Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Pengembangan Teknologį Įnformasį dan Įlmu Komputer e-ĮSSN: 2548-964X

Vol. 2, No. 12, Desember 2018, hlm. 7338-7347 http://j-ptiik.ub.ac.id

Sistem Pendukung Keputusan Kelompok untuk Penilaian Kinerja Unit


Perusahaan Menggunakan Metode PROMETHEE II dan Borda
(Studi Kasus: Perum Jasa Tirta 1 Malang)
Dhea Azahria Mawarni1, Arief Andy Soebroto2

Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Email: 1dhea.azahria12@gmail.com, 2ariefas@ub.ac.id

Abstrak
Penilaian kinerja unit perusahaan bertujuan untuk memudahkan dalam melakukan evaluasi terhadap
kinerja setiap unit. Kinerja yang buruk akan berdampak pada kualitas perusahaan, sehingga harus segera
diperbaiki dan ditingkatkan. Namun penilaian kinerja unit perusahaan di PJT 1 Malang dirasa kurang
efisien dikarenakan tidak adanya sistem untuk mengolah data penilaian kinerja KPI Unit. Hal ini
berdampak pada banyaknya tenaga dan waktu yang dibutuhkan dalam penilaian kinerja unit perusahaan.
Untuk mengatasi masalah tersebut dibutuhkan suatu sistem komputer berupa sistem pendukung
keputusan kelompok (SPKK) untuk membantu dalam penilaian kinerja unit perusahaan. Salah satu
metode Multi Criteria Decision Making yaitu PROMETHEE II digunakan untuk pengambilan
keputusan setiap decision maker (DM). Sedangkan metode voting yang digunakan adalah Borda.
Penelitian ini menggunakan 72 data alternatif dan lima kriteria penilaian. Berdasarkan hasil analisis
pengujian bobot, akurasi terbaik diperoleh pada percobaan ke-3, ke-4 dan ke-5 pada tingkat kepentingan
bobot keempat sebesar 83,3333% dengan menggunakan range 1. Sedangkan berdasarkan hasil analisis
pengujian jumlah data diperoleh akurasi tertinggi sebesar 86,1111% pada saat menggunakan data uji
sebanyak 36 data.
Kata kunci: SPKK, MCDM, penilaian kinerja, PROMETHEE II, Borda
Abstract
Assessment of unit performance of the company aims to facilitate in evaluating the performance of each
unit. Poor performance will have an impact on the quality of the company, so it needs to be improved
and upgraded. However, the assessment of company unit performance in PJT 1 Malang is less efficient
due to the absence of a system to process KPI Unit assessment data. This has an impact on the amount
of manpower and required time in the assessment of the company’s unit performance. To overcome
these problems, it requires a computer system in the form of group decision support system (SPKK) to
assist in the assessment of the company’s unit performance. One method of Multi Criteria Decision
Making is PROMETHEE II, used for decision making in every decision maker (DM). While Borda is
used for the voting method. This study uses 72 alternative data and five assessment criteria. Based on
the results of the weight test analysis, the best accuracy was obtained in the 3rd, 4th, and 5th experiments
at the level of importance of the fourth weight with value of 83.3333% using the first range. And the
highest accuracy based on the results of the amount of data test analysis obtained of 86, 1111% when
using 36 data test.
Keywords: GDSS, MCDM, performance assessment, PROMETHEE II, Borda

perusahaan (Widodo, 2011). Penilaian kinerja


1. PENDAHULUAN merupakan penentuan berkala pada efektivitas
Penilaian kinerja memiliki berbagai operasional suatu organisasi atau perusahaan
manfaat bagi pihak internal maupun eksternal. yang berdasarkan sasaran, standar dan parameter
Salah satu manfaat bagi pihak internal adalah yang telah ditentukan (Zudia, 2010).
pengambilan keputusan dalam penyusunan Persaingan dunia usaha yang semakin ketat
strategi untuk meningkatkan kinerja suatu unit mengakibatkan setiap perusahaan berusaha

Fakultas Ilmu Komputer


Universitas Brawijaya 7338
Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 7339

meningkatkan kemampuan bersaingnya untuk menyelesaikan berbagai permasalahan sesuai


