Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PERSPEKTIF KEPERAWATAN GERONTIK

Di Susun Oleh :

Kelompok 6

Nama NPM
Aldila Nurhilali Patty
Elva Nur Bugis
Kostantina Kaluwela
Retno Musiin
Salmi Pattipeluhu
Windiyasari Kelanohon

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MALUKU HUSADA

KAIRATU

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyususunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca
dalam memperluas pengetahuan.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan


bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah
ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh karena itu, kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Kairatu, 06 oktober 2021

Kelompok 6
DAFTAR ISI

COVER...............................................................................................................

KATA PENGANTAR........................................................................................

DAFTAR ISI........................................................................................................

BAB I : PENDAHULUAN.................................................................................

1.1. Latar Belakang..............................................................................................

1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................

1.3. Tujuan Penulisan...........................................................................................

BAB II : PEMBAHASAN..................................................................................

2.1. Perspektif Keperawatan Gerontik.................................................................

A. Konsep Lansia.................................................................................................

B. Proses Menua..................................................................................................

C. Perubahan yang Terjadi pada lansia................................................................

D. Masalah yang terjadi pada lansia.....................................................................

2.2. Aspek Legal Keperawatan Gerontik.............................................................

A. Hukum dan UU tentang gerontik....................................................................

B. undang undang yang di perlakukan untuk lansia............................................

2.3. Kebijakan Trend dan Issue...........................................................................

A. perubahan fisik................................................................................................

B. paliatif care......................................................................................................

C. Karakter Penyakit............................................................................................

D. Jenis pelayanan kesehatan lansia.....................................................................

BAB III : PENUTUP..........................................................................................

3.1 Kesimpulan....................................................................................................

3.2. Saran..............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Lanjut usia (lansia) adalah seseorang dengan usia 65 tahun atau lebih yang
terkadang menimbulkan masalah sosial, tetapi bukanlah suatu penyakit
melainkan suatu proses natural tubuh meliputi terjadinya perubahan
deoxyribonucleic acid (DNA), ketidaknormalan kromosom dan penurunan
fungsi organ dalam tubuh. Sekitar 65% dari lansia yang mengalami gangguan
kesehatan, hidup hanya ditemani oleh seseorang yang mengingatkan masalah
kesehatannya, dan 35% hidup sendiri. Secara individu, pengaruh proses
menua dapat menimbulkan berbagai macam masalah, baik masalah secara
fisik, biologis, mental maupun masalah sosial ekonomi (Nies & McEwen,
2007; Tamher & Noorkasiani, 2009).
Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2015, populasi
penduduk dunia yang berusia 60 tahun atau lebih, mencapai 900 juta jiwa.
Dewasa ini, terdapat 125 juta jiwa yang berusia 80 tahun atau lebih, pada
tahun 2050, diperkirakan mencapai 2 milliar jiwa di seluruh dunia. Akan ada
hampir sebanyak 120 juta jiwa yang tinggal sendiri di Cina, dan 434 juta
orang di kelompok usia ini di seluruh dunia. Di kawasan Asia Tenggara
populasi Lansia sebesar 8% atau sekitar 142 juta jiwa. Pada tahun 2000
jumlah Lansia sekitar 5,300,000 (7,4%) dari total polulasi, sedangkan pada
tahun 2010 jumlah Lansia 24,000,000 (9,77%) dari total populasi, 2020
diperkirakan jumlah Lansia mencapai 28,800,000 (11,34%) dari total populasi
(Departemen Kesehatan RI, 2013; WHO, 2015).
Dari sensus penduduk dunia, Indonesia mengalami peningkatan jumlah lansia
(60 tahun ke atas) dari 3,7% pada tahun 1960 hingga 9,7% pada tahun 2011.
Diperkirakan akan meningkat menjadi 11,34% pada tahun 2020 dan 25%
pada tahun 2050. Jumlah orang tua di Indonesia berada di peringkat keempat
terbesar di dunia setelah China, India, dan Amerika. Propinsi Jawa tengah
adalah salah satu propinsi yang mempunyai penduduk usia lanjut diatas
jumlah lansia nasional yang hanya 7,6% pada tahun 2000 dan dengan usia
harapan hidup mencapai 64,9 tahun. Secara kuantitatif kedua parameter
tersebut lebih tinggi dari ukuran nasional (Kadar, Francis, dan Sellick, 2012;
Departemen Kesehatan, 2013).
Menurut Ambarwati (2014) semakin tua umur seseorang, maka akan semakin
menurun kemampuan fisiknya, hal ini dapat mengakibatkan kemunduran pada
peran sosialnya dan juga akan mengakibatkan gangguan dalam hal mencukupi
kebutuhan hidupnya. Meningkatkan ketergantungan yang memerlukan bantuan
orang lain dengan kata lain akan menurunkan tingkat kemandirian lansia
tersebut. Maslow (1962, dikutip oleh Ambarwati 2014) menyebutkan teori
tentang hierarki kebutuhan, tingkatan yang tertinggi (ke-5) adalah kebutuhan
aktualisasi diri (need for self Actualization) yang terkait dengan tingkat
kemandirian, kreatifitas, kepercayaan diri dan mengenal serta memahami potensi
diri sendiri.
Kemandirian sangat penting dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia. Dengan
pemikiran para lansia, diakui sebagai individu yang mempunyai karakteristik
yang unik. Kemandirian pada lanjut usia dapat dinilai dari kemampuannya dalam
melakukan aktivitas kesehariannya atau yang sering disebut dengan Activity of
daily living (ADL), sehingga meminimalkan morbiditas para lanjut usia. Salah
satu ukuran penting pada morbiditas adalah kemampuan seseorang untuk
melakukan aktivitas sehari-hari, seperti mandi, berpakaian, toileting, dan makan.
Ketika tidak dapat melakukan self-care, maka akan menjadi tergantung dengan
bantuan (Dunlop, Hughes, dan Manheim, 1997; Sari, 2013).

