Anda di halaman 1dari 49

Pola Pengelolaan

BLU dan Pola


Pengelolaan
Keuangan Lainnya
Kelompok 5:
1. Mochamad Farhan Tresna (09)
2. Winanda Setyaning K (23)
3. Yudha Rahmat Ageng (25)
01.
Dasar
Hukum BLU
Dasar Hukum

1. UU No. 1/2004 tentang PMK Nomor 129/PMK.05/2020 Tentang Pedoman Pengelolaan


Perbendaharaan Negara Psl 68 Badan Layanan Umum
dan 69
2. PP No. 23/2005 tentang 1. Tujuan dan Asas
Pengelolaan Keuangan BLU yang
diperbaharui dengan PP No. 74 2. Persyaratan, Penetapan dan Pencabutan
Tahun 2012 3. Standar dan Tarif Layanan
4. Pengelolaan Keuangan (Perencanaan dan Penganggaran,
Dokumen Pelaksanaan Anggaran, Pendapatan dan Belanja,
Pengelolaan Kas, Pengelolaan Piutang, Investasi,
Pengelolaan Barang, Penyelesaian Kerugian, Aklap dan
Pertanggungjawaban Keuangan, Surplus dan Defisit.
5. Tata Kelola (kelembagaan, Pejabat Pengelola dan
Kepegawaian, Pembinaan dan Pengawasan, Remunerasi
02.
Pengertian
BLU
Pengertian
“Badan Layanan Umum, yang selanjutnya disebut BLU, adalah
instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa
penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa
mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan
kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan
produktivitas.”

PP Nomor 23 Tahun 2005 Pasal 1


03.
Tujuan BLU
Tujuan

“BLU bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada


masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan
umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan
memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan
berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas, dan
penerapan praktek bisnis yang sehat.”

PP Nomor 23 Tahun 2005 Pasal 2


04.
Pengajuan
BLU
PERSYARATAN
01 02 03

Substantif Teknis Administratif


Menyelenggarakan pelayanan ● Kinerja pelayanan umum ● Pernyataan kesanggupan
umum berupa: layak dikelola dan untuk meningkatkan kinerja
● Penyediaan barang dan/atau ditingkatkan pelayanan, keuangan, dan
jasa untuk layanan umum pencapaiannya melalui manfaat bagi masyarakat
● Pengelolaan wilayah/kawasan penetapan sebagai BLU ● Pola tata kelola
tertentu untuk tujuan
● Kinerja keuangan satker ● Rencana Strategi Bisnis
meningkatkan perekonomian
yang bersangkutan sehat
masyarakat atau layanan ● Laporan keuangan pokok
umum
● Standar Pelayanan Minimum
● Pengelolaan dana khusus
dalam rangka meningkatkan ● Laporan audit terakhir atau
ekonomi dan/atau pelayanan pernyataan bersedia untuk
kepada masyarakat diaudit secara independen.
PENETAPAN
01 02 03 04

Satker K/L/SKPD Menkeu/ Penetapan


Kepala Daerah
Menyampaikan usulan Membuat ● Menguji pemenuhan Menkeu/Kepala Daerah
beserta persyaratan persetujuan untuk ketiga persyaratan menetapkan/menolak
substantif, teknis dan pengusulan BLU(D) (detail ada di slide usulan paling lambat 3
administratif dengan menilai selanjutnya) bulan sejak diterima dari
persyaratan K/L/SKPD.
substantif, teknis ● Pengujian oleh DJPB
dan administratif Dalam hal penetapan
● Penilaian yang dapat ditetapkan sebagai:
dilakukan oleh tim ● BLU Penuh
penilai terhadap
dokumen persyaratan ● BLU Bertahap
administratif.
BLU PENUH & BERTAHAP

BLU BLU
Penuh ● Persyaratan Substantif ● Persyaratan Substantif Bertahap
dan Teknis terpenuhi dan Teknis terpenuhi
● Persyaratan Administrasi ● Persyaratan Administrasi
terpenuhi memuaskan TIDAK terpenuhi
memuaskan
● Fleksibilitas diberikan
seluruhnya berdasarkan ● Fleksibilitas dibatasi
PP No. 23 Tahun 2005
PENCABUTAN
Pasal 6 PP No. 23 Tahun 2005
Dicabut oleh Menteri Keuangan/gubernur/bupati/walikota
berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi serta penilaian Sudah tidak
kinerja dan/atau hasil penilaian penerapan Tata Kelola memenuhi
yang Baik persyaratan
substantif, teknis,
Dicabut oleh Menteri Keuangan/gubernur/bupati/walikota dan/atau
berdasarkan usul dari menteri/pimpinan lembaga/kepala administratif
SKPD

