PERJANJIAN KERJASAMA
ANTARA
BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT
BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH
BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN KUNINGAN
BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN CIAMIS.
BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN CILACAP
KANTOR PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DAN
PEMADAM KEBAKARAN KOTA CIREBON
DINAS SOSIAL PEMERINTAH KABUPATEN CIREBON
BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BREBES
BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJAR
BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA
BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN
TENTANG
PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI WILAYAH PERBATASAN
PROVINSI JAWA BARAT DENGAN PROVINSI JAWA TENGAH
: 800/1238/UMPEG-BPBD/XII/2016
019.6/7688/2016
_PKS/38/2016 Z
360/Kpts.692-Huk/2016
360/74/39/2016
NOMOR +: 360/PKS.11-KPBD/2016
19 Tahun 2016
360/02857/2016
073/Kjs.23a-Huk/2016
11 Tahun 2016
_380/1420.N/umum/2016 _
Pada hari ini Jum’at tanggal 9 bulan Desember tahun dua ribu enam belas (9 -12 -
2016) bertempat di Hotel Zamrud Kota Cirebon kami yang bertanda tangan di bawah ini :
1, R, HARYADI : Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan
WARGADIBRATA Bencana Daerah Provinsi_ Jawa Barat,
berkedudukan di Bandung, Jalan Soekarno
Hatta Nomor 629, berdasarkan Surat Kuasa
Khusus Gubernur Jawa Barat Nomor
119/83/Otdaksm Tanggal 25 November
2016, dalam hal ini bertindak untuk dan atas
nama Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat,
selanjutnya disebut PIHAK KESATU,
2. SARWA PRAMANA : Kepala —Pelaksana_=—Harian. Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi
Jawa Tengah, berkedudukan di Semarang,
Jalan Imam Bonjol Nomor 1 F, berdasarkan
Surat Kuasa Khusus Gubernur Jawa Tengah
Nomor 019.5/0019264 = Tanggal 21
November 2016, dalam hal ini bertindak untukAGUS MAULUDIN
H. DICKY ERWIN JULIADY
TRI KOMARA SIDHY
WDAYANTO.
ADAM NURIDIN
H. MARYONO.
EKO ANDALAS MUCTHI
dan atas nama Pemerintah Daerah Provinsi
Jawa Tengah, selanjutnya disebut PIHAK
KEDUA.
: Kepala Badan Penanggulangan Bencana
Daerah Kabupaten Kuningan, berkedudukan di
Kuningan, Jalan Jenderal Soedirman Nomor
80, berdasarkan Surat Kuasa Khusus Bupati
Kuningan Nomor 04 tahun 2016 Tanggal 24
Oktober 2016, dalam hal ini bertindak untuk.
dan atas nama Pemerintah Daerah Kabupaten
Kuningan, selanjutnya disebut PIHAK KETIGA.
: Kepala Badan Penanggulangan _Bencana
Daerah Kabupaten Ciamis, berkedudukan di
Ciamis, Jalan R.AA Sastrawinata Nomor 3,
berdasarkan Surat Kuasa_ Khusus Bupati
Ciamis Nomor 824/1144-UM/2016 Tanggal
17 Oktober 2016, dalam hal ini bertindak
untuk dan atas nama Pemerintah Daerah
Kabupaten Ciamis, selanjutnya disebut PIHAK
KEEMPAT.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana
Daerah Kabupaten Cilacap, berkedudukan di
Cilacap, Jalan Swadaya Nomor 20,
berdasarkan Surat Kuasa Khusus Bupati
Cilacap Nomor 360/6902/39 Tanggal 18
Oktober 2016, dalam hal ini bertindak untuk
dan atas nama Pemerintah Daerah Kabupaten
Cilacap, selanjutnya disebut PIHAK KELIMA.
: Kepala Kantor Penanggulangan Bencana,
Daerah dan Pemadam Kebakaran Kota
Girebon, berkedudukan di Cirebon, Jalan
Terusan Pemuda Nomor 6, berdasarkan Surat
Kuasa Khusus Wali Kota Cirebon Nomor
360/006-Adm-Pem Tanggal 23 September
2016, dalam hal ini bertindak untuk dan atas
nama Pemerintah Daerah Kota Cirebon,
selanjutnya disebut PIHAK KEENAM.
