Anda di halaman 1dari 24

BAGIAN II

LANDASAN TEORI

A. Persepsi
1. Pengertian Persepsi
Setiap orang mempunyai persepsi sendiri mengenai apa yang
dipikirkan, dilihat, dan dirasakan. Hal tersebut sekaligus bearti bahwa
persepsi menentukan apa yang akan diperbuat seseorang untuk memenuhi
berbagai kepentingan baik untuk diri sendiri, keluarga, maupun
lingkungan masyarakat tempat berinteraksi. Persepsi inilah yang
membedakan seseorang dengan yang lain. Persepsi dihasilkan dari
kongkrititasi pemikiran, kemudian melahirkan konsep atau ide yang
berbeda-beda dari masing-masing orang meskipun obyek yang dilihat.
Allison dalam Umar mengatakan bahwa persepsi adalah “lensa
konseptual” (conceptual lens)yang pada diri individeu berfungsi sebagai
kerangka analisis untuk memahami suatu masalah. Wirawan (1995)
menjelaskan bahwa proses pandangan merupakan hasil hubungan antar
manusia dengan lingkungan dan kemudian diproses dalam alam
kesadaran (kognisi) yang dipengaruhi memori tentang pengalaman masa
lampau, minat, sikap, intelegensi, dimana hasil atau penelitian terhadap
apa yang diinderakan akan mempengaruhi tingkah laku. Pendapat lain
yaitu Robbins (2001) mengungkapkan bahwa persepsi dapat didefinisikan
sebagai proses dimana indivisu-individu mengorganisasikan dan
menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada
lingkungan mereka (Rukmana, Nurkukuh, and Wismoro 2020: 97)
Menurut Slamento dalam Handayani, (2013: 12) persepsi adalah
proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi dalam otak
manusia secara terus menerus mengadakan hubungan dengan
lingkungannya melalui indranya, yaitu indra penglihatan, pendengaran,
peraba, perasa dan penciuman. Salah satu alasan mengapa persepsi
demikian penting dalam hal menafsirkan keadaan sekeliling kita adalah

22
23

bahwa kita masing-masing mempersepsi, tetapi mempersepsi secara


berbeda, apa yang dimaksud dengan sebuah situasi ideal. Persepsi
merupakan sebuah proses yang hampir bersifat otomatik dan ia bekerja
dengan cara yang hampir serupa pada masing masing individu, tetapi
sekalipun demikian secara tipikal menghasilkan persepsi-persepsi yang
berbeda-beda.
2. Ciri umum persepsi
Ciri-ciri umum presepsi antara lain :
a. Modalitas adalah rangsangan-rangsangan yang diterima harus sesuai
dengan modalitas tiap-tiap indra, yaitu sifat sensoris data dan masing-
masing data (cahaya untuk penglihatan, bau untuk penciuman, suhu
bagi perasa, bunyi bagi pendengaran, sifat permukaan bagi peraba.
b. Dimensi ruang adalah dunia presepsi mempunyai sifat ruang (dimensi
ruang), kita dapat mengatakan atas, bawah, tinggi, rendah, luas
sempit, latar depan latar belakang dan lain-lain.
c. Dimensi waktu adalah dunia persepsi mempunyai dimensi waktu,
seperti cepat lambat, tua muda dan lainnya.
d. Struktur konteks, keseluruhan yang menyatu obyek-obyek atau gejala-
gejala dalam dunia pengamatan mempunyai struktur yang menyatu
dengan konteknya, struktur dan konteks ini merupakan keseluruhan
yang menyatu
e. Dunia penuh arti, dunia persepsi adalah dunia penuh arti dan kita
cenderung melakukan pengamatan atau persepsi pada gejala-gejala
yang mempunyai makna bagi kita, yang ada hubungannya dalam diri
kita.
3. Hakikat Persepsi
Persepsi memiliki hakikat, antara lain:
a. Persepsi merupakan kemampuan kognitif
Pada awal pembentukan persepsi, orang telah menentukan apa yang
telah diperhatikannya, setiap kali kita memusatkan perhatian lebih
besar kemungkinan kita akan memperoleh makna dari apa yang kita
24

tangkap, lalu menghubungkannya dengan pengalaman yang lalu dan


kemudian hari akan diingat kembali.
b. Peran atensi dalam persepsi
Beberapa psikolog melihat atensi sebagai jenis alat saringn (filter),
yang akan menyaring semua informasi pada titik yang berbeda dalam
proses persepsi. Atensi memiliki ciri-ciri tertentu yaitu intensitasny
dan keterbatasannya pada kepastian.
4. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi
Persepsi dipengaruhi oleh faktor-faktor pengalaman individu dalam
mengamati suatu objel. Dengan adanya kebutuhan individu akan sesuatu,
juga akan mempengaruhi individu dalam mempresepsikan objek tersebut.
Selain itu faktor lain yang mempengaruhi individu dalam mempersepsi
adalah proses belajar dan kepribadian yang dimiliki oleh individu
tersebut, karena proses belajar yang di alami seseorang berbeda dan
kepribadian tiap-tiap individu juga berbeda-beda. Sehingga dalam
mempersepsi pada obyek yang sama akan berbeda-beda juga.
Persepsi tidak berdiri sendiri, persepsi dipengaruhi oleh berbagai
faktor yang ada di sekitarnya. Salah satu faktor yang mempengaruhinya
adalah kebudayaan, pengalaman, proses belajar, pengethuan dan
kepribadian. Faktor ini akan terlihat melalui perhatian yang sangat
selektif, pengalaman dan ciri-ciri rangsangan yang akan dijadikan sebagai
presepsi atau penilaian. Faktor-faktor yang memengaruhi persepsi pada
dasarnya dibedakan menjadi 2 faktor, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal mencakup beberapa hal seperti berikut:
1. Faktor Internal
a. Fisiologis
Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang
diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk
mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda sehingga interprestasi
terhadap lingkungan juga dapat berbeda
25

