Anda di halaman 1dari 78

BAB I

PENGELOLAAN KONTRAK

Capaian pembelajaran
Setelah mempelajari pokok bahasan ini mahasiswa diharapkan mampu
menerapkan kegiatan yang harus dipersiapkan kontraktor dalam mengawali
pelaksanaan proyek (setelah kontrak ditandatangani)

Kemampuan akhir yang dicapai


Setelah mempelajari pokok bahasan ini mahasiswa diharapkan dapat:
1. Merencanakan kegiatan awal kontraktor yang harus dilakukan pada saat
mengawali pekerjaan proyek di lokasi
2. Menyebutkan dan menjelaskan tugas dan tanggungjawab staf teknik yang ada
di lapangan.
3. Menerapkan hasil rancangannya dalam bentuk tata letak site, mobilisasi
sumberdaya sesuai dengan metoda yang dipilih
4. Menyebutkan beberapa metode pencegahan kehilangan bahan dan komponen
proyek ditinjau dari keamanan lapangan.

1.1 Pendahuluan
Tahapan lelang merupakan salah satu tahapan proyek dimana pada tahap
tersebut merupakan perpindahan dari tahap perencanaan ke tahap mencari
pelaksana, sehingga semua kontraktor yang mengikuti lelang akan berlomba-
lomba untuk memenangkannya.
Pada tahap lelang ini kompetisi antar kontraktor akan muncul dan masing- masing
kontraktor berusaha menghitung biaya proyek yang paling efisien dan tanpa
menyimpang spesifikasi yang sudah ditetapkan.
Ditinjau dari sisi kontraktor sendiri memiliki tujuan yaitu :
1. Memenangkan tender, dengan cara menekan harga penawaran serendah
mungkin dengan tidak menyimpang dari spesifikasi yang ada.
2. Mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya guna kelangsungan hidup bagi
kontraktor tersebut.
1
Dengan dua tujuan tersebut, maka dalam pelaksanaannya (proyek),
kontraktor dituntut untuk secara sungguh-sungguh selalu menggunakan
metodenya yang dapat menghasilkan penyelesaian proyek secara efektif, efisien
dan ekonomis dengan tidak meninggalkan spesifikasi yang ada.
Usaha untuk menggunakan metoda pelaksanaan proyek yang paling efisien dan
menguntungkan serta strategi penawaran yang dapat menekan biaya penawaran
tanpa menyimpang spesifikasi menjadi target bagi kontraktor untuk
memenangkan kompetisi tersebut.
Setelah ditetapkan salah satu kontraktor sebagai pemenang, maka
dibutuhkan suatu kontrak yang mengikat antara pemilik dengan kontraktor guna
penyelesaian proyek, maka dalam pelaksanaan selanjutnya perlu adanya
pengelolaan kontrak tersebut dengan tujuan untuk:
1. Mendapatkan kejelasan dari batasan kontrak tersebut.
2. Menjaga serta memperjelas pembagian tugas dan tanggungjawab untuk
masing-masing pihak.
3. Sebagai alat control dan dokumen bagi masing-masing pihak.

1.1.1. Hal-hal yang harus tercantum dalam pembuatan kontrak adalah:


a. Jenis pekerjaan yang dikontrakkan, termasuk batasan pekerjaan yang
harus diselesaikan.
b. Nama, alamat pihak pemilik dan kesanggupan untuk membayar jika
pekerjaan sudah diselesaikan oleh kontraktor (dalam hal ini pemilik
sebagai pihak I).
c. Nama, alamat pihak II yaitu kontraktor/ pelaksana proyek yang menang
dalam tender sekaligus kesanggupannya untuk mengerjakan pekerjaan
yang diserahkan sesuai dengan kontrak dan dokumen tendernya.
d. Waktu penyelesaian pekerjaan yang diinginkan oleh pemilik sekaligus
ketentuan-ketentuan jika terjadi keterlambatan.

1.1.2. Beberapa hal yang harus diketahui pada awal proyek dilaksanakan
a. Penerimaan lelang

2
Kontraktor memasukkan penawaran sesuai dengan syarat-syarat yang
sudah ditetapkan dalam dokumen tender dan berita acara anwizying,
Setelah kontraktor memasukkan hasil penawarannya, biasanya
kontraktor merasa ragu-ragu dan bimbang yang dikarenakan:
- Keraguan akan kebenaran perhitungannya dan kelengkapan persyaratan.
- Perbedaan hasil hitungan dengan kontraktor lain meskipun hasil
perhitungan sudah berbeda cukup besar (memiliki selisih cukup besar
dari penawar yang lain).

b. Penawar Terendah
Sebagai penawar terendah atau termasuk urutan tiga terendah, kontraktor
akan diundang oleh ahli untuk memberikan penjelasan lebih rinci
mengenai kualifikasi yang ada, dan kemungkinan mengurangi atau
menyesuaikan perhitungan, sehingga pada hasil penawarannya dapat
dibandingkan dengan penawaran yang lain.

c. Letter of Intent ( Surat Pernyataan Kehendak)


Merupakan kesepakatan tertulis antara klien(pemilik) dengan kontraktor
yang menyatakan bahwa setiap tindakan kontraktor dalam hal ini
merupakan biaya pemilik. Letter of Intent ini dikeluarkan sebelum ada
kontrak dengan tujuan untuk memperkecil resiko kontraktor khususnya
biaya-biaya yang sudah dikeluarkan (contoh: pengadaan bahan, pengadaan
staff dan lain sebagainya) jika nantinya bukan kontraktor tersebut yang
mendapatkan kontrak.

d. Kontrak/ kesepakatan
Kontrak dapat didefinisikan sebagai suatu perjanjian atau kesepakatan dari
kedua belah pihak yang mempunyai objek yang sama secara legalitas
termasuk hukum perjanjian.
Kontrak dapat terbentuk jika ada 2 pihak atau lebih telah saling
menyetujui untuk mengadakan suatu transaksi dengan objek sama.
Transaksi tersebut umumnya berupa kesanggupan oleh satu pihak untuk

3
melakukan sesuatu bagi pihak lainnya dengan sejumlah imbalan
(monetary value) yang telah disepakati.
Persetujuan hanya dapat dilanjutkan dalam bentuk kontrak bila :
- Saling menyetujui (mutual constent).
- Ada penawaran dan penerimaan (offer accaptence).

1.1.3. Kontrak akan valid dan mempunyai kekuatan hukum bila


mempunyai elemen-elemen sebagai berikut:
a. Pihak harus kompeten (usia cukup dewasa, sehat akal, tidak terlibat
tindakan criminal)
b. Tujuan kontrak tidak menyimpang dari hukum tertulis.
c. Ada offer dan acceptance ( penawaran dan penerimaan).
d. Harus dalam keadaan tertulis untuk mendapatkan kekuatan hukum.
Jadi kontrak merupakan kesepakatan antara pemilik (klien) dengan
kontraktor berdasarkan dokumen kontrak. Pemilik sebagai pihak I wajib
membayar hasil jasa yang diberikan oleh pihak II (kontraktor) dan
kontraktor sebagai pihak II wajib mengerjakan sesuai dokumen lelang.

1.1.4. Surat PerintahKerja (SPK) dan Surat Penyerahan Lapangan (SPL)


Kontraktor akan mendapatkan Surat Perintah Kerja (SPK) atau surat
perintah mulai kerja (SPMK) dan surat Penyerahan Lapangan dari pihak
pemilik untuk memulai pekerjaan, Adapun perhitungan waktu
pelaksanaan pekerjaan sebagai berikut :
- Untuk di Indonesia : pelaksanaan dimulai setelah SPK dan SPL
diberikan dan masa mobilisasi termasuk dalam masa penyelesaian
proyek hingga penyerahan pemeliharaan.
- Untuk di luar negeri : pelaksanaan dimulai setelah masa mobilisasi
selesai hingga masa penyerahan pemeliharaan (masa mobilisasi tidak
termasuk penyelesaian proyek).
Jika sampai jangka waktu 28 hari dari SPK dan SPL diberikan dan
kontraktor belum juga memulai pekerjaan tanpa alasan yang dapat
diterima, maka pekerjaan diambil alih oleh pemilik atas biaya kontraktor.

4
1.1.5. Hal-hal yang perlu diperhatikan yang berkaitan dengan kontrak
a. Peralatan dari klien :
Jika dalam kontrak menyebutkan bahwa klien akan menyediakan
peralatan dan sudah tentu dengan waktu pengadaan , maka jika
terjadi keterlambatan pengadaan peralatan dan ternyata mempengaruhi
waktu penyelesaian proyek, kontraktor berhak memperoleh penggantian
biaya- biaya tambahan karena keterlambatan peralatan tersebut.
b. Asuransi :
Kontraktor wajib mengasuransikan pekerjaan, peralatan dan
tenaga kerja serta hal-hal lainnya yang terlibat dalam proyek serta
tertulis dalam kontrak, meliputi :
- Kontraktor wajib melindungi klien terhadap tuntutan atas semua
kerusakan, tanggung jawab, kompensasi dan tuntutan- tuntutan
lainnya
- Menyangkut sub kontraktor yang ditunjuk, kontraktor tidak wajib
menutup asuransi pekerja, apabila subkontraktor dapat
memperlihatkan adanya asuransi yang membebaska klien dan
kontraktor atas tanggung jawab semacam ini.
- Jika kontraktor tidak mampu membayar premi asuransi, klien tetap
berhak mengambil alih dan membayar premi asuransi tersebut.
- Kontraktor harus memberitahukan secara resmi kesemua pihak
yang terkait mengenai pekerjaan yang akan dimulai
- Perlu pembagian tanggung jawab di lapangan antara ahli dan
kontraktor
- Klien tidak bertanggung jawab akan resiko peralatan, bahan yang
lain yang tidak tercantum dalam kontrak.
- Semua pekerjaan konstruksi, pekerjaan sementara dan bahan-
bahan yang disediakan kontraktor, begitu masuk ke lokasi proyek
dinyatakan sebagai barang- barang yang hanya dimaksudkan untuk
pelaksanaan pekerjaan dan kontraktor tidak diijinkan untuk
memindahkan tanpa seijin ahli/ direksi.
5
1.2. Kedudukan dan Tanggung Jawab Ahli
Ahli pada tahap pelaksanaan juga sering disebut dengan pengawas
lapangan yang bertanggung jawab terhadap mutu hasil pelaksanaan yang
dikerjakan oleh kontraktor.
Pengawas lapangan merupakan wakil pemilik yang ada di lokasi proyek
yang sering juga disebut direksi/ pengawas lapangan/pengawas harian.
Anggota pengawas lapangan terdiri dari wakil pemilik, wakil konsultan
perencana dan wakil dari pihak yang berwenang yang ketiganya menjadi
satu tim yang harus kompak dan selalu mengawasi pelaksanaan proyek
sesuai dengan kontrak yang sudah ada.
Konsultan perencana menugaskan staf di lapangan yang berfungsi sebagai
pengawas lapangan/ direksi/ pengawas harian, sebagai kelanjutan tugas
konsultan pada tahap pelaksanaan guna mengawasi pekerjaan kontraktor
supaya sesuai dengan dokumen kontrak. Kedudukan pengawas lapangan
berada pada pihak pemilik/klien dan hubungan kontraknya langsung
dengan pemilik, macam dan banyaknya pengawas tergantung dari jenis
pekerjaan juga kemampuan finansiil dari pihak pemilik.
Adapun yang sering terlibat, di pihak konsultan pada tahap pelaksanaan
meliputi :
1.2.1. Arsitek sebagai perencana konstruksi
Tanggung jawab arsitek diantaranya:
a. Secara rutin melakukan perencanaan dan kelengkapan gambar kerja
b. Membahas pekerjaan yang akan dikerjakan dengan wakil kontraktor
untuk menjamin agar tahapan pelaksanaan pekerjaan akan diselesaikan
dengan baik sesuai kesepakatan bersama
c. Pembahasan perubahan- perubahan perancangan yang terperinci yang
diusulkan kontraktor
d. Mengatur dan membagi tugas para pembantunya sesuai program
pembangunan yang dibuat oleh kontraktor
e. Perpanjangan waktu
f. Perintah- perintah variasi atau perubahan

6
g. Dan yang lain yang berkaitan dengan kelancaran pelaksanaan
pekerjaan.

1.2.2. Tugas dan tanggung jawab Quantity Surveyor (QS)


Posisi dari Quantity Surveyor (QS) ada pada pihak pemilik (Klien) dan
kedudukannya dapat berdiri sendiri atau jadi satu dengan perencana. Adapun
tugas dan tanggung jawabnya meliputi :
a. Tahap perencanaan :
- Membantu pemilik sebagai penasehat biaya konstruksi yang
menyatakan bahwa dana yang dipunyai pemilik jika diwujudkan
bangunan akan sesuai dengan keinginan pemilik.
- Memperkirakan biaya pembangunan dari sketsa yang dibuat oleh
arsitek dan melaporkan kepada pemilik guna validasi
- Jika prinsip design disetujui dan biaya dianggap terlalu tinggi, QS
menyarankan modifikasi- modifikasi terhadap struktur dan
penggunaan bahan finishing.
- Mengikuti perkembangan design, dan selalu memberikan masukan
tentang kesesuaian biaya
- Berdasarkan gambar rencana yang sudah diselesaikan oleh arsitek,
QS selalu melengkapi dengan bills of quantitiesnya dan bersama-
sama dengan konsultan teknik lainnya melengkapi spesifikasinya
b. Tahap pelaksanaan :
- Secara bertahap menghitung biaya pekerjaan yang sudah
terselesaikan dan memberikan rekomendasi pembayaran
- QS membuat dokumen untuk penarikan uang dari bank guna
pembayaran tahapan sampai akhir.
- Secara bertahap membuat laporan keuangan proyek dan perkiraan
biaya terakhir dari proyek

7
- QS memberitahukan ke arsitek penambahan biaya yang akan
terjadi sebelum menetapkan diadakan perubahan- perubahan pada
proyek
- Menghitung biaya tambah kurang berdasarkan harga di BQ
- Secara terus menerus sampai proyek selesai QS mengawasi,
memonitor semua kejadian yang mungkin mempengaruhi biaya
akhir proyek
1.2.3. Tugas dan tanggung jawab direksi
Direksi merupakan wakil ahli yang ditugaskan untuk pengawasan
pelaksanaan pekerjaan di lapangan/ site
Adapun beberapa tugas dan tanggung jawabnya meliputi :

a. Di kantor :
- Memelihara laporan harian di kantor direksi dengan selalu mengisi
secara rutin dan lengkap tentang semua kejadian yang ada di lokasi
proyek
- Membantu kontraktor dalam pelaksanaan pekerjaan dengan cara
memberikan saran dan masukan jika ada kesulitan pelaksanaan
- Selalu melengkapi dengan bukti- bukti administrasi sesuai dengan
kontrak
b. Di lapangan/ Site
- Melakukan pengawasan pelaksanaan kegiatan proyek yang
dilakukan oleh kontraktor supaya sesuai dengan spesifikasi yang
sudah ditetapkan
- Memberikan masukan dan saran kepada kontraktor jika ada
kesulitan pelaksanaan
- Memeriksa sumberdaya yang digunakan oleh kontraktor dalam
pelaksanaan kegitan proyek supaya tidak menyimpang dari
kontrak, seperti pemeriksaan bahan yang masuk ke-lokasi harus
sesuai spesifikasi, jika menyimpang bahan tersebut harus segera
dikeluarkan dari lokasi atas biaya kontraktor, dan yang lain
- Pelaksanaan dan pengawasan tes material di lokasi
8
- Pengukuran kemajuan prestasi kerja kontraktor

1.3. Posisi dan tanggung jawab kontraktor


Kontraktor sebagai pihak kedua dalam suatu kontrak dan sering juga
disebut sebagai pelaksana proyek yang tentunya harus bertanggung jawab pada
hasil pekerjaannya.
Tugas dan Tanggung jawab kontraktor terbagi dalam beberapa bagian sesuai
dengan pembagian tugas pada struktur organisasi kontraktor, dalam organisasi
kontraktor biasanya terbagi menjadi dua bagian utama, yakni :

1.3.1. Bagian Teknik dengan tanggung jawab:


a. Pelayanan semua permasalahan teknik, termasuk pengajuan design
struktur sementara maupun tetap serta perancangan dan pemrograman
pekerjaan.
b. Perkiraan penawaran, kondisi kontrak ataupun negosiasi
c. Pelaksanaan pekerjaan, pengawasan pekerjaan dan laporan- laporan
d. Kualitas dari pengontrolan, pengamatan dan pembuatan laboratorium
serta penyelidikan dari proses geometric
e. Alat- alat terpusat, transport, bengkel dan fasilitas- fasilitas perbaikan,
pengawasan rutin,serta peralatan –peralatan berat dengan
penjualannya setelah proyek selesai
f. Peningkatan pendidikan untuk staf teknik.

1.3.2. Bagian non teknik dengan tanggung jawab :


a. Sekretariat dan peraturan- peraturannya
b. Administrasi pembayaran keuangan
c. catatan- catatan dari pembiayaan dan analisanya
d. Hubungan tenaga kerja
e. Peningkatan pendidikan bagi staf admnistrasi
Jika ditinjau dari bidang teknik, masih terbagi menjadi beberapa bagian dengan
struktur organisasi proyek sebagai berikut :
1. Staf Lapangan

9
Staf lapangan harus betul – betul berpengalaman dalam bidang teknik dan
biasanya merupakan orang- orang lapangan yang diserahi untuk
mengawasi suatu proyek.
2. dst .......... supaya dilengkapi

B AB II
PERTIMBANGAN KONTRAKTOR DALAM PELAKSANAAN

Capaian Pembelajaran
Mahasiswa akan dapat menjelaskan kegiatan- kegiatan apa sajakah yang harus
dipersiapkan oleh kontraktor dalam mengawali pelaksanaan proyek.