menjadi perusahaan yang mempunyai daya saing dengan karakteristik data (Akafpour & Hamidi,
unggul di kelas dunia (Estuningsari, et al., 2013). 2013). Metode Borda dipilih karena secara
Kriteria Penilaian Kinerja Unggul (KPKU) konseptual sederhana dan merupakan metode
merupakan program unggulan yang berfungsi peringkat ordinal yang mudah diterapkan
sebagai suatu sistem pengelolaan dan (Fishburn & Gehrlein, 1976) (Newenhizen,
pengendalian kinerja perusahaan di Badan 1992) (Lansdowne & Woodward, 1996).
Usaha Milik Negara (BUMN). KPKU juga Berdasarkan penelitian-penelitian yang
diterapkan pada Perum Jasa Tirta (PJT) 1 telah dilakukan sebelumnya, maka penulis
Malang yang digunakan untuk pengukuran mengusulkan sebuah penelitian dengan judul
kinerja perusahaan secara menyeluruh Sistem Pendukung Keputusan Kelompok untuk
(korporat). Kriteria-kriteria dalam KPKU akan Penilaian Kinerja Unit Perusahaan
dijadikan sebagai acuan untuk menentukan Menggunakan Metode PROMETHEE II dan
perspektif pada Key Performance Indicators Borda.
(KPI) Unit yang nantinya akan digunakan dalam
penilaian kinerja unit perusahaan. 2. METODE
Penilaian kinerja unit perusahaan sangat 2.1. Preference Ranking Organization Method
penting dilakukan untuk memudahkan dalam for Enrichment Evaluation
melakukan evaluasi terhadap kinerja setiap unit (PROMETHEE)
berdasarkan pencapaian yang telah didapatkan.
Namun penilaian kinerja unit perusahaan di PJT PROMETHEE merupakan salah satu
1 Malang dirasa kurang efisien dikarenakan metode perangkingan (urutan) dalam analisis
tidak adanya sistem untuk mengolah data multikriteria. Metode ini dapat dikatakan
penilaian kinerja KPI Unit. Hal ini berdampak sebagai metode yang simple, efisien, dan mudah
pada banyaknya tenaga dan waktu yang untuk diimplementasikan (Prabowo, 2011).
dibutuhkan dalam penilaian kinerja unit Langkah-langkah metode PROMETHEE terdiri
perusahaan. Selain itu, penilaian secara manual atas lima langkah (Behzadian, et al., 2009) yaitu:
membuat data tidak tersimpan dengan baik 1. Menentukan deviasi berdasarkan
sehingga sangat sulit mencari data pada tahun- perbandingan berpasangan
tahun sebelumnya untuk keperluan analisis Dalam (Behzadian, et al., 2009), rentang
trend. Oleh karena itu, PJT 1 Malang penyimpangan (deviasi) alternatif pada setiap
membutuhkan suatu alternatif untuk kriteria berdasarkan perbandingan berpasangan
memudahkan dalam melakukan penilaian dapat ditunjukkan pada Persamaan (1).
kinerja unit perusahaan. 𝑑𝑗 (𝑎, 𝑏) = 𝑔𝑗 (𝑎) − 𝑔𝑗 (𝑏) (1)
Berbagai aplikasi telah dibangun dan Dimana:
dikembangkan untuk menyelesaikan 𝑑𝑗 (𝑎, 𝑏) = perbedaan evaluasi alternatif a dan b
permasalahan dalam penilaian kinerja, mulai 𝑔𝑗 (𝑎) = evaluasi alternatif a
dari tingkat korporat hingga tingkat karyawan. 𝑔𝑗 (𝑏) = evaluasi alternatif b
Salah satunya adalah sistem pendukung
keputusan yang dibangun oleh (Apriliani, et al., 2. Penerapan fungsi preferensi
2015) dengan judul “Implementasi Metode Penerapan fungsi preferensi menurut
PROMETHEE dan Borda dalam Sistem (Behzadian, et al., 2009) dapat dihitung dengan
Pendukung Keputusan Pemilihan Lokasi menggunakan Persamaan (2).
Pembukaan cabang Baru Bank”. Keluaran yang 𝑃𝑗 (𝑎, 𝑏) = 𝐹𝑗 [𝑑𝑗 (𝑎, 𝑏)] 𝑗 = 1, … , 𝑘 (2)
dihasilkan menunjukkan bahwa alternatif lokasi Pj(a,b) = fungsi preferensi alternatif a
yang memiliki jumlah poin terbanyak sehubungan dengan alternatif b
merupakan rekomendasi lokasi terbaik dj(a,b) = perbedaan antara evaluasi
(Apriliani, et al., 2015). alternatif a dan b
PROMETHEE dipilih karena metode ini 𝐹𝑗 [𝑑𝑗 (𝑎, 𝑏)] = fungsi selisih/perbedaan antara
mampu menyelesaikan permasalahan yang evaluasi alternatif a dan b
sifatnya multi kompleks yaitu terdiri atas banyak
Terdapat enam tipe fungsi preferensi
alternatif dan multicriteria (Doumpos &
kriteria yang ada dalam PROMETHEE yaitu
Zoponudis, 2010)(Imandasari & Windarto,
(Brans, et al., 1986) (Arsita, 2013):
2017). Selain itu metode ini menyediakan
banyak fungsi preferensi yang dapat a. Kriteria Biasa (Usual Criterion)

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 7340

Fungsi preferensi usual criterion type 0 jika 𝑑 ≤ 0


𝑑
digunakan pada kriteria kualitatif yang 𝐻(𝑑) {𝑝 jika 0 < 𝑑 ≤ 𝑝 (5)
menggunakan skala sampai lima tingkat (Giurca,
1 jika 𝑑 > 𝑝
et al., 2014). Persamaan preferensi tipe kriteria
biasa ditunjukkan pada Persamaan (3). Dimana:
H(d) = fungsi selisih kriteria antar alternatif
0 jika 𝑑 ≤ 0
𝐻(𝑑) {
1 jika 𝑑 > 0
(3) d = selisih nilai kriteria {d = g(a)−g(b)}
p = nilai kecenderungan penerimaan
Dimana:
(preference)
H(d) = fungsi selisih kriteria antar alternatif
d = selisih nilai kriteria {d = g(a)−g(b)} Selama d lebih rendah dari p, preferensi
pengambil keputusan meningkat secara linier
Dalam tipe preferensi ini tidak ada
dengan d. Jika d lebih besar dari p, maka terjadi
parameter yang harus ditentukan (Brans, et al.,
situasi preferensi yang sempurna. Ketika
1986). Grafik fungsi preferensi kriteria biasa
decision maker mengidentifikasi beberapa
ditunjukkan pada Gambar 1.
kriteria, maka harus menentukan nilai threshold
H(d) preference (Brans, et al., 1986). Grafik fungsi
untuk kriteria linier atau V-shape ditunjukkan
1 pada Gambar 3.
H(d)