Kepala Dinas Sosial Kabupaten Cirebon,
berkedudukan di Sumber, Jalan Sunan Drajat
Nomor 16, berdasarkan Surat Kuasa Khusus
Bupati Cirebon Nomor 119/4073/Dinsos
Tanggal 9 Desember 2016 dalam hal ini
bertindak untuk dan atas nama Pemerintah
Daerah Kabupaten Cirebon, _selanjutnya
disebut PIHAK KETUJUH.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana
Daerah Kabupaten Brebes, berkedudukan di
Brebes, Jalan Jenderal Soedirman Nomor 165,9. RUSMAWAN.
berdasarkan Surat Kuasa_ Khusus Bupati
Brebes Nomor 360/02857/2016 Tanggal 28
Oktober 2016, dalam hal ini bertindak untuk
dan atas nama Pemerintah Daerah Kabupaten
Brebes, selanjutnya —disebut_—-PIHAK
KEDELAPAN.
: Kepala Badan Penanggulangan _Bencana
Daerah Kota Banjar, berkedudukan di Banjar,
Jalan Ir. Purnomosidi Nomor 3, berdasarkan
Surat Kuasa Khusus Bupati Brebes Nomor
119/1499/BPBD Tanggal 7 Oktober 2016,
dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama
Pemerintah Daerah Kota Banjar, selanjutnya
disebut PIHAK KESEMBILAN.
10. TATANG RAHMAT Kepala Badan Penanggulangan _Bencana
Daerah Kabupaten Majalengka, berkedudukan
di Majalengka, Jalan Gerakan Koperasi Nomor
43, berdasarkan Surat Kuasa Khusus Bupati
Brebes Nomor 6 Tahun 2016 Tanggal 22
Oktober 2016, dalam hal ini bertindak untuk
dan atas nama Pemerintah Daerah Kabupaten
Brebes, selanjutnya disebut_—-PIHAK
KESEPULUH,
11. H.. NANA RUHENA Kepala Badan Penanggulangan Bencana
Daerah Kabupaten Pangandaran,
Berdasarkan
1
berkedudukan di Pangandaran, Jalan Raya
Pangandaran Parigi KM 14, berdasarkan Surat
Kuasa_ Khusus Bupati Brebes Nomor
360/992.K/UMUM/2016 Tanggal 30
September 2016, dalam hal ini bertindak
untuk dan atas nama Pemerintah Daerah
Kabupaten Brebes, selanjutnya disebut PIHAK
KESEBELAS.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi
Jawa Tengah (Himpunan Peraturan-Peraturan Negara Tahun 1950
Halaman 86-92);
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi
Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia tanggal 4 Juli 1950) jo.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Jakarta
Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 31
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 15)
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik
Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor
93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4744) dan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi10.
i.
ey
Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor
. 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2757);--
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-
Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa Tengah
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun
1965 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Batang dengan
mengubah Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi
Jawa Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965
Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4010);
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-
Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa Barat (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 1950); Sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan
Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan mengubah
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-
Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa Barat (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2851) ;-~
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3046) ;
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota
Tasikmalaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001
Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Noor
4117) ;-
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kota
Banjar di Provinsi Jawa Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2002_Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republi
Indonesia Nomor 4246) ;
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4421) ;
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438)
Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4441);
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana;
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68,
~ Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725) ;~
13. Unddng-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967) ;
14.Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4988) ;
15.Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi
Pembangunan untuk Kepentingan Umum (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5280) ; -
16.Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2012 tentang Pembentukan
Kabupaten Pangandaran di Provinsi Jawa Barat (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 230, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5363) ;
17. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun
2015 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah;:
18. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 30, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4638)
19.Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Kerjasama Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4761) ;
20. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4828) ;:
21.Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan
Pengelolaan Bantuan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4829) ;-~
22.Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2008 tentang Peran Serta
Lembaga Internasional dan Lembaga Non Pemerintahan dalam
Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4830)
23.Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4833) ~
24-Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
. Barang Milik Negara/Daerah;
25.Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama
Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastrukur;
26.Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional
Penanggulangan Bencana;~
27.Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor
148 Tahun 2015 tentang Perubahaan keempat atas Peraturan Presiden
Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah
Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum;
28.Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah, sebagaimana telah
diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4
Tahun 2015. tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang / Jasa
Pemerintah;~
29.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2006 tentang
Kewaspadaan Dini Masyarakat di Daerah;
30.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2006 tentang
Pedoman Umum Mitigasi Bencana;
31.Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21 Tahun 2007 tentang
Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi
dan Kawasan Rawan Gempa Bumi;~
32.Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 22 Tahun 2007 tentang
Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana Longsor;
33.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2007 tentang
Pedoman Penyiapan Sarana dan Prasarana dalam Penanggulangan
Bencana;
34.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Petunjuk Teknis Tata Cara Kerjasama Daerah
35.Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 3
Tahun 2008 tentang Pedoman Pembentukan Badan Penanggulangan
Bencana Daerah;
36.Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 2012
tentang Petunjuk Teknis Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk
Kepentingan Umum sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomer 6 Tahun 2015 tentang Perubahaan atas Peraturan Kepala
Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 2012 tentang Petunjuk
Teknis Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan
Umum,Memperhatikan
37.Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 11 Tahun 2009 tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (Lembaran Daerah Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2009);~
38.Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (Lembaran Daerah Provinsi
Jawa Barat Tahun 2010 Nomor 2 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah
Provinsi Jawa Barat Nomor 69).~
1. Naskah Kesepakatan Bersama Pemerintah Provinsi Jawa Barat,
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Pemerintah Kabupaten Kuningan,
Pemerintah Kabupaten. Ciamis, Pemerintah Kabupaten Cilacap,
Pemerintah Kabupaten Brebes, Pemerintah Kota Banjar, Pemerintah
Kabupaten Majalengka, Pemerintah Kabupaten Pangandaran,
Pemerintah Kota Cirebon, dan Pemerintah Kabupaten Cirebon, Nomor
119/15/Otdaskm, Nomor 131/201, Nomor 130.1/1599/Tapem, Nomor
32 Tahun 2011, Nomor 120.23/KB.10-Bappeda/2011, Nomor 9 Tahun
2011, Nomor 181/8-Huk/2011, Nomor 119/1097/Umum, Nomor
136/01030A/2011 dan Nomor 050/143/04/2011 tentang Kerjasama
Pembangunan Daerah Perbatasan Provinsi Jawa Barat dan Jawa
Tengah.
2. Naskah Keputusan Bersama Gubernur Jawa Barat, Gubernur Jawa
Tengah, Bupati Kuningan, Bupati Cirebon, Wali Kota Cirebon, Bupati
Ciamis, Bupati Cilacap, Wali Kota Banjar, Bupati Brebes, dan Bupati
Majalengka, Nomor 073/1137/Otdaskm, Nomor 019.6/4 Tahun 2013,
Nomor 01 Tahun 2012, Nomor 01 Tahun 2012, Nomor 01 Tahun 2012,
Nomor 134/01-Huk/2012, Nomor 100/221/03/2012, Nomor 134/KPTS
69a-Huk/2012, Nomor 162 A Tahun 2012, Nomor 173 A Tahun 2012
tentang Pembentukan Badan Kerjasama Antar Daerah Perbatasan Jawa
Barat, Jawa Tengah, Kuningan, Cirebon, Ciamis, Cilacap, Majalengka,
Brebes dan Banjar. Gubernur Jawa Barat, Gubernur Jawa Tengah,
Bupati Kuningan, Bupati Cirebon, Wali Kota Cirebon, Bupati Ciamis,
Bupati Cilacap, Wali Kota Banjar, Bupati Brebes, dan Bupati
Majalengka.
3. Naskah Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat Nomor 120.1/4877/2010 dan
Nomor 119/663/Pem/2010 tentang Perencanaan Program
Penyelenggaraan Pembangunan Daerah Perbatasan Antara Pemerintah
Provinsi Jawa Tengah dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat.PIHAK KESATU, PIHAK KEDUA, PIHAK KETIGA, PIHAK KEEMPAT, PIHAK KELIMA,
PIHAK KEENAM, .PIHAK KETUJUH, PIHAK KEDELAPAN, PIHAK KESEMBILAN,
PIHAK KESEPULUH, dan PIHAK KESEBELAS yang selanjutnya secara bersama-sama
dalam Perjanjian Kerjasama ini disebut PARA PIHAK
PARA PIHAK terlebih dahulu menerangkan hal-hal sebagai berikut :
1, Bahwa secara geologis, demografis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya,
politik, ekonomi, dan teknologi, Daerah/wilayah perbatasan PARA PIHAK merupakan
Daerah/wilayah rawan bencana yang dapat menimbulkan koran jiwa, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda serta dampak psikologis, sehingga diperlukan upaya
dan penanggulangan bencana secara sistematis, terencana, terkoordinir dan terpadu.
