nasutionriska20@gmail.com/
riskamalya@ui.ac.id
+6282121656668

Experience
Feb 2019-Feb 2021 Staf Dosen di FIK UI
Feb 2021-Sekarang Staf Dosen di FKIK UNJA
Maret 2020-Sekarang Founder Pedulijiwa.id

Education
Sekolah Tahun
SD Negeri 01 Mukomuko 1997-2003
SMPN 1 Mukomuko 2003-2006
SMAN 1 Mukomuko 2006-2009
Universitas Andalas (Bachelor)
Sarjana Keperawatan 2009-2013
Universitas Andalas (Ners)
Ners 2013-2015
Universitas Indonesia (Master)
Magister Keperawatan 2016-2018
Program studi ners spesialis
Keperawatan Jiwa 2018-2019

Academic Papers
1. Karya Ilmiah Akhir Spesialis: Pemberian Psikoedukasi Keluarga dan
Terapi Suportif Berbasis Kebutuhan Keluarga dalam Merawat Klien
dengan Halusinasi

467
2. Tugas Akhir Tesis: Pengaruh Terapi Kognitif Perilaku dan Peer
Leadership terhadap Ide Bunuh Diri pada Remaja di Sekolah Menengah
Atas Bengkulu tahun 2018
3. Laporan Ilmiah Akhir Ners: Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan
Lansia Pada Bapak S Dengan Masalah Depresi Dan Asuhan Keperawatan
Pada Kelompok Lansia Di RW X & XI Kelurahan Kampung Pondok
Kecamatan Padang Barat Kota Padang Tahun 2014
4. Tugas Akhir Skripsi : Pengaruh Proses Pembelajaran Melalui Teknik
Video Self Modelling (VSM) Terhadap Kemampuan Cuci Tangan Pada
Anak Penyandang Autisme Di Yayasan Pengembangan Potensi Anak
(YPPA) Padang Tahun 2013

Achievements
1. Penerima Beasiswa LPDP Kementerian Keuangan tahun 2016 (Program
Reguler: Magister)
2. Funded from University of Manchester for Workshop GCRF Developing
Scalable Digital Interventions for Improving Access to Depression
Interventions throughout Indonesia 1-5 Juli 2019

Paper & Proceeding


1. Proceeding Book International Seminar on Business and Social Science,
Kyoto, Japan, tahun 2018 (Bullying Computer-Based Online Level
Measurement and Grade Intervention Preparation: A Literature Review)
2. Proceeding book The 2 nd International nursing scholar congress
3. Comprehensive Child and Adolescet Nursing Journal: Effect of Cognitive
Behavioral Therapy and Peer Leadership Suicidal Ideation of Adolescents
in Bengkulu
4. Prosiding ISSN Konas Lampung: Peningkatan Kemampuan Kader
Kesehatan Jiwa dalam Mengatasi Masalah Psikososial Masyarakat Akibat
Bencana
5. Jurnal Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Kendal:
Kesepian pada Warga Binaan Selama Pandemi Covid-19 di Lembaga
Pemasyarakatan

Pelatihan
1. Fasilitator dan Pembicara di Pelatihan CMHN
2. Fasilitator Pelatihan CBT
3. Fasilitator dan Pembicara di Pelatihan KKJ

468
4. Fasilitator Pelatihan Komunikasi Efektif
5. Fasilitator Pelatihan Laboratorium Keperawatan
6. Fasilitator dan Pembicara di Pelatihan DKJPS (Dukungan Kesehatan Jiwa
dan Psikososial) Covid-19

Conference & Workshop


1. Workshop Keperawatan Jiwa X "Bedah Diagnosis Keperawatan Jiwa,
Penatalaksanaan Tindakan Keperawatan Ners Spesialis, Sebagai Realisasi
Praktik Keperawatan Jiwa dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi
ASEAN tahun 2016
2. Konferensi Nasional Keperawatan Kesehatan Jiwa XIII, Tema:
Peningkatan Kesehatan Jiwa Anak Indonesia Melalui Pemberdayaan
Keluarga
3. Workshop Keperawatan Jiwa XI: Scanning Diagnosis Keperawatan Jiwa
dan Cognitive Behaviour Therapy (CBT) tahun 2017
4. The 6th International Conference on Business and Social Science, Kyoto,
Japan, tahun 2018
5. The 2 nd International nursing scholar congress as a presentator tahun
2018
6. IGNITE Workshop tahun 2018
7. Workshop mental health research group , University of Manchester, 2019
8. Oral Presenter di The 3rd IJCNS Yogyakarta, 12-13 November 2019
9. Oral Presenter di N3 Nursing Conference January 8-10, 2020 Bangkok,
Thailand

Book
1. Pedoman Kader Kesehatan Jiwa: Seri Bencana
2. Pemberdayaan Teman Sebaya (Persebaya) Sebagai Upaya Pencegahan
Bunuh Diri pada Remaja

Pengabdian masyarakat
1. Volunteer pengembangan Wilayah Ramah Lansia Depok, Rumah Zakat,
Depok. Tahun 2016
2. Pengmas Program UI Peduli (Aksi): Terapi psikososial atasi depresi dan
ansietas pada remaja putus sekolah di Kota Bogor tahun 2018
3. Anggota Pengmas DRPM: Pemberdayaan kader kesehatan jiwa dalam
mengatasi masalah psikososial masyarakat akibat bencana

469
4. Asisten Anggota Pengmas DRPM: Persebaya dalam pencegahan bunuh
diri pada remaja pasca bencana
5. Asisten Anggota Pengmas DRPM: Membangun ketahanan psikologis anak
sekolah dalam upaya disaster preparedness melalui program sayap tanggap
bencana
6. Ketua Pengmas Departemen Jiwa: Optimalisasi kesehatan jiwa kelompok
rentan: narapidana dan residen pengguna napza sebagai upaya penurunan
angka bunuh diri
7. Anggota Pengmas FIK UI: promosi kesehatan melalui PHBS untuk
pencegahan penyakit tidak menular pada masyarakat kampung naga
tasikmalaya, 28-30 nov 2019
8. Pengmas DRPM UI Pandeglang : Promosi Kesehatan Jiwa Masyarakat
dengan Penyakit Kronis di Desa Sumur Pandeglang, Banten 2019
9. Pengmas DRPM UI: Optimalisasi peran orang tua dan guru dalam
membantu kemampuan beradaptasi anak penyandang autus menghadapi
pandemi Covid-19 tahun 2020
10. Pengmas DRPM UI: Upaya Penurunan Expressed Emotion pada Keluarga
Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) melalui Latihan Keterampilan
Koping (Lanting Jiwa) di Kelurahan Kayu Manis Kota Bogor 2020
11. Pembimbing DPL Program KKNT Covid-19 Kemdikbud 2020

470

Anda mungkin juga menyukai