Dilakukan berdasarkan
Berubah statusnya menjadi badan hukum dengan
penetapan ketentuan
kekayaan negara yang dipisahkan.
peraturan per-UU-an

Instansi pemerintah yang pernah dicabut dari status PPK-BLU dapat diusulkan kembali untuk
menerapkan PPK-BLU
TARIF LAYANAN
Pasal 9 PP No. 74 Tahun 2012

BLU dapat memungut biaya kepada masyarakat sebagai imbalan atas


barang/jasa layanan yang diberikan dalam bentuk tarif yang disusun atas
dasar perhitungan biaya per unit layanan atau hasil per investasi dana
Tarif layanan harus mempertimbangkan:
● Kontinuitas dan pengembangan layanan
● Daya beli masyarakat
● Asas keadilan dan kepatutan
● Kompetisi yang sehat
BLU menyusun tarif layanan dengan memperhatikan pedoman umum yang
disusun Menkeu/Gub/Bup/Walikota dan pedoman teknis yang disusun
Menteri/Pim Lembaga/Sekda/Kepala SKPD
Tarif Layanan diusulkan oleh pemimpin BLU secara berjenjang untuk
ditetapkan dalam Peraturan Menkeu/Gub/Bup/Walikota
Menkeu dapat mendelegasikan kewenangan penetapan tarif layanan kepada
Menteri/Pim Lembaga dan/atau pemimpin BLU.
05.
Karakteristik
BLU
Karakteristik Satker BLU
01 02 03 04
Berkedudukan Menyelenggarakan Tidak Dikelola secara
sebagai lembaga pelayanan umum mengutamakan otonom dengan
pemerintah (bukan yang menghasilkan mencari prinsip efisiensi
kekayaan negara semi barang/jasa keuntungan/ laba dan produktivitas
yang dipisahkan) publik (quasi public
goods)

05 06 07
Rencana
Pendapatan BLU Pegawai dapat terdiri
kerja/anggaran dan
dapat digunakan atas PNS dan
pertanggungjawaban
langsung profesional non-PNS
dikonsolidasikan pada
instansi induk
06.
Pengelolaan
Keuangan
BLU
Pengelolaan Keuangan BLU

01 Perencanaan dan
Penganggaran
07 Pengelolaan Barang

02 Dokumen Pelaksanaan Anggaran 08 Penyelesaian Kerugian

Pendapatan dan
03 Belanja 09 Akuntabilitas Kinerja

Akuntansi, Pelaporan, dan


04 Pengelolaan Kas 10 Pertanggungjawaban
Keuangan
Pengelolaan Piutang dan
05 Utang 11 Surplus dan Defisit

06 Investasi 12 Tata Kelola BLU


01 Perencanaan dan
Penganggaran (1/3)

1. Menyusun rencana strategis bisnis (RSB) 5 tahunan dengan mengacu


kepada Rencana Strategis K/L (Renstra-KL) atau Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD).
2. Menyusun Rencana Bisnis Anggaran (RBA) Tahunan mengacu RSB.
3. RBA Tahunan disusun berdasarkan basis kinerja dan perhitungan
akuntansi biaya menurut jenis layanannya dengan mempertimbangkan
kebutuhan dan kemampuan pendapatan yang diperkirakan akan
diterima dari masyarakat, badan lain, dan APBN/APBD.
(3a) Perhitungan akuntansi biaya berdasarkan standar biaya yang
ditetapkan oleh pemimpin BLU.
(3b) Perhitungan akuntansi biaya menurut jenis layanannya paling
kurang menyajikan perhitungan biaya langsung dan biaya tidak
langsung.
(3c) Dalam hal BLU belum menyusun standar biaya, BLU menggunakan
standar biaya yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan/gubernur/bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya.
01 Perencanaan dan
Penganggaran (2/3)