b. Perhatian
Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk
memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas
mental yang ada pada suatu obyek. Energi tiap orang berbeda-beda
sehingga perhatian seseorang terhadap obyek juga berbeda-beda
dan hal ini akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek
c. Minat
Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi tergantung pada seberpa
banyak energi atau perceptual vigilance yang digerakan untuk
mempresepsi. Perceptual vigilnce merupakan kecenderungan
seseorang untuk memperhatikan tipe tertentu dari stimulus atau
dapt dikatakan sebagai minat.
d. Kebutuhan yang searah
Faktor ini dapat dilihat dari bagimana kuatnya seseorang individu
mencari obyek-obyek atau pesan yang dapat memberikan jawaban
sesuai dengan dirinya.
e. Pengalaman dan ingatan
Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan dalam arti
sejauh mana seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau
untuk mengetahui suatu rangsang dalam pengertian luas.
f. Suasana hati
Keadaan emosi memengaruhi perilaku seseorang, mood ini
menunjukan bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang dapat
memengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima bereaksi dan
mengingat.
2. Faktor Eksternal
Faktor Eksternal yang memengaruhi persepsi, merupakan
karakteristik dari lingkungan dan obyek-obyek yang terlihat
didalamnya. Elemen-elemen tersebut dapat mengubah sudut pandang
seseorang terhadap dunia sekitarnya dan memengaruhi bagaimana
26

seseorang merasakannya atau menerimanya sementara itu faktor-


faktor eksternal yang memengaruhi persepsi adalah:
a. Ukuran dan Penempatan Dari Obyek atau Stimulus Faktor ini
menyatakan bahwa semakin besarnyaa hubungan suatu obyek,
maka semakin mudah dipahami. Bentuk ini akan memengaruhi
presepsi individu dan dengan melihat bentuk ukuran suatu obyek
individu akan mudah untuk perhatian pada gilirannya membentuk
presepsi
b. Warna dari Obyek-obyek
Obyek-obyek yang memengaruhi cahaya lebih banyak, akan lebih
mudah dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan yang
sedikit
c. Keunikan dan Kekontrasan Stimulus
Stimulus luar yang penampilannya dengan latar belakang dan
sekelilingnya yang sama sekali diluar sangkaan individu yang lain
akan banyak menarik perhatian
d. Intensitas dan Kekuatan dari Stimulus
Stimulus dari luar akan memberi makna lebih sering diperhatikan
dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan dari
stimulus merupakan daya dari suatu obyek yang bisa
memengaruhi presepsi.
e. Motion atau Gerakan
Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap obyek yang
memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan
obyek yang diam.
5. Proses Terjadinya Persepsi
Menurut Kotler dalam Twentinio (2013:14), orang dapat
memiliki persepsi yang berbeda atas obyek yang sama karena tiga proses
persepsi yaitu:
27

1. Perhatian Selektif
Orang mengalami sangat banyk rangsangn setiap hari, kebanyakan
orang dapat dibanjiri oleh lebih dari 1.500 iklan per-hari
2. Distorsi Selektif
Kecendrungan menafsirkan informasi sehingga sesuai dengan
prakonsepsi kita, konsumen akan sering memelitir informasi sehingga
menjadi konsisten dengan keyakinan awal mereka atas merek dan
produk ( pandangan mengenai produk )
3. Ingatan Selektif
Orang akan melupakan banyak hal yang mereka pelajari, tapi karena
adanya ingatan selektif, orang akan cenderung mengingat hal-hal baik
yang disebutkan tentang produk pesaing.

B. Masyarakat
1. Pengertian Masyarakat
Para ilmuan di bidang sosial sepakat tidak ada definisi tunggal
tentang masyarakat dikarenakan sifat manusia selalu berubah dari waktu
ke waktu. Banyak deskripsi yang dituliskan oleh pakar mengenai
pengertian masyarakat. Dalam bahasa inggris dipakai istilah society yang
berasal dari kata lain socius, bearti kawan.” Istilah masyarakat sendiri
berasal dari akar kata arab syaraka yang bearti “ikut serta, berpartisipasi.
Masyarakat ialah suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara, dari
wewenang dan kerjasama antar berbagai kelompok dan penggolongan,
dari pengawasan tingkah laku serta kebebasan-kebebasan manusia.
Masyarakat adalah pergaulan hidup manusia, sehim-punan orang yang
hidup bersama dalam suatu tempat dengan ikatan-ikatan antara aturan ya-
ng tertentu. Sementara itu masyarakat adalah orang-orang yang saling
berinteraksi dalam suatu wilayah terbatas yang diarahkan oleh
kebudayaan mereka (Tejokusumo, n.d. 2014: 39). Berikut ini beberapa
definisi masyarakat menurut pakar sosiologi (Setiadi, 2013: 36):
28