Kemampuan akhir yang di capai:


Mahasiswa dapat :
1. Menjelaskan beberapa kegiatan sebelum pembangunan phisik dimulai
2. Menyebutkan perbedaan yang mungkin terjadi dalam perencanaan dan
pelaksanaan proyek.

2.1. Manajemen Lokasi Proyek


Pengelolaan pembangunan proyek yang mencakup wilayah/ daerah/
lokasi dimana proyek tersebut akan dibangun termasuk juga penempatan sarana
penunjang. Wilayah tersebut dapat disebut lokasi proyek ( Construction site) .
Lokasi proyek sangat bervariasi, melihat lahan yang tersedia dan dapat berbentuk:
a. panjang dan sempit biasanya untuk proyek jembatan
b. Kecil dan padat, biasanya untuk proyek perumahan di kota
c. Sangat luas dan terbuka, seperti proyek lapangan terbang , bendungan

2.1.1. Berdasarkan topografi , juga beraneka ragam :


a. Terpotong oleh sungai untuk proyek jembatan dan bendungan

10
b. Sedikit datar, proyek lapangan terbang
c. Bergelombang dan berkelok, untuk proyek jalan

Lokasi proyek juga dapat dikatakan sebagai sumberdaya yang akan


mempengaruhi prestasi kerja ataupun produktivitas kerja bagi tenaga kerja
ataupun peralatan. Pengelolaan lokasi dan pengaturan tata letak site /penempatan
fasilitas penunjang yang efisien dan terkendali akan menghasilkan biaya proyek
yang efisien juga.

2.1.2. Hal- hal yang menyebabkan engineer melupakan manajemen lokasi


proyek adalah :
a. Keberadaan manajemen lokasi proyek yang baik dipandang sebagai sesuatu
yang biasa terjadi sehingga tidak perlu direncanakan.
b. Kurangnya perhatian tentang manajemen lokasi proyek yang baik dalam buku
teks dan referensi serta dalam kursus- kursus pendidikan.
c. Lokasi proyek sendiri bukan suatu pusat keuntungan dan oleh sebab itu kurang
perhatian dalam manajemen lokasi proyek tersebut.

2.1.3. Manajemen lokasi proyek yang baik diperlukan sejak awal proyek
sampai pembersihan akhir dan dilakukan secara terus menerus selama
pelaksanaan proyek, sehingga :
a. Proyek dapat dimulai sesuai jadwal dengan baik
b. Membantu memasok dan menjadwalkan kebutuhan unit kerja pembangunan
dan tenaga kerja selama proyek berlangsung.
c. Mengurangi keterlambatan dan pembengkakan biaya akibat dari perawatan dan
pemeliharaan yang tidak efisien ( efisiensi kerja berdampak efisiensi biaya)
d. Memelihara semangat yang tinggi bagi para pekerja ( Kondisi lahan
mendukung untuk kerja )
e. Memperbaiki reputasi industri konstruksi.
f. Mengurangi kecelakaan kerja , karena kegiatan preventif yang dilakukan.

11
2.2. Perencanaan Site Lay Out

2.2.1. Deskripsi Singkat


Dalam pertemuan ini Anda akan mempelajari pengertian perencanaan site
layout, faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan site layout dan sarana dan
prasarana yang seharusnya ada pada site layout.

2.2.2. Sub Kompentensi


Pada akhir pertemuan ini mahasiswa diharapkan mampu menyusun
rencana site installation sesuai proyek yang diambil sebagai objek tugas.

2.2.3. Materi Belajar


2.2.1. Pengertian Perencanaan Site Layout
Perencanaan site layout adalah proses pengalokasian ruang yang tersedia
untuk sumber daya-sumber daya yang ada, sehingga mereka dapat diakses
dengan mudah dan fungsional selama proses konstruksi berlangsung
(Zouein&Tommelein, 1999). Perencanaan site layout juga merupakan suatu tugas
penting yang meliputi identifikasi fasilitas-fasilitas sementara yang dibutuhkan
untuk mendukung kegiatan konstruksi, menentukan bentuk dan ukuran, dan
menempatkan fasilitas-fasilitas sementara tersebut secara tepat dalam batasan area
konstruksi yang tersedia (Elbetagi, Hegazy &Eldosouky, 2004). Menurut Sugeng
Djojowirono (2000), perencanaan site layout ialah suatu rencana perletakan
bangunan-bangunan pembantu/darurat yang diperlukan sebagai sarana pendukung
untuk pelaksanaan pekerjaan
Dalam merencanakan suatu site layout, terdapat beberapa faktor yang
harus diperhatikan agar didapatkan suatu hasil site layout yang optimal. Faktor-
faktor tersebut juga harus mempertimbangkan metode konstruksi yang digunakan
serta pelaksanaan program secara keseluruhan (Burgess&White, 1979). Menurut
Tam, Tong, Leung dan Chiu (2002), perencanaan site layout dapat mempengaruhi

12
produktifitas dan memegang peranan penting terhadap kesuksesan sebuah proyek.
Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Chudley (1977), yang menyatakan
bahwa perencanaan site layout memegang peranan penting dalam perencanaan
kegiatan konstruksi, yang secara signifikan akan mempengaruhi kinerja proyek
secara keseluruhan.
Perencanaan site layout merupakan salah satu masalah khas dalam
konstruksi yang memiliki banyak kriteria (multicriteria) sekaligus mempunyai
banyak tujuan (multiobjective). Walaupun perencanaan site layout merupakan
suatu hal yang rumit dan terdiri dari variasi faktor-faktor dalam jumlah banyak,
perencanaan tersebut sebenarnya sebagian besar bergantung pada pengalaman dan
logika.
Perencanaan site layout bukanlah sesuatu yang sederhana dan juga
bukanlah sesuatu yang harus dibuat rumit. Yang perlu dilakukan adalah
mengenali secara tepat berbagai bagian yang terlibat di dalam site layout dan
berbagai pertimbangan yang dapat mempengaruhi perencanaan pengaturan
bagian-bagian tersebut (Muther, 1955). Pengetahuan akan faktor-faktor yang
mempengaruhi perencanaan site layout proyek konstruksi dapat membantu para
praktisi yang terlibat di dalamnya dalam merencanakan suatu site layout yang
efisien dan efektif.

2.2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perencanaan Site Layout


Faktor-faktor yang mempengaruhi perencanaan site layout menurut
Muther (1955), antara lain adalah faktor tunggu (waiting factor), faktor
pergerakan (movement factor) dan faktor pelayanan (service factor). Tiap-tiap
faktor tersebut dibagi dalam beberapa bagian dan pertimbangan. Tidak semua
bagian atau pertimbangan dari faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi
perencanaan suatu site layout, tetapi dengan memperhatikan daftar bagian-bagian
dan pertimbangan tersebut, setidaknya seorang perencana telah mengetahui
faktor-faktor yang berpengaruh dalam merencanakan suatu site layout yang dapat
menjadi bahan pertimbangan baginya (Muther, 1955). Menurut Burges dan White
(1979), terdapat beberapa faktor yang juga mempengaruhi perencanaan site

13
layout, antara lain adalah faktor lingkungan (site environment factor) dan faktor
jalan akses (access and egress conditions factor).
Detail faktor-faktor yang mempengaruhi perencanaan site layout adalah
sebagai berikut:
1) Faktor tunggu (waiting factor)
a. Jumlah dan variasi material
 Material struktural
 Material non struktural
 Elemen struktur pracetak dan prafabrikasi
b. Jumlah dan variasi alat
 Alat perancah
 Formwork
c. Karakteristik bahan
 Berat, ukuran dan bentuk tiap bahan
 Sifat fisik dan kimiawi bahan
 Kerapuhan bahan
d. Keamanan tempat penyimpanan
 Keamanan material
 Keamanan peralatan
e. Administrasi dan Inventarisasi material
 Administrasi arus keluar-masuk material
 Inventarisasi material
2) Faktor pergerakan (movement factor)
a. Aliran kerja konstruksi
 Urutan pekerjaan
 Alur kerja konstruksi
 Aliran pergerakan material
b. Jumlah dan jenis alat berat yang digunakan
 Alat berat transportasi
 Alat berat pemindah tanah dan penggalian
 Alat berat pekerjaan pondasi

14
c. Jumlah dan jenis kendaraan pengangkut
 Jumlah dan jenis kendaraan supplier
 Jumlah dan jenis kendaraan kontraktor
d. Jarak antar elemen fasilitas lapangan
 Jarak-jarak yang menunjang koordinasi
 Jarak-jarak yang menunjang pengawasan
 Jarak-jarak yang menunjang distribusi
3) Faktor pelayanan (service factor)
a. Personnel Consideration-Benefits Recreations
 Pelayanan kesejahteraan pegawai dan pekerja
 Pelayanan kesehatan pegawai dan pekerja
b. Keselamatan Kerja
 Keselamatan kerja berhubungan dengan operasional alat berat
 Keselamatan kerja berhubungan dengan alat kerja
c. Waste Control
 Pembuangan material sisa
 Pembuangan limbah cair
4) Faktor lingkungan (site environment factor)
a. Keberadaan properti tetangga
 Kedekatan properti tetangga
 Jenis dan ukuran properti tetangga
b. Kondisi lahan proyek
 Keadaan tanah
 Topografi lahan
 Ketinggian M.A.T
c. Aspek gangguan terhadap publik
 Polusi debu
 Kerusakan dan kekotoran terhadap jalan publik
2.2.3. Perencanaan Site Layout (Site Installation)
Sebelum mulai suatu pekerjaan baik pekerjaan kecil maupun pekerjaan
besar, terlebih dahulu perlu diadakan peninjauan keadaaan lapangan untuk

15
memperoleh gambaran secara menyeluruh mengenai keadaan lapangan dalam
rangka menyusun kegiatan persiapan pelaksanaan pekerjaan.
Salah satu kegiatan persiapan adalah penyusunan perencanaan site layout
yaitu suatu rencana perletakan bangunan-bangunan pembantu/darurat yang
diperlukan sebagai sarana pendukung untuk pelaksanaan pekerjaan (Djojowirono,
Sugeng, 2000). Bangunan ini bersifat sementara dan hanya digunakan selama
jangka waktu pelaksanaan pekerjaan dan selanjutnya harus dibongkar apabila
pekerjaan pokok telah selesai secara keseluruhan.
Secara garis besar tujuan pokok dari penyusunan rencana site layout ialah
mengatur tata letak bangunan-bangunan pembantu sedemikian rupa sehingga
pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan dengan efisien, lancar, aman dan dapat
diselesaikan sesuai Rencana Kerja yang telah disusun.
1) Efisien
Perletakan dari bangunan-bangunan pembantu perlu diatur menurut kebutuhan
sehingga diperoleh efisiensi kerja. Yang dimaksud dengan efisiensi kerja
adalah pencapaian perbandingan yang terbalik antara sumber tenaga/daya
dengan hasil pelaksanaan. Untuk itu letak bangunan pembantu satu dengan
yang lain, diusahakan jangan sampai saling mengganggu baik mengenai jarak
antara maupun ukuran dari masing-masing bangunan.
Demikian pula letak dari alat-alat/ alat besar dan penyediaan bahan-bahan
bangunan sangat berpengaruh terhadap efisiensi kerja.
2) Lancar
Yang dimaksud dengan lancar ialah selain kelancaran pelaksanaan pekerjaan,
terutama diartikan dalam kelancaran transportasi/angkutan di tempat
pekerjaan. Pembuatan jalur-jalur jalan kerja untuk mendukung kelancaran
transportasi sangat erat hubungannya dengan perletakan dari bangunan-
bangunan pembantu. Apabila kelancaran transportasi terganggu dapat
mengakibatkan/menimbulkan hambatan pelaksanaan pekerjaan/sebagian
pekerjaan, dan selanjutnya jangka waktu pelaksanaan pekerjaan dapat
menyimpang dari Rencana Kerja yang telah tersusun.
3) Aman

16
Pembuatan bangunan-bangunan pembantu antara lain bertujuan untuk
keperluan keamanan dan keselamatan.
Yang dimaksud dengan keamanan ialah untuk menghindarkan gangguan
pencurian, kehilangan dan kerusakan bahan-bahan bangunan serta alat
peralatan bangunan.
Dengan demikian walaupun bangunan pembantu ini bersifat sementara, perlu
dibuat cukup kuat dan dapat menjamin keamanan dari bahan-bahan bangunan
serta peralatan bangunan.
Untuk pekerjaan-pekerjaan yang cukup besar, bangunan pembantu untuk pos
keamanan mutlak diperlukan yaitu tempat para petugas keamanan dapat
bekerja terus-menerus selama 24 jam.
Sedang yang dimaksud dengan keselamatan ialah dalam hubungannya dengan
keselamatan kerja dari para tenaga kerja. Terutama untuk bangunan pembantu
yang berupa bengkel-bengkel kerja harus dibuat sedemikian rupa sehingga
bentuk ukuran dan konstruksinya dapat menjamin keselamatan dan
ketentraman kerja bagi para pekerja yang bekerja di dalam bangunan tersebut.
Pada umumnya jenis/macam dari bangunan pembantu tergantung kepada
besar kecilnya pekerjaan atau panjang pendeknya jangka waktu pelaksanaan
pekerjaan. Demikian pula jenis/macam dari pekerjaan/bangunan yang akan
dilaksanakan ikut menentukan jenis/macam dan ukuran bangunan pembantu,
termasuk jumlah dari bangunan pembantu.
Walaupun bangunan pembantu ini bersifat sementara dan harus dibongkar
apabila pekerjaan/bangunan pokok telah selesai, tetapi jangka waktu penggunaan
dari bangunan pembantu tersebut merupakan bahan pertimbangan pokok dalam
menentukan/memilih bahan bangunan dan jenis konstruksi agar dapat bertahan
minimum selama jangka waktu pelaksanaan pekerjaan dari pekerjaan/bangunan
pokok. Bangunan-bangunan pembantu yang seharusnya ada antara lain:
1) Kantor
Bangunan pembantu untuk kantor dipergunakan tempat bekerja petugas
administrasi baik administrasi umum maupun administrasi teknis.
Bentuk, ukuran, jumlah dan bahan-bahan bangunan yang digunakan untuk
pembuatan bangunan pembantu untuk kantor disesuaikan dengan kebutuhan.

17
Ada dua macam bangunan pembantu untuk kantor, yaitu kantor
Pengawas/Direksi dan untuk kantor Pelaksana/Kontraktor.
Untuk pekerjaan-pekerjaan yang cukup besar dapat pula dibuat bangunan
pembantu tersendiri untuk bangunan kantor kontraktor Pembantu/Sub
Kontraktor.
Letak dari bangunan pembantu dapat terpisah atau jadi satu, tergantung dari
besar kecilnya pekerjaan. Yang penting adalah hubungan kerja antar Direksi
dan Kontraktor dapat berjalan lancar. Untuk pekerjaan-pekerjaan yang cukup
besar dan dalam jangka waktu yang cukup lama, bangunan pembantu untuk
kantor perlu dilengkapi fasilitas-fasilitas menurut kebutuhan yang berupa
antara lain: kamar mandi, WC, tempat cuci muka dan instalasi listrik, air
telepon, serta bila perlu instalasi AC.
2) Gudang
Bangunan pembantu untuk gudang dipergunakan untuk menyimpan barang-
barang dan bahan-bahan bangunan berharga dan yang harus dilindungi
terhadap pengaruh cuaca (hujan dan panas) serta keamanan. Bentuk, ukuran,
jumlah dan bahan-bahan bangunan yang digunakan untuk pembuatan
bangunan pembantu untuk gudang disesuaikan dengan kebutuhan.
Untuk menyimpan bahan-bahan bangunan yang tidak perlu dilindungi
terhadap pengaruh cuaca cukup ditampung di tempat penyimpan terbuka
dengan diberi batas pengaman seperlunya.
Letak dari bangunan-bangunan pembantu ini diusahakan agar mudah dicapai
dan tidak mengganggu kelancaran kegiatan pelaksanaan pekerjaan
pembangunan.
Gudang bahan terbagi menjadi gudang tertutup dan gudang terbuka. Gudang
tertutup diperuntukkan bahan yang tidak boleh terkena sinar matahari dan hujan,
sedangkan untuk gudang terbuka diperuntukkan bahan- bahan yang
diperkenankan kena hujan dan panas matahari.
Pemilihan tempat untuk gudang menyesuaikan lahan yang tersedia ditempatkan
pada tempat yang paling strategis ditinjau dari efisiensi kerja pada saat bongkar
muat tanpa mengganggu pekerjaan yang lain dan pada posisi lahan bebas serta

18
mudah pengawasannya guna menjaga keamanan bahan/ material yang disimpan di
lokasi.
Pada umumnya bahan disimpan berdasarkan :
a. Bahan- bahan yang membutuhkan tempat yang cukup luas seperti pasir,
kerikil, batukali, batu bata, komponen kerangka ditempatkan diluar
/ditempat terbuka tanpa terlindung air dan sinar matahari
b. Bahan- bahan yang tidak boleh terkena air dan panas matahari
ditempatkan digudang tertutup seperti semen, cat, meni, dls
c. Bahan- bahan yang berbahaya disimpan di tempat yang khusus dan aman
seperti bahan peledak, solar, bensin dyl
d. Kebutuhan luas disesuaikan dengan kebutuhan bahan, rencana
penjadwalan pengadaan bahan ke lokasi, luasan lokasi proyek dan besar
kecilnya proyek.
e. Pertimbangan dalam perencanaan gudang, bahan yang disimpan harus
aman baik dari factor kerusakan karena penimbunan maupun dari factor
kehilangan karena pencurian, memungkinkan untuk kegiatan bongkar
muat tanpa mengganggu pekerjaan yang sedang berlangsung,
f. Tinjauan efektifitas kerja yakni mudah dijangkau, tidak mengganggu
pelaksanaan pekerjaan, dekat dengan pintu masuk dan mudah dalam
pengawasan.
Sistem penyimpanan dikelompokkan sesuai spesifikasi yang ditetapkan agar
mudah dalam pengambilan dan pemakaiannya. Pemasukkan dan pengeluaran
bahan/ material harus tercatat secara baik dan untuk menunjang semua
kegiatan digudang diperlukan penanggung jawab gudang yang selalu ada di
lokasi gudang dengan dilengkapi pembukuan/ pengadministrasian bahan
secara baik serta berfungsi juga sebagai pengendali material/bahan.