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimana perspektif keperawatan gerontik dalam asuhan keperawatan paliatif?

1.3. Tujuan Penulisan


1.3.1. Tujuan Umum
Untuk menegetahui bagaimana perpektif keperawatan gerontik dalan konsep
keperawatan paliatif

1.3.2. Tujuan Khusus


a. untuk mengetahui konsep lansia
b. untuk mengetahui proses menua
c. untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada lansia
d. untuk mengetahui masalah kesehatan pada lansia

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Perspektif Keperawatan Gerontik


A. Konsep Lansia
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.
Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang
berangsur-angsur mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan
proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi
rangsangan dari dalam dan luar tubuh, seperti didalam Undang-
Undang No.13 tahun 1998 yang isinya menyatakan bahwa
pelaksanaan pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan
masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945, telah menghasilkan kondisi sosial masyarakat
yang makin membaik dan usia harapan hidup makin meningkat,
sehingga jumlah lanjut usia makin bertambah. Banyak diantara
lanjut usia yang masih produktif dan mampu berperan aktif dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Upaya
peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia pada hakikatnya
merupakan pelestarian nilai-nilai keagamaan dan budaya bangsa.
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di
dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses
sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu,
tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan
proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua (Nugroho, 2006).

B. Proses Menua
Tahap usia lanjut adalah tahap di mana terjadi penurunan fungsi
tubuh. Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada makhluk
hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami
penurunan kapasitas fungsional. Pada manusia, penuaan
dihubungkan dengan perubahan degeneratif pada kulit, tulang
jantung, pembuluh darah, paruparu, saraf dan jaringan tubuh
lainya. Kemampuan regeneratif pada lansia terbatas, mereka lebih
rentan terhadap berbagai penyakit. Teori proses menua:
1) Teori biologi
a. Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory) Menurut
teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies
tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia
yang diprogram oleh molekul – molekul / DNA dan setiap sel
pada saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang
khas adalah mutasi dari sel kelamin (terjadi penurunan
kemampuan fungsional sel)
b. Pemakaian dan rusak Kelebihan usaha dan stres menyebabkan
sel-sel tubuh lelah (rusak)
c. Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory) Di dalam
proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat
khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap
zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
d. Teori “immunology slow virus” (immunology slow virus
theory) Sistem immune menjadi efektif dengan bertambahnya
usia dan masuknya virus kedalam tubuh dapat menyebabkan
kerusakan organ tubuh.
e. Teori stres Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa
digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat
mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan
usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
f. Teori radikal bebas Radikal bebas dapat terbentuk dialam
bebas, tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom)
mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti
karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini dapat menyebabkan
sel-sel tidak dapat regenerasi.
g. Teori rantai silang Sel-sel yang tua atau usang , reaksi
kimianya menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan
kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan
dan hilangnya fungsi.
h. Teori program Kemampuan organisme untuk menetapkan
jumlah sel yang membelah setelah sel-sel tersebut mati.