1). Selo Soemardjan mengartikan masyarakat sebagai orang-orang yang


hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.
2). Max Weber mengartikan masyarakat sebagai struktur atau aksi yang
pada pokoknya ditentukan oleh harapan dan nilainilai yang dominan pada
warganya.
Emile Durkheim mendefinisikan masyarakat sebagai kenyataan
objektif individu-individu yang merupakan anggota-anggotanya.
Kehidupan sebuah masyarakat merupakan sebuah sistem sosial di mana
bagian-bagian yang ada di dalamnya saling berhubungan antara satu
dengan yang lainnya dan menjadikan bagian-bagian tersebut menjadi suatu
kesatuan yang terpadu. Manusia akan bertemu dengan manusia lainnya
dalam sebuah masyarakat dengan peran yang berbeda-beda, sebagai
contoh ketika seseorang melakukan perjalanan wisata, pasti kita akan
bertemu dengan sebuah sistem wisata antara lain biro wisata, pengelola
wisata, pendamping perjalanan wisata, rumah makan, penginapan dan lain-
lain (Bambang Tejokusumo, 2014:39). Jadi dapat disimpulkan, masyarakat
adalah sekumpulan orang yang hidup bersama, berinteraksi dan
berkerjasama di suatu wilayah dan terdapat aturan didalamnya yang
mengikat. Adapun macam-macam masyarakat yaitu:
a. Masyarakat Modern
Masyaratakat modern merupakan masyarakat yang sudah tidak
terikat pada adat istiadat. Adat istiadat yang menghambat kemajuan
segera ditinggalkan untuk mengadopsi nilai-nilai baru yang secara
rasional diyakini membawa kemajuan, sehingga mudah menerima ide-
ide baru. Berdasarkan pada pandangan hukum, Amiruddin (2010: 205)
menjelaskan bahwa dalam masyarakat modern mempunyai solidaritas
sosial organis. Spesialisasi dan perbedaan fungsional yang seperti
diungkapkan tersebut memang kerap dijumpai pada masyarakat
modern. Selain adanya solidaritas organis. Amiruddin (2010: 206) juga
menjelaskan bahwa hukum yang terdapat dalam masyarakat modern
merupakan hukum restruktif yaitu hukum berfungsi untuk
29

mengembalikan keadaan seperti semula dan untuk membentuk kembali


hubungan yang sudah tidak terpaku pada adat istiadat dan cenderung
mempunyai solidaritas organis karena mereka saling membutuhkan
serta hukum yang ada bersifat restruktif.
b. Masyarakat Pedesaan (Tradisional)
Menurut Sutardjo Kartodikusuma mengemukakan sebagai
berikut: Desa adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal
suatu masyarakat pemerintahan tersendiri. Menurut Bintaro, desa
merupakan perwujudan atau kesatuan goegrafi ,sosial, ekonomi, politik
dan kultur yang terdapat ditempat itu (suatu daerah), dalam hubungan
dan pengaruhnya secara timbal balik dengan daerah lain Sedangkan
menurut Paul H. Landis :Desa adalah pendudunya kurang dari 2.500
jiwa. Dengan ciri ciri sebagai berikut :
1) Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antara
ribuan jiwa.
2) Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap
kebiasaan
3) Cara berusaha (ekonomi)adalah agraris yang paling umum yang
sangat dipengaruhi alam seperti : iklim, keadaan alam ,kekayaan
alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat
sambilan.
Dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan pengertian desa
sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah, yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui
dan dihormati dalam system pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
2. Dinamika Masyarakat
Manusia selalu memiliki rasa untuk hidup berkelompok akibat dari
keadaan lingkungan yang selalu berubah atau dinamis. Perubahan-
perubahan tersebut memaksa manusia memakai akal, kreativitas, perasaan
30

serta daya tahannya untuk menghadapinya seperti dalam kondisi lapar


seseorang pergi ke warung untuk mencari makan, dalam kondisi sakit
seseorang berobat ke rumah sakit untuk kesembuhannya, untuk mencari
ikan di tengah laut seorang manusia membutuhkan kapal. Para ilmuan di
bidang sosial sepakat bahwa kehidupan manusia tidak statis tetapi akan
selalu berubah (dinamis), kondisi inilah yang disebut sebagai perubahan
sosial.
Menurut More (Narwoko, 2007: 262) perubahan sosial diartikan
sebagai suatu perubahan penting dalam struktur sosial, pola-pola perilaku
dan sistem interaksi sosial termasuk di dalamnya perubahan nilai, norma,
dan fenomena kultural. Sebuah perubahan akan selalu hadir dalam
perjalanan hidup manusia yang menjadi dinamika kehidupannya. Hanya
yang menjadi perbedaan adalah perubahan tersebut terjadi secara cepat
atau lambat, bahkan seseorang atau sekelompok orang sekalipun yang
hidup di daerah terpencil pasti akan mengalami dinamika kehidupan.
Dinamika atau perubahan masyarakat dapat terjadi karena beberapa faktor
(Salam, 2010: 258), antara lain:
1. Penyebaran informasi, meliputi pengaruh dan mekanisme media
dalam menyampaikan pesan-pesan ataupun gagasan (pemikiran).
2. Modal, antara lain sumber daya manusia ataupun modal financial.
3. Teknologi, suatu unsur dansekaligus faktor yang cepat berubah sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan.
4. Ideologi atau agama, keyakinan agama atau ideologi tertentu
berpengaruh terhadap porses perubahan sosial.
5. Birokrasi, terutama berkaitan dengan berbagai kebijakan
pemerintahan tertentu dalam membangun kekuasaannya.
6. Agen atau aktor, hal ini secara umum termasuk dalam modal sumber
daya manusia, tetapi secara spesifik yang dimaksudkan adalah
inisiatif-inisiatif individual dalam “mencari” kehidupan yang lebih
baik (Bambang Tejokusumo, 2014: 40)
31