d 1
0
Gambar 1. Preferensi biasa
b. Kriteria Quasi (U-shape criterion) d
0 p
Persamaan preferensi tipe kriteria quasi
atau U-shape ditunjukkan pada Persamaan (4). Gambar 3. Preferensi linier atau V-shape
0 jika 𝑑 ≤ 𝑞 Pada tipe ini terdapat dua jenis threshold
𝐻(𝑑) { (4)
1 jika 𝑑 > 𝑝 yaitu threshold Indifference (q) dan threshold
Dimana: preference (p).
H(d) = fungsi selisih kriteria antar alternatif d. Kriteria Level
d = selisih nilai kriteria {d = g(a)−g(b)}
q Fungsi preferensi level criterion digunakan
= nilai kecenderungan penolakan
apabila kriteria kualitatif menggunakan skala
(indifference) harus tetap
lebih dari lima tingkat (Giurca, et al., 2014).
Jika para decision maker (DM) ingin Persamaan preferensi tipe kriteria level
menggunakan quasi criterion, maka para DM ditunjukkan pada Persamaan (6).
hanya perlu menentukan nilai q (Brans, et al.,
0 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑑 ≤ 𝑞
1986). Grafik fungsi untuk kriteria quasi
𝐻(𝑑) = {0,5 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑞 < 𝑑 ≤ 𝑝 (6)
ditunjukkan pada Gambar 2.
1 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑑 > 𝑝
H(d) Dimana:
1 H(d) = fungsi selisih kriteria antar alternatif
d = selisih nilai kriteria {d = g(a)−g(b)}
q = nilai kecenderungan penolakan
(indifference) harus tetap
d p = nilai kecenderungan penerimaan
-q 0 q
(preference)
Gambar 2. Preferensi quasi atau U-shape Dalam hal ini, nilai threshold indifference
(q) dan nilai threshold indifference (p) secara
c. Kriteria linier (V-shape criterion)
bersamaan didefinisikan. Jika d terletak di antara
Fungsi preferensi linear criterion (V-shape) q dan p, maka terjadi situasi preferensi yang
umumnya digunakan dalam masalah kriteria lemah (H(d) = 1/2) (Brans, et al., 1986). Grafik
kuantitatif (Giurca, et al., 2014). Persamaan fungsi untuk kriteria level ditunjukkan pada
preferensi tipe kriteria linier atau V-shape Gambar 4.
ditunjukkan pada Persamaan (5).