2. Bahwa upaya dan penanggulangan bencana dimaksud, dilaksanakan untuk memberikan
perlindungan optimal kepada masyarakat di Daerah/wilayah perbatasan PARA PIHAK
dari ancaman bencana mulai dari tahapan pra bencana, saat tanggap darurat, dan pasca
bencana.
3. PARA PIHAK berkomitmen untuk memberikan perlindungan dan penanganan atas
risiko bencana yang sewaktu-waktu dapat terjadi, sebagaimana amanat Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, untuk bersinergi dalam
penanganan penanggulangan bencana yang terintegrasi dan berkesinambungan
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, sesuai kedudukan dan kewenangan masing-
masing, PARA PIHAK sepakat untuk melakukan Perjanjian Kerjasama_ tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana di Wilayah Perbatasan Provinsi Jawa Barat
dengan Provinsi Jawa Tengah (selanjutnya disebut Perjanjian Kerjasama), dengan
ketentuan dan syarat-syarat sebagai berikut
Pasal 1
KETENTUAN UMUM
Sepanjang tidak diartikan lain secara tegas dalam pasal yang bersangkutan, maka
pengertian beberapa istilah dalam Perjanjian Kerjasama ini harus ditafsirkan sebagai berikut
1. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) adalah Lembaga Pemerintah Non
Kementerian (LPNK) yang dipimpin oleh Kepala Badan yang _berwenang
menyelenggarakan penanggulangan bencana pada tingkat nasional..
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Provinisi Jawa Barat, Pemerintah Daerah
Provinsi Jawa Tengah, Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan, Pemerintah Daerah
Kabupaten Ciamis, Pemerintah Daerah Kota Cirebon, Pemerintah Daerah Kabupaten
Cirebon, Pemerintah Daerah Kabupaten Cilacap, Pemerintah Daerah Kabupaten Brebes,
Pemerintah Daerah Kota Banjar, Pemerintah Daerah Kabupaten Majalengka dan
Pemerintah Daerah Kabupaten Pangandaran.
3. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara selanjutnya disingkat APBN adalah Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara yang bersumber dari Pemerintah.
4. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah selanjutnya disingkat APBD adalah Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah yang bersumber dari Pemerintah Daerah yang
melakukan kerjasama.10.
iL
12.
1B.
14.
15.
16.
17.
18.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah, selanjutnya disebut BPBD adalah Perangkat
Daerah yang dibentuk untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi Penanggulangan
Bencana di Daerah.
Daerah rawan bencana adalah daerah yang memiliki kondisi atau karakteristik geologis,
demografis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan
teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi
kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan
untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu.
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan /
atau faktor non alam maupun faktor manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta
benda dan dampak psikologis.
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung
meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal _modernisasi,
epidemic dan wabah penyakit.
Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok
atau antar Komunitas masyarakat dan teror.
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi
penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan
pencegahan bencana, tanggap darurat dan rehabilitasi
Kegiatan Pencegahan Bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai
upaya untuk menghilangkan dan / atau mengurangi ancaman bencana.
Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu
wilayah dan kurun waktu tertentu, berupa kematian, Iuka, sakit, jiwa terancam,
hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta benda, dan
gangguan terhadap kegiatan masyarakat.
Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi
bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya
guna.
Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin
kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh
lembaga yang berwenang.
Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi Risiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi
ancaman bencana.
Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera
pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang
meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi Korban, harta benda, pemenuhan
kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan
prasarana dan sarana.
Pemulihan adalah serangkaian kegiatan untuk mengembalikan kondisi masyarakat dan
lingkungan hidup yang terkena bencana dengan memfungsikan kembali kelembagaan,
prasarana, dan sarana dengan melakukan upaya rehabilitasi.19.