2) Teori Kejiwaan Sosial


a. Aktivitas atau kegiatan (activity theory) Lansia mengalami
penurunan jumlah kegiatan yang dapat dilakukannya. Teori ini
menyatakan bahwa lansia yang sukses adalah mereka yang
aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.
b. Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari
lansia. Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan
individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia.
c. Kepribadian berlanjut (continuity theory) Dasar kepribadian
atau tingkah laku tidak berubah pada lansia. Teori ini
merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini
menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang
yang lansia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang
dimiliki.
3) Teori pembebasan (disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia,
seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari
kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial
lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas
sehingga sering terjadi kehilangan ganda (triple loss), yakni:
Kehilangan peran,Hambatan kontak social,Berkurangnya kontak
komitmen.

4) Teori Penuaan Biologi dan Teori penuan Psikososial (Ma’rifatul,


2011)
Teori Biologi
a. Teori seluler
Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah tertentu dan
kebanyakan sel–sel tubuh “diprogram” untuk membelah 50 kali.
Jika seldari tubuh lansia dibiakkanlalu diobrservasi di laboratorium
terlihat jumlah sel–sel yang akan membelah sedikit. Pada beberapa
sistem, seperti sistem saraf, sistem musculoskeletal dan jantung, sel
pada jaringan dan organ dalam sistem itu tidak dapat diganti jika
sel tersebut dibuang karena rusak atau mati. Oleh karena itu, sistem
tersebut beresiko akan mengalami proses penuaan dan mempunyai
kemampuan yang sedikit atau tidak sama sekali untuk tumbuh dan
memperbaiki diri (Azizah, 2011).
b. Sintesis Protein (Kolagen dan Elastis)
Jaringan seperti kulit dan kartilago kehilangan elastisitasnya pada
lansia. Proses kehilangan elastisitas ini dihubungkan dengan
adanya perubahan kimia pada komponen protein dalam jaringan
tertentu. Pada lansia beberapa protein (kolagen dan kartilago, dan
elastin pada kulit) dibuat oleh tubuh dengan bentuk dan struktur
yang berbeda dari protein yang lebih muda. Contohnya banyak
kolagen pada kartilago dan elastin pada kulit yang kehilangan
fleksibilitasnya serta menjadi lebih tebal, seiring dengan
bertambahnya usia. Hal ini dapat lebih mudah dihubungkan dengan
perubahan permukaan kulit yang kehilangan elastisitanya dan
cenderung berkerut, juga terjadinya penurunan mobilitas dan
kecepatan pada system musculoskeletal (Azizah dan Lilik,
2011).
c. Keracunan Oksigen
Teori ini tentang adanya sejumlah penurunan kemampuan
sel di dalam tubuh untuk mempertahankan diri dari oksigen yang
mengandung zat racun dengan kadar yang tinggi, tanpa mekanisme
pertahanan diri tertentu. Ketidakmampuan mempertahankan diri
dari toksin tersebut membuat struktur membran sel mengalami
perubahan serta terjadi kesalahan genetik. Membran sel tersebut
merupakan alat sel supaya dapat berkomunikasi dengan
lingkungannya dan berfungsi juga untuk mengontrol proses
pengambilan nutrisi dengan. proses ekskresi zat toksik di dalam
tubuh. Fungsi komponen protein pada membran sel yang sangat
penting bagi proses tersebut, dipengaruhi oleh rigiditas membran.
Konsekuensi dari kesalahan genetik adalah adanya penurunan
reproduksi sel oleh mitosis yang mengakibatkan jumlah sel anak di
semua jaringan dan organ berkurang. Hal ini akan menyebabkan
peningkatan kerusakan sistem tubuh (Azizah dan Lilik, 2011).
d. Sistem Imun
Kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada masa
penuaan. Walaupun demikian, kemunduran kemampuan sistem
yang terdiri dari sistem limfatik dan khususnya sel darah putih,
juga merupakan faktor yang berkontribusi dalam proses penuaan.
Mutasi yang berulang atau perubahan protein pasca tranlasi, dapat
menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh
mengenali dirinya sendiri. Jika mutasi isomatik menyebabkan
terjadinya kelainan pada antigen permukaan sel, maka hal ini akan
dapat menyebabkan sistem imun tubuh menganggap sel yang
mengalami perubahan tersebut sebagai sel asing dan
menghancurkannya. Perubahan inilah yang menjadi dasar
terjadinya peristiwa autoimun. Disisi lain sistem imun tubuh
sendiri daya pertahanannya mengalami penurunan pada proses
menua, daya serangnya terhadap sel kanker menjadi menurun,
sehingga sel kanker leluasa membelah-belah (Azizah dan
Ma’rifatul L., 2011).
e. Teori Menua Akibat Metabolisme
Menurut Mc. Kay et all., (1935) yang dikutip Darmojo dan
Martono (2004), pengurangan “intake” kalori pada rodentia muda
akan menghambat pertumbuhan dan memperpanjang umur.
Perpanjangan umur karena jumlah kalori tersebut antara lain
disebabkan karena menurunnya salah satu atau beberapa proses
metabolisme. Terjadi penurunan pengeluaran hormon yang
merangsang pruferasi sel misalnya insulin dan hormon
pertumbuhan.