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 7341

d = selisih nilai kriteria {d = g(a)−g(b)}


H(d)
σ = jarak antara titik asal dan titik
1 infleksi kurva
Nilai σ merupakan jarak antara titik asal dan
0.5
titik infleksi kurva (Brans & Vincke, 1985).
d
Fungsi ini tidak memiliki diskontinuitas untuk
-p -q 0 q p menjamin stabilitas hasil (Brans, et al., 1986).
Gambar 4. Preferensi level Grafik fungsi untuk kriteria gaussian
ditunjukkan pada Gambar 6.
e. Kriteria dengan Preferensi Linier dan Area
Indifference H(d)
Persamaan preferensi tipe kriteria dengan 1
preferensi linier dan area indifference
ditunjukkan pada Persamaan (7).
0 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑑 ≤ 𝑞
𝑑−𝑞 σ d
𝐻(𝑑) = {𝑝−𝑞 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑞 < 𝑑 ≤ 𝑝 (7) 0
1 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑑 > 𝑝 Gambar 6. Preferensi gaussian
Dimana: 3. Perhitungan indeks preferensi multikriteria
H(d) = fungsi selisih kriteria antar alternatif Indeks preferensi multikriteria (𝜋)
d = selisih nilai kriteria {d = g(a)−g(b)} kemudian didefinisikan sebagai rata-rata dari
q = nilai kecenderungan penolakan fungsi preferensi 𝑃𝑗 (Brans, et al., 1986) (Arsita,
(indifference) harus tetap
2013). Bobot yang digunakan menggambarkan
p = nilai kecenderungan penerimaan
nilai kepentingan suatu kriteria. Apabila semua
(preference)
kriteria mempunyai nilai kepentingan yang
Dalam hal ini, decision maker menganggap sama, maka decision maker dapat memberikan
bahwa nilai preferensinya meningkat secara bobot dengan nilai yang sama (Ali, 2013). Untuk
linear dari nilai kecenderungan penolakan ke menghitung persamaan indeks preferensi dapat
preferensi yang sempurna dengan area yang menggunakan Persamaan (9).
terletak antara threshold q dan p. Dua parameter
tersebut harus didefinisikan (Brans, et al., 1986). 𝜋(𝑎, 𝑏) = ∑𝑘𝑗=1 𝑤𝑖 × 𝑃𝑗 (𝑎, 𝑏) ∶ ∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝐴 (9)
Grafik fungsi untuk tipe kriteria dengan Dimana:
preferensi linier dan area indifference wj = bobot kriteria bernilai lebih dari 0
ditunjukkan pada Gambar 5. Pj(a,b) = nilai derajat preferensi ketika a
H(d) dibandingkan dengan b
1 4. Perhitungan PROMETHEE I (partial
ranking)
Perankingan PROMETHEE I didasarkan
pada nilai leaving flow dan entering flow (Brans
d
-p -q 0 q p & Vincke, 1985). Arah preferensi dihitung
berdasarkan pertimbangan nilai leaving flow
Gambar 5. Preferensi linier dan area indifference (𝜑+ ), entering flow (𝜑− ), dan net flow (𝜑)
(Arsita, 2013). Penentuan urutan PROMETHEE
f. Kriteria Gaussian
I dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Tipe preferensi ini membutuhkan a. Leaving flow
penentuan parameter σ, yang diperoleh dari
Perhitungan nilai leaving flow ditunjukkan
distribusi normal dalam statistik (Brans, et al.,
pada Persamaan (10).
1986). Persamaan preferensi tipe kriteria 1
gaussian ditunjukkan pada Persamaan (8). 𝜑 + (𝑎) = ∑𝑥 ∈ 𝐴 𝜋(𝑎, 𝑥) (10)
𝑛−1
0 jika 𝑑 ≤ 0 Dimana:
𝐻(𝑑) { 𝑑2 (8) 𝜑 + (𝑎) = leaving flow / positive outranking
1−𝑒− jika 𝑑 > 0
2𝜎 2
Dimana: flow
n = jumlah alternatif
H(d) = fungsi selisih kriteria antar alternatif
𝜋(𝑎, 𝑥) = menunjukkan preferensi bahwa

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 7342

alternatif a lebih baik dari 𝑏𝑖 = ∑𝑘 𝑁 − 𝑟𝑖𝑘 (13)


alternatif x Dimana:
∑𝑥 ∈ 𝐴 = jumlah nilai alternatif dari tabel bi = jumlah poin yang diterima setiap
indeks preferensi secara horizontal alternatif
b. Entering flow N = jumlah alternatif
𝑟𝑖𝑘 = peringkat alternatif
Perhitungan nilai entering flow ditunjukkan
pada Persamaan (11). Metode ini memiliki fitur tambahan untuk
1 dapat menetapkan bobot ke kriteria alternatif.
𝜑 − (𝑎) = ∑𝑥 ∈ 𝐴 𝜋(𝑥, 𝑎) (11)
𝑛−1 Metode voting Borda secara konseptual
Dimana: sederhana dan mungkin merupakan metode
𝜑 − (𝑎) = entering flow / negative peringkat ordinal yang paling mudah untuk
outranking flow diterapkan. Para ahli teori voting telah
n = jumlah alternatif menunjukkan bahwa metode Borda adalah
𝜋(𝑎, 𝑥) = menunjukkan preferensi bahwa metode voting yang optimal terhadap beberapa
alternatif a lebih baik dari standar, seperti meminimalkan jumlah dan jenis
alternatif x paradoks voting (Fishburn & Gehrlein, 1976)
∑𝑥 ∈ 𝐴 = jumlah nilai alternatif dari tabel (Newenhizen, 1992) (Lansdowne & Woodward,
indeks preferensi secara horizontal 1996).
c.