19
3) Bengkel kerja
Bangunan pembantu untuk bengkel kerja ialah tempat kerja perbengkelan
yang tidak mungkin dikerjakan di luar tempat pekerjaan/proyek antara lain
meliputi bengkel kerja untuk kayu, besi, listrik, mesin-mesin dan lain-lain.
Bentuk, ukuran, jumlah dan bahan-bahan bangunan yang digunakan untuk
pembuatan bangunan pembantu untuk bengkel kerja disesuaikan dengan
kebutuhan. Yang penting agar orang/tenaga kerja yang bekerja di dalam
bengkel dapat bekerja dengan aman, tidak terganggu dan mengganggu
kegiatan pekerjaan yang lain. Dalam hal ini perlu pula diperhatikan
persyaratan yang tercantum dalam peraturan Pemerintah mengenai
keselamatan kerja.
Letak dari bangunan untuk dari bangunan pembantu dapat terpisah untuk
masing-masing bengkel kerja, terutama untuk pekerjaan-pekerjaan besar,
dapat pula dijadikan satu denga pembatas atau penyekat seperlunya untuk
pekerjaan kecil/sedang.
Untuk pekerjaan yang cukup besar dan menggunakan mesin-mesin atau alat
peralatan bangunan/alat besar, diperlukan bengkel kerja khusus untuk
merawat/memelihara dan memperbaiki mesin-mesin dan alat-alat besar
tersebut, juga sebagai tempat penyimpanan peralatan kecil yang ada dilokasi
dan selalu terkendali baik dari sisi kelengkapan dan ketersediaan alat juga
kesiapan alat.
Peralatan yang ada di lokasi harus dalam kondisi yang terawat dan siap
digunakan, jika ada peralatan yang rusak harus segera diperbaiki, dan jika
sudah tidak dapat diperbaiki harus segera dikeluarkan dari lokasi proyek.
Penempatan gudang alat sebaiknya ditempatkan pada lokasi yang strategis,
dekat dengan kantor pelaksana dan tersimpan rapi serta aman dari faktor
kerusakan alami maupun pencurian.
Di gudang alat juga tersedia suku cadang yang sering dipakai jika terjadi
kerusakan alat dan selalu termonitor, sehingga semua alat yang tersedia di
lokasi siap digunakan dan tidak bermasalah

20
sampai sini dulu
4) Laboratorium Lapangan
Bangunan pembantu untuk laboratorium lapangan ialah tempat untuk
mengadakan penelitian, pengujian dan percobaan di lapangan yang
berhubungan dengan pemeriksaan hasil pekerjaan, dan untuk mengadakan
percobaan beberapa jenis bagian konstruksi.
Laboratorium lapangan dapat berupa laboratorium biasa atau laboratorium
model untuk uji coba.
Bentuk, ukuran, bahan-bahan bangunan dan kelengkapan peralatan
laboratorium disesuaikan dengan kebutuhan. Pada umumnya laboratorium
lapangan dibuat untuk menunjang kelancaran pekerjaan untuk
pekerjaan/proyek yang cukup besar dengan jangka waktu yang cukup lama.
5) Pos Keamanan
Bangunan pembantu untuk pos keamanan dibuat untuk keperluan para
petugas keamanan dari pekerjaan/proyek.
Bentuk, ukuran, bahan-bahan yang digunakan dan jumlah serta letak
bangunan pos keamanan disesuaikan dengan situasi lapangan dan kebutuhan
pekerjaan.
6) Pagar Keliling
Bangunan pembantu untuk pagar keliling dimaksudkan selain untuk
membatasi daerah/lapangan kerja juga untuk keamanan seluruh pekerjaan.
Bentuk, ukuran dan bahan-bahan bangunan yang dipergunakan tergantung
pada besar kecilnya pekerjaan dan jangka waktu pelaksanaan pekerjaan. Pada
umumnya pagar keliling dibuat untuk pekerjaan/proyek dengan batas tertentu
dan tidak luas.
Contoh perencanaan site plan pada proyek jembatan dan gedung dapat
dilihat pada Gambar 2.1 dan Gambar 2.2.

21
Gambar 2.1. Contoh Site Plan Proyek Jembatan

Gambar 2. 2 Contoh Site Plan Proyek Gedung

22
2.4. Pertanyaan
Berdasarkan uraian di atas jawablah pertanyaan-pertanyaan sebagai
berikut:
1) Apakah yang dimaksud dengan site intallation?
2) Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi penyusunan rencana site
installation?

2.5. Tugas
Berdasarkan proyek yang diambil sebagai objek tugas, maka susunlah site
intallation proyek tersebut!

2.2. Analisa Lay Out Site


Tinjauan dalam analisa lokasi mencakup material/bahan, tenaga kerja,
peralatan, dan metoda kerja , yangmana keempat hal diatas merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Setiap lokasi baru harus direncanakan lay out site yang efisien dengan mengacu
pada efisiensi kerja untuk semua segi dengan metoda kerja yang paling efisien
dan sesuai dengan kemampuan sumberdaya yang dipunyai, sehingga dapat
menghasilkan penyelesaian proyek yang paling efektif, efisien, dan ekonomis.

23
2.2.1. Pedoman dalam perencanaan lay out site :
a. Apa yang dibutuhkan
b. Berapa jumlah kebutuhan
b. Kapan dibutuhkan dan
c. Berapa lama dipakai.

2.2.2. Sarana pendukung (instalasi) dan lay out site dikelompokkan menurut
fungsinya sebagai berikut :
a. Alat- alat produksi : Untuk produksi bahan beton, aspal dan bahan finishing.
b. Instalasi pendukung : Penyimpanan material, alat- alat pelengkap, workshop
c. Instalasi tetap : lalu lintas, pengkatrolan, pompa, genset .
d. Jalan sementara serta luas gudang untuk penimbunan material di lokasi
e. Sistem pengadaan: Material, alat dan tenaga kerja.
f. fasilitas sosial

2.2.3. Dasar- dasar pertimbangan instalasi di site :


a. Sifat susunan atau fungsi dari bangunan : Gambar, spesifikasi dan BQ.
b. Lokasi pembangunan, kapasitas, harga lokal
c. Waktu pelaksanaan
d. Peraturan dan hukum setempat dimana proyek berada
e. Kunjungan site: jalan kerja, kondisi tanah, pengadaan tenaga kerja,
ketersediaan bahan lokal, ketersediaan fasilitas pendukung di lokasi.
f. Risiko kerusakan atau kehilangan maupun pemilihan metoda
g. Modal milik sendiri, pinjaman dan yang lain

2.2.4. Faktor- faktor yang berpengaruh dalam perencanaan instalasi di site :


a. Dasar organisasi : Organisasi kontraktor, pemilik, site dan kebijakan
pemerintah
b. Penetapan kebutuhan menurut undang- undang : IMB, Keamanan dan
keselamatan kerja
c. Penetapan kondisi site :

24
- Meteorologi : angin, curah hujan dan yang lain.
- Kondisi site : Lokasi merupakan urban atau tidak
- Lingkungan site : fasilitas sosial
- Kondisi tanah
- Rintangan
- Batas site
- Jalan kerja
- Tenaga kerja dan alat
- Service di site dan di luar site
d. Instalasi listrik disite : sumber dari PLN atau generator
e. Memastikan kebutuhan kontrak: prinsip alokasi sumberdaya
f. Kebutuhan sub kontraktor
g. Pertimbangan ekonomis : sistem ekonomi, risiko keuntungan, kebijaksanaan
perusahaan dan waktu perencanaan
h. Kebutuhan manusia
i. Kebutuhan administrasi dan kantor di site

2.3. Lay Out Site


Ada beberapa hal yang dikelola dan diatur disite :
2.3.1. Kantor Lapangan
Kebutuhan kantor dilapangan mencakup kantor untuk
pemilik/konsultan/pengawas sering disebut direksi keet, juga kantor untuk
pelaksana/kontraktor/sub kontraktor ataupun kantor lainnya .
a. Fungsi Kantor :
- Sebagai pusat komunikasi antar pemilik, kontraktor, supplier dan yang lain
yang terlibat di proyek.
- Pusat pengelolaan, pelaksanaan, pengendalian, evaluasi proyek
b. Luasan kantor :
- Luasan kantor menyesuaikan dengan luasan lahan bebas yang tersedia juga
banyaknya tenaga kerja yang nantinya memanfaatkan kantor tersebut
disesuaikan dengan kebutuhan tenaga /karyawan yang ada dilokasi dan
disesuaikan dengan struktur organisasi lapangan

25
b. Bahan pembuatan kantor :
kebutuhan bahan yang digunakan untuk membuat kantor lapangan disesuaikan
dengan besar kecilnya proyek dan tingkat kebonafitan kontraktornya serta
lamanya waktu penyelesaian proyek.
Biasanya dalam menentukan bahan pembuatan kantor, kontraktor selalu
membandingkan penggunaan jenis bahan yang paling ekonomis dan dapat
digunakan untuk proyek- proyek selanjutnya

c. Perlengkapan yang harus ada dalam kantor lapangan :


- Meja + Kursi dan rak sebagai fasilitas untuk kerja
- Perlengkapan kontrak : Gambar, spesifikasi, BQ, jadwal, kemajuan
pekerjaan, kurva "S" laporan harian, mingguan dan bulanan dan masih
banyak lagi
- Peralatan K3

d. Pengaturan tata letaknya :


- Penempatan kantor lapangan sebaiknya berada di sisi depan dari proyek dan
mudah dijangkau , dekat dengan pintu masuk serta dapat melihat ke seluruh
bagian proyek
- Tempatnya aman dari faktor banjir dan tidak mengganggu kegiatan proyek
- Tempat yang strategis, dan tidak mengganggu jalannya proyek
- Berdekatan dengan kantor pelaksana guna mempermudah komunikasi

2.3.2. Gudang bahan

2.3.3. Gudang Alat :

26
2.3.4. Jalan Hantar

Jalan hantar di proyek ada dua macam, yakni jalan hantar yang ada di dalam
lokasi dan jalan hantar yang ada di luar lokasi yang menghubungkan jalan kerja ke
lokasi proyek.
Jalan hantar yang ada di dalam lokasi merupakan jalan kerja yang ada dalam
lokasi pekerjaan (site), dan perlu perencanaan yang baik guna mendapatkan lalu
lintas yang efisien, tidak saling mengganggu dan saling mendukung.
Guna memperlancar lalu lintas di dalam lokasi maupun diluar lokasi jalan kerja
harus terawat.

2.3.4.1. Fungsi Jalan Hantar


Memperlancar semua pelaksanaan pekerjaan ke site, meliputi:
a. Alur kerja
b. Pelaksanaan pekerjaan
c. Hubungan kerja
d. Keterkaitan peralatan
e. Pengadaan bahan dan timbunan bahan
f. Pengawasan pekerjaan, dll

2.3.4.2. Beberapa pertimbangan yang mendukung untuk pembuatan jalan


hantar
a. Ada tidaknya rencana jalan penghubung dalam proyek nantinya (setelah
selesai). Pemilihan alternative jalan hantar ditempatkan pada jalan
penghubung nantinya, sekaligus juga untuk pemadatan dasarnya. (pada
saat pelaksanaan proyek difungsikan sebagai jalan hantar dengan kualitas
bangunan badan jalan begitu selesai proyek tinggal perbaikan dan
finishing untuk jalan penghubung.
b. Terhadap hubungan kerja atau alur kerja antara lokasi pekerjaan yag satu
dengan yang lain dan tidak saling terganggu.
c. Kelancaran pengadaan material, pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan
atau mungkin juga pembongkaran guna efektifitas.
d. Pemeliharaan jalan hantar sendiri guna menjamin kelancaran tersebut.
27
e. Penyesuaian dengan jenis alat yang akan digunakan untuk selalu melewati
jalan tersebut.

2.3.5. Gardu Keamanan (pos keamanan)

Penempatan gardu keamanan ada di posisi pintu depan dan dekat dengan pintu
masuk serta diposisikan pada tempat yang tinggi, sehingga mudah
pengawasannya, khususnya pada jalur material keluar masuk. Posisi untuk
mencegah hal- hal tak berguna,pintu dibuat dalam jumlah cukup, tetapi dalam
pemakaiannya hanya beberapa saja, sedangkan yang lain dikunci rapat. Sarana
berupa kantor keamanan untuk administrasi keamanan dan disediakan tempat atau
ruang tidur satpam, dengan ketentuan:
a. Dibangun dekat pintu utama proyek
b. Dibangun agak tinggi agar dapat mengawasi kendaraan yang masuk dan
keluar
c. Dilengkapi alat komunikasi

2.3.6. Power house


Proyek selalu memerlukan adanya tenaga listrik dan pemakaian air, maka harus
ada sebuah power house yang menyediakan listrik dan air secukupnya. Posisi
sebaiknya agak jauh dari proyek tetapi mudah dicapai oleh kendaraan pengangkut
bahan bakar. Power house harus selalu terjaga oleh satpam dengan shift siang
malam karena bahaya kebakaran lebih besar kemungkinannya dapat terjadi.
Pemakaian generator set harus disesuaikan dngan perkiraan pemakaian listrik
maximum. Pemasangan kabel- kabel listrik harus dijaga dan jangan memakai
kabel rusak atau mudah terkelupas.

2.3.7. Pagar pembatas lokasi proyek


2.3.7.1. Tujuan Pemagaran:
a. Untuk menjaga keamanan sumber daya proyek (asset)
b. Untuk memisahkan daerah proyek dari lingkungan terbuka di sekitar

28
c. Agar kegiatan konstruksi tetap berjalan lancar tanpa gangguan dari
lingkungan sekitar dan tidak mengganggu aktivitas masyarakat sekitar.
2.3.7.2. Bahan pagar
Bahan pagar menggunakan bahan yang tidak tembus pandang dan cukup awet
hingga proyek selesai, juga selalu ditinjau dari efisiensi biaya
Pembuatan pagar juga harus mengikuti ketentuan pemerintah setempat guna
menjaga keindahan, ketertiban dan kenyaman kerja bagi tenaga kerjanya sendiri.

2.3.8. Toilet dan kamar mandi


Sebaiknya dibuat jauh dari proyek agar tidak mengganggu aktivitas
pekerja, dan air harus selalu tersedia dalam jumlah cukup banyak, apalagi pada
waktu istirahat dan jam- jam habis kerja. Kebersihan harus dapat dijamin dengan
adanya system pembuangan yang baik.
2.3.9. Pengalihan sarana yang ada
Seringkali diperlukan untuk mengalihkan sarana- sarana yang ada di
sekitar suatu lokasi proyek selama tahap pelaksanaan. Sarana-sarana tersebut yang
mungkin dialihkan sementara adalah jalan, jalan kereta api, saluran listrik, saluran
gas, saluran air (bersih dan kotor).
Khususnya untuk proyek jembatan baru, perbaikan atau penggantian
jembatan lama umumnya membutuhkan pengalihan sementara jalan dan lalu lintas
yang ada. Jalan yang dialihkan harus dibangun secara baik walaupun bersifat
sementara, harus aman, ada tanda Lalu Lintas lengkap dan terpelihara selama
masa pelaksanaan.
Tinjauan efisiensi, dalam pembangunan jalan, pengalihan sementara harus
dapat menggunakan barang- barang atau bahan yang dapat dipakai lagi untuk
lokasi proyek lainnya. Misalnya gorong- gorong dibangun dari pipa beton atau
pipa baja. Sangat menguntungkan bila jalan yang dialihkan dapat ditempatkan
sejauh- jauhnya dari lokasi proyek yang sedang dibangun, karena banyak
kecelakaan yang terjadi akibat orang-orang lewat pada jalan pengalihan tersebut
sementara tertarik pada pelaksanaan pekerjaan di dekatnya.

2.3.10. Penyiapan utilitas proyek

29
Kebutuhan utilitas di lokasi proyek, khususnya yang menunjang kegiatan
konstruksi sekaligus sebagai kelengkapan kebutuhan akomodasi bagi tenaga yang
ada dilokasi dan dapat memberikan pelayanan sebaik mungkin guna peningkatan
produktivitas.
Pengaruh lokasi proyek yang jauh dari tempat pemukiman akan sangat terasa
kepada kebutuhan utilitas yang harus ada di lokasi proyek.