C. Pengelolaan
1. Pengertian Pengelolaan
Pada dasarnya Manajemen merupakan istilah lain pengelolaan dari
akar katanya adalah “kelola” ditambah awalan “pe” dan akhiran “an”
selain itu, makna Manajemen yaitu proses agar tercapainya tujuan suatu
organisasi. Menurut Koontz (2015), menyatakan bahwa manajemen adalah
seni yang paling produktif selalu didasarkan pada pemahaman terhadap
ilmu mendasarinya. Namun ruang lingkup manajemen tidak terbatas hanya
pada leader. Karena kepemimpinan hanyalah bagian dari manajemen.
Sebagaimana yang telah disebutkan bahwa manajemen itu adalah seni
dalam mengelola. Sebuah seni tentunya tidak hanya menggunakan satu
metode semata. Metode yang digunakan haruslah banyak untuk kemudian
menjadikannya sebagai seni yang bernilai tinggi. Begitu pula dengan
manajemen. Untuk menata sebuah sistem harus memiliki manajemen yang
baik dan hadal agar sistem tersebut bisa berjalan sebagaimana mestinya.
Terry (2015) menyatakan bahwa manajemen bahwa manajemen
merupakan proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan :
perencanaan, pengorganisasian, menggerakan dan pengawasan yang
dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah
ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia serta sumber-
sumber lain. Pengertian dari manajemen sering kali berbeda penjelasan
dan mempunyai sudut pandang yang berbeda dari para ahli. Namun dalam
hal visi dan tujuannya, kesemua pengertian tersebut akan selalu
mengerucut kepada satu hal, yaitu pengambilan keputusan. Di dalam
kesaharian kita sering kali mendengar tentang manajemen, sejatinya
bermakna seni dalam mengelola dan mengatur. Seni tersebut menjadi
krusial dalam rangka menjaga kestabilan sebuah entitas bisnis atau
perusahaan dan organisasi (Akhmadrandy Ibrahim, 2016: 861)
32

2. Tujuan Pengelolaan
Tujuan pengelolaan adalah agar segenap sumber daya yang ada
seperti, sumber daya manusia, peralatan atau sarana yang ada dalam suatu
organisasi dapat digerakan sedemikian rupa, sehingga dapat
menghindarkan dari segenap pemborosan waktu, tenaga dan materi guna
mencapai tujuan yang diinginkan. Pengelolaan dibutuhkan dalam semua
organisasi, karena tanpa adanya pengelolan atau manajemen semua usaha
akan sia-sia dan pencapaian tujuan akan lebih sulit. Disini ada beberapa
tujuan pengelolaan :
1. Untuk pencapaian tujuan organisasi berdasarkan visi dan misi.
2. Untuk menjaga keseimbangan di antara tujuan- tujuan yang saling
bertentangan. Pengelolaan dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan
antara tujuan-tujuan, sasaran-sasaran dan kegiatan-kegiatan yang
saling bertentangan dari pihak yang perkepentingan dalam suatu
organisasi.
3. Untuk mencapai efisien dan efektivitas. Suatu kerja organisasi dapat
diukur dengan banyak cara yang berbeda. Salah satu cara yang umum
yaitu efisien dan efektivitas.
Tujuan pengelolaan akan tercapai jika langkah-langkah dalam
pelaksanaan manajemen di tetapkan secara tepat, Afifiddin (2010 : 3)
menyatakan bahwa langkah- langkah pelaksanaan pengelolaan
berdasarkan tujuan sebagai berikut:

a. Menentukan strategi
b. Menentukan sarana dan batasan tanggung jawab
c. Menentukan target yang mencakup kriteria dan batasan waktu
d. Menentukan pengukuran pengoperasian tugas dan rencana
e. Menentukan standar kerja yang mencakup efektivitas efisiensi
f. Menentukan ukuran untuk menilai
g. Mengadakan pertemuan
h. Pelaksanaan
33

i. Mengadaan penilaian
j. Mengadakan review secara berkala
k. Pelaksanaan tahap berikutnya, berlangsung secara berulang-ulang
i. Berdasarkan uraian diatas bahwa tujuan pengelolaan tidak akan
terlepas dari memanfaatkan sumber daya manusia, sarana dan
prasarana secara efektif dan efesian agar tujuan organisasi tercapai
3. Ciri-Ciri Pengelolaan Yang Baik
Pengelolaan yang baik merupakan pondasi bagi pengembangan
setiap organisasi, baik organisasi pemerintah, perusahaan, serikat
pekerja dan organisasi lainnya. Dengan pengelolaan yang baik, hal ini
mengindikasikan bahwa organisasi telah memenuhi persyaratan dan
memiliki perangkat minimal untuk memastikan kredibilitas, integritas
dan otoritas sebuah institusi dalam membangun aturan, membuat
keputusan serta mengembangkan program dan kebijakan yang
merefleksikan pandangan dan kebutuhan anggota. Utamanya, melalui
pengelolaan yang baik, organisasi memelihara kepercayaan anggota
meningkatkan reputasi, serta memengaruhi anggota-anggotanya melalui
interaksi yang dibangunnya. Kegagalan diterapkannya pengelolaan yang
baik dalam oganisasi pengusaha, tidak hanya menghancurkan reputasi,
serta mengurangi efektivitas organisasi, akan tetapi juga berdampak
negatif terhadap reputasi mereka yang diwakilinya. Pengelolaan yang
baik merupakan elemen penting untuk memastikan organisasi bekerja
sesuai dengan kepentingan anggotanya.
Menurut Geroge R. Terry (2006 : 342) menejelaskan bahwa
pengelolaan yang baik meliputi :
a. Perencanaan (Planning) adalah pemilihan fakta-fakta dan usaha
menghubungkan fakta satu dengan lainnya, kemudian membuat
perkiraan dan peramalan tentang keadaan dan perumusan tindakan
untuk masa yang akan datang yang sekiranya diperlukan untuk
mencapai hasil yang dikehendaki.
34

b. Pengorganisasian (Organizing) diartikan sebagai kegiatan


mengaplikasikan seluruh kegiatan yang harus dilaksanakan antara
kelompok kerja dan menetapkan wewenang tertentu serta tanggung
jawab sehingga terwujud kesatuan usaha dalam pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan.
c. Penggerakan (Actuating) adalah menempatkan semua anggota
daripada kelompok agar bekerja secara sadar untuk mencapai suatu
tujuan yang telah ditetapkan sesuai dengan perencanaan dan pola
organisasi.
d. Pengawasan (Controlling) diartikan sebagai proses penentuan yang
dicapai, pengukuran dan koreksi terhadap aktivitas pelaksanaan dan
bilamana perlu mengambil tindakan korektif terhadap aktivitas
pelaksanaan dapat berjalan menurut rencana.