5. Perhitungan PROMETHEE II (complete 2.3. Data Penelitian


ranking) Data yang digunakan dalam penelitian ini
Perankingan pada PROMETHEE II adalah data penilaian kinerja unit perusahaan
(peringkat lengkap) didasarkan pada nilai net menggunakan KPI pada bulan Januari 2017
flow (Brans & Vincke, 1985). Perhitungan nilai hingga bulan Desember 2017 di Perum Jasa Tirta
net flow ditunjukkan pada Persamaan (12). 1 Malang. Unit perusahaan yang digunakan
𝜑(𝑎) = 𝜑 + (𝑎) − 𝜑 − (𝑎) (12) berjumlah enam unit dari 18 unit perusahaan.
Pemilihan enam unit tersebut didasarkan pada
Dimana:
𝜑(𝑎) = Net flow
tupoksi masing-masing unit. Keenam unit ini
𝜑 + (𝑎) = leaving flow / positive outranking
nantinya dijadikan sebagai alternatif dengan
lima kriteria penilaian. Unit perusahaan atau
flow
𝜑 − (𝑎) = entering flow / negative outranking
alternatif yang digunakan ditunjukkan pada
Tabel 1.
flow
Tabel 1. Alternatif (unit perusahaan)
2.2. Borda
Kode Alternatif Nama Unit
Metode Borda adalah metode pemilihan A1 DJA I
posisi yang relatif sederhana untuk menentukan A2 DJA II
peringkat alternatif dengan mengevaluasi jumlah A3 DJA III
total poin yang ditetapkan untuk masing-masing A4 DJA IV
A5 DJA V
alternatif (Lansdowne & Woodward, 1996). A6 DJA VI
Dalam metode voting Borda, masing-masing
pengambil keputusan (decision maker) Sedangkan kriteria penilaian yang
menempatkan alternatif pilihan ke dalam digunakan dapat dilihat pada Tabel 2.
peringkat. Jika ada n alternatif pilihan, peringkat Tabel 2. Kriteria penilaian
pertama memiliki poin sebesar (n-1), peringkat Kode Kriteria Nama Kriteria
kedua memiliki poin sebesar (n–2), dan C1 Keuangan dan pasar
seterusnya, hingga peringkat terakhir memiliki C2 Fokus pelanggan
poin sebesar 0 (Lansdowne & Woodward, C3 Efektifitas produk dan proses
1996). Poin-poin yang dimiliki setiap alternatif C4 Fokus tenaga kerja
C5 Kepemimpinan, tata kelola, dan
dari masing-masing pengambil keputusan
tanggungjawab kemasyarakatan
dijumlahkan untuk menentukan pemenang.
Alternatif yang mendapat poin terbanyak 2.4. Pemodelan Sistem Pendukung
dianggap sebagai alternatif terbaik (Wang & Keputusan Kelompok (SPKK)
Leung, 2004). Perhitungan jumlah poin Borda Terdapat beberapa tahapan pada pemodelan
dapat dihitung dengan Persamaan 2.13. sistem pendukung keputusan kelompok untuk

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 7343

penilaian kinerja unit perusahaan menggunakan A


metode PROMETHEE II dan Borda. Tahapan-
tahapan tersebut yaitu:
Menentukan deviasi berdasarkan
1. Masing-masing decision maker mem- perbandingan berpasangan
berikan bobot pada setiap kriteria penilaian.
2. Bobot tersebut kemudian diproses meng- Penerapan Fungsi Preferensi
gunakan metode PROMETHEE II pada
setiap decision maker dengan tujuan
Menghitung Indeks Preferensi
memperoleh hasil perangkingan setiap
decision maker.
3. Hasil perangkingan setiap decision maker Perhitungan PROMETHEE I
Partial Ranking
diolah menggunakan metode Borda untuk
mendapatkan hasil akhir atau keputusan
kelompok. Perhitungan PROMETHEE II
Complete Ranking
Gambaran pemodelan sistem pendukung
keputusan kelompok untuk penilaian kinerja unit Perangkingan Alternatif
perusahaan ditunjukkan pada Gambar 7.
Direktur I (DM 1) Direktur II (DM 2) Selesai

Gambar 8. Diagram alir PROMETHEE II


PROMETHEE II PROMETHEE II Metode Borda digunakan untuk
pengambilan keputusan kelompok ber-dasarkan
Borda
beberapa decision maker (DM). Berikut
web merupakan diagram algoritme metode Borda
yang ditunjukkan pada Gambar 9.
Hasil
Mulai
Gambar 7. Pemodelan sistem pendukung keputusan
kelompok penilaian kinerja unit Hasil rangking DM1, Hasil rangking DM2
2.5. Perancangan Algoritme
Metode yang digunakan dalam penelitian Memberikan Poin setiap Alternatif
ini yaitu PROMETHEE II dan metode Borda. pada masing-masing Decision Maker
Untuk memudahkan dalam memahami proses
perhitungan digunakan diagram alir algoritme Menjumlahkan Poin setiap Alternatif
PROMETHEE II yang ditunjukkan pada dari semua Decision Maker
Gambar 8.
Perangkingan Alternatif
Mulai

Output: Hasil Perangkingan


Data konversi alt, Bobot Kriteria Kelompok

Selesai
A

Gambar 9. Diagram alir Borda

3. PENGUJIAN DAN ANALISIS


Pengujian yang digunakan adalah
pengujian akurasi. Akurasi merepresentasikan
kedekatan atau kesesuaian nilai hasil
pengukuran terhadap nilai yang sebenarnya.
Perhitungan pengujian akurasi ditunjukkan pada
Persamaan (14).

