LANDASAN TEORI
A. Persepsi
1. Pengertian Persepsi
Setiap orang mempunyai persepsi sendiri mengenai apa yang
dipikirkan, dilihat, dan dirasakan. Hal tersebut sekaligus bearti bahwa
persepsi menentukan apa yang akan diperbuat seseorang untuk memenuhi
berbagai kepentingan baik untuk diri sendiri, keluarga, maupun
lingkungan masyarakat tempat berinteraksi. Persepsi inilah yang
membedakan seseorang dengan yang lain. Persepsi dihasilkan dari
kongkrititasi pemikiran, kemudian melahirkan konsep atau ide yang
berbeda-beda dari masing-masing orang meskipun obyek yang dilihat.
Allison dalam Umar mengatakan bahwa persepsi adalah “lensa
konseptual” (conceptual lens)yang pada diri individeu berfungsi sebagai
kerangka analisis untuk memahami suatu masalah. Wirawan (1995)
menjelaskan bahwa proses pandangan merupakan hasil hubungan antar
manusia dengan lingkungan dan kemudian diproses dalam alam
kesadaran (kognisi) yang dipengaruhi memori tentang pengalaman masa
lampau, minat, sikap, intelegensi, dimana hasil atau penelitian terhadap
apa yang diinderakan akan mempengaruhi tingkah laku. Pendapat lain
yaitu Robbins (2001) mengungkapkan bahwa persepsi dapat didefinisikan
sebagai proses dimana indivisu-individu mengorganisasikan dan
menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada
lingkungan mereka (Rukmana, Nurkukuh, and Wismoro 2020: 97)
Menurut Slamento dalam Handayani, (2013: 12) persepsi adalah
proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi dalam otak
manusia secara terus menerus mengadakan hubungan dengan
lingkungannya melalui indranya, yaitu indra penglihatan, pendengaran,
peraba, perasa dan penciuman. Salah satu alasan mengapa persepsi
demikian penting dalam hal menafsirkan keadaan sekeliling kita adalah
22
23
b. Perhatian
Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk
memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas
mental yang ada pada suatu obyek. Energi tiap orang berbeda-beda
sehingga perhatian seseorang terhadap obyek juga berbeda-beda
dan hal ini akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek
c. Minat
Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi tergantung pada seberpa
banyak energi atau perceptual vigilance yang digerakan untuk
mempresepsi. Perceptual vigilnce merupakan kecenderungan
seseorang untuk memperhatikan tipe tertentu dari stimulus atau
dapt dikatakan sebagai minat.
d. Kebutuhan yang searah
Faktor ini dapat dilihat dari bagimana kuatnya seseorang individu
mencari obyek-obyek atau pesan yang dapat memberikan jawaban
sesuai dengan dirinya.
e. Pengalaman dan ingatan
Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan dalam arti
sejauh mana seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau
untuk mengetahui suatu rangsang dalam pengertian luas.
f. Suasana hati
Keadaan emosi memengaruhi perilaku seseorang, mood ini
menunjukan bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang dapat
memengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima bereaksi dan
mengingat.
2. Faktor Eksternal
Faktor Eksternal yang memengaruhi persepsi, merupakan
karakteristik dari lingkungan dan obyek-obyek yang terlihat
didalamnya. Elemen-elemen tersebut dapat mengubah sudut pandang
seseorang terhadap dunia sekitarnya dan memengaruhi bagaimana
26
1. Perhatian Selektif
Orang mengalami sangat banyk rangsangn setiap hari, kebanyakan
orang dapat dibanjiri oleh lebih dari 1.500 iklan per-hari
2. Distorsi Selektif
Kecendrungan menafsirkan informasi sehingga sesuai dengan
prakonsepsi kita, konsumen akan sering memelitir informasi sehingga
menjadi konsisten dengan keyakinan awal mereka atas merek dan
produk ( pandangan mengenai produk )
3. Ingatan Selektif
Orang akan melupakan banyak hal yang mereka pelajari, tapi karena
adanya ingatan selektif, orang akan cenderung mengingat hal-hal baik
yang disebutkan tentang produk pesaing.