2.3.10.1. Kebutuhan utilitas dan akomodasi seperti:


a. Listrik
Kebutuhan sumber daya listrik di lokasi proyek seperti untuk
kebutuhan penerangan proyek pada malam hari atau untuk sumber daya
listrik untuk pekerjaan sangat diperlukan, sehingga harus
mempertimbangkan terhadap pengadaan generator di lokasi sekaligus
penempatannya supaya tidak mengganggu atau sewa gardu listrik yang
dekat dengan lokasi proyek.
Pemasangan instalasi harus aman dengan penempatan pada tiang- tiang
khusus tanpa menumpang pada tiang begisting, perancah atau yang lain
yang merupakan bagian dari bangunna konstruksi.
Perawatan instalasi dan generator harus rutin, sehingga sangat kecil
kemungkinan terjadinya kecelakaan atau gangguan pelaksanaan pekerjaan
konstruksi tersebut.
b. Air
Keberadaan air bersih atau air kerja dilokasi sangat dibutuhkan,
sehingga jauh- jauh hari sudah harus direncanakan dan dipersiapkan.
Penggunaan air bersih untuk kebutuhan hidup orang yang ada dilokasi
harus bersih sesuai dengan ketentuan untuk air minum, sedangkan
kebutuhan air untuk kerja juga harus sesuai dengan ketentuan spesifikasi
air yang diperlukan untuk konstruksi.
Penempatan sumber, jika harus membuat sumur diusahakan sumber yang
nantinya juga dipakai untuk sumber pengadaan air pada saat proyek sudah
dimanfaatkan, demikian juga instalasi air bersih harus terjaga dan
terpelihara.

30
c. Gas
Kebutuhan gas untuk proyek jika memungkinkan harus terencana
dan terjaga keamanannya selama diperlukan dilokasi dan juga harus
terawat. Lokasi penempatan juga harus dipertimbangkan terhadap
keamanan dari kecelakaan dan kalau sudah tidak diperlukan di lokasi
harus segera dipindahkan dari lokasi proyek.
Penempatan agak terpisah guna menjaga keamanan kerja.
d. Udara bertekanan tinggi
Kebutuhan udara bertekanan tinggi jika memang harus ada juga
perlu dipertimbangkan keamanannya dan penempatannya agak terpisah
serta selalu dijaga perawatan instalasi secara berkelanjutan.
e. Sarana pencegahan kebakaran
Sarana pencegah kebakaran juga harus selalu tersedia dan selalu
terawat dan siap digunakan kapan saja, jika sudah kadaluwarso harus
selalu diperbarui. Tenaga keamanan harus selalu terlatih dalam
penggunaan alat pemadam kebakaran tersebut, penempatan di lokasi yang
mudah dilihat dan dijangkau dengan cepat.

f. Pembuangan sampah
Guna menjaga kebersihan dan kesehatan lokasi, penempatan
pembuangan sampah sementara harus tersedia dan secara rutin harus
dibuang keluar lokasi
g. Pembuangan limbah
Limbah proyek berbeda dengan sampah, limbah proyek difokuskan
seperti bongkaran proyek, limbah kayu, besi/baja harus terencana hingga
tidak mengganggu pelaksanaan pekerjaan dan letak penimbunan sementara
di lokasi proyek harus terpisah dengan bahan utamanya.
h. Ventilasi
Ventilasi untuk kebutuhan penghawaan di lokasi harus betul- betul
dijaga, khususnya untuk pekerjaan dibawah tanah ataupun di ruang
tertutup lainnya, jika tidak memungkinkan secara alami dapat
menggunakan buatan.

31
i. Tilpon
penggunaan alat komunikasi di lokasi proyek perlu dijaga dari
fungsi utamanya dan efisiensi biaya.
j. Bahan bakar
bahan bakar sangat rawan terhadap kebakaran, jika harus
menimbun di lokasi harus dijaga betul terhadap keamanan baik yang
sengaja maupun tidak sengaja, penempatan lokasi harus menyendiri dan
terawasi baik dari kantor pelaksana, pengawas ataupun bagian gudang.
k. Penerangan
Penerangan di lokasi sangat ada keterkaitan dengan sumber listrik,
khusus untuk penerangan pada malam hari harus ditempatkan pada tempat
yang rawan untuk pencuri masuk, sehingga dapat mudah dimonitor oleh
penjaga malam
l. Pengamanan
Keamanan baik siang maupun malam ada pada posisi pintu masuk,
diposisikan mudah mengawasi semua lokasi proyek juga keluar masuknya
kendaraan ataupun pekerja

m. Sarana kesehatan
Untuk menjaga kesehatan karyawan yang ada di lokasi juga tenaga
kerja lainnya perlu disediakan sarana kesehatan kerja baik preventif
maupun penanganan sementara jika terjadi kecelakaan kerja.

2.3.10.2. Perencanaan penyiapan pelayanan tersebut perlu diperhitungkan:


a. Pelayanan yang telah tersedia secara local
b. Menaksir jumlah persediaan yang memenuhi kebutuhan
c. Bila pelayanan tersebut tidak ada/tidak cukup persediaan harus dibuat pada
saat perencanaan lokasi proyek untuk mengatasi kekurangan. Contohnya
perlu membangun generator listrik tambahan, atau duplikasi system
telpon.

2.3.10.3. Distribusi pelayanan di lapangan

32
Distribusi pelayanan dilapangan harus direncanakan secara hati-hati khususnya
pada system reticulasi (misal air, udara, telpon).Perencanaan system reticulasi
harus dapat menampung hal- hal sebagai berikut:
a. Pembebanan internal dan eksternal
b. Lokasi dari proyek
c. Lokasi jalur lalu lintas dan beban lalu lintas
d. Keselamatan bagi para pekerja (tenaga listrik dan udara tekanan tinggi)
e. Pemeliharaan yang dibutuhkan untuk melakukan pelayanan
Dalam banyak kasus lokasi proyek mungkin dibangun (dilaksanakan dan
dipelihara) oleh Sub Kontraktor, seperti air, listrik dan telepon.

2.4. Administrasi site


Mencakup semua kegiatan dilokasi proyek yang berkaitan dengan catat
mencatat, tulis menulis ataupun yang lain yang menunjang kegiatan
konstruksi dan membutuhkan sumberdaya.
Dalam pelaksanaan proyek, struktur organisasi lapangan terbagi dalam bagian
umum dan bagian teknik dan semua itu dibawah tanggung jawab pengelola
lapangan yakni site manajer/ coordinator pelaksana.
2.4.1. Bagian Umum:

Bagian umum membawahi semua kegiatan pengelolaan kantor dilapangan,


khususnya bidang admnistrasi dan keuangan proyek, mencakup perencanaan
sumberdaya, usulan pengadaan bahan, peralatan dan pengadministrasiannya
serta pelaporannya.
a. Site Manajer
Bertanggung jawab penuh tentang kegiatan proyek di lapangan,
menerima, mencatat dan mendistribusikan semua aspek pekerjaan dan
menghasilkan suatu system komunikasi untuk setiap definisi seperti: biaya
pengawasan, hari kerja, kebijaksanaan bersama, perhitungan biaya, dsb
b. Sekretaris Manajer

33
Membantu manajer dalam melakukan pengadministrasian proyek secara
keseluruhan guna menunjang pelaksanaan kegiatan proyek sesuai
rencakup semua kegiatancana.
c. Bagian Admnistrasi Keuangan
Membantu site manajer dalam pengelolaan keuangan proyek sekaligus
kegiatan admnistrasinya sehingga terencana, mudah dimonitor dan
dikendalikan dan mudah pelaporannya.

2.4.2. Bagian teknik


Mencakup semua kegiatan konstruksi mulai dari perencanaan metoda
pelaksanaan, pengelolan teknis mengenai tenaga kerja, peralatan dan
sumberdaya yang lain, pelaksanaan konstruksi, pengendalian dan
pelaporannya serta kelengkapan yang lain
a. Pelaksana
Membantu site manajer dalam bidang pelaksanaan konstruksi mulai dari
penetapan metoda, pelaksanaan kegiatan konstruksi sesuai spesifikasi,
pengelolaan sumberdaya , monitoring dan pengendalian pelaksanaan serta
perhitungan prestasi kerja secara berkala.
Keberadaan pelaksana dapat lebih dari satu orang tergantung dari
kekomplekkan proyek
b. Bagian logistic
Menangani masalah kebutuhan logistic proyek mencakup material,
peralatan dan kebutuhan yang lain.
Pelaporan tentang pelaksanaan kegiatan di lapangan yaitu laporan harian,
laporan mingguan, laporan bulanan, laporan kemajuan pekerjaanm daftar
pemasukan dan pengeluaran barang, daftar peralatan, daftar tenaga kerja.
Untuk keperluan pengendalian dan pengawasan pelaksanaan pekerjaan di
lapangan maka dibuatlah suatu laporan, dimana segala peristiwa dan kejadian
penting di lapangan direkam di dalam laporan tersebut untuk dipergunakan
sebagai pegangan dalam pengambilan keputusan dan tindakan penyelesaian.
Laporan tersebut harus dibuat sedemikian rupa dan disampaikan tepat waktu
agar pimpro dapat mengendalikan pelaksanaan.

34
2.4.3. Macam administrasi proyek
Macam administrasi proyek yang sering ada di lokasi proyek dan
selalu dijaga keberadaan dan kelengkapannya diantaranya :
a. Laporan harian, mingguan dan bulanan
b. Gambar pelaksanaan lengkap dengan spesifikasi dan kuantitas
pekerjaannya
c. Penjadualan proyek dalam bentuk jaringan kerja, bar chart untuk bahan,
alat dan tenaga
d. Laporan kemajuan pekerjaan, cashflow, kurva “S”
e. Laporan dan pembukuan bahan, alat dan tenaga
f. Dan masih banyak lagi

2.4.4. Laporan harian


Laporan harian atau buku harian merupakan salah satu administrasi proyek
yang ada di lokasi proyek yang berfungsi untuk mencatat semua kejadian dilokasi
proyek selama satu hari kerja yang dibina oleh pengawas/ direksi.

Maksud dibuatnya laporan harian adalah :


a. Sebagai alat komunikasi antara pemilik dengan kontraktor ataupun pihak
ketiga yang terkait dengan proyek guna menghindari kesalahpahaman
yang mungkin terjadi.
b. Untuk perhitungan perpanjangan waktu pelaksanaan yang dianggap wajar
karena force majeur.
c. Perhitungan pekerjaan tambah kurang.
d. Menentukan sangsi/denda, dll.
e. Menilai kebenaran dan permintaan/ tuntutan kontraktor untuk ganti rugi.
f. Nasehat dan saran.
Adapun Tujuan dibuatnya laporan harian, diantaranya :
a. Memelihara penilaian yang wajar.

35
b. Mencegah kelambatan waktu pelaksanaan.
c. Mencegah penyimpangan dari dokumen.
d. Memperbaiki adanya gejala- gejala penyimpangan atas pelanggaran
pelaksanaan.

Sedangkan Fungsi laporan harian, diantaranya :


a. Sebagai sarana kontrak terkendali bagi kontraktor terhadap pelaksanaan
tugas direksi dalam melakukan pengawasan
b. Sebagai sarana komunikasi dan dokumentasi.
c. Sebagai dasar perhitungan pekerjaan tambah kurang perpanjangan waktu,
pelaksanaan denda, dll.

Isi dari laporan harian :


Meliputi semua kejadian, perintah, petunjuk pengawasan yang penting dan dapat
mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan di antaranya:
a. Kemungkinan timbulnya konsekuensi keuangan.
b. Kemungkinan timbulnya kelambatan proyek pekerjaan.
c. Kemungkinan tidak terpenuhinya syarat- syarat teknis.

Secara rinci laporan harian yang dibuat oleh direksi berisi:


a. Hari dan tanggal, waktu mulai dan selesai
b. Jenis pekerjaan
c. Kuantitas dan macam bahan yang ada di lapangan
d. Penempatan tenaga kerja untuk setiap macam tugas dan atau keterampilan
serta jam kerja
e. Jumlah, jenis dan kondisi peralatan yang tersedia serta jam operasi
f. Jumlah volume cadangan bahan bakar yang tersedia untuk peralatan
g. Taksiran kuantitas pekerjaan yang dilaksanakan
h. Keadaan cuaca termasuk hujan, banjir, dan peristiwa alam lainnya yang
berpengaruh terhadap kelancaran pekerjaan

36
i. Catatan lain yang berkenaan dengan pelaksanaan, perubahan desain,
gambar kerja, spesifikasi dan lain- lain

Sedangkan di pihak kontraktor juga membuat laporan harian yang lebih


rinci lagi dan diperuntukkan tambahan pengalaman kontraktor dalam
mengelola proyek adapun isinya diantaranya:

a. Hari dan tanggal


b. Keadaan cuaca
c. Aktivitas kegiatan pada hari tersebut (diskusi dengan kontraktor, instruksi
dan tindakan turun tangan dari kontraktor)
d. Kegiatan kontraktor di lapangan
e. Masalah yang terjadi di lapangan dan penyelesaiannya
f. Tamu resmi yang inspeksi ke proyek
g. Pekerjaan atau material yang ditolak dan alasannya
h. Jam mulai dan selesainya operasional personil dan peralatan hari itu
i. Kedatangan dan pemindahan peralatan
j. Kemajuan survey dan pekerjaan, dan lain- lain

Adapun ketentuan lainnya, meliputi :


a. Buku harian disediakan, diisi dan ditandatangani oleh pengawas
b. Kontraktor/ pimpinan pelaksana lapangan setelah membaca perintah/ saran,
dll, menandatangani, hal ini berarti mengetahui dan menyetujui atau bahkan
mengajukan keberatan
c. Disimpan oleh pengawas
d. Sesudah pekerjaan selesai buku harian harus diserahkan/ disimpan oleh
pemilik
Untuk menghindari tindakan yang tidak kita inginkan atau guna
mendapatkan tindakan yang seobyektif mungkin, baik bagi pengawas maupun
kontraktor, buku harian ini dibuat dan dibina oleh pengawas yang ditandatangani
37
oleh kontraktor, sebagai tanda ia telah menyetujui, dengan demikian dapat
diharapkan bahwa pekerjaan dapat berjalan lancar, terjalin hubungan kerjasama
antara kontraktor dengan pengawas berdasarkan penilaian yang wajar.
Dalam penerapan laporan/ buku harian mempunyai kepentingan
dengan rencana kerja. Menurut istilah administrasi rencana kerja biasa disebut
programnya, sedangkan buku harian sebagai kontrolnya.
Setelah pekerjaan selesai sebaiknya buku harian diserahkan kepada
pemilik untuk dijadikan dokumen proyek bukti otentik sebagai petunjuk yang
berguna apabila dikemudian hari timbul suatu masalah dalam proyek. Contoh
form laporan harian:

38
CV. PENATARAN AGUNG KONSULTAN
KONSULTAN PENGAWAS
Hari : Kamis
LAPORAN HARIAN Tanggal : 29 April 2010

KEGIATAN : FAKULTAS EKONOMI


UNIVERSITAS NEGERI MALANG

PEKERJAAN : BELANJA MODAL GEDUNG DAN BANGUNAN BLU BERUPA


PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN
FAKULTAS EKONOMI TAHAP III Kontraktor : PT. PRAMBANAN DWIPAKA
UNIVERSITAS NEGERI MALANG Pelaksana Henry Sunjoyo,ST

LOKASI : KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI MALANG Pengawas : CV. PENATARAN AGUNG


JL. SEMARANG NO.5 MALANG Lapangan Widyotomo, ST

Tenaga Kerja Jumlah Material


Alat-Alat Jumlah
Keahlian (org) Jenis Jumlah Sat Diterima Ditolak

1 Project Manager 1 Waterpass


2 Site Manager 1 2 Theodolith
3 Site Engineering 1 3 Mesin molen
4 Kepala Pelaksana 4 Cuting Well
5 Pelaksana 2 5 Hammer drill
6 Surveyor 1 6 Disgrender
7 Logistik 1 7 Vibrator
8 Drafter 1 8 M.Pompa
9 Adminitrasi 9 Terpal 5x7
10 Mekanik 1 10 Kabel hitam
11 Mandor 2 11 Selang
12 KepalaTukang 2 12 Lampu TL 40 W
13 Tukang Batu 2 13 Lampu Halogen 500 W
14 Tukang Kayu 10 14 Schafolding 190
15 Tukang Besi 10 15 Pipa support
16 Tukang Gali 16 Mesin las
17 Tukang Lisrik 17 Gerobak arco
18 Tukang Cat 18
19 Tukang Baja 19
20 Tukang Aluminium 20
21 Tukang Pipa 21
22 Operator 22
23 Supir 23
24 Pekerja 20 24
25 Penjaga Malam 1 25

Jumlah 55 Instruksi Yang Diberikan


1
Bekerja mulai jam : 07.30 Berakhir jam : 16.00 2
3
Sepenuhnya dapat / Sebagian Hari tidak dapat digunakan bekerja 4
karena cuaca CERAH / HUJAN 5

Pekerjaan Yang Dilaksanakan Pada Hari Ini


1 Bekisting Kolom K5 Lt. 3
2 Fabrikasi bekisting Lt. 5
3 Fabrikasi tulangan balok Lt. atap
4 Pembongkar bekisting kolom
5 Pemasangan perancah dan suri-suri balok Lt. 5
6 Pembongkaran bekisting plat
7 Pembesian balok Lt. 5
8
9
10

Catatan lalu Menyetujui : Dibuat Oleh :


1 Kontraktor Pelaksana Konsultan Pengawas
2
3
4
5
6 Henry Sunjoyo,ST Widyotomo,ST

39
2.4.5. Laporan mingguan
Seperti yang diketahui bahwa harga borongan pekerjaan (ongkos kerja)
dievaluasi setiap minggu. Untuk itu laporan mingguan mutlak dibuat
karena pembayaran kepada pekerja dibayar berdasarkan prestasi
kemajuan dari pekerjaan yang dilaksanakan.
Walaupun laporan mingguan kadang- kadang tidak dipakai untuk
pembayaran setiap minggu (sesuai perjanjian) tetapi dapat dipakai
sebagai dasar untuk pembuatan laporan bulanan. Selain hal tersebut
juga untuk mengetahui kemajuan prestasi pekerjaan dan bahan, maka
direksi beserta stafnya akan membuat laporan mingguan sebagai tolok
ukur target yang ingin dicapai dan realisasi yang telah dicapai.
(sebagai dasar membuat kurva realisasi dalam kurva S pada
penjadwalan proyek).
Selanjutnya laporan tersebut diserahkan kepada pemilik proyek untuk
memberikan pertimbangan seberapa besar angsuran yang harus
dibayarkan kepada kontraktor (tergantung dari tahapan termin yang
telah disepakati). Laporan harian terutama ditujukan kepada atasan
proyek sebagai masukan untuk keperluan pengendalian proyek.
Walaupun demikian pemilik proyek perlu melakukan peninjauan ke
lapangan untuk membuktikan kebenaran laporan tersebut, apakah
pekerjaan yang telah selesai sudah sesuai dengan yang di laporan.
Sejalan dengan buku harian, laporan mingguan dibuat setiap minggu
yang berisikan rangkuman dari laporan harian dan berisikan jenis dan
kemajuan fisik komulatif pekerjaan dalam periode satu minggu, serta
hal- hal atau kejadian penting yang perlu ditonjolkan (misal kemajuan
keuangan) masalah- masalah yang dihadapi serta mengatasinya. Lihat
contoh form laporan mingguan.