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 7344
∑ 𝑑𝑎𝑡𝑎 − ∑ 𝑑𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑎𝑖 Tabel 4.Tingkat kepentingan pada pengujian bobot 1
𝑎𝑘𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖 = ∑ 𝑑𝑎𝑡𝑎
× 100% (14)
Bobot DM1 DM2
Pengujian dilakukan dengan cara Tingkat kepentingan 1 C3 > C1 > C2 C1 > C2 > C3
membandingkan hasil keputusan kelompok > C4 = C5 > C4 = C5
yaitu jumlah poin borda dengan skor KPI yang Tingkat kepentingan 2 C3 > C1 > C2 C1 > C2 > C3
> C4 > C5 > C4 > C5
diperoleh dari PJT 1 Malang. Penilaian kinerja Tingkat kepentingan 3 C3 > C1 > C4 C1 > C2 > C4
unit menggunakan KPI memiliki dua rentang > C2 > C5 > C3 > C5
nilai dalam pencapaian kinerja, yaitu untuk skor
a. Tingkat kepentingan 1
KPI kurang dari 100 maka pencapaian kinerja
yang diperoleh adalah “Tidak Tercapai”, Pada pengujian ini menggunakan tingkat
sehingga jika skor KPI lebih atau sama dengan kepentingan bobot pada masing-masing DM
100 maka pencapaian kinerjanya adalah yaitu C3 > C1 > C2 > C4 dan C4 = C5 untuk
“Tercapai”. DM1, dan tingkat kepentingan bobot pada DM2
adalah C1 > C2 > C3 > C4 dan C4 = C5. Grafik
Pengujian pada penelitian ini mengusulkan
pengujian bobot pada tingkat kepentingan 1
lima range nilai untuk mencapai pencapaian
ditunjukkan pada Gambar 10.
kinerja yang didasarkan pada jumlah alternatif.
Penentuan range ini bertujuan untuk mengetahui 100
batas nilai dalam pencapaian kinerja sehingga 90
dapat dikatakan kinerja “Tercapai” atau “Tidak
AKURASI (%)
80
Tercapai”. Penentuan range pencapaian kinerja
70
ditunjukkan Tabel 3.
60
Tabel 3. Range skor Borda dan range KPI
50
Prestasi Kinerja
Range Skor 40
Tidak Tercapai Tercapai
R1 R2 R3 R4 R5
Range 1 0−1 2 – 10
Range 2 0–2 3 – 10 RANGE
Range 3 0–3 4 – 10 w1 w2 w3 w4 w5
Range 4 0–4 5 – 10
Range 5 0–5 6 – 10 Gambar 10. Rata-rata akurasi tingkat kepentingan 1
Range KPI < 100 ≥ 100
b. Tingkat kepentingan 2
Pengujian dilakukan dalam dua tahapan
yaitu pengujian bobot dan pengujian jumlah Pada pengujian ini menggunakan tingkat
data. kepentingan bobot pada masing-masing DM
yaitu C3 > C1 > C2 > C4 > C5.untuk DM1, dan
3.1. Pengujian Bobot tingkat kepentingan bobot pada DM2 adalah C1
Pengujian bobot dibagi dalam dua skenario > C2 > C3 > C4 > C5. Grafik pengujian bobot
yaitu skenario uji coba 1 dan skenario uji coba 2. pada tingkat kepentingan 2 ditunjukkan pada
3.1.1. Skenario Uji Coba 1 Gambar 11.
Skenario uji coba pertama dilakukan 100
dengan mengubah bobot pada masing-masing 90
AKURASI (%)

Decision Maker (DM) dengan mengacu pada 80


bobot KPI PJT 1 Malang dan pembobotan pada 70
unit eksternal perusahaan. DM1 merupakan
60
Direktur I yang menangani unit eksternal
sehingga penentuan bobot mengacu pada 50
pembobotan unit eksternal. DM2 merupakan 40
R1 R2 R3 R4 R5
Direktur II yang menangani unit internal
sehingga penentuan bobot didasarkan pada RANGE
w1 w1 w3 w4 w5
pembobotan pada PJT 1 Malang.
3.1.1.1 Pengujian Bobot 1 Gambar 11. Rata-rata akurasi tingkat kepentingan 2
Pada pengujian bobot 1 terdiri atas tiga c. Tingkat kepentingan 3
macam tingkat kepentingan bobot masing-
masing DM. Tingkat kepentingan tersebut Pada pengujian ini menggunakan tingkat
ditunjukkan pada Tabel 4. kepentingan bobot pada masing-masing DM
yaitu C3 > C1 > C4 > C2 > C5 untuk DM1, dan

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 7345

tingkat kepentingan bobot pada DM2 adalah C1 100


> C2 > C4 > C3 > C5. Grafik pengujian bobot
pada tingkat kepentingan 3 ditunjukkan pada 90

AKURASI (%)
Gambar 12. 80
100 70
90 60
AKURASI (%)

80
50
70 R1 R2 R3 R4 R5
60 RANGE
50 w1 w2 w3 w4 w5
40
R1 R2 R3 R4 R5
Gambar 14. Rata-rata akurasi tingkat kepentingan 5
RANGE 3.1.1.3. Pengujian Bobot 3
w1 w2 w3 w4 w5
Pada pengujian ini menggunakan tingkat
Gambar 12. Rata-rata akurasi tingkat kepentingan 3
kepentingan bobot pada masing-masing DM
yaitu C1 > C3 > C2 ≥ C4 > C5 untuk DM1, dan
3.1.1.2. Pengujian Bobot 2 tingkat kepentingan bobot pada DM2 adalah C1
Pada pengujian bobot 2 dibagi menjadi dua > C3 > C2 dan C4 = C5. Grafik pengujian bobot
tingkat kepentingan yaitu: pada tingkat kepentingan 6 ditunjukkan pada
a. Tingkat kepentingan 4 Gambar 15.
Pada pengujian ini menggunakan tingkat 100
kepentingan bobot pada masing-masing DM 90
yaitu C3 > C1 > C2 > C4 dan C4 = C5 untuk
AKURASI (%)