B. Masyarakat
1. Pengertian Masyarakat
Para ilmuan di bidang sosial sepakat tidak ada definisi tunggal
tentang masyarakat dikarenakan sifat manusia selalu berubah dari waktu
ke waktu. Banyak deskripsi yang dituliskan oleh pakar mengenai
pengertian masyarakat. Dalam bahasa inggris dipakai istilah society yang
berasal dari kata lain socius, bearti kawan.” Istilah masyarakat sendiri
berasal dari akar kata arab syaraka yang bearti “ikut serta, berpartisipasi.
Masyarakat ialah suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara, dari
wewenang dan kerjasama antar berbagai kelompok dan penggolongan,
dari pengawasan tingkah laku serta kebebasan-kebebasan manusia.
Masyarakat adalah pergaulan hidup manusia, sehim-punan orang yang
hidup bersama dalam suatu tempat dengan ikatan-ikatan antara aturan ya-
ng tertentu. Sementara itu masyarakat adalah orang-orang yang saling
berinteraksi dalam suatu wilayah terbatas yang diarahkan oleh
kebudayaan mereka (Tejokusumo, n.d. 2014: 39). Berikut ini beberapa
definisi masyarakat menurut pakar sosiologi (Setiadi, 2013: 36):
28
C. Pengelolaan
1. Pengertian Pengelolaan
Pada dasarnya Manajemen merupakan istilah lain pengelolaan dari
akar katanya adalah “kelola” ditambah awalan “pe” dan akhiran “an”
selain itu, makna Manajemen yaitu proses agar tercapainya tujuan suatu
organisasi. Menurut Koontz (2015), menyatakan bahwa manajemen adalah
seni yang paling produktif selalu didasarkan pada pemahaman terhadap
ilmu mendasarinya. Namun ruang lingkup manajemen tidak terbatas hanya
pada leader. Karena kepemimpinan hanyalah bagian dari manajemen.
Sebagaimana yang telah disebutkan bahwa manajemen itu adalah seni
dalam mengelola. Sebuah seni tentunya tidak hanya menggunakan satu
metode semata. Metode yang digunakan haruslah banyak untuk kemudian
menjadikannya sebagai seni yang bernilai tinggi. Begitu pula dengan
manajemen. Untuk menata sebuah sistem harus memiliki manajemen yang
baik dan hadal agar sistem tersebut bisa berjalan sebagaimana mestinya.
Terry (2015) menyatakan bahwa manajemen bahwa manajemen
merupakan proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan :
perencanaan, pengorganisasian, menggerakan dan pengawasan yang
dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah
ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia serta sumber-
sumber lain. Pengertian dari manajemen sering kali berbeda penjelasan
dan mempunyai sudut pandang yang berbeda dari para ahli. Namun dalam
hal visi dan tujuannya, kesemua pengertian tersebut akan selalu
mengerucut kepada satu hal, yaitu pengambilan keputusan. Di dalam
kesaharian kita sering kali mendengar tentang manajemen, sejatinya
bermakna seni dalam mengelola dan mengatur. Seni tersebut menjadi
krusial dalam rangka menjaga kestabilan sebuah entitas bisnis atau
perusahaan dan organisasi (Akhmadrandy Ibrahim, 2016: 861)
32
2. Tujuan Pengelolaan
Tujuan pengelolaan adalah agar segenap sumber daya yang ada
seperti, sumber daya manusia, peralatan atau sarana yang ada dalam suatu
organisasi dapat digerakan sedemikian rupa, sehingga dapat
menghindarkan dari segenap pemborosan waktu, tenaga dan materi guna
mencapai tujuan yang diinginkan. Pengelolaan dibutuhkan dalam semua
organisasi, karena tanpa adanya pengelolan atau manajemen semua usaha
akan sia-sia dan pencapaian tujuan akan lebih sulit. Disini ada beberapa
tujuan pengelolaan :
1. Untuk pencapaian tujuan organisasi berdasarkan visi dan misi.
2. Untuk menjaga keseimbangan di antara tujuan- tujuan yang saling
bertentangan. Pengelolaan dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan
antara tujuan-tujuan, sasaran-sasaran dan kegiatan-kegiatan yang
saling bertentangan dari pihak yang perkepentingan dalam suatu
organisasi.
3. Untuk mencapai efisien dan efektivitas. Suatu kerja organisasi dapat
diukur dengan banyak cara yang berbeda. Salah satu cara yang umum
yaitu efisien dan efektivitas.
Tujuan pengelolaan akan tercapai jika langkah-langkah dalam
pelaksanaan manajemen di tetapkan secara tepat, Afifiddin (2010 : 3)
menyatakan bahwa langkah- langkah pelaksanaan pengelolaan
berdasarkan tujuan sebagai berikut:
a. Menentukan strategi
b. Menentukan sarana dan batasan tanggung jawab
c. Menentukan target yang mencakup kriteria dan batasan waktu
d. Menentukan pengukuran pengoperasian tugas dan rencana
e. Menentukan standar kerja yang mencakup efektivitas efisiensi
f. Menentukan ukuran untuk menilai
g. Mengadakan pertemuan
h. Pelaksanaan
33
i. Mengadaan penilaian
j. Mengadakan review secara berkala
k. Pelaksanaan tahap berikutnya, berlangsung secara berulang-ulang
i. Berdasarkan uraian diatas bahwa tujuan pengelolaan tidak akan
terlepas dari memanfaatkan sumber daya manusia, sarana dan
prasarana secara efektif dan efesian agar tujuan organisasi tercapai
3. Ciri-Ciri Pengelolaan Yang Baik
Pengelolaan yang baik merupakan pondasi bagi pengembangan
setiap organisasi, baik organisasi pemerintah, perusahaan, serikat
pekerja dan organisasi lainnya. Dengan pengelolaan yang baik, hal ini
mengindikasikan bahwa organisasi telah memenuhi persyaratan dan
memiliki perangkat minimal untuk memastikan kredibilitas, integritas
dan otoritas sebuah institusi dalam membangun aturan, membuat
keputusan serta mengembangkan program dan kebijakan yang
merefleksikan pandangan dan kebutuhan anggota. Utamanya, melalui
pengelolaan yang baik, organisasi memelihara kepercayaan anggota
meningkatkan reputasi, serta memengaruhi anggota-anggotanya melalui
interaksi yang dibangunnya. Kegagalan diterapkannya pengelolaan yang
baik dalam oganisasi pengusaha, tidak hanya menghancurkan reputasi,
serta mengurangi efektivitas organisasi, akan tetapi juga berdampak
negatif terhadap reputasi mereka yang diwakilinya. Pengelolaan yang
baik merupakan elemen penting untuk memastikan organisasi bekerja
sesuai dengan kepentingan anggotanya.
Menurut Geroge R. Terry (2006 : 342) menejelaskan bahwa
pengelolaan yang baik meliputi :
a. Perencanaan (Planning) adalah pemilihan fakta-fakta dan usaha
menghubungkan fakta satu dengan lainnya, kemudian membuat
perkiraan dan peramalan tentang keadaan dan perumusan tindakan
untuk masa yang akan datang yang sekiranya diperlukan untuk
mencapai hasil yang dikehendaki.
34
(RTH) adalah suatu wilayah yang diisi oleh tumbuhan, tanaman dan
vegetasi (endemik maupun introduksi).