1. BLU mengajukan RBA kepada menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD


untuk memperoleh persetujuan sebagai bagian dari RKA-KL atau
sebagian dari rencana kerja dan anggaran SKPD.
2. RBA disertai dengan usulan standar pelayanan minimum dan standar
biaya.
3. RBA BLU yang telah disetujui oleh menteri/pimpinan lembaga/kepala
SKPD diajukan kepada Menteri Keuangan sebagai bagian RKA-KL / PPKD
sebagai bahan penyusunan Perda tentang APBD.
3a) Pagu Anggaran BLU dana RKA-K/L atau Pagu Anggaran BLU dlm
rancangan Perda ttg APBD yang bersumber dananya berasal dari
pendapatan BLU dan surplus anggaran BLU, dirinci dalam satu
program, satu kegiatan, satu output dan jenis belanja.
4. Menteri Keuangan atau Tim Anggaran Pemda sesuai dgn
kewenangannya melakukan telaah terhadap RBA sebagai bagian dari
mekanisme pengajuan dan penetapan APBN/APBD.
5. BLU menggunakan APBN/APBD yang telah ditetapkan sebagai dasar
penyesuaian terhadap RBA menjadi RBA definitif.
01 Perencanaan dan
Penganggaran (3/3)
02 Dokumen Pelaksanaan
Anggaran

1. Disusun dengan mengacu RBA BLU untuk diajukan kepada Menkeu/PPKD.


2. Paling sedikit mencakup:
a. seluruh pendapatan dan belanja,
b. proyeksi arus kas, serta
c. jumlah dan kualitas jasa dan/atau barang yang akan
dihasilkan
3. Disahkan oleh Menteri Keuangan/PPKD paling lambat 31 Desember
menjelang awal tahun anggaran, dan jika belum disahkan oleh Menteri
Keuangan/PPKD, BLU dapat melakukan pengeluaran paling tinggi
sebesar angka DPA tahun lalu.
4. DPA yang telah disahkan:
a. menjadi lampiran dari perjanjian kerja antara pimpinan BLU
dengan menteri/pimpinan lembaga/kepala daerah
b. menjadi dasar penarikan dana dari APBN/APBD
03 Pendapatan dan Belanja
03 Pendapatan dan Belanja
04 Pengelolaan Kas
05 Pengelolaan Piutang dan
Utang
06 Investasi

BLU tidak dapat melakukan Keuntungan yang diperoleh dari


investasi jangka panjang, kecuali investasi jangka panjang
atas persetujuan merupakan pendapatan BLU.
Menkeu/gub/bupati/walikota
sesuai dengan kewenangannya.
07 Pengelolaan Barang

Pengadaan Barang Pengelolaan Aset

1. Berdasarkan prinsip efisien & 1. Barang inventaris milik BLU dapat dihapuskan dan/atau dialihkan
ekonomis sesuai praktek bisnis berdasarkan pertimbangan ekonomis kepada pihak lain dengan cara
yang sehat dijual, dipertukarkan, atau dihibahkan.
2. BLU Penuh dapat diberikan 2. BLU tidak dapat mengalihkan dan/atau menghapus aset tetap,
fleksibilitas berupa pembebasan kecuali atas persetujuan pejabat yang berwenang.
sebagian atau seluruhnya dari 3. Penerimaan hasil penjualan aset akibat dari pemindahtanganan:
ketentuan pengadaan barang dan ● hasil penjualan inventaris BLU mrpkn pendapatan BLU
jasa pemerintah bila terdapat ● hasil penjualan aset tetap yang pendanaannya selain dari
alasan efektivitas dan/atau APBN/APBD mpkn pendapatan BLU & dapat dikelola langsung
efisiensi. untuk membiayai belanja BLU.
3. Kewenangan PBJ secara berjenjang ● hasil penjualan aset tetap yang pendanaannya sebagian atau
berdasarkan nilai yg diatur oleh seluruhnya berasal dari APBN/APBD bukan merupakan
Menkeu/kepala daerah (mis. PMK pendapatan BLU dan wajib disetor ke RKUN/D.
No.08/PMK.02/2006 ttg 4. Penggunaan aset tetap untuk kegiatan yg tidak terkait langsung
Kewenangan PBJ pada BLU. tugas pokok dan fungsi satker BLU harus mendapat persetujuan
Pengelola Barang.
5. Tanah dan bangunan BLU disertifikatkan atas nama Pemerintah
RI/Pemda yang bersangkutan
08 Penyelesaian Kerugian