80
DM1, dan tingkat kepentingan bobot pada DM2
adalah C1 > C3 > C2 > C4 dan C4 = C5. Grafik 70
pengujian bobot pada tingkat kepentingan 4 60
ditunjukkan pada Gambar 13.
50
100 R1 R2 R3 R4 R5
90 RANGE
w1 w2 w3 w4 w5
AKURASI (%)

80
70 Gambar 15. Rata-rata akurasi tingkat kepentingan 6
60
Berdasarkan pengujian bobot pada tingkat
50 kepentingan ke-1 sampai ke-6 yang telah
40 dilakukan pada skenario pertama, dapat
R1 R2 R3 R4 R5
disimpulkan bahwa akurasi tertinggi dicapai
RANGE pada range 1. Semakin tinggi range yang
w1 w2 w3 w4 w5 digunakan maka akurasi yang didapat semakin
menurun. Akurasi terbaik yang diperoleh yaitu
Gambar 13. Rata-rata akurasi tingkat kepentingan 4 sebesar 83,3333% pada tingkat kepentingan 4.
b. Tingkat kepentingan 5 3.1.2. Skenario Uji Coba 2
Pada pengujian ini menggunakan tingkat Uji coba skenario kedua dilakukan dengan
kepentingan bobot pada masing-masing DM mengkombinasikan bobot DJA yang telah
yaitu C3 > C1 > C2 > C5 > C4 untuk DM1, dan ditetapkan pada setiap unit perusahaan.
tingkat kepentingan bobot pada DM2 adalah C1 Sehingga terdapat enam kombinasi bobot untuk
> C3 > C2 ≥ C4 > C5. Grafik pengujian bobot penentuan bobot pada DM1 dan DM2.
pada tingkat kepentingan 5 ditunjukkan pada a. DJA I dan DJA II-IV
Gambar 14. b. DJA I dan DJA V
c. DJA I dan DJA VI
d. DJA II-IV dan DJA V
e. DJA II-IV dan DJA VI

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 7346

f. DJA V dan DJA VI Berdasarkan grafik pada Gambar 17


Keenam kombinasi bobot di atas kemudian menunjukkan bahwa akurasi terbaik sebesar
dihitung nilai akurasi pada setiap range yang 86,1111% dicapai pada saat menggunakan data
ditunjukkan pada Tabel 3 sehingga didapatkan uji dengan jumlah 36. Besar kecilnya akurasi
rata-rata akurasi selama satu tahun pada setiap yang didapatkan dipengaruhi oleh persebaran
range. Grafik hasil uji coba bobot pada skenario data yang digunakan kurang merata. Hal ini
1 ditunjukkan pada Gambar 16. mengakibatkan akurasi yang dicapai mengalami
100
kondisi fluktuatif.

90 4. KESIMPULAN
AKURASI (%)

80 Berdasarkan hasil penelitian yang telah


dilakukan pada sistem pendukung keputusan
70
kelompok penilaian kinerja unit perusahaan
60 menggunakan metode PROMETHEE II dan
Borda, maka kesimpulan yang didapatkan
50
RANGE 1 RANGE 2 RANGE 3 RANGE 4 RANGE 5 adalah metode PROMETHEE II dan Borda
RANGE dapat diterapkan untuk penilaian kinerja unit
w1 w2 w3 w4 w5 w6 perusahaan di PJT 1 Malang.
Berdasarkan hasil analisis pengujian bobot,
Gambar 16. Rata-rata akurasi kombinasi bobot DJA akurasi terbaik diperoleh pada percobaan ke-3,
Berdasarkan Grafik 16 dapat disimpulkan ke-4 dan ke-5 pada tingkat kepentingan bobot
bahwa ketika range dinaikkan, maka akurasi keempat sebesar 83,3333% dengan
cenderung menurun. Sehingga dapat dikatakan menggunakan range 1. Semakin besar range
akurasi terbaik dicapai ketika menggunakan yang digunakan, maka akurasi yang diperoleh
range 1. Akurasi tertinggi dicapai pada semakin menurun. Tingkat kepentingan bobot
percobaan bobot w3, w4, dan w5 sebesar 75%. kriteria pada C1 dan C3 mempunyai pengaruh
yang besar pada masing-masing decision maker.
3.2. Pengujian Jumlah Data Sedangkan berdasarkan hasil analisis pengujian
Pengujian jumlah data dilakukan untuk jumlah data diperoleh akurasi tertinggi sebesar
mengetahui akurasi terbaik berdasarkan jumlah 86,1111% pada saat menggunakan data uji
data uji yang digunakan. Pengujian dilakukan sebanyak 36 data. Akurasi mengalami kondisi
pada beberapa kali percobaan dengan jumlah fluktuatif dikarenakan persebaran data uji yang
data uji sebanyak 18, 36, 54, dan 72. Bobot kurang merata.
terbaik dan range terbaik pada pengujian
sebelumnya digunakan untuk menguji jumlah 5. SARAN
data. Bobot yang digunakan ditunjukkan pada Saran yang dapat disampaikan untuk
Tabel 5. pengembangan penelitian selanjutnya adalah:
Tabel 5. Bobot terbaik pada pengujian bobot a. Sistem dapat menambahkan kriteria
C1 C2 C3 C4 C5 penilaian beserta sub kriteria apabila terjadi
DM1 0,350 0,150 0,400 0,050 0,050 penambahan kriteria kedepannya. Penentuan
DM2 0,400 0,150 0,350 0,050 0,050 bobot kriteria dapat dilakukan menggunakan
Grafik pengujian jumlah data ditunjukkan salah satu metode pembobotan.
pada Gambar 17. b. Sistem dapat melakukan penilaian kinerja
unit semua perusahaan, baik unit internal
100 86,11111 83,33333
maupun eksternal. Sehingga unit perusahaan
77,77777 111 79,62962 yang memiliki tupoksi yang tidak serupa
90 333
963
Akurasi (%)