Menurut peraturan Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang
Penataan Ruang (Pasal 9) yang berisi 30% area wilayah kota berwujud
RTH, yaitu RTH publik 20% dan RTH privat 10%. Kemudian di dukung
oleh PP Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang
(Pasal 29) berisi rencana penyediaan dan pemanfaatan wilayah kota,
sedangkan privat minimat 10% dari luas wilayah kota. Apabila sudah lebih
besar dari 30% harus dipertahankan.
4. Fungsi Ruang Terbuka Hijau
Perkotaan menghadapi permasalahan yang semakin rumit di atasi.
Tingkat populasi yang tinggi, menngkatnya suhu udara (urban heat island).
Kemiskinan serta berkembangnya sifat individualistis masyarakat, hal ini
terjadi dan semakin menghawatirkan diperkotaan. Ada beberapa peranan
Green Open Space, yang sangat menonjol antara lain adalah fungsi
ekologis, fungsi sosial budaya, fungsi planologis, fungsi ekonomi dan
fungsi estetika yang dijelaskan sebagai berikut:
a. Fungsi ekologis/lingkungan
Fungsi ekologis/lingkungan meliputi berbagai fungsi antara
lain alomerasi iklim, perlindungan hidrologis, pereduksi polutan serta
habitat satwa liar.
1. Bernatzky (1979), setiap 1 ha RTH yang ditanami pepohonan,
perdu, semak dan penutup tanah, dengan jumlah luas permukaan
daun seluas 5 ha, mampu menghisap 900 kg CO2 dari udara dan
melepaskan 600 kg O2 dalam waktu 2 jam.
2. Purnomohadi (1995), suhu di sekitar kawasan RTH (dibawah
pohon teduh) di jakarta, menurun 2-4 derajat celcius.
3. Austin et.al (1985), iklim mikoro dan suhu lokal yang terbentuk
oleh deretan perpohonan, menunjukan aliran udara yang masuk ke
bagian bawah diantara batang-batang pohon tersebut, turun
sebanyak 10-20%
36
4. Carpenter (1975), RTH kota dengan ukuran ideal (0,4 ha), mampu
meredam 24-80% kebisingan.
5. Vegetasi selain produsen pertama dalam ekosistem, juga dapat
menciptakan ruang hidup (habitat) bagi makhluk hidup lainnya.
b. Fungsi sosial budaya
Semua tingkatan usia manusia akan selalu membutuhkan
green open space. Bayi membutuhkan tempat terbuka untuk berjemur,
anak-anak membutuhkannya untuk menyalurkan energinya yang
berlimpah berlari dan bermain sekaligus untuk mempelajari dunia di
ruang terbuka. Remaja membutuhkan green open space untuk
mengekspresikan dirinya melalui pengembangan kreatifitas dan
interaksi sesamanya. Dewasa membutuhkan sarana berolahraga untuk
menjaga kebugaran, serta sarana interaksi sosial sesama anggota
masyarakat.
c. Fungsi planalogis
Perkembangan kota harus dikendalikan. Green open space
merupakan pembatas perkembangan kota secara horizontal.
Pertumbuhan kota yang melebar secara horizontal akan merusak
keseimbangan ekologis, sosial dan ekonomi. Kota semacam ini akan
memiliki masalah dalam pelayanan air bersih, listrik, pelayanan
transportasi dan menunggu penyediaan sumberdaya bagi kebutuhan
masyarakat kota. Penyebaran RTH di perkotaan harus sejalan dengan
penyebaran struktur kota. Penyebaran struktur kota dengan jalur-jalur
penghubung yang dilengkapi RTH, akan mewujudkan konektifitas
RTH melalui jalur, bercak dan matrik, yang akan mempertahankan
keanekaragaman hayati, sebagai modal stabilitas dan sustainabilitas
lingkungan perkotaan.
d. Fungsi ekonomi
Green open space seperti jalur hijau sungai , hutan kota, jalur
hijau listrik tegangan tinggi, bisa menjadi sumber daya bagi
masyarakat untuk memberikan kontribusi berbagai kebutuhan seperti
37