Setiap kerugian negara/daerah pada BLU yang disebabkan


oleh tindakan melanggar hukum atau kelalaian seseorang
diselesaikan sesuai ketentuan perundang-undangan
mengenai penyelesaian kerugian negara/daerah

09 Akuntabilitas Kinerja

1. Pimpinan BLU bertanggungjawab terhadap kinerja


operasional BLU sesuai dengan tolok ukur yang
ditetapkan dalam RBA.
2. Pimpinan BLU mengikhtisarkan dan melaporkan kinerja
operasional BLU secara terintegrasi dengan laporan
keuangan.
10 Akuntansi, Pelaporan, dan
Pertanggungjawaban Keuangan
11 Surplus dan Defisit

Surplus
Dapat digunakan dalam tahun anggaran berikutnya kecuali atas
perintah Menkeu/Gub/Bupati/Walikota, sesuai dengan
kewenangannya, disetor sebagian atau seluruhnya ke Kas Umum
Negara/Daerah dengan mempertimbangkan posisi likuiditas BLU

Defisit
● Defisit anggaran BLU dapat diajukan pembiayaannya dalam tahun
anggaran berikutnya kepada Menkeu/PPKD melalui menteri/pim
lembaga/kepala SKPD, sesuai dengan kewenangannya.
● Menkeu/PPKD, dapat mengajukan anggaran untuk menutup defisit
pelaksanaan anggaran BLU dalam APBN/APBD tahun anggaran
berikutnya.
12 Tata Kelola BLU
Pejabat Pengelolaan PK BLU
Kepegawaian pada BLU
Pembinaan dan Pengawasan
Remunerasi
07.
Pengelolaan
Keuangan
PTNBH
Jenis PTN
Perbedaan Umum
PTN-BH PTN-BLU
Dasar Hukum Pengelolaan PP Nomor 04 Tahun 2014 dengan PP Nomor 74 Tahun 2012 jo PP
juknisnya PP tentang Statuta no.23 tahun 2005
masing-masing PTN

Penetapan Status PTN Peraturan Pemerintah Kep. Menkeu atas usul


Kemenristekdikti

Penetapan Tarif Layanan Ditetapkan berdasarkan pedoman Ditetapkan oleh Menteri Keuangan
Teknis penetapan tarif yang berdasarkan usulan pimpinan BLU
ditetapkan Kemendikbud ristek

Pendapatan Bukan merupakan PNBP Dilaporkan sebagai PNBP

Aset ● Aset yang diperoleh dari usaha Dikonsolidasikan dalam BMN


PTN BH menjadi aset PTN BH.
● Tanah yang berada dalam
penguasaan PTN BH yang
diperoleh dari APBN merupakan
BMN.
PTN-BH
DI INDONESIA
1. Universitas Indonesia (UI) 9. Universitas Airlangga (Unair)
2. Institut Teknologi Bandung (ITB) 10. Universitas Diponegoro (Undip)
3. Institut Pertanian Bogor (IPB) 11. Universitas Hasanuddin (Unhas)
4. Universitas Padjadjaran (Unpad) 12. Universitas Sebelas Maret (UNS)
5. Universitas Gadjah Mada (UGM) 13. Universitas Andalas (Unand)
6. Universitas Sumatera Utara (USU) 14. Universitas Brawijaya (UB)
7. Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) 15. Universitas Negeri Malang (UM)
8. Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) 16. Universitas Negeri Padang (UNP)

tertanggal 25 November 2021


PENGELOLAAN KEUANGAN
PTN-BH
Pendanaan
Bersumber dari:
● Anggaran pendapatan dan belanja negara. ● Selain anggaran pendapatan dan
Diberikan dalam bentuk bantuan Pendanaan belanja negara.
PTN-BH dan/atau berupa pinjaman. ➔ Masyarakat
Bantuan Pendanaan PTN Badan Hukum ➔ Biaya pendidikan
digunakan untuk mendanai: ➔ Pengelolaan dana abadi;
➔ Usaha PTN-BH
➔ Biaya operasional ➔ Kerjasama tridharma Perguruan
➔ Biaya dosen Tinggi
➔ Biaya tenaga kependidikan ➔ Pengelolaan kekayaan PTN-BH
➔ Biaya investasi ➔ APBD dan/atau Pinjaman
➔ Biaya pengembangan.
Digunakan untuk biaya dosen dan
tenaga kependidikan dalam bentuk
insentif dan manfaat tambahan
PENGELOLAAN KEUANGAN
PTN-BH
Hak Pengelolaan Kekayaan Negara