20.
a4.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
ay
2)
Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau
masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana dengan sasaran
utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan
kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencana.
Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana, kelembagaan
pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat
dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan
budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat
dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pascabencana
Ancaman bencana adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan
bencana.
Rawan bencana adalah Kondisi atau karakteristik geologis, biologis, Klimatologis,
geografis, sosial budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk
jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai
kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya
tertentu.
Bantuan darurat bencana adalah upaya memberikan bantuan untuk memenuhi
kebutuhan dasar pada saat keadaan darurat.
Bantuan tanggap darurat bencana adalah bantuan untuk memenuhi kebutuhan dasar
pada saat keadaan darurat.
Status keadaan darurat bencana adalah suatu keadaan yang ditetapkan oleh
pemerintah untuk jangka waktu tertentu atas dasar rekomendasi badan yang diberi
tugas untuk menanggulangi bencana.
Kejadian luar biasa yang selanjutnya disebut KLB adalah status yang diterapkan untuk
mengklarisifikasikan peristiwa merebaknya suatu wabah penyakit yang ditandai dengan
kejadian meningkatnya kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemilogis
pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.
Dana penanggulangan bencana adalah dana yang digunakan bagi penanggulangan
bencana untuk tahap prabencana, saat tanggap darurat, pemulihan segera (early
recovery) dan/atau pasca bencana.
Pasal 2
MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud Perjanjian Kerjasama ini adalah mensinergikan_Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana oleh PARA PIHAK yang terpadu, sistematis, cepat, tepat,
akurat, terkoordinatif, berkesinambungan dan akuntabel, pada tahapan pra bencana,
saat bencana dan pasca bencana.
Tujuan Perjanjian Kerjasama ini adalah :
a. Terselenggaranya Penanggulangan Bencana yang terencana, terpadu, terkoordinasi
dan menyeluruh dalam rangka memberikan perlindungan kepada masyarakat dari
ancaman, risiko dan dampak bencana;
b. Memperkuat Kelembagaan Penyelenggara Penanggulangan Bencana; dan
c. Meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat.Pasal 3
OBJEK
Objek Perjanjian *Kerjasama ini adalah Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana di
Wilayah Perbatasan Provinsi Jawa Barat dengan Provinsi Jawa Tengah.
Pasal 4
RUANG LINGKUP.
Ruang Lingkup Perjanjian Kerja Sama ini yaitu sebagai berikut :
1. Perencanaan dan penganggaran Penanggulangan Bencana, meliputi :
a. penetapan Rencana Program Kegiatan Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
PARA PIHAK ; dan
b. penganggaran Program Kegiatan Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana PARA
PIHAK .
2. Program Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, meliputi :
a. Tahapan Pra Bencana Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan, meliputi :
1) Perencanaan penanggulangan bencana;
2) Pengurangan risiko bencana;
3) Pencegahan;
4) Kesiapsiagaan;
5) Peringatan dini;
6) Mitigasi;
7) Pemaduan dengan perencanaan pembangunan;
8) Pendidikan dan pelatihan; dan
9) Penelitian dan pengembangan di bidang kebencanaan.
b. Tahapan Saat Bencana Bidang Kedaruratan dan Logistik, meliputi
1) Pelaksanakan pencarian, pertolongan, penyelamatan dan evakuasi korban
terdampak bencana;
2) Pengerahan sumberdaya dan logistik;
3) Penanganan pengungsi dan perlindungan kelompok rentan;
4) Pemenuhan kebutuhan dasar;
5) Pelayanan kesehatan;
6) Pelayanan psikososial;
7) Pemulihan keamanan dan ketertiban;
8) Pemulihan dan pembersihan lingkungan terdampak bencana;
9) Perbaikan sarana prasarana darurat; dan
10) Perijinan, kemudahan akses, karantina, bea cukai, kepabeanan, kebandarudaraan.
