Disusun Oleh
SITI FATIMAH
A1C121030
CI INSTITUSI CI LAHAN
(…………………………..) (…………………………..)
UNIVERSITAS MEGAREZKY
2021
BPH
Masalah
keperwatan : retensi Masalah Masalah
urine keperawatan : keperawatan
kurangnya : Cemas
pengetahuan
Masalah keperawatan :
Nyeri Akut
Masalah keperawatan : risiko
infeksi
PK : Perdarahan
H. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada hyperplasia prostat adalah :
1. Retensi urin akut, terjadi apabila buli-buli menjadi dekompensasi
2. Infeksi saluran kemih
3. Hidroureter dan hidronefrosis dapat terjadi karena produksi urin terus berlanjut
maka pada suatu saat buli-buli tidak mampu lagi menampung urin yang akan
mengakibatkan tekanan intravesika meningkat
4. Proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi pada waktu miksi
5. Hernia/hemoroid lama kelamaan dapat terjadi dikarenakan pada waktu miksi
pasien harus mengedan
6. Hermaturi, terjadi karena selalu terdapat sisa urin sehingga dapat terbentuk batu
endapan dalam buli-buli, batu ini akan menambah keluhan iritasi. Batu tersebut
dapat pula menimbulkan sistisis dan bila terjadi refluks dapat mengakibatkan
pielonefritis.
I. Penatalaksanaan
1. Terapi
Pemberian terapi tergantung pada penyebab, gangguan, dan kondisi klien. Jika klien
datang kerumah sakit dengan keadaan darurat ia tidak dapat berkemih, maka
kateterisasi segera dilakukan. Kateter yang lazim mungkin terlalu lunak dan lemas
untuk dimasukan melalui uretra ke dalam kandung kemih.Dalam kasus seperti ini,
kabel kecil yang yang disebut stylet dimasukkan (sistostomi suprapubik) untuk
drainase yang adekuat. Tujuan terapi pada pasien hipertropi prostat adalah:
a. Keluhan miksi sebelumnya
b. Peningkatan kualitas hidup
c. Mengurangi intravesika
d. Mengembalikan fungsi ginjal jika terjadi gagal ginjal
e. Mengurangi residu urin setelah miksi
f. Mencegah penyakit progresif
Tidak semua pasien hipertropi prostat perlu menjalani tindakan medis.Kadang-kadang
mereka berkemih rendah gejala saluran (LUTS).Ringan dapat sembuh sendiri tanpa
mendapatkan terapi apapun atau hanya dengan nasehat dan konsultasi saja.
2. Tindakan medis yang bertujuan untuk pengobatan
Tindakan medis pada klien dengan benigna prostat hiperplasia jangka panjang yang
paling baik ini adalah tindakan pembedahan yaitu prostratektomi.Operasi
prostratektomi adalah metode dari milian yaitu melakukan enukleasi kelenjar prostat
melalui pendekatan retropublik intravesik freyer, melalui pendekatan suprapublik
transvesika atau transperineal.Karena pada pemberian obat-obatan atau terapi non
impasif lainnya membutuhkan jangka waktu yang sangat lama.
Adapun jenis-jenis prostektomi yaitu:
1. Reseksi transuretra (TURP). Pengangkatan sebagian atau seluruh kelenjar
prostat melalui sistoskop atau resektoskop yang dimasukan melalui uretra
2. Prostatektomi suprapubis. Pengangkatan kelenjar prostat melalui sisi yang
dibuat di kandung kemih
3. Prostatektomi retropubis. Pengangkatan kelenjar prostat melalui insisi pada
perut bagian bawah melalui frosa prostat interior tanpa kandung kemih
4. Prostatektomi perincum. Pengangkatan kelenjar prostat radikal melalui sebuah
insisi di antara skortum dan rectum
5. Prostatektomi reropubis radikal. Pengangkatan kelenjar prostat termasuk
kapsula, vesikula seminalis, dan jaringan yang dekat melalui sebuah insisi di
perut bagian bawah uretra di anastomosiskan ke leher kandung kemih.
J. Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisa
Analisis urin dan mikroskopik urin penting untuk melihat adanya sel leukosit,
sedimen, eritrosit, bakteri dan infeksi. Bila terdapat hematuri harus diperhitungkan
adanya etiologi lain seperti keganasan pada saluran kemih, batu, infeksi saluran
kemih, walaupun BPH sendiri dapat menyebabkan hematuri.
Elektrolit, kadar ureum dan kreatinin darah merupakan informasi dasar dari fungsi
ginjal dan status metabolic.
Pemeriksaan prostate specific antigen (PSA) dilakukan sebagai dasar penentuan
perlunya biopsy atau sebagai deteksi dini keganasan.Bila nilai PSA <4 ng/ml tidak
perlu biopsy.Sedangkan bila nilai PSA 4-10 ng/ml, dihitung prostate specific antigen
density (PSAD) yaitu PSA serum dibagi dengan volume prostat. Bila PSAD >0,15,
sebaiknya dilakukan biopsy prostat, demikian pula nilai >10 ng/ml.
2. Pemeriksaan darah lengkap
Karena perdarahan merupakan komplikasi utama pasca operatif maka semua defek
pembekuan harus diatasi.Komplikasi jantung dan pernapasan biasanya menyertai
penderita BPH karena usianya yang sudah tinggi maka fungsi jantung dan pernapasan
harus dikaji.
Pemeriksaan darah mencakup Hb, leukosit, eritrosit, hitung jenis leukosit, CT, BT,
golongan darah, Hmt, trombosit, BUN, kreatinin serum.
3. Pemeriksaan radiologis
Biasanya dilakukan foto polos abdomen, pielografi intravena, USG, dan
sitoskopi.Tujuan pencitraan untuk memperkirakan volume BPH, derajat disfungsi buli
dan volume residu urin.
a. Dari foto polos dapat dilihat adanya batu pada traktus urinarius, pembesaran ginjal
atau buli-buli. Dapat juga dilihat lesi osteoblastik sebagai tanda metastase dari
keganasan prostat serta osteoporosis akibat kegagalan ginjal.
b. Dari pielografi intravena dapat dilihat supresi komplit dari fungsi renal, hidronefrosis
dan hidroureter, gambaran ureter berbelok-belok di vesika urinaria, residu urin.
c. Dari USG dapat diperkirakan besarnya prostat, memeriksa massa ginjal, mendeteksi
residu urin dan batu ginjal.
d. BNO/IVP untuk menilai apakah ada pembesaran dari ginjal apakah terlihat bayangan
radioopak daerah traktus urinarius. IVP untuk melihat/mengetahui fungsi ginjal
apakah ada hidronefrosis. Dengan IVP buli-buli dapat dilihat sebelum, sementara dan
sesudah isinya dikencingkan. Sebelum kencing adalah untuk melihat adanya tumor,
divertikel. Selagi kencing( viding cystografi) adalah untuk melihat adanya refluks
urin. Sesudah kencing adalah untuk menilai residual urin.
Konsep Asuhan Keperawatan Benigna Prostat Hyperplasia (BPH)
1. Pengkajian
a. Identitas
Benigna Prostat Hyperplasia (BPH) biasanya terjadi pada usia lebih dari 50 tahun,
hanya dialami oleh laki-laki, pada semua suku bangsa. (Prabowo &
Pranata,2014,hal 131)
b. Status kesehatan saat ini :
Keluhan utama
Alasan masuk rumah sakit
Pasien mengeluh sakit pada saat miksi dan harus menunggu lama dan harus
mengedan
Pasien mengatakan tidak bisa melakukan hubungan seksual
Pasien mengeluh sering BAK berulang-ulang
Pasien mengeluh sering terbangun untuk miksi padamalam hari
c. Riwayat kesehatan terdahulu
Riwayat penyakit sebelumnya
Apakah pasien pernah menderita BPH sebelumnya dan apakah pernah dirawat
di rumah sakit sebelumnya
Riwayat penyakit keluarga
Mungkin diantara keluarga pasien sebelumnya ada yang menderita penyakit
yang sama dengan penyakit pasien yang sekarang.
d. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan Umum
Tanda-tanda vital
Sirkulasi terdapat peninggian tekanan darah (efek pembesaran
ginjal).Adanya peningkatan nadi.Hal ini merupakan bentuk kompensasi dari
nyeri yang timbul akibat obstruksi meatus uretralis dan adanya distensi
bladder.Terjadi peningkatan akibat retensi urin berlangsung lama sering
ditemukan adanya tanda gejala urosepsis.Terjadi peningkatan frekuensi
napas akibat nyeri yang dirasakan pasien.
b) Pemeriksaan body system
Sistem pernapasan
Inspeksi : biasanya pasien terjadi sesak napas, frekuensi pernapasan
meningkat
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, ekspansi dada simetris, getaran tactil
fremitus normal
Perkusi : perkusi paru normal (resonan)
Auskultasi : biasanya terdengar suara napas tambahan seperti ronkhi,
wheezing, suara napas menurun dan perubahan bunyi napas.
