Minpro
Minpro
Oleh:
Dokter Pendamping:
dr. Devi Simanjuntak
PUSKESMAS SAITNIHUTA
KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN
PROVINSI SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan kepada Tuhan yang maha esa. Yang telah
menciptakan penulis dengan akal dan budi, kehidupan yang patut penulis syukuri,
teman-teman yang penuh semangat dan keluarga yang mencintai penulis. Karena berkat
rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan laporan mini project ini yang berjudul:
Gambaran Tingkat Pengetahuan Penderita Diare terhadap PHBS Yang berkaita
dengan Cuci Tangan Pakai Sabun di Poskesdes Purba Manalu Tahun 2018, ini
merupakan suatu karya yang diusahakan penulis untuk memenuhi salah satu syarat
mengikuti program internship.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada
dr wika Tambunan selaku kepala Puskesmas Saitnihuta dan dr. Devi Simanjuntak
selaku pendamping, yang telah tulus dan ikhlas memberikan perhatian dan
bimbingannya selama penulis mengabdi dan menuntut ilmu di Puskesmas.
Terimakasih juga atas dukungan dari teman-teman sejawat yang juga
ditempatkan di Puskesmas Saitnuhuta dan segenap pegawai puskesmas yang banyak
memberi saran-saran yang cukup membangun untuk menyelesaikan penyusunan ini.
Tak lupa pula ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada kedua orang tua
penulis yang senantiasa memberi nasihat dan menyemangati hidup hingga saat ini.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa masih
banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam penyusunan laporan ini. Oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan
tulisan ini di masa mendatang.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA
PENGANTAR .........................................................................
.............. i
DAFTAR
ISI ...............................................................................
....................... ii
DAFTAR
GAMBAR ............................................................................
............. iv
DAFTAR
TABEL .............................................................................
................ v
BAB I
PENDAHULUAN .......................................................................
........ 1
1.1 Latar
Belakang ..........................................................................
.. 1
1.2 Rumusan
masalah........................................................................
3
1.3 Tujuan Mini
Project ....................................................................
4
1.4 Manfaat Mini
Project ..................................................................
4
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA .....................................................................
5
2.1 Definisi
Diare .............................................................................
. 5
2.2 Pembagian
Diare .........................................................................
5
2.3 Faktor-faktoryang Mempengaruhi
Diare .................................... 6
2.4 Patofisiologi
Diare ......................................................................
9
2.5 Patogenesis
Diare ........................................................................
14
2.6 Gejala Klinis
Diare......................................................................
16
2.7 Pencegahan
Diare ........................................................................
17
2.8 Pengobatan
Diare ........................................................................
21
2.9 Komplikasi
Diare ........................................................................
23
BAB IV
HASIL .............................................................................
.................. 27
4.1 Deskripsi Lokasi Mini
Project .................................................... 27
4.2 Deskripsi Karakteristik
Responden ............................................. 27
BAB V
PEMBAHASAN ........................................................................
........... 32
DAFTAR
PUSTAKA ...........................................................................
............. 35
iv
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
menggunakan?” .....................................................................
... 30
Tabel 4.6 Distribusi Jawaban Responden terhadap pertanyaan
“Kapan waktu yang tepat untuk mencuci tangan?” .................
30
1
BAB I
PENDAHULUAN
dilakukan oleh Subdirektorat Diare Departemen Kesehatan dari tahun 2009 sampai
2012 terlihat kecenderungan insiden diare naik.
Insiden penyakit diare 301 per 1000 penduduk pada tahun 2010, tahun 2012,
tahun 2014 naik menjadi 374 per 1000 penduduk, tahun 2015 naik menjadi 423 per 1000
penduduk dan tahun 2016 menjadi 411 per 1000 penduduk. Kematian bayi tahun 2010
di Jawa terjadi 5.533 kematian bayi dari 589.482 kelahiran hidup. Penyebab kematian
bayi (usia 29 hari – 11 bulan) yang terbanyak adalah diare (31,4%). Data survey
Dermografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2010-2012 diketahui proporsi diare
pada anak balita yaitu laki-laki 10,8% dan perempuan 11,2%. Berdasarkan umur
prevalensi tertinggi di usia 6-11 bulan (19,4%) dan 12-23 bulan (14,8%) (DEPKES RI,
2016).
Tingginya angka kesakitan dan kematian tersebut diatas disebabkan karena
beberapa faktor yang terdiri dari penyebaran kuman yang menyebabkan diare, faktor
pejamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare, dan faktor lingkungan serta
perilaku. Gabungan antara faktor lingkungan yang tidak sehat karena tercemar kuman
diare dan perilaku manusia yang tidak sehat merupakan dasar dari penyebab diare
(DEPKES RI, 2010).
Diare yang tidak segera ditangani akan mengakibatkan dehidrasi dan
gangguan
pertumbuhan pada bayi. Dehidrasi yang terjadi pada penderita diare disebabkan oleh
usus bekerja tidak sempurna sehingga sebagian besar air dan zat-zat yang terlarut
didalamnya dibuang bersama tinja sampai akhirnya tubuh kekurangan cairan.
Elektrolit
dari tubuh terutama natrium dan kalium juga akan hilang. Bayi lebih rentan
mengalami
dehidrasi karena sulit untuk diberi cairan melalui mulut dibandingkan dengan
kelompok
usia lainnya, selain itu komposisi cairan tubuh pada bayi relatif besar yaitu
sekitar 80-
85% berat badan dan pada anak usia>1 tahun mengandung air sebanyak 70-75%,
kehilangan cairan tubuh sebanyak 10% pada bayi dapat mengakibatkan kematian
setelah sakit selama 2 -3 hari (Harianto, 2010).
Upaya pencegahan dan penanggulangan kasus diare dilakukan melalui
pemberian oralit, penggunaan infus, penyuluhan kepada masyarakat dengan maksud
terjadinya peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam kehidupan
sehari-hari, karena secara umum penyakit diare sangat berhubungan dengan hygine dan
3
sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat. Peningkatan kasus diare merupakan
cerminan dari perbaikan kedua faktor tersebut.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang
dilakukan atas dasar kesadaran sehingga anggota keluarga dapat menolong dirinya
sendiri di bidang kesehatan dan berperanaktif dalam kegiatan-kegiatan di
masyarakat.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah tangga adalah upaya untuk
memperdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktekkan
(DEPKES RI, 2010).
PHBS dipengaruhi oleh perilaku seseorang, dan perilaku itu sendiri terbagi
menjadi tiga aspek, yakni pengetahuan, sikap dan praktik. Pengetahuan adalah
pemahaman subjek mengenai objek yang dihadapinya. Sikap merupakan reaksi atau
respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Ada pun
tingkat-tingkat praktek meliputi persepsi yaitu mengenal dan memilih berbagai objek
sehubungan dengan tindakan yang akan diambil merupakan praktek tingkat pertama.
Diantara 10 PHBS tersebut antara lain adalah mencuci tangan dengan sabun,
penggunaan air bersih, dan juga jamban yang sehat. Ketiga komponen ini merupakan
pilar perilaku hidup bersih dan sehat. Berdasarkan data di Puskesmas PintuAngin
yang
mencakup 5 Kelurahan, hanya 52,1 % penduduk yang mencuci tangan dengan sabun,
64,2% menggunakan sumber air PDAM, dan 61,3% memiliki jamban sehat.
Berdasarkan permasalahan yang ada maka penulis mengangkat judul tentang
“Gambaran Tingkat Pengetahuan Penderita Diare terhadap PHBS Yang berkaita dengan
Cuci Tangan Pakai Sabun di Poskesdes Purba Manalu Tahun 2018”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan permasalahan dalam
penelitian ini yaitu “Bagaimana Pengetahuan penderita diare terhadap PHBS yang
berkaita dengan cuci tangan Pakai sabun di poskesdes purba manalu tahun 2018
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b. Diare Kronik
6
b. Faktor Umur
Pengaruh usia tampak jelas pada manifestasi diare. Komplikasi lebih banyak
terjadi pada umur di bawah 2 bulan secara bermakna, dan makin muda usia bayi makin
lama kesembuhan klinik diarenya. Kerusakan mukosa usus yang menimbulkan diare
dapat terjadi karena gangguan integritas mukosa usus yang banyak dipengaruhi dan
dipertahankan oleh sistem imunologik intestinal serta regenerasi epitel usus yang
pada
masa bayi muda masih terus kemampuannya.