c, Tahapan Pasca Bencana Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi, meliputi :
1. Pembangunan kembali fungsi pemerintahan dan pelayanan publik; dan
2. Pemulihan sosial, budaya dan ekonomi
3. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan
pelaksanaan kegiatan monitoring, mengevaluasi dan menyusun laporan _hasil
pelaksanaan kerjasama PARA PIHAK.@)
Pasal 5
HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK
PARA PIHAK mempunyai Hak :
a, Memperoleh data dan informasi dari PARA PIHAK tentang daerah rawan
bencana, peta risiko bencana, prakiraan cuaca, mitigasi, peringatan dini dan
informasi tentang kebencanaan lainnya;
b. Memperoleh dari PARA PIHAK meliputi dokumen perencanaan penanggulangan
bencana, perencanaan pembangunan daerah, rencana aksi daerah, rencana
kontingensi dan rencana aksi;
¢. Memperoleh dukungan dan bantuan dari PARA PIHAK pada saat terjadi
bencana, meliputi :
1, Pelaksanaan pencarian, pertolongan, penyelamatan dan evakuasi korban
terdampak bencana;
2, Pelaksanaan pengerahan sumberdaya dan logistik;
3. Pelaksanaan penanganan pengungsi dan perlindungan kelompok rentan;
4, Pelaksanaan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat terdampak bencana;
5. Pelaksanaan pelayanan kesehatan;
6. Pelaksanaan pelayanan psikososial;
7. Pelaksanaan pemulihan keamanan dan ketertiban;
8. Pelaksanaan pemulihan dan pembersihan lingkungan terdampak bencana;
9. Pelaksanaan perbaikan sarana prasarana darurat;
10. Memperoleh kemudahan akses, perijinan, karantina, bea cukai, kepabeanan,
kebandarudaraan.
PARA PIHAK mempunyai kewajiban
a.Membuat dan menyusun rencana penanggulangan bencana, rencana aksi,
rencana Kontingensi dan rencana aksi di perbatasan masing-masing;
b. Memberikan usul, saran, pendapat dalam perencanaan pembangunan wilayah
masing-masing para pihak yang berwawasan kebencanaan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku;
¢. Memberikan data dan informasi kebencanaan kepada PARA PIHAK dalam rangka
kesiapsiagaan, pencegahan, peringatan dini, mitigasi;
d, Memberikan bantuan dan dukungan sumberdaya dan logistic dalam pelaksanaan
tanggap darurat kepada pihak yang terkena bencana;
, Melaksanakan koordinasi lintas sektor di wilayah masing-masing dalam rangka
pelaksanaan penanggulangan bencana;
f. Mengusulkan rencana program kegiatan agar terakomodir dalam RPJMD dan
RKPD PARA PIHAK;
g. Mengalokasikan pendanaan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan_ Perjanjian
Kerjasama sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
h, Mengkoordinasikan bantuan dan dukungan dari pihak-pihak lain;
i, Memberikan kemudahan akses, perijinan, karantina, bea cukai, kepabeanan,
kebandarudaraan untuk kelancaran pelaksanaan penanganan darurat bencana.Pasal 6
PEMBIAYAAN
Pembiayaan yang timbul dalam pelaksanaan Perjanjian Kerjasama ini, bersumber
dari :
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN);
b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) PARA PIHAK; dan
c. Sumber-sumber lainnya yang sah dan tidak mengikat sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 7
JANGKA WAKTU
Jangka waktu Perjanjian Kerjasama ini berlaku selama 5 (lima) tahun dan berlaku sejak
tanggal ditandatanganinya Perjanjian Kerjasama ini oleh PARA PIHAK terhitung mulai
tanggal 9 Desember 2016 sampai dengan tanggal 9 Desember 2021.
Pasal 8
MONITORING DAN EVALUASI
PARA PIHAK — melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan Perjanjian Kerjasama ini
paling sedikit 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun, untuk menentukan langkah-langkah tindak
lanjut
Pasal 9
BERAKHIRNYA KERJASAMA
Perjanjian Kerjasama ini berakhir dan atau dapat diakhiri dalam hal
a. Jangka Waktu Perjanjian Kerjasama PARA PIHAK telah berakhir.
b. Terbitnya peraturan perundang-undangan baru yang mengakibatkan Perjanjian
Kerjasama ini tidak dapat dilanjutkan PARA PIHAK.