D. Ruang Terbuka Hijau (RTH)


1. Pengertian Ruang Terbuka Hijau
Ruang Terbuka Hijau (RTH) perkotaan adalah bagian dari ruang-
ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh
tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik maupun introduksi) guna
mendukung manfaat ekologis, sosial-budaya dan arsitektural yang dapat
memberikan manfaat ekonomi (kesejahteraan) bagi masyarakatnya.
Menurut Hadimuljono (2013: 31) bahwa Green open space atau Ruang
Terbuka Hijau (RTH) diartikan sebagai area memanjang jalur dan atau
mengelompok yang penggunaanya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh
tanaman baik yang tumbuh secara ilmiah maupun sengaja di tanam.
Selanjutnya juga disampaikan oleh Joga (2013: 129) bahwa Ruang
Terbuka Hijau (RTH) berbentuk area hijau dengan berbagai ukuran,
seperti RTH dengan luasan tertentu, seperti taman kota, pemakaman,
danau, hutan kota, dan hutan lindung yang berfungsi sebagai tempat atau
habitat bagi satwa liar dan proses ekologis. Berdasarkan beberapa
pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa Ruang Terbuka Hijau
35

(RTH) adalah suatu wilayah yang diisi oleh tumbuhan, tanaman dan
vegetasi (endemik maupun introduksi).
Menurut peraturan Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang
Penataan Ruang (Pasal 9) yang berisi 30% area wilayah kota berwujud
RTH, yaitu RTH publik 20% dan RTH privat 10%. Kemudian di dukung
oleh PP Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang
(Pasal 29) berisi rencana penyediaan dan pemanfaatan wilayah kota,
sedangkan privat minimat 10% dari luas wilayah kota. Apabila sudah lebih
besar dari 30% harus dipertahankan.
4. Fungsi Ruang Terbuka Hijau
Perkotaan menghadapi permasalahan yang semakin rumit di atasi.
Tingkat populasi yang tinggi, menngkatnya suhu udara (urban heat island).
Kemiskinan serta berkembangnya sifat individualistis masyarakat, hal ini
terjadi dan semakin menghawatirkan diperkotaan. Ada beberapa peranan
Green Open Space, yang sangat menonjol antara lain adalah fungsi
ekologis, fungsi sosial budaya, fungsi planologis, fungsi ekonomi dan
fungsi estetika yang dijelaskan sebagai berikut:
a. Fungsi ekologis/lingkungan
Fungsi ekologis/lingkungan meliputi berbagai fungsi antara
lain alomerasi iklim, perlindungan hidrologis, pereduksi polutan serta
habitat satwa liar.
1. Bernatzky (1979), setiap 1 ha RTH yang ditanami pepohonan,
perdu, semak dan penutup tanah, dengan jumlah luas permukaan
daun seluas 5 ha, mampu menghisap 900 kg CO2 dari udara dan
melepaskan 600 kg O2 dalam waktu 2 jam.
2. Purnomohadi (1995), suhu di sekitar kawasan RTH (dibawah
pohon teduh) di jakarta, menurun 2-4 derajat celcius.
3. Austin et.al (1985), iklim mikoro dan suhu lokal yang terbentuk
oleh deretan perpohonan, menunjukan aliran udara yang masuk ke
bagian bawah diantara batang-batang pohon tersebut, turun
sebanyak 10-20%
36

4. Carpenter (1975), RTH kota dengan ukuran ideal (0,4 ha), mampu
meredam 24-80% kebisingan.
5. Vegetasi selain produsen pertama dalam ekosistem, juga dapat
menciptakan ruang hidup (habitat) bagi makhluk hidup lainnya.
b. Fungsi sosial budaya
Semua tingkatan usia manusia akan selalu membutuhkan
green open space. Bayi membutuhkan tempat terbuka untuk berjemur,
anak-anak membutuhkannya untuk menyalurkan energinya yang
berlimpah berlari dan bermain sekaligus untuk mempelajari dunia di
ruang terbuka. Remaja membutuhkan green open space untuk
mengekspresikan dirinya melalui pengembangan kreatifitas dan
interaksi sesamanya. Dewasa membutuhkan sarana berolahraga untuk
menjaga kebugaran, serta sarana interaksi sosial sesama anggota
masyarakat.
c. Fungsi planalogis
Perkembangan kota harus dikendalikan. Green open space
merupakan pembatas perkembangan kota secara horizontal.
Pertumbuhan kota yang melebar secara horizontal akan merusak
keseimbangan ekologis, sosial dan ekonomi. Kota semacam ini akan
memiliki masalah dalam pelayanan air bersih, listrik, pelayanan
transportasi dan menunggu penyediaan sumberdaya bagi kebutuhan
masyarakat kota. Penyebaran RTH di perkotaan harus sejalan dengan
penyebaran struktur kota. Penyebaran struktur kota dengan jalur-jalur
penghubung yang dilengkapi RTH, akan mewujudkan konektifitas
RTH melalui jalur, bercak dan matrik, yang akan mempertahankan
keanekaragaman hayati, sebagai modal stabilitas dan sustainabilitas
lingkungan perkotaan.
d. Fungsi ekonomi
Green open space seperti jalur hijau sungai , hutan kota, jalur
hijau listrik tegangan tinggi, bisa menjadi sumber daya bagi
masyarakat untuk memberikan kontribusi berbagai kebutuhan seperti
37