Pemerintah dan pemerintah daerah dapat memberikan hak


pengelolaan kekayaan negara kepada PTN Badan Hukum untuk
kepentingan pengembangan Pendidikan Tinggi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
PENGELOLAAN KEUANGAN
PTN-BH
Aset
● Semua aset yang diperoleh PTN-BH harus dicatat dalam daftar inventaris barang
PTN-BH.
● Aset negara yang dipisahkan dikelola PTN-BH secara tertib dan akuntabel sesuai
dengan prinsip pengelolaan aset yang sehat.
● Aset berupa tanah yang berada dalam penguasaan PTN Badan Hukum yang
diperoleh dari APBN merupakan Barang Milik Negara (BMN). Harus ditetapkan
status penggunaannya oleh Kementerian Keuangan dan ditatausahakan dalam
daftar barang milik negara oleh Kemendikbud ristek.
● Hasil pengelolaan aset merupakan sumber pendapatan PT-BH.
● Ketentuan mengenai tata cara pengelolaan aset diatur dengan peraturan
masing-masing pimpinan PTN-BH.
PENGELOLAAN KEUANGAN
PTN-BH
Akuntabilitas
Pemimpin PTN-BH menyusun Laporan Kinerja dan Laporan Keuangan PTN-BH pada
setiap tahun anggaran untuk disampaikan kepada majelis wali amanat, Mendikbud
ristek dan Menkeu
Laporan keuangan PTN-BH disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum
sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI). Laporan keuangan PTN-BH terdiri dari:
● Laporan posisi keuangan (neraca);
● Laporan aktivitas;
● Laporan arus kas; dan
● Catatan atas laporan keuangan.
08.
Pengelolaan
Keuangan
Khusus Lainnya
Pengelolaan Keuangan
Khusus Lainnya

BUMN Lembaga Sui Generis


01 BUMN dapat dikatakan
merupakan perpaduan antara 02 Lembaga di luar Pemerintah
yang dibentuk melalui
instansi pemerintah dan Undang-undang,
swasta. Kekayaan Negara yang lembaga-lembaga ini
Dipisahkan (KND) yang melaksanakan sebagian
memiliki fungsi pelayanan, kewenangan yang sebelumnya
namun disisi lain BUMN merupakan kewenangan
memiliki fleksibilitas sangat Pemerintahan namun bersifat
besar sehingga dapat otonom/independen dari
berkompetisi dengan swasta kepentingan Pemerintah
dalam hal mencari laba.
Pengelolaan Keuangan
Khusus Lainnya
01 BUMN
● Orientasi pada laba, kemudian membagikan laba kepada para pemilik
berupa dividen
● Kekayaan Negara yang Dipisahkan, memiliki Laporan Keuangan sendiri
● Memiliki otonom penuh sebagai sebuah perusahaan
● Pengelolaan Keuangan di luar APBN, memiliki mekanisme pengelolaan
pendapatannya sendiri
● Pegawai terdiri dari non-ASN
● Pendapatan BUMN bukan bagian dari APBN, dividen BUMN yang
merupakan bagian dari APBN sebagai PNBP
Pengelolaan Keuangan
Khusus Lainnya
02 Lembaga Sui Generis
● Bersifat independen dari kepentingan pemerintah
● Kekayaan Negara Dipisahkan
● Dikendalikan sepenuhnya oleh pemerintah melalui Dewan Pengawas dan
Presiden
● More-benefit, less-regulation, best-governance
● Secara akuntansi dilaporkan dalam LKPP melalui Laporan Keuangan Investasi
Pemerintah (LKIP) dalam akun Investasi Jangka Panjang Permanen
● Beberapa contoh lembaga sui generis:
1. Bank Indonesia
2. Lembaga Pengelola Investasi
3. Badan Pengelola Jaminan Sosial
4. Lembaga Penjamin Simpanan
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai