Anda di halaman 1dari 9

KONSEP KALIMAT TAUHID DALAM QS

ALBAQARAH:255. ALI IMRAN:18. DAN MUHAMMAD:19

Disusun Oleh:
Wildan Fadillah
NIS:

MU’ALLIMIN PESANTREN PERSATUAN ISLAM


50 LEMBANG BANDUNG BARAT
KATA PENGANTAR\

Segala puji bagi allah, yang kita semua memujinya, memohon pertolongan
dan ampunan kepadanya ang kami berlindung kepadanya dari kejelekan-kejelekan
diri kami dan kesalahan dalam amalan amalan kami, yang siapa saja diberi petunjuk
olehnya tidak ada yang menjadikannya tersesat, begitup sebaliknya. Aku bersaksi
bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa nabi Muhammad adalah
hamba dan utusannya, yang tidak ada nabi dan rasul setelahnya (penutup para rasul)

penulis bersyukur kepada allah swt yang dengan pertolongan nya penulis dapat
Menyusun paroposal kara tulis ilmiah ini, dengan judul penelitian “KONSEP
KALIMAT TAUHID DALAM UR’AN SURAH AL-BAARAH; 255, ALI-IMRAN
18, DAN MUHAMMAD 19. tidak ada gading yang tidak retak, penulis menyadari
masih banyak kekurangan dalam proposal ini. Maka, penulis berharap bimbingan dari
guru pengampu supaya karya tulis ilmiah ini dapat memenuhu kriteria yang
diinginkan.

Tidak lupa, penulis berterima kasih atas segala dukungan dan bantuan dari segala
pihak dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini. Penulis berharap kara tulis ilmoiah ini
dapat menjadi manfaat bagi ummat dan sumbangsih bagi khazanah ilmiyyah
islamiyyah
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam merupakan agama yang dibangun diatas komponen -komponen yang


penting. Seperti sebuah bangunan yang kokoh , islam berdiri diatas pondasi yang vital
dan menentukan bagi keberlangsungan dan keutuhan sebuah perangkat syariat dan
nilai -nilai yang terkandung didalamnya. Pondasi tersebut adalah aqidah tauhid yang
merupakan pilar agama islam yang fundamental dan bersifat prinsipil. Hal ini karena
tauhid merupakan nafas dan ruh islam sebagai esensi ajarannya dari awal sampai
akhir.

Allah swt memiliki tujuan yang bersifat fundamental ketika ia berkehendak


menciptakn manusia. Allah swt berfiraman:
َ ‫ت ْال ِج َّن َوااْل ِ ْن‬
‫س اِاَّل لِيَ ْعبُ ُدوْ ن‬ ُ ‫َو َما خَ لَ ْق‬
Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada- “
Ku

Syeikh muhammad abin shalih al fauzan sebagai mana yang dikutip dalam buku
risalah aqidah , menjelaskan makna “illa liya’buduuni”, beliau menegaskan maksud
kalimat ini yang berarti “ aku tidak menciptaknan jin dan manusia keculai supaya
mereka beribadah kepada-ku” bahwa maknanya adalah “aku tidak menciptakan jin
dan manusia kecuali supaya mereka mentauhidkanku”1

Maka pada hakikatnya tujuan pokok jin dan manusia diciptakan tiada lain adalah
untuk mentauhidkan Allah swt, yakni mengesakan allah dengan cara beribadah hanya
kepadanya dan menjauhkan diri dari kemusyrikan

Begitu besarnya pengaruh dan tingginya kedudukan tauhid ini dalam islam
sehingga al quran al karim yang diturunkan kepada rasulullah saw lebih sepertiganya
1
Romly,T. et al,. Risalah Aqidah, (Bandung:Persis Pers, 2019) Hal, 45
berbicara tentang ketauhidan’. Bahkan tauhid ini pula yang menjadi pokok penting
dan tujuan utama dari diutusnya semua rasul yang Alah swt kirimkan kepada ummat
manusia.

Allah ta’ala berfirman:

ٰ
ِ ‫َو َما َأرْ َس ْلنَا ِم ْن قَ ْبلِكَ ِم ْن َرسُو ٍل ِإاَّل نُو ِحي ِإلَ ْي ِه َأنَّهُ اَل ِإلَهَ ِإاَّل َأنَا فَا ْعبُد‬
‫ُون‬

"Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu melainkan Kami
wahyukan kepadanya: 'Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku,
maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku'," (Surat Al Anbiya ayat 25).

Tatkala nabiyyullah musa as Memohon kepada Allah swt untuk diberikan sebuah
kalimat yang istimewa (khusus}untuk dirinya. Allah swt pun mengabulkan
permintaannya namun ternyata yang diberikan kepada beliau adalah kalimat tauhid.
Hal ini seperti yang diceritakan oleh rasulullah saw dalam hadisnya

Dari Abu Sa’id Al-Khudri rodhiyallahu ‘anhu bahwa Rosulullah ‫ ﷺ‬bersabda:

‫ا‬gg‫ال ي‬gg‫ذا ق‬gg‫ون ه‬gg‫ادك يقول‬gg‫ل عب‬gg‫ا رب ك‬gg‫يا رب علمني شيًئا أذكرك وأدعوك به قال قل يا موسى ال إله إال هللا قال ي‬
‫موسى لو أن السماوات السبع عامرهن غيري واألرضين السبع في كفة وال إله إال هللا في كفة مالت بهن ال إله‬
0
Wahai rabb, ajarkan kepadaku sebuah kalimat yang aku suka bisa berdzikir dan
berdoa dengannya!, maka Allah menjawab, wahai musa, katakanalah: la ilAHA ILLA
Allah.”musa pun berujar waha I rabb, semua hambamu juga mnenguicapkan kalimat
ini?” maka Allah menjelaskan “wahai musa, seandaintya langit yang tujuh beserta
seluruh isinya selain diriku, dan bumi tyang tuhjuh berada pada sebuah piringan
timbangan, sedangkan kalimat “la ilaha illa Allah” berada pada timbangn yang lain,
niscaya “la ilaha illaAllah” mengalahkan nya (lebih berat “la ilaha illa Allah” (H.R
Ibnu Hibban dan al hakim )

Salah satu bentuk pengamalan yang paling penting dalam ketauhidan ini adalah
memahami dan merealisasikan konsep kalimat tauhid “la ilaha illa llah”. Dua hal
tersebut merupakan konsekuansi yang harus ditunaikan oeleh setiap orang yang telah
mengikrarkannya dengan lisan. Tujuannya adalah supaya tidak terjadi kontradiksi
antara amalan lisan dan amalan badan. Memnahami kalimat tauhid yang benar dapat
dilakukan dengan meneliti dan mengkaji sumber-sumber kajian ilmu ketauhidan yang
telah disusun oleh para ulama mu’tabar yang tidak diragukan lagi kredibilitas dan
keilmuannya. Adapun cara perealisasiannya adalah dengan mengamalkan segala
konsekuaensi yang hakikatnya telah terikat dengan kalimat tauhid tersebut.
Seseorang yang mampu memenuhi kriteria diatas pada hakikatnya ia telah
menjadi seorang ahli tauhid. Yang mana Allah menjamin memasukannya kedalam
syurga dan mengharamkannya tersentuh oleh neraka. Sebagaimana yang telah
dijanjikan Rasulullah saw:

َ‫ ه‬g‫هَ ُد َأ َّن الَ ِإ ٰل‬g‫ َأ ْش‬:‫ا َل‬gَ‫ « َم ْن ق‬-‫لم‬g‫صلى هللا عليه وس‬- ِ ‫ قَا َل َرسُو ُل هّللا‬:‫ت – رضي هللا عنه – قَا َل‬ ِ ‫عن ُعبَا َدةُ بْنُ الصَّا ِم‬
َ َ ْ ‫َأ‬ ُ َ ‫َأ‬ ُ‫ْن‬ ‫هّللا‬ ُ َّ ‫َأ‬ ُ ُ
‫رْ يَ َم َورُو ٌح‬gg‫ َو ن ِعي َس ٰى َع ْبد ِ َواب َمتِ ِه َوكلِ َمتهُ لقاهَا ِإلى َم‬،ُ‫ َو ن ُم َح َّمدا َع ْبدهُ َو َرسُوله‬،ُ‫ك له‬ َّ ‫َأ‬ َ َ ‫ِإالَّ هللا َوحْ َدهُ الَ َش ِري‬
ْ ‫َأ‬
‫ق دْخَ لَهُ هللا ال َجنَّةَ َعلَى َما َكانَ ِم ْن َع َم ٍل‬ ‫َأ‬
ٌّ ‫ َو َّن النَّا َر َح‬،‫ق‬ ٌّ ‫ َوَأ َّن ْال َجنَّةَ َح‬،ُ‫ِم ْنه‬

“Diriwayatkan dari Ubadah bin as-Shamit bahwa Rasulullah SAW bersabda:


“Barang siapa yang bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah, yang tidak ada
sekutu baginya, bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasulnya, bersaksi
bahwa Isa al-Masih adalah hamba Allah dan anak dari ibunya dan firman dan
wahyunya telah Allah berikan kepada Maryam, bahwa surga benar adanya, neraka
juga benar adanya, maka siapapun yang berkeyakinan demikian maka Allah akan
memasukkanya ke dalam surga atas apa yang telah ia yakini kebenarannya.”

Dalam hal memahami kalimat tauhid, dewasa ini banyak bermunculan penafsiran
penafsiran terhadap kalimat tauhid yang menyimpang dari konsepsi yang benar.
Statement-statment rancu tersebar begitu masif sehingga membiaskan hakiakat
kalimat tauhid yang sebenarnya. Salah stau kasusnya sebgaimana yang pernah viral
dan menjadi topik hangat di platform youtube . Ketika ada seoarang mubaligh yang
menjadi pembicara di dalam sebuah forum di depan khalayak umum. Dalam topik
yang dibahasnya, ia membicarakan tentang pemaknaan kalimat tauhid berdasarkan
perspektif yang ia pahami. Dalam kesempatan itu mubaligh yang akrab disapa Buya
syakur, memberikan statementnya yang menjadi buah bibir di masyarakat, beliau
menerangkan konsepsi kalimat tauhid yang beliau yakini yaitu bahwa kalimat tauhid
merupakan kalimat persatuan dan kesetaraan, bukan kalimat ekslusif islam namun
merupakan simbol pemersatu seluruh umat manusia. Itulah inti dari statement yang
beliau yakini sebagai penafsiran yang benar mengenai kalimat tauhid’.

Itulah salah satu contoh penyimpang-penyimpangan yang terjadi terhadap


pemaknaan kalimat tauhid. Namun meskipun secara sekilas saja sudah diketahui
penyimpangannya, masih banyak orang yang mempercacainya bahkan mengikuti
fatwa-fatwa sesat tersebut.

Beranjak dari permasalahan tersebut, rasanya sangat penting tema ini untuk di
bahas dan digali kembali sebagai upaya mencerahkan kembali pemahaman kalimat
tauhid yang benar kepada ummat muslim. Supaya tidak terjerumus kedalam doktrin-
doktrin menjebak yang dapat membahayakan keselamatan akidah. Lebih jauhnya
untuk membentengi diri agar selalu waspada dari segala bentuk virus-virus akidah
yang diinjeksi oleh kebanyakan para pendai’i pluralism dan liberalism kepada
sebagaian umat muslim dizaman ini untuk mereduksi nilai-nilai ketauhidan yang
sudah mengakar di dlam tubuh ummat islam

Banyak dalil nash berupa ayat al-Quran yang menjelaskan terkait tema ini,
namun penulis membatasi permasalahan dan hanya mengambil beberapa sampel
ayat sebagai tolak ukur untuk menguraikan topik kali ini. Maka, berdasar dari apa
yang telah penulis uraikan diatas dan beberapa pertimbangan dari berbagai aspek,
penulis memutuskan untuk menentukan masalah yang akan dikaji dalam karya tulis
ilmiah ini, serta mengangkat judul penelitian yaitu “KONSEP KALIMAT TAUHID
DALAM Q,S AL-BAQARAH: 255. ALI IMRAN:18. DAN MUHAMMAD:19

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakamg masalah yang telah dipaparkan diatas, maka agar
penulisan karya tulis ilmiah ini lebih terarah diperlukan perumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana konsep kalimat tauhid dalam q.s al.-baqarah;255, ali imran ;18, dan
Muhammad : 19 berdasarkan penafsiran para ulama?
2. Bagaimana Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi terhadap penafsiran kalimat
tauhid?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka dalam pembahasan kali ini


memiliki tujuan yang hendak dicapai oleh penulis dengan mengkaji permasalahan
ini sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep kalimat tauhid dalam q.s al-baqarah;255, ali imran ;18, dan
Muhammad : 19 berdasarkan penafsiran para ulama?
2. Bagaimana Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi terhadap penafsiran kalimat
tauhid?

D. Manfaat Penulisan
Dalam pembahasan yang akan penulis kaji kali ini, diharapkan dapat diperoleh
manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
a. Memperluas khazanah ilmu pengetahuan terutama dalam lingkup konsepsi
pemaknaan kalimat tauhid yang berdasarkan manhaj para ulama mutaqaddimin dan
mutaakhirin
b. Membentengi diri dari doktrin-doktrin menjebak terkait pemaknaan kalimat tauhid
yang membahayakan akidah
c. Melatih kemampuan penulis dalam merangkai kata dan sistematika penulisan dalam
menulis suatu karya ilmiah yang akan sangat berguna di masa depan
d. Melatih keterampilan dalam menggunakan teknologi
e. Mendorong penulis untuk lebih giat membaca. Belajar, dan mengamalkan ilmu yang
telah dikaji dan didapatkan oleh penulis
f. Menjadiu amal jariyyah bagi penulis
2. Bagi Lembaga Pesantren:
a. Sebagai referensi untuk bahan ajar wabil khusus yang berkaitan dengan materi
ketauhidan
b. Sebagai bahan penelitian lebih lanjut mengenai konsep kalimat tauhid yang benar
berdasarkan manhaj para ulama ahlussunnah wal jamaah
c. Dapat menambah bahan pustaka
3. Bagi Pembaca
a. Sebagai tambahan wawasan ilmu terutama dalam lingkup kajian ketauhidan
berdasarkan manhaj para ulama ahussunnah wal jama’ah
b. Dengan membaca karya tulis ilmiah ini dan merealisasikannya dalam kehidupan,
diharsapkan pembaca dapat membentengi diri dari virus-virus akidah dalam bentuk
doktrin-doktrin yang sesat dan penafsiran-penafsiran yang menyiompang
c. Sebagai referensi untuk pembuatan karya tul;is ilmiah dimasa yang akan mendatang

E. Metode & Sumber

1. Metode

Pada prinsipnya metode merupakan cara atau pisau analisis yang digunakan oleh
peneliti untuk membantu memecahkan masalah yang telah dirumusskan. Meode ini
berkaitan dengan dua hal; metode untuk mengumpulkan data dan metode untuk
menganalisis data-data yang sudah ditemukan2.

2
Tiar Anwar Bachtiar, Pedoman Penulisan karya tulis ilmiah, (Garut, Persispers 2021) hal-65
Terdapat beberapa metode pengumpulan data yang dikenal secara umum dan sering
digunakan. Yaitu metode kepustakaan, metode suurvey, ,metode ekderimen, serta
metode wawancara dan angket.3

Adapun metode pengumpulan data yang akan penulis gunakan dalam


penyusunan karya tulis ilmiah ini adalah metode kepustkaan. Metode penelitian
kepustakaan (library research method) adalah metode yang digunakna apabila
sumber-sumber data yang akan digali berupa naskah-naskah tertulis, apakah
berbentuk dokumen, koran, majalah arsip surat, buku, dan teks-teks lainnya4.

Sedangkan metode pengolahan data yang akan digunakan adalah metoDe


kualitatif, yaitu metode yang berbasis pada penafsiran atas data-data yang diperoleh.5

2. Sumber
Adapun sumber yang terdapat dalam karya tulis ilmiah ini dapat dibagi menjadi
sumber primer dan sumber sekunder
a. Sumber Primer

Diantara yang menjadi data primer dalam penulisan kali ini yaitu : Qur’an dan
Hadis nabi saw beserta kitab tafsirnya. Kemudian buku-buku ilmiah yang relevan
dengan topik yang bersangkutan serta video pernyataan buya syakur :
https://youtu.be/IcJ8y2EUIaQ

b. Sumber primer

Dalam hal ini suber sumber sekunder adalah data yang bersifat pendukung dalam
penelitian yaitu literatur-literatur yang mendukung tema yang dibahas, baik dalam
bentuk buku, makalah-makalah artikel=artikel jurnal dll. serta sumber lain dalam
bentuk kajian ilmiah, video seminar dan forum diskusi yang menjadi pelengkap dari
karya tulis ilmiah ini.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulian yang ada dalam karya tulis ilmiah ini secara konkrit dapat
dirumuskan sebagai berikut:

3
Ibid, hal 66
4
Ibid, hal 66
5
Metode penelitian kualitatif kuantitatif
Bab I : Sebagai pendahuluan, dalam bab in akan di jelaskan mengenai latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode
dan sumber yang digunakan dalam penelitian ini, sarta sistematika penulisannya.

Bab II : Lnbab landasan dan teori. Dalam bab ini akan dikupas dan dikerucut
mengenai tema yang dibahas meliputi konsep kalimat tauhid berdasarkan nash yang
disarikan oleh para ulama ahussunnah wal jama.ah baik yang mutaqaddimin ma upun
maupun mutaakhirin.

Bab III : Dalam bab ini akan dikaji secara mendalam mengenai penafsiran-
penafsiran yang menyimpang terhadap pemaknaan kalimat tauhid dan bantahannya
berlandaskan dalil-dalil ysng dijadikan pegangan oleh para ulama sebagai argumen.

Bab IV : Kesimpulan dan penutup, meliputi : kesimpilan dari pembahasan yang


tlah dipaparkan dalam bab III dan IV, pada bab ini penulis menariksebuah
kesimpulan dan sedikit memberi sebagai penegasan dan harapan yang dikehendaki
oleh penulis sebagai tindak lanjut yang merupakan paparan berisi jawaban atas
perumusan masalah dalam karya tulis ilmiah ini

Anda mungkin juga menyukai