40
POLITEKNIK NEGERI MALANG
Jl. SOEKARNO HATTA No . 9
MALANG – JAWA TIMUR

LAPORAN MINGGUAN
1 (Sa tu)
Pe rio de : 25 Me i 2010 – 5 Juni 2010

PEKERJ AAN :

RENOVASI GEDUNG LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI


POLITEKNIK NEGERI MALANG

LO KASI :
KAMPUS II POLITEKNIK NEGERI MALANG
Jl. So e ka rno Ha tta No . 9 Ma la ng

TAHUN ANGGARAN 2010

KONSULTAN SUPERVISI / PENGAWAS :

CV. CIPTAYASA
Stud io : Jl. C a nd i Pa n g g un g Ba ra t No 04 Ko ta Ma la n g

41
LAPORAN MINGGUAN
Min g g u ke : 01 (Sa tu )
Pe rio d e n g g a l : 25 Me i – 5 J u n i 2010

DAFTAR ISI

I. DATA – DATA PRO YEK

II. LAPO RAN PEKERJ AAN :

II.1. Pro g re ss Fisik


II.2. Aktifita s Pe ke rja a n
II.3. Te n a g a Ke rja
II.4. Pe ra la ta n
II.5. Eva lu a si Pe la ksa n a a n d a n Pe rm a sa la h a n La p a n g a n

III. LAMPIRAN – LAMPIRAN :

III.1. Pro g re ss Fisik


III.2. Tim e Sc h e d u le
III.3. La p o ra n Ha ria n
III.4. La p o ra n Ke a d a a n C u a c a
III.5. Fo to p e la ksa n a a n
III.6. La in -La in

I. DATA-DATA PROYEK

1. Na m a Pro ye k : Re n o va si G e d un g La b . Te le ko m un ika si
Po lite kn ik Ne g e ri Ma la n g .

2. Lo ka si : Ka m p u s II Po lite kn ik Ne g e ri Ma la n g , Jl.
So e ka rn o Ha tta No . 9 Ma la n g .

3. Ko n tra kto r Pe la ksa n a : C V. YASAG RAHA UTAMA


- Nila i ko n tra k : Rp . 716.320.000,00
- SPMK : 99.4/ K13/ DIPA/ V/ 2010
- Ta n g g a l SPMK : 25 Me i 2010
- J a n g ka w a ktu p e la ksa n a a n : 100 Ha ri ka le n d e r

4. Ko n sulta n Pe n g a w a s : C V. YASAG RAHA UTAMA


- Nila i ko n tra k : Rp . 23.650.000,.
- SPMK :
- Ta n g g a l SPMK : 25 Me i 2010

42
I. LAPORAN PEKERJAAN

II.1. PRO G RESS FISIK

Min g g u ke : 01 (Sa tu )
Pe rio d e p e la ksa n a a n : 25 Me i 2010 – 5 Ju n i 2010
Jum la h h a ri te rla ksa n a : 11 h a ri
Jum la h h a ri te rsisa : 89 h a ri

Pro g re ss fisik m in g g u ke 1 (sa tu ) p e rio d e 5 Ju n i – 11 Jun i 2009 :

A. Re n c a n a ke m a ju a n m in g g u in i : 1.534 %
Re a lisa si ke m a jua n m in g g u in i : 1.264 %
De via si / se lisih c e p a t la m b a t : 0.27 % (La m b a t)

II.2. AKTIFITAS PEKERJ AAN

A. Aktifita s p e ke rja a n p e la ksa n a a n m in g g u in i a d a la h :


 Pe n g u kura n d a n p e m a sa n g a n b o w p la n k
 Pe m a sa n g a n p a g a r se n g ke lilin g
 Pe m b a n g un a n d ire ksi ke e t

B. Aktifita s p e ke rja a n p e n g a w a sa n m in g g u in i a d a la h :
 Mo b ilisa si p e rle n g ka p a n
 Uitse t / Pe n g ukura n
 Pro se s p e n g e c e ka n d a n p e n g h itun g a n u n tuk p e m b ua ta n MC – 0.

II.3. TENAG A KERJ A


Te n a g a ke rja ya n g d ip a ka i sa m p a i m in g g u in i :
A. Pe la ksa n a : 1 o ra n g
B. Lo g istik : 1 o ra n g
C. Ma n d o r : 1 o ra n g
D. Ke p a la tu ka n g : 1 o ra n g
E. Tk. Ba tu : 4 o ra n g
F. Pe ke rja : 3 o ra n g

II.4. PERALATAN
Pe ra la ta n ya n g d ip a ka i sa m p a i m in g g u in i :
A. C a n g kul : 3 b ua h
B. Se ko p : 1 b ua h
C. Pa lu : 2 b ua h
D. G e rg a ji : 1 b ua h
E. Bo d e m / p a lu b e sa r : 1 b ua h
F. Me te ra n : 2 b ua h
G. G e ro b a k so ro n g : 2 b ua h

43
II.5. EVALUASI PELAKSANAAN d a n PERMASALAHAN LAPANG AN
Eva lua si Pe la ksa n a a n d a n Pe rm a sa la h a n La p a n g a n sa m p a i m in g g u in i :
 Be lum a d a ,
 Pre sta si fisik ko m ula tif ya n g d ic a p a i s/ d m in g g u ke -1 a d a la h se b e sa r
0.27 % le b ih la m a b a t 0.27 % d a ri re n c a n a fisik ko m ula tif, Ha l in i
d ise b a b ka n ka re n a a ktivita s h a n ya m e n c a kup p a d a p e ke rja a n
p e rsia p a n

De m ikia n ura ia n sin g ka t a ktifita s m in g g u ke – 1 (sa tu ) p e la ksa n a a n p ro ye k
Re n o va si G e d un g La b Te kn ik te le ko m un ika si Po lite kn ik Ne g e ri Ma la ng , d e n g a n
h a ra p a n d a p a t m e m b e rika n g a m b a ra n ya n g je la s ke p a d a se m ua p ih a k ya n g
te rka it d e n g a n ke g ia ta n p e m b a n g un a n in i.

Ma la n g , 5 Jun i 2010
Ko n sulta n Pe n g a w a s
CV. CIPTA YASA

Ir. ROEDIONO
Dire ktur

44
LAPORAN KEMAJUAN FIS IK

LAPORAN MINGGUAN
KE GIATAN : RENOVAS I GEDUNG LAB . TEKNIK TELEKOMUNIKAS I Minggu ke : 1
LOKAS I : KAMP US II P OLITEKNIK NEGER I MALANG Bulan ke : 1
: J L. S OE KARNO HATTA 9 MALANG Tanggal : 5 Juni 2010
TAHUN ANGG.: 2010

B OBOT VOLUME PELAKSANAAN Prosentase BOBOT


NO URAIAN P EKERJAAN
% Minggu lalu Minggu ini Total Pelaksanaan
% %
I P EKERJ AAN P E RS IAP AN
1 P a s a ng Bouwpla nk 0,52 0,52 0,52 1,19
2 P e ke rja a n P e mbe rs iha n 0,20 0,20 0,20
3 P e mb ongka ra n Be ton 0,09 0,09 0,09
4 P e min da ha n P a n e l Box 0,31 0,31 0,31
5 P e min da ha n Ins ta la s i AC 0,08 0,08 0,08

II P EKERJ AAN TANAH


1 Ga lia n Ta na h P onda s i F oot P la t 0,03 0,03 0,03 0,07
2 Ga lia n Ta na h P onda s i Ba tu Ka li 0,03 0,03 0,03
3 Ga lia n Ta na h P onda s i s tra us s 0,02 0,02 0,02
4 Uruga n S irtu Dipa da tka n 0,23
5 Uruga n Ta na h Ke mba li 0,02
6 Uruga n P a s ir Dib a wa h P F oot P la t t = 8 cm 0,01
7 Uruga n P a s ir Dib a wa h Ba tu Ka li t = 8 cm 0,03
8 Uruga n P a s ir Dib a wa h La nta i t = 8 cm 0,32

III P EKERJ AAN P AS ANG AN


1 P le ng s e nga n Ba tu Ka li 1 : 5 1,96
2 P a s a nga n Ba tu Kos onga n/Aa ns ta mpin g 0,09
3 P a s a nga n Ba ta ( 1/2 ba ta ) 1 : 5 5,04
4 P le s te ra n + Ac ia n 1 : 5 3,83
5 Be na nga n 0,53
6 P a s a ng S ia ra n P le ngs e nga n 1 : 5 0,18

IV P EKERJ AAN P INTU DAN J ENDELA


1 P a s . Ku s e n P intu J e nde la Alumun ium 4" 4,94
2 P a s . Da un P intu Alumunium 0,62
3 P a s . Da un J e nd Alumu nium 1,44
4 P a s . P intu P a nil Ka mpe r + ka c a Ra ybe m 5mm 1,50
5 P a s . Da un P intu Km /wc P VC 0,12
6 P a s . Ka ca J e nde la 5 mm 0,60
7 P a s . Ka ca 8 mm 0,10
8 P a s a ng Engs e l P intu 4 " a lumuniu m 0,01
9 P a s a ng Engs e l P intu Uta ma 0,63
10 P a s a ng Engs e l J e nde la 3 " a lumunium 0,01
11 P a s a ng S e lot P intu / ku nci ta na m 0,04
12 P a s a ng S e lot P intu Uta ma s te inle s s s te e l 0,07
13 P a s a ng Gre n de l Ta na m Kuputa ru ng 0,03
14 P a s a ng Ha k Angin 0,02
15 P a s a ng Gre n de l je nde la 0,06
16 P a s a ng Ha ndle Kupu ta rung 0,12
17 P a s a ng Ha ndle Kupu ta rung P intu Uta ma 0,04

V P EKERJ AAN P LAF OND


1 P la fond Gyps um + R a ngka Hollo w 40.40.4 6,94
2 Lis P la fond 1,08

VI P EKERJ AAN BE TON


1 La n ta i Ke rja Diba wa h P F oot P la t 8 c m K-2 25 0,05
2 P e k. Be ton S trous s 20 c m K-22 5 2,26
3 P e k. Be ton P oe r P onda s i 120x12 0 c m K-22 5 0,95
4 P e k. Be ton S loof 20 / 30 K-225 4,63
5 P e k. Be ton S loof 15 / 25 K-22 5 0,17
6 P e k. Be ton Kolom S truktur 35 / 45 K-22 5 2,69
7 P e k. Be ton Kolom P ra ktis 15 / 15 K-225 0,88
8 P e k. Be ton Ba lok Ind uk 20 /30 K-2 25 1,24
9 P e k. Be ton Ba lok Rin g 1 5/25 K-225 1,16
10 P e k. Be ton Ba lok La te i 1 5/15 K-2 25 0,97

VI P EKERJ AAN ATAP


1 P a s Kuda -Kuda Dou be l S iku 7 5.75.12 1,98
2 P a s Kuda -Kuda Dou be l S iku 5 5.55.10 5,42
3 P a s Gording C a na l C 150.65.20.3,2 5,10
4 P a s . P la t Tumpua n 8 x 150 x 15 0 mm 0,11
5 P a s . Mur - Angkur 5/8" x 1 1/2" 0,01
6 Ika ta n Gording 16" 0,41
7 Ika ta n Angin1 2" 0,18
8 P a s . Me ta l De c k da n Ta la n g 6,63

VII P EKERJ AAN LANTAI


1 Ra ba ta n be to n ba wa h lt t=8cm K-225 1,80
2 La n ta i R a ba ta n b e ton b a wa h lt t=8c m K-2 25 0,67
3 P a s . Ke ra mik Wa rna La nta i 40 / 40 3,90
4 P a s . Ke ra mik La nta i Km/wc 20 /20 0,25
5 P a s . Ke ra mik Dinding Km/wc 25/33 t=1.65m 1,08

VIII P EKERJ AAN P E NGEC ATAN


1 P e nge ca ta n Dinding Te mbok e x dulux IC I 6,69
2 P e nge ca ta n P la fond e x. De c olith 1,34
3 P e nge ca ta n Be s i e x. Emc o 1,30
4 Ca t Duko 0,44

IX P EKERJ AAN S ANITAIR


1 P a s . P ipa P VCØ 1/2" unt. Air be rs ih 0,10
2 Ins ta la s i a ir Be ka s P VC S NI-AW 3" ke R iol 0,14
3 Ins ta la s i a ir WC P VC S NI-AW 4" ke S e ptic ta n k 0,20
4 P a s . Wa s ta fe l P o rs e le n le ngka p d i MK-1 0,35
5 Ce rmin di a ta s wa s ta fle 0,03
6 Te mpa t S a bun Ta na m 0,01
7 P a s . Ba k kontrol s a lura n dra ina s e 0,39
8 P a s . S a l Dra ina s e Buis Be ton U Ø 30 c m 0,83
9 P a s . S e pticta nk 275 x 13 0 x 225 0,59
10 P a s . Re s a pa n Ø 80 c m 0,46
11 P a s . P ipa Ga lva nis 4" s a lura n a ir Huja n 0,71

X P EKERJ AAN ELEKTRIKAL


1 Ka be l Fe e de r NYY 4x50 mm2 (LV-MDP ke P -AC) + E 5,71
2 Ka be l Fe e de r NYY 4x35 mm2 (LV-MDP ke P -AC) + E 1,87
3 Ka be l Fe e de r NYY 4x16 mm2 (LV-MDP ke P -AC) + E 0,70
4 P a ne l Induk ge dung 0,68
5 P a ne l R ung a n kompute r 0,90
6 Grou nding Ne tra l 0,28
7 Down Light P LC 18W (RD 150) 0,23
8 S a kla r Tungga l 0,01
9 S a kla r Ga nda 0,04
10 S to p Konta k Dind ing-inbow 0,02
11 Ins ta la s i P e ne ra ng a n 0,89
12 Ins ta la s i S to p Konta k 0,16
13 La mpu P ija r 0,01
14 La mpu TL 40 0,29
15 La mpu TL 2x40 0,20
1,26

Menyetujui : Dibuat Oleh :


Kontraktor Pelaksana Konsultan Pengawas

ISMED JAKFAR NASUTION, ST DJUJUK RAHMANTO, ST., MT

45
PROGRES PELAKS ANAAN

KEGIATAN : RENOVAS I GEDUNG LABORATORIUM TEKNIK TELEKOMUNIKAS I

LOKAS I : KAMP US II P OLITE KNIK NEGERI MALANG, J L. S OEKARNO HATTA 9 MALANG


TAHUN ANGGARAN : 2010

PELAKS ANAAN PEKERJAAN


NO URAIAN PEKERJAAN J UMLAH BOBOT BULAN KE I BULAN KE II BULAN KE III
Mg 1 Mg 2 Mg 3 Mg 4 Mg 1 Mg 2 Mg 3 Mg 4 Mg 1 Mg 2 Mg 3
I. P EKE RJ AAN P ERS IAP AN Rp 7 .74 8.5 61,38 1,189888 1,18989
II. P EKE RJ AAN TANAH Rp 4 .48 3.7 22,00 0,68853 0,34427 0,34427
III. P EKE RJ AAN P AS ANGAN Rp 75.70 9.02 4,45 11,62606 2,90652 2,90652 2,90652 2,90652
IV. P EKE RJ AAN P INTU DAN J ENDELA Rp 67.41 7.16 7,04 10,35275 5,17637 5,17637
V. P EKE RJ AAN P LAFO ND Rp 52.20 5.11 0,87 8,01675 4,0084 4,00837
VI. P EKE RJ AAN BE TON Rp 97.69 3.98 1,05 15,00213 1,87527 1,87527 1,87527 1,87527 1,87527 1,87527 1,87527 1,8753
IX. P EKE RJ AAN ATAP Rp 1 29.340 .166,5 1 19,86180 3,97236 3,97236 3,97236 3,9724 3,97236
VII. P EKE RJ AAN LANTAI Rp 50.12 2.36 2,05 7,69691 3,84846 3,84846
VIII P EKE RJ AAN P E NG ECATAN Rp 63.60 0.25 6,33 9,76661
IX. P EKE RJ AAN S ANITAIR Rp 24.74 6.73 3,21 3,80017 0,95004 0,95 0,95004 0,95004
X. P EKE RJ AAN ELE KTR IKAL Rp 78.13 3.69 6,00 11,99840 3,99947 3,99947