Di negara maju dengan tingkat pendidikan dan tingkat kesehatan yang tinggi,
kelompok bayi yang mendapat air susu ibu lebih jarang menderita diare karena
infeksi
enteral dan parenteral. Hal ini disebabkan kerana berkurangnya kontaminasi bakteri
serta terdapatnya zat-zat anti infeksi dalam air susu ibu.
Menurut Stanfield (1974) perubahan-perubahan yang terjadi pada penderita
malnutirisi adalah perubahan gastrointestinal dan perubahan sistem imunitas.
d. Faktor Lingkungan
Sebagian besar penularan penyakit diare adalah melalui dubur, kotoran dan
mulut. Dalam hal mengukur kemampuan penularan penyakit di samping tergantung
jumlah dan kekuatan penyebab penyakit, juga tergantung dari kemampuan lingkungan
untuk menghidupinya, serta mengembangkan kuman penyebab penyakit diare.
Sehingga dapat dikatakan bahwa penularan penyakit diare merupakan hasil dari
hubungan antara :
a. Faktor jumlah kuman yang disekresi (penderita atau carrier)
b. Kemampuan kuman untuk hidup di lingkungan, dan
c. Dosis kuman untuk menimbulkan infeksi, disamping ketahanan pejamu untuk
menghadapi mikroba tadi.
Perubahan atau perbaikan air minum dan jamban secara fisik tidak menjamin hilangnya
penyakit diare, tetapi perubahan sikap dan tingkah laku manusia yang memanfaatkan
sarana tersebut di atas sangat menentukan kebersihan perbaikan sanitasi dalam
mengurangi masalah diare.
Susunan makanan baik berupa formula susu maupun makanan padat yang
memberikan osmolaritas yang tinggi sehingga dapat menimbulkan diare misalnya,
Neonatal Entero Colitis Necroticans pada bayi.
3. Malabsorpsi
Kandungan nutrien makanan yang berupa karbohidrat, lemak maupun protein dapat
menimbulkan intoleransi, malabsorpsi maupun alergi sehingga terjadi diare
pada
anak maupun bayi.
4. Mekanik
Kandungan serat yang berlebihan dalam susunan makanan secara mekanik dapat
merusak fungsi mukosa usus sehingga timbul diare.
Berdasarkan gangguan fungsi fisiologis saluran cerna dan macam penyebab dari
diare, maka patofisiologi diare dapat dibagi dalam 3 macam kelainan pokok yang
berupa
(Setyorogo, 1990, Hommers, 1994) :
a. Kelainan gerakan transmukosal air dan elektrolit (karena toksin)
Gangguan reabsorpsi pada sebagian kecil usus halus sudah dapat menyebabkan
diare, misalnya pada kejadian infeksi. Faktor lain yang juga cukup penting
dalam
diare adalah empedu. Ada 4 macam garam empedu yang terdapat di dalam cairan
empedu yang keluar dari kandung empedu. Dehidroksilasi asam dioksikholik akan
menyebabkan sekresi cairan di jejunum dan kolon, serta akan menghambat absorpsi
cairan di dalam kolon. Ini terjadi karena adanya sentuhan asam dioksikholik
secara
langsung pada permukaan mukosa usus.
Diduga bakteri mikroflora usus turut memegang peranan dalam pembentukan
asam dioksi kholik tersebut hormon saluran cerna diduga juga dapat mempengaruhi
absorpsi air pada mukosa.usus manusia, antara lain adalah: gastrin, sekretin,
kholesistokinin dan glukogen. Suatu perubahan PH cairan usus juga.dapat
menyebabkan terjadinya diare, seperti terjadi pada Sindroma Zollinger Ellison
atau
pada Jejunitis (Shulmann, 1999).
b. Kelainan cepat laju bolus makanan didalam lumen usus (invasive diarrhea)
Suatu proses absorpsi dapat berlangsung sempurna dan normal bila bolus
makanan tercampur baik dengan enzim-enzim saluran cerna dan berada dalam
keadaan yang cukup tercerna. Juga waktu sentuhan yang adekuat antara khim dan
permukaan mukosa usus halus diperlukan untuk absorpsi yang normal (Shulmann,
1999).
Permukaan mukosa usus halus kemampuannya berfungsi sangat kompensatif,
ini terbukti pada penderita yang masih dapat hidup setelah reseksi usus,
walaupun
waktu lintas menjadi sangat singkat.Motilitas usus merupakan faktor yang
berperanan penting dalam ketahanan lokal mukosa usus. Hipomotilitas dan stasis
dapat menyebabkan mikro organisme berkembang biak secara berlebihan (tumbuh
lampau atau overgrowth) yang kemudian dapat merusak mukosa usus,
menimbulkan gangguan digesti dan absorpsi, yang kemudian menimbulkan diare.
11
2. Gangguan gizi “Kelaparan” (Masukan kurang, keluaran berlebih), hal ini dapat
terjadi pada diare karena:
a. Masukan makanan berkurang karena adanya anoreksia (sebagai gejala
penyakit) atau dihentikannya beberapa macam makanan o1eh orang tua,
karena ketidaktahuan. Muntah juga merupakan salah satu penyebab dari
berkurangnya masukan makanan.
13
b. Gangguan absorpsi. Pada diare akut sering terjadi malabsorpsi dari nutrien
mikro maupun makro. Malabsorpsi karbohidrat (laktosa, glukosa dan
fruktosa) dan lemak yang kemudian dapat berkembang menjadi malabsorpsi
asam amino dan protein. Juga kadang-kadang akan terjadi malabsorpsi
vitamin baik yang larut dalam air maupun yang larut dalam lemak (vitamin
B12, asam folat dan vitamin A) dan mineral trace (Mg dan Zn).
c. Katabolisme. Pada umumnya infeksi sistemik akan mempengaruhi
metabolisme dan fungsi endokrin, pada penderita infeksi sistemik terjadi
kenaikan panas badan. Akan memberikan dampak peningkatan glikogenesis,
glikolisis, peningkatan sekresi glukagon, serta aldosteron, hormon anti
diuretik (ADH) dan hormon tiroid. Dalam darah akan terjadi peningkatan
jumlah kholesterol, trigliserida dan lipoprotein. Proses tersebut dapat
memberi peningkatan kebutuhan energi dari penderita dan akan selalu
disertai
kehilangan nitrogen dan elektrolit intrasel melalui ekskresi urine, peluh
dan
tinja.
d. Kehilangan langsung. Kehilangan protein selama diare melalui saluran cerna
sebagai Protein loosing enteropathy dapat terjadi pada penderita campak
dengan diare, penderita kolera dan diare karena E. coli. Melihat berbagai
argumentasi di atas dapat disimpulkan bahwa diare mempunyai dampak
negatif terhadap status gizi penderita.
3. Perubahan ekologik dalam lumen usus dan mekanisme ketahanan isi usus
Kejadian diare akut pada umumnya disertai dengan kerusakan mukosa usus
keadaan ini dapat diikuti dengan gangguan pencernaan karena deplesi enzim.
Akibat lebih lanjut adalah timbulnya hidrolisis nutrien yang kurang tercerna
sehingga dapat menimbulkan peningkatan hasil metabolit yang berupa
substansi karbohidrat dan asam hidrolisatnya. Keadaan ini akan merubah
ekologi kimiawi isi lumen usus, yang dapat menimbulkan keadaan bakteri
tumbuh lampau, yang berarti merubah ekologi mikroba isi usus. Bakteri
tumbuh lampau akan member kemungkinan terjadinya dekonjugasi garam
empedu sehingga terjadi peningkatan asam empedu yang dapat menimbulkan
14
kerusakan mukosa usus lebih lanjut. Keadaan tersebut dapat pula disertai
dengan gangguan mekanisme ketahanan lokal pada usus, baik yang disebabkan
oleh kerusakan mukosa usus maupun perubaban ekologi isi usus.
BAB III
METODE PELAKSANAAN
BAB IV
HASIL PENELITIAN
c. Polindes 13 unit
.