tanaman obat, sayuran, dan buah-buahan. Potensi ini bisa membentuk


kota yang kreatif melalui kegiatan urban farming. Tanaman kota telah
menjelma menjadi sumber pendapatan masyarakat bahkan sumber
pendapatan kota.
Mulai yang kecil pedagang asongan di taman-taman kota,
PKL, pedagang musiman di hari minggu pagi, sampai pertunjukan
musik yang bernilai ratusan juta rupiah. Taman kota menjadi potensi
bagi membangkitkan perekonomian masyarakat, kecenderungan
munculnya pedagang dihari minggu pagi, saat orang berkumpul di
taman kota, menjadi indikasi fungsi ekonomi green open space telah
berkembang di perkotaan.
e. Fungsi estetika
Fungsi estetis di pengaruhi oleh kualitas visual. Kualitas visual
ialah persepsi seseorang terhadap rangsangan yang dilihatnya
berdasarkan interaksi mata dan emosi serta intelegensi dan schemata
yang dimilikinya, sehingga dapat menetapkan baik dan buruknya
sesuatu.
Green open space adalah elemen estetis kota, tanaman dengan
bentuk, warna dan tekstur tertentu dapat dipadu dengan arsitektur
sarana fisik untuk mendapatkan komposisi dengan baik. Nuansa hijau
yang dipancarkan berbagai jenis tumbuhan disatukan oleh hamparan
rumput dengan aksen warna-warni tanaman hias serta dinamika burung
berloncatan dari dahan ke dahan, merupakan keindahan yang
dipancarkan sebuah RTH. Tidak hanya taman yang dapat
memancarkan keindahan semacam ini. Jalur hijau jalan, sungai,
jaringan utilitas dapat memancarkan keindahan tersendiri dari tegakan
pohon berbagai bentuk tajuk serta keteduhan dan ketenangan yang
dipancarkannya. Hal ini sangat terasa pada RTH yang dikatagorikan
sebagai hutan kota.
38

5. Manfaat Ruang Terbuka Hijau (RTH)


Menurut Hakim dan Utomo (2004) bahwa manfaat RTH di
wilayah perkotaan antara lain sebagai berikut :
a. Menciptakan kenyamana, kesehatan dan keindahan lingkungan
sebagai paru-paru kota.
b. Menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat bagi masyarakat
kota.
c. Memberikan hasil produksi berupa kayu, daun, bunga dan buah.
d. Sebagai tempat tumbuh-tumbuhan dan hidup satwa.
e. Berfungsi sebagai area resapan air untuk mengurangi aliran air,
menangkap dan menyimpan air, menjaga keseimbangan tanah
untuk menjamin kesuburan tanah serta sebagai area sirkulasi untuk
perkotaan. Sebagai tempat sarana dan prasarana untuk kegiatan
rekreasi perkotaan
6. Taman Kota
a. Pengertian Taman Kota
Berdasarkan Permen Pu No. 05/PRT/M/2008 dinyatakan
bahwa, taman kota adalah lahan terbuka yang berfungsi sosial dan
estetik sebagai sarana kegiatan rekreasi, edukasi, atau kegiatan lain
pada tingkat kota. Taman Kota sebagai ruang terbuka hijau (RTH)
kota adalah bagian dari ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah
perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi
(endemik, introduksi) guna mendukung manfaat langsung dan/atau
tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut
yaitu: keamanan, kenyamanan, kesejahtraan, dan keindahan
wilayah perkotaan tersebut.(Rukmana, Nurkukuh, and Wismoro
2020: 96). Menurut Kamus Bahasa Indonesia, taman adalah kebun
yang ditanami dengan bunga-bunga (tempat bersenang-senang)
atau tempat yang menyenangkan. Taman dapat diartikan sebagai
tanaman yang ditanam dan ditata sedemikian rupa, baik sebagian
39

maupun semuanya hasil rekayasa manusia untuk mendapatkan


komposisi tertentu yang indah.
Menurut Arifin (1999 : 30 dalam Ayu Novita Sari, 2017: 24) ,
Taman kota merupakan salah satu kawasan ruang terbuka hijau
lengkap dengan segala fasilitasnya sesuai untuk pemenuhan
kebutuhan rekreasi masyarakat setempat, baik rekreasi aktif
maupun pasif. Taman kota disediakan secara berjenjang, melayani
jumlah penduduk tertentu. Taman kota, berada dipusat kota atau
bagian wilayah kota. Taman ini untuk melayani seluruh atau
sebagian masyarakat kota, berolahraga, pameran pembangunan
atau kegiatan lainnya yang memiliki skala kota.
Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat disimpulkan
bahwa taman kota adalah lahan terbuka yang ditata sedemikian
rupa atau hasil rekayasa manusia sehingga memberikan rasa
nyaman dan aman yang berfungsi sosial dan estetika sebagai
sarana rekreasi, edukasi, dan kegiatan lainnya di tingkat kota yang
dikelola oleh pemerintah kota. Taman kota merupakan salah satu
ruang terbuka hijau yang berbentuk taman yang diwilayah
perkotaan. Terdapat beberapa jenis RTH taman yang ada di
wilayah perkotaan. Terdapat beberapa jenis RTH taman yang ada
di wilayah perkotaan, yaitu taman RT, taman RW, taman
kelurahan, taman kecamatan dan taman kota. Taman kota bisa
diklasifikasikan berdasarkan tipologi RTH yang telah dijelaskan
sebelumnya. Berdasarkan fisiknya, taman kota termasuk dalam
RTH non alami sebab taman kota sengaja dirancang sedemikian
rupa dalam perencanaan suatu perkotaan. Sedangkan contoh RTH
alami seperti taman nasional yang masih memiliki habitat liar
alami. Salah satu fungsi ekologis taman kota adalah sebagai paru-
paru kota. Klorofil atau zat hijau pada daun mampu mengubah
CO2 (Karbondioksida) menjadi O2 (oksigen) yang sangat
diperlukan oleh warga kota.
40