BOBOT RENCANA Rp 6 51.200 .780,8 9 100,000 1,534 2,220 4,782 4,782 4,782 8,754 5,848 6,798 10,806 21,955 13,974
BOBOT RENCANA KOMULATIF 1,534 3,754 8,535 13,317 18,099 26,853 32,701 39,498 50,305 72,260 86,234
BOBOT REALIS AS I 1,26427
BOBOT REALIS AS I KOMULATIF 0 1,26427

Ma la ng, 5 J uni 2010


Dis e tujui Ole h: Dis e tujui Ole h: Di S e tujui Ole h: Di Bua t Ole h:
P e ja ba t P e mbua t Komitme n Tim Te knis Kontra ktor Ple la ks a na Kons ulta n P e nga wa s
P olite knik Ne geri Ma la ng P olite knik Ne ge ri Ma la ng CV. YASAGRAHA UTAMA CV. CIP TA YAS A

Ir. Tundung Suba li P atma., MT Wa hiddin., MT Widito Mulyo Ir. R oe diono


NIP . 195904241988031002 NIP . 197312072003121001 Dire ktur Dire ktur

Latihan soal membuat laporan harian dan mingguan


1. Buatlah laporan harian dengan data- data dalam proyek sebagai berikut:
a. Pelaksanaan proyek dilaksanakan pada hari senen, tanggal 1 Maret 1999
b. Pengerjaan pasangan batu plengseng untuk dinding penahan tebing
dengan jumlah pekerja 3 tukang batu + 8 pekerja, prestasi yang
dicapai 12 m3 dengan campuran 1 PC : 5 Ps
c. Pekerjaan galiandan timbunan (untuk mencapai permukaan tanah dasar
badan jalan sesuai rencana), menggunakan 8 tukang gali (pekerja) dengan
prestasi 16 m3 dengan menggunakan peralatan cangkul, linggis, gerobak,
ember
d. Penyiapan tanah dasar pada pekerjaan pemadatan dibutuhkan 6 pekerja utk
memadatkan tanahnya dan 2pekerja untuk menyemprotkan (me +) kadar
air dengan tangki air, alat pemadat yang digunakan untuk pekerjaan sub
grade adalah: 1 vibration roller (penggilas dengan getaran) – (vibrator
roller sempat rusak selama 1,5 jam) dan bahan bakar 10 lt.
e. Datang material batu pecah ukuran 15/20 cm (5 truk) dan batu pecah
ukuran 5/7 (5 truk) + kerikil 5 truk+ pasir 6 truk untuk pekerjaan lapis
pondasi bawah (sub base course), untuk pekerjaan ini dibutuhkan 4 tk.
Batu dan 7 pekerja serta 1 mandor
f. Cuaca yang ada sepanjang hari cerah
g. Proyek dimulai pukul 08.00 – 16.00, siang istirahat 1 jam
h. Lingkungan kerja sangat menunjang, proyek berada di batas kota
i. Tenaga kerja yang tersedia di lapangan adalah site manager,pelaksana dan
logistik.

46
2.4.6 Laporan Bulanan
Laporan bulanan merupakan rangkuman dari laporan mingguan selama satu bulan
tersebut. Laporan bulanan juga dibuat oleh kontraktor dan konsultan.
1. Laporan Bulanan Kontraktor
Sejalan dengan laporan mingguan, kontraktor juga harus membuat laporan
bulanan yang berisikan kemajuan fisik kumulatif bulanan dari laporan
mingguan dan hal- hal serta kejadian- kejadian penting yang timbul dalam
bulan tersebut, yang nantinya akan dijadikan sebagai dasar dalam perhitungan
pembuatan Berita Acara Pernyataan untuk tagihan pembayaran bulanan atau
Termin.
Secara ringkas laporan bulanan memuat sekurang- kurangnya sebagai berikut:
a. Data teknis proyek secara singkat
b. Peta lokasi proyek
c. Nilai kontrak asal dan addendum terakhir
d. Kemajuan proyek secara fisik dan keuangan, dibanding dengan jadwal
pelaksanaan
e. Hambatan- hambatan yang dialami proyek dan usaha- usaha
mengatasinya
f. Kecelakaan yang terjadidiproyek dengan uraian singkat terjadinya
kecelakaan, kerugian materialdan jiwa (luka-luka/meninggal) serta dari
fihak mana
g. Sertifikat bulanan untuk laporan bulanan
h.Kegiatan- kegiatan kontraktor dan engineer proyek selama bulan laporan
i. Keadaan cuaca pada umumnya serta sampai seberapa jauh keadaan
operasi proyek tersebut terpengaruh
2. Laporan Bulanan Konsultan Supervisi
Konsultan supervisi berkewajiban menyampaikan laporan- laporan
pelaksanaan pekerjaan kepada pemimpin proyek sesuai ketentuan yang
berlaku, baik secara berkala maupun sewaktu- waktu diperlukan.
Laporan Bulanan Konsultan Supervisi berisi sebagai berikut:
a. Hasil pengawasan pekerjaan/ kegiatan kontraktor, berisi:

47
1) Peralatan milik kontraktor
2) Personil kontraktor
3) Sertifikat pembayaran bulanan
4) Kemajuan pekerjaan dari tiap- tiap kegiatan
5) Kedudukan atau status dari pekerjaan tambah kurang
6) Kesimpulan dari tagihan- tagihan kontraktor
7) Penjelasan mengenai kemajuan pelaksanaan pekerjaan
8) Gambar kemajuan pekerjaan
9) Pencatatan curah hujan
10) Laporan mengenai pekerjaan tambah kurang dan change order
11) Laporan- laporan khusus
12) Foto- foto
b. Kegiatan konsultan mencakup;
1) Daftar personil konsultan
2) Kendaraan
3) Perusahaan dan kantor
4) Penjelasan mengenai kegiatan tim supervisi
5) Jadwal pembayaran supervisi
6) Jadwal dan kemajuan bulanan untuk tiap- tiap posisi tugas
7) Laporan pembayaran kepada tim supervisi
Selain laporan bulanan, masih ada bentuk laporan lainnya seperti
laporan triwulanan, laporan khusus dan laporan akhir proyek.

48
BAB III
PENGELOLAAN MATERIAL DAN PERALATAN

Capaian Pembelajaran
Mahasiswa akan dapat menjelaskan kegiatan- kegiatan apa saja yang harus
dipersiapkan kontraktor dalam mengawali pelaksanaan proyek (setelah kontrak
ditandatangani)
Kemampuan akhir yang dicapai
Mahasiswa akan dapat:
1. Menjelaskan beberapa kegiatan dalam pengelolaan material dan peralatan
pada awal kegiatan pelaksanaan proyek
2. Menyebutkan kegiatan-kegiatan dalam perencanaan dan pelaksanaan
penyediaan material dan peralatan
3.1 Pengadaan Material
3.1.1. Kebutuhan material
Kebutuhan material atau barang harus diidentifikasi sebelumnya, dalam hal ini
kontraktor akan mengacu pada Bills of Quantity, spesifikasi teknis, jadwal
pelaksanaan dan tata letak site. Identifikasi ini meliputi:
a. Jenis bahan yang dipakai
b. Jumlah bahan termasuk faktor keamanan
c. Kualitas bahan
d. Kegunaan bahan
e. Kapan bahan digunakan
f. Tempat penyimpanan
3.1.2. Faktor keamanan
Besarnya faktor keamanan tergantung dari pengalaman proyek sebelumnya
seperti faktor lingkungan kerja dan ketelitian pekerja, gunanya untuk
memperhitungkan adanya sejumlah bahan yang hilang atau berkurang akibat
resiko dari:
a. Pembelian bahan:
b. Perbedaan kuantitas saat dikirim dengan diminta
c. Tumpah atau jatuh karena faktor angkutan
49
d. Penyimpanan:
e. Hilang saat ditumpuk karena dasar lahan tidak rata
f. Terbawa arus air hujan
g. Rusak akibat cuaca atau tetimbun terlalu lama
h. Penggunaan:
i. Tenaga kerja ceroboh saat ambil bahan dari gudang
j. Pelaksanaan tidak sesuai rencana (perbandingan adukan)
k. Keceroboan dan kesalahan pelaksanaan
l. Kehilangan akibat pencurian:
Dalam melakukan transaksi pembelian material, melihat jenis kontrak
yang dipakai, yaitu:
m. Kontrak antara supplier dengan kontraktor (logistik) pusat atau cabang
Kontrak semacam ini, site manajer/site engineer tidak perlu
memikirkan masalah dana untuk pembelian, tetapi:
n. Membuat usulan kebutuhan bahan mengenai jumlah dan kualitas
o. Menetapkan Waktu pengadaan dan toleransi keterlambatan
p. Kelengkapan administrasinya
q. Kontrak antara supplier dengan kontraktor di lapangan(Supplier dengan
site manajer )
Kontrak semacam ini site engineer sangat bertanggungjawab terhadap
pengadaan material/bahan dan juga dapat melakukan efisiensi bahan
secara menyeluruh dalam hal:
r. Mencari supplier
s. Menyiapkan dana dan administrasinya
t. Pengaturan pengiriman, penyimpanan dan kelengkapan administrasinya
guna pembayaran supplier dan laporan pertanggungjawaban ke pusat
3.1.3. Pertimbangan- pertimbangan untuk memilih supplier
Beberapa pertimbangan dalam memilih supplier dapat ditinjau dari berbagai segi,
diantaranya :
a. Harga : dicari harga yang paling murah tanpa menyimpang spesifikasi.
b. Mutu bahan : Memenuhi syarat spesifikasi (paling tidak masuk dalam
toleransi)

50
c. Tingkat kepercayaan
d. Waktu dibutuhkan : Dekat dengan lokasi dan mempunyai alat angkut
yang cukup
e. Supplier pengirim
f. Monopoli politis : Jumlah stok mencukupi sesuai kebutuhan kontraktor
g. Tender
h. Pertimbangan lain
i. Tingkat pelayanan:
j. Cast discout
k. Bulk discout
l. Season discout
m. Trade discout

3.2 Penerimaan Material


Prosedur penerimaan material di site:

Supplier

Site Manajer Pengawas


lapangan
Administrasi
Keuangan Lapangan

Teknik Logistik

51
3.2.1. Bagian teknik dan logistik
a. Site manajer memesan bahan ke suplier dengan mempertimbangkan
berbagai persyaratan yang ada dalam mencari supplier, pesanan bahan
berupa macam bahan, mutu dan jumlah serta harga.
b. Supplier akan mengirim bahan contoh ke lokasi ditujukan kepada
pengawas lapangan guna memastikan apakah bahan tersebut dapat
diterima mutunya dan kalau perlu disertai uji laboratoriumnya dan jika
dapat diterima, kemudian petugas teknik logistik akan membuat bukti
peneriman barang dalam rangkap dua:
c. Lembar 1 untuk supplier
d. Lembar 2 untuk bagian operasi keuangan proyek
Di samping itu petugas teknik logistik akan menandatangani DO dari
supplier dan menahan satu lembar
e. Selanjutnya akan dicatat pada buku catatan penerimaan bahan
f. Pada akhir hari petugas logistik akan membuat laporan harian penerimaan
bahan dalam rangkap dua, yaitu:
- Satu lembar untuk site manager
- Satu lembar untuk arsip
g. Laporan harian penerimaan barang bersama- sama dengan
buktipenerimaan barang dan DO dari supplier diserahkan pada site
manager.
3.2.2. Site Manager
Kesokan harinya site manager meneliti laporan dan bila perlu mengadakan
pengecekan atas barang- barang yang masuk (secara fisik) dan setelah itu
memaraf serta menyerahkan ke administrasi dan keuangan
3.2.3. Administrasi dan Keuangan
Administrasi dan keuangan proyek akan menyimpan bukti- bukti sebagai
berikut:
a. Dalam hal material yang akan dikirim atas pesanan cabang (bahan- bahan
yang pembelinya disentralkan) maka bukti- bukti penerimaan tersebut dan
DO nya akan dikirim secara periodic ke bagian operasi cabang (bersama
pertanggung jawaban tenaga kerja).

52
b. Dalam hal yang dikirim atas pesanan proyek, bukti tersebut akan disimpan
akan dicocokkan dengan tagihan supplier sebelum dilaksanakan
pembangunan.
Penerimaan barang merupakan kelanjutan proses realisasi dari Surat Pesanan
Bahan (SPB) yang telah dibuat. Berarti proses pengalihan tanggung jawab dari
supplier kepada pihak pemakai/pemesan. Dalam penerimaan material kesesuaian
mutu, jumlah,dan waktu penyerahan perlu diperhatikan. Kegiatan penerimaan
mencakup:
3.2.4. Pemeriksaan dokumen
Meliputi penelitian atas faktur pengiriman material, dicocokkan dengan surat
pesanan material yang bersangkutan. Yang meliputi pencocokkan atas:
a. Nama dan alamat pengirim
b. Nama dan alamat yang dikirim
c. Jenis dan jumlah kualifikasi material yang tertera dalam faktur
pengiriman terhadap surat pesanan
3.2.5. Pemeriksaan fisik (mutu)
Pemeriksaan mutu meliputi 2 aspek, yaitu kualitas material dan mutu
material ditinjau dari ukurannya.
c.2.5.1. Pemeriksaan kualitas material:
Sarana pemeriksaan:
a. Syarat material/ spec material yang dikehendaki dalam surat
perjanjian pesanan.
b. SII (Standart Industri Indonesia)
c. Standart lain:JIS, AASTHO, dll.
c.2.5.2. Cara pemeriksaan
a. Untuk material tertentu sebaiknya disediakan contoh yang telah diuji
mutunya atau telah disetujui pemberi pekerjaan
b. Material yang persyaratan kualitasnya tinggi selalu diikuti pengujian dan
pemeriksaan lab
c. Material yang utunya menurun dengan cepat agar diperhatikan saat kapan
diproduksi
d. Secara umum harus dipenuhi syarat- syarat di dalam SPPB

53
3.2.5.3. Pemeriksaan ukuran material
a. Material dikirim harus memenuhi syarat yang diminta oleh spesifikasi
b. Material curah, diukur di atas alat angkut atau truk
c. Perhatikan macam ukuran di pasaran (kurus atau gemuk)
Bagian logistic dan peralatan, setelah memeriksa material dan hasilnya
sesuai aspek bahan mengisi form berota acara penrimaan material. Form
diisi rangkap 3 dan aslinya diserahkan kepada supplier untukkelengkapan
dalam penagihan, sedangkan copy 1 untuk kantor perusahaan dan copy 2
untuk arsip proyek.
c.2.6. Pengadministrasian (Administrasi logistic)
Seluruh material yang telah diterima haris segera dicatat di dalam buku
stock gudang/ buku mutasi gudang dengan menggunakan model kartu
gudang.
c.2.7. Pengaturan tempat penyimpanan/penerimaan
Material yang telah disetujui/ diterima baik dan dicatat dalam kartu
gudang selanjutnya diteruskan ke tempat penerimaan atau tempat
penyimpanan.
Penyimpanan berfungsi menjamin terpenuhinya kbutuhan material dan
pengamanan terhadap kerusakan dan kehilangan.

c.3. Penyimpanan Material


3.3.1. Tujuan penyimpanan material adalah:
a. Penyediaan material secara tepat saat dibutuhkan: tepat jumlah, mutu,
waktu
a + a cadangan besar = maks. Σ persediaan
kecil = minim. Σ persediaan

54
b. Mencegah terjadinya kehilangan material + penurunan waktu sehingga
perlu menyediakan tempat penyimpanan
c. Mempermudah pengawasan terhadap aliran material dari tempat
penyimpanan.
- Mengurangi pemborosan
- Mengetahui aliran material
Kedua hal diatas akan mengurangi biaya material dan pengawasan
c.3.2. Pertimbangan dasar dalam penyimpanan material :
1. Meminimumkan persediaan
- Sediaan berlebihan Mengikat material yang dapat digunakan proyek
untuk hal lain
- Investasi modal berlebihan akan berakibat pada tingkat bunga tinggi
yang harus dibayar jika modal diperoleh dengan pinjam
- Sediaan besar, perlu ruang penyimpanan besar, sehingga investasi
- Sediaan besar, tenaga kerja besar perhari untuk menjaga dalam
penyimpanan dan keamanan serta pengecekan investasi secara teratur
- Overhead besar
- Tergantung materialg disimpan dan kondisi penyimpanan, ada pokok-
pokok pengurangan bahan, kerusakan material , sehingga tingkat
pemborosan modal , yaitu kerusakan material yang disimpan dengan
jumlah tertentu dan dalam waktu tertentu dengan beberapa pengamatan
kemudian dirata-rata, misalkan :

Material - 1 bulanWaktu
X ton X1 %

Y ton Y1 %

n ton N1 %
- Tingkat ∑ X1 + Y1 + n1 = Z %
keborosan modal (x+y+n)

55
Pertimbangan akhir untuk melihat masa yang akan datang, untuk
mengurangi/ menambah ongkos- ongkos dan meningkatkan
kemampuan.
2. Memaksimalkan persediaan
- Ada fasilitas- fasilitas penting yang tidak boleh gagal /tidak ada pada
saat diperlukan, contoh : bahan bakar untuk generator
- Tidak ingin pelaksanaan pekerjaan menjadi tertunda , biaya akan
makin membengkak
- Kehilangan dikarenakan penurunan kuantitas, kualitas, waktu/tempat
- Safety stok, perlu adanya sediaan yang aman, besarnya tergantung dari
tingkat permintaan: Kinerja, tingkat pemeliharaan dan skill operator
- Pertimbangan lain yang penting seperti : Lead time = waktu antara
penentuan kebutuhan dengan kedatangan material
- Ongkos untuk melakukan pemesanan, perlu waktu.
-
3. Usaha- usaha untuk mencegah timbulnya material sisa :
- Memastikan jumlah material dan yang dikirim = jumlah yang
dibutuhkan, Sehingga waktu penyimpanan kecil.
- Saat material dikirim = saat dibutuhkan
- Memastikan jumlah cadangan yang aman
- Memastikan tenaga kerja dengan mengawasi cara kerja tenaga kerja
sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan dalam hal :
Penggunaan bahan yang berlebihan/boros maupun
penyimpanan/perlakuan yang salah.
- Menyediakan dan mengalokasikan tempat penyimpanan secara tepat
3.3.3. Pengawasan Material
Pengawasan material dalam hal ini mencakup :
- Pengawasan material
- Memastikan bahan- bahan yang dipesan pada saat yang tepat dengan
jumlah yang sesuai dan harga murah serta sesuai dengan kualitas yang
diinginkan.