5) Teori Psikososial
a. Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)
Seseorang yang dimasa mudanya aktif dan terus memelihara
keaktifannya setelah menua. Sense of integrity yang dibangun
dimasa muda tetap terpelihara sampai tua. Teori ini menyatakan
bahwa pada lansia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut
banyak dalam kegiatan sosial (Azizah dan Ma’rifatul, L., 2011).
b. Kepribadian berlanjut (Continuity Theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lansia.
Identity pada lansia yang sudah mantap memudahkan dalam
memelihara hubungan dengan masyarakat, melibatkan diri dengan
masalah di masyarakat, kelurga dan hubungan interpersonal
(Azizah dan Lilik M, 2011).
c. Teori Pembebasan (Disengagement Theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang
secara pelan tetapi pasti mulai melepaskan diri dari kehidupan
sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya (Azizah dan
Lilik M, 2011).

C. Perubahan yang terjadi pada lansia


Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan
secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-
perubahan pada diri manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi
juga kognitif, perasaan, sosial dan sexual (Azizah dan Lilik M,
2011, 2011).
a. Perubahan Fisik
1) Sistem Indra
Sistem pendengaran; Prebiakusis (gangguan pada pendengaran)
oleh karena hilangnya kemampuan (daya)
pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara
atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti
kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahun.
2) Sistem Intergumen
Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis kering dan
berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan
berbercak. Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula sebasea
dan glandula sudoritera, timbu pigmen berwarna coklat pada kulit
dikenal dengan liver spot.
3) Sistem Muskuloskeletal
Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia: Jaaringan
penghubung (kolagen dan elastin), kartilago, tulang, otot dan
sendi.. Kolagen sebagai pendukung utama kulit, tendon, tulang,
kartilago dan jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi
bentangan yang tidak teratur. Kartilago: jaringan kartilago pada
persendian menjadi lunak dan mengalami granulasi, sehingga
permukaan sendi menjadi rata. Kemampuan kartilago untuk
regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi cenderung kearah
progresif konsekuensinya kartilago pada persendiaan menjadi
rentan terhadap gesekan. Tulang: berkurangnya kepadatan tulang
setelah diamati adalah bagian dari penuaan fisiologi, sehingga akan
mengakibatkan osteoporosis dan lebih lanjut akan mengakibatkan
nyeri, deformitas dan fraktur. Otot: perubahan struktur otot pada
penuaan sangat bervariasi, penurunan jumlah dan ukuran serabut
otot, peningkatan jaringan penghubung dan jaringan lemak pada
otot mengakibatkan efek negatif. Sendi; pada lansia, jaringan ikat
sekitar sendi seperti tendon, ligament dan fasia mengalami penuaan
elastisitas.
4). Sistem kardiovaskuler
Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia adalah massa
jantung bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertropi sehingga
peregangan jantung berkurang, kondisi ini terjadi karena perubahan
jaringan ikat. Perubahan ini disebabkan oleh penumpukan
lipofusin, klasifikasi SA Node dan jaringan konduksi berubah
menjadi jaringan ikat.
5). Sistem respirasi
Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas
total paru tetap tetapi volume cadangan paru bertambah untuk
mengkompensasi kenaikan ruang paru, udara yang mengalir ke
paru berkurang. Perubahan pada otot, kartilago dan sendi torak
mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu dan kemampuan
peregangan toraks berkurang.
6). Pencernaan dan Metabolisme
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan
produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata karena kehilangan
gigi, indra pengecap menurun, rasa lapar menurun (kepekaan rasa
lapar menurun), liver (hati) makin mengecil dan menurunnya
tempat penyimpanan, dan berkurangnya aliran darah.
7). Sistem perkemihan
Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak
fungsi yang mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi,
ekskresi, dan reabsorpsi oleh ginjal.
8). Sistem saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi
yang progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami
penurunan koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktifitas
sehari-hari.
9) Sistem reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya
ovary dan uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis
masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya
penurunan secara berangsur-angsur.