778 dapat dinilai berdasarkan kriteria yang telah


80
disediakan.
70 c. Untuk pengembangan penelitian selanjutnya
60 dapat digunakan metode Multi Criteria
50 Decision Making lainnya. Metode voting
18 36 54 72 lainnya juga dapat dilakukan pada penelitian
Jumlah Data selanjutnya.
Gambar 17. Grafik akurasi pengujian jumlah data

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 7347

6. DAFTAR PUSTAKA Simple Majority Principle. Public Choice,


28(1), pp. 79-88.
Akafpour, A. & Hamidi, N., 2013. Improved
techniques PROMETHEE preference for Giurca, I., Aschilean, I., Safirescu, C. O. &
the changed conditions. Technical Journal Muresan, D., 2014. Choosing Photovoltaic
of Engineering and Applied Sciences, pp. Panels Using the PROMETHEE Method.
3681-3687. Bucharest, In Proceedings Of The 8th
International Management Conference.
Ali, G., 2013. Sistem Pendukung Keputusan
Penentuan Jabatan Struktural Imandasari, T. & Windarto, A. P., 2017. Sistem
Menggunakan Metode PROMETHEE. Pendukung Keputusan dalam
Eksplora Informatika, pp. 181-192. Merekomendasikan Unit Terbaik di
PDAM Tirta Lihou Menggunakan Metode
Apriliani, D., Adi, K. & Gernowo, R., 2015.
PROMETHEE. Jurnal Teknologi dan
Implementasi Metode Promethee dan
Sistem Komputer, V(4), pp. 159-165.
Borda Dalam Sistem Pendukung
Keputusan Pemilihan Lokasi Pembukaan Lansdowne, L. F. & Woodward, B. S., 1996.
Cabang Baru Bank. Jurnal Sistem Applying the Borda Ranking Method.
Informasi Bisnis, pp. 145-150. SPRING: Air Force Journal & Logistics,
XX(2), pp. 27-29.
Arsita, R., 2013. Sistem Pendukung Keputusan
Penerima Jaminan Kesehatan Masyarakat Newenhizen, J. V., 1992. The Borda Method Is
(JAMKESMAS) dengan Metode Most Likely to Respect the Condorcet
PROMETHEE (Studi Kasus: Tegal Sari Principle. Springer, 2(1), pp. 69-83.
Mandala-I). Pelita Informatika Budi
Prabowo, F. H., 2011. Penerapan Metode
Darma, IV(2), pp. 1-9.
PROMETHEE dalam Menentukan
Behzadian, M., Kazemzadeh, R. B., Albadvi, A. Prioritas Pinjaman Kredit Pemilikan
& Aghdasi, M., 2009. PROMETHEE: A Rumah (KPR IB) Kepada Nasabah
Comparison Literature Review on Debitur. pp. 1-13.
Methodologies and Applications.
Wang, C. W. & Leung, H. L., 2004. A secure and
European Journal of Operational
fully private borda voting protocol with
Research 200 (2010), pp. 198-215.
universal verifiability. s.l., COMPSAC.
Brans, J. P. & Vincke, P. H., 1985. A Preference
Widodo, I., 2011. Analisis Kinerja Perusahaan
Ranking Organization Method (The
dengan Menggunakan Pendekatan
Promethee Method for Multiple Criteria
Balanced Scorecard (Studi Kasus Pada
Decision Making). Management Scient,
Perusahaan Mebel PT. Jansen Indonesia).
31(6), pp. 647-656.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Brans, J. P., Vincke, P. & Mareschal, B., 1986.
Zudia, M., 2010. Analisis Penilaian Kinerja
How to Select and How to Rank Projects:
Organisasi dengan Menggunakan Konsep
The PROMETHEE Method. European
Balanced Scorecard pada PT Bank Jateng
Journal of Operational Research, pp. 228-
Semarang. Semarang: Universitas
238.
Diponegoro.
Doumpos, M. & Zoponudis, C., 2010. A
multicriteria decision support system for
bank rating. Decision Support Systems,
Issue 50, pp. 50-63.
Estuningsari, E. R., Setyanto, N. W. & Efranto,
R. Y., 2013. Pengukuran Kinerja
Perusahaan Berbasis Kriteria Penilaian
Kinerja Unggul (KPKU) BUMN (Studi
Kasus: Perum Jasa Tirta 1 Malang). pp.
476-487.
Fishburn, P. C. & Gehrlein, W. V., 1976. Borda's
Rule, Positional Voting, and Condorcet's

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya

Anda mungkin juga menyukai