56
- Membuat rekaman sediaan, meliputi : Catatan permintaan, catatan
pelaksanaan, catatan pembelian, catatan pengiriman, juga catatan
perawatan.
- Pertimbangan fluktuasi permintaan , lead time, tingkat pemborosan
modal dan tingkat keamanan sediaan.
3.3.4. Istilah- istilah dalam material manajemen:
1. Ordering level = tingkat permintaan = julah cadangan minimal yang
diperkenankan + perkiraan pemakaian selama lead time.
Tergantung dari:
2. Jumlah pesanan selama lead time
3. Kemampuan keuangan Kontraktor atau fsilitas Kontraktor
4. Faktor memaksimalkan /meminimalkan
5. Tingkat suku bunga
6. Pertimbangan supplier
7. Order quality = jumlah pelaksanaan yang ekonomis pada suatu waktu
(mempertimbangkan ongkog- ongkos transportasi, pesanan kembali, dsb)
8. Minimum level = jumlah cadangan minimal, di mana bila jumlah
cadangan lebih kecil dari jumlah minimum level maka cadangan tersebut
akan merupakan sisa yang mungkin akan menghambat / tidak berguna
untuk pelaksanaan pekerjaan, jadi sama dengan jumlah cadangan aman.
9. Maximum level= jumlah cadangan maximum yang tidak boleh disimpan
karena factor keuangan dan ruang (fasilitas gudang).
Tingkat pemborosan modal:
Bisa diartikan sebagai besar modal yang sebenarnya yang bias diinvestasikan
akibat perbedaan persediaan dengan kebutuhan dibagi modal keseluruhan per
periode tertentu.
Contoh: kebutuhan 10 ton Rp 10
Persediaan 15 ton Rp 15
Kelebihan 5 ton Rp 3
Pemborosan = x 100% = 20%

57
Tingkat keamanan sediaan:
Besar jumlah persediaan yang masih baik terhadap jumlah persediaan semula
Misal: kebutuhan 10 ton
Persediaan 15 ton
Kelebihan 5 ton ada 2 ton rusak
Tingkat keamanan sediaan = x 100% = 87%
Jika ada persediaan 10 ton/ tahun, maka perkiraan sediaan yang masih baik = 87%
x 10 ton = 8,7 ton
Yang buruk = 10 ton – 8,7 ton = 1,3 ton
Maka untuk memenuhi kebutuhan 10 ton (semula) harus ada persediaan (aman)
sebesar 11,3 ton
Atau sebesar = x 10 ton = 11,5 ton
Sasaran Pengawasan Material
1. Menentukan jumlah pesanan dan ongkosnya
EOQ = the most economy order quantity = tingkat permintaan yang paling
konomis
2. Jika ongkos per satuan konstan :
EOQ =
K = factor keamanan sediaan =
Contoh.
Diketahui:
1. K (tingkat keamanan sediaan) = 0,5
2. Kebutuhan tahunan = 1000 kg
3. Ongkos = Rp 4/kg konstan
4. Tingkat keborosan modal = 25%
5. Ongkos pesan kembali = Rp 20
Pertanyaan:
1. Hitung EOQ jika dikethui lead time 2 bulanan
2. Hitung jumlah cadangan aman, jika
Cadangan yang aman = K
3. Hitung jumlah persediaan aman

58
4. Bandingkan antara ongkos dengan EOQ terhadap ongkos jumlah
persediaan aman
Jawab:
1. k = =2 ; EOQ = = 200 kg
2. L = 2 bulanan
Kebutuhan tiaplead time = = 166 kg
Jumlah cadangan aman = 2 x = 26 kg
3. Jumlah persediaan aman = 166 + 26 = 192 kg
Ongkos EOQ (= 200 kg) < ongkos Σpersediaan aman (= 192 kg)
Ongkos yang diperhitungkan:
4. Ongkos bahan = Rp 4
5. Ongkos pesan kembali = Rp 20
6. Ongkos pemb. Modal = 1000 x 4 x 0,25 = 1000
Perbandingan ongkos per tahun untuk pesanan sebesar EOQ dan sebesar
sediaan yang aman.

EOQ = 200 unit (5x kirim) Sediaan aman = 192


unit (6x kirim)
1. Ongkos 1000 x Rp 4/ unit = Rp 6 x 192 x Rp 4/ unit
pembelian 4000 = Rp 4608
bahan/ tahun
2. Biaya pesan 5 x Rp 20 = Rp 100 6 x Rp 20 = Rp 120
kembali/ tahun
3. Biaya/ 1000 unit x 0,25 x Rp 4 = 6 x 192 x 0,25 x Rp
penggantian Rp 1000 4 = Rp 1152
pemborosan Rp 5100 Rp 5880
modal/ tahun
4. Biaya total

Kesimpulan: Lebih ekonomis (dalam segi biaya) ambil 200 unit / 1x kirim
Kelemahan: Tidak memperhitungkan cadangan (Σ 1000 unit)

59
Sedangkan jika dalam 1x kirim = 192 unit – ada cadangan aman
Sedangkan (6 x 192 – 1000) = 152 unit
Tingkat keborosan modal =
Modal boros = Σ sisa x Rp/unit
= Σ persediaan x Rp/unit x tingkat keborosan modal
Ongkos pemborosan modal/ tahun = Σpersediaan pesta x tingkat keborosan modal
per tahun x harga satuan

b. EOQ = dengan harga satuan tidak konstan


Mis pembelian sama dengan 200 unit Rp 4/ unit
>200 unit = didiskon 10%, harga per unit = 90% x Rp 4 = Rp 3,6/ unit
Kebutuhan tahunan 1000 unit:
5. Buat: perhitungan biaya yang harus dikeluarkan untuk tiap tahun
berdasarkan frekuensi pengiriman bahan:
1. Metode pengiriman 1 bulan sekali frekuensi = 12x/tahun

60
BAB IV
PEMBAYARAN KONTRAK

CAPAIAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa dapat memahami tentang pembayaran yang ada pada kontrak
suatu pelaksanaan proyek

KEMAMPUAN AKHIR YANG DICAPAI


Setelah selesai pembahasan tentang pembayaran kontrak ini diharapkan
mahasiswa dapat :
1. Menyebutkan macam- macam kontrak yang sering ada di proyek
konstruksi paling tidak 5 macam kontrak.
2. Menjelaskan prosedur pembayaran kontraktor jika dibayar dengan cara
termin, uang muka dan berdasarkan waktu
3. Menghitung cara pengembalian uang muka dengan berbagai besaran uang
muka dengan betul.
4. Mendiskusikan untung ruginya cara penggunaan sistem pembayaran yang
ada.
5. Menjelaskan dan memahami prosedur pembayaran pada supplier yang
jatuh tempo
6. Menjelaskan prosedur pembayaran kepada mandor
7. Mengajukan dana kerja mingguan untuk kondisi pembayaran mandor,
supplier yang jatuh tempo, karyawan lapangan dan kebutuhan overhead
lapangan lainnya.
4.1. Pendahuluan
Pembayaran kontrak antara pemilik dengan kontraktor yang dilakukan dari
waktu ke waktu merupakan cara umum di kalangan proyek, untuk
memutuskan cara pembayaran yang wajar dan dikelola dengan tepat perlu
diketahui beberapa hal , diantaranya :

61
a. Pihak kontraktor tidak ingin melakukan pre-financing pekerjaan yang
telah diserahkan kepadanya sesuai kontrak ( tanpa ada pengaturan
khusus mengenai masalah tersebut seperti bungan dan yang lain)
b. Pemilik bermaksud membayar hanya untuk pekerjaan yang telah
diselesaikan secara riel pada perhitungan prestasi kerja (Opname
pekerjaan).
Pengajuan hasil pengukuran pekerjaan (opname pekerjaan) dan
pembayaran yang cepat dan akurat sangat penting bagi arus kas kontraktor,
karena biaya untuk upah kerja, pengadaan material dan peralatan selama
proyek dilaksanakan cukup besar dan kontraktor ingin menerima
pembayaran secepat mungkin. Keterlambatan pembayaran yang tidak
sesuai rencana jadwal yang disetujui, akan menimbulkan risiko bagi
kontraktor untuk tidak memenuhi kewajibannya dan dapat berdampak
negatif bagi keberhasilan proyek.
Berdasarkan arus kas dan nilai uang terhadap waktu, pemilik ingin
membayar pekerjaan yang sudah diselesaikan atau sesuai kinerja. Bagi
pemilik pembayaran merupakan sarana pengendalian yang penting, dan
diperhitungkan secara obyektif serta berfungsi sebagai pendorong
sekaligus pengendalian prestasi kerja.

4.2. Macam pembayaran kontraktor


4.2.1. Sistem Pembayaran secara termin
Pembayaran pada kontraktor secara termin banyak digunakan dengan
jumlah termin bervariasi sesuai dengan keinginan pemilik. Semakin
banyak terminnya semakin ringan bagi kontraktor untuk mempersiapkan
modal awal.
Penetapan jumlah termin yang berwenang adalah pemilik atas
saran/masukan konsultan perencana dan sudah dipertegas dalam pasal
tentang kontrak dan sistem pembayaran pada spesifikasi .
Sebagai contoh jika pembayaran berdasarkan termin dan ada lima termin
dengan bentuk sebagai berikut :

62
Termin Prestasi Hitungan Dibayar
I 20% 20 %- retensi 5% 15%
II 40% 40%-20% 20%
III 60% 60%-40% 20%
IV 80% 80%-60% 20%
V 100% 100%-80% 20%
Masa 5%
pemeliharaan
Jumlah 100%

Jika pada termin ke II dimana perkiraan kemajuan pekerjaan yang dihitung


oleh kontraktor sudah mencapai 40% lebih, maka prosedur
pembayarannya sebagai berikut :

63
Tahapan diatas :
langkah 1 : Dari hasil pengendalian site manajer bahwa prestasi kerja yang
dicapai sudah mencapai 40% lebih, sehingga site manajer
mengusulkan ke direksi lapangan untuk dilakukan opname
pekerjaan.
Langkah 2 : Direksi lapangan berdasarkan usulan perhitungan opname
pekerjaan oleh sitemanajer melakukan opname pekerjaan
disaksikan oleh site manajer/pelaksana tentang prestasi kerja
yang sudah dicapai kontraktor dan hasilnya dimungkinkan ada 2
kemungkinan, yakni :
langkah 3 : Kemungkinan I hasil opname pekerjaan < dari termin II yakni
40%, maka kontraktor harus meneruskan lagi pekerjaan guna
mencapai sesuai persyaratan yakni > 40 % atau kemungkinan II
Langkah 4 : Hasil perhitungan prestasi yang dilakukan oleh direksi lapangan
> 40%, maka memenuhi untuk dibuatkan berita acara hasil
perhitungan prestasi dilengkapi dengan persyaratan administrasi
lainnya seperti foto fisik dari bangnnan
langkah 5 : Pemilik setelah mendapatkan berita acara hasil perhitungan
prestasi dari pengawas lapangan akan meninjau lokasi guna
melihat kebenaran hasil perhitungan dan jika benar pemilik akan
memerintahkan konsultan perencana untuk dibuatkan sertifikat
pembayaran
Langkah 6 : Konsultan membuatkan sertifikat pembayaran sesuai dengan yang
diperintahkan pemilik dan sertifikat pembayaran dapat berupa
berita acara opname pekerjaan yang sudah disetujui oleh pemilik
dan dilengkapi dengan persyaratan administrasi lainnya.
Langkah 7 : Pemilik akan mengirimkan copi sertifikat pembayaran dan
persyaratan administrasi lainnya ke PKPN
Langkah 8 : Kontraktor mendapatkan sertifikat pembayaran

64
Langkah 9 : Kontraktor mengajukan pencairan dana termin II ke PKPN
dengan menyerahkan sertifikat pembayaran dan persyaratan
administrasi lainnya.
4.2.2. Pembayaran berdasarkan waktu (Kurun waktu tertentu secara
periodik)
Sistem pembayaran dalam hal ini hampir sama dengan sistem
diatas, yaitu dibayar secara periodik, misal tiap bulan, maka jumlah biaya
proyek dibagi secara merata, sehingga pembayarannya tiap periode adalah
sama dan bagi pemilik cara ini dapat dikatakan tidak atau sedikit sekali
mengandung unsur pengendalian
Secara umum juga dapat dikatakan sebagai pembayaran
berdasarkan waktu, biasanya digunakan untuk proyek- proyek sipil seperti
bendungan, jembatan dan yang lain, dalam pembayaran secara periodik ini
pihak kontraktor sudah tidak perlu mengajukan usulan perhitungan prestasi
kerja ke pengawas lapangan/ direksi lapangan, tetapi sudah otomatis setiap
periodik tertentu pihak pengawas lapangan/ direksi lapangan melakukan
opname pekerjaan dan sebagai batasan waktu untuk kontraktor
menyelesaikan proyek adalah sesuai waktu kontrak.
Contoh pembayaran kontraktor berdasarkan waktu/ secara periodik
adalah : Jika kontrak yang terjadi untuk penyelesaian proyek selama 7
bulan, maka bentuk pembayarannya adalah sebagai berikut :

Waktu Prestasi Kerja Perhitungan Dibayar

Bulan I 15% 15%-retensi 5% 10%

Bulan II 25% 25% - 15% 10%

Bulan III 35% 35%-25% 10%

Bulan IV 50% 50%-35% 15%

Bulan V 64% 64%-50% 14%

Bulan VI 85% 85%- 64% 21%

Bulan VII 100% 100%-85% 15%

65
Masa 5%

Pemeliharaan

Jumlah 100%

Kelebihan dan kekurangan penggunaan sistem pembayaran ini adalah :


Kelebihannya :
a. Modal kontraktor untuk menyelesaikan proyek sesuai dengan
kemampuan
b. Jika kontraktor mempunyai modal besar proyek dapat diselesaikan lebih
cepat
c. Kontraktor tidak perlu mengusulkan dilakukan perhitungan prestasi kerja
karena sudah merupakan tugas rutin dari pengawas lapangan/ direksi
lapangan secar rutin/ periodik.
Kekurangannya :
a. Jika kontraktor tidak hati - hati dalam mengelola pendanaan, maka
pekerjaan akan terlambat.
b. Perencanaan target prestasi setiap periodik harus selalu mengacu
ke logika pelaksanaan dan kemampuan sumberdaya yang dipunyai .
Adapun prosedur kerjanya adalah sebagai berikut :

66
Tahapannya :
Langkah 1 : Sudah tugas ruti dari pengawas lapangan/ direksi lapangan secara
periodik setiap bulan menghitung prestasi kerja yang sudah dicapai
oleh kontraktor untuk proyek tersebut dan didampingi site manajer
Langkah 2 : Hasil perhitungan prestasi kerja/opname pekerjaan dibuatkan berita
acara dan dilengkapi dengan administrasi lainnya guna dilaporkan
ke pemilik untuk disiapkan pembayarannya
langkah 3: Pemilik akan mengontrol/ hasil perhitungan dan melihat ke lokasi
guna mencocokkan hasil perhitungan prestasi dengan kondisi riel
di lokasi proyek
langkah 4: Setelah dilakukan pengecekan oleh pemilik dan ternyata sudah
benar , maka pemilik akan memerintahkan konsultan perencana
untuk dibuatkan sertifikat pembayaran
Langkah 5: Kontraktor akan menerima sertifikat pembayaran sebagai bukti
bahwa dia sudah menyelesaikan pekerjaan dan dapat diterima oleh
pemilik, sehingga ybs wajib untuk dibayarkan.
Langkah 6: Pemilik akan mengirimkan copy sertifikat pembayaran lengkap
dengan administrasi pendukung lainnya ke PKPN
Langkah 7: Kontraktor akan mencairkan dana ke PKPN dengan membawa
sertifikat pembayaran dan administrasi pendukung yang diminta
oleh PKPN

4.2.3. Pembayaran berdasarkan uang muka


uang muka diberikan ke kontraktor dengan tujuan untuk membantu
kontraktor dalam membiayai biaya awal proyek, biasanya besarnya uang
muka sesuai dengan kebutuhan biaya awal dan maksimum 20%.
Uang muka diberikan pada saat kontraktor belum memulai pekerjaan dan
pengembaliannya akan dipotongkan pada setiap termin atau kurun waktu
pembayaran.
Sebagai contoh pembayaran gabungan antara uang muka dan termin.