Fungsi sosial budaya bisa dilihat bahwa taman kota


menggambarkan budaya lokal yang bisa juga digunakan sebagai
tempat rekreasi. Selanjutnya fungsi estetika, yaitu taman kota
menjadikan wajah suatu kota menjadi lebih indah. Kemudian
fungsi ekonomi yaitu kawasan taman kota tak jarang dijadikan
tempat untuk berdagang oleh para pelaku informasi karena
banyaknya orang yang datang berkunjung di taman kota. Struktur
RTH yang berpola ekologis merupakan RTH yang berbasis
bentang alam seperti, kawasan lindung, perbukitan, sempadan
sungai, sempadan danau, pesisir, dan sebagainya. Sedangkan RTH
yang berpola planologis dapat berupa ruang-ruang yang mengikuti
pola struktur kota, seperti RTH perumahan, RTH kelurahan, RTH
kecamatan, RTH kota maupun taman-taman regional/nasional.
Jadi, taman kota termasuk ke dalam struktur RTH yang berpola
planologis. Kemudian berdasarkan kepemilikannya, taman kota
termasuk dalam RTH publik. RTH publik adalah ruang terbuka
hijau yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah
kota/kabupaten yang digunakan untuk kepentingan masyarakat
secara umum.
Taman kota melayani setiap 30.000 penduduk. Luas taman
ini minimal 0,30 m2 per penduduk kelurahan, dengan luas minimal
taman 9.000 m2. Taman ini dapat berupa taman aktif, dengan
fasilitas utama lapangan olahraga (serbaguna), dengan jalur trek
lari diseputarnya atau dapat berupa taman pasif, misalnya duduk
atau bersantai, sehingga lebih didominasi oleh ruang hijau dengan
pohon-pohon tahunan. Lebih dari 60% taman ini berupa ruang
hijau yang ditumbuhi berbagai jenis tanaman (Pohon, Perdu dan
Semak).
Taman kota melayani setiap 120.000 penduduk. Taman ini
ditujukan untuk melayani setiap 120.000 penduduk Luas taman ini
minimal 0,2 m2 per penduduk, dengan luas taman minimal 24.000
41

m2 per penduduk, dengan luas taman minimal 24.000 m2. Lokasi


taman berbeda di pusat kota atau bagian wilayah kota. Taman ini
dapat berupa taman aktif dengan fasilitas utama lapangan olahraga
(serbaguna), dengan jalur trek lari diseputarnya, atau dapat berupa
taman pasif, dimana aktivitas utamanya adalah kegiatan yang lebih
bersifat pasif, misalnya duduk dan bersantai, sehingga lebih
didominasi oleh ruang hijau dengn pohon-pohon tahunan.
Taman kota melayani 480.000 penduduk. Taman ini
ditujukan untuk melayani penduduk satu kota atau bagian wilayah
kota. Taman ini melayani minimal 480.000 penduduk dengan
standar minimal 0,3 m2 per penduduk kota, dengan luas taman
minimal 144.000 m2. Taman ini dapat berbentuk lapangan hijau.
Taman ini dilengkapi dengan fasilitas rekreasi dan olahraga dan
kompleks olahraga dengan ruang hijau 30%. Semua fasilitas
tersebut terbuka untuk umum. Pohon tahunan, perdu dan semak
ditanam secara berkelompok atau menyebar fungsi sebagai pohon
pencipta iklim mikro atau sebagai pembatas antar kegiatan. Setiap
1 ha RTH yang ditanami pepohonan, perdu, semak dan penutup
tanah dengan jumlah luas permukaan daun seluas 5 ha, mampu
mengisap 900 kg CO2 dari udara dan melepaskan 600 kg O2 dalam
waktu 12 jam (Anggit Pratomo, 2019: 84)
b. Fungsi Taman Kota
Menurut Irwan dalam Sasongko (2002 dalam Ayu Novita Sari,
2017: 26), fungsi taman kota dikelompokan menjadi tiga fungsi
sebagai berikut :
1). Fungsi Lanskap, meliputi
a). Fungsi fisik, yaitu vegetasi berfungsi untuk melindungi dari
kondisi fisikalami seperti terhadap angin dan sinar matahari.
b). Fungsi sosial, penataan unsur-unsur yang berbeda seperti
bangku, telepon, air mancur dan patung ditata sedemikian
rupa sehingga bisa memberikan tempat interaksi sosial yang
42

