Langkah dalam melakukan kompresi dada luar yakni korban hendaknya terlentang pada
permukaan yang keras bila kompresi dada luar dilakukan. Penolong berlutut di samping
korban dan meletakkan pangkal sebelah tangannya di atas tengah pertengahan bawah sternum
korban sepanjang sumbu panjangnya dengan jarak 2 jari sefalad dari persambungan
sifisternum. Tangan penolong yang lain diletakkan di atas tangan pertama. Dengan jari-jari
terkunci, lengan lurus dan kedua bahu tepat di atas sternum korban, penolong memberikan
tekanan vertikal ke bawah yang cukup untuk menekan sternum 4-5 cm. Setelah kompresi
harus ada relaksasi. Penderita dewasa baik terdiri dari satu atau dua penolong, dilakukan 30
kompresi dada luar (laju : 80-100 kali/menit = 9-12 detik) harus diikuti dengan pemberian 2
kali ventilasi dalam (2-3 detik). Bila penderita anak-anak dan bayi, bila terdiri dari satu
penolong diberikan 30 kompresi dada luar dan 2 ventilasi dalam. Sedangkan bila terdapat dua
penolong , dilakukan 15 kompresi dada luar dan 2 ventilasi dalam.
Setiap 2 menit setelah dilakukan kompresi jantung + nafas buatan lakukan penilaian
terhadap penderita. Periksa apakah ada tanda-tanda sirkulasi seperti bergerak, bernafas atau
batuk.
7. Buka jalan nafas & nilai pernafasan
Pastikan korbanbernafas spontan dan normal. Jika tidak ada nafas spontan buka jalan
nafas penderita.
Sumbatan jalan nafas oleh lidah yang menutupi dinding posterior faring merupakan
persoalan yang sering timbul pada pasien tidak sadar yang terlentang. Ada cara yang
dianjurkan untuk menjaga agar jalan nafas tetap terbuka, yaitu:
a. Metode Head Tilt
Penolong mengekstensikan kepala korban dan dengan satu tangan sementara tangan yang
lain menyangga bagian atas leher korban.
b. Metode Chin lift
Kepala diekstensikan dan dagu diangkat ke atas. Metode ini dilakukan jika tidak ada
trauma pada leher. Satu tangan penolong mendorong dahi ke bawah supaya kepala tengadah,
tangan lain mendorong dagu dengan hati-hati tengadah, sehingga hidung menghadap ke atas
dan epiglotis terbuka.
Bila korban yang tidak sadar bernafas spontan dan adekuat (tidak ada sianosis), korban
sebaiknya diletakkan dalam posisi sisi mantap untuk mencegah aspirasi. Ekstensikan
kepalanya dan pertahankan mukanya lebih rendah. Letakkan tangan pasien sebelah atas di
bawah pipi sebelah bawah untuk mempertahankan ekstensi kepala dan mencegah pasien
berguling ke depan. Lengan sebelah bawah yang berada di punggungnya, mencegah pasien
terguling ke belakang.
8. Beri nafas buatan pertama 2x
Breathing support yang diberikan pertama kali adalah ventilasi buatan sebanyak 2x setelah
airway baik pada oksigenasi paru darurat. Pertukaran gas yang terjadi pada saat bernafas
mutlak untuk pertukaran oksigen dan mengeluarkan karbondioksida dari tubuh.8
Bila pernafasan spontan tidak timbul, diperlukan ventilasi buatan. Nafas buatan tanpa alat
dapat dilakukan dengan cara mulut ke mulut (mouth-to-mouth), mulut ke hidung (mouth-to-
nose), mulut ke stoma trakeostomi atau mulut ke mulut via sungkup muka. Untuk melakukan
ventilasi mulut-kemulut penolong hendaknya mempertahankan kepala dan leher korban
dalam salah satu sikap yang telah disebutkan di atas dan memencet hidung korban dengan
satu tangan atau menutup lubang hidung pasien dengan pipi penolong. Selanjutnya diberikan
2 kali ventilasi dalam dalam (1 kali ventilasi = 1-1 ½ detik). Kemudian segera raba denyut
nadi karotis atau femoralis. Bila ia tetap henti nafas tetapi masih mempunyai denyut nadi
diberikan ventilasi dalam (800-1200 ml) setiap 5 detik. Bila denyut nadi karotis tak teraba, 2
kali ventilasi dalam harus diberikan sesudah tiap 30 kompresi dada.
b. Ventrikel takikardi
c. Supraventricular takikardi
d. Atrial fibrilasi
e. Atrial flutter
Langkah-langkah yang dilakukan yaitu :
1. Letakkan posisi pasien ditempat yang aman dan tidak ada genangan air atau logam dibawah
pasien /penolong
2. Pasang monitor elektrode defibrilator pada dada pasien
3. Oleskan jeli pada pedel
4. Hidupkan alat DC Shock, diseleksi ke “lead select” atau “ paddles” apabila elektrode belum
terpasang
5. Pilih besar energi yang diperlukan
6. Isi kapasitas dengan menekan “charge ‘” pada pedel apeks atau pada alat tsb
7. Tempatkan pedel pada posisi yang betul, pedel sternum pada posisi parasternal kanan
interkostal II-IV, pedel apeks pada posisi apeks kordis
8. Beritahu penolong lain agar tidak menyentuh pasien /bed
9. Lihat monitor defibrilator lagi untuk memastikan adanya tipe aritmia VF atau VT tanpa nadi
10. Tekan tombol pelepas energi
Defibrillator Bifasik
Dalam defibrilator bifasik listrik arus dalam satu arah selama fase pertama dan berbalik arah
pada fase kedua (sehingga melewati jantung dua kali). Defibrillator bifasik mampu
memanfaatkan jumlah joule yang sedikit dan membuat sedikit kerusakan miokard yang sama
atau lebih baik bila dibandingkan dengan defibrillator monofasik. Teknologi bifasik sedang
digunakan dalam Automatic Internal Cardiac Defibrillators (AICDs) danAutomated External
Defibrillators (AEDs
Bila ada Automatic External Defibrilator (AED) evaluasi irama jantung yang ada. Alat
sederhana ini menggunakan unit didasarkan pada teknologi komputer yang dirancang untuk
menganalisis irama jantung itu sendiri, dan kemudian menyarankan pengguna apakah kejutan
diperlukan. AED dirancang untuk digunakan oleh awam orang, yang membutuhkan sedikit
pelatihan untuk beroperasi dengan benar. Mereka biasanya terbatas dalam intervensi mereka
untuk memberikan guncangan joule tinggi untuk VF (fibrilasi ventrikel) dan VT (takikardia
ventrikel) irama, membuat mereka umumnya digunakan terbatas untuk profesional kesehatan,
yang bisa mendiagnosa dan mengobati berbagai masalah yang lebih luas dengan manual atau
Unit semi-otomatis.
Unit otomatis juga mengambil waktu (biasanya 10-20 detik) untuk mendiagnosis irama, di
mana seorang profesional dapat mendiagnosa dan mengobati kondisi jauh lebih cepat dengan
unit pengguna interval waktu ini untuk analisis, yang membutuhkan menghentikan
penekanan dada,. telah ditunjukkan dalam sejumlah studi untuk memiliki efek negatif
signifikan terhadap keberhasilan shock. Efek ini menyebabkan perubahan terbaru dalam
pedoman defibrilasi AHA (menyerukan dua menit CPR setelah setiap kejutan tanpa
menganalisis irama jantung) dan beberapa badan menyarankan AED tidak boleh digunakan
ketika defibrillator manual dan operator terlatih tersedia.
Defibrillator eksternal otomatis umumnya sebaiknya baik dipegang oleh tenaga terlatih yang
siap menghadapi insiden, atau unit akses publik yang dapat ditemukan di tempat-tempat
termasuk kantor perusahaan dan pemerintah, pusat perbelanjaan, bandara, restoran, kasino,
hotel, stadion olahraga, sekolah dan universitas, pusat-pusat komunitas, pusat kebugaran dan
klub kesehatan.
Lokasi dari akses AED publik harus memperhitungkan di mana kelompok besar orang
berkumpul, dan kategori risiko yang terkait dengan orang-orang, untuk memastikan apakah
risiko insiden serangan jantung mendadak tinggi. Sebagai contoh, sebuah pusat bagi anak-
anak remaja adalah kategori risiko yang sangat rendah (sebagai anak-anak yang sangat jarang
masuk irama jantung seperti VF (Fibrilasi ventrikel) atau VT (Ventricular Tachycardia), yang
umumnya muda dan sehat, dan penyebab paling umum pediatrik jantung penangkapan adalah
pernapasan dan trauma - di mana jantung lebih mungkin untuk memasuki detak jantung atau
PEA, (di mana AED tidak ada gunanya) Di sisi lain, sebuah bangunan kantor besar dengan
rasio tinggi laki-laki lebih dari 50 adalah sangat tinggi. risiko lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kulnarni R et al. Cardiopulmonary Resuscitation . [online] 2014 April 21 [cited 2015 April
6];[12 screen]. Available from URL:
http://emedicine.medscape.com/article/1344081-overview#showall
2. Anonym. First aid-CPR. [online] 2013 November 11 [cited 2015 April 06];[3 screen].
Available from URL:
http://www.nhs.uk/Conditions/Accidents-and-first-aid/Pages/CPR.aspx
3. Anonym. First aid-CPR. [online] 2014 january 5 [cited 2015 April 6];[3 screen]. Available
from URL:
http://www.webmd.com/first-aid/cardiopulmonary-resuscitation-cpr-treatment
4. Heller JR.CPR. [online] 2013 July 20 [cited 2015 April 6];[3 screen]. Available from
URL:http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000010.htm
5. Mentzelopoulos S, Papastylianou A.Current Pharmacological Advances in the Treatment of
Cardiac Arrest.[online] 2012 [cited April 6];[14 screen]. Available from URL:
http://www.hindawi.com/journals/emi/2012/815857/
6. Schraga ED et al. Ventricular Fibrillation in Emergency Medicine Medication. . [online]
2013 July 20 [cited April 6];[12 screen]. Available from URL:
http://emedicine.medscape.com/article/760832-medication#showall
7. Schraga ED et al. Ventricular Fibrillation in Emergency Medicine Medication. . [online]
2013 July 20 [cited April 6];[12 screen]. Available from URL:
http://emedicine.medscape.com/article/760832-overview#showall