b. Perubahan Kognitif
1). Memory (Daya ingat, Ingatan)
2). IQ (Intellegent Quotient)
3). Kemampuan Belajar (Learning)
4). Kemampuan Pemahaman (Comprehension)
5). Pemecahan Masalah (Problem Solving)
6). Pengambilan Keputusan (Decision Making)
7) Kebijaksanaan (Wisdom)
8) Kinerja (Performance)
9) Motivasi

c. Perubahan mental
1) Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.
2) Kesehatan umum
3) Tingkat pendidikan
4) Keturunan (hereditas)
5) Lingkungan
6) Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.
7) Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.
8) Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan
dengan teman dan famili.
9) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap
gambaran diri, perubahan konsep diri.

d. Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya.
Lansia semakin matang (mature) dalam kehidupan keagamaan, hal
ini terlihat dalam berfikir dan bertindak seharihari.

e. Perubahan Psikososial
1) Kesepian
Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal
terutama jika lansia mengalami penurunan kesehatan, seperti
menderita penyakit fisik berat, gangguan mobilitas atau gangguan
sensorik terutama pendengaran.
2) Duka cita (Bereavement)
Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan
kesayangan dapat meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah rapuh
pada lansia. Hal tersebut dapat memicu terjadinya gangguan fisik
dan kesehatan.
3) Depresi
Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong, lalu
diikuti dengan keinginan untuk menangis yang berlanjut menjadi
suatu episode depresi. Depresi juga dapat di sebabkan karena stres
lingkungan dan menurunnya kemampuan adaptasi.

4) Gangguan cemas
Dibagi dalam beberapa golongan fobia, panik, gangguan cemas
umum, gangguan stress setelah trauma dan gangguan obsesif
kompulsif, gangguan- gangguan tersebut merupakan kelanjutan
dari dewasa muda dan berhubungan dengan sekunder akibat
penyakit medis, depresi, efek samping obat, atau gejala
penghentian mendadak dari suatu obat.
5) Parafrenia
Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan waham
(curiga), lansia sering merasa tetangganya mencuri barang-
barangnya atau berniat membunuhnya. Biasanya terjadi pada lansia
yang terisolasi/diisolasi atau menarik diri dari kegiatan sosial.
6) Sindroma Diogenes
Suatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan perilaku
sangat mengganggu. Rumah atau kamar kotor dan bau karena
lansia bermain-main dengan feses dan urin nya, sering menumpuk
barang dengan tidak teratur. Walaupun telah dibersihkan, keadaan
tersebut dapat terulang kembali.

D. Masalah yang terjadi pada lansia


Lanjut usia merupakan bagian dari proses kehidupan yang tidak
dapat dihindari dan akan dialami oleh setiap manusia. Pada tahap
ini manusia mengalami banyak perubahan baik secara fisik
maupun mental, dimana terjadi kemunduran dalam berbagai fungsi
dan kemampuan yang pernah dimilikinya. Lanjut Usia adalah
seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Pasien lanjut
usia mempunyai ciri-ciri: memiliki beberapa penyakit
kronis/menahun, gejala penyakitnya tidak khas, fungsi organ yang
menurun, tingkat kemandirian berkurang, sering disertai masalah
nutrisi, karena alasan tersebut perawatan pasien lansia berbeda
dengan pasien yang lain. Permasalahan yang dapat terjadi adalah:

1). Permasalahan Umum


a. Makin besar jumlah lansia yang berada di bawah garis
kemiskinan.
b. Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota
keluarga yang berusia lanjut kurang diperhatikan, dihargai
dan dihormati.
c. Lahirnya kelompok masyarakat industry.
d. Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional
pelayanan lanjut usia.
e. Belum membudaya dan melembaganya kegiatan
pembinaan kesejahteraan lansia.
2). Permasalahan Khusus
a. Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya
masalah baik fisik,mental maupun sosial.
b. Berkurangnya integrasi sosial usila.
c. Rendahnya produktifitas kerja lansia.
d. Banyaknya lansia yang miskin,terlantar dan cacat.
e. Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada
tatanan masyarakat individualistik.
f. Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang
dapat mengganggu kesehatan fisik lansia.
3). Penurunan fungsi
a. Kehilangan dalam bidang sosial ekonomi, Kehilangan
keluarga atau teman karib, kedudukan sosial, uang,
pekerjaan (pensiun), atau mungkin rumah tinggal, semua
ini dapat menimbulkan reaksi yang merugikan. Perasaan
aman dalam hal sosial dan ekonomi serta pengaruhnya
terhadap semangat hidup, rupanya lebih kuat dari pada
keadaan badani dalam melawan depresi.
b. Penurunan fungsi kognitif, (Setiati, Harimurti &
Roosheroe, 2009) menyebutkan adanya perubahan kognitif
yang terjadi pada lansia, meliputi berkurangnya
kemampuan meningkatkan fungsi intelektual, berkurangnya
efisiensi tranmisi saraf di otak menyebabkan proses
informasi melambat dan banyak informasi hilang selama
transmisi, berkurangnya kemampuan mengakumulasi
informasi baru dan mengambil informasi dari memori, serta
kemampuan mengingat kejadian masa lalu lebih. baik
dibandingkan kemampuan mengingat kejadian yang baru
saja terjadi. Penurunan 20% menyeluruh pada fungsi sistem
saraf pusat dipercaya sebagai kontributor utama perubahan
dalam kemampuan kognitif dan efisiensi dalam
pemprosesan informasi.
c. Kejadian Jatuh, Pada usia lanjut, kejadian jatuh merupakan
permasalahan yang sering dihadapi, dikarenakan lansia
mengalami penurunan fungsi tubuh yang meningkatkan
kejadian jatuh. Kejadian jatuh pada lansia dapat
mengakibatkan berbagai jenis cedera, kerusakan fisik dan
psikologis. Kerusakan fisik yang paling ditakuti dari
kejadian jatuh adalah patah tulang panggul. Dampak
psikologs adalah walaupu cedera fisik tidak terjadi, syok
setelah jatuh dan rasa takut akan jauh lagi dapat memiliki
banyak konsekuen termasuk ansietas, hilangnya rasa
percaya diri, pembatasan dalam aktivitas seharihari dan
fobia jatuh (Stanley, 2006).

2.2. Aspek legal keperawatan gerontik

A. Hukum dan Undang-undang Terkait dengan Lansia :


a. UU No. 4 tahun 1965 tentang Pemberian Bantuan bagi Orang Jompo.
b. UU No.14 tahun 1969 tentang Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja
c. UU No.6 tahun 1974 tentang Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial
d. UU No.3 tahun 1982 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
e. UU No.2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
f. UU No. 2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian
g. UU No.4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman
h. UU No.10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga Sejahtera
i. UU No.11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun
j. UU No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan
k. PP No.21 tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga
Sejahtera
l. PP No.27 tahun 1994 tentang Pengelolaan Perkembangan Kependudukan
m. UU No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia (tambahan
lembaran negara Nomor 3796) sebagai pengganti UU No.4 tahun 1965
tentang Pemberian Bantuan bagi Orang Jompo.
n. UU No. 13 tahun 1998 ini berisikan antara lain :
1) Hak, kewajiban, tugas, serta tanggung jawab pemerintah,
masyarakat, dan kelembagaan.
2) Upaya pemberdayaan
3) Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lansia potensial dan
tidak potensial
4) Pelayanan terhadap lansia
5) Perlindungan sosial
6) Bantuan sosial
7) Koordinasi
8) Ketentuan pidana dan sanksi administrasi
9) Ketentuan peralihan

B. Upaya Pelayanan Kesehatan dan Tenaga Kesehatan Terhadap Lansia


Upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi azas, pendekatan, dan jenis
pelayanan kesehatan yang diterima.

C. Azas
Menurut WHO (1991) adalah to Add life to the Years that Have Been Added to
life, dengan prinsip kemerdekaan (independence), partisipasi (participation),
perawatan (care), pemenuhan diri (self fulfillment), dan kehormatan (dignity).
Azas yang dianut oleh Departemen Kesehatan RI adalah Add life to the Years,
Add Health to Life, and Add Years to Life, yaitu meningkatkan mutu kehidupan
lanjut usia, meningkatkan kesehatan, dan memperpanjang usia.