28
Total 15 100
Pada Tabel 5.1, umur responden dibagi menjadi tiga kategori, yaitu 10-29
tahun,
30-39 tahun. Mayoritas responden berada pada kelompok umur 10-29 tahun sebanyak
8 orang (53%), diikuti oleh kelompok umur30-39 tahun sebanyak 5orang (34%), dan
minoritas responden berada pada kelompok umur 40-50 tahun sebanyak 3 orang (13%).
Wanita
44%
Pria
56%
29
Pekerjaan yang dilakukan responden pada penelitian ini dibagi atas pelajar,
pegawai, wiraswasta, ibu rumah tangga, dan tidak bekerja. Pada Tabel 4.3, mayoritas
responden adalah pelajar sebanyak 10 orang (66%) dan minoritas sebagai ibu rumah
tangga sebanyak 1orang (8%).
30
Tabel 4.5 Distribusi Jawaban Responden terhadap pertanyaan “Cara mencuci tangan
yang benar adalah dengan menggunakan?”
Jawaban Frekuensi (n) Persentase (%)
Air saja 5 33
Air mengalir dan sabun 10 67
Tidak tahu 0 0
Total 15 100
Dari tabel diatas terlihat bahwa mayoritas responden mengetahui cara mencuci
tangan yang benar adalah dengan menggunakan air mengalir dan sabun sebanyak 10
orang (67%).
Tabel 4.6 Distribusi Jawaban Responden terhadap pertanyaan “Kapan waktu yang
tepat untuk mencuci tangan?”
Jawaban Frekuensi (n) Persentase (%)
Setelah buang air kecil
4 27
dan besar
Sebelum dan sesudah
makan dan setelah buang 11 73
air
Tidak tahu 0 0
Total 15 100
Dari tabel diatas terlihat bahwa mayoritas responden mengetahui kapan waktu
yang tepat untuk mencuci tangan yaitu sebelum dan sesudah makan dan setelah buang
air sebanyak 11orang (73%).
31
BAB V
PEMBAHASAN
edukasi, modifikasi sikap dan sistem yang mendukung. Strategi konseling untuk
menurunkan angka kejadian diare adalah sebagai berikut:
a. Melakukan penyuluhan kedesa yang ditargetkan oleh Puskesmas
b. Mendengarkan motivasi dan pendapat pasien
c. Melibatkan pasien dalam masalah penanganan kesehatan
d. Menggunakan keahlian untuk mendengarkan secara aktif sewaktu pasien
menjelaskan masalahnya
e. Membicarakan keluhan pasien tentang kesehatan lingkungannya
f. Membantu pasien dengan cara tertentu agar dapat memenuhi jamban sehat di
rumahnya dengan membentuk arisan Jamban Sehat
g. Memberikan informasi tentang keuntungan Kesehatan Lingkungan termasuk Jamban
Sehat
h. Memberitahu kemungkinan yang terjadi karena seringnya terjadi diare bagi
masyarakat khususnya balita mereka
i. Memberikan informasi tentang Diare dan pencegahan serta penanganan untuk
mencegah terjadinya komplikasi
j. Memberi informasi keluarga pasien tentang pencegahan diare dengan pemberian
tablet Zink kepada Balita mereka
k. Melibatkan keluarga dan kerabatnya tentang penanganan diare yang tepat dengan
mengenali gejala dan tanda dehidrasi dan pemberian cairan atau oralit sesuai
derajat
dehidrasi.
33
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Mayoritas responden berada pada kelompok umur 10-29 tahun sebanyak (53%),
berjenis kelamin pria (56%), dan mayoritas responden menjalani pendidikan
terakhir di SD (30%).
2. Mayoritas responden mengetahui cara mencuci tangan yang benar (67%), kapan
waktu yang tepat untuk mencuci tangan (73%).
3. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) termasuk kesehatan lingkungan dan
Jamban Sehat sangat penting bagi masyarakat karena dengan memenuhi PHBS
dan kesehatan lingkungan yang baik maka kejadian diare pada masyarakat dapat
di cegah atau di minimalisasi kejadiannya. Diperlukan usaha yang cukup besar
untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya PHBS,
kesehatan lingkungan dan jamban sehat untuk menghindari terjadinya diare.