sangat produktif (Carmona, 2003). Taman kota dengan


aneka vegetasi memiliki nilai-nilai ilmiah sehingga dapat
dijadikan sebagai laboratorium hidup untuk sarana
pendidikan dan penelitian.
2). Fungsi Pelestarian Lingkungan
a). Menyegarkan udara atau sebagai paru-paru kota, yaitu
dengan menyerap Karbondioksida (CO2) dan
mengeluarkan Oksigen (O2) dalam proses fotosintesis.
b). Menurunkan suhu kota dan meningkatkan kelembaban,
perpohonan mampu memperbaiki suhu kota melalui
evaporasi dan transpirasi (evapotranspirasi), karena
sebatang pohon secara soliter mampu menguapkan air
rata-rata 400 liter/hari, jika air tanah cukup tersedia
dalam kapasitas lapang.
c). Sebagai habitat satwa, vegetasi dapat menciptakan habitat
bagi makhluk hidup lainnya, misal burung, burung
sebagai komponen ekosistem mempunyai peranan
penting, di antaranya adalah pengontrol populasi
serangga, membantu penyerbukan bunga dan
pemencaran biji
d). Penyangga dan perlindungan permukaan air tanah dari
erosi, sebagai penyangga dan perlindungan tanah dari air
hujan dan angin juga untuk penyediaan air tanah dan
pencegah erosi.
e).Pengendalian dan mengurangi polusi udara dan limbah,
debu, atau partikel yang terdiri dari beberapa komponen
zat pencemar. Hasil penelitian Irwan (1994),
menunjukan bahwa taman kota dengan luas minimal 0,2
ha dan bersrata banyak rata-rata dapat menurunkan kadar
debu sebesar 46,13% di siang hari pada permulaan
43

musim hujan. Tempat pelestarian plasma nutfah dan


bioindikator.
f). Taman kota juga berfungsi sebagai tempat pelestarian
plasma nuftah dan bioindikator dari timbulnya masalah
lingkungan karena tumbuhan tertentu akan memberikan
reaksi tertentu terhadap perubahan lingkungan yang
terjadi di sekitarnya.
g). Menyuburkan tanah. Sisa-sisa tumbuhan akan dibusukkan
oleh mikroorganisme dalam tanah dan akhirnya terurai
menjadi humus atau materi yang merupakan sumber hara
mineral bagi tumbuhan.
3). Fungsi Estetika
Estetika dapat dilihat dari penampilan vegetasi dalam
taman kota secara individu maupun dalam bentuk asosiasi.
Vegetasi memberikan kesan alami, khususnya lingkungan
perkotaan, di mana vegetasi memberikan kesegaran visual
terhadap lingkungan yang serba keras
7. Taman Kota Sebagai Ruang Publik
Ruang dalam suatu wilayah perkotaan diorganisasikan secara
rasional dan fungsional, cenderung dizonasikan ke dalam kelompok-
kelompok yang terpisah, yaitu hunian-kerja-rekreasi (Arifin, 1991 : 56
dalam Ayu Novita Sari, 2017: 27). Taman kota hadir sebagai lokasi
yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk melakukan rekreasi aktif
maupun pasif. Keberadaan taman di dalam kota merupakan respon
langsung terhadap tuntutan spesifik dari masyarakat maupun dari kota
itu sendiri. Fungsi taman kota tidaklah hanya sebagai pengisi ruang
disuatu wilayah perkotaan, namun taman kota memiliki peran dalam
aspek lanskap, pelestarian lingkungan serta estetika. Lebih lanjut,
taman kota merupakan salah satu kebutuhan bagi masyarakat.
Manusia tidak hanya membutuhkan sandang, pangan, dan papan saja,
44

namun manusia juga membutuhkan ruang untuk relaksasi dan kontak


sosial.
Pembangunan RTH sebagai kawasan resapan air, rekreasi,
tempat olahraga, tempat bermain anak-anak, buffer zone kawasan
sempadan sungai dan industri. Taman kota sebagai bagian dari RTH
termasuk dalam kawasan lindung. Kawasan lindung yaitu wilayah
yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian
lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya
buatan. Berikut adalah ketentuan tentang taman kota sebagai kawasan
lindung. Aspek yang menjadi analisis keberfungsian taman kota
sebagai ruang publik adalah realitas sosial yang terjadi di taman kota
dan keberadaan elemen lanskap dan elemen pendukung lanskap.
Realitas sosial yang terjadi di taman kota dapat menunjukan pada kita
apakah taman kota digunakan oleh masyarakat sebagai ada di taman
kota mampu menjadi daya tarik, pemberi rasa nyaman dan faktor
pendukung untuk keberfungsian taaman tersebut bagi masyarakat.
Taman kota sebagai ruang publik digunakan sebagai wadah untuk
manampung berbagai aktivitas yang berbeda. Aktivitas yang bisa
dilakukan seperti olahraga, rekreasi, bermain, kontemplaso,
pertemuan dan kegiatan sosial. Aktivitas yang terjadi tidak hanya satu
macam melainkan sangat beragam. Salah satu kriteria ruang publik
yang baik adalah adanya keberagaman aktivitas di dalamnya.
Beragamnya aktivitas tersebut maka akan menyebabkan terjadinya
interaksi di dalamnya, baik yang memiliki aktivitas sama maupun
berbeda. Keberadaan dan penataan elemen-elemen pada ruang publik
dalam hal ini adalah taman kot, turut mempengaruhi interaksi yang
terjadi.
Sebagai contoh, apabila pada taman kota tidak disediakan
temapt duduk maka akan mengurangi kemungkinan interaksi yang
terjadi. Kemudian apabila penataan pedestrian atau jalur pejalan kaki
pada taman kota dibuat berliku maka penataan seperti ini akan
45

menyulitkan para pejalan kaki. Elemen lanskap pada kawasan taman


kota terdiri atas dua bagian, yaitu elemen keras dan elemen
pendukung. Elemen keras yaitu perkerasan atau bangunan yang
meliputi pedestrian atau jalan sirkulasi taman dan tangga. Kemudian
elemen lunaknya adalah tanaman. Elemen pendukung lanskap
meliputi tempat duduk, toilet, tempat sampah, papan pengumuman,
lampu taman, tempat bermain anak, dan patun (sculpture).

Anda mungkin juga menyukai