D. Pendekatan
Menurut World Health Organization (1982), pendekatan yang digunakan
adalah sebagai berikut :
a. Menikmati hasil pembangunan (sharing the benefits of social
development)
b. Masing-masing lansia mempunyai keunikan (individuality of aging
persons)
c. Lansia diusahakan mandiri dalam berbagai hal (nondependence)
d. Memberikan perawatan di rumah (home care)
e. Pelayanan harus dicapai dengan mudah (accessibility)
f. Mendorong ikatan akrab antar kelompok/ antar generasi (engaging the
aging)
g. Transportasi dan utilitas bangunan yang sesuai dengan lansia (mobility)
h. Para lansia dapat terus berguna dalam menghasilkan karya (productivity)
i. Lansia beserta keluarga aktif memelihara kesehatan lansia (self help care
and family care).

E. Peran Perawat
Berkaitan dengan kode etik yang harus diperhatikan oleh perawat adalah :
a. Perawat harus memberikan rasa hormat kepada klien tanpa memperhatikan
suku, ras, gol, pangkat, jabatan, status social, maslah kesehatan.
b. Menjaga rahasia klien
c. Melindungi klien dari campur tangan pihak yang tidak kompeten, tidak
etis, praktek illegal.
d. Perawat berhak menerima jasa dari hasil konsultasi danpekerjaannya
e. Perawat menjaga kompetesi keperawatan
f. Perawat memberikan pendapat dan menggunakannya. Kompetei individu
serta kualifikasi daalm memberikan konsultasi
g. Berpartisipasi aktif dalam kelanjutanyaperkembangannya body of
knowledge
h. Berpartipitasi aktif dalam meningkatan standar professional
i. Berpatisipasi dalam usaha mencegah masyarakat, dari informasi yang
salah dan misinterpretasi dan menjaga integritas perawat.
j. Perawat melakukan kolaborasi dengan profesi kesehatannya yang lain atau
ahli dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan
oleh masyarakat termasuk pada lansia.
2.3. Kebijakan Trend dan Issue
A. Perubahan perilaku
Pada lansia sering dijumpai terjadinya perubahan perilaku diantaranya
daya ingat menurun, pelupa, sering menarik diri, ada kecendrungan
penurunan merawat diri, timbulnya kecemasan karena dirinya sudah tidak
menarik lagi, lansia sering menyebabkan sensitivitas emosional seseorang
yang akhinya menjadi sumber banyak masalah. Peran Berikan motivasi
kepada lansia agar tidak menarik diri dari lingkungannya dan Anjurkan
keluarga untuk selalu mendampingi dalam perawatan diri dan kebutuhan
sehari-hari
B. Pembatasan Fisik
Semakin lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami kemunduran terutama
dibidang kemampuan fisik yang dapat mengakibatkan penurunan pada peranan
sosialnya. Hal ini mengakibatkan pula timbulnya gangguan di dalam hal
mencukupi kebutuhan hidupnya sehingga dapat meningkatkan ketergantungan
yang memerlukan bantuan orang lain. Peran Motivasi keluarga untuk memahami
kondisi lansia yang sudah mengalami penurunan fisik dan peran sosial karena hal
itu adalah hal yang wajar, dan Anjurkan keluarga untuk telaten dan mau merawat
serta memenuhi kebutuhan dan ketergantungan lansia.

C. Palliative care
Pemberian obat pada lansia bersifat palliative care adalah obat tersebut ditunjukan
untuk mengurangi rasa sakit yang dirasakan oleh lansia. Fenomena polifermasi
dapat menimbulkan masalah, yaitu adanya interaksi obat dan efek samping obat.
Sebagai contoh klien dengan gagal jantung dan edema mungkin diobatai dengan
dioksin dan diuretika. Diuretik berfungsi untuk mengurangi volume darah dan
salah satu efek sampingnya yaitu keracunan digosin. Klien yang sama mungkin
mengalami depresi sehingga diobati dengan antidepresan. Dan efek samping
inilah yang menyebaban ketidaknyaman lansia. Peran Anjurkan keluarga untuk
memasangkan pampers setelah minum obat dan saat tidur, dan Motivasi lansia
untuk mau memakai pampers agar lebih nyaman