67
jika besarnya uang muka 15% dengan 5 termin, maka pengembalian uang
mukanya sebagai berikut :

No Termin Prestasi yang dicapai Rincian Dibayarkan


1 0 Belum kerja 15%
2 I 20 % 20%-Retensi 5%- 12%
Cicilan uang muka
15%/5
3 II 40% 40%-20%-15/5 % 17%
4 III 60% 60%-40%- 15/5 % 17%
5 IV 80% 80%-60%-15/5% 17 %
6 V 100% 100%-80%- 15/5% 17 %
7 Masa Pemeliharaan 5%
Jumlah 100 %

Peruntukan proyek : Untuk proyek yang mendesak segera diperlukan bagi


masyarakat seperti fasilitas umum, ataupun adanya musibah yang merusak
fasilitas umum dan sangat urgen untuk diperbaiki.

4.3. Pembayaran kepada supplier yang jatuh tempo


4.3.1. Pemilihan Supplier
Kontraktor dalam memilih supplier harus mempertimbangkan
berbagai segi guna mendapatkan efisiensi bahan/ material ataupun dampak lain
dari dalam penyelesaian proyek secara keseluruhan.
beberapa pertimbangan yang harus dilakukan , diantaranya :
a. Pilih supplier yang dekat dengan lokasi dengan pertimbangan kemungkinan
terjadi kelambatan lebih kecil dan sekaligus bina lingkungan, sehingga

68
diharapkan penyelesaian pekerjaan dapat lancar sesuai dengan rencana yang
sudah ditetapkan
b. Supplier mempunyai alat angkut yang cukup guna menghindari kesulitan
penganngkutan pada saat dibutuhkan, diharapkan dengan mempunyai alat
angkut yang cukup dapat menghindari ketergantungan dengan pihak ketiga
yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pengadaan bahan/ material itu sendiri
sehingga dimungkinkan terjadinya pembengkakan biaya karena pengangkutan
yang tidak direncanakan.
c. Harganya murah dan mutunya masih memenuhi syarat spesifikasi
d. Jumlah stok yang dipunyai mencukupi sesuai kebutuhan proyek
e. Pembayaran dapat agak dibelakang/mundur
Pertimbangan diatas sangat dibutuhkan bagi kontraktor guna mengelola
pendanaan supaya dimungkinkan terjadinya pembengkakan pendanaan pada tahap
pelaksanaan dapat diperkecil dan jika memungkinkan dapat dihilangkan.

4.3.2. Prosedur pengadaan bahan


Prosedur pengadaan bahan ada dua kemungkinan, yakni pengadaan
langsung dilapangan dan menjadi tanggung jawab site manajer atau pengadaan di
cabang dan pihak site manajer hanya mengusulkan pengadaannya saja.
a. Prosedur pengadaan bahan dilapangan dan pembayaran supplier
dilakukan di proyek/site dengan Site Manajer bertanggung jawab penuh

Supplier

Site Manajer Pengawas Lapangan

Administrasi
Keuangan lapangan
Bagian Logistik/Gudang

Tahapannya :

69
Langkah 1 : Site manajer mencari supplier sesuai dengan kebutuhan proyek
dan berdasarkan pertimbangan pertimbangan tersendiri guna menjaga
efisiensi bahan, setelah didapatkan suppliernya , diminta mengirimkan
bahan contoh kelokasi proyek guna memastikan mutu bahan yang nantinya
akan diputuskan oleh pengawas lapangan
langkah 2 : Supplier mengirim bahan contoh ke lokasi disertai uji lab jika
diperlukan dan diperiksa oleh pengawas lapangan guna memastikan
apakah bahan tersebut memenuhi syarat atau tidak.
langkah 3 : jika memenuhi syarat pengawas lapangan akan
menginformasikan ke site manajer agar bahan segera dikirim ke lokasi.
langkah 4 : Site manajer akan memerintahkan ke supplier untuk mengirimkan
bahan ke lokasi sesuai dengan permintaannya /order bahan yang mencakup
jenis bahan, jumlah, mutu dan waktu pengadaannya
langkah 5 : Supplier mengirimkan bahan ke lokasi sesuai dengan jumlah
order site manajer dilengkapi delivery order dan sampai dilokasi akan
diperiksa oleh pengawas lapangan apakah bahan yang dikirim sudah sesuai
bahan sampel dan memenuhi syarat mutu yang diminta dan pihak site
manajer akan secara insidental memeriksa bahan yang datang ke bagian
logistik atau gudang
langkah 6 : Setelah dipastikan sesuai mutu yang diminta bahan akan
dibukukan oleh bagian logistik/gudang, maka delivery order akan
ditandatangani sebagai bukti bahan sudah diterima dan tembusan ditahan
sedangkan yang asli dikembalikan ke supplier
langkah 7 : Bagian administrasi keuangan lapangan akan merekap bukti
penerimaan bahan yang diterima oleh bagian logistik/gudang dan
mempersiapkan pendanaannya guna pembayaran supplier yang jatuh
tempo.
Untuk pengadaan langsung di lokasi proyek dan site manajer sebagai penanggung
jawab penuh terhadap pengadaan tersebut, ini sangat menguntungkan bagi site
manajer untuk mengatur penggunaan bahan/ material diawali dari mencari
supplier yang benar- benar dapat menguntungkan proyek tanpa mengurangi mutu

70
material itu sendiri hingga pengelolaan pengadaannya, pengiriman, penyimpanan
dan pemakaian secara keseluruhan.

b. Prosedur pengadaan bahan dilapangan dan pembayaran supplier


dilakukan di cabang dengan Site Manajer berhak mengusulkan ke
cabang

Pimpinan cabang
Supplier
Adm Keuangan
cabang

Site Manajer Pengawas Lapangan

Administrasi
Keuangan lapangan

Bagian Logistik/Gudang

Tahapannya :
Langkah 1 : Pimpinan cabang lewat bagian logistik cabang melakukan
pemesanan bahan/ material ke supplier yang dipilih berdasarkan kebutuhan
cabang
Langkah 2 : Supplier mengirim bahan contoh ke lokasi proyek dimana
pimpinan cabang memerintahkan dan menyerahkan ke pengawas lapangan
dari proyek yang bersangkutan guna memastikan apakah bahan tersebut
dapat diterima di proyek tersebut.
langkah 3 : Pengawas lapangan atau direksi lapangan setelah mendapatkan
bahan contoh dan melihat dari spesifikasi proyek yang menjadi tanggung
jawabnya memutuskan apakah bahan contoh tersebut dapat digunakan

71
pada proyek tersebut dan kalau perlu juga meminta uji lab dari bahan
tersebut dan menyampaikan kepastian bahan tersebut ke site manajer
Langkah 4 : Site manajer setelah mendapatkan informasi tentang kepastian
bahan tersebut meneruskan informasi tersebut ke bagian logistik cabang
untuk segera dilakukan pengiriman bahan sesuai dengan jadual kebutuhan
bahan tersebut.
langkah 5 : Supplier mengirimkan bahan ke lokasi proyek berdasarkan order
dari cabang dan diterima oleh pengawas lapangan untuk diperiksa
mengenai kecocokan dan mutu bahan dan jika sudah memenuhi syarat
mutu dan jumlah akan dibukukan oleh bagian logistik/ gudang dan secara
insidental site manajer juga akan memeriksa bahan tersebut.
Langkah 6 : bagian logistik/ gudang setelah menerima bahan yang memenuhi
syarat tersebut, membukukan dan menandatangani bukti penerimaan
( delivery order) dan menahan bukti order tersebut satu lembar
(tembusan) , sedangkan yang asli dikembalikan ke supplier guna
penagihan, sedangkan tembusan tersebut diteruskan ke bagian keuangan
lapangan guna direkapitulasi.
langkah 7 : Administrasi keuangan lapangan setelah merekap kemudian
mengirimkan bukti tersebut ke administrasi keuangan cabang untuk
direkap dan disiapkan pendanaannya, jika nanti sudah sampai batas waktu
jatuh tempo dana sudah tersedia
langkah 8 : Supplier akan menagih dana ke cabang setelah waktu jatuh tempo
pembayaran tiba dengan membawa bukti penerimaan asli, setelah
mencocokkan bukti penerimaan tersebut dan sesuai , maka dana dapat
dicairkan.

4.4. Pembayaran Kepada Mandor


Pembayaran kepada mandor dilakukan oleh pelaksana sebagai penanggung
jawab pekerjaan dilapangan dan biasanya setiap hari sabtu , prestasi kerja mandor
dihitung oleh pelaksana dan hasil perhitungan prestasi kerja tersebut dipakai
acuan untuk pembayaran pekerjaan yang sudah diselesaikan oleh mandor.

72
Mandor membawahi tenaga kerja borongan dan tenaga kerja harian, untuk
tenaga kerja borongan pengupahannya berdasarkan hasil prestasi kerja yang
dicapai oleh tenaga kerja borongan tersebut dan dikalikan dengan besarnya harga
borong kerja/satuan pekerjaan yang sudah diselesaikan dalam satu hari kerja,
sedangkan tenaga kerja harian dibayarkan berdasarkan hari kerja yang
bersangkutan masuk kerja dikalikan dengan besarnya upah kerja/hari

Prosedur tahapan pembayaran mandor/ tenaga kerja

Site Manajer

Admnistrasi Keuangan Cabang

Site Manajer

Admnistrasi Keuangan Lapangan

Pelaksana

Mandor Pekerja Harian

Pekerja Borongan Pekerja Harian

Prosedur pembayarannya :
Langkah 1 : Setiap akhir minggu mandor menghitung prestasi kerja dari
tenaga kerja borongan dan tenaga kerja harian dan dilaporkan ke pelaksana
proyek dan pelaksana proyek akan mengngecek kebenaran tentang hasil
perhitungan prestasi kerja tersebut atau dihitung bersama- sama antara
pelaksana dan mandor.
Langkah 2 : Pelaksana setelah melakukan pengkontrolan hasil perhitungan
dan dinyatakan benar akan membuatkan berita acara perhitungan prestasi
kerja tersebut dan mengirimkan hasil perhitungan tersebut ke administrasi
keuangan lapangan atas sepengetahuan site manajer.

73
Langkah 3 : Pihak administrasi keuangan lapangan akan merekap hasil
prestasi kerja yang dikirimkan oleh pelaksana lapangan dan
menggabungkan dengan pengeluaran lainnya dan atas perintah site
manajer mengantarkan hasil rekapan tersebut ke cabang guna dimintakan
dananya sesuai dengan usulan rencana pengeluaran proyek pada minggu
sebelumnya serta sekaligus menyerahkan usulan pengeluaran dana untuk
minggu yang akan datang.
Langkah 4 : Setelah mengambil dana pada minggu tersebut site manajer
mendistribusikan dana tersebut ke pelaksana untuk diteruskan ke mandor
langkah 5. : mandor mendistribusikan dana tersebut ke pekerja borongan dan
pekerja harian sesuai dengan prestasi kerja masing- masing.

4.5. Dana Kerja Mingguan


4.5.1. Pengertian
Dana kerja mingguan dapat diartikan sebagai rencana kebutuhan
dana dalam satu minggu yang akan datang dengan mempertimbangkan
kemampuan minggu saat itu.
4.5.2. Tujuannya:
Tujuan pembuatan dana kerja mingguan, diantarannya adalah :
a. Perencanaan pendanaan untuk satu minggu kedepan
b. Kesiapan pendanaan di cabang
c. Alat pengendali mingguan.
4.5.3. Prosedur Pengajuan Dana Kerja Mingguan

Dalam pengajuan dana kerja mingguan ini setiap bagian yang ada di lokasi
proyek, sesuai dengan struktur organisasi lapangan untuk pihak kontraktor
mengusulkan rencana penganggaran untuk satu minggu kedepan berdasarkan
kemampuan sumberdaya minggu saat itu dan mengajukan ke administrasi
keuangan lapangan . Pihak administrasi keuangan akan merekap semua rencana
penganggaran satu minggu kedepan ditambahkan juga rencana penganggaran dari
administrasi keuangan sendiri seperti ATK, gaji karyawan lapangan, insentif dan
yang lain juga termasuk jika satu minggu kedepan juga bersamaan dengan

74
pembayaran supplier yang jatuh tempo. hasil rekapan tersebut disahkan oleh site
manajer dan diterus kan ke cabang

Adapun prosedur pengajuan dana kerja mingguan sebagai berikut :

Pimpinan cabang
Bagian Logistik dan gudang
Administrasi Keuangan
Kebutuhan rutin satu
Cabang
minggu kedepan

Bagian Peralatan Berat dan MR


Kebutuhan suku cadang,
bahan bakar, oli dyl satu
minggu kedepan
Site Manajer
Administrasi Keuangan
Bagian Rumah tangga
Lapangan
Rencana kebutuhan
Pengeluaran lain :-
rumah tangga satu minggu
Gaji karyawan
kedepan (akomodasi dyl
lapangan, ATK
utk tenaga lapangan)
kantor, Tagihan
Supplier yang jatuh
tempo pada satu Pelaksana
minggu yang akan Pekerja Harian
datang

Mandor
Rencana prestasi kerja 1
minggu kedepan dan
dirupiahkan

75
BAB V
MANAJEMEN RISIKO

5.1. Macam Risiko yang ada pada Proyek


Risiko yang ada pada proyek selalu diartikan yang jelek, merugikan dan
berat serta selalu ada pada setiap pekerjaan, sehingga setiap perencanaan kegiatan
apapun risiko selalu kita sisipkan untuk menghindari pembengkakan biaya pada
saat pelaksanaan nantinya.
Macam risiko dalam setiap pekerjaan pasti ada, baik mulai dari kebutuhan
bahannya yang memang diperbesar karena ada risiko bahan yang rusak, hilang
baik pada saat pengangkutan, penimbunan maupun pada saat penggunaannya.
Juga risiko pada penggunaan peralatan, baik peralatan ringan maupun peralatan
berat

5.2. Merubah Faktor Risiko menjadi Keuntungan


Sesuai dengan pemahaman strategi menawar proyek untuk mendapatkan
pekerjaan kita harus memenangkan lelang dengan cara menekan biaya serendah
mungkin tanpa menyimpang spesifikasi adalah :
a. Efisiensi sumberdaya, mencakup bahan, alat, tenaga kerja, metoda kerja,
lingkungan kerja dan dana
b. Merubah faktor risiko menjadi keuntungan dengan cara mengelola sebaik
mungkin semua pekerjaan yang mengandung risiko, sehingga terjadinya risiko
dapat dikurang dan kalau mungkin dapat dihilangkan.

76
Pada kesempatan ini kita bahas masalah risiko,
Risiko ada pada setiap pekerjaan dengan besaran yang relatif ( dapat besar
dan dapat kecil ) melihat dari tingkat kesulitan pelaksanaan pekerjaan tersebut
juga tingkat ketelitian dalam pelaksanaan ataupun kebiasaan pengerjaannya.
Keberadaan risiko dalam setiap pekerjaan sudah diketahui banyak pihak,
baik pihak perencana, pengawas lapangan, kontraktor, pelaksana, mandor, bahkan
tenaga kerjanya sendiri tetapi jarang yang mau mengelola dengan baik sehingga
menjadi tambahan keuntungan karena faktor efisiensi tersebut, rata-rata
pemahaman risiko ya dibiarkan saja hilang sia- sia dan itu masih wajar.
Contoh dalam pelaksanaan proyek cukup banyak, bahkan setiap pekerjaan selalu
ada risiko, seperti ;

a. Pekerjaan pasangan dinding


Pekerjaan pasangan dinding dari batu bata biasanya dilakukan oleh tukang batu
dibantu pekerja dengan distribusi tugas : Tukang batu memasang dinding dengan
bahan batu bata dan diikat dengan spesi, yang mana dalam pelaksanaannya sudah
merupakan suatu kebiasaan kalau membutuhkan batu bata pecah selalu memotong
batu bata yang masih utuh, sehingga kebutuhan bahan batu bata selalu
membengkak dan itu dianggap wajar.
hal seperti diatas menunjukkan bahwa pada pekerjaan pasangan batu bata ada nilai
risiko banyaknya bata yang pecah, keberadaan bata yang pecah/ patah tersebut
dapat dikendalikan dengan cara memberikan pengertian ke tukang batu untuk
memanfaatkan bata yang sudah pecah sebagai bagian dari pekerjaan pasangan
batu bata tersebut tanpa memecah/mematahkan bata utuh.

b. Pekerjaan Plesteran
Pekerjaan plesteran dalam pelaksanaannya di proyek setiap harinya, biasanya
setel;ah pekerjaan plesteran selesai, tumpahan spesi yang jatuh dibawah tidak
pernah dibersihkan saat itu juga, sehingga pada saat kita akan memasang lantai
/keramik selalu menugaskan lagi tenaga kerja untuk meratakan tanah yang sudah
mengeras karena tumpahan spesi yang tidak diambil. penggunaan tenaga kerja

77
untuk meratakan tanah tersebut sebetulnya sudah tidak diperlukan, kalau pada saat
pengerjaan plesteran, tumpahan spesi sudah langsung dibersihkan saat itu juga.

c. Pekerjaan Beton
Pelaksanaan pekerjaan beton untuk jumlah yang kecil biasanya dilakukan secara
manual dengan menggunakan mesin molen, sehingga faktor tingkat kelelahan
tenaga kerja dalam memasukkan material ke molen sangat mempengaruhi volume
beton segar yang dihasilkan, sehingga pada saat semen portlandnya habis
pekerjaan betonnya belum selesai dan terpaksa kita harus menggunakan cadangan
semen atau bahkan harus menambah kebutuhan semen.

d. dengan

78

Anda mungkin juga menyukai