System Kardiovaskuler
Inspeksi : tidak terdapat sianosis, tidak terdapat tanda-tanda perubahan letak
maupun kelainan pada pemeriksaan inspeksi
Palpasi : biasanya denyut nadi meningkat akral hangat
Perkusi : pada manusia normal pemeriksaan perkusi yang didapatkan pada
thorax adalah redup
System persyarafan
Inspeksi : pasien menggigil, kesadaran menurun dengan adanya infeksi
dapat terjadi urosepsis berat
System perkemihan
Inspeksi : terdapat massa padat di bawah abdomen bawah (distensi kandung
kemih)
Palpasi : pada palpasi bimanual ditemukan adanya rabaan pada ginjal dan
pada palpasi supra simfisis akan teraba distensi bladder dan terdapat nyeri
tekan
System pencernaan
Mulut dan tenggorokan : hilang nafsu makan, mual dan muntah
Abdomen
Inspeksi : bentuk abdomen datar (simetris), tidak terdapat masa dan
benjolan
Auskultasi : biasanya bising usus normal (5-35)
Palpasi : tidak terdapat nyeri, tekan dan tidak terdapat pembesaran,
permukaan halus
Perkusi : tympani
System integument
Palpasi : kulit terasa panas, peningkatan suhu tubuh karena adanya tanda
gejala urosepsis, pasien menggigil, kesadaran menurun
System musculoskeletal
Traksi kateter direkatkan dibagian paha pasien.Pada paha yang direkatkan
kateter tidak boleh fleksi selama traksi masih diperlukan.
System endokrin
Inspeksi : adanya perubahan keseimbangan hormone testosterone dan
estrogen pada usia lanjut
System reproduksi
Laki-laki : pada pemeriksaan penis, uretra dan skrotum tidak ditemukan
adanya kelainan, kecuali adanya penyakit penyerta seperti stenosis meatus.
Pemeriksaan RC (rectal toucher)adalah pemeriksaan sederhana yang paling
mudah untuk menegakkan BPH.Tujuannya adalah untuk menentukan
konsistensi system persyarafan unit vesiko uretra dan besarnya prostat.
System penginderaan
Inspeksi : pada pasien BPH biasanya pada system ini tidak mengalami
gangguan pada penglihatan
System imun
Tidak terjadi kelainan imunitas pada penderita BPH
e. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Pranata,2014) salah satu gejala BPH adalah melemahnya pancaran urin.
Secara obyektif pancaran urin dapat diperiksa dengan uroflowmeter dengan
penilaian :
Flow rate maksimal > 15 ml/dtk = non obstruktif
Flow rate maksimal 10-15 ml/dtk = border line
Flow rate maksimal < 10 ml/dtk = obstruktif
Urinalisa untuk melihat adanya infeksi, hematuria.Ureum, creatinin, elektrolit
uutnuk melihat gambaran fungsi ginjal.
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis yang muncul menurut SDKI edisi 1 tahun 2016
1. Retensi Urine
Definisi : Pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap
Penyebab :
Peningkatan tekanan uretra
Kerusakan arkus reflex
Blok spingter
Disfungsi neurologis ( mis. Trauma, penyakit saraf)
Efek agen cedera farmakologis (mis.atropine, belladonna,
psikotropik,antihistamin, opiate)
2. Nyeri Akut
Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
Penyebab :
Agen pencedera fisiologis ( mis.inflamasi, iskemia, neoplasma)
Agen pencedera kimiawi (mis.terbakar, bahan kimia iritan)
Agen pencedera fisik (mis.abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat
berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
Gejala dan tanda mayor
Subjektif Objektif
1. Mengeluh nyeri 1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif (mis.waspada, posisi
menghindari nyeri)
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur
3. Rencana Keperawatan
A. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)
Diagnosis : Retensi Urine
1. Luaran Utama
Eliminasi Urine
a. Definisi
Pengosongan kandung kemih yang lengkap
b. Ekspektasi
Eliminasi Urine membaik
c. Kriteria Hasil
2. Luaran Tambahan
- Kontinensia Urine
- Control gejala
- Status kenyamanan
- Status neurologis
- Tingkat nyeri
1. Luaran Utama
Tingkat Nyeri
a. Definisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan
actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas
ringan hingga berat dan konstan.
b. Ekspektasi
Tingkat nyeri menurun
c. Kriteria Hasil
2. Luaran tambahan
a. Fungsi gastrointestinal
b. Control nyeri
c. Mobilitas fisik
d. Penyembuhan luka
e. Perfusi miokard
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. Intervensi pendukung
a. Edukasi manajemen nyeri
b. Edukasi teknik napas
c. Pemantauan nyeri
d. Terapi relaksasi
DAFTAR PUSTAKA
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik
. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
https://id.scribd.com/document/137483373/Lp-dan-askep-BPH