D. Penggunaan obat
Medikasi pada lansia memerlukan perhatian yang khusus dan merupakan
persoalan yang sering kali muncul dimasyarakat atau rumah sakit. Persoalan
utama dan terapi obat pada lansia adalah terjadinya perubahan fisiologi pada
lansia akibat efek obat yang luas, termasuk efek samping obat tersebut. (Watson,
1992). Dampak praktis dengan adanya perubahan usia ini adalah bahwa obat
dengan dosis yang lebih kecil cenderung diberikan untuk lansia. Namun hal ini
tetap bermasalah karena lansia sering kali menderita bermacammacam penyakit
untuk diobati sehingga mereka membutuhkan beberapa jenis obat. Persoalan yang
dialami lansia dalam pengobatan adalah :
a. Bingung
b. Lemah ingatan
c. Penglihatan berkurang
d. Tidak bisa memegang
e. Kurang memahami pentingnya program tersebut untuk dipatuhi
f. Kesehatan mental Peran Modifikasi lingkungan yaitu membuat pegangan kamar
mandi , tongkat, lampu dibuat lebih terang dan usahakan lantai tidak licin untuk
mencegah resiko jatuh, dan Anjurkan keluarga untuk memotivasi dan sebisa
mungkin selalu mendampingi lansia
E. Karakteristik Penyakit pada Lansia adalah sebagai berikut :

a. Penyakit sering multiple, yaitu saling berhubungan satu sama lain.


b. Penyakit bersifat degeneratif yang sering menimbulkan kecacatan.
c. Gejala sering tidak jelas dan berkembang secara perlahan.
d. Sering bersama-sama problem psikologis dan sosial.
e. Lansia sangat peka terhadap penyakit infeksi akut.
f. Sering terjadi penyakit iatrogenik.

F. Azas pendekatan dan jenis pelayanan kesehatan lansia

Azas Menurut WHO (1991) adalah to add life to the years that have been added to
life, dengan prinsip kemerdekaan, partisipasi, perawatan, pemenuhan diri dan
kehormatan. Azas yang dianut oleh departemen kesehatan RI adalah
meningkatkan mutu kehidupan lanjut usia, meningkatkan kesehatan, dan
memperpanjang usia. Pendekatan Menurut World Health Organization (1982),
pendekatan yang digunakan adalah sebagai berikut:
 Menikmati hasil pembangunan
 Masing-masing lansia mempunyai keunikan
 Lansia diusahakan mandiri dalam berbagai hal
 Lansia turut memilih kebijakan
 Memberikan perawatan di rumah
 Pelayanan harus dicapai dengan mudah
 Mendoorng ikatan akrab antar kelompok/antar generasi
 Transportasi dan bangunan yang ergonomis dengan lansia
 Lansia beserta keluarga aktif memelihara kesehatan lansia

G. jenis pelayanan pada lansia


1. upaya promotif
2. Early diagnosis and prompt treatment
3. rehabilitation/pemulihan.

BAB III

PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua
bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur
mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya daya
tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh,
seperti didalam Undang- Undang No.13 tahun 1998 yang isinya
menyatakan bahwa pelaksanaan pembangunan nasional yang bertujuan
mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan
Undang- Undang Dasar 1945, telah menghasilkan kondisi sosial
masyarakat yang makin membaik dan usia harapan hidup makin
meningkat, sehingga jumlah lanjut usia makin bertambah.

3.2. Saran
a. Untuk pasien dan keluarga
Diharapkan pasien dapat meningkat pengetahuan cara perawatan
secara mandiri pada pasien gerontik/lansia
b. Untuk perawat dan instansi rumah sakit
Diharapkan Perawat melaksanakan Asuhan Keperawatan secara
komprehensif sesuai dengan SOP
c. Untuk instansi pendidikan
Diharapkan civitas Akademika dapat menerapkan Asuhan
Keperawatan pada pasien gerontik/lansia

DAFTAR PUSTAKA
Bararah Taqiyyah, M. Kep & Jauhar Mohammad (2013) Asuhan Keperawatan
Paduan Lengkap Menjadi Perawat Profesional Jilid 2, Jakarta : Prestasi
Pustakaraya.

Nurarif Amin Huda & Kusuma Hardhi. (2016). Asuhan Keperawatan Praktik
Berdasarkan Nanda, NIC, NOC Dalam Berbagai Kasus. Edisis Revisi Jilid 3.
Jogjakarta. Hal. 200,299,294,dan 311

https://www.scribd.com/document/529117267/modul-gerontik-with-cover-pagr-
v2

Anda mungkin juga menyukai