Usaha yang dilakukan adalah dengan melakukan penyuluhan kepada pasien
penderita diare yang berobat ke poli.
6.2 Saran
1. Dilakukan intervensi lebih lanjut untuk menurunkan angka kejadian diare
sehingga dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas yang terjadi pada pasien
dengan diare.
2. Dilakukan penyuluhan yang lebih agresif tentang PHBS dan diare untuk
menurunkan angka kejadian diare di wilayah kerja Poskesdes Purba Manalu.
34
DAFTAR PUSTAKA
Daldiyono. 1990. Diare, Dalam: Sulaiman A, Daldiyono, Akbar N, Rani AA, editors.
Gastroenterologi-hepatologi, CV Infomedika, Jakarta, 21-33.
Depkes RI. 2002. Seminar Nasional Pemberantasan Diare. Jakarta: Ditjen PPM dan
PPL
Hans, Mansyur. 2001. BukuAjar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Edisi ketiga,Balai
Penerbit FK UI, Jakarta, 127-136.
Hommers, Herbert M et al. 1994. Dasar Biologis & Klinis Penyakit Infeksi,Edisi
Keempat,Gajah Mada University Press, Jakarta, 19,20; 40-49.
Kementerian Kesehatan RI. 2009. Survey Kesehatan Nasional 2001, Laporan Studi
Mortalitas 2001:Pola Penyakit Penyebab Kematian di Indonesia, Jilid II, 35-38.
Kementerian Kesehatan Aceh. 2010. Data Penderita Diare, Banda Aceh. Dinkes
Pemerintah Kota Banda Aceh.
Ngastiyah. 1995. Perawatan Anak Sakit, Jilid I, Edisi I ,Balai Penerbit Buku EGC,
Jakarta, 143-145.
Noerasid, Harun, dkk. 1999. Gastroenterologi Anak Praktis, Balai Penerbit FK UI,
Jakarta, 51-76.
Puskesmas Krueng Barona Jaya, 2012. Laporan SP2TP Puskesmas Atu Lintang.
Kabupaten Aceh Tengah.
Rolfe AD et al. 1999.Pathogenesis of Shigella Diarrhea, Journal Exp. Med, Vol. 160
Desember 1999, The Rockefeller University Press, 1767-1781.
Setyorogo, sudijono. 1990. Peranan Air Bersih dan Sanitasi Dalam Pemberantasan
Penyakit Menular, Sanitas Vol. II No. 2, YLKI, Jakarta, 81-84.
Shulman dkk.1999. Dasar Biologis dan Klinis Penyakit Infeksi Edisi Keempat, Gajah
Mada University, Yogyakarta.74-77.
Sutomo, Adi Heru. 1995. Kader Kesehatan Masyarakat. Penerbit EGC, Jakarta, 21-
43.
Ulshen, Martin. 1999. Intoleransi Diet Protein (Alergi Makanan), Dalam Behrman et
al, Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Vol. 2, Edisi 15, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta, 1338-1361.
KUESIONER PENELITIAN
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN
PENDERITA DIARE TERHADAP PHBS YANG BERKAITAN DENGANCUCI
TANGAN PAKAI SABUN DI POSKESDES PURBA MANALU
TAHUN 2018
I. IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Usia : tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan
Pendidikan :
Pekerjaan :
II. PENGETAHUAN PHBS YANG BERKAITAN DENGAN AIR BERSIH,
JAMBAN SEHAT DAN CUCI TANGAN PAKAI SABUN
1. Apakah anda tau langakah-langakah mencuci tangan yang baik?
a. Tau, dilakasanakan
b. Tau, tidak dilaksanakan
c. Tidak tahu
2. Menurut anda, cara mencuci tangan yang benar adalah dengan menggunakan?
a. Air mengalir dan sabun
b. Air saja
c. Tidak tahu
3. Apakah anda mencuci tangan sebelum dan sesudan buang air besar?
a.tidak
b. iya
c. tidak tahu
4. Apakah anda cuci tangan sebelum buang air kecil ?
a. Tidak dilakukan
b. Iya, dilakukan
c. Tidak tahu
37