Pasal 10
FORCE MAJEURE
(1) Tidak satupun Pihak yang dapat dituntut untuk melaksanakan hak dan tanggung
jawabnya yang tidak dilaksanakan terjadinya sesuatu peristiwa diluar kemampuan
PARA PIHAK untuk menghindarinya, yang lazimnya disebut keadaan memaksa atau
force majeure, seperti gempa bumi, banjir, kebakaran, bencana alam, sabotase,
huruhara politik, perang, epidemi, pemogokan dan segala hal diluar kemampuan
manusia yang seluruhnya bukan arena kesalahan / kelalaian salah satu Pihak,
sehingga mengakibatkan tertunda, terhenti dan terhalangnya PARA PIHAK untuk
melakukan kewajibannya, maka PARA PIHAK akan saling melepaskan pelaksanaan
kewajibannya tersebt(2) Dalam hal terjadi keadaan memaksa, Pihak yang mengalami keadaan memaksa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memberitahukan kepada pihak lainnya
secara tertulis paling Jambat 3x24 (tiga kali dua puluh empat) jam dan apabila pihak
yang mengalaini keadaan memaksa tidak memberitahukan kepada pihak lainnya dalam
Waktu tersebut diatas, maka dianggap tidak terjadi keadaan memaksa;
(3) Setiap keadaan memaksa, semua surat keterangan yang menyatakan terjadinya
peristiwa keadaan memaksa wajib disahkan oleh Pemerintah Daerah setempat yang
berwenang yang menyatakan apa, kapan, dimana, mengapa, siapa dan bagaimana
keadaan memaksa itu terjadi;
(4) Apabila terjadi keadaan memaksa sebagaimana dimaksud ayat (1), maka PARA PIHAK
sepakat untuk merundingkan kembali hak dan kewajiban masing-masing yang
bertujuan untuk melanjutkan kembali Perjanjian Kerjasama ini.
Pasal 11
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
(1) Setiap perselisihan yang timbul berkaitan dengan pelaksanaan Perjanjian Kerjasama_ini,
akan diselesaikan PARA PIHAK melalui musyawarah untuk mencapai mufakat;
(2) Dalam hal dalam penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
tercapal, maka PARA PIHAK sepakat dan menyetujui untuk — menyerahkan
penyelesaian perselisihan tersebut kepada Menteri Dalam Negeri dan keputusan yang
dihasilkan bersifat final dan mengikat PARA PIHAK
Pasal 12
LAIN-LAIN
Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama ini tidak terpengaruh dengan terjadinya pergantian
kepemimpinan dari PARA PIHAK.
Pasal 13
PENUTUP
Ha-hal yang belum dan/atau belum cukup diatur dalam Perjanjian Kerjasama ini dan
dipandang perlu oleh para pihak untuk diadakan tambahan (addendum) dan atau
perubahan perjanjian kerjasama, maka akan dituangkan dalam naskah perjanjian kerjasama
tersendiri yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari naskah perjanjian kerjasasama iniDemikian Perjanjian Kerjasama ini dibuat dan ditandatangani di Hotel Zamrud Kota
irebon pada hari, tanggal, bulan dan tahun tersebut di atas dalam rangkap 14 (empat
belas), 11 (sebelas) diantaranya bermaterai cukup, masing-masing mempunyai kekuatan
hukum yang sama.
PIHAK KETIGA, » PIHAK KEDUA, PIHAK KESATU,
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten ala Pefpksona BPBD Kepala Pelaksana BP8D :
Kuntingan insi Jawa Tengah / Provinsi Jawa Barat
4
SARWA PRAMANA
“(AGUS MAULUDII R. HARYADI
WARGADIBRATA
PIHAK KEENAM, PIHAK KELIMA, PIHAK KEEMPAT,
Kepala Kantor PBD dan Pemadam Kepala Pelaksana BPBD Kepala Pelaksana BPBD
Kebakaran Kota Cirebon.
TRI KOMARA SIDHY H. DICKY ERWIN JULIADY
WDAYANTO
PIHAK KESEMBILAN, = PIHAK KEDELAPAN, PIHAK KETUJUH,
Kepala Pelaksana BPBD Kepala Pelaksana BPBD Kepala Dinas Sosial
PIHAK KESEBELAS, PIHAK KESEPULUH,
epala Pelaksana BPBD Kabupaten Pangandaran Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Majalengka
SL
1H. NANA RUHENA